HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA MAHASISWA KEBIDANAN JAKARTA Fauziah Yulfitria, Aticeh, Nina Primasari Poltekkes Kemenkes Jakarta III E-mail : [email protected] ABSTRACT Vaginal discharge is a problem that is often experienced by women in various ages. According to the World Health Organization (WHO) about 75% of women in the world will experience vaginal discharge and in Indonesia around 90% of women experience vaginal discharge potential. Discharge can be experienced by unmarried women or adolescent girls aged 15-24 years. From some of the results, the data is still a lot of teenagers have good behavior on the prevention and treatment of vaginal discharge. Of unacceptable behavior towards the prevention and treatment of vaginal discharge can cause pathological vaginal discharge. The aim to determine the relationship predisposing factors (Knowledge, Attitude and Perception) with pathological discharge prevention behaviors in Jakarta midwifery students. Descriptive Analytical Methods with cross sectional data collection. The number of samples in this study of 98 respondents, the sampling using stratified random sampling. The data used are primary data by giving questionnaires to respondents. RESULTS: There is a relationship between attitudes (p-value = 0.001) with a pathological vaginal discharge prevention behaviors in Jakarta midwifery students. Conclusion: Prevention of pathological vaginal discharge related with attitude but not related to the knowledge and perception. Keywords: predisposing factors, behaviors, prevention of pathological vaginal discharge ABSTRAK Keputihan merupakan masalah yang sering dialami oleh wanita diberbagai usia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 75% wanita di Dunia akan mengalami keputihan dan di Indonesia sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami keputihan. Keputihan dapat dialami oleh wanita yang belum menikah atau remaja putri berumur 15 – 24 tahun. Dari beberapa hasil penelitian didapatkan data masih banyak remaja memiliki perilaku yang tidak baik terhadap pencegahan dan penanganan keputihan. Perilaku yang tidak baik terhadap pencegahan dan penanganan keputihan dapat menyebabkan terjadinya keputihan patologis. Tujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (Pengetahuan, Sikap dan Persepsi) dengan perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta. Metode Penelitian Deskriptif Analitik dengan pengumpulan data secara cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini 98 responden, pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dengan memberikan angket kepada responden. Hasil penelitian : Terdapat hubungan antara sikap (p-value = 0,001) dengan perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta. Kesimpulan : Perilaku pencegahan keputihan patologis memiliki hubungan dengan sikap namun tidak berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi. Kata Kunci : faktor predisposisi, perilaku, pencegahan keputihan patologis Seorang A. PENDAHULUAN ahli kebidanan dan kandungan serta konsultan seks, dr. Boyke Latar Belakang Keputihan adalah keluarnya cairan Dian Nugraha berpendapat, hampir semua selain darah yang berlebihan dari liang wanita di Indonesia pernah mengalami vagina. merupakan keputihan patologis minimal satu sampai penyakit, melainkan salah satu tanda gejala dua kali seumur hidupnya. Maka dari itu dari suatu penyakit organ reproduksi setiap wanita dianjurkan untuk dapat wanita. Keputihan bisa bersifat fisiologis melakukan pencegahan dan penanganan (dalam keadaan normal) namun bisa juga keputihan patologis (Kusmiran, 2012). Keputihan bersifat patologis tidak (Mansjoer, 2010). fisiologis adalah oleh infeksi