bab ii tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
2.1.1
Tinjauan Teori
Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Klasik
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga
dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi
tabungan, secara matematis dapat ditulis S = f(i). Artinya, keinginan masyarakat
untuk menabung sangat bergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat
bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat
akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya untuk menambah besarnya
tabungan. Jadi tingkat bunga menurut pendapat klasik adalah balas jasa yang
diterima seseorang karena menabung/menyimpan uangnya atau hadiah yang
diterima seseorang karena menunda konsumsinya.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat
bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk melakukan investasi. Hal
tersebut dikarenakan keuntungan yang diharapkan dari investasi akan relatif kecil
terhadap tingkat bunga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah maka
keuntungan relatif dari investasi terhadap tingkat bunga yang dibayarkan akan
besar sehingga investasi akan meningkat. Karena tingkat bunga merupakan biaya
pinjaman dan pengembalian akibat meminjamkan dana ke pasar keuangan, maka
untuk memahami lebih baik tentang tingkat bunga dalam perekonomian dapat
dituliskan dalam persamaan berikut ini:
11
Y=C+I+G
(2.1)
Y–C–G=I
(2.2)
Y – C – G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan
pemerintah terpenuhi; inilah yang disebut tabungan nasional (national saving)
atau ringkasnya tabungan (S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional
manunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi. Untuk memahami identitas
ini secara lebih lengkap, kita bisa memacah tabungan nasional menjadi dua
bagian. Satu bagian menunjukkan tabungan sektor swasta dan bagian lain
menunjukkan tabungan pemerintah:
S = (Y – T – C) + (T – G) = I
(2.3)
Untuk melihat bagaimana tingkat bunga menyeimbangkan pasar keuangan,
substitusikan fungsi konsumsi dan fungsi investasi kedalam pos pendapatan
nasional:
Y – C(Y – T) – G = I(r)
(2.4)
Selanjutnya, nyatakan bahwa G dan T ditetapkan oleh kebijakan serta Y
ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi.
(2.5)
(2.6)
Gambar 2 menunjukan tingkat keseimbangan suku bunga di pasar
keuangan. Ketika suku bunga berada pada level i1 (dibawah suku bunga
keseimbangan), masyarakat akan menabung lebih sedikit dan lebih banyak
membelanjakan uangnya. Pada kondisi ini tingkat tabungan berada pada S1
sedangkan tingkat investasi yang diinginkan sebesar I1. Artinya, terdapat
12
kelebihan permintaan untuk investasi sedangkan dana yang tersedia dalam bentuk
tabungan tidak mencukupi. Keadaan ini mendorong pelaku usaha bersedia untuk
membayar lebih atas dana yang dipinjamnya. Hal ini akan memberikan tekanan
pada naiknya suku bunga dan pada gilirannya akan meningkatkan tabungan.
Proses ini berlanjut terus hingga jumlah tabungan yang tersedia setara dengan
investasi yang diinginkan, yakni pada tingkat suku bunga i2, dimana jumlah
tabungan (S2) sama dengan Investasi (I2). Pada tingkat bunga ekuilibrium, hasrat
rumah tangga untuk menabung seimbang dengan hasrat perusahaan untuk
menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan
jumlah yang diminta.
i (interest rate)
S(r)
A
i2
i1
I(r)
S1
I2=S2
I1
Investasi, Tabungan, I, S
Sumber : Mankiw (2005)
Gambar 2. Kurva Investasi dan Tabungan
13
Teori Tingkat Bunga Fischer, terdapat dua tingkatan bunga, yaitu bunga
nominal dan bunga riil. Tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat
bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga
riil. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dalam dinyatakan dalam persamaan
Fischer sebagai berikut:
r=i–π
(2.7)
dimana:
r = real interest rate (tingkat bunga riil)
i = nominal interest rate (tingkat bunga nominal)
π = tingkat inflasi
Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat
inflasi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat
terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi.
2.1.2
Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Keynes
Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima
seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang
diterima seseorang karena mengorbankan preferensi likuiditasnya. Menurut teori
preferensi likuditas, ada tiga motif yang mendasari seseorang memegang uang:
Pertama, motif transaksi. Permintaan uang untuk tujuan melakukan
transaksi. Permintaan uang ini sangat tergantung pada tingkat pendapatan
seseorang. Jika pendapatan mengalami peningkatan maka uang tunai yang ditahan
akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Permintaan uang atas dasar motif ini
14
sangat dipengaruhi pula oleh tingkat harga. Bila tingkat harga mengalami
kenaikan (inflasi) akan mempengaruhi besarnya permintaan uang tunai untuk
tujuan transaksi.
