BAB III TEKNOLOGI DAN ANALISIS FUNGSI KOMPONEN

advertisement
BAB III
TEKNOLOGI DAN ANALISIS FUNGSI KOMPONEN OPTOELEKTRONIKA
Karena watak komponen-komponen optoelektronis sangat menentukan unjuk
kerja sistem yang dibentuk secara menyeluruh, maka perlu difahami secara mendalam
teknologi pembuatan komponen masing-masing dan cara analisis fungsinya. Hal ini
terkait dengan prosedur perancangan sistem optoelektronis yang harus cermat secara
konseptual dan analitis kuantitatf untuk memenuhi standar unjuk kerja sistem yang
telah ditentukan.
Teknologi komponen mencakup teknologi bahan, teknologi struktur, dan
teknologi fabrikasinya.
Seperti telah diperlihatkan di Bab II, komponen-komponen optoelektronis
terbagi dalam tiga bagian fungsional sistem, yaitu:
1) komponen-komponen pemancar cahaya,
2) komponen-kornponenpenyalur cahaya, dan
3) komponen-komponen pengindera cahaya.
Pembahasan masing-masing komponen dimulai dengan konsep dasar atau
teori yang melandasi hingga karakteristik aktual yang diungkap dengan hubungan
rnasukan-keluarannya.
III. 1. SUMBER-SUMBER ELEKTROLUMINESENS
Disebut demikian karena komponen-komponen pemancar, dengan masukan
energi menghasilkan cahaya, tanpa melalui proses pemanasan seperti yang terjadi
pada lampu pijar.
Sumber elektroluminesens terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu pertama
yang menghasilkan cahaya nonkoheren, seperti LED (Light Emitting Diode), dan kedua
yang menghasilkan cahaya koheren, seperti ILD (Injection Laser Diode).
III.1.1. Dasar Teori LED
Celah Tenaga pada Bahan Semihantar
Bahan semihantar mernpunyai sifat di antara sifat-sifat penghantar dan isolator.
Dalam satuan s/m (siemen/meter) kehantaran/konduktivitas penghantar dalam orde
1016 atau lebih besar, isolator dalarn orde 10-4 atau lebih rendah, dan semihantar
dalam orde 10-14. Dalam keadaan normal, suhu kamar, elektron bebas pada bahan
semihantar lebih banyak daripada jumlah elektron bebas yang terdapat pada bahan
isolator, namun tidak sebanyak elektron bebas yang terdapat pada bahan penghantar.
Pada suhu yang sangat rendah bahan semihantar cenderung bersifat sebagai isolator;
path suhu yang cukup tingggi bahan ini cenderung bersifat sebagai penghantar.
Penjelasan mengenai hantaran elektrik pada semihantar berdasar perilaku elektron
dalam lingkup atom yang memilikinya. Pada lingkup atom berlaku hukum-hukum
mekanika kuantum yang menyatakan bahwa elektron luarnya dapat mempunyai energi
pada kuantum tertentu saja, tidak sembarang.
Bila ada pengaruh dan luar, misal kenaikan suhu, elektron-elektron pada bahan
semihantar terpacu, menthpat tambahan tenaga yang menentang gaya tarik intiintinya. Apabila tenaga elektron sudah cukup besar, maka elektron akan melepaskan
din dan ikatan kovalennya dan menjadi elektron bebas. Elektron-elektron yang
mempunyai aras tenaga tertinggi pada model atom Bohr adalah elektron yang
menempati lintasan terluar. Bidang cangkang tenluar disebut juga bidang valensi.
Jumlah elektron yang berada pada lintasan terluar ini, pada keadaan normal disebut
elektron valensi. Elektron-elektron yang telah lepas dan bidang valensi akan
menempati bidang hantaran. Jarak antara bidang hantaran bagian bawah dan bidang
valensi bagian atas disebut celah tenaga. Besar celah tenaga menggambarkan
tambahan tenaga minimum yang hams dilampaui agar elektron pada bidang valensi
dapat berpindah menempati bidang hantaran, atau dengan kata lain, tenaga yang
dibutuhkan agar elektron dapat melepaskan diri dari ikatan kovalennya menjadi
elektron bebas.
Kedudukan elektron pada bidang hantaran tidak mantap. Mereka cenderung
kembali ke bidang valensi. Apabila terjadi elektron dan bidang hantaran kembali ke
bidang valensi, maka tenaga yang telah diserap akan dilepaskan kembali dalam
bentuk tenaga cahaya atau panas. Anabila tenaga yang dilepaskan tersebut dalam
bentuk tenaga fotonlcahaya, cahaya tersebut akan mempunyai frekuensi tertentu
sesuai dengan lebar celah tenaga transisinya. Hubungan tersebut menyatakan dengan
persamaan (3.1). Model penggambaran bidang valensi, bidang hantaran, dan celah
tenaga dapat dilihat pada Gambar 3.1.
E = h.f
dengan :
E = tenaga yang diserap/dilepaskan
h = tetapan Planck, 6,624 x 10-34 W-dt/Hz
f = frekuensi gelombang cahaya yang dihasilkan
Gambar 3.1 Model Penggambaran celah tenaga
Pada bahan semihantar murni,
mu i, elektron bebas tidak dapat berada pada aras
dalam celah tenaga. Daerah aras celah tenaga disebut juga daerah celah terlarang.
Dengan membubuhi bahan semihantar dengan unsur-unsur
unsur unsur tertentu lain
lain, elektron
dapat menempati celah terlarang ini. Unsur pembubuh inii mempunyai valensi yang
berbeda dengan bahan semihantarnya. Apabila atom pembumbuh mempunyai valensi
yang lebih besar, maka penggabungan/pembubuhannya
penggabungan pembubuhannya akan mengakibatkan
kelebihan elektron, dan elektron tambahan ini
i akan menempati aras tenaga sedikit di
bawah bidang hantaran di dalam daerah terlarang. Atom bahan pembumbuh yang
mengakibatkan kelebihan elektron disebut atom donor dan bahan semihantar terbubuh
tersebut dikatakan berjenis--n. Sebaliknya
liknya apabila unsur pembumbuh mempunyai
valensi yang lebih kecil akibatnya
batnya akan terjadi kekosongan elektron; atau terjadi lubang
(hole). Atom pembubuh ini
ni disebut
disebut aseptor dan bahan semihantar terbubuh dikatakan
berjenis-p.
p. Dengan adanya atom aseptor ini kemampuan
emampuan hantar melalui lubang
meningkat, sehingga aras hantaran lubang akan sedikit di atas aras bidang valensi.
Keadaan tersebut dapat dilukiskan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Aras tenaga pada bahan jenis-p
jenis dan jenis-n
n
pengaruh penggabungan bahan semihantar jenis-n dan jenis-p
Apabila bahan jenis-p dan jenis-n disambung akan terjadi sambungan p-n atau
diode. Elektronn dari bahan jenis-n akan berdifusi (bergerak kian-kemari sambil
bergeser) melintasi sambungan menuju bahan jenis-p; sebaliknya lubang dari bahan
jems-p akan berdifusi melewati sambungan menuju daerah-n sampai terjadi suatu
keseimbangan bila elektron maupun lubang tidak lagi berdifusi ke wilayah seberang
sambungan. Sebagian pasangan elektron-lubang yang berdekatan mengadakan
rekombinasi, sehingga di wilayah sambungan akan terjadi pengosongan muatan; dan
wilayah kekosongan (depletion region) menjadi pemisah sisi p dan n terdapat
perbedaan potensial antara kedua sisi daerah kosong tersebut. Potensial yang terjadi
disebut potensial penghalang (barrier potential); yang menghalangi proses rekombinasi
lebih lanjut. Dalam keadaan seimbang ini di wilayah p di dekat sambungan terjadi
penumpukan lubang yang kepadatannya semakin menurun bila semakin jauh dan
sambungan. Masing-masing muatan tersebut menjadi pembawa minoritas. Besar
potensial penghalang ini sedikit lebih rendah dari celah tenaga.
Apabila
diode
p-n
diberi
prasikap maju
dari
luar,
maka
tambahan
electron/lubang akan berusaha menembus wilayah penghalang; memperkecil potensial
penghalang. Bila tegangan kuat yang diterapkan mampu mengatasi potensial
penghalang, maka electron/lubang akan mengadakan rekombinasi dan menghasilkan
arus elektrik. Proses rekombinasi ini melepaskan tenaga yang sebelumnya diserap
elektron. Gambar model sambungan p-n tampak pada Gambar 3.3. Uraian Iebih
mendalam mengenai mekanisme arus elektrik di dalam diode p-n terdapat di bukubuku teks Elektronika Dasar. Di sini segera akan dibahas terpancarnya cahaya pada
diode yang khusus dibuat menjadi LED.
Gambar 3.3 Model sambungan
sambunga p-n
Proses rekombinasi yang terjadi ada dua macam, yaitu: yang menghasilkan
radiasi cahaya dan proses yang tidak menghasilkan radiasi cahaya (nonradiative
process), yaitu dalam bentuk panas. Dalam pembicaraan LED, tekanan diberikan pada
proses yang menghasilkan radiasi cahaya. Ada dua proses rekombinasi da
dari satu
bidang energi ke bidang energi lain, yaitu: rekombinasi langsung dan rekombinasi
taklangsung. Proses rekombinasi langsung adalah proses yang terjadi antara elektron
yang berada pada bagian bawah
awah bidang hantaran dengan lubang pada aras bagian
atas bidang valensi secara langsung. Tenaga foton akan sama dengan tenaga celah
bidangnya. Proses rekombinasi je
jenis ini sebagian besar terjadi pada bahan celah
bidang langsung, misalnya pada GaAs (direct band-gap
gap material). Pada bahan celah
bidang langsung ini,i, momentum elektron pada
pa
bidang
ng hantaran sama dengan
momentum lubang yang berada pada
pa
bidang valensi. Karena itu kemungkinan
terjadinya rekombinasi yang menghasilkan foton cukup tinggi. Proses rekombi
rekombinasi
taklangsung dapat terjadi karena pada
pa bahan semihantar tertentu momentum elektron
pada bidang hantaran dan lubang valensi tidak sama. Hal ini
i
mengakibatkan
kemungkinan proses rekombinasi yang menghasilkan cahaya menjadi kecil karena
terlibatnya proses lain yang menghasilkan/menyerap
menghasilkan menyerap foton penyeimbang dalam
menjaga kekekalan momentum. Karena diperlukannya momentum penyeimbang ini,
maka pesat dan efisiensi proses radiatif menjadi rendah.
ren h. Aras tenaga tempat terjadi
keseimbangan momentum disebut aras perangkap (aras antara). Frekuensi cahaya
yang dihasilkan sebanding dengan tenaga celah bidang
bi
dikurangi
urangi tenaga yang
digunakan untuk membentuk bidang
bi ng perangkap. Bahan semihantar yang mempunyai
proses rekombinasi jenis inii disebut bahan celah bidang taklangsung. Model proses
rekombinasi pada bidang
ng sambungan p-n
p tampak pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Model rekombinasi langsung dan taklangsung
Efisiensi radiatif bahan jenis inii dapat ditingkatkan dengan membubuhi bahan
semihantar dengan atom unsur lain tertentu, sehingga terbentuk bidang perangkap
tersebut. Aras bidang perangkap
perang ap keadaan normalnya adalah netral namun
menimbulkan potensi lokal yang cenderung menarik elektron. Bidang inii disebut juga
bidang isoelektrik. Pada bahan jenis
jenis-p elektron injeksi mula-mula
mula terperangkap dalam
bidang ini,i, kemudian beralih dari
da bidang perangkap ke bidang valensi yang selanjutnya
berekombinasi.
Bahan semihantar pembentuk LED
LED dirancang sebagai sumber cahaya yang berdaya guna tinggi untuk
keperluan sistem komunikasi
unikasi optoelektronika, khususnya pada warna
a cahaya merah
dan inframerah. Panjang gelombang
gelombang cahaya yang diperoleh berbanding terbalik
dengan celah tenaga transisi antara bidang hantaran
taran dan bidang valensi. Hubungan
tersebut dirumuskan dengan persamaan (3.1) dan (3.2).
atau,
(3.2)
Dengan
= panjang gelombang
Eg
= nilai celah bidang transisi
c
= kecepatan cahaya di udara/ruang hampa
h
= tetapan planck
Daya keluar dari LED adalah
(3.3)
Dengan
= bagian muatan yang berekombinasi
N
= jumlah muatan per detik
Eg
= tenaga celah
i
= arus injeksi
e
= muatan elektron = -1,6 x 10-19 coulomb
Pemilihan jenis bahan untuk LED disesuaikan dengan panjang-gelombang
panjang gelombang
cahaya yang diharapkan keluar. Ada cukup banyak bahan semihantar
semihantar yang dapat
menghasilkan cahaya, namun hanya sedikit yang cocok sebagai bahan LED yang
digunakan dalam praktek.
Dalam hal untuk keperluan komunikasi, dipilih LED yang menghasilkan cahaya
merah atau inframerah. Alasan pemilihan ini,
i dalam hubungannya dengan penyaluran
isyarat melalui serat optis, adalah susutan daya pada cahaya merah dan inframerah
yang relatif kecil dibanding dengan cahaya pada kawasan frekuensi lainnya.
la
BAHAN
CELAH BIDANG
TENAGA (Ev)
PANCARAN
JENIS TRANSISI
(nm)
(x 1,6 x 10--19 Joules)
Ge
0,66
1880
Taklangsung
Si
1,09
1140
Taklangsung
GaAs
1,43
910
Langsung
GaP
2,24
560
Taklangsung
GaAs.6P.4
1,91
650
Langsung
A1Sb
1,60
775
Taklangsung
2,2 – 3,0
563 – 413
Taklangsung
A1GaAs
1,40 – 1,55
800 – 900
InGaAs
0,95 – 1,24
1000 – 1300
InGaAsP
0,73 – 1,35
900 – 1700
SiC
Jenis bahan LED yang banyak digunakan secara komersial antara lain GaAs,
GaP, dan kombinasi Ga(As,P). Pada tabel di atas diberikan contoh bahan semihantar
yang banyak digunakan, besar celah tenaga, panjang-gelombang cahaya yang
dihasilkan, dan macam aras transisi.
Bahan-bahan celah bidang langsung dan celah bidang taklangsung
Efisiensi dan pesat rekombinasi pada bahan semihantar celah bidang langsung
sangat berbeda dengan bahan celah bidang taklangsung. Di bagian terdahulu telah
dibicarakan bahwa panjang-gelombang yang terpancar akan sebanding dengan tingkat
celah tenaga transisinya. Bila celah bidang tenaganya besar, maka cahaya yang
dipancarkan akan mempunyai panjang-gelombang yang pendek dan sebaliknya celah
tenaga yang kecil akan menghasilkan cahaya dengan panjang-gelombang yang
panjang. Rekombinasi radiatif pada bahan celah bidang langsung berjalan dengan
cepat, karena kedua komponen yang berekombinasi telah mempunyai momentum
yang sama; sedangkan pada bahan celah bidang taklangsung proses rekombinasi
nonradiatif mendominasi proses, sehingga pesat maupun efisiensinya rendah. Berikut
ini digambarkan bidang valensi dan bidang hantaran sebagai fungsi momentum pada
bahan kombinasi GaAsi-xPx, dengan x adalah fraksi mol.
Seperti tampak pada Gambar 3.5, terdapat dua cekungan minimum, yaitu:
cekung minimum langsung dan cekung minimum taklangsung. Elektron pada bidang
hantaran menempati bidang tenaga minimum sedangkan lubang menempati bidang
valensi maksimum. Elektron pada cekung minimum langsung mempunyai momentum
yang sama dengan lubang pada bidang valensi maksimum. Kekekalan momentum
terjadi tanpa melibatkan rekombinasi yang menghasilkan foton. Elektron pada cekung
minimum taklangsung mempunyai momentum yang berbeda dengan momentum
lubang. Kekekalan momentum melibatkan proses rekombinasi non-radioatif sebagai
proses penyeimbang.
Pada Gambar 3.5 tampak bahwa untuk x < 0,4 cekung minimum bidang
langsung lebih dominan, sehingga bahan kombinasi GaAsi-xPx dengan x < 0,4 dikenal
sebagai bahan celah bidang langsung. Untuk x> 0,4 cekungan minimum celah bidang
taklangsung lebih dominan, sehingga bahan komposisi GaAsi-xPx dengan x > 0,4
dikenal sebagai bahan celah bidang taklangsung. Dengan kenaikan nilai x celah
bidang tenaga bertambah besar dan dengan demikian bahan ini menjadi kurang
efesien untuk LED karena proses rekombinasi non-radiatif yang terlibat dalam
kekekalan momentum bertambah besar.
Efisiensi radiasi yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan bahanbahan celah bidang langsung, namun karena adanya faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan, misalnya kemudahan-kemudahan
kemudahan kemudahan produksi dan harga, maka bahan
bahanbahan celah bidang
ng langsung banyak digunakan.
