LAPORAN AKHIR PROGRAM REVITALISASI BIDANG ILMU PENYUSUNAN STANDAR PENDIDIKAN, KURIKULUM, DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOMES) PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK Bagian 1: Laporan Pelaksanaan Kegiatan IKATAN ARSITEK INDONESIA 2015 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2. Tujuan Kegiatan ......................................................................................................... 3 1.3. Luaran Kegiatan ......................................................................................................... 3 2. PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................................................. 4 2.1. Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)........................ 4 2.2. Workshop Penyusunan Kurikulum .............................................................................. 5 2.3. Workshop Penyusunan Standar Pendidikan ............................................................... 7 2.4. Seminar Sosialisasi I .................................................................................................. 8 2.5. Seminar Sosialisasi II ............................................................................................... 11 2.6. Workshop Finalisasi ................................................................................................. 13 3. PENUTUP ....................................................................................................................... 15 LAMPIRAN ......................................................................................................................... 16 ii 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan arsitektur pada saat ini mengalami perubahan-perubahan yang menuntut model pembelajaran yang lebih dinamis, multidisiplin dan fokus dalam menghasilkan lulusan yang memenuhi standar kompetensi yang diakui secara nasional dan internasional. Selain itu, lulusan yang dihasilkan pun diharapkan mampu merespon isu-isu kiwari seperti mengenai lingkungan dan keberlanjutan, sosial-politik dan kemasyarakatan sebagai bagian dari tuntutan zaman, selain juga tantangan globalisasi yang menuntut lulusan pendidikan arsitektur untuk semakin tajam mengasah diri dalam bersaing dengan Arsitek asing. Tantangan di tingkat regional ditandai salah satunya dengan diberlakukannya Pasar Bebas ASEAN Tahun 2015. Dalam hal ini, berlaku standar praktek untuk Arsitek negara-negara anggota ASEAN yang memungkinkan Arsitek-Arsitek tersebut berpraktek di negara-negara anggota ASEAN lainnya. Dalam hal ini, pada tahun 2007 yang lalu pemerintah Indonesia ikut menandatangani keikutsertaan Indonesia dalam ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) for Architectural Services. Sebagai syarat untuk menjadi ASEAN Architect, maka lulusan perguruan tinggi di Indonesia mesti menempuh pendidikan arsitektur minimum 5 tahun di luar pemagangan (hal ini juga sesuai syarat yang diminta oleh UIA). Dalam kenyataannya, pada saat ini pendidikan arsitektur di Indonesia diselenggarakan melalui pendidikan pada jenjang sarjana (S1) yang menghasilkan lulusan Sarjana Arsitektur dengan masa pendidikan empat tahun sehingga terdapat kekurangan satu tahun untuk memenuhi persyaratan internasional. Sejak tahun 2009, organisasi profesi (dalam hal ini Ikatan Arsitek Indonesia – IAI) yang juga didukung oleh asosiasi perguruan tinggi (dalam hal ini Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur di Indonesia - APTARI) telah menetapkan Program Pendidikan Profesi Arsitek (baik yang merupakan kelanjutan 1 tahun sesudah menempuh pendidikan S1 4 tahun, maupun yang dicangkokkan dalam program Magister 2 tahun) sebagai alur resmi untuk menjadi Arsitek profesional di Indonesia. Untuk saat ini, menurut data Indonesia Monitoring Committee (IMC) MRA for Architectural Services kurang lebih baru 84 orang arsitek Indonesia yang mendapat sertifikasi sebagai ASEAN Architect dari k.l. 2100 orang Arsitek yang sudah memperoleh Sertifikat Keahlian Arsitek (SKA) di tingkat nasional dan dari total kurang lebih 11.000 arsitek yang terdaftar di Organisasi Profesi IAI. Tantangan di tingkat nasional sementara itu menuntut lulusan perguruan tinggi yang mampu bersaing, tidak hanya dengan arsitek asing, tapi justru dengan sesama lulusan perguruan tinggi di dalam negeri. Sebagai catatan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Arsitek saat ini sedang dalam proses legislasi untuk ditetapkan sebagai Undang-Undang oleh DPR. Jika nanti RUU ini disetujui menjadi UU, maka profesi Arsitek menjadi salah satu profesi yang mempunyai tanggungjawab hukum dalam melakukan praktek konsultansi perancangan. Sehingga terdapat kejelasan dan kepastian hukum mengenai persyaratan untuk menjadi Arsitek profesional di tingkat nasional. Oleh sebab itu, pendidikan tinggi arsitektur juga perlu 1 mempersiapkan diri memasuki suatu tatanan baru untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi syarat kompetensi yang baku (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi tahun 2008) melalui penyelenggaran pendidikan arsitektur yang memenuhi standar pendidikan tinggi yang diakui di tingkat nasional (UU no. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi). Berdasarkan data PDDIKTI (2015), jumlah perguruan tinggi penyelenggara program S1 Arsitektur saat ini adalah sejumlah 164 perguruan tinggi dan 159 yang aktif.1 Dari jumlah ini, ada 16 perguruan tinggi penyelenggara program Magister, dan 7 perguruan tinggi penyelenggara program Doktor Arsitektur Jumlah ini merupakan yang terbesar di negara ASEAN (bandingkan dengan Filipina: 83 PT, Vietnam: 22 PT dan Thailand: 20 PT). Jumlah ini merupakan kekuatan dan peluang bagi Perguruan Tinggi di Indonesia untuk menguasai pasar tenaga kerja di ASEAN. Di antara 159 Perguruan tinggi yang membuka program S1 tersebut, tercatat hanya 14 perguruan tinggi yang sudah melakukan kerjasama dengan organisasi profesi (Ikatan Arsitek Indonesia - IAI) untuk membuka Program PPAr (Pendidikan Profesi Arsitektur) yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Institut Teknologi Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Diponegoro, Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Gadjah Mada, Universitas Kristen Petra, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Islam Indonesia, Universitas Bung Hatta, Universitas Katolik Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Dari 14 perguruan tinggi ini, baru 1 perguruan tinggi saja penyelenggara PPAr yang tercatat dalam basis data Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), yaitu Universitas Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia, dikarenakan belum ada syarat kompetensi yang baku, rujukan kurikulum yang jelas dan ketiadaan standar pendidikan tinggi bidang arsitektur yang berkekuatan hukum. Bisa dibayangkan, jika kita ambil perumpamaan bahwa tiap 2000 penduduk membutuhkan 1 arsitek per tahun, itu artinya dengan 200 juta penduduk Indonesia, k.l diperlukan 100.000 arsitek. Oleh karena itu, dengan hanya 14 prodi PPAr saja yang baru menyelenggarakan pendidikan arsitektur 5 tahun, maka diperlukan lebih banyak lagi perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan pendidikan tinggi arsitektur 5 tahun. Selain itu, berdasarkan data APTARI (2013)2, terdapat disparitas (perbedaan) kualitas yang cukup besar antara pendidikan arsitektur di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa. Pulau Jawa masih menempati jumlah tertinggi program studi Arsitektur yaitu sebanyak 37%, lalu disusul oleh Sulawesi, yaitu sebanyak 19% dan Sumatra sebanyak 19%. Berdasarkan data akreditasi BAN-PT, dari 103 program studi S1 Arsitektur di Jawa dan Sumatra, terdapat 19% yang terakreditasi A, 48% yang terakreditasi B, dan 33% yang terakreditasi C. Sedangkan dari 38 program studi S1 Arsitektur di luar Jawa dan Sumatera, terdapat 5% yang terakreditasi A dan 34% yang terakreditasi B, sementara 61% lainnya terakreditasi C.3 1 Dari 164 data di PDDIKTI terdapat program studi yang dalam proses penghapusan, non aktif maupun alih bentuk. 2 Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) Periode 2010 - 2013 3 Data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada bulan Oktober 2015. 2 Sehubungan dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, perlu dilakukan revitalisasi program pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia untuk menghadapi dinamika perubahan dan tantangan-tantangan keilmuan di tingkat global, regional maupun nasional. Oleh karena itu, Ikatan Arsitek Indonesia yang juga bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, dalam hal ini Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur di Indonesia (APTARI), melaksanakan Program Revitalisasi Bidang Ilmu untuk Penyusunan Capaian Pembelajaran, Kurikulum, dan Standar Pendidikan Profesi Arsitek pada tahun 2015. Program ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia secara umum dan pendidikan profesi arsitektur secara khusus. Program ini meliputi penyusunan capaian pembelajaran (learning outcomes), kurikulum, dan standar pendidikan. 1.2. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut. a) Merumuskan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning outcomes pada Pendidikan Profesi Arsitek yang akan menjadi acuan secara nasional. b) Mensosialisasikan hasil rumusan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning outcomes kepada institusi penyelenggara pendidikan arsitektur. c) Mendorong komitmen institusi penyelenggara pendidikan arsitektur untuk membuka Program Pendidikan Profesi Arsitek dengan mengacu pada rumusan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning outcomes. 1.3. Luaran Kegiatan Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terdiri dari: a) Standar Pendidikan Profesi Arsitek berbasis pada 8 standar Pendidikan Tinggi b) Kurikulum berbasis pada KKNI c) Rincian capaian pembelajaran/kompetensi/learning outcomes Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat diperoleh komitmen dari sejumlah perguruan tinggi untuk membuka program profesi arsitek dalam rangka memenuhi pendidikan selama lima tahun untuk menjadi arsitek. Dengan mengacu pada ketiga output di atas, diharapkan bahwa perguruan tinggi yang telah dan akan membuka program pendidikan profesi arsitek dapat menghasilkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk diimplementasikan pada program studi masing-masing. 3 2. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan penyusunan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning outcomes pada Pendidikan Profesi Arsitek dilaksanakan dengan pembentukan tim Pokja terdiri dari pakar dalam pendidikan dan keprofesian arsitek. Tim Pokja merumuskan standar pendidikan, kurikulum, dan capaian pembelajaran berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan. Kegiatan dilaksanakan melalui 6 (enam) langkah kegiatan sebagai berikut. a) Workshop penyusunan capaian pembelajaran (learning outcomes) b) Workshop penyusunan kurikulum c) Workshop penyusunan standar pendidikan d) Seminar sosialisasi I e) Seminar sosialisasi II f) Workshop finalisasi Berikut ini adalah laporan singkat pelaksanaan kegiatan dalam setiap tahapan tersebut. 2.1. Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan capaian pembelajaran (learning outcomes) pada pendidikan profesi arsitek yang akan menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan tinggi penyelenggaraan program profesi arsitek. Perumusan capaian pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan pada acuan kompetensi profesi arsitek nasional dan internasional serta KKNI. Kegiatan ