hubungan faktor predisposisi dengan perilaku pencegahan

advertisement
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA MAHASISWA
KEBIDANAN JAKARTA
Fauziah Yulfitria, Aticeh, Nina Primasari
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
E-mail : [email protected]
ABSTRACT
Vaginal discharge is a problem that is often experienced by women in various ages.
According to the World Health Organization (WHO) about 75% of women in the world will
experience vaginal discharge and in Indonesia around 90% of women experience vaginal
discharge potential. Discharge can be experienced by unmarried women or adolescent girls
aged 15-24 years. From some of the results, the data is still a lot of teenagers have good
behavior on the prevention and treatment of vaginal discharge. Of unacceptable behavior
towards the prevention and treatment of vaginal discharge can cause pathological vaginal
discharge. The aim to determine the relationship predisposing factors (Knowledge, Attitude
and Perception) with pathological discharge prevention behaviors in Jakarta midwifery
students. Descriptive Analytical Methods with cross sectional data collection. The number of
samples in this study of 98 respondents, the sampling using stratified random sampling. The
data used are primary data by giving questionnaires to respondents. RESULTS: There is a
relationship between attitudes (p-value = 0.001) with a pathological vaginal discharge
prevention behaviors in Jakarta midwifery students. Conclusion: Prevention of pathological
vaginal discharge related with attitude but not related to the knowledge and perception.
Keywords: predisposing factors, behaviors, prevention of pathological vaginal discharge
ABSTRAK
Keputihan merupakan masalah yang sering dialami oleh wanita diberbagai usia. Menurut
World Health Organization (WHO) sekitar 75% wanita di Dunia akan mengalami keputihan
dan di Indonesia sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami keputihan. Keputihan dapat
dialami oleh wanita yang belum menikah atau remaja putri berumur 15 – 24 tahun. Dari
beberapa hasil penelitian didapatkan data masih banyak remaja memiliki perilaku yang tidak
baik terhadap pencegahan dan penanganan keputihan. Perilaku yang tidak baik terhadap
pencegahan dan penanganan keputihan dapat menyebabkan terjadinya keputihan patologis.
Tujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (Pengetahuan, Sikap dan Persepsi)
dengan perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta.
Metode Penelitian Deskriptif Analitik dengan pengumpulan data secara cross sectional.
Jumlah sampel pada penelitian ini 98 responden, pengambilan sampel menggunakan
stratified random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dengan memberikan
angket kepada responden. Hasil penelitian : Terdapat hubungan antara sikap (p-value =
0,001) dengan perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta.
Kesimpulan : Perilaku pencegahan keputihan patologis memiliki hubungan dengan sikap
namun tidak berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi.
Kata Kunci : faktor predisposisi, perilaku, pencegahan keputihan patologis
Seorang
A. PENDAHULUAN
ahli
kebidanan
dan
kandungan serta konsultan seks, dr. Boyke
Latar Belakang
Keputihan adalah keluarnya cairan
Dian Nugraha berpendapat, hampir semua
selain darah yang berlebihan dari liang
wanita di Indonesia pernah mengalami
vagina.
merupakan
keputihan patologis minimal satu sampai
penyakit, melainkan salah satu tanda gejala
dua kali seumur hidupnya. Maka dari itu
dari suatu penyakit
organ reproduksi
setiap wanita dianjurkan untuk dapat
wanita. Keputihan bisa bersifat fisiologis
melakukan pencegahan dan penanganan
(dalam keadaan normal) namun bisa juga
keputihan patologis (Kusmiran, 2012).
Keputihan
bersifat
patologis
tidak
(Mansjoer,
2010).
fisiologis
adalah
oleh infeksi atau peradangan, hal ini terjadi
karena faktor hormonal seperti menjelang
karena perilaku yang tidak sehat seperti
atau
saat
membersihkan vagina dengan air kotor,
keinginan seksual meningkat, kelelahan
menggunakan cairan pembersih vagina
dan pada saat hamil. Sedangkan keputihan
yang berlebihan, menggunakan celana yang
patologis disebabkan oleh infeksi genitalia,
tidak menyerap keringat, jarang mengganti
benda asing atau penyakit lain pada organ
celana dalam, tidak sering mengganti
reproduksi (Nurul dkk, 2001).
pembalut pada saat menstruasi, cara cebok
Penyebab
keputihan
sesudah
menstruasi,
pada
Keputihan merupakan masalah yang
Keputihan
patologis
disebabkan
yang salah, stres yang berkepanjangan,
sering dialami oleh wanita diberbagai usia.
merokok
Berapapun usia seorang wanita bisa terkena
penggunaan bedak talcum/tisu dan sabun
keputihan.