Gambar
bar 3.5 Bagan hubungan momentum dan celah tenaga untuk
beberapa kombinasi GaAsP
Perbaikan watak
bahan
celah
bidang taklangsung
dilakukan dengan
mengusahakan terbentuknya
ntuknya bidang perantara yang menjembatani bidang valensi dan
bidang hantaran dengan memasukkan
memasukk
bahan tertentu pada bahan-bahan
bahan semihantar
tersebut. Bidang perantara ini
ni disebut bidang perangkap (isoelectronic
isoelectronic trapping centre
centre).
Dalam keadaan normal bidang ini netral, namun mengimbaskan potensial setempat
yang cenderung menarik elektron dari
da bidang Pengumpulan elektron pada bidang
tengah inii makin meningkat. Demikian pula momentum
mentum elektron akan terdifusi dalam
bidang ini,i, sehingga kemungkinan terjadinya
te
rekombinasi
ombinasi dengan lubang dan bidang
valensi meningkat.
Gambar 3.6 Bagan hubungan momentum dan celah tenaga bahan
taklangsung GaP dan aras perangkap
Pada bahan semihantar GaP ada dua jenis pembentukan bidang
bi ng perangkap
yang dapat dilakukan.
an. Metode pertama dengan menyisipkan/mengganti
menyisipkan mengganti atom Phospor
dengan Nitrogen. yang kedua dengan mengganti pasangan atom GaP dengan
pasangan atom Seng-Oksigen
Oksigen dengan jumlah elektron valensi yang sama. Bidang
perangkap berada sedikit di bawah bidang Struktur ini
i terlihat pada Gambar 3.6.
Bahan
GaP
yang
diberi
atom
pembubuh n,
n,
proses rekombinasinya
menghasilkan cahaya dengan panjang-gelombang
gelombang 565 nm (hijau). Bila bahan GaP
diberi bahan pembubuh pasangan Seng-Oksigen
Oksigen akan menghasilkan cahaya dengan
panjang-gelombang
gelombang 700 nm (merah).
Watak Volt-ampere Diode
Watak volt-ampere
ampere diode
dio dinyatakan dengan persamaan 3.4
Dengan :
IF
= arus prasikap maju
I0
= arus jenuh mundur
VF
= tegangan prasikap maju
VT
= tegangan yang bersikap suhu
= bernilai 1-2
1
Hasil empiris
s koefisien suhu, baik
ba k untuk bahan celah bidang langsung maupun
untuk bahan celah bidang taklangsung, adalah antara -1,3 sampai -2,3
2,3 mV/°C,
tergantung pada arus prasikap
rasikap majunya. Hubungan ini dilukiskan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Koefisien Suhu Tegangan Maju sebagai Fungsi Arus Maju
Perubahan Panjang-gelombang
gelombang Puncak sebagai Fungsi Suhu
Lebar celah tenaga, baik pada bahan celah bidang langsung maupun celah
bidang taklangsung, cenderung mengecil dengan kenaikan suhu. Karena panjang
panjanggelombang cahaya yang dipancarkan sebanding dengan lebar celah tenaga, maka
perubahan lebar
bar celah bidang tenaga akan mengubah panjang-gelombang
panjang gelombang puncak
yang dihasilkan. Hasil empiris menunjukan bahwa untuk pemancar celah bidang
langsung, panjang-gelombang
gelombang yang dihasilkan akan naik 0,2 mm/°C, sedangkan
bahan celah bidang taklangsung dengan atom pembubuh Nitrogen mempunyai
unyai faktor
ketergantungan yang lebih rendah, yaitu 0,09 nm/°
nm C.
Perubahan Daya Keluaran karena Perubahan Suhu
Daya pancar LED menurun dengan kenaikan suhu.
suhu. Variasi perubahan sekitar
-1% baik untuk bahan celah bidang langsung maupun
maupu bahan celah
ah bidang
taklangsung.
Untuk
LED
yang
dalam
penerapannya
menggunakan
mata
sebagai
detektornya, maka variasi tanggapan mata sebagai fungsi panjang-gelombang
panjang gelombang harus
diikutsertakan dalam perhitungan
itungan variasi
va asi ketergantungan daya pancaran terhadap
suhu.. Sebagai ilustrasi diambil contoh sebagai berikut: pada panjang-gelombang
panjang gelombang 650
nm daerah merah tanggapan mata berkurang -0,43%
0,43% dan pada daerah hijau dengan
panjang-gelombang
gelombang 565 nm tanggapan mata berkurang -0,86%
0,86% nm. Jika perubahan
panjang-geiombang sebagaii fungsi suhu adalah
ada
0,2 nm/°C untuk 650 nm ce
celah bidang
langsung, maka intensitas optis akan menurun sebesar:
dan apabila perubahan 0,09 nm/°
/°C untuk bahan celah bidang taklangsung dengan
panjang-gelombang
gelombang 565 nm, maka intensitas optis akan menurun sebesar
sebes :
Perubahan intensitas luminus LED mempunyai hubungan logaritmis dengan
perubahan
n suhu. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai:
I v suhu 1 = I v suhu 0ek
dengan
T
I v suhu 1
= intensitas luminus pada t1
I v suhu 0
= intensitas luminus pada t0
tX
= T0-T1
k
= in (1-koefisien
koefisien suhu)
(3.5)
III-1.2 Sifat-Sifat Fisis LED
Pengetahuan tentang sifat-sifat
sifat sifat fisis bahan semihantar sangat diperlukan dalam
proses perancangan suatu komponen optoelektronis agar diperoleh peranti dengan
watak yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Faktor-faktor
Faktor faktor penting yang hams
diperhatikan antara lain, pemilihan bahan semihantar, pemilihan bahan penyungkup,
sifat-sifat
sifat pancaran cahaya pada bahan utama dan bahan pendukungnya, dan rugi
rugi-rugi
akibat perbedaan indeks bias bahan yang dilalui cahaya.
Mengenai bentuk fisiknya, LED terbungkus dengan bahan gelas atau plastik
dengan berbagai bentuk. Bentuk kubah dan persegi merupakan yang paling umum
digunakan. Konstruksi tersebut bertujuan memperbesar bentuk luar, memudahkan
pemasangan, melindungi bagian dalam yang lemah dan peka, dan memperbesar
efisiensi radiasinya.
adiasinya. Tidak semua foton yang keluar dan daerah aktif sambungan dapat
sampai ke detektor. Sebagian foton hilang di tengah perjalanan. Hal mi merupakan
suatu kerugian. Ada tiga macam rugi-rugi
rugi rugi daya yang berkaitan dengan perjalanan
foton, yaitu; rugi daya
a akibat penyerapan oleh bahan semihantar, rugi-rugi
rugi rugi Fresnel, dan
rugi-rugi sudut kritis.
Efisiensi konversi tenaga elekths ke optis dinyatakan dengan persamaan
η eo =
P0
× 100%
Pe
dengan
(3.6)
Po = tenaga optis
Pe = tenaga elektris
Rugi-rugi Akibat Penyerapan oleh Bahan
Foton yang dibangkitkan di daerah sambungan p-n
n akan memancar ke segala
arah. Jika bahan semihantar adalah bahan bening (transparan) sebagian besar foton
akan diteruskan. Namun bila bahan semihantar adalah jenis gelap (opaque)
(opaque), maka
sebagian besar foton tak dapat menembus tetapi terserap oleh bahan. Presentase
foton yang berguna terhadap foton total yang dihasilkan oleh proses rekombinasi
disebut faktor efisiensi bahan.
Rugi-Rugi Fresnel
Apabila berkas cahaya dalam perjalanannya
perjalanannya melalui bahan dengan indeks bias
n1 masuk ke bahan lain dengan indeks bias n2, maka sebagian cahaya akan
dipantulkan kembali oleh aang antara kedua bahan. Jumlah foton yang diteruskan
menjadi lebih kecil, dengan kecepatan arah yang berbeda dengan keadaan semula.
Rugi-rugi
rugi akibat pantulan oleh bidang antara disebut rugi-rugi Fresnel.
Koefisien pantulan dinyatakan sebagai:
(3.7)
Besar koefisien pantulan akan sama meskipun arah asal cahaya dibalik.
Koefisien transmisi didefinisikan
nisikan sebagai:
(3.8)
Faktor efisiensi rugi-rugi
rugi Fresnel diperoleh da
dari pembagian persamaan (3.8)
dengan perkalian indeks bias bahan n1n2, sehingga
(3.9)
Efisiensi rugi-rugi
rugi Fresnel dapat diperbaiki/ditingkatkan
diperbaiki/ditingkatkan dengan menyisipkan
bahan secara ideal mempunyai indeks bias nx =
n1.n2 . Dengan susunan tersebut
terdapat dua sambungan dengan faktor transmisi masing-masing
masing
T1 dan T2.
(3.10)
(3.11)
sehingga faktor efisiensi total rugi-rugi
rugi
Fresnel adalah:
η FR = T1T2
(3.12)
Sebagai ilustrasi diambil contoh:
n1 bahan semihantar = 3,4, n2 udara = 1
Apabila disisipkan bahan dengan indeks nx =
(1.3,4) maka T1
= T2 = 0,9
0,912. Faktor
efisiensi total adalah T1.T2 = 0,832. dengan demikian efisiensi Fresnel meningkat
5,4%.
Rugi-Rugi Sudut Kritis dan Elukum Snellius
Faktor rugi-rugi efisiensi yang lain adalah rugi-rugi akibat sudut datang cahaya
pada suatu permukaan yang lebih besar dari sudut kritisnya. Sudut kritis adalah sudut
datang cahaya yang sudut biasnya adalah 90° terhadap normal (sejajar sumbu bidang
atas) pada dua jenis bahan yang indeks biasnya berbeda. Berkas cahaya yang datang
dengan sudut yang lebih kecil daripada sudut Icritis yang akan diteruskan, sebaliknya
berkas cahaya yang datang dengan sudut lebih besar clanpada sudut kritis akan
dibiaskan sejajar sumbu bidang. Untuk menentukan besar sudut kritis digunakan
hukum Snellius tentang cahaya yang melewati dua jenis bahan yang mempunyai bias
berbeda. Hukum mi menyatakan: Sinus sudut datang dan sinus sudut pergi sebanding
dengan indeks bias bahan tempat cahaya pergi dan indeks bias bahan tempat cahaya
datang.
n1 sin θ d = n2 sin θ d
(3.13)
dengan: θ d = sudut datang pada permukaan bahan
θ p = sudut bias
n1
= indeks bias bahan 1
n2
= indeks bias bahan 2
Sudut kritis adalah sudut datang θ d yang sudut biasnya 90°. Dengan pernyataan lain:
n1 sin θ d = n2 sin 90
sin θ d =
n2
n1
n2
n1
θ k = arc sin
(3.14)
Sebagai ilustrasi diberikan contoh :
n1 (indeks bias bahan) = 3,4
n2 (indeks bias bahan) = 1
cahaya berasal dari bahan ke udara, maka :
θ kritis = arc sin
1
= 17,1
3,4
Efisiensi sudut kritis didefinisi sebagai :
nkritis
n
= 2
n1
2
(3.15)
Pada contoh di atas untuk LED dengan indeks bias bahan 3,4 dan indeks bias udara 1,
efiensinya adalah:
nkritis
1
=
3,4
2
= 0,0865
Penyelubungan LED denga bahan yang mempunyai indeks bias sebesar
nx = n1n2 akan meningkatkan
ngkatkan jumlah fluks yang berguna, tetapi apabila permukaan
bahan yang disisipkan datar, maka kenaikan fluks hilang kembali karena sudut bias
bidang/bahan pengantara menjadi sudut ing bagi persambungan bahan pengantara
dengan udara. Dalam hal ini nilai sudut kritis tak terperbaiki.
erbaiki. Keterangan di atas
dijelaskan dengan Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Pemantulan dan Pembiasan Berkas Cahaya
Dengan membentuk bahan pengantara tersebut seperti kubah, maka sudut
datang pada permukaan bahan pengantara ke udara menjadi lebih kecil daripada
sudut datang bahan semihantar ke bahan pengantara. Pada Gambar 3.8(c) terlihat
bahwa fluks yang hilang pada [bar 3.8 (b) akan dapat berguna, sehingga sudut
kritisnya lebih besar. Pada gambar juga lihat bahwa sudut kritis meningkat dan 17,1°
manjadi 26°. Jadi bentuk sungkup kubah meningkatkan faktor efisiensi
efisie
LED.
Efisiensi Optis
faktor
efisiensi
iensi akibat adanya
Di bagian terdahulu telah dibahas perihal faktor-faktor
penyerapan Efisiensi Fresnel, dan efisiensi sudut kritis. Efisiensi optis diperoleh
dengan mengalikan efisiensi tersebut :
η optis = η absorb .η FR .η kr
(3.16)
Perhitungan Fluks Radiasi
Dalam praktek, perhitungan dengan rumus-rumus
rumus rumus praktis tentang fluks radiasi
adalah rumus-rumus
rumus yang dibahas secara terinci dalam bidang fotometri. Hal
Hal-hal yang
diketahui berhubungan dengan piranti sumber elektroluminansens
elektroluminansens antara lain pola
luminous efficacy,, daya per satuan sudut ruang, dan daya total.
Pola Radiasi Cahaya
Pancaran cahaya sumber LED mempunyai pola tertentu sesuai dengan bentuk
sungkup, sungkup, dan jarak sumber ke ujung sungkup. Pada pola lambertian
intensitas luminous bervariasi sesuai dengan kosinus sudut θ,, yaitu sudut antara
sumbu absis dan beberapa kedudukan tertentu.
I (θ ) = I 0 cosθ
(3.16)
Dengan I0
Watak pola radiasi sering dinyatakan dengan sudut ½, yaitu besar sudut
ketika besar intensitas
itas luminusnya setengah besar intensitas luminus pada
= 0°.
Gambar 3.9 melukiskan radiasi LED untuk beberapa kedudukan sumber cahaya
terhadap ujung penyungkupnya. luminus besarnya phi ( ) kali intensitas luminus.
Gambar 3.9 Bentuk pola
pola radiasi terhadap kedudukan sumber cahaya dan
ujung Penyungkup
Bentuk pola radiasi juga sering
se ng digambarkan secara grafis terlihat pa
pada
Gambar 3.10 berikut ini :
Gambar 3.10 Pola radiasi unutk LED merah jenis T-1
T 1 3/4
Luminous Efficacy
Luminous efficacy didefinisikan
didefi sikan sebagai nisbah fluks luminus (lumen) terha
terhadap
radiasi (watt). Nilai ( V) telah diberikan pada lembaran data piranti. Sebagai contoh
diberikan :
LED luminous efficacy (lm/W)
Merah
Merah ef. Tinggi
Kuning
Hijau
135
460
630
Standar
60
Daya per Sudut Ruang Satuan
Daya per satuan sudut ruang dinyatakan dalam satuan microwatt per steradian.
Perhitungan
erhitungan melibatkan luminous efficacy dengan rumus praktis:
(3.18)
Dengan
Ie
= daya per sudut ruang satuan (mW)
IV
= intensitas luminus
( V)
= luminous efficacy (lm/W); 1 lumen = 1000 m lm
Perhitungan Daya Total
Apabila ingin menghitung fluks radiasi total, maka pola radiasi harus
ha s dibe
diberikan.
Berikut ini diberikan
an contoh untuk menghitung fluks radian total suatu LED dengan pola
radiasi seperti pada Gambar 3.11, yaitu LED jenis T-1
T 3/4 merah-efisiensi
efisiensi tinggi
dengan 2
½
= 35° dan menghasilkan
menghasilkan 12 mcd. Gambar 3.11 juga memuat grafik linear
yang digunakan untuk menghitung
menghi
intensitas luminus relatif. Pada gambar tersebut
diambil selang setiap 5°
Dari data grafik Gambar 3.11,
D = 5° = 180/N; jadi N = 36
(3.19)
Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3.3. perhitungan hanya dilakukan hingga m =
70° dengan M = 14
Daya total diperoleh dengan menggunakan persamaan (3.21)
(3.20)
Gambar 3.11 Pola Radiasi Lampu Merah Efisiensi Tinggi Jenis T-1
T 1 3/4
III-1.3. Watak-Watak
Watak Listrik LED
Pada bagian inii akan dibahas beberapa watak LED di antaranya
antaranya watak Volt
Voltampere dan penghambat
ghambat Pembatas Arus.
Watak Volt-Ampere
Watak LED yang terpenting adalah watak volt-ampere.
volt ampere. Gambar 3.12(a)
memperlihatkan watak volt--ampere
ampere untuk LED merah standar. Gambar 3.12(b)
memperlihatkan watak volt- ampere untuk LED merah, kuning, dan hijau
hijau berefisiensi
tinggi.
Gambar 3.12 Watak Volt-ampere
Volt
LED
Tegangan ambang yang diperlukan agar LED bekerja adalah 1,5 volt. Pada
tegangan prasikap maju yang lebih tinggi dari
da nilai ambang ini,i, kenaikan arus maju
sangat cepat. perbandingan
ndingan perubahan tegangan prasikap maju terhadap perubahan
arus maju didefinisikan sebagai hambatan analisis
yang
digambarkan
sebagai kemiringan grafik volt-ampere.
volt
LED
standar mempunyai
hambatan dinamis yang lebih kecil dibandingkan hambatan dinamis LED merah,
kuning,
ng, dan hijau berefisiensi tinggi. Pemasangan LED secara pararel sedapat
mungkin
kin dihindarkan. Pemasangan pararel memungkinkan lesapan daya yang besar
pada hambatan
batan dinamis yang kecil (terutama LED yang mempunyai hambatan dinamis
terkecil).
Variasi tegangan VF akan menghasilkan arus IF yang berubah-ubah,
ubah, sehingga
luminus yang dihasilkan juga berubah-ubah.
berubah
Bila nilai tegangan maju VF maksimum
terlampaui, lesapan daya akan terlampau besar, sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan. Pada pemodulasi LED, tegangan pemodulasi
pemodulasi dibuat kecil, sehingga LED
bekerja pada daerah kerja normalnya.
Pada grafik watak LED terlihat bahwa pemberian tegangan mundur sampai
suatu nilai tertentu, arus masih kecil sekali, sehingga diabaikan. Namun bila tegangan
mundur terlampau besar, sehingga
ehingga tegangan dadal terlampauai, maka arus mundur
akan naik dengan cepat. Arus balik yang besar ini membahayakan LED. Penghambat
pembatas diperlukan untuk menjaga kemungkinan kerusakan ini.
Penghambat Pembatas Arus
Kemampuan LED dalam mengalirkan arus
arus lektrik adalah terbatas. Untuk
menghindarkan akibat kelebihan arus, baik arus maju maupun arus mundur, diper
diperlukan
pembatas arus yang dipasang seri dengan LED. Arus maju LED dapat dihitung
berdasar hubungan persamaan :
Apabila akan ditentukan nilai penghambat pembatas arusnya ditentukan dengan
persamaan :
Dengan R
= penghambat pembatas arus
VCC
= tegangan penyedia daya
VF
= tegangan maju LED
VCE
= tegangan jenuh transistor pendorong kerja LED
IF
= arus prasikap maju
Contoh penyelesaian
nyelesaian persoalan tentang hal di atas diberikan sebagai berikut :
contoh diambil
III-1.4. Data Watak LED
Dalam perancangan penerapan piranti. optoelektronika lembaran
lembaran data sangat
diperlukan dasar data tersebut penggunaan kemampuan maksimum piranti dapat
tercapai. Terutama yang berhubungan dengan masalah kondisi operasi yang optimum
dan perancangan dalam kasus uruk (worst case design).
Pada lembaran data terdapat keterangan tentang pabrik pembuat, ukuran
fisik, syarat operasi maksimum, watak optis/elektrik, dan kurve operasi. Beberapa hal
yang sangat penting diperhitungkan dan keterangan watak piranti adalah:
1) daya cahaya keluaran dan warna
wa
cahaya,
2) suhu maksimum yang masih diperbolehkan agar kerja piranti normal,
3) persyaratan untuk operasi dengan isyarat denyut, dan
4) laju tanggapan, tegangan dadal, dan sebagainya.
Daya Cahaya Keluaran
Dasar pemilihan suatu LED adalah path daya dan spektrum cahaya keluaran
path arus prasikap tertentu. Watak yang
yan berhubungan dengan hal ini adalah panjang
panjanggelombang puncak yang dihasilkan, panjang-gelombang
panjang gelombang yang dominan, intensitas
luminus, dan pola radiasi cahaya. Pola radiasi ditentukan oleh konfigurasi bidang
pancar bahan semihantar dan selubung gelas/plastic penutupnya.
pe
Pada penerapan visual, karena informasi cenderung untuk diterima dan
segala arab, pola Lambertian lebih cocok. Kepekaan mata manusia yang digunakan
sebagai detektomya ditentukan oleh spektrum tanggapan syaraf mata dan spektrum
sumber cahaya. Panjang-gelombang dominan yang diterima oleh mata akan
menentukan warna cahaya. Panjang-gelombang puncak adalah panjang-gelombang
tertinggi pada spektrum radiasi (pola radiasi). Dua kurve yang mempunyai wama
dominan yang sama belum tentu mempunyai panjang-gelombang puncak yang sama
karena kurve watak keduanya berbeda. Keterangan di atas dijelaskan dengan Gambar
3.14. Warna dominan diperoleh dan superposisi kedua kurve pada kawasan visual.
Pada penerapan non-visual, warna cahaya (panjang-gelombang dominan)
bias dikesampingkan. Panjang-gelombang puncak menentukan efisiensi gandengan
cahaya LED ke detektomya. Efisiensi ini sangat penting peranannya karena cahaya
akan dilewatkan melalui piranti optoelektronika lain (serat optis) dan dalam
perjalanannya cahaya akan mengalami penyusutan. Dengan pemilihan LED yang
berpanjang-gelombang puncak sesuai (mempunyai koefisien susutan yang kecil di
dalam serat optis) akan diperoleh efisiensi total yang tinggi.
Pola radiasi menggambarkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh LED
ke berbagai arah. Sebagai patokan ukuran intensitas cahaya diambil intensitas pada
arah aksial. Intensitas cahaya ke arab lain dinyatakan secara relatif terhadap intensitas
cahaya aksial. Intensitas luminus dinyatakan dengan satuan him (candle), yaitu fluks
luminus per sudut ruang satuan. Bila nilai intensitas ke berbagai arah digambarkan,
maka akan terlukis pola radiasinya.
Watak yang penting pada pola radiasi ini adalah sudut θ1/25 , yaitu sudut ketika
intensitas cahaya separo intensitas arah aksial. Sudut yang lebih besar dari sudut θ1/25,
intensitasnya diabaikan dalam pembicaraan mi. Pengertian sudut θ1/25, sangat penting
dalam perhitungan fluks total yang dihasilkan oleh LED. LED dengan sudut θ1/25 yang
besar mempunyai fluks total yang besar pula, namun dalam praktek yang lebih penting
adalah fluks yang berguna dan bukan fluks total.
Gambar 3.13 Panjang gelombang dominan dan warna dominan (visual)
Batas Suhu Operasi Maksimum
Apabila watak optis di atas sudah diperhitungkan, langkah berikutnya adalah
mempertimbangkan batas suhu maksimum yang diperbolehkan agar kerja LED tetap
normal. Kondisi suhu ini sangat berpengaruh karena ketergantungan beberapa
parameter terhadap suhu. Parameter yang peka terhadap perubahan suhu adalah arus
maju, lesapan daya, dan hambatan termal
ter
pada sambungan LED.
Ukuran suhu maksimum ditentukan secara teoritis dan pengetesan terhadap
LED. Dalam operasi dianjurkan agar batas maksimum kemampuan LE
LED tidak
dimanfaatkan
bersama-sama.
sama.
Keadaan
lebih
menguntungkan
bila
dilakukan
pengoperasian suhu maksimum dengan lesapan daya yang kecil.
Ukuran maksimum didasarkan pa
pada batas suhu piranti dan batas kerapatan
arus pada sambungan. Batas suhu piranti (packag
(package
e temperature limitation) ditentukan
oleh ketahanan selubung gelas terhadap
terha
kerusakan akibat suhu tinggi TG. Ukuran
maksimum ditentukan oleh :
1) aras kerapatan ants pada sambungan ketika kenaikan kerapatan ants tidak lagi
menghasilkan foton yang lebih banyak, dan
2) besar lesapan daya karena kerugian ants maju pada
pa suhu tinggi.
Faktor pembatas opersai LED adalah suhu sambungan T. Dua faktor yang
harus dikendalikan adalah arus maju dan hambatan termal. Arus maju maksimum yang
diperbolehkan berhubungan dengan
dengan lesapan daya maksimum, sedangkan hambatan
termal tergantung pada cara pemasangan LED pada untai.
Batas maksimum lesapan daya akibat suhu yang menurunkan ukuran
(temperature derated power dissipation) yang diperbolehkan dengan penurunan
ukuran daya maksimum (derating the maximum power rating) adalah pesat -1,6
mW/°C di atas suhu lingkungan 50 °C hingga lesapan daya nol pada suhu 125 °C.
Hubungan ini diperlihatkan pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Hubungan lesapan daya terhadap suhu sekeliling
Lesapan daya rerata adalah hasil perkalian arus-maju
arus maju rerata dan tegangan
maju-puncak.
puncak. Untai setara LED yang diturunkan dan watak volt-ampere
volt ampere maju diode,
terdiri atas sumber tegangan
gan searah yang dihubungkan seri dengan hambatan
dinamis. Pada lembar data LED,
LED tercantum nilai tegangan maju pada suatu arus
tertentu. Dari kedua hubungan tersebut, lesapan daya LED dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.23).
dengan : I rata
I puncak
: arus rerata (A)
: arus maju puncak (A)
V maju (LED) : tegangan maju dari lembar data (V)
I maju (LED)
: arus maju, dari lembar data untuk V maju tertentu (A)
Untuk piranti LED merah standar, R dinamis = 1,6
dan nilai maksimumnya 5
Untuk piranti LED dengan substrat bening GaP, R dinamis = 21
maksimumnya 35
.
dan nilai
.
Suhu sambungan LED adalah jumlah suhu lingkungan / sekelilingnya dan
suhu bahan pendukungnya serta suhu akibat lesapan daya.
dengan :T
: suhu sekeliling LED
Prerata
: arus maju puncak (A)
θj
: tegangan maju dari lembar data (V)
Nilai θj adalah jumlah hambatan termal piranti ke kawat/electrode, θjc dan hambatan
termal piranti ke komponen pendukung, θc .
Nilai θc terletak antara 35-50
50 0C/W. Uraian di atas dilukiskan pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Agihan hambatan termal pada LED
Persyaratan Operasi dengan Isyarat Denyut
Apabila suatu untai dirancang untuk dioperasikan dengan isyarat denyut, maka
batas toleransi maksimum harus diperhitungkan dengan teliti. Batas toleransi
maksimum ini tidak diprbolehkan
ehkan menyebabkan
menyebabkan kenaikan suhu sambungan melampaui
batas maksimum seperti jika beroperasi pada arus dc maksimum. Batas maksimum Tj
dapat juga ditentukan dengan hubungan
antara
ra arus puncak, lama denyut (pulse
duration), dan pesat penyegaran (refresh rate). Hubungan yang mudah diperoleh
adalah dengan cara menggabung arus puncak dan lamanya denyut untuk beberapa
nilai pesat penyegaran. Kurve untuk suatu nilai pesat penyegaran tertentu
menentukannilai toleransi operasi agar batas suhu Tj tidak terlampaui. Grafik
hubungan arus puncak dan lamanya denyut untuk beberapa nilai pesat penyegaran
diperlihatkan pada Gambar 3.16. Hubungan faktor-faktor
faktor tersebut diperbolehkan
apabila berada di bawah atau pada garis pesat yang tetap. Operasi di atas batasan
tersebut akan melampaui batas suhu maksimum sambungan.
Gambar 3.16 Toleransi maksimum arus puncak vs lama denyut untuk T
T-1 ¾ LED
merah ef. Tinggi
Sebagai ilustrasi diberikan contoh langkah – langkah untuk menentukan
persyaratan operasi dengan isyarat denyut.
Langkah 1
: Menentukan “duty factor” , DF. Misalnya DF = 30%
Langkah 2
: Menentukan pesat penyegaran yang diinginkan. F. Untuk menghitung
lama denyut,
t, tp digunakan DF. Misalnya f = 1 kHz; tp
Langkah 3
: Dengan melihat grafik pada Gambar 3. 17 untuk tp = 300 mikrodetik
untuk pesat penyegaran
pen
1 kHz diperoleh perbandingan I
maks.
Langkah 4
puncak maks
/I
dc
Misalnya untuk nilai - nilai di atas diperoleh perbandingan 2,4.
: Menghitung nilai Ipuncak
data untuk Idc
maks
dengan menggunakan data dan lembaran
maks.Menghitung
Irata dari Ipuncak dan DF. Dari lembaran
data arus rata-rata
rata
maksimum = 20 mA.
Langkah 5
: Dengan menggunakan persamaan (3.22) dapat dihitung lesapan daya
rerata untuk memeriksa apakah nilai tersebut masih berada pada
persyaratan operasi. BiIa nilai tersebut melampaui nilai maksimum
yang diperbolehkan, maka tp harus
ha
diturunkan nilainya agar I lebih
kecil (atau memperkecil Ipuncak) agar lesapan daya rerata Prata berada
pada aras yang diperkenankan.
III-1.5. Perancangan Kondisi Terburuk (Worst Case Design)
Suatu hal yang sangat penting pada perancangan adalah pertimbangan kond
kondisi
kerja terburuk yang masih diijinkan. Hal ini mutlak dilakukan tanpa memperhatikan
apakah untai LED menggunakan
unakan pembatas arus resistif atau pembatas arus tetap;
dioperasikan dengan isyarat dc (dc driven) atau dengan isyarat kedipan (stob driven).
Tujuan perancangan kondisi kerja terburuk adalah agar rancangan menjamin
bahwa LED beroperasi pada jangkauan yang sesuai dengan toleransi penyedia daya,
penghambat, dan suhu kerja yang masih diijinkan. Kondisi operasi ini akan menjamin
keselamatan komponen dan umur
u
komponen.
Apabila LED dioperasi
asikan dengan isyarat dc, analisiss perancangan pada
kondisi operasi Yang
ang diijinkan atau berada di luar batas yang diperbolehkan. Ada dua
faktor penting yang diperhitungkan apabila LED beroperasi dengan Isyarat dc, yaitu:
suhu kerja harus dijaga agar sambungan maksimum tidak terlampaui dan kerapatan
arus yang melewati sambungan dibatasi untuk menjaga penurunan cahaya keluaran
(degradation of light output). Arus puncak maksimum untuk LED merah standar adalah
1000 mA dan untuk LED merah, kuning, hijau - efisiensi tinggi adalah 60 mA.
Bergantung pada suhu sekeliling yang diinginkan pada suatu penerpan khusus,
lesapan daya rerata dapat dihitung dengan rumus (3.25)
Pada operasi dengan isyarat
syarat dc, Irata = Ipuncak
Arus dc maksimum yang melewati LED dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (3.25) dan kurve pada Gambar 3.17.
Jadi pada suhu 50 0C, P rerata = 120 mW
rerata
= 87 mW
I
rata
I
rata
= 55 mA dan pada suhu 50 0C, P
= 41 mA. Dari lembaran data, arus rerata maksimum adalah 50
mA, maka pada rancangan arus rerata I rata harus lebih kecil dari 50 mA.
Pada penerapan dengan isyarat kedipan (Stobe) kurve pada Gambar 3.19 di
pasal berikut dapat digunakan untuk
untuk menghitung pewrsyaratan operasi yang diijinkan.
III. 2. DIODE LASER (LIGHT AMPLIFICATION BY STIMULATED EMISSION OF
RADIATON)
III-2.1. Umum
Di samping LED, sumber elektroluminens yang banyak digunakan pada sistem
optoelektroniks adalah laser, khususnya diode laser, laser suntikan (injection laser).
Dibanding dengan laser dengan bahan jenis gas, atau kristal ruby, laser dengan bahan
semihantar menghasilkan daya d an cahaya keluaran yang relative rendah. Namun
diode laser mempunyai beberapa segi yang menguntungkan. Bentuk dan ukuran kecil
memungkinkan untuk dipadukan dalam satu keeping dengan piranti lain seperti
demodulator, detector, dan sebagainya. Diode laser cocok digunakan untuk
mengirimkan isyarat melalui serat optis.
Seperti halnya pada laser jenis lain, peroleh optis laser semihantar diperoleh
dengan adanya ketidakseimbangan populasi muatan dalam bidang valensi dan dalam
bidang hanataran. Menciptakan keadaan tersebut dibutuhkan tenaga pemompa dari
luar yang akan memacu electron untuk melepaskan diri dari ikatan atomnya. Tenaga
pemacu dapat berupa foton dari sumber laser lain atau arus elektrik. Pada laser
semihantar, tenaga pemacu berupa injeksi muatan pembawa ke sambungan p-n.
Akibat injeksi muatan ini electron menyerap tenaga, terdorong untuk melepaskan diri
dari bidang valensi dan mengisi bidang hanataran. Arus injeksi yang besar mendorong
sejumlah electron melepaskan diri, sehingga bidang hantaran akan mempunyai
kerapatan electron yang tinggi dan kerapatan lubang pada bidang valensi menjadi
tinggi pula. Keadaan ketidakseimbangan ini disebut pembalikan populasi (population
inversion). Adanya pembalikan populasi ini memungkinkan adanya penguatan
gelombang.