atau peradangan, hal ini terjadi karena faktor hormonal seperti menjelang karena perilaku yang tidak sehat seperti atau saat membersihkan vagina dengan air kotor, keinginan seksual meningkat, kelelahan menggunakan cairan pembersih vagina dan pada saat hamil. Sedangkan keputihan yang berlebihan, menggunakan celana yang patologis disebabkan oleh infeksi genitalia, tidak menyerap keringat, jarang mengganti benda asing atau penyakit lain pada organ celana dalam, tidak sering mengganti reproduksi (Nurul dkk, 2001). pembalut pada saat menstruasi, cara cebok Penyebab keputihan sesudah menstruasi, pada Keputihan merupakan masalah yang Keputihan patologis disebabkan yang salah, stres yang berkepanjangan, sering dialami oleh wanita diberbagai usia. merokok Berapapun usia seorang wanita bisa terkena penggunaan bedak talcum/tisu dan sabun keputihan. Health dengan pewangi pada daerah vagina, serta Organitation (WHO), 75% wanita di Dunia sering memakai atau meminjam barang- pasti akan mengalami keputihan paling barang seperti perlengkapan mandi yang tidak sekali seumur hidup nya, dan memudahkan sebanyak 45% akan mengalami dua kali (Kusmiran, 2012). Menurut World dan menggunakan penularan alkohol, keputihan atau lebih (Badaryati, 2012). Di Indonesia Penelitian menunjukkan, keputihan sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami yang lama walau dengan gejala biasa-biasa keputihan karena negara Indonesia yang saja, lama kelamaan akan merusak selaput beriklim tropis, yang menyebabkan organ dara reproduksi menjadi lembab dan basah keputihan sehingga penyakit yang dapat merusak selaput dara. jamur mudah tumbuh berkembang (Nurul dkk, 2001). dan karena sebagian mengandung besar cairan kuman-kuman Selain merusak selaput dara, kejadian keputihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan tersebut berbagai genitalia (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, diantaranya vulvitis, vaginits candidiasis, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, servisitis dan endometriosis (Manuaba, berbau) (Manuaba, 2003). penyakit infeksi bervariasi dalam konsistensi 2009). Pencegahan masalah keputihan Jenis – Jenis Keputihan sebaiknya sudah dilakukan sebelum masa Keputihan dapat di bagi menjadi dua remaja. Karena pada masa remaja terjadi macam, yakni keputihan fisiologis perkembangan pada organ reproduksinya adalah dan organ reproduksi remaja lebih sensitif, sedangkan keputihan patologis adalah sehingga diperlukan perilaku hidup sehat bukan respon tubuh secara normal untuk (Rozaknasa, 2009). mencegah keputihan patologis. Keputihan patologis menimbulkan rasa respon 1) Keputihan tubuh normal, Fisiologis, biasanya yang tidak nyaman dan dalam jangka waktu lendirnya encer, muncul saat ovulasi, lama akan menyebabkan beberapa penyakit menjelang haid dan saat mendapat serius diantaranya penyakit infeksi pada rangsangan seksual. Keputihan normal panggul, tidak gatal, tidak berbau dan tidak infertilitas, kehamilan diluar kandungan dan merupakan gejala awal dari menular karena kanker serviks (Nurul dkk, 2001). penyakitnya. tidak ada bibit Ada beberapa faktor penghambat 2) Keputihan Patologis, dengan ciri-ciri; untuk berperilaku sehat dalam upaya jumlah banyak, warnanya seperti susu pencegahan basi, cairannya mengandung leukosit keputihan diantaranya kurangnya patologis, pengetahuan yang berwarna kekuning-kuningan individu atau remaja tentang pencegahan sampai hijau, disertai rasa gatal, pedih, keputihan, persepsi dan sikap yang tidak terkadang berbau amis dan berbau tepat busuk (Jones, 2005). yang memperlemah motivasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat dalam upaya pencegahan keputihan patologis. Etiologi Keputihan 1) Keputihan fisiologik, disebabkan oleh faktor hormonal (bayi baru lahir, Kajian Pustaka menarche, Pengertian Keputihan Kelelahan fisik dan kejiwaan. Keputihan keluarnya cairan didefinisikan dari vagina. sebagai Cairan 2) Keputihan rangsangan Patologik, birahi), disebabkan karena Infeksi, Adanya benda asing dan penyakit lain pada organ reproduksi (Manuaba, 2003). katun, mengganti pantyliner pada pembalut atau waktunya untuk mencegah timbulnya bakteri. Ini semua Patofisiologi untuk Keputihan (Fluor albus) merupakan salah vagina dan agar selalu tetap kering satu tanda dan gejala penyakit organ 4) Membasuh vagina dengan cara yang reproduksi wanita, di daerah alat genitalia benar yaitu dari depan (vagina) ke eksternal bermuara saluran kencing dan belakang (anus) tiap kali buang air saluran pembuangan sisa-sisa pencernaan 5) Menggunakan cairan pembersih vagina yang disebut dibersihkan anus. secara menjaga kebersihan daerah Apabila tidak sebaiknya tidak berlebihan, karena sempurna akan dapat mematikan flora normal vagina, ditemukan berbagai bakteri, jamur dan kalau parasit, akan menjalar ke sekitar organ dahulu genitalia. Hal ini dapat menyebabkan menggunakan cairan pembersih vagina infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu 6) Untuk mencegah iritasi pada vagina, dalam hal melakukan hubungan seksual hindari penggunaan bedak talcum, terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya sabun atau tisu dengan pewangi pada pelecetan daerah vagina merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit perlu konsultasikan ketenaga 7) Jangan medis membiasakan yang terlebih sebelum meminjam hubungan seksual (PHS) yang kontak barang-barang dengan air mani dan mukosa (Kasdu, penularan seperti alat-alat mandi dan 2008). sebagainya. Dan memudahkan berhati-hati bila menggunakan WC umum terutama Perilaku Pencegahan Terjadinya atas kloset atau mengelapnya terlebih Keputihan 1) Pola untuk kloset duduk, hindari duduk di hidup seimbang, sehat istirahat meliputi cukup, diet hindari dahulu. 8) Tidak membiasakan mengkonsumsi rokok dan alkohol, olahraga teratur jamu-jamuan serta keputihan, hindari stress yang berkepanjangan. kepada pasangan celana konsultasikan mengatasi terlebih dahulu ke dokter. 2) Untuk yang sudah menikah harus setia 3) Gunakan untuk 9) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. yang menyerap keringat dan tidak ketat terbuat dari Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi, diperoleh jangan lupa melalui mata menggunting atau (Notoatmodjo, 2007). dan telinga membersihkannya agar pemberian Pengetahuan yang di miliki oleh remaja obat keputihan berupa salep lebih putri tentang pencegahan dan mengatasi mudah keputihan menyerap (Kusmiran, 2012). sangatlah berpengaruh pada sikap prilaku bagaimana mereka mencegah dan mengatasi keputihan. Wanita yang Teori Perilaku tidak bisa membedakan keputihan fisiologis Menurut penelitian Bloom sebagaimana dan keputihan patologis tidak akan tahu yang dikutip Notoatmodjo (2003) perilaku dirinya mengidap penyakit atau tidak. terbentuk dari 3 faktor yaitu: wanita 1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya. 2) Faktor pemungkin yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya (enabling menderita suatu penyakit kelamin dan jika factors), yang mencakup lingkungan wanita beranggapan keputihan patologis fisik, tersedia atau tidak tersedianya adalah keputihan fisiologis akan membuat fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana. wanita tersebut mengabaikan keputihan 3) Faktor penguat (reinforcement yang dideritanya sehingga penyakit yang factors), faktor-faktor ini meliputi diderita bisa semakin parah (Manuaba, undang- 1999 ). undang, peraturan, peraturan- pengawasan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 2. Sikap Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system dari tiga Faktor predisposisi yang mempengaruhi komponen yang saling berhubungan, yaitu Perilaku kognisi (pengenalan), feeling (perasaan), 1. dan action tendency (kecendrungan untuk Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan bertindak) (Yusuf, 2006). Sarlito Wirawan ini Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. adalah Pengindraan terjadi melalui panca indra terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007). manusia, penglihatan, Menurut Yusuf (2011) unsur (komponen) pendengaran, penciuman, rasa dan raba. yang membentuk struktur sikap, yaitu: Sebagian yakni besar indra pengetahuan manusia kesiapan seseorang bertindak Komponen kognitif, Komponen afektif dan keputihan Komponen konatif kebidanan Jakarta. 3. patologis pada mahasiswa Persepsi Persepsi adalah proses METODE menginterprestasikan suatu objek dengan Desain penelitian ini adalah studi didahului proses penginderaan yaitu proses deskriptif analitik dengan pendekatan cross diterimanya stimulus oleh individu melalui sectional. Populasi penelitian ini adalah alat indera atau disebut juga dengan seluruh sensoris. Poltekkes kemenkes Jakarta III tahun Dalam proses persepsi mahasiswi jurusan kebidanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu akademik 2014-2015. Dengan faktor eksternal dan faktor internal. Adapun menggunakan rumus Slovin, didapatkan faktor eksternal yaitu faktor yang melekat jumlah samplenya sebanyak 98 orang. pada suatu objek misalnya kontras warna, Penelitian ini terdiri dari variable perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu bebas (pengetahuan, sikap, persepsi) dan yang baru dan sesuatu yang menjadi variable perhatian orang banyak. Sedangkan faktor keputihan patologis). Waktu penelitian ini internal yaitu faktor yang terdapat pada dilaksanakan pada bulan April - Agustus seseorang yang tahun seseorang dalam akan mempengaruhi menginterprestasikan suatu objek tertentu. Untuk mengetahui terikat 2015 (perilaku di pencegahan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Alat pengumpulan data menggunakan bagaimana faktor internal mempengaruhi kuesioner seseorang ada berbagai macam tekhnik dengan analisa data menggunakan analisa salah satunya adalah teknik proyeksi. univariat Beberapa faktor internal tersebut adalah frekuensi pengalaman/pengetahuan, dependen harapan atau yang diisi untuk mengetahui variabel dan oleh responden, distribusi independen analisis bivariat atau untuk expentation, kebutuhan, motivasi, emosi melihat hubungan variabel independen dan budaya. (perilaku pencegahan keputihan) dengan variabel dependen (pengetahuan, sikap dan persepsi). TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi persepsi) (pengetahuan, dengan perilaku sikap dan pencegahan B. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Karakteristik Mahasiswa Kebidanan Jakarta Umur Umur Menarche Mengalami Keputihan Keputihan Patologis Perilaku Pencegahan Keputihan Pengetahuan Keputihan Sikap Terhadap Keputihan Persepsi Terhadap Keputihan Analisa Data : Variabel Frekuensi % 10 10,2 < 18 Tahun 88 89,8 ≥ 18 Tahun 59 60,2 < 13 Tahun 39 39,8 ≥ 13 Tahun 96 98 Pernah 2 2 Tidak Pernah 78 79,6 Tidak Pernah 20 20,4 Pernah 59 60,2 Baik 39 39,8 Kurang Baik 69 70,4 Baik 29 29,6 Kurang 42 42,9 Positif 56 57,1 Negatif 74 75,5 Benar 24 24,5 Salah Jumlah 98 100 keputihan patologis, memiliki perilaku Mayoritas kriteria responden pada penelitian pencegahan keputihan yang baik, memiliki ini adalah berumur ≥ 18 tahun, dengan usia sikap negatif terhadap keputihan, dan menarche < 13 tahun, pernah mengalami memiliki