KONSEP WISATA RELIGI MENURUT AGAMA HINDU Oleh : YB Parwata Kini Pemerintah banyak mempromosikan berbagai produk andalan, baik dibidang Industri, pangan, kerajinan, seni, budaya, begitupun dengan wisatanya. Berbicara masalah wisata masih sedikit wisatawan dunia memahami aneka ragam wisata yang ada di Indonesia. Umumnya mereka hanya mengenal Bali sebagai tujuan wisata utama. Sedangkan tempat atau tujuan wisata wisata lainnya nyaris untuk tidak menyebukan sepi dari kunjungan wisatawan. Hal ini terjadi mungkin karena kurangnya promosi secara intensif ke dunia Internasional atau memang pengaruh perpolitikan Indonesia khususnya dari system pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi yang kemudian melahirkan otonomi daerah, banyak daerah enggan melakukan strategi-strategi untuk memperkuat bargaining position dalam mengembangkan wisata sebagai salah satu kebanggaan. Berbicara masalah Wisata Relegi terlebih dahulu patut dipahami apa sebenarnya wisata relegi itu? Jika ada Wisata relegi berarti ada bentuk wisata lainnya seperti wisata budaya, wisata kuliner dll. Kata Wisata berasal dari kata bahasa Sanskerta “ Vis” juga yang berarti menempatkan, masuk, pergi kedalam, duduk. Kata Vis juga berarti tempat tinggal, rumah (wisma) Dari akar kata Vis berkembang menjadi Vicata ( Bahasa Kawi/Jawa kuna yang berarti; berpergian untuk mencari hiburan. Demikian pula “Visit” bahasa Inggris yang berarti mengunjugi/kunjangan, nampaknya berasal dari akar kata “Vis” dalam Bahasa Sanskerta. Dari segi etimologi kata “Wisata, “Pariwisata, “Visit “semuanya mengandung makna yang kurang lebih sama, yaitu pergi, berkunjung, berjalan berkeliling untuk bersenang - senang dan mencari hiburan. Bersenang senang dan hiburan menjadi kata kunci pengertian Wisata. Wisata Religi menurut Agama Hindu: Agama Hindu mengajarkan banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, ada jalan yoga, meditasi, beryadnya, penguasaan ilmu pengetahuan, dll. Dari sekian banyak cara yang ada, salah satu yang paling mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang adalah dengan jalan melaksanakan Wisata Religi yang dalam Agama Hindu sering disebut dengan Tirta Yatra , Dharma Yatra, Vita Sagara. Tirtha Yatra atau perjalanan suci, merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat tempat suci kemudian melakukan persembahyangan, melakukan meditasi dan japa. Dharma Yatra, perjalanan suci bagi Rohaniwan untuk membabarkan ajaran dharma ketempat tempat yang dianggap suci, Vita Sagara melakukan perjalanan suci dalam bentuk mengarungi lautan / samudra. Penjelasan tentang Tirtha Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara diuraikan secara jelas didalam kitab Itihasa seperti Ramayana dan Mahabharata juga dalam kitab Purana dan Sarassamuscaya. Berikut ini penjelasan tentang Tirtha yatra dalam Sarasamuscaya : Akkrodanasca rajendra satya silo drdawratah, atmopamasca bhutesu, sa tirthapalam asnute (SS.277) artinya : Ada orang seperti ini prilakunya, tidak diliputi oleh kemarahan, benarbenar satya teguh pada brata, kasih sayang terhadap semua mahluk, orang yang demikian prilakunya, pahala Tirta Yatra kelak diperolehnya. Thirta Yatra maksudnya berlkeliling dengan niat suci mengunjungi tempat – tempat suci. Sada daridrair api hi sakhyam praptum naradhipa, tirthabhigamanam punyam yakner api wisiyate ( SS.279) Artinya : Sebab keutamaan Thirta Yatra amat suci lebih utama dari melaksanakan yadnya, dapat dilakukan oleh orang miskin. Dari kutipan tersebut diatas, ThirtaYatra jelas mempunyai kedudukan yang amat penting dalam ajaran agama Hindu. Thirta Yatra lebih utama dari melaksanakan Yadnya (upacara) dan hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang orang miskin. Sebaliknya orang kaya bila tidak pernah berpuasa, tidak pernah mandi ditempat suci, orang yang demikian disebut orang miskin ( SS 278) , miskin dibidang aktivitas rohani. Tempat dan Persyaratan : Tempat– tempat dijadikan Thirta Yatra adalah tempat tempat suci yang ada petirtan terutama yang memiliki nilai sejarah dan diyakini kesuciannya seperti Pura - Pura (Mandir India). Di Bali kita mengenal ada PuraPura yang tergolong Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan atau Kahyangan Jagat, seperti ; Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, Pura Lempuyang, Pura Tampak Siring, Pura Batur, Pura Pucak Penulisan, Pura Sakenan, dll. Demikian juga didaerah lainnya seperti Candi Prambanan, Candi Ceto, di Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur. Pura Gunung Salak di Bogor, di Lombok Pura Suranadi, Pura Narmada, Pura Lingsar. Di Jakarta Pura Rawamangun, Pura Kerta Bhumi Taman Mini, dll. Selain tempat, persiapan lain yang tak kalah penting adalah kita harus tahu informasi mengenai kondisi tempat, cuaca/pemangku dan kondisi fisik, karena berbeda dengan perjalanan wisata biasa yang lebih ditekankan kepada untuk bersenang senang sedangkan Thirta Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara ditujukan kearah hiburan spritual/spirit yang bertujuan menyerap vibrasi kesucian di tempat suci yang dikunjungi. Manfaat dan Makna dari Thirta Yatra : Adapun makna dan manfaat Thirta Yatra, Dharma Yatra dan Vita Sagara disebutkan antara lain : 1. Dengan Thirta Yatra kita dapat meningkatkan Sradha. Kita datang menuju tempat suci yang jauh melaksanakan bhakti, sembahyang, japa, meditasi dan pembacaan kitab suci dan Dharmagita. 2. Dengan Thirta Yatra terjadilah proses penyegaran kembali terhadap mental dan fifik kita yang sebelumnya mungkin jenuh akibat rutinitas, melakukan pekerjaan sehari hari. 3. Dengan Thirta Yatra memperluas cakrawala, kita mengagumi, betapa besar dan Maha Agung Ida Sang Hnyang Widhi sebagai Penacipta, meningkatkan kesucian sehingga kita dapat lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. 4. Dengan membaca kitab suci, menyanyikan Dharmagita, japa, meditasi akan meningkatkan pemahaman kita terhadap nilai nilai yang terkandung dalam ajaran agama Hindu. Demikian sekilas gambaran tentang Wisata Religi yang dalam Agama Hindu disebut dengan istilah Thirta Yatra, Dharma Yatra dan Vita Segara atau sering diartikan untuk melakukan perjalanan suci sebagai upaya pendekatan diri atau wujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang bertujuan untuk menyerap nilai nilai spritual karena diyakini tempat tersebut mampu mengantarkan vibrasi kesucian pada setiap orang yang melaksanakannya. Jakarta, 31 Januari 2012