Kelebihan diode laser dibandingkan dengan LED antara lain :
1) Daya keluaran diode laser relatif tinggi sehingga lebih cocok digunakan untuk
komunikasi jarak jauh.
2) Efisiensi gandengan diode laser relative lebih tinggi, sehingga kebutuhan
pengulangan untuk komunikasi jarak – jauh lebih sedikit ;
3) Lebar bidang cahaya keluaran sangat sempit, sehingga cahayanya dapat
dikatakan koheren, yaitu monokhromatis dan sefase; dan
4) tanggapan
waktunya
lebih
modulasinya dapat lebih tinggi.
cepat,
sehingga
lebarbidang
modulasi/pesat
III-2.2. Konsep Bidang Semu Fermi
Konsep bidang valensi dan bidang hantaran adalah dasar analisis proses
pemancaran sinai laser untuk bahan semihantar. Pada suhu 00 elektron valensi terikat
erat pada atomnya, sehingga bahan semihantar bertindak sebagai
sebagai isolator. Apabila
ada tenaga dan luar yang mengubah keseimbangan ini
in maka elektron yang telah
menyerap tenaga terlepas dan ikatan atomnya dan menempati bidang hantaran.
Tenaga terkecil yang diperlukan untuk melepaskan elektron dan bidang valensi
berpindah ke bidang hantaran disebut tenaga celah bidang. Semakin besar tenaga luar
yang diberikan semakin banyak
ban
elektron yang melepaskan diri,, sehingga populasi
lubang pada bidang valensi juga semakin padat. Keadaan demikian dikatakan terjadi
pembalikan populasi muatan. Kerapatan populasi ini dinyatakan dengan kerapatan
aras bidang semu Fermi. Aras bidang Fermi untuk elektron disebut aras bidang Fermi
hantaran F (Fermi conduction
ction level Fe). Aras bidang Fermi untuk lubang disebut aras
bidang Fermi valensi F. Gambar 3.18 melukiskan keterangan di atas. Aras tenaga
digambarkan sebagai fungsi momentum.
Gambar 3.18 Bidang – bidang pada bahan bidang langsung :
(a) Teori sederhana
(b) Tenaga sebagai fungsi k (vector gelombang)
(c) Kerapatan populasi pada bidang hantaran dan valensi
III-2.3. Konsep Penguatan Optis pada Bahan Semihantar
Gambaran sederhana untuk mengukur tingkat penyerapan optis oleh bahan
semihantar dapat dilthat pada Gambar 3.19(a). Sepotong lempengan tipis bahan
semihantar disinari dengan sinar monokromatis pada salah satu sisinya dengan
intensitas I. Jika pada sisi lainnya intensitas cahaya I menjadi lebih kecil, maka telah
terjadi penyerapan penyerapan oleh bahan tersebut.
tersebut. Dan sebaliknya bila intensitas
cahaya menjadi lebih besar berarti terjadi penguatan.
Jika lempeng tipis tersebut tidak diberi tenaga dan luar, maka bahan akan
berlaku sebagai penyerap tenaga cahaya atau hanya sebagai media pelewat saja.
Apabila ke dalam lempeng tersebut dipompakan tenaga, maka terjadi proses fisis di
dalamnya. Adanya proses ini
ni memungkinkan timbulnya penguatan terhadap tenaga
cahaya yang masuk.
Gambar 3.19 Penyusutan dan penguatan pada bahan semihantar
(a) Percobaan ; (b) keadaan
keada setimbang ; dan
(c) pembalikan populasi
Gambar 3.19 (b) melukiskan dasar fisis kedua kemungkinan tersebut. Agar
analisis menjadi sederhana, maka mula-mula
mula mula diandaikan suhu bahan tersebut 00 K,
sehingga aras bidang semu Fermi terletak di sembarang tempat di dalam aras tenaga
celah bidang.
Bidang di bawah aras bidang semu Fermi, yaitu bidang valensi, akan terisi
penuh oleh elektron sedangkan bidang hantaran kosong. Jika diberikan tenaga dan
luar, tenaga tersebut akan diserap oleh electron - elektron, sehingga mereka berpindah
ke bidang hantaran dengan menimbulkan
m
lubang pada bidang valensi. Baik elektron
maupun lubang akan bergerak menuju aras tenaga minimum dan akhirnya
terekombinasi menghasilkan cahaya yang memepunyai panjang-gelombang
panjang gelombang sesuai
dengan tenaga celah
lah bidangnya. Apabila hυ
h 0 > Eg, maka terjadi penyusutan /
pelemahan gelombang. Bila hυ
h 0 < Eg, proses fisis yang terjadi menyebabkan elektronelektron berapa pada kedudukan kritis dalam arti tenaga pemompa belum melepaskan
ikatan elektron pada atomnya. Dengan penambahan tenaga pemompa, maka elektron
elektronelektron
ktron akan mampu melepaskan diri.
Analisis selanjutnya diandaikan untuk suhu bahan yang lebih tinggi dan 00 K
ketika secara fisis di dalam bahan telah terjadi ketidakstabilan struktur atomnya. Jika
intensitas
itas sumber pemompa diperkuat, pasangan lubang-elektron
lubang elektron akan timbul semakin
cepat. Tenaga elektron dengan cepat Iuruh ke aras bidang minimum dan akhirnya
berekombinasi. Apabila kecepatan peluruhan Iebih besar dan kecepatan rekombinasi,
maka akan terjadi penimbunan
nimbunan elektron pada bidang hantaran yang kerapatannya
semakin lama semakin tinggi hingga mencapai keadaan jenuh. DemikIan juga pada
bidang valensi terjadi penimbunan lubang, sehingga terjadilah pembalikan populasi
muatan. Ukuran kepadatan penimbunan muatan
muatan tersebut dilukiskan sebagai aras
bidang Fermi elektron dan aras bidang Fermi lubang. Aras antara F dan E, pada
Gambar 3.21 akan dipenuhi elektron sedangkan aras antara F dan E akan dipenuhi
oleh lubang. Apabila keadaan sudah jenuh untuk ükuran bidang Fermi
Fermi tersebut,
tidaklah akan mengubah aras bidang Fermi yang ada. Jadi apabila hu0 memenuhi
hubungan :
EC-EV < hυ0 < < Fn - Fp
maka elektron yang mempunyai tenaga sebesar h
hυ0 akan meluruh, berekombinasi
melepaskan
kan tenaga dan segera dipompakan kembali hingga bertenaga sebesar hυ0
lagi. Seolah - olah bidang semu Fermi berlaku sebagai cenmin pantul. Foton yang
terpantul-pantul memacu electron - elektron untuk melakukan proses yang sama.
Intensitas cahaya yang dilepas
paskan
kan akibat proses rekombinasi dan proses pemantulan
bola-balik makin lama makin tinggi sampai mencapai
mencapa keadaan jenuh. Cahaya yang
dihasilkan dengan proses seperti ini bersifat koheren. Apabila terjadi tenaga pemompa
hυ0 < (EC-EV,), maka berangsur
rangsur-angsur penguatan intensitas
tas laser menyusut. Apabila
hυ0 > (EC-EV), maka elektron akan menyerap tenaga tersebut
tersebut dan akan membentuk
aras bidang
dang semu Fermi baru yang lebih tinggi.
III-2.4. Diode Laser Sambungan Semacam
Diode sambungan semacam (homojunction) terebntuk pada satu jenis bahan
semihantar yang dibubuhi dengan atom jenis lain, sehingga terbentuk sambungan p
p-n.
Gambar 3.21 melukiskan kedudukan arasaras aras bidang valensi, bidang hantaran, dan
bidang Fermi pada bahan celah bidang langsung seperi GaAs yang dibubuhi berat,
ber
sehingga terebntuk sambungan p –n.
Gambar 3.20 Laser injeksi : (a) bidang – bidang tenaga tanpa prasikap ;
(b) Dengan prasikap maju ; (c) konfigurasi mode
(c) Elektromagnetis yang dihasilkan
Kedudukan aras bidang semu Fermi pada keadaan tanpa prasikap terlihat pa
pada
Gambar 3.20 (a). Apabila diode diberi prasikap maju, maka kedudukan bidang semu
Fermi dilukiskan seperti pada Gambar 3.20 (b). Elektron pada bahan jenis-n
jenis akan
didorong oleh arus injeksi menuju daerah p dan akhirnya berekombinasi setelah
berdifusi sepanjang Ln. Path bahan GaAs injeksi lubang lebih lemah dibandingkan
dengan injeksi elektron. Oleh karena itu terdapat daerah sepanjang d di mana aras
bidang Fermi terpisah dengan tenaga yang lebih besar dan tenaga celah bidang Eg.
Daerah
h selebar d disebut daerah aktif yang memungkinkan adanya penguatan foton.
Lebar daerah aktif dianggap sama dengan panjang difusi L yang merupakan
erupakan panjang
rerata yang ditempuh muatan sebelum rekombinasi.
Misal bahan GaAs mempunyai
persamaaan Einstien :
µn
= 600 cm2/Vs dan
µp
= 30 cm2/Vs. Dan
Perhitungan yang tepat melibatkan faktor aras pembubuhan
bubuhan dan aras arus
injeksi. Ada dua hasil yang dapat diambil dan perhitungan secara kasar tersebut :
1. Panjang daerah aktif sebanding dengan panjang-.gelombang
.gelombang cahaya yang
diperkuat. Penguatan foton akan terjadi jika foton (gelombang elektromagnetis)
dapat terkurung di dalam daerah aktif sepanjang d di mana terjadi pembalikan
populasi muatan;
2. Hubungan persamaan peroleh laser berdasarkan paramet
parameter diode-sambungan.
sambungan.
Diandaikan kelebihan pasangan lubang-elektron
lubang elektron di daerah aktif adalah ∆N, umur
rekombinasi
γr....
Jika muatan injeksi berekombinasi menghasilkan foton dengan
efisiensi kuantum ηq, maka dapat diperoleh hubungan antara pesat pembangkitan
foton dengan rapat arus injeksi pada sambungan.
Dan persamaan (3.30) untuk mendapatkan peroleh yang pada diode laser
sambungan semacam berhubungan dengan panjang difusi Ln, jadi tidak dapat
ditentukan dalam bentuk fisik. Walaupun d cukup kecil namun penguatan hanya akan
terjadi bila gelombang yang diperkuat dapat
dapat terkurung dalam daerah aktif ini
ini. Pada
diode laser sambungan-semacam
semacam diperlukan arus ambang yang cukup tinggi untuk
menciptakan daerah pengurung gelombang / foton.
III-2.5. Diode Laser Sambungan Bermacam
Bermacam Ganda (Double Heterojunction Laser
Diode)
Beberapa kelemahan pada laser sambungan semacam (homojunction laser)
seperti tidak adanya daerah pengurung (confinement region) dan kebutuhan arus
injeksi yang besar, dapat diatasi dengan struktur laser sambungan bermacam ganda.
Sambungan bermacam ganda menggunakan tiga jenis bahan. Sebagai contoh adalah
laser dengan bahan dasar GaAs dan AlAs. Kedua bahan mempunyai sifat fisis yan
yang
hampir sama, sehingga dapat digabungkan dalam hubungan Ga11-xAx1As dan ditanam
pada bahan dasar GaAs. Dengan proses pembubuhan, bahan Gai-AlAs
Gai AlAs dibentuk
menjadi bahan berjenis-n
n dan jenis-p.
Struktur laser sambungan bermacam ganda dapat dilihat pada Gamba
Gambar 3.22.
Perubahan celah bidang pada kedua sisi sambungan (kedua sisi daerah aktif)
membentuk potensial penghalang (barrier potential) bagi muatan injeksi.
Seperti terlihat pada Gambar 3.22, aras bidang semu Fermi-elektron
Fermi elektron dibatasi
oleh potensial penghalang elektron, sedangkan aras bidang semu Fermi
Fermi-lubang
dibatasi oleh potensial penghalang lubang. Karena perbedaan indeks bias bahan,
daerah aktif berlaku seolah-olah
olah sebagai pemandu, sehingga gerakan foton terkurung
di dalamnya. Fasilitas ini memberikan dorongan
dorongan timbulnya penguatan intensitas
cahaya hasil rekombinasi. Berbeda dengan panjang difusi, daerah aktif sambungan
sambunganbermacam ganda dapat dirancang menurut ukuran panjang gelombang yang
diinginkan.
Gambar 3.21 Laser Sambungan Bermacam Ganda
Agar diperoleh kerapatan muatan injeksi yang tinggi, maka panjang daerah aktif
dibuat kecil. Panjang daerah aktif merupakan parameter pemanduan gelombang dan
kerapatan arus injeksi yang diperlukan untuk menciptakan pembalikan populasi
muatan. Daerah pengurung terbentuk karena bentuk struktur bahan, sehingga arus
injeksi yang diperlukan untuk memmbulkan penguatan cukup kecil dalam orde
miliampere.
Terciptanya daerah pemandu gelombang dapat juga diterangkan karena
adanya perbedaan
daan indeks bias bahan penyusun. Efisiensi kuantum dapat ditingkatkan
dengan struktur piranti yang lebih kompleks dan melibatkan banyak kombinasi bahan.
Contoh bahan-bahan
bahan kombinasi yang digunakan untuk diode laser sambungan
taksemacam dapat dilihat path Tabel
T
3.3.
III-2.6. Struktur Laser
Laser berefisiensi tinggi diperoleh dengan membangun struktur laser lapis
(stripe-laser). Daerah aktif berbentuk lapisan tipis yang memanjang terletak di tengah
lempengan. Secara umum,, tanpa memperhatikan bagaimana susunan lapisan
pembentuk laser, struktur laser lapis tampak path Gambar 3.22.
Gambar 3.22 Strukur Laser Lapis
Pembicaraan ditekankan pada dasar kerja laser lapis bukan pada
pada susunan
lapisan pembentuk laser lapis yang sangat beraneka ragam. Lapisan aktif yang
berfungsi sebagai kurungan (confinement) foton terbentuk atas susunan lapisan
dengan indeks bias bertingkat pada aras vertikal dan perbedaan aras pembubuhan
pada arah horizontal. Bentuk susunan laser lapis
lapis merupakan perbaikan atas susunan
yang menghasilkan cahaya laser dan seluruh bidang sambungan. Kelemahan laser
yang dibangkitkan di selunth bidang sambungan di antaranya adalah:
1) arus ambang yang diperlukan untuk membangkitkan laser harus cukup tinggi;
2) timbulnya masalah panas yang berlebihan, sehingga memerlukan penanganan
khusus;
3) tingkap keluaran cahaya berbentuk persegi memanjang, sehingga kurang sesuai
untuk digunakan bersama serat optis yang mempunyai bentuk tingkap serat optis
bulat; dan
4) kecenderungann
n menghasilkan cahaya dengan mode-jamak.
mode
Kelemahan-kelemahan
kelemahan tersebut dapat diatasi dengan struktur laser lapis
dengan lebar lapisan antara 2 µm hingga 30 µm.. Konvergensi cahaya keluaran lebih
baik dan mempunyai mode tunggal. Namun demikian, pemilihan
pemilihan lebar lapisan
melibatkan beberapa faktor untuk dipertimbangkan, yang di antaranya adalah arus
ambang yang diperlukan untuk membangkitkan laser dan macam modulasi yang akan
digunakan.
Arus injeksi diperlukan untuk memacu timbulnya cahaya pada daerah aktif
aktif.
Apabila lebar daerah aktif relatif lebih kecil dibanding
diband
dengan panjang difusi, maka
perjalanan muatan pembawa akan terhambat oleh dinding lapisan sebelum sempat
berekombinasi.
Akibatnya
dibutuhkan
rapat
arus
injeksi
yang
tinggi
untuk
mengatasinya agar dapat
apat dibangkitkan laser. Makin sempit lebar daerah aktif makin
besarlah rapat arus yang diperlukan untuk membangkitkan laser. Hubungan lebar
lapisan dengan rapat arus injeksi yang diperlukan untuk membangkitkan laser untuk
beberapa susunan laser tampak pada
pa Gambar 3.23. Tampak adanya ketergantungan
rapat arus yang diperlukan untuk membangkitkan laser terhadap bentuk geometris
lapisan yang digunakan.
Gambar 3.23 Hubungan lebar lapisan dengan dengan arus injeksi ambang untuk
beberapa jenis
jeni susunan geometris laser lapis
III-2.7. Watak Cahaya Arus Laser
Secara teoritis grafik watak keluaran cahaya arus laser tampak pada Gambar
3.25.
Gambar 3.24 (a) Watak cahaya – arus ideal laser
Pada kenyataannya, bentuk watak tergantung pada agihan elektron dan foton
pada sambungan aktif. Gejala
ala yang umum terjadi adalah timbulnya lekukan
lekukan pada grafik
wataknya. Gejala ini berhubungan dengan terjadinya pergeresan letak pusat radiasi
terhadap perubahan arus
rus injeksi. Hal ini sering terjadi karena adanya ketidakstabilan
pemandu akibat adanya saling pengaruh antara muatan pembawa dengan cahaya
yang terjadi, karena perubahan indeks bias bahan terhadap agihan rapat arus injeksi.