persepsi yang benar terhadap keputihan, keputihan. tidak pernah mengalami Tabel 2 Waktu Mengalami Keputihan pada Mahasiswa Kebidanan Jakarta Waktu Mengalami Keputihan Sebelum Menstruasi Sesudah Menstruasi Sebelum dan Sesudah Menstruasi Stress dan Kelelahan Kelelahan, Sebelum dan Sesudah Menstruasi Kelelahan dan Pakaian dalam Lembab Tidak Tentu Jumlah Analisa Data : Frekuensi 54 9 14 10 6 % 55,1 9,2 14,3 10,3 6,1 2 1 96 2,0 1,0 100 Mayoritas mahasiswa Kebidanan Jakarta mengalami keputihan pada saat sebelum mensturasi yaitu sebanyak 55,1%. Tabel 3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan faktor predisposisi dengan perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta Perilaku Pencegahan Keputihan Total P Variabel Baik Kurang baik value N % N % N % Pengetahuan Baik 41 59.4 28 40.6 69 100 Kurang 18 62.1 11 37.9 29 100 0.985 Sikap Positif 34 81 8 19 42 100 Negatif 25 44.6 31 55.4 56 100 0.001 Persepsi Benar 41 55.4 33 44.6 74 100 Salah 18 75 6 25 24 100 0,010 Analisa Data : diri. Selain itu pada masa remaja, mereka Responden yang memiliki pengetahuan mengalami pertumbuhan fisik dan psikis yang baik terhadap pencegahan keputihan yang sangat pesat, termasuk pertumbuhan patologis mayoritas memiliki perilaku alat yang baik terhadap pencegahan keputihan mendapatkan informasi yang baik mengenai patologis, responden yang memiliki sikap pemeliharaan kesehatan reproduksi dan positif terhadap pencegahan keputihan apabila patologis mayoritas memiliki perilaku informasi yang baik terhadap pencegahan keputihan menimbulkan patologis dan responden yang memiliki reproduksinya. persepsi yang benar terhadap pencegahan Usia menarche responden mayoritas pada keputihan patologis mayoritas memiliki usia perilaku yang baik terhadap pencegahan menstruasi yang pertama kali datang dan keputihan patologis. merupakan sebagai tanda organ reproduksi reproduksinya. ≥ mereka tidak maka 13 Mereka tahun. mendapatkan kemungkinan masalah harus pada akan kesehatan Menarche adalah wanita sudah matang. Pada saat ini, wanita Pembahasan tersebut 1. perawatan yang benar dan tepat pada alat Karakteristik Responden diharapkan dapat sehingga melakukan Mayoritas responden berumur ≥ 18 tahun . reproduksinya, tidak terjadi Hal ini menunjukkan bahwa respoden gangguan pada alat reproduksinya. Usia tergolong remaja. Masa remaja adalah menarche dapat dipengaruhi oleh status gizi, masa transisi antara masa kanak-kanan pola makan, status ekonomi dan aktivitas kemasa dewasa, masa pencarian identitas olahraga. Dari 98 responden, hampir semuanya dilakukan mengalami keputihan fisiologis, yaitu 98 Keputihan patologis menimbulkan rasa yang % atau hanya 2 orang responden yang tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama tidak keputihan akan menyebabkan beberapa penyakit serius fisiologis. Keputihan fisiologis merupakan diantaranya penyakit infeksi pada panggul salah satu bentuk respon tubuh dan dan merupakan hal yang normal. Keputihan mengakibatkan infertilitas, keputihan juga lebih banyak keluar ketika wanita dalam dapat masa ovulasi menjelang menstruasi, hal ini kandungan dan juga merupakan gejala awal disebabkan oleh dari kanker serviks. meningkat sehingga pernah mengalami hormone estrogen lender vagina perawatan infertilitas. dengan Tidak menyebabkan hanya kehamilan tepat. bisa diluar Dari hasil penelitian, didapatkan 20,4 % (20 meningkat jumlahnya. Di Indonesia sekitar orang) 90 mengalami keputihan patologis, dan gejala yang sering keputihan karena negara Indonesia adalah mereka alami adalah keputihan yang disertai daerah yang beriklim tropis, hal ini gatal menyebabkan yang patologis biasanya disebabkan oleh infeksi merupakan daerah tertutup dan berlipat atau peradangan, ini