Health
dengan pewangi pada daerah vagina, serta
Organitation (WHO), 75% wanita di Dunia
sering memakai atau meminjam barang-
pasti akan mengalami keputihan paling
barang seperti perlengkapan mandi yang
tidak sekali seumur hidup nya, dan
memudahkan
sebanyak 45% akan mengalami dua kali
(Kusmiran, 2012).
Menurut
World
dan
menggunakan
penularan
alkohol,
keputihan
atau lebih (Badaryati, 2012). Di Indonesia
Penelitian menunjukkan, keputihan
sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami
yang lama walau dengan gejala biasa-biasa
keputihan karena negara Indonesia yang
saja, lama kelamaan akan merusak selaput
beriklim tropis, yang menyebabkan organ
dara
reproduksi menjadi lembab dan basah
keputihan
sehingga
penyakit yang dapat merusak selaput dara.
jamur
mudah
tumbuh
berkembang (Nurul dkk, 2001).
dan
karena
sebagian
mengandung
besar
cairan
kuman-kuman
Selain merusak selaput dara, kejadian
keputihan
dapat
menyebabkan
ketidaknyamanan dan akan menimbulkan
tersebut
berbagai
genitalia
(padat, cair, kental), dalam warna (jernih,
diantaranya vulvitis, vaginits candidiasis,
putih, kuning, hijau) dan bau (normal,
servisitis dan endometriosis (Manuaba,
berbau) (Manuaba, 2003).
penyakit
infeksi
bervariasi
dalam
konsistensi
2009).
Pencegahan
masalah
keputihan
Jenis – Jenis Keputihan
sebaiknya sudah dilakukan sebelum masa
Keputihan dapat di bagi menjadi dua
remaja. Karena pada masa remaja terjadi
macam, yakni keputihan fisiologis
perkembangan pada organ reproduksinya
adalah
dan organ reproduksi remaja lebih sensitif,
sedangkan keputihan patologis adalah
sehingga diperlukan perilaku hidup sehat
bukan respon tubuh secara normal
untuk
(Rozaknasa, 2009).
mencegah
keputihan
patologis.
Keputihan patologis menimbulkan rasa
respon
1) Keputihan
tubuh
normal,
Fisiologis,
biasanya
yang tidak nyaman dan dalam jangka waktu
lendirnya encer, muncul saat ovulasi,
lama akan menyebabkan beberapa penyakit
menjelang haid dan saat mendapat
serius diantaranya penyakit infeksi pada
rangsangan seksual. Keputihan normal
panggul,
tidak gatal, tidak berbau dan tidak
infertilitas,
kehamilan
diluar
kandungan dan merupakan gejala awal dari
menular
karena
kanker serviks (Nurul dkk, 2001).
penyakitnya.
tidak
ada
bibit
Ada beberapa faktor penghambat
2) Keputihan Patologis, dengan ciri-ciri;
untuk berperilaku sehat dalam upaya
jumlah banyak, warnanya seperti susu
pencegahan
basi, cairannya mengandung leukosit
keputihan
diantaranya
kurangnya
patologis,
pengetahuan
yang
berwarna
kekuning-kuningan
individu atau remaja tentang pencegahan
sampai hijau, disertai rasa gatal, pedih,
keputihan, persepsi dan sikap yang tidak
terkadang berbau amis dan berbau
tepat
busuk (Jones, 2005).
yang
memperlemah
motivasi
seseorang untuk berperilaku hidup sehat
dalam
upaya
pencegahan
keputihan
patologis.
Etiologi Keputihan
1) Keputihan fisiologik, disebabkan oleh
faktor hormonal (bayi baru lahir,
Kajian Pustaka
menarche,
Pengertian Keputihan
Kelelahan fisik dan kejiwaan.
Keputihan
keluarnya
cairan
didefinisikan
dari
vagina.
sebagai
Cairan
2) Keputihan
rangsangan
Patologik,
birahi),
disebabkan
karena Infeksi, Adanya benda asing
dan
penyakit
lain
pada
organ
reproduksi (Manuaba, 2003).
katun,
mengganti
pantyliner
pada
pembalut
atau
waktunya
untuk
mencegah timbulnya bakteri. Ini semua
Patofisiologi
untuk
Keputihan (Fluor albus) merupakan salah
vagina dan agar selalu tetap kering
satu tanda dan gejala penyakit organ
4) Membasuh vagina dengan cara yang
reproduksi wanita, di daerah alat genitalia
benar yaitu dari depan (vagina) ke
eksternal bermuara saluran kencing dan
belakang (anus) tiap kali buang air
saluran pembuangan sisa-sisa pencernaan
5) Menggunakan cairan pembersih vagina
yang
disebut
dibersihkan
anus.
secara
menjaga
kebersihan
daerah
Apabila
tidak
sebaiknya tidak berlebihan, karena
sempurna
akan
dapat mematikan flora normal vagina,
ditemukan berbagai bakteri, jamur dan
kalau
parasit, akan menjalar ke sekitar organ
dahulu
genitalia. Hal ini dapat menyebabkan
menggunakan cairan pembersih vagina
infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu
6) Untuk mencegah iritasi pada vagina,
dalam hal melakukan hubungan seksual
hindari penggunaan bedak talcum,
terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya
sabun atau tisu dengan pewangi pada
pelecetan
daerah vagina
merupakan
pintu
masuk
mikroorganisme penyebab infeksi penyakit
perlu
konsultasikan
ketenaga
7) Jangan
medis
membiasakan
yang
terlebih
sebelum
meminjam
hubungan seksual (PHS) yang kontak
barang-barang
dengan air mani dan mukosa (Kasdu,
penularan seperti alat-alat mandi dan
2008).
sebagainya.
Dan
memudahkan
berhati-hati
bila
menggunakan WC umum terutama
Perilaku
Pencegahan
Terjadinya
atas kloset atau mengelapnya terlebih
Keputihan
1) Pola
untuk kloset duduk, hindari duduk di
hidup
seimbang,
sehat
istirahat
meliputi
cukup,
diet
hindari
dahulu.
8) Tidak membiasakan mengkonsumsi
rokok dan alkohol, olahraga teratur
jamu-jamuan
serta
keputihan,
hindari
stress
yang
berkepanjangan.
kepada pasangan
celana
konsultasikan
mengatasi
terlebih
dahulu ke dokter.
2) Untuk yang sudah menikah harus setia
3) Gunakan
untuk
9) Selalu menjaga kebersihan diri,
terutama kebersihan alat kelamin.
yang
menyerap
keringat dan tidak ketat terbuat dari
Rambut vagina atau pubis yang
terlampau
tebal
dapat
menjadi
tempat
sembunyi
kuman.
Jadi,
diperoleh
jangan
lupa
melalui
mata
menggunting
atau
(Notoatmodjo, 2007).
dan
telinga
membersihkannya agar pemberian
Pengetahuan yang di miliki oleh remaja
obat keputihan berupa salep lebih
putri tentang pencegahan dan mengatasi
mudah
keputihan
menyerap
(Kusmiran,
2012).
sangatlah
berpengaruh
pada
sikap prilaku bagaimana mereka mencegah
dan mengatasi keputihan. Wanita yang
Teori Perilaku
tidak bisa membedakan keputihan fisiologis
Menurut penelitian Bloom sebagaimana
dan keputihan patologis tidak akan tahu
yang dikutip Notoatmodjo (2003) perilaku
dirinya mengidap penyakit atau tidak.
terbentuk dari 3 faktor yaitu:
wanita
1) Faktor predisposisi (predisposing
factors),
yang
mencakup
pengetahuan, sikap dan sebagainya.
2) Faktor
pemungkin
yang
beranggapan
keputihan
fisiologis adalah keputihan patologis akan
membuat wanita tersebut merasa tidak
nyaman
dan
merasa
cemas
dirinya
(enabling
menderita suatu penyakit kelamin dan jika
factors), yang mencakup lingkungan
wanita beranggapan keputihan patologis
fisik, tersedia atau tidak tersedianya
adalah keputihan fisiologis akan membuat
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana.
wanita tersebut mengabaikan keputihan
3) Faktor
penguat
(reinforcement
yang dideritanya sehingga penyakit yang
factors), faktor-faktor ini meliputi
diderita bisa semakin parah (Manuaba,
undang-
1999 ).
undang,
peraturan,
peraturan-
pengawasan
dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.
Sikap
Paul Massen dan David Krech, berpendapat
sikap merupakan suatu system dari tiga
Faktor predisposisi yang mempengaruhi
komponen yang saling berhubungan, yaitu
Perilaku
kognisi (pengenalan), feeling (perasaan),
1.
dan action tendency (kecendrungan untuk
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
bertindak) (Yusuf, 2006). Sarlito Wirawan
ini
Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap
terjadi
setelah
orang
melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
adalah
Pengindraan terjadi melalui panca indra
terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007).
manusia,
penglihatan,
Menurut Yusuf (2011) unsur (komponen)
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
yang membentuk struktur sikap, yaitu:
Sebagian
yakni
besar
indra
pengetahuan
manusia
kesiapan
seseorang
bertindak
Komponen kognitif, Komponen afektif dan
keputihan
Komponen konatif
kebidanan Jakarta.
3.
patologis
pada
mahasiswa
Persepsi
Persepsi
adalah
proses
METODE
menginterprestasikan suatu objek dengan
Desain penelitian ini adalah studi
didahului proses penginderaan yaitu proses
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
diterimanya stimulus oleh individu melalui
sectional. Populasi penelitian ini adalah
alat indera atau disebut juga dengan
seluruh
sensoris.
Poltekkes kemenkes Jakarta III tahun
Dalam
proses
persepsi
mahasiswi
jurusan
kebidanan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
akademik
2014-2015.
Dengan
faktor eksternal dan faktor internal. Adapun
menggunakan rumus Slovin, didapatkan
faktor eksternal yaitu faktor yang melekat
jumlah samplenya sebanyak 98 orang.
pada suatu objek misalnya kontras warna,
Penelitian ini terdiri dari
variable
perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu
bebas (pengetahuan, sikap, persepsi) dan
yang baru dan sesuatu yang menjadi
variable
perhatian orang banyak. Sedangkan faktor
keputihan patologis). Waktu penelitian ini
internal yaitu faktor yang terdapat pada
dilaksanakan pada bulan April - Agustus
seseorang
yang
tahun
seseorang
dalam
akan
mempengaruhi
menginterprestasikan
suatu objek tertentu. Untuk mengetahui
terikat
2015
(perilaku
di
pencegahan
Jurusan
Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Alat pengumpulan data menggunakan
bagaimana faktor internal mempengaruhi
kuesioner
seseorang ada berbagai macam tekhnik
dengan analisa data menggunakan analisa
salah satunya adalah teknik proyeksi.
univariat
Beberapa faktor internal tersebut adalah
frekuensi
pengalaman/pengetahuan,
dependen
harapan
atau
yang diisi
untuk
mengetahui
variabel
dan
oleh responden,
distribusi
independen
analisis
bivariat
atau
untuk
expentation, kebutuhan, motivasi, emosi
melihat hubungan variabel independen
dan budaya.
(perilaku pencegahan keputihan) dengan
variabel dependen (pengetahuan, sikap dan
persepsi).
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan faktor
predisposisi
persepsi)
(pengetahuan,
dengan
perilaku
sikap
dan
pencegahan
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Karakteristik Mahasiswa Kebidanan Jakarta
Umur
Umur Menarche
Mengalami Keputihan
Keputihan Patologis
Perilaku Pencegahan Keputihan
Pengetahuan Keputihan
Sikap Terhadap Keputihan
Persepsi Terhadap Keputihan
Analisa Data :
Variabel
Frekuensi
%
10
10,2
 < 18 Tahun
88
89,8
 ≥ 18 Tahun
59
60,2
 < 13 Tahun
39
39,8
 ≥ 13 Tahun
96
98
 Pernah
2
2
 Tidak Pernah
78
79,6
 Tidak Pernah
20
20,4
 Pernah
59
60,2
 Baik
39
39,8
 Kurang Baik
69
70,4
 Baik
29
29,6
 Kurang
42
42,9
 Positif
56
57,1
 Negatif
74
75,5
 Benar
24
24,5
 Salah
Jumlah
98
100
keputihan patologis, memiliki perilaku
Mayoritas kriteria responden pada penelitian
pencegahan keputihan yang baik, memiliki
ini adalah berumur ≥ 18 tahun, dengan usia
sikap negatif terhadap keputihan, dan
menarche < 13 tahun, pernah mengalami
memiliki persepsi yang benar terhadap
keputihan,
keputihan.
tidak
pernah
mengalami
Tabel 2 Waktu Mengalami Keputihan pada Mahasiswa Kebidanan Jakarta
Waktu Mengalami Keputihan
Sebelum Menstruasi
Sesudah Menstruasi
Sebelum dan Sesudah Menstruasi
Stress dan Kelelahan
Kelelahan, Sebelum dan Sesudah
Menstruasi
Kelelahan dan Pakaian dalam Lembab
Tidak Tentu
Jumlah
Analisa Data :
Frekuensi
54
9
14
10
6
%
55,1
9,2
14,3
10,3
6,1
2
1
96
2,0
1,0
100
Mayoritas mahasiswa Kebidanan Jakarta mengalami keputihan pada saat sebelum
mensturasi yaitu sebanyak 55,1%.
Tabel 3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan faktor predisposisi dengan perilaku
pencegahan keputihan patologis pada mahasiswa kebidanan Jakarta
Perilaku Pencegahan
Keputihan
Total
P
Variabel
Baik
Kurang baik
value
N
%
N
%
N
%
Pengetahuan
Baik
41
59.4 28
40.6
69
100
Kurang
18
62.1 11
37.9
29
100 0.985
Sikap
Positif
34
81
8
19
42
100
Negatif
25
44.6 31
55.4
56
100 0.001
Persepsi
Benar
41
55.4 33
44.6
74
100
Salah
18
75
6
25
24
100 0,010
Analisa Data :
diri. Selain itu pada masa remaja, mereka
Responden yang memiliki pengetahuan
mengalami pertumbuhan fisik dan psikis
yang baik terhadap pencegahan keputihan
yang sangat pesat, termasuk pertumbuhan
patologis mayoritas memiliki perilaku
alat
yang baik terhadap pencegahan keputihan
mendapatkan informasi yang baik mengenai
patologis, responden yang memiliki sikap
pemeliharaan kesehatan reproduksi dan
positif terhadap pencegahan keputihan
apabila
patologis mayoritas memiliki perilaku
informasi
yang baik terhadap pencegahan keputihan
menimbulkan
patologis dan responden yang memiliki
reproduksinya.
persepsi yang benar terhadap pencegahan
Usia menarche responden mayoritas pada
keputihan patologis mayoritas memiliki
usia
perilaku yang baik terhadap pencegahan
menstruasi yang pertama kali datang dan
keputihan patologis.
merupakan sebagai tanda organ reproduksi
reproduksinya.
≥
mereka
tidak
maka
13
Mereka
tahun.
mendapatkan
kemungkinan
masalah
harus
pada
akan
kesehatan
Menarche
adalah
wanita sudah matang. Pada saat ini, wanita
Pembahasan
tersebut
1.
perawatan yang benar dan tepat pada alat
Karakteristik Responden
diharapkan
dapat
sehingga
melakukan
Mayoritas responden berumur ≥ 18 tahun .
reproduksinya,
tidak
terjadi
Hal ini menunjukkan bahwa respoden
gangguan pada alat reproduksinya. Usia
tergolong remaja. Masa remaja adalah
menarche dapat dipengaruhi oleh status gizi,
masa transisi antara masa kanak-kanan
pola makan, status ekonomi dan aktivitas
kemasa dewasa, masa pencarian identitas
olahraga.
Dari 98 responden, hampir semuanya
dilakukan
mengalami keputihan fisiologis, yaitu 98
Keputihan patologis menimbulkan rasa yang
% atau hanya 2 orang responden yang
tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama
tidak
keputihan
akan menyebabkan beberapa penyakit serius
fisiologis. Keputihan fisiologis merupakan
diantaranya penyakit infeksi pada panggul
salah satu bentuk respon tubuh dan
dan
merupakan hal yang normal. Keputihan
mengakibatkan infertilitas, keputihan juga
lebih banyak keluar ketika wanita dalam
dapat
masa ovulasi menjelang menstruasi, hal ini
kandungan dan juga merupakan gejala awal
disebabkan
oleh
dari kanker serviks.
meningkat
sehingga
pernah
mengalami
hormone
estrogen
lender
vagina
perawatan
infertilitas.
dengan
Tidak
menyebabkan
hanya
kehamilan
tepat.
bisa
diluar
Dari hasil penelitian, didapatkan 20,4 % (20
meningkat jumlahnya. Di Indonesia sekitar
orang)
90
mengalami
keputihan patologis, dan gejala yang sering
keputihan karena negara Indonesia adalah
mereka alami adalah keputihan yang disertai
daerah yang beriklim tropis, hal ini
gatal
menyebabkan
yang
patologis biasanya disebabkan oleh infeksi
merupakan daerah tertutup dan berlipat
atau peradangan, ini terjadi karena perilaku
akan menjadi lembab dan basah sehingga
yang tidak sehat seperti mencuci vagina
jamur mudah tumbuh dan berkembang
dengan air kotor, menggunakan cairan
(Nurul dkk, 2001).
pembersih
%
wanita
Keputihan
berpotensi
organ
fisiologis
reproduksi
dan
sedikit
vagina
pernah
berbau.
yang
mengalami
Keputihan
berlebihan,
oleh
menggunakan celana yang tidak menyerap
faktor hormonal, kelelahan fisik dan
keringat, jarang mengganti celana dalam,
kejiwaan seperti stress. Hampir seluruh
tidak sering mengganti pembalut pada saat
wanita
menstruasi, cara cebok yang salah, stres
dari
disebabkan
responden
berbagai
usia
pernah
mengalami keputihan. Menurut World
yang
berkepanjangan,
merokok
Health Organitation bahwa sekitar 75%
menggunakan alkohol, penggunaan bedak
perempuan di Dunia pasti akan mengalami
talcum/tisu dan sabun dengan pewangi pada
keputihan paling tidak sekali seumur hidup
daerah vagina, serta sering memakai atau
nya, dan sebanyak 45% akan mengalami
meminjam
dua kali atau lebih, sedangkan wanita
perlengkapan mandi yang memudahkan
Eropa mengalami keputihan sebesar 25%
penularan keputihan. Hampir semua wanita
(Badaryati, 2012) .
di Indonesia pernah mengalami keputihan
barang-barang
dan
seperti
Keputihan fisiologis dapat berkembang
patologis minimal satu sampai dua kali
menjadi keputihan patologis, jika tidak
seumur hidupnya (Kusmiran, 2012).
Dari hasil penelitian, didapatkan 60,2 %
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
(59 orang) memiliki perilaku pencegahan
terjadi
keputihan yang baik dan 39,8% (39 orang)
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
dengan perilaku pencegahan keputihan
Pengetahuan
yang kurang baik. Dari data diatas,
domain
menunjukkan
terbentuknya
masih
adanya
perilaku
setelah
yang
orang
atau
melakukan
kognitif
sangat
merupakan
penting
tindakan
untuk
seseorang
pencegahan keputihan yang kurang baik,
(Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini
hal
oleh
tidak sesuai dengan teori yang dikemukan
kemudian
oleh Notoatmodjo, bahwa pengetahuan
berdampak pada sikap yang negatif dan
merupakan domain yang sangat penting
persepsi yang salah tentang keputihan.
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
selain itu, dukungan pelayanan kesehatan,
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
dukungan keluarga dan dukungan dari
juga mengandung dua aspek, yaitu aspek
tenaga kesehatan serta keterpaparan akan
negatif dan positif. Kedua aspek inilah yang
informasi tentang keputihan patologis,
akhirnya akan menentukan sikap seseorang
sangat mempengaruhi seseorang dalam
terhadap objek tertentu.
melakukan tindakan pencegahan keputihan
Pengetahuan mungkin diperlukan sebelum
patologis.
terlaksananya suatu prilaku, akan tetapi
ini
mungkin
pengetahuan
yang
disebabkan
rendah,
prilaku yang diinginkan belum tentu terjadi
2.
Hubungan Pengetahuan dengan
perilaku
pencegahan
keputihan
kecuali orang tersebut memiliki motivasi
yang kuat untuk bertindak sesuai dengan
patologis
pengetahuan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
prosentase
memiliki
pengetahuan responden tidak berhubungan
pengetahuan kurang sebesar 29,6% dan
dengan perilaku dalam mencegah keputihan
yang berpengetahuan baik sebesar 70,4%.
patologis, mungkin karena mereka belum
Sedangkan prosentase responden yang
mengerti
berperilaku
sehingga
responden
baik
yang
dalam
pencegahan
yang
tentang
mereka
mereka
bahaya
miliki
keputihan,
menganggap perilaku
keputihan sebesar 60,2% dan berperilaku
pencegahan
kurang baik sebesar 39,8%. Dari hasil uji
dilaksanakan. Atau bisa juga karena faktor
bivariat, didapatkan tidak ada hubungan
kebiasaan mahasiswa tersebut yang susah
antara
perilaku
diubah. Seperti menggunakan celana yang
pencegahan keputihan patologis (p-value =
ketat, menggunakan bedak/sabun/tisue pada
0,985).
daerah vagina, penggunaaan kloset umum
pengetahuan
dengan
keputihan
tidak
perlu
yang salah, kurang mengkonsumsi sayur,
untuk
dapat
melakukan
malas berolahraga dan lain-lainnya yang
pencegahan keputihan patologis yang baik.
bisa beresiko menimbulkan keputihan.
Sehingga
dapat
tindakan
disimpulkan
sebelum
tindakan tersebut dilakukan sebaiknya
3.
Hubungan
perilaku
dengan
harus ada sikap yang mendukung tindakan
keputihan
tersebut. sikap dapat dipengaruhi oleh
Sikap
pencegahan
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
patologis
Dari
hasil
penelitian, terlihat
bahwa
yang dianggap penting (guru, orang tua),
prosentase responden yang mempunyai
kebudayaan,
media
masa,
lembaga
perilaku baik dalam pencegahan keputihan
pendidikan, lembaga agama dan pengaruh
lebih banyak pada responden dengan sikap
faktor emosional.
yang positif (81%), sedangkan perilaku
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
responden
penelitian
pencegahan
yang
kurang
keputihan
baik
lebih
dalam
banyak
Cholisah
Umairoh
yang
menyatakan ada hubungan antara sikap
dengan sikap yang negatif (55,4%). Dari
dengan
hasil
ada
menciptakan sikap yang positif pada remaja
hubungan antara sikap dengan perilaku
putri dalam perilaku pencegahan keputihan
pencegahan
patologis, diperlukan peranan orang yang
uji
chi-square
keputihan
didapatkan
patologis
pada
perilaku
remaja
putri.
Untuk
mahasiswa kebidanan Jakarta.
dianggap penting bagi mereka. Misalnya,
Sikap merupakan reaksi atau respon yang
orangtua dalam memberikan informasi yang
masih tertutup dari seseorang terhadap
akurat serta memberikan contoh langsung
suatu
kepada
stimulus
atau
objek.
Sikap
remaja
putri
bagaimana
cara
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
menjaga perineal hygiene yang tepat dan
bertindak,
benar
dan
bukan
merupakan
serta
bahayanya
jika
tidak
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
menjaganya dengan baik. Dengan demikian
merupakan suatu tindakan atau aktifitas
diharapkan
akan tetapi predisposisi tindakan suatu
remaja putri terhadap perilaku perineal
perilaku.
hygiene sehingga dapat terbentuk sikap
Menurut Notoadmodjo (2007), sebelum
yang positif pada remaja putri. Sikap
seseorang mengadopsi perilaku, maka ia
responden yang negatif dipengaruhi oleh
harus melalui beberapa tahapan terlebih
kurangnya motivasi serta kesadaran dalam
dahulu, salah satunya sikap. Seseorang
diri responden dalam menjaga perineal
diharapkan memiliki sikap yang positif
hygiene karena remaja putri tidak pernah
terhadap pencegahan keputihan patologis
diberikan
dapat
mengubah
penyuluhan
tentang
pemikiran
menjaga
perineal hygiene yang tepat dan juga
keadaan, seperti mereka berpersepsi bahwa
menganggap bahwa keputihan, gatal-gatal
wanita
maupun bau tidak sedap merupakan hal
keputihan dan harus melakukan pencegahan
yang wajar terjadi pada perempuan yang
keputihan, tapi karena faktor kebiasaan,
telah mengalami masa menstruasi. Sikap
maka mereka tidak melakukan tindakan
yang diperlihatkan remaja putri dalam
pencegahan keputihan. Misalnya : karena
penelitian ini bukanlah sesuatu yang sudah
aktifitas yang terlalu sibuk, sehingga mereka
dilakukan,
tidak sempat menukar celana dalam yang
melainkan
gambaran
atau
mempunya
atau
risiko
mengalami
refleksi yang akan dilakukan remaja putri
lembab,
karena
kebiasaan
tersebut.
menggunakan celana ketat, akhirnya mereka
menggunakan celana ketat. Atau kebiasaan
4.
Hubungan
perilaku
Persepsi
dengan
pencegahan
keputihan
penggunaan
bedak,
tisue
dan
sabun
pewangi.
patologis
Persepsi adalah gambaran suatu objek
SIMPULAN
berdasarkan pengalaman, peristiwa yang 1.
Terdapat hubungan antara sikap dengan
terjadi atau runutan yang terjadi akhirnya
perilaku pencegahan keputihan patologis
terjadilah suatu kesimpulan dalam suatu
pada mahasiswa kebidanan Jakarta.
informasi dan menafsirkannya. Persepsi 2.
Tidak
sebenarnya
pengetahuan dan persepsi dengan perilaku
bermakna
stimulus
dan
Terdapat
hubungan
antara
bagaimana seseorang itu memberi arti
pencegahan
keputihan
patologis
pada
terhadap
mahasiswa
kebidanan
Jakarta.
Bagi
stimulus
tersebut.
Misalnya
terhadap keputihan, semua orang pernah
Mahasiswa Kebidanan Jakarta untuk dapat
mendengar
melibatkan diri dan aktif dalam berbagai
keputihan,
tetapi
mereka
mempersepsikannya berbeda-beda.
kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
terutama mengenai perilaku pencegahan
ada hubungan antara persepsi dengan
keputihan patologis. Bagi instansi terkait
perilaku pencegahan keputihan. Artinya
supaya
mahasiswa yang memiliki persepsi positif
kegiatan penyuluhan tentang kesehatan
tentang
reproduksi
keputihan
melaksanakan
belum
perilaku
keputihan patologis. Hal
tentu
mau
pencegahan
ini
mungkin
disebabkan karena mereka belum paham
terhadap persepsi tersebut, atau karena suatu
dapat
melakukan
khususnya
keputihan patologis.
peningkatan
pencegahan
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta ; Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta ; Rineka Cipta
Ayuningtyas, D. 2011. Hubungan antara
Pengetahuan
dan
Perilaku
Menjaga Kebersihan Genetalia
Eksterna
Dengan
Kejadian
Keputihan pada Siswi SMA
Negeri 4 Semarang. Tesis.
Semarang ; Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Azwar, Azrul. 2006. Menuju Pelayanan
Kesehatan Yang Lebih Bermutu.
Jakarta ; Pustaka Sinar Harapan
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya Edisi Kedua.
Yogyakarta ; Puskata Pelajar
Badaryati, Emi. 2012. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku
pencegahan dan penanganan
keputihan patologis pada siswa
SLTA atau sederajat di Kota
Banjar Baru. Depok ; FKM UI
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran
Perannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran.
Yogyakarta ; Gava Media
Donatila,
2011. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Perilaku
Menjaga Kebersihan Genitalia
Eksterna dengan Kejadian
Keputihan pada Siswi SMA
Negeri 4 Semarang. Skripsi.
Universitas Diponegoro
Jones. 2009. Setiap wanita Kesehatan dan
Kecantikan. Jakarta ; Hipokrates
Kasdu, D. 2008. Solusi Problem Wanita
Dewasa. Jakarta ; Puspa Swara,
Anggoru IKAPI
Kusmiran,
Eny.
2012.
Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Wanita.
Jakarta Selatan; Salemba Medika
Manuaba
IBG,2009. Keputihan Pada
Remaja. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Manuaba, BG. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta ;
Ercon
Maharani, S. 2009. Kanker, mengenal 13
jenis kanker dan pengobatannya.
Yogyakarta ; Katahati
Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan.
Jakarta: EGC
Notoatmodjo. 2007.
Masyarakat.
Cipta.
Ilmu Kesehatan
Jakarta: Rineka
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S.
2012.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan
Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Etika dan Hukum
Kesehatan.Jakarta ; Rineka Cipta
Nurul, Siti Qomariah dkk. 2010, Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR) pada
Perempuan Indonesia. Depok;
Pusat Komunikasi Kesehatan
Prespektif Gender Bekerjasama
dengan Ford Foundation
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta ; Yayasan
Bina Puskata
Purnama DE, 2013. Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Perempuan
Tentang Pencegahan Keputihan
di SMK YMJ Ciputat. Jakarta ;
UIN Syarif Hidayatulloh
Rozaknasa, 2009. Penyebab Keputihan.
http//www.keputihan.com
Siregar,
Amarulloh. 2014. Jangan
Sepelekan Keputihan by dr. Boike
Dian
Nugraha.
http//www.dokter.us.
diunduh
pada tanggal 22 April 2015 jam
22.00 WIB
Sugi.
2014. Awas Keputihan Bisa
MengakibatkanKematiandanKe
mandulan.
RS
Kemayoran
Jakarta.
http//www.bidanku.com.
diunduh pada tanggal 22 April
2015 jam 22.00 WIB
Taslim, 2008. Keputihan Pada Remaja.
http//www.
keputihanremaja.co.id
Tim Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010.
Kesehatan remaja problem dan
solusinya. Jakarta : Salemba
Medika.
Winardi.
2014. Manajemen Perilaku.
Cetakan Kedua. Jakarta ;
Kencana Prenada Media Group
Yusuf, F. 2006. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung ;
PT. Remaja Rosdakarya
Download