Aras pengurungan cahaya oleh pemandu
pemandu tergantung path tingkat keseragaman indeks
bias pemandu, aras pembubuh, aras rapat arus injeksi, dan ketebalan daerah aktif.
Untuk mengatasi gejala
gej
terjadinya ketidaklinearan (lekukan) di antaranya
digunakan
unakan lapisan sempit (< 5 µm)
µm) atau dengan diusahakan pembentukan pemandu
yang dibangun di dalam (built-in),
(built
sehingga mode keluaran cahayanya stabil. Teknik
pembentukan susunan pemandu bangun-dalam
bangun dalam di antaranya dengan pengubahan
fraksi mol x pada susunan GaxSA11-xAs, sehingga terjadi susunan indeks bias
bertingkat pada sambungan bermacam; mendifusikan unsur Zn; dan perbedaan aras
pembubuh p dan aras pembubuh n.
Pada laser lapis 20 µm penyekat oksida silikon (SiO2) yang akan dibahas lebih
lanjut, sifat pemandu diterangkan dangan adanya variasi indeks bias secara parabolis.
Dengan variasi indeks bias secara parabolis mi mode laser keluarannya stabil dan
gejala ketithklinearan watak berkurang. Di samping itu, terjadinya pemfokusan
pemfokusan-sendiri
(self focusing) merupakan parameter
yang penting. Pemfokusan-sendiri
sendiri terbentuk
karena adanya ketidakseragaman kerapatan elektron pada bagian tengah lapisan dan
bagian tepinya. Pada bagian tengah lapisan, intensitas cahaya atau kerapatan elektron
terpatri (clamp) pada aras tertentu sedang pada bagian tepi lapisan kerapatan elektron
cukup tinggi, sehingga intensitas cahayanya lebih rendah karena kekurangleluasaan
muatan
untuk
bergerak
dan
berekombinasi.
Kenaikan
kerapatan
elektron
menyebabkan berkurangnya nilai indeks bias pada
p
tepi lapis dan terbentuklah
pemandu.
mandu. Semua akibat mekanisme di atas tergantung pada lebar lapisan. Pa
Pada
subbab selanjutnya pembicaraan ditekankan pada
pada laser lapis 20 µm di mana
pemfokusan-sendiri
sendiri memegang peranan utama dalam pemanduan gelombang dan
laser lapis 3 µm,, tempat mekanisme pe
pemfokusan-sendiri tak terjadi.
III-2.8. Laser Lapis 20 µm,
Gejala lekukan pada
ada grafik watak keluaran terdapat pada laser di mana
pemanduan bangun dalam terlalu lemah atau aras ketidakseragaman terlalu besar.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi terjadinya
gejala tersebut, sehingga watak
atak cahaya-arus
cahaya
piranti cukup halus
alus seperti terlihat pada
Gambar 3.25 (a).
Gambar 3.25 Watak cahaya – arus laser : (a) laser lapis 20 µm ;
(b) laser lapis 3 µm.
Gejala umum yang terjadi pada laser jenis ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat lekukan pertama di atas nilai ambang pada grafik watak cahaya-arusnya.
Hal ini terjadi akibat perubahan aras pemanduan cahaya, sehingga pemfokusansendiri bertambah kuat pada intensitas cahaya yang tinggi (arus injeksi yang
besar);
2. Pada kerapatan arus injeksi yang lebih tinggi kekuatan pemanduan gelombang
meningkat, sehingga pada suatu saat gelombang dengan mode tingkat sampai
dapat menjalar. Daerah tempat hal ini terjadi digambarkan oleh lekukan kedua
(Gambar 3.25(a)).
Aras daya yang menyebabkan gejala tersebut terjadi biasanya di antara 3 -10
mW tergantung pada parameter lebar lapisan dan aras pembubuh. Daerah kerja
optimum untuk laser jenis ini adalah pada aras daya 5 mW bilamana cahaya
mempunyai mode tunggal dan tak terjadi lekukan pada grafiknya.
III-2.9. Laser Lapis Sempit 3 µm.
Laser lapis 20 µm mempunyai dua kelemahan utama:
1. Berdasarkan grafik watak cahaya-arusnya, laser 20 µm ini kurang cocok digunakan
untuk modulasi gelombang analog.
2. Pada aras arus injeksi yang sedikit berath di atas mlai ambang pada aras daya
yang rendah, mode gelombang tingkat satu cenderung muncul mengganggu
gelombang utama.
Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan merancang laser lapis sempit
lebih kecil dari 5 µm.. Analisis pemandu
pemandu gelombang laser berlapis didasarkan pada
pendekatan frekuensi ternormalkan υ.
Konstanta
dielektrikum
dinyatakan
sebagai
fungsi
kompleks
untuk
menggambarkan adanya peroleh rugi – rugi.
Dengan n = bagian nyata
k = bagian khayal
λ = panjang-gelombang
gelombang di ruang bebas
2a = lebar efektif pemandu
dan indeks 1 dan 2 berdasarkan teras dan selubung serat optis
Pada operasi dengan mode orde terendah
teren
(orde 0) υ bernilai sekitar 2 dan
mode operasi jamak υ bernilai besar.
Pada kasus sederhana untuk pemandu persegi dengan indeks bias bertingkat,
pendekatan tetapan dielektrum
m bertingkat untuk bagian nyata :
kan untuk bagian khayal saja :
Kedua persamaan menggambarkan keadaan pemanduan gelombang. Apabila
indeks bias di dalam lapisan lebih besar dan indeks di sekitarnya, maka pemanduan ini
disebut index guiding.. Jika perbedaan indeks bias lapisan dan sekitarnya tidak terjadi,
atau malah sebaliknya bernilai negatif (lebih kecil dan sekitarnya), pengurungan
peng rungan optis
terjadi karena adanya
anya perbeda
perbedaan bagian khayal pada tetapan dielektrumnya.
Pemanduan yang terjadi disebut gain guiding.. Path keadaan peroleh pemandu terpadu
(gain guided), hanya cahaya yang menjalar
m
hampir sejajar dan sejajar
ajar sumbu lapisan
saja yang dikuatkan, sedang mode lain akan terserap dan hilang.
Gambar 3.25 (b) melukiskan watak keluaran cahaya-arus
cahaya arus untuk laser oksida
oksi
silikon dengan lebar 3 µm. Dibandingkan dengan laser 20 µm,, tampak bahwa aras
arus ambang lebih rendah dengan kelinearan liku yang lebih baik. Laser dengan watak
keluaran linear yang demikian cocok digunakan dengan modulasi analog.
III-2.10. Pengaruh Suhu pada Daerah Kerja Laser Lapis
Operasi dengan fungsi malar (gelombang malar, contimous wave)
wave akan
mempunyai tanggapan yang baik pada jang
jangkauan suhu hingga 60 0C karena dalam
daerah ini watak keluaran cahayanya masih stabil. Watak keluaran cahaya laser lapis
untuk beberapa nilai suhu terlihat pada
pa Gambar 3.26.
III-2.11. Struktur Mode Pelaseran
Pada penggunaan praktis diperlukan laser yang mempunyai struktur mode
pelaseran yang stabil. Perubahan struktur mode pelaseran karena perubahan arus
atau waktu akan menimbulkan derau yang menggangu.
Pengukuran agihan optis di sekitar permukaan laser atau agihan optis sebagai
fungsi sudut berkas keluaran digunakan untuk mengenal mengidentifikasi jenis mode
laser.
Laser Lapis 20 µm
Gambar 3.27 melukiskan intensitas cahaya keluaran pada cahaya yang berdaya 0,5
mW hingga 5 mW.
Gambar 3.27 Agihan intesitas cahaya pada permukaan laser 20 µm untuk
beberapa aras daya.
Tampak bahwa agihan daya efektif mulai dan 8 µm pada nilai ambang
menurun hingga 58 µm.. Pada keadaan ini mode gelombang dapat dianggap stabil.
Apabila pemfokusan--sendiri
iri mengakibatkan aras pemanduan yang cukup kuat
memandu gelombang tingkat pertama, maka keluaran akan terdiri atas campuran
kedua mode.
e. Kedua mode mempunyai panjang gelombang yang sederhana dan dapat
diukur sendin-sendiri.
Gambar 3.28 memperlihatkan hasil pengukuran daya keluaran laser dan
agihan pancaran spontan. Lebar pancaran spontan jauh lebih besar dibandingkan
lebar pancaran laser.
Gambar 3.28 Agihan intense tas cahaya dekat permukaan untuk tingkat nol,
tingkat satu, dan tingkat spontan
Pola agihan cahaya keluaran yang diukur berdasarkan sudut penyebaran
berkas cahaya pada medan jauh (far filed) tampak pada Gambar 3.29.
Divergensi paralel lapisan/horizontal bertambah dengan kenaikan arus dengan
simpangan sekitar 30 – 40. Divergensi
si pada bidang tegakiurus bidang sambungan
biasanya di sekitar 500 dan tak tergantung pada arus,
arus namun tergantung pada indeks
bias kedua lapisan yang berdampingan. Bentuk berkas sesuai dengan bentuk variasi
parabolis tetapan dielektrum lapisan aktifnya.
Gambar 3.29 Pola agihan intensitas cahaya pada me dan jauh untuk beberapa
aras ars pendorong untuk laser lapis 20 µm
Laser Lapis Sempit 3 µm
Pola agihan cahaya keluaran laser 3 µm di dekat permukaan terlihat pada
Gambar 3.31.
caha dekat permukaan pada laser lapis sempit 3 µm
Gambar 3.30 Pola agihan cahaya
Pada laser 3 µm pada
da bentangan 8 µm
µ di dekat permukaan, dayanya
yanya lebih
besar daripada 20 µm. Hal inii timbul karena tidak terjadinya pemfokusan-sendiri
pemfokusan sendiri akibat
perubahan indeks bias di pusat.
pus
Berkas yang terjadi cukup kecil (1-2 µm),
m), sehingga
cocok digunakan dengan Pola daya keluaran untuk medan jauh pada bidang tegak
lurus bidang sambungan biasnya selebar 20° hingga 25°.
Pola agihan berkas keluaran laser lapis 3 µm
m untuk medan jauh terlihat
terliha pada
Gambar Pada laser jenis inii biasa terjadi agihan kuncup ganda (double
(double lobe
lobe) akibat
kerugian gelombang
bang terpandu di dalam struktur antiwave guiding, yaitu
u indeks bias
berkurang akibat injeksii muatan pembawa. Dengan mengoptimisasikan aras
pembubuhan pada lapisan dan lebar lapisan, dapat diperoleh medan
n kuncup tunggal.
III-3
3 TEKNOLOGI SERAT OPTIS
Serat optis atau Optical Fiber merupakan bagian penting pada sistem
optoelektronika, karena
ena menjadi sarana penyalur informasi yang berwujud cahaya. ini
serupa dengan kawat penghantar pada
pa sistem elektrik yang berfungsi sebagai sarana
transmisi tenaga elektrik dan isyarat informasi atau data.
Seperti telah difahami, dunia modern
mode
tidak akan berarti tanpa kegiatan
pertukaran informasi atau tanpa sarana komunikasi
komunikasi yang handal. Serat optis mampu
menampung aliran informasi yang sangat besar, jauh lebih besar dari
da yang dapat
ditampung dengan kawat-kawat
kawat tembaga. Disamping itu, peluang gangguan da
dari luar
sangat kecil pada serat optis dan harga yang makin rendah
ren
menyebabkan
nyebabkan sarana ini
menjadi pilihan utama di masa kini dan mendatang.
Di bagian inii akan diuraikan secara sederhana fungsi serat optis dalam
menyalurkan cahaya pembawa informasi, yang dilandasi teori dan teknologi terkait.
III-3.1
3.1 Teori Sinar pada Serat Optis
Teori
gelombang
merupakan
standar
pendekatan
analitis
perambatan
gelombang dalam serat optis. Metode pendekatan lain yang lebih mudah dipahami
adalah teori sinar dalam serat optis, namun penggunaannya terbatas. Sebagai
gambaran mengenai kedua teori tersebut
tersebut dapat dikemukakan keterangan berikut.
Gambar 3.32 Profill indeks bias: (a) serat mode jamak, indeks seragam; (b) serat
indeks berangsur; (c) serat mode tunggal
Teori Sinar:
(1) dapat diterapkan path serat berteras seragam mode jamak (Gambar 3.32(a));
(2) dapat diterapkan pada serat optis mode jamak indeks berangsur, tetapi kesalahan
cukup besar;
(3) tak dapat diterapkan pada serat optis mode tunggal.
Karena keterbatasan teon sinar pada butir (1) dan (2), maka pendekatan analitis
yang lebih baik adalah
h dengan persamaan Maxwell. Kelebihan teori sinar adalah
mudah difahami dan dapat dijelaskan dengan gambar.
III-3.2
3.2 Teori sinar pada Serat Berteras Seragam
Penggolongan Sinar pada Serat Optis
Sinar yang bergerak di dalam serat optis berteras seragam dengan ja
jari-jari a,
indeks bias teras ni dan indeks bias selimut ((cladding) n2 dengan n1 < n2, dapat
digolongkan ke dalam dua macam golongan:
(1) Sinar meridian, bergerak pada bidang
bi ng datar yang melewati sumbu, dan memotong
sumbu dua kali selama satu getaran (Gambar 3.33(a)).
(2) Sinar serong (skew),
), sinar yang tak pernah memotong sumbu serat (Gambar
3.33(b))
Analisis Sinar Meridian
Tinjau sudut sinar masuk melalui ujung suatu serat optis dengan sudut datang °
(Gambar 3.34). sudut bias sinar dapat ditentukan dengan hukum Snellius.
sin
1
.n1 = Sin
sin 0 =
no
n1
o
sin
.no
o
Keadaan untuk pemantulan total:
Dengan sedikit perhitungan
ngan yang diberikan di Lampiran 4L-2,
4L 2, persamaan (3.44) dapat
ditulis dalam parameter lontaran (launch
(
parameter):
Persamaan (3.45) merupakan persamaan sinar serong yang penting. Bila Ixol = a dan
y0 =0, sisi kiri persamaan (3.45) menjadi L0, yang takgayut pada M0. inii berarti bahwa
walaupun sinar tersebut hamper pararel dengan sumbu y, namun masih tetap
teta
terkurung di teras. Berkas sinar yang seperti tersebut akan menjalar dalam jalur yang
berbentuk heliks pada bidang batas teras-selimut
teras selimut dengan kecepatan aksial yang
rendah.
3.3 Analisis Teori Sinar pada Serat optis Berteras Takseragam
III-3.3
Penggolongan Sinar
Pada serat optis berteras takseragam juga terdapat sinar meridional dan sinar
serong. Disini sinar serong tidak menjalar sepanjang jalur secara zig-zag
zig zag seperti
Gambar 3.34(b), tetapi mempunyai bentuk zig-zag
zig zag yang lebih kompleks (Gambar
3.36(a)), atau berbentuk
erbentuk heliks (Gambar 3.36(b)).
Gambar 3.36 Sinar serong pada serat berteras takseragam:
(a) sinar serong dengan jalur kompleks; (b) sinar heliks
Dalam hal inii diandaikan bahwa agihan indeks bias pada arah aksial adalah
simetris dan seragam
Yang dinyatakan dengan
Persamaan (3.49) bila diintegralkan menjadi :
yang
ang dapatjuga dinyatakan dengan:
dengan N0 sebagai kosinus arah berkas dan no adalah indeks bias titik datang. Dengan
mengeliminasi n pada persamaan (3.48) diperoleh:
Persamaan (3.51) dapat ditulis:
Dengan mengintegralkan persamaan (5.52) dan memasukkan nilai awalnya diperoleh:
Dengan perhitungan yang diberikan di Lampiran 4A.3, kemudian penulisan kembali
persamaan 3.47 dalam bentuk diferensial terhadap z dan menggunakan
menggunakan persamaan
(3.50) dan (3.53) diperoleh persarnaan:
Dengan persamaan (3.54) dapat dihitung lintasan (path)
(
) sembarang sinar (z sebagai
fungsi r) apabila diketahui agihan indeks bias n(r) dan keadaan awal xo, yo, Mo, dan Lo,
yaitu keadaan ro dan No.
III-4 Kabel Serat Optis
Seperti halnya kabel listrik atau kabel telepon, kabel serat optis telah dilengkapi
dengan pelindung dan penguat terhadap kemungkinan gangguan fisis dan peralatan
penghubung atau konektor agar instalasinya menjadi mudah. Dalam satu
satu kabel juga
bias terdapat lebih dari satu serat optis, sehingga menjadi suatu bundel sejumlah serat
optis, untuk menampung lebih banyak lagi isyarat cahaya yang disalurkan.
III-4.1 Penjelasan Umum
Pembahasan teoritis serat optis telah diuraikan pada pasal-pasal
pas pasal terdahulu.
Pada pasal inii dibahas perwujudan praktis penyaluran isyarat optis melalui kabel serat
optis. Pembahasan singkat ini
ini meliputi: unjukkerja kabel serat optis, bahan serat optis,
unsur selimut pelindung, dan perancangan kabel berteras tunggal dan kabel berteras
ganda.
Penerapan kabel serat optis cenderung meluas ke pelbagai bidang. ini
disebabkan oleh keunggulan-keunggulan kabel serat optis atas kabel logam.
Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain berikut ini:
1.
Lebarbidang lebih besar
Frekuensi pembawa informasi untuk serat optis jauh lebih tinggi dIbandingkan
dengan frekuensi yang mampu disalurkan oleh kabel logam. Dengan demikian
kapasitas saluran sangat tinggi, sehingga volume informasi yang dapat disalurkan
lebih besar. Lebarbidang peralatan optoelektronika dipasaran mencapai 3 GHz
dan diperkirakan dapat mencapai 10 GHz. Dengan lebarbidang sebesar itu beriburibu isyarat suara dapat disalurkan melalui kabel yang sama.
2.
Untuk kapasitas informasi yang sama, serat optis berdiameter lebih kecil dan lebih
ringan. Dengan keunggulan ini kabel serat optis banyak digunakan di kapal,
pesawat terbang, dan sebagainya.
3.
Dengan perencanaan dan pemasangan yang sempurna, informasi dapat
dihindarkan, sehingga kemungkinan terjadinya saling ganggu (cross talk) pada
dua jalur atau lebih yang terpasang sejajar sangat kecil.
4.
Tahan terhadap gangguan interferens
Bahan kabel serat optis adalah dielektrum (bukan logam), sehingga serat optis
tidak bersifat sebagai antena yang dapat menangkap gangguan frekuensi radio
(RFI), electromagnetic interference (EMI) atau electromagnetic pulse (EMP),
sehingga tercapai transmisi bebas derau elektromagnetis (noisy). Sangat berguna
untuk diterapkan pada wilayah radiasi nuklir karena kebal terhadap EMP yang
banyak teijadi.
5.
Penyusutan isyarat relatif kecil, sehingga dapat menghemat jumlah sistem
pengulang yang diperlukan, dengan demikian menghemat biaya.
6.
Dengan menggunakan bahan-bahan penguat bermutu tinggi, kabel serat optis
dapat dibuat lebih kuat, tahan benturan, tahan pengaruh Iingkungan, suhu, dan
kelembaman.
7.
Dengan menggunakan teknologi tinggi, produksi masal serta bahan baku yang
relatif murah, biaya total dapat ditekan serendah mungkin.
Mengingat keunggulan-keunggulan tersebut tak mustahil penerapan serat optis
akan meluas ke segala bidang. Dengan konstruksi tertentu, kabel serat optis dapat
ditanam di dalam tanah, dipasang pada saluran bawah tanah, dipasang di dalam air, di
udara, dan pada peralatan
atan militer.
Kabel serat optis cukup fleksibel/Ientur,
/Ientur, dan dengan penambahan kkomponen
penguat dan pelindung,
ndung, keandalan serat optis dapat terjamin. Komponen pelindung
dapat terdiri atas beberapa lapisan untuk menahan tekanan kejutan yang terjadi.
Untuk menambah kapasitas saluran, beberapa kabel serat optis dapat dikemas
menjadi satu dan dilengkapi dengan selimut pelindung.
Kerja Serat Optis yang Dituntut
III-3.2 Unjuk-Kerja
Faktor-faktor
faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kabel serat
adalah unjuk kerja optis, unjuk kerja mekanis, dan konstruksi kabel.
Penyusutan
Permukaan bagian dalam saluran ada kalanya tidak rata (terdapat benjolan
benjolanbenjolan) baik proses pembuatan yang kurang sempurna maupun akibat gangguan
luar pernah dialaminya,
aminya, misalnya akibat benturan dengan benda keras. Adanya
ketidakrataan permukaan inii mengganggu
men
gu arah perjalanan isyarat optis. Sebagian
cahaya memancar keluar jalur dan hilang terserap oleh bahan selubung dan akibatnya
daya isyarat yang mencapai piranti penerima telah melemah.
Gambar 3.38 melukiskan contoh adanya ketidakrataan permukaan serat optis.
Gambar 3.38 Ketidakrataan permukaan serat optis
Rugi-rugi
rugi akibat penyusutan pada serat optis berindeks bertingkat dapat
dinyatakan dengan rumus (3.55).
(3.56)
(3.57)
Dengan
b
= rugi-rugi
rugi penyusutan
b
= rugi-rugi penyusutan cacat
rc
= jari-jari teras
b
= garis tengah serat
= selisih relatif indeks bias teras selimut =
h
= tinggi rms benjolan
p
= jumlah benjolan per satuan panjang
Em = modulus elastisitas selubung
ES = modulus elastisitas teras serat
Pada
ada persamaan (3.55) terlihat bahwa rugi-rugi
rugi rugi penyusutan tergantung pada
beberapa faktor,
or, dengan faktor dominan berupa jumlah benjolan per satuan panjang
dan selisih relatif indeks bias selimut dan teras, . Penyusutan dapat diperkecil dengan
membesarkan garis
aris tengah serat dan memperkecil selisih indeks bias teras-selimut.
teras
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya benjolan akibat efek mekanis,
meka s, maka selimut
dibuat berlapis dan terbuat dari
da bahan yang lentur, sehingga lebih tahan terhadap
benturan kejutan. Namun
n susunan selimut jamak tersebut akan memperbesar ukuran
fisik kabel. Gambar 3.39 melukiskan beberapa contoh struktur serat optis beserta
susunan pelindungnya.
Rugi-rugi Fresnel
Rugi-rugi jenis inii tidak bergantung pada panjang kabel. Rugi-rugi
Rugi rugi Fresnel
terjadi akibat adanya pantulan dan pembiasan pada dua permukaan media yang
mempunyai selisih indeks bias. Sebagian daya akan terpantul dan sebagian
diteruskan. Akibat adanya rugi
rugi-rugi ini daya yang mencapai
encapai detektor telah melemah.
Gambar 3.39 Konfigurasi selubung serat (jacket) (A: serat gelas, B: selubung
pelindung tipis, C: udara/cairan, D: selubung lunak, E: selubung luar)
Optimisasi Watak Kabel Serat Optis
Pada penyaluran informasi jarak pendek, rugi-rugi
rugi Fresnel lebih dominan,
sedangkan pada penyaluran informasi jarak jauh rugi-rugi
rugi rugi penyusutan lebih dominan.
Agar dicapai hasil yang lebih optimum, pada penerapan jarak pendek dipilih serat
berteras besar dan tingkap numeris yang besar pula. Untuk penerpan jarak jauh dipilih
serat berteras kecil dan bertingkap numeris yang kecil.
Unjuk-Kerja Mekanis
Ada beberapa faktor penting yang berhubungan dengan kondisi tempat kabel
akan dipasang. Kabel yang dirancang untuk dipasang di bawah tanah memer
memerlukan
ketahanan terhadap momen putir yang besar dan kelenturan selubung yang tinggi,
sehingga akan tahan lama terhadap beban kejut yang menimpanya. Fungsi selubung
disamping untuk menahan beban mekanis juga berfungsi untuk mempertinggi
kekuatan tarik kabel serat pelindung terhadap kelembaban dan suhu. Bahan
komponen penguat harus memenuhi persyaratan:
1) tahan terhadap puntiran (memiliki momen puntir besar),
2) mempunyai kekuatan tari
rik yang tinggi,
3) bahan cukup ringan, dan
4) fleksibel/lentur.
Beberapa jenis bahan yang
yang digunakan sebagai komponen penguat dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
Kabel yang dirancang untuk dipasang di atas tanah/di
tanah di udara memerlukan
persyaratan tambahan antara lain cukup kuat untuk menahan beban dirinya sendiri
dan serat optis yang didukungnya.
didukung
III-3.3 Perencanaan Kabel
Dan uraian di atas dapat dirangkum persyaratan kabel serat optis agar dapat
dicapai unjukkerja yang optimum. Persyaratan-persyaratan
Persyaratan
tersebut adalah:
1)
serat optis dibuat dari bahan yang bermutu tinggi dan proses pembuatan yang
sempurna, sehingga angka penyusutan dapat dibuat sekecil-kecilnya;
sekecil
2)
komponen selubung disyaratkan mempunya
mempunyai kekuatan tarikk yang tinggi, sehingga
beban tarikan
ikan sebagian besar dapat didukung oleh komponen selubung
selubung disamping
kelenturan yang tinggi; dan
3)
komponen penguat, untuk mempertinggi kekuatan ta
tarikk kabel dan sekaligus
sebagai komponen pelindung serat optis terhadap gangguan mekanis.
Letak ideal pemasangan komponen penguat dan selubung pada struktur kabel
adalah pada sumbu kabel agar diperoleh angka kelenturan yang tinggi dan angka
tarikan yang tinggi pula, sesuai dengan fungsinya sebagai penguat.
Ada dua macam susunan yang dapat dilakukan yang masing-masing
masing masing mempunyai
kelebihan tersendiri. Konfigurasi kabel
kabel serat optis dapat dilihat pada Gambar 3.40.
Pemasangan komponen penguat di tengah (Gambar 3.40(a)) memungkinkan
kelenturan yang maksimum. Pemasangan komponen penguat pada selubung luar
(Gambar 3.40(b)) memungkinkan perlindungan maksimum terhadap gangguan
mekanis.
Gambar 3.40 Konstruksi kabel serat optis
(a) penguat pasang dalam
(b)penguat pasang luar
Kombinasi kedua susunan di atas menghasilkan kabel serat optis dengan unjuk
kerja yang optimum. Susunan kombinasi ini memadukan komponen--komponen
penguat
at baik yang dipasang bagian dalam (sumbu) maupun pada bagian luar. Gambar
3.42 memperlihatkan struktur umum kabel serat optis konsentris.
Gambar 3.41 Struktur umum kabel serat optis konsentris
Gambar 3.42 memperlihatkan contoh beberapa kabel serat optis.
Gambar 3.42 Contoh beberapa kabel serat optis
III-4 FOTODETEKTOR
III-4.1 Umum
Fotodetektor adalah piranti untuk mengubah isyarat optis menjadi isyarat elektrik.
Piranti inii digunakan sebagai komponen utama pada sistem penerima elektronis.
Cahaya yang mengandung pesan-pesan
pesan pesan yang dikirim oleh piranti pemancar dite
diterima
oleh fotodetektor, diubah menjadi isyarat elektrik agar mudah diolah, sehingga dapat
diperoleh kembali menjadi pesan-pesan
pesan
yang dikirim tersebut.
Dalam bab inii pembicaraan fotodetektor
fotodetektor cenderung pada piranti detektor sebagai
alat bantu manusia (mata manusia) untuk mengenali informasi yang dibawanya. Jadi
pembicaraan ditekankan pada
da piranti yang dapat menangkap cahaya yang tidak dapat
diterima
ma oleh indera penglihatan secara langsu
langsung,
ng, karena frekuensi cahaya yang
digunakan berada di luar kawasan tanggapan frekuensi mata manusia atau yang
membahayakan kesehatan mata apabila dilihat langsung; terutama menyangkut
komunikasi jarak-jauh
jauh ataupun jarak
jarak-dekat
dekat yang membutuhkan kecepatan ting
tinggi yang
berada di luar jangkauan tanggapan manusia. Hal-hal
Hal hal yang akan dibahas meliputi
antara lain: model fisis pendeteksian isyarat cahaya, struktur piranti yang digunakan,
model untai detektor sederhana, dan model analisis derau pada
pa proses pendeteksian.
IIl-4.2
4.2 Pendeteksian Isyarat Cahaya Efek Fotoelektrik
Gambar 3.43 Fotodiode Tabung Hampa
Gambar 3.43 memperlihatkan model suatu fotodiode tabung hampa. Katode
akan memancarkan elektron-elektron
elektron apabila disinari dengan cahaya yang mempunyai
panjang gelombang yang cocok. Semakin besar tenaga foton yang diberikan semakin
besar kemungkinan elektron-elektron
elektron elektron lepas dan permukaan katode yang kemudian
tertarik ke arah anode.
Tidak setiap foton mampu membangkitkan pasangan lubang-elektron.
lubang elektron. Khusus
foton
ton yang terserap masuk jauh dan permukaan, tenaga elektron yang dibangkitkan
tidak mampu mendorong elektron ke permukaan, sehingga tidak terjadi pelepasan
elektron dan katode. Perbandingan jumlah elektron yang dilepaskan terhadap jumlah
foton yang diserap dengan efisien kuantum adalah ketanggapan (responsivitas), yang
menyatakan perbandingan daya cahaya dan arus elektrik yang dihasilkan (dalam
satuan watt/ampere).
ampere). Kedua satuan ukuran tersebut berkaitan erat,, yaitu ketanggapan
dinyatakan sebagai hasil kali efisiensi kuantum dengan faktor dengan e sebagai
muatan elektron, dan hf sebagai tenaga foton). Secara numeris dinyatakan bahwa
ketanggapan sama dengan 0,8 kali efisiensi kuantum pada panjang gelombang 1 µm.
besaran lain yang berkenaan dengan pendeteksian isyarat adalah tunda waktu
tanggapan
piranti,
selang
waktu
antara
terjadinya
arus
elektrik
dan
diterimanya/diserapnya
diserapnya foton oleh bahan.
Elektron yang dilepaskan oleh katode akan bergerak menuju anode melalui
medan elektrik yang berada di antara kedua elektrode.
elektrode. Selama dalam pergerakannya
elektron membangkitkan
bangkitkan arus pergeseran yang besarnya sebanding dengan hasilkali
komponen kecepatan pada arah medan elektrik dengan kuat medan elektrik tempat
elektron berada. Pada foto diode tabung hampa dengan medan elektrik
rik yang seragam
(uniform)) di anatara anode dan katode, arus pergeseran
eran dapat ditingkatkan apabila
elektron dipercepat.
Sifat-sifat fisis fotodiode tabung hampa merupakan dasar analisis pendekatan
cahaya. Dalam praktek, jenis detektor fotodiode foto-tabung hampa jarang digunakan
karena bentuk yang g praktis, harga yang cukup tinggi, dan kurang cocok digunakan
sebagai detektor yang g bersama bersamalpada sistem yang menggunakan serat
optis.
III. 4.2 Fotodiode PN dan PIN
Gambar 3.44 melukiskan model sederhana fotodiode semi-hantar. Sambungan
PN diberi ngan prasikap-mundur yang dipasang sen dengan penghambat beban.
Tegangan prasikapundur akan menyebabkan lubang dan elektron yang lincah
bergerakltertarik menjauhi wilayah
bungan dan menimbulkan medan elektrik di wilayah sekitar sambungan
akibatnya terbentuk n positif dan ion negatif yang tidak dapat bergerak bebas. Wilayah
tempat terjadi medan ektrik disebut wilayah kekosongan (depletion region).
Gambar 3.44 Fotodiode PN
Apabila detektor disinari, maka tenaga foton akan diserap oleh bahan terbentuk
pasangan lubang elektron yang dapat bebas bergerak di wilayah yang didefinisi
sebagai wilayah penyerapan (absorption region). Kedalaman wilayah penyerapan
berbeda untuk panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang yang cukup
besar akan mampu menembus sampai masuk ke dalam sambungan, seperti tampak
pada Gambar 3.45.
Gambar 3.45 Fotodiode sambungan PNgambar atas: diagram medan internal
pengaruh deteksi
Unjuk kerja optimum terjadi apabila sebagian besar foton terserap di wilayah
kekosongan, sehingga terbentuk banyak pasangan lubnag lektron di wilayah mi.
Struktur fotodiode dirancang agar cahaya tidak terserap oleh bahan di luar wilayah
kekeosongan tersebut.
Gerakan pasangan lubang-elektron akan menimbulkan arus pergeseran yang
sebanding dengan hasil kali kecepatan komponen muatan pembawa pada arah medan
elektrik dan besar medan elektrik lokal. Di wilayah kekosongan kecepatan muatan
cukup tinggi sesuai dengan kuat elektriknya. Di wilayah fusi muatan pembawa
bergerak secara acak karena medan elektrik wilayah ini lemah. Jadi, sebagian besar
arus pergeseran terjadi dalam waktu singkat, yaitu path muatan pembawa melewati
wilayah kekosongan.
Tanggapan langsung terjadi saat terbentuknya muatan pembawa di wilayah
kekosongan. Sedang muatan pembawa yang terbentuk di wilayah difusi menyebabkan
adanya tunda-waktu tanggapan. Agar tanggapan waktunya cepat, maka wilayah
kekosongan dibuat sedekat mungkin wilayah penyerapan. Ini dapat dilakukan dengan
menaikkan tegangan prasikap-balik atau mengurangi kadar pembubuhan pada bahan
jenis-N. Pengurangan kadar pembubuhan wilayah N dilakukan hingga wilayah sekitar
sambungan menjadi hampir mumi (instrinsik), gga terbentuldah struktur baru, yaitu PIN
(positive-intrinsic-negative) seperti tampak.
Gambar 3.46.
Gambar 3.46 (a) Diode PIN (b) Geometri A PIN
Cahaya yang diserap dalam wilayah N tidak menimbulkan penundaan (diffusion
tail) karena pasangan lubang-elektron berekombinasi sebelum sempat menjdai arus
pergeseran. Struktur PIN dirancang agar dapat memberikan efisiensi dan kecepatan
tanggapan yang optimum. Jika wilayah I terlalu sempit, maka sebagian besar cahaya
akan diserap di luar wilayah kekosongan pada saat bahan silikon bersifat sebagai
penyerap terbaik, kecepatan tanggapan fotodiode dapat mencapai 0,5 ns dan efisiensi
kuantum dapat mencapai hampir 100 % terbatas pada tingkat pemantulan permukaan
fotodiode. Pada panjang gelombang yang lebih besar bahan silikon akan cenderung
memantulkan cahaya, sehingga efisiensinya rendah. Beberapa bahan lain mempunyai
tingkat penyerapan yang lebih besar daripada silikon path panjang gelombang yang
lebih besar.
Gambar 3.47 melukiskan efisiensi kuantum dan ketanggapan beberapa bahan
fotodiode berdasar path panjang gelombang cahaya yang diberikan.
Gambar 3.47 Efisiensi kuantum dan ketanggapan beberapa bahan diode berdasarkan
panjang gelombang cahaya yang diberikan
III-4.3 Fotodiode Guguran (Avalanche Photodiode, APD)
Arus elektrik hasil pengubahan daya cahaya pada fotodiode PIN kecil sekali,
yaitu dalam beberapa nano-ampere. Karena itu, pada pengoperasiannya perlu
ditambahkan penguat agar yang terjadi cukup memadai untuk diolah dan agar pesan
yang dibawanya dapat diperoleh bali. Tingkat arus yang terjadi path diode PIN kecil
sekali karena tidak adanya proses guatan. Agar arus yang dihasilkan cukup besar,
maka dirancang agar di dalam piranti detector tersebut telab terjadi penguatan. Piranti
yang baru ini bekerja berdasarkan sifat guguran Longsoran, “avalanche”), yaitu ketika
aras tenaga pasangan lubang-elektron berada pada tingkat yang kritis, sehingga
apabila diberi tenaga pemicu sedikit lagi, maka akan terjadi rekombinasi serentak dan
berantai, sehingga arus total yang dihasilkan cukup besar.
Gambar 3.48(a) melukiskan suatu struktur fotodiode guguran. Terlihat adanya
wilayah pengganda (pelipat-ganda, “multiplication”) di dekat wilayah kekosongan
dengan kadar pembubuhan yang tinggi. Apabila piranti diberi tegangan prasikap-balik,
maka akan terjadi struktur medan elektrik seperti terlihat path Gambar 3.48(b). Di
wilayah yang mempunyai kuat medan elektrik tinggi, muatan pembawa bergerak
dengan kecepatan rerata tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya benturan yang
menimbulkan pengionan. Muatan pembawa baru yang terjadi, kemudian dengan
mekanisme yang sama menghasilkan muatan pembawa yang lebih besar. Pada
keadaan mantap, sepasang lubang-elektron yang terjadi akibat penyerapan foton,
secara berantai dapat menghasilkan puluhan hingga ratusan pasangan lubangelektron. Dengan demikian ketanggapan piranti menjadi lebih besar.
Pada Gambar 3.48(c) juga dilukiskan terjadinya penggandaan pasangan
lubang-elektron.
Penggandaan
im
terjadi
secara
acak,
sehingga
besarnya
peroleblpenggandaan tidak dapat diduga. Karena ketidakteraturan mi proses
penggandaan menimbulkan akibat sampingan, yaitu timbulnya derau yang akan
membatasi kepekaan piranti. untuk mengurangi pengaruh derau mi diathkan perbaikan
pada struktur dan keseragaman bahan semihantar.
Gambar 3.48 Fotodiode guguran
Besar tegangan prasikap dan aras pembubuhan juga mempengaruhi
kecepatan tanggapan piranti. Bila prasikap-mundur dinaikkan mulai dan nol, mula-mula
daerah penggandaan menjadi wilayah kekosongan dengan kuat medan elektrik yang
tinggi. Jika tegangan prasikap terus dmaikkan, maka wilayah penggandaan benarbenar menjadi wilayah kekosongan dan wilayah I juga akan menjadi wilayah
kekosongan. Bila kadar pembubuhan wilayah penggandaan terlalu tinggi, medan
elektrik akan menjadi terlalu kuat sebelum wilayah I menjadi wilayah kekosongan. Hal
ini menyebabkan tanggapan piranti menjadi rendah. Sebaliknya apabila kadar
pembubuhan terlalu rendah, wilayah I akan terlalu cepat menjadi wilayah kekosongan,
sehingga tegangan prasikap-mundur yang dibutuhkan untuk membentuk wilayah
penggandaan menjadi terlalu Oleh sebab itu diadakan proses optimalisasi agar
diperoleh wilayah kerja yang optimum.
Arus yang dihasilkan piranti mi cukup besar, sehingga APD dapat digunakan
tanpa menambah penguat isyarat lagi. Peroleh yang dapat dicapai APD hingga 100
kali dengan kecepatan tanggapan 0,5 ns. Gambar 3.49 melukiskan struktur geometri
APD. Cincin penjaga mencegah adanya dadal-guguran yang terlalu dini (premature
avalanche breakdown), yaitu daya ikatan atom sudah mencapai kritis di wilayah
penggandaan ketika di wilayah difusi belum menjadi wilayah kekosongan. Akibat
tanggapan terhadap isyarat akan menjadi rendah karena adanya gejala ekor difusi.
III-4.4 Model Untai Fotodiode PIN
Pada penerapannya, untai fotodiode PIN dilengkapi dengan penguat agar isyarat
Iuarannya cukup kuat dan memdai untuk diolah selanjutnya. Model untai sederhana
PIN nak pada Gambar 3.50.
Gam bar 3.50 Model sederhana untai PIN
Penyedia daya yang diben kapasitor pintas yang cukup
cukup besar dipasang sen
dengan fotodiode dan untai beban. Ujung-ujung
Ujung ujung penghambat RL dihubungkan dengan
beban yang selanjutnya diperkuat oleh suatu penguat. RL juga berfungsi sebagai jalur
jalurbalik ke penyedia daya. Tegangan prasikap-mundur
prasikap mundur operasional untuk dio
diode silikon
berkisar antara 10 V hingga lebih besar dan 100 V tergantung pada kecepatan
tanggapan dan panjang wilayah I yang ditetapkan.
Untai setara ac fotodiode terlihat pada Gambar 3.51. Fotodiode dapat
digambarkan sebagai sumber arus yang sejajar dengan kapasitans sambungan.
Penghambat sen bernilai kecil; penghambat paralel bernilai sangat besar, sehingga
pada frekuensi tinggi dapat diabaikan.
Perancangan didasarkan path beberapa pertimbangan praktis dan derau penguat. Jika
peroleh penguat dinyatakan dengan
den
A(f) (f adalah frekuensi bidang-dasar),
dasar), tegangan
keluaran V pada frekuensi fdinyatakan dengan persamaan (3.58).
V(f)=I(f) Z(f) A(f)
(3.58)
dengan Z(f) sebagai impedans beban pada
pa frekuensi f, yaitu:
Z =
Cd
:
Kapasitans sambungan diode
Rs
:
Hambatan seri diode
RL
:
Penghambat beban
RA
:
Hambatan masukan penguat
CA
:
Kapasitans :shunt” penguat
Rr
:
1
1
+ ( j2 ⊂ f ⊂ T )
R
Gambar 3.51 Untai setara PIN
(3.59)
Bila p(t) menyatakan daya optis yang diterima detektor dalam watt dan R
adalah ketanggapan piranti dalam
maka tegangan keluaran penguat merupakan
hasil konvolusi komponen-komponen
komponen tersebut yang dinyatakan dengan persamaan:
(3.60)
Dengan
* : menyatakan operasi konvolasi dua;
h(t)diode : adalah tanggapan impuls detector (alih ragam fourier
tanggapan frekuensi detector
h(t)penguat-beban : adalah tanggapan impuls penguat.
ubah sesuai dengan pesat modulasi isyaratnya. Jika p(t)
Besar p(t) berubah-ubah
berubah secara lahan, maka v(t) mempunyai bentuk yang serupa dengan p(t). Sebagai
contoh perhatikan gambar
bar 3.52.
Dimisalkan p(t) berubah-ubah
berubah ubah secara sinusoidal di sekitar nilai re
reratanya
dengan amplitude puncak 1µW
W pada frekuensi 1 MHz.
M z. Bila ketanggapan diambil
1
dan tanggapan frekuansi detektor adalah satu (1) di semua kawasan frekuensi
di luar I MHz (impedans masukan didominasi oleh penghambat 50
pada
frekuensi 1 MHz dan peroleh penguat 20 dB, maka tegangan
gangan keluaran
berbentuk sinusoidal dengan nilai puncak 500 µW.
W. Pada pengolahan
selanjutnya diperlukan penguat lagi agar tegangan keluarannya cukup besar.
Gambar 3.52 Modulasi sinusoidal
III-4.5 Model Untai Diode 6 Guguran APP
Gambar 3.53 berikut mi melukiskan model sederhana untai fotodiode guguran
APD.
Gambar 3.54 Model sederhana untai APD
Pada prinsipnya untai APD sama dengan untai fotodiode PIN. Hal yang sangat
berbeda adalah bahwa unjuk-kerja
unjuk
dan ketanggapan
an untai APD sangat tergantung
pada tegangan prasikapnya.
prasikapnya. Hubungan ketanggapan APD terhadap perubahan
tegangan prasikapnya untuk beberapa
beberapa nilai suhu dilukiskan pada Gambar 3.54 berikut
ini.
Pada tegangan 100 V medan elektrik di wilayah kekosongan mulai stabil
perubahannya hingga kira-kira
kira 250 V. Keadaan inii dilukiskan dengan ketanggapan
pada jangkauan tegangan tersebut
tersebut yang dapat dikatakan tetap. Pada tegangan di atas
250 V penambahan tegangan akan menyebabkan
ebabkan kenaikan ketanggapan secara
cepat, sehingga sampai pada suatu batas tegangan tertentu. Terlihat jelas bahwa suhu
sangat berpengaruh terhadap ketanggapan piranti. Oleh karena untuk menjaga
kestabilan kerjanya, penyedia daya perlu dijaga kemantapannya terhadap perubahan
suhu; antara lain dengan suatu untai umpan balik. Kenaikan suhu pa
pada suatu
tegangan prasikap
ikap tertentu akan menunjukkan unjuk-kerja
unjuk kerja untai tersebut. Hal ini terjadi
karena kenaikan suhu merangsang/menimbulkan
merangsang
kan tembakan derau, yang selanj
selanjutnya
menurunkan ketanggpan detektor
detek tersebut.
Gambar 3.54 Hubungan ketanggapan dan tegangan prasikap-mundur
prasikap mundur pada APD
Untai setara fotodiode APD dilukiskan pada Gambar 3.55, yang identis dengan
untai setara diode PiN.
Penggandaan guguran sangat peka terhadap aras medan elektrik. Karena itu
ketidaklinearan
inearan dapat terjadi apabila perubahan isyarat masukannya terlampau besar.
Biasanya fotodetektor
etektor APD digunakan pada pendeteksian isyarat-isyarat
isyarat isyarat kecil.
Gambar 3.55 Untai setara APD
III-4.6
4.6 Derau dan Isyarat Minimum yang Dapat Terdeteksi
Dalam perjalanannya
lanannya da
dari pemancar ke detektor penerima isyarat optis
mengalami penyusutan dan gangguan derau dari
da berbagi sumber derau, sehingga
sampai di tempat detektor isyarat sangat lemah dan diliputi oleh derau. Agar diperoleh
kembali pesan yang terkandung di dalam
dalam isyarat tersebut, diperlukan detektor dengan
kepekaan yang tinggi dan lebar-bidang
lebar
yang cukup besar.
Kepekaan detektor dapat dinyatakan dalam daya isyarat terkecil yang masih
terdeteksi. Daya terkecil yang masih terdeteksi inii dipengaruhi oleh dua macam faktor,
yaitu efisiensi kuantum dan derau. Efisiensi kuantum biasanya cukup tinggi dan hampir
ideal (100%). Dalam hal demikian faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai daya
terkecil yang masih terdeteksi adalah derau.
Derau ini berasal dari
ri dua macam sumber, yaitu “derau tembakan dan derau
penguat”. Derau tembakan terdapat baik pada detektor maupun sumber cahaya LED
atau laser. Derau tembakan
akan disebabkan oleh perubahan/variasi
perubahan variasi secara acak
kedatangan lubang/elektron di kolektor
kolek transistor, diode atau anode tabung.
Arus isyarat yang terjadi padadaya optis terkecil yang dapat terdeteksi, juga
disertai derau yang dinyatakan dalam arus akar rerata kuadrat (root-mean
(root mean-square).
Nisbah daya isyarat-derau (signal to noise ratio, S/N)) pada detektor dinyatakan
dengan:
(3.61)
Daya optis yang diterima fotodetektor diubah menjadi arus elektrik, sehingga
daya isyarat pada penguat sebanding dengan kuadrat daya optisnya. Arus isyarat yang
terjadi dapat dinyatakan dengan:
(3.62)
Dengan Po sebagai daya optis
hf adalah tenaga foton, dan
adalah efisiensi quantum
Derau temabakan terdiri atas dua bagian, yaitu yang berasal dan fluktuasi isyarat:
(3.63)
dan derau pada arus gelap (dark
(
current) pada detektor
ektor (“dark noise” adalah derau
yang terjadi pada saat tidak ada isyarat optis), yang dinyatakan dengan:
(3.64)
dengan B sebagai lebar-bidang
bidang sistem.
Derau penguat dinyatakan sebagai derau Johnson pada penghambat beban pada
suatu suhu efektif Tef. Derau ini
in dinyatakan dengan persamaan:
(3.65)
dengan
an k: sebagai tetapan Boltzman
RL: sebagai penghambat beban
Nisbah isyarat-derau
derau dapat dinyatakan dengan persamaan:
(3.66)
Persamaan (3.66) merupakan hubungan yang menyatakan unjuk-kerja
kerja detektor pada
pa
suatu sistem komunikasi optis. Berdasar persamaan (3.66) dapat ditentukan NEP
(Noise-Equivalent-Power)) penguat sebagai fungsi lebar-bidang
lebar bidang B, yang dinyatakan
pada persamaan (3.67). NEP menyatakan daya yang diperlukan
diperlukan untuk memperoleh
nisbah isyarat-derau
derau sama dengan satu
dalam
lebar-bidang
bidang
1
Hz.
Biasanya NEP dinyatakan dalam satuan pikowatt per akar Hz.
Hz
(3.67)
dengan
(3.68)
Berdasar persamaan (3.66) dengan membuat
, diperoleh
roleh nilai daya optis
minimum yang masih dapat didekati, sebagai:
(3.69)
Apabila arus gelap tidak cukup kecil untuk diabaikan, maka batas gelap yang
diperbolehkan
olehkan dapat ditentukan berdasarkan persamaan (3.66) dengan derau
derau-penguat
dan derau-tembakan
akan detektor:
(3.70)
Pada penggunaan dengan isyarat digital,
digital daya optis minimum yang masih dapat
dideteksi dinyatakan
yatakan sebagai fungsi pesat bit; contoh hal inii terlihat pada Gambar 3.56.
Gambar 3.56 Isyarat optis minimum yang masih terdeteksi sebagai fungsi pesat
bit.
III-4.7
4.7 Peroleh Guguran (Avalanche Gain)
Pembawa muatan (lubang dan elektron) yang bergerak memasuki wilayah
kekosongan (wilayah bermedan elektrik tinggi) di dalam bahan semihantar akan
mendapatkan tambahan tenaga. ini menyebabkan elektron dan lubang bergerak lebih
Iincah dan berbenturan dengan ion
ion-ion pada berbagai arah. Akibat benturan tersebut,
terlepaslah elektron-elektron,
elektron, sehingga jumlah pasangan lubang-elektron
elektron bertambah
banyak. Terjadinya benturan ionisasi berantai
berant menambah besar arus yang terjadi.
Peroleh arus akibat benturan berantai ini disebut peroleh guguran (avalanche
avalanche gain
gain).
Jika muatan pemula/pemacu
pemacu adalah elektron seperti terlihat pada
pada Gambar 3.58, luban
lubang
yang terjadi akibat benturan akan berlawanan arah gerak
gerak elektron. Elektron yang
terlepas membentuk atom yang lain, sehingga jumlah elektron bertambah banyak.
Gambar 3.57 Gambaran terjadinya peroleb guguran
Watak benturan ionisasi dinyatakan dalam pesat ionisasi elektron, alfa ( ), dan
pesat ionisasi lubang,
ubang, beta ( ). Pesat ionisasi menyatakan jumlah muatan sekonder
yang terjadi per cm perjalanan melewati medan elektrik sebesar
yang disebabkan
oleh sebuah muatan. Agar dapat mengawali suatu proses ionisasi, sebuah muatan
haruss mempunyai cukup tenaga, sedikitnya
sedikitnya sebesar tenaga celah bidangnya. Peroleh
guguran tergantung pada medan elektrik, dan medan elektrik itu sendiri tergantung
pada tegangan prasikap. Peroleh guguran inii sangat penting artinya dalam proses
deteksi isyarat optis. Karena peroleh ini dihasilkan
hasilkan di dalam detektor itu sendiri, maka
derau sampingan yang terjadi relatif kecil.
Penggunaan diode guguran memungkinkan kenaikan daya isyarat, sehingga
kenaikan daya deraunya tidak mengganggu sampai suatu batas jangkauan tertentu.
Derau tembakan yang menyertai penguatan isyarat, membatasi besar penguatan
operasinya. Pada APD derau tembakan
tembakan akan diperkuat sedikit lebih besar dan
isyaratnya. inii terjadi akibat adanya dua jenis muatan yang menimbulkan ioni
nisasi, yaitu
elektron dan lubang.
Peroleh guguran yang diperbolehkan, agar isyarat terkecil masih dapat
dideteksi, dibatasi beberapa faktor
fakt derau, antara lain:
1)
derau penguat,
2)
daya derau detektor, dan
3)
derau sampingan
ingan akibat benturan ionisasi.
derau dengan peroleh guguran dapat ditentukan berdasarkan
Nisbah daya isyarat-derau
persamaan:
(3.71)
dengan M
: sebagai peroleh guguran
F(M) : derau sampingan akibat proses guguran
Karena arus isyarat meningkat dengan faktor M, maka daya isyarat meningkat
dengan faktor M2. daya derau meningkat lebih cepat dengan faktor M2F(M).
Derau sampingan berhubungan langsung dengan besar umpan
umpan-baliknya
(lubang yang arahnya berlawanan dengan arah elektron) dan dinyatakan dalam pesat
ioninsasi
dan
. Apabila
nisbah j berbeda jauh dan nilai satu,, maka hanya
pembawa yang mempunyai pesat ionisasi besar yang dapat mengakibatkan benturan
ionisasi. Maka faktor derau sampingannya menjadi lebih kecil dan cenderung
mendekati batas terendah, yaitu nilai 2. Jika pesat ionisasi
dan
sama, maka derau
sampingan maksimum dan F akan mendekati nilai M.
Ketergantungan derau guguran terhadap pesat ionisasi
ionisasi telah dihitung oleh McIntyre
dan dinyatakan dengan persamaan
(3.72)
Ketika elektron memiliki pesat ionisasi yang lebih tinggi, yaitu
< 1.
Demikian juga apabila muatan pegawal (pemulai) proses guguran adalah
lubang, maka
, dan akan diperoleh hasil perhitungan yang sama.
Gambar 3.58 menunjukkan data hasil perhitungan McIntyre untuk beberapa
nisbah pesat ionisasi.
Gambar 3.58(a)
Peroleh, M
(a)
Gambar 3.58 Hasil perhitungan faktor derau F(M) oleh McIntyre:
(a) untuk beberapa nilai K.
(b) hasil percobaan pada APD Silikon.
Keterangan derau gugran pesat ionisasi telah dihitung oleh MCIntyre dan dinyatakan
dengan persamaan:
(3.72)
Ketika elektron mempunyai pesat ionisasi yang lebih tinggi, yaitu
< 1.
Demikian juga apabila penguatan pengawal (pemulai) proses guguran adalah lubang,
Maka
dan akan diperoleh hasil perhitungan yang sama.
Gambar 3.59 di atas menunjukkan data hasil perhitungan McIntyre untuk beberapa
nisbah ionisasi.
III-5 OPTOISOLATOR
III-5.1 Umum
Optoisolator disebut juga “optocoupler”
“
” adalah suatu pasangan fotodiode
fotodiodedetektor yang saling terisolasi dan membentuk satu
sa kesatuan piranti optoelektro
optoelektronika.
Biasanya komponen-komponen
komponen penyusun dipadukan dalam suatu lempeng untai
terpadu.
adu. Fungsi kerja optoisolator dapat disamakan dengan rele biasa. Penggunaan
piranti inii antara lain untuk mengalihkan isyarat elektrik antara kedua untai tersebut,
sebagai rele pengendali sumber tegangan (mengendalikan sumber tegangan tinggi
dengan menggunakan
nakan sumber tegangan rendah). Gambar 3.59 melukiskan contoh
untai optoisolator ini.
Gambar 3.59 Untai optoisolator
Watak-watak
watak piranti harus diketahui lebih dulu sebelum proses perancangan
dilakukan agar kemampuan piranti dapat digunakan maksimal atau agar dicapai unjuk
unjukkerja yang optimum.
III-5.2
5.2 Komponen Pemancar Cahaya
Faktor terpenting pada perancangna fotodiode optoisolator adalah optimasi
gandengan
(coupling)
fotodiode fotodetektor.
fotodiode-fotodetektor.
Parameter
yang
penting
untuk
dioptimumkan antara lain:
peroleh, lebar-bidang
bidang dan watak elektriknya.
Pada fotodiode bahan
an GaAs dengan komposisi GaAs1-xPx, pengubahan kadar x
akan mengakibatkan perubahan panjang
panja gelombang yang dihasilkan ( ), efisiensi dan
pesat tanggapannya. Gambar 3.60 melukiskan grafik untuk peroleh (G), lebar
lebar-bidang
(B) dan hasil kali GB dengan G dan B yang dinormalkan pada
pa x = 0. Terlihat bahwa
hasil kali GB mencapai optimum untuk x = 30 %.
Gambar 3.60 Optimisasi peroleh G dan lebar-bidang
lebar bidang B pada pancaran cahaya
pada bahan celah-bidang
celah
langsung (direct bandgap)
Struktur
fotodiode
dibuat
dengan
luas
permukaan
yang
kecil
untuk
menghindarkan yang mungkin timbul akibat menyebarnya arah pancaran cahaya yang
dihasilkan.
III-5.3 Medium Optis
Medium
perantara
optis
yang
digunakan
disesuaikan dengan bidang
penerapannya. Sifat isolasi medium yang sangat tinggi digunakan apabila jarak
fotodiode-fotodetektor
fotodetektor akan dibuat sangat berdekatan. Apabila jarak fotodiode
fotodiodefotodetektor relatif cukup jauh seperti melalui serat optis, lensa, atau medium lain, sifat
pancaran berkas lebih penting untuk dipertimbangkan/dibandingkan
dipertimbangkan
gkan dengan sifat
isolasi bahan medium optisnya.
III-5.4 Fotodiode
Prinsip kerja fotodetektor telah dibahas dalam pasal III-4.
4. Fotodetektor
optoisolator mempunyai
punyai watak seperti fotodetektor
fotodetektor yang telah diuraikan terdahulu.
Untuk memperoleh nisbah alih arus (Current Transfer Ratio, CTR) yang cukup
tinggi, isyaratt yang mencapai fotodetektor perlu diperkuat. Komponen penguat ini
berupa piranti transistor.
istor. Konstruksi penguat ini dapat berdiri sendiri (seperti pa
pada
fototransistor) atau transistor dipasang
dipasa mengikuti fotodetektor.
Watak tanggapan dan kelinearan fototransistor relatif kurang baik dibandingkan
dengan fotodiode.
diode. Ketidaklinearan fototransistor disebabkan oleh adanya arus kolektor
melalui sambungan basis-kolektor
kolektor (karena wilayah basis-kolektor
basis kolektor merupakan wilayah
aktif),
sehingga
mempengaruhi
pengaruhi
lebar
wilayah
kekosongan
yang
selanjutnya
mempengaruhi ketanggapannya.
Pada fotodiode yang diikuti penguat transistor, arus kolektor tidak
ti k melewat
melewati
fotodiode, sehingga pengaruh arus diode terhadap arus kolektor kecil sekali, seperti
terlihat pada Gambar 3.61(b).
Pesat tanggapan fototransistor relatif rendah karena adanya
a nya wilayah basis
basiskolektor yang cukup lebar, sehingga mempunyai kapasitans yang relatif
relatif besar (20 pF)
akibatnya efek Miller pada frekuensi tinggi.
Pada fotodiode/transistor kapasitans pa
pada elektrode diode relatif kecil (10 pf)
dan lebar sambungan fotodiode tak mempengaruhi peroleh transistor. Kapasitans
karena efek Miller pada sambungan kolektor-basis
kolektor
sangat basis (0,5 pF).
Gambar 3.61 Kelinearan fotodiode/transistor dibanding dengan fototransistor
fototransistor
Gambar 3.62 melukiskan pengaruh adanya kapasitans tersebut
Gambar 3.62 Kapasitans masukan fototransistor dibandingkan dengan
fotodiode/transistor
III-5.5 Tingkat Penguat
Pada optoisolator biasa terjadi penyusutan isyarat, maka dapat ditambahkan
bahkan suatu penguat di sisi keluarannya
Isyarat hasil konversi relatif kecil, sehingga masih diperlukan tingkat penguat
isyarat agar diperoleh isyarat keluaran yang cukup kuat. Konfigurasi
Konfigurasi penguat ini dapat
berupa translator tunggal atau pasangan transistor Darlington. Konfigurasi penguat iini
terlihat pada Gambar 3.63.
Gambar 3.63 Penguat “Photocurrent” jenis analog
Jenis Penguat untuk Operasi Isyarat Digital
Pada operasi isyaratt digital dengan pesat data yang rendah dapat digunakan
konfigurasi penguat jenis analog seperti tersebut di atas. Untuk pesat data yang tinggi
digunakan penguat transistor jenis
je
kecepatan tinggi Schottky pada tingkat keluarannya,
seperti terlihat pada Gambar
bar 3.64. Prasikap untuk fotodiode diambil dari
dari Vcc untuk
menghindarii pengaruh transisi pada aras nalar keluarannya.
Gambar 3.64 Penguat kecepatan tinggi dan peroleh tinggi untuk operasi digital
AE - pembalik untuk masukan enable
A - penguat “photocurrent” tak-membalik
D - diode pemegang Q dan Q
QE - sakiar “enable” (mati, kecuali “enable” rendah)
Qo - transistor keluaran
III- 5.6 Watak parameter optoisolator
Parameter-parameter
parameter optoisolator yang penting antara lain:
1)
Isolasi (Common Mode Rejection, CMR),
2)
Insulasi,
3)
Pesat tanggapan, dan
4)
Nisbah alih arus (Current Transfer Ratio, CTR).
Isolasi (Isolation)
Isolasi dimaksudkan untuk meningkatkan nisbah isyarat mode-selisih
mode selisih—mode-
bersama (differential-mode--common
common mode),
mode suatu istilah yang identik dengan istilah
pada Operationa/Amplifier
ier (OP-AMP).
(OP AMP). Isyarat yang selisih adalah perbedaan teg
tegangan
antara kedua masukan OP-AMP,
AMP, sedangkan isyarat mode-bersama
mode bersama adalah isyarat
yang keluar pada tingkat keluaran, apabila kedua masukan diberi tegangan ya
yang
besarnya senilai dengan rerata tegangan pada kedua masukannya. Nisbah kedua
peroleh tersebut
diusahakan sebesar mungkin yang berarti bahwa isyarat mode
bersama tidak mengganggu isyarat mode beda. Isyarat mode-bersama
mode bersama dapat
dianalogikan dengan derau,
erau, dan nisbah
disebut “Common
Common Mode Rejection Ratio
Ratio”
(CMRR).
Penggandengan optis lebih unggul dibandingkan dengan penggandengan listrik
atau magnetis, karena foton yang membawa isyarat selisih tidak membawa muatan
listrik atau memerlukan fluks magnetis untuk mendukung gerakannya.
Terjadinya isyarat mode-bersama
mode bersama pada optoisolator terutama oleh pengaruh
gandengan kapasitif liar (stray
stray capacitive coupling).
coupling
Isolasi analog dapat dinyatakan sebagai nisbah relatif perubahan arus kolektor
Ic terhadap perubahan tegangan mode-selisih
mode
eDM dan perubahan Ic terhadap
perubahan tegangan modebersama eDM “Common Mode Rejection Ratio” (CMRR).
CMRR sering dinyatakan dalam dB dan disebut “Common Mode Rejection” (CMR)
sebagai:
(3.73)
Perhitungan CMR didasarkan
asarkan pada
pa perancangan untai masukan.
(3.74)
(3.75)
(3.76)
Pada persamaan (3.76) terlihat bahwa suku
dan kapasitans gandengan
mode bersama CCM merupakan komponen/parameter yang penting pada optoisolator.
CMRR dapat dibuat bernilai tinggi
ti
dengan memilih RS dan
yang kecil. Demikian
juga untuk frekuensi isyarat eCM
C , yaitu fCM kecil.
Pada operasi dengan isyarat digital diperlukan keluaran
keluaran dalam keadaan mantap
terlepas dan pengaruh eCM.
Apabila eCM berupa sinusoidal, nilai amplitude maksimum yang masih dapat
diterima disebut “Common
Common Mode Rejection Voltage”,
Voltage CMRV. Jika nilai inii terlampui,
maka aras keluaran berubah. Gambar 3.67 melukiskan CMRV sebagai fungsi
frekuensi. CMRV menurun bila frekuensi naik, sampai pada
pa suatu frekuensi putus dan
kemudian CMRV naik lagi dengan kenaikan frekuensi.
Apabila eDM berupa fungsi tak sinusoidal, pesat perubahan maksimum yang
masih dapat diterima
ma dinyatakan sebagai “Common Mode Transient Rejection”, CMTR
Gambar 3.65 CMRV untuk eCM sinusoidal
Grafik CMTR terlihat pada Gambar 3.66. Absis grafik CMTR dapat menyatakan
amplitude atau selang-waktu
waktu transient karena:
(3.77)
Kurva e’CM merupakan fiingsi eCM yang mendekati bentuk fungsi parabolis dengan
hubungan:
(3.78)
Gambar 3.67 “Transient Common Mode Rejection Property” CMTR
Besaran “konstan” merupakan fungsi peroleh atas pesat tanggupan pada optoisolator.
Pada Gambar 3.66 terlihat bahwa aras keluaran optoisolator akan tetap mantap syarat:
1) untuk eCMO besar, maka pesat transient rendah, dan
2) untuk pesat transient tinggi apabila e’CM rendah.
Asimtot
mtot kurve CMTR dapat dinyatakan dengan arus atau tegangan penguat
yang dinyatakan dalam Dvb dan Dib, seperti terlihat pada Gambar 3.67.
Kurve CMH dan CML menyatakan toleransi mode
mode-bersama
bersama untuk aras keluaran tinggi
dan aras keluaran rendah.
Insulasi
Insulasi
ulasi menyatakan kemampuan maksimum piranti bekerja pa
pada suatu
tegangan sebelum terjadi kerusakan akibat tegangan dadal.
dada . Insulasi dinyatakan dalam
VI-o volt.
Pesat Tanggapan
Secara sederhana pesat tanggapan optoisolator tergantung pada pesat
tanggapan komponen-komponen
komponen penyusunnya. Pesat tanggapan juga menyatakan
besarnya lebar-bidang
bidang piranti. Secara ideal lebar-bidang
lebar bidang sumber isyarat, sehingga
isyarat yang melalui piranti ini
ni tidak mengalami penyaringan.
Nisbah Alih Arus, CTR
Nisbah arus pada merupakan
n parameter yang sangat penting. CTR
menyatakan perbandingan arus keluaran Ip terhadap arus masukan IF. CTR dapat
menyatakan adanya penguatan atau penyusutan isyarat. Biasanya CTR dinyatakan
dalam persen.
Gambar 3.68 Parameter-parameter
Parameter
optoisolator
keterangan Gambar 3.68:
Digital :
Maksimum mode bersama toleransi untuk keluaran digital yang sesuai
CMRV eCM maksimum tertoleransi
CMTR
maksimum tertoleransi
CMH
: CMRV atau CMTR untuk Vc
VOH (iode masukan off)
CML
: CMRV atau CMTR untuk Vc
VOH (iode masukan on)
•
insulasi : VI-o
•
kecepatan :
eCM batas maksimum
analog : lebarbidang 3 dM untuk
digital : tunda perambatan pada perubahan keadaan, eDM
penggandengan mundur : CI-o = C1 + C2 + CCM
penggandengan maju: nisbahh alih arus, CTR
x 100 %
Vc
Download