Kedua, motif berjaga-jaga, yaitu tindakan seseorang untuk menyimpan
sebagian dari pendapatan atau kekayaan dalam bentuk uang tunai, karena banyak
pengeluaran yang tidak terduga sebelumnya. Besar kecilnya uang untuk motif ini
sangat ditentukan oleh besar kecilnya uang untuk transaksi. Semakin besar nilai
transaksi yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin banyak uang yang
dibutuhkan untuk berjaga-jaga.
Ketiga, motif spekulasi. Disamping untuk memperlancar transaksi dan
untuk berjaga-jaga, tujuan orang memegang uang tunai juga dimaksudkan untuk
tujuan spekulasi. Uang untuk tujuan ini akan dipergunakan untuk membeli suratsurat berharga (obligasi) pada saat harganya murah dan akan menjualnya kembali
ketika harganya mahal.
Menurut Keynes, semakin besar liquidity prefefence seseorang, semakin
besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai, maka semakin besar
pula tingkat bunga yang diterima orang tersebut bilamana ia meminjamkan uang
tersebut kepada orang lain. Pendapat Keynes ini sangat berbeda dengan pendapat
aliran klasik, dimana tingkat bunga menurut teori klasik adalah premi yang
diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang.
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat
bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini dapat
diterangkan oleh Keynes. Dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai
15
pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal. Bilamana tingkat bunga turun
dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan akan naik suku
bunga masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat
berharga) pada saat suku bunga naik, pemegang obligasi tersebut akan mengalami
kerugian. Guna menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah
menjual obligasi yang dengan sendirinya akan mendapatkan uang tunai dan uang
tunai ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut
motif spekulasi permintaan uang tunai, karena masyarakat akan melakukan
spekulasi tentang obligasi di masa yang akan datang.
Teori Tingkat Bunga Keynes. Bunga adalah sebuah pembayaran untuk
menggunakan uang. Dalam teori preferensi likuiditas, Keynes menjelaskan
pandangannya mengenai bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka
pendek. Teori preferensi likuiditas adalah kerangka kurva LM. Teori ini memiliki
asumsi adanya penawaran uang riil tetap dan biasanya tidak tergantung oleh
tingkat bunga, yaitu:
(M/P)s = M/P
(2.8)
Bunga adalah salah satu determinan dalam memutuskan berapa banyak
uang yang ingin dipegang oleh seseorang. Ketika tingkat bunga naik, maka
masyarakat cenderung memilih sedikit memegang uang, sehingga:
(M/P)d = L(r)
(2.9)
Teori Loanable Funds. Teori loanable funds meramalkan dan
menganalisis perubahan suku bunga dengan menggunakan penawaran dan
permintaan dana sebagai dasarnya.
16
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa
besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana
tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Namun peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga
pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan bank cukup banyak,
sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2. Target laba yang diinginkan
Hal ini disebabkan target laga merupakan salah satu komponen dalam
menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar
maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Namun untuk
menghadapi persaingan, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk suku bunga pinjaman.
Semakin mudah jaminan dapat dicairkan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan, dan sebaliknya.
4. Kebijakan pemerintah
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak
boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada
17
batasan maksimal dan minimal untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya
adalah agar bank-bank dapat bersaing secara sehat.
5. Jangka waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu
merupakan faktor yang sangat penting. Semakin panjang jangka waktu pinjaman,
maka akan semakin tinggi bunganya. Hal tersebut disebabkan besarnya
kemungkinan resiko macet dimasa mendatang.
6. Reputasi perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk
bunga pinjaman. Perusahaan yang telah memiliki reputasi baik akan mudah
memperoleh kredit dengan bunga yang relatif lebih rendah.
7. Produk yang kompetitif
Produk yang kompetitif menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk
yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya
diharapkan lancar.
8. Hubungan baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada
seseorang atau perusahaan. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabahnya
kedalam nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan pada
keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah
18
utama biasanya mempunyai hubungan baik dengan pihak bank, sehingga dalam
penentuan suku bunganya berbeda dengan nasabah biasa. Nasabah yang memiliki
hubungan baik dengan bank tentu bunganya lebih rendah.
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat
persaingan dalam memperebutkan dana masyarakat cukup ketat, maka bank-bank
harus berupaya untuk menarik minat masyarakat menyimpan dana di banknya.
Dalam kondisi ini dibutuhkan kejelian untuk menangkap informasi tentang suku
bunga yang diberikan oleh bank pesaing. Oleh karena itu dalam kondisi
persaingan, maka bank harus rela memangkas margin laba yang biasa
diperolehnya demi memperoleh nasabah.
2.1.4
Teori Inflasi
Inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Diartikan juga sebagai naiknya terus
menerus tingkat harga pada suatu perekonomian akibat kenaikan permintaan
agregat/penurunan penawaran agregat. Indeks harga konsumen adalah ukuran
tingkat harga sebagai indikator inflasi. IHK dihitung setiap bulan berdasar
perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga seluruh ibu
kota propinsi di Indonesia (Soebagiyo dan Prasetyawati, 2002).
Nopirin (1996), inflasi dapat digolongkan ke dalam tiga macam
penggolongan :
19
1.
Inflasi berdasarkan sifatnya
laju inflasi berbeda-beda antara negara satu dengan negara lainnya atau dalam
satu negara untuk kurun waktu yang berbeda. Atas dasar perkembangannya,
inflasi dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu:
a. Creeping inflation (inflasi merayap), adalah inflasi tahap awal dengan
kenaikan harga secara lambat atau juga sering disebut dengan inflasi
lunak. Biasanya creefing inflation ditandai dengan inflasi yang rendah
(<10%/tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan prosentase
yang kecil dalam jangka waktu yang relatif lama.
b. Galloping inflation, adalah inflasi menengah yang ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta memiliki akselerasi, artinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c. Hyper inflation, adalah kondisi inflasi yang paling parah akibatnya
terhadap perekonomian, harga-harga naik sampai lima atau enam kali.
Hyper inflation merupakan hal yang sering terjadi akibat tindakan
pemerintah untuk menutup defisit anggarang belanja dengan jalan
mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar dimasyarakat tinggi
dan mengakibatkan laju inflasi bertambah tinggi.
Sedangkan menurut Boediono (1985), Ada berbagai cara untuk
menggolongkan macam inflasi berdasarkan tingkat keparahannya, yakni :
a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
b. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
20
c. Inflasi tinggi (antara 30-100% setahun)
d. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun)
2.
Inflasi berdasarkan asalnya
Inflasi dapat dibedakan menjadi inflasi yang berasal dari dalam negeri
(domestic inflation) dan inflasi yang berasal dari luar negeri (imported
inflation). Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang sumber
penyebabnya berasal dari keadaan perekonomian dalam negeri sendiri.
Timbulnya inflasi ini karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
percetakan uang yang baru, panen yang gagal dan sebagainya. Inflasi yang
berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan hargaharga di luar negeri, sehingga akan mempengaruhi barang-barang yang di
impor.
3.
Inflasi berdasarkan penyebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, terlebih dahulu
diketahui faktor-faktor yang menyebabkan inflasi. Atas dasar ini kita bedakan
menjadi :
a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat. Sehingga antara jumlah barang dengan jumlah permintaan
berjalan tidak seimbang, akibatnya harga barang menjadi lebih tinggi atau
naik inflasi semacan ini disebut demand pull inflation.
b. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Sehingga membawa
dampak bagi produsen dimana akan mengurangi keinginan mereka untuk
menjual hasil produksinya pada tingkat harga yang berlaku sebelumnya.
21
Berkurangnya penawaran yang tidak diikuti dengan pengurangan
permintaan yang sama besarnya akan menyebabkan kenaikan harga. Ini
disebut cost push inflation.
Akibat atau efek dari terjadinya inflasi bagi ekonomi adalah :
1.
Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek inflasi terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya inflasi :
- Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap.
- Seseorang yang menumpukkan kekayaan dalam bentuk uang kas.
- Seseorang yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah
dari laju inflasi.
2.
Efek terhadap output (Output Effect)
Inflasi yang mengakibatkan perubahan pada alokasi faktor produksi
melalui :
-
Kenaikan output. Dengan alasan bahwa dengan adanya inflasi dalam
tingkat yang rendah, maka permintaan akan barang cenderung naik
sehingga mendorong pengusaha untuk meningkatkan produksinya, dan
akibatnya harga barang tidak melonjak tinggi.
-
Penurunan output. Apabila inflasi mengalami kenaikan dan cenderung
kearah hiperinflasi maka kondisi perekonomian akan mengalami
kelesuhan karena harga barang cenderung naik sehingga terjadi penurunan
22
permintaan yang pada akhinya membawa dampak bagi produsen dalam
pengurangan jumlah produksinya.
3.
Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect).
Inflasi dapat membawa efek bagi perubahan alokasi faktor-faktor
produksi. Perubahan dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam
produksi beberapa barang tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan
adanya inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak
efisien. Secara garis besar inflasi adalah perubahan dalam pola distribusi
kekayaan dan pendapatan. Ada efek inflasi yang kurang nyata yaitu bahwa
umumnya orang-orang yang memegang asset liquid seperti uang tunai dan
deposito akan rugi karena penurunan daya beli asset tersebut. Sedangkan
orang yang mempunyai asset fisik seperti tanah akan menerima manfaat.
Dari sudut produksi, terdapat perbedaan yang penting antara efek inflasi
kecil dan efek inflasi besar. Umumnya para ekonom sependapat bahwa inflasi
kecil lebih baik daripada deflasi. Kesimpulan ini diperoleh dari beberapa
faktor. Salah satunya adalah untuk mencapai laju inflasi sama dengan nol atau
negatif, permintaan agregat harus dikurangi sampai sistemnya mengalami
pengangguran, atau untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan pekerjaan penuh (full employment). Kita mengalami inflasi karena
sumber-sumber yang harus dipakai dengan tenaga kerja, akan cenderung
lebih sedikit.
23
2.2
Pengertian dan Fungsi Bank
Bank komersial adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Berdasarkan jenisnya, bank hanya dibedakan menjadi dua, yaitu bank
umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (pasal 1 UU
No. 10 tahun 1998). Perbedaan antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat
meliputi beberapa aspek, diantaranya; kegiatan usaha, permodalan, alokasi kredit,
badan hukum, kepemilikan, dan double principle.
Secara umum, fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent
of trust, agent of development, dan agent of services
a. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
24
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat
yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur
atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank
percaya bahwa pihak debitur tidak akan menyalagunakan pinjamannya, debitur
akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur akan mempunyai
kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai
niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat
jatuh tempo.
b. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak
dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kerugian
perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi
barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini
tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan
perekonomian.
25
c. Agent of servies
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa
yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai funsi bank dalam perekonomian, sehingga
bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary institution).
2.3
Pengertian Deposito
Simpanan deposito dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berbeda
dengan tabungan dan giro, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu
(jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah
jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga yang diberikan relatif lebih tinggi
dibanding dengan tabungan dan giro. Bunga disesuaikan dengan perkembangan
pasar dan biasa diberikan setiap bulan sesuai dengan tanggal jatuh temponya.
Tabungan deposito juga dapat berfungsi sebagai alat investasi jangka
panjang maupun jangka pendek. Dengan menginvestasikan uang dalam deposito
berjangka, nasabah mempunyai pilihan jatuh tempo dalam waktu satu, tiga, enam,
26
dua belas bulan atau dua puluh empat bulan. Nasabah akan dikenakan denda
(penalty) dengan tidak mendapat hasil apapun apabila mencairkan dana deposito
sebelum jatuh tempo. Dengan demikian, bila nasabah berniat menggunakan uang
tersebut dalam jangka pendek sebaiknya membuka tabungan. Karena dengan
membuka tabungan, dana sewaktu-waktu dapat diambil tanpa harus dikenakan
denda. Namun, perlu ketahui bahwa suku bunga tabungan yang diberikan
biasanya lebih kecil dari suku bunga deposito bank.
Uang yang simpan di bank dan memenuhi persyaratan tertentu, seratus
persen dijamin pemerintah dari resiko kegagalan bayar. Skema garansi tersebut
masih diberlakukan oleh pemerintah untuk jangka waktu yang belum dapat
ditentukan. Nasabah tidak perlu khawatir akan kehilangan uang yang disimpan
apabila bank tersebut ditutup atau diambil alih. Pemerintah akan bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa uang nasabah akan dibayarkan kembali sesuai
dengan jumlah yang disimpan.
Deposito berjangka juga tersedia dalam mata uang asing, seperti dolar AS.
Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, seorang nasabah dapat memilih untuk
tidak menyimpan uang seluruhnya dalam bentuk tabungan deposito rupiah
melainkan juga dalam dollar AS. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
kemungkinan anjloknya nilai mata uang rupiah dimasa depan disebabkan iklim
ekonomi dunia yang kian tidak pasti.
2.4
Penelitian Terdahulu
Wahyu Setyaningsih (1999). Berjudul “Analisis faktor-faktor yang
Mempengaruhi Deposito Berjangka Rupiah sesudah Deregulasi Perbankan 1 juni
27
1983 di Indonesia kurun waktu 1984-1998”. Penelitian ini menggunakan data
tahunan dari tahun 1984-1998. Variabel dependen yang digunakan adalah jumlah
deposito berjangka rupiah sedangkan variabel independennya adalah PDB riil
perkapita, suku bunga deposito berjangka, nilai tukar valas (Dollar AS terhadap
rupiah). Untuk pengujian yang digunakan model pendekatan PAM (Partial
Adjusment Model).
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah PDB riil perkapita
dan suku bunga deposito berjangka rupiah sebelumnya berpengaruh positif dan
signifikan. Sedangkan kurs valuta dolar AS terhadap rupiah tidak berpengaruh
terhadap deposito berjangka rupiah. Dalam analisis hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen pada penelitian ini membuktikan penggunaan
model regresi berganda non linier adalah tepat. Hasil uji asumsi klasik terdapat
model regresi yang menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinearitas,
heteroskedatisitas, dan autokorelasi. Hasil estimasi PAM diperoleh bahwa
elastisitas jangka panjang lebih besar dari elastisitas jangka pendek. Artinya
dalam elastisitas jangka panjang sudah tidak dipengaruhi lagi oleh tingkat
deposito berjangka rupiah periode sebelumnya.
Siti Fatimah Nurhayati (2002). Berjudul “Analisis Permintaan Deposito
Dalam Valuta Asing Pada Bank Swasta Nasional Di Indonesia” dari tahun 19852001. Variabel dependen yang digunakan adalah Permintaan Deposito dalam
Valuta Asing sedangkan variabel independennya adalah PDB, Suku Bunga
Deposito, kurs valuta asing (Rupiah terhadap Dollar AS) dan Libor.
28
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa
pengujian t menunjukkan ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap simpanan
valuta asing di Indonesia yaitu variabel suku bunga deposito Rupiah berpengaruh
negatif pada jangka pendek dan positif dalam jangka panjang, suku bunga
internasional LIBOR berpengaruh positif dalam jangka panjang, sedangkan
variabel pendapatan perkapita riil dan kurs tidak berpengaruh.
Romauli Putri M. Marbun (2005). Berjudul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada Bank
Pemerintah di Sumatera Utara” dari tahun 1993 – 2003. Variabel dependen yang
digunakan adalah jumlah deposito pada bank-bank pemerintah di Propinsi
Sumatera Utara, sedangkan yang menjadi variabel independen adalah pendapatan
perkapita dan tingkat suku bunga deposito.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa pendapatan perkapita memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah deposito berjangka. Begitu
pula dengan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap jumlah deposito
berjangka. Pengujian dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan
koefisien determinasi sebesar 0,976.
Tuti (2006). Berjudul “Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam
Negeri Pada Bank Umum di Indonesia” , periode tahun 1990 sampai 2004. Data
yang digunakan adalah data triwulanan. Penelitian ini ingin melihat hubungan
antara tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan suku bunga
deposito terhadap permintaan deposito dalam negeri pada bank umum di
Indonesia.
29
Model persamaan awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi dengan Partial Adjusment Model (PAM). Namun, karena pada model
regresi PAM itu tidak menghasilkan signifikansi pada variabel Y(-1), sehingga
model PAM ini tidak bisa dipakai selanjutnya untuk melakukan pegujian statistik
dan pengujian asumsi klasik. Untuk itu digunakan metode OLS dengan fungsi dan
persamaan regresi linier. Dari pengujian-pengujian yang dilakukan, ternyata hasil
estimasi masih menyimpang asumsi klasik yaitu mengandung heteroskedastisitas,
namun setelah diobati ternyata model regresi ini telah dinyatakan sehat dan
memenuhi asumsi klasik kembali.
Kesimpulan yang diperoleh adalah inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap permintaan deposito dalam negeri, sedangkan perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan deposito. Variabel independen lainnya, yakni suku bunga deposito,
menunjukan pengaruh yang tidak signifikan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yang pertama
adalah periode penelitian yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya belum
didapai penelitian tentang jumlah deposito berjangka untuk periode tahun 2004 2010. Kedua, data series yang digunakan, pada penelitian sebelumnya
menggunakan
data
tahunan
dan
triwulanan,
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan data bulanan. Ketiga, dalam hal variabel independen yang
digunakan. Penelitian sebelumnya, Wahyu Setyaniningsih (1999) menggunakan
PDB riil perkapita, suku bunga, dan kurs rupiah sebagai variabel independen,
sedangkan penelitian Siti Fatimah (2002) variabel independennya adalah PDB,
30
suku bunga, Kurs rupiah, dan suku bunga Libor. Keempat, perbedaannya terletak
pada metode pembentukan model yang digunakan. Pada penelitian-penelitian
sebelumnya, model estimasi yang digunakan adalah regresi linier berganda
dengan metode OLS dan Partial Adjustment Model (PAM), sedangkan penelitian
ini menggunakan regresi linier berganda dengan Metode Garch (1,1).
2.5
Kerangka Pemikiran
Inflasi dan suku bunga deposito diduga memiliki pengaruh terhadap
perkembangan jumlah deposito yang terhimpun, selain itu terdapat pula pengaruh
dari faktor lain seperti stabilitas keamanan dan politik dan tingkat suku bunga di
luar negeri. Tingkat inflasi itu sendiri merupakan fenomena yang terjadi sebagai
akibat dari kondisi makro ekonomi yang dipengaruhi oleh jumlah uang beredar,
nilai tukar, situasi ekonomi internasional dan lain-lain. Sedangkan suku bunga
deposito merupakan produk perbankan yang menjadi kewenangan masing-masing
bank untuk menetapkan berdasarkan perhitungan beban operasional, margin
keuntungan, tingkat kompetisi, dan lain-lain.
Pada saat Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan melalui instrumen
moneter yang dimilikinya, kebijakan tersebut akan mempengaruhi perekonomian
melalui berbagai jalur transmisi. Kebijakan OPT akan berimbas pada jumlah uang
beredar dan nilai tukar, sedangkan kebijakan BI Rate akan menjadi acuan
perbankan dalam menetapkan suku bunga tabungan maupun pinjaman. Dalam
kerangka kebijakan Inflation Targeting, dimana sasaran akhirnya adalah inflasi,
kebijakan moneter tersebut diharapkan akan direspon oleh dunia usaha, sehingga
dapat menghasilkan target inflasi yang diinginkan.
31
BANK INDONESIA
OPT
BI Rate
Instrumen Moneter
Respon
Perbankan &
Dunia Usaha
Kondisi Makro:
1. JUB
2. Nilai tukar
3. Situasi eko
internasional
4. dll
SUKU BUNGA
DEPOSITO
INFLASI
Respon Bank:
1. Beban Ops
2. Margin laba
3. Faktor resiko
4. Kompetisi
5. dll
JUMLAH
TABUNGAN
DEPOSITO
DEPOSITO
Stabilitas
keamanan dan
politik
Keterangan :
Didalam ruang lingkup penelitian
Diluar ruang lingkup penelitian
Suku bunga
Luar Negeri
INVESTASI
PERTUMBUHAN
EKONOMI
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
32
Dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang terkendali maka diharapkan
terjadi akumulasi tabungan masyarakat, salah satunya dalam bentuk deposito.
Tabungan masyarakat ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber dana bagi investasi
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.6
Hipotesis
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah:
a.
H0 :
Suku bunga deposito tidak berpengaruh positif terhadap
jumlah deposito berjangka.
Ha :
Suku
bunga deposito berpengaruh positif
terhadap jumlah
deposito berjangka.
b.
H0 :
Inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap terhadap jumlah
deposito berjangka.
Ha :
Kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito
berjangka.
c.
H0 :
Suku
bunga
deposito dan inflasi secara simultan
tidak
berpengaruh terhadap jumlah deposito berjangka.
Ha :
Suku bunga deposito dan inflasi secara simultan berpengaruh
terhadap jumlah deposito berjangka.
Keterangan :
H0 : Hipotesis Awal
Ha : Hipotesis Alternatif
Download