terjadi karena perilaku akan menjadi lembab dan basah sehingga yang tidak sehat seperti mencuci vagina jamur mudah tumbuh dan berkembang dengan air kotor, menggunakan cairan (Nurul dkk, 2001). pembersih % wanita Keputihan berpotensi organ fisiologis reproduksi dan sedikit vagina pernah berbau. yang mengalami Keputihan berlebihan, oleh menggunakan celana yang tidak menyerap faktor hormonal, kelelahan fisik dan keringat, jarang mengganti celana dalam, kejiwaan seperti stress. Hampir seluruh tidak sering mengganti pembalut pada saat wanita menstruasi, cara cebok yang salah, stres dari disebabkan responden berbagai usia pernah mengalami keputihan. Menurut World yang berkepanjangan, merokok Health Organitation bahwa sekitar 75% menggunakan alkohol, penggunaan bedak perempuan di Dunia pasti akan mengalami talcum/tisu dan sabun dengan pewangi pada keputihan paling tidak sekali seumur hidup daerah vagina, serta sering memakai atau nya, dan sebanyak 45% akan mengalami meminjam dua kali atau lebih, sedangkan wanita perlengkapan mandi yang memudahkan Eropa mengalami keputihan sebesar 25% penularan keputihan. Hampir semua wanita (Badaryati, 2012) . di Indonesia pernah mengalami keputihan barang-barang dan seperti Keputihan fisiologis dapat berkembang patologis minimal satu sampai dua kali menjadi keputihan patologis, jika tidak seumur hidupnya (Kusmiran, 2012). Dari hasil penelitian, didapatkan 60,2 % Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini (59 orang) memiliki perilaku pencegahan terjadi keputihan yang baik dan 39,8% (39 orang) penginderaan terhadap suatu objek tertentu. dengan perilaku pencegahan keputihan Pengetahuan yang kurang baik. Dari data diatas, domain menunjukkan terbentuknya masih adanya perilaku setelah yang orang atau melakukan kognitif sangat merupakan penting tindakan untuk seseorang pencegahan keputihan yang kurang baik, (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini hal oleh tidak sesuai dengan teori yang dikemukan kemudian oleh Notoatmodjo, bahwa pengetahuan berdampak pada sikap yang negatif dan merupakan domain yang sangat penting persepsi yang salah tentang keputihan. untuk terbentuknya tindakan seseorang. selain itu, dukungan pelayanan kesehatan, Pengetahuan seseorang tentang suatu objek dukungan keluarga dan dukungan dari juga mengandung dua aspek, yaitu aspek tenaga kesehatan serta keterpaparan akan negatif dan positif. Kedua aspek inilah yang informasi tentang keputihan patologis, akhirnya akan menentukan sikap seseorang sangat mempengaruhi seseorang dalam terhadap objek tertentu. melakukan tindakan pencegahan keputihan Pengetahuan mungkin diperlukan sebelum patologis. terlaksananya suatu prilaku, akan tetapi ini mungkin pengetahuan yang disebabkan rendah, prilaku yang diinginkan belum tentu terjadi 2. Hubungan Pengetahuan dengan perilaku pencegahan keputihan kecuali orang tersebut memiliki motivasi yang kuat untuk bertindak sesuai dengan patologis pengetahuan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini prosentase memiliki pengetahuan responden tidak berhubungan pengetahuan kurang sebesar 29,6% dan dengan perilaku dalam mencegah keputihan yang berpengetahuan baik sebesar 70,4%. patologis, mungkin karena mereka belum Sedangkan prosentase responden yang mengerti berperilaku sehingga responden baik yang dalam pencegahan yang tentang mereka mereka bahaya miliki keputihan, menganggap perilaku keputihan sebesar 60,2% dan berperilaku pencegahan kurang baik sebesar 39,8%. Dari hasil uji dilaksanakan. Atau bisa juga karena faktor bivariat, didapatkan tidak ada hubungan kebiasaan mahasiswa tersebut yang susah antara perilaku diubah. Seperti menggunakan celana yang pencegahan keputihan patologis (p-value = ketat, menggunakan bedak/sabun/tisue pada 0,985). daerah vagina, penggunaaan kloset umum pengetahuan dengan keputihan tidak perlu yang salah, kurang mengkonsumsi sayur, untuk dapat melakukan malas berolahraga dan lain-lainnya yang pencegahan keputihan patologis yang baik. bisa beresiko menimbulkan keputihan. Sehingga dapat tindakan disimpulkan sebelum tindakan tersebut dilakukan sebaiknya 3. Hubungan perilaku dengan harus ada sikap yang mendukung tindakan keputihan tersebut. sikap dapat dipengaruhi oleh Sikap pencegahan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain patologis Dari hasil penelitian, terlihat bahwa yang dianggap penting (guru, orang tua), prosentase responden yang mempunyai kebudayaan, media masa, lembaga perilaku baik dalam pencegahan keputihan pendidikan, lembaga agama dan pengaruh lebih banyak pada responden dengan sikap faktor emosional. yang positif (81%), sedangkan perilaku Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil responden penelitian pencegahan yang kurang keputihan baik lebih dalam banyak Cholisah Umairoh yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan sikap yang negatif (55,4%). Dari dengan hasil ada menciptakan sikap yang positif pada remaja hubungan antara sikap dengan perilaku putri dalam perilaku pencegahan keputihan pencegahan patologis, diperlukan peranan orang yang uji chi-square keputihan didapatkan patologis pada perilaku remaja putri. Untuk mahasiswa kebidanan Jakarta. dianggap penting bagi mereka. Misalnya, Sikap merupakan reaksi atau respon yang orangtua dalam memberikan informasi yang masih tertutup dari seseorang terhadap akurat serta memberikan contoh langsung suatu kepada stimulus atau objek. Sikap remaja putri bagaimana cara merupakan kesiapan atau kesediaan untuk menjaga perineal hygiene yang tepat dan bertindak, benar dan bukan merupakan serta bahayanya jika tidak pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum menjaganya dengan baik. Dengan demikian merupakan suatu tindakan atau aktifitas diharapkan akan tetapi predisposisi tindakan suatu remaja putri terhadap perilaku perineal perilaku. hygiene sehingga dapat terbentuk sikap Menurut Notoadmodjo (2007), sebelum yang positif pada remaja putri. Sikap seseorang mengadopsi perilaku, maka ia responden yang negatif dipengaruhi oleh harus melalui beberapa tahapan terlebih kurangnya motivasi serta kesadaran dalam dahulu, salah satunya sikap. Seseorang diri responden dalam menjaga perineal diharapkan memiliki sikap yang positif hygiene karena remaja putri tidak pernah terhadap pencegahan keputihan patologis diberikan dapat mengubah penyuluhan tentang pemikiran menjaga perineal hygiene yang tepat dan juga keadaan, seperti mereka berpersepsi bahwa menganggap bahwa keputihan, gatal-gatal wanita maupun bau tidak sedap merupakan hal keputihan dan harus melakukan pencegahan yang wajar terjadi pada perempuan yang keputihan, tapi karena faktor kebiasaan, telah mengalami masa menstruasi. Sikap maka mereka tidak melakukan tindakan yang diperlihatkan remaja putri dalam pencegahan keputihan. Misalnya : karena penelitian ini bukanlah sesuatu yang sudah aktifitas yang terlalu sibuk, sehingga mereka dilakukan, tidak sempat menukar celana dalam yang melainkan gambaran atau mempunya atau risiko mengalami refleksi yang akan dilakukan remaja putri lembab, karena kebiasaan tersebut. menggunakan celana ketat, akhirnya mereka menggunakan celana ketat. Atau kebiasaan 4. Hubungan perilaku Persepsi dengan pencegahan keputihan penggunaan bedak, tisue dan sabun pewangi. patologis Persepsi adalah gambaran suatu objek SIMPULAN berdasarkan pengalaman, peristiwa yang 1. Terdapat hubungan antara sikap dengan terjadi atau runutan yang terjadi akhirnya perilaku pencegahan keputihan patologis terjadilah suatu kesimpulan dalam suatu pada mahasiswa kebidanan Jakarta. informasi dan menafsirkannya. Persepsi 2. Tidak sebenarnya pengetahuan dan persepsi dengan perilaku bermakna stimulus dan Terdapat hubungan antara bagaimana seseorang itu memberi arti pencegahan keputihan patologis pada terhadap mahasiswa kebidanan Jakarta. Bagi stimulus tersebut. Misalnya terhadap keputihan, semua orang pernah Mahasiswa Kebidanan Jakarta untuk dapat mendengar melibatkan diri dan aktif dalam berbagai keputihan, tetapi mereka mempersepsikannya berbeda-beda. kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terutama mengenai perilaku pencegahan ada hubungan antara persepsi dengan keputihan patologis. Bagi instansi terkait perilaku pencegahan keputihan. Artinya supaya mahasiswa yang memiliki persepsi positif kegiatan penyuluhan tentang kesehatan tentang reproduksi keputihan melaksanakan belum perilaku keputihan patologis. Hal tentu mau pencegahan ini mungkin disebabkan karena mereka belum paham terhadap persepsi tersebut, atau karena suatu dapat melakukan khususnya keputihan patologis. peningkatan pencegahan DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta ; Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta ; Rineka Cipta Ayuningtyas, D. 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang. Tesis. Semarang ; Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Azwar, Azrul. 2006. Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Lebih Bermutu. Jakarta ; Pustaka Sinar Harapan Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Kedua. Yogyakarta ; Puskata Pelajar Badaryati, Emi. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada siswa SLTA atau sederajat di Kota Banjar Baru. Depok ; FKM UI Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta ; Gava Media Donatila, 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro Jones. 2009. Setiap wanita Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta ; Hipokrates Kasdu, D. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta ; Puspa Swara, Anggoru IKAPI Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta Selatan; Salemba Medika Manuaba IBG,2009. Keputihan Pada Remaja. Remaja Rosdakarya. Bandung Manuaba, BG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Ercon Maharani, S. 2009. Kanker, mengenal 13 jenis kanker dan pengobatannya. Yogyakarta ; Katahati Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmodjo. 2007. Masyarakat. Cipta. Ilmu Kesehatan Jakarta: Rineka Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta ; Rineka Cipta Nurul, Siti Qomariah dkk. 2010, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) pada Perempuan Indonesia. Depok; Pusat Komunikasi Kesehatan Prespektif Gender Bekerjasama dengan Ford Foundation Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Puskata Purnama DE, 2013. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan Tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat. Jakarta ; UIN Syarif Hidayatulloh Rozaknasa, 2009. Penyebab Keputihan. http//www.keputihan.com Siregar, Amarulloh. 2014. Jangan Sepelekan Keputihan by dr. Boike Dian Nugraha. http//www.dokter.us. diunduh pada tanggal 22 April 2015 jam 22.00 WIB Sugi. 2014. Awas Keputihan Bisa MengakibatkanKematiandanKe mandulan. RS Kemayoran Jakarta. http//www.bidanku.com. diunduh pada tanggal 22 April 2015 jam 22.00 WIB Taslim, 2008. Keputihan Pada Remaja. http//www. keputihanremaja.co.id Tim Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta : Salemba Medika. Winardi. 2014. Manajemen Perilaku. Cetakan Kedua. Jakarta ; Kencana Prenada Media Group Yusuf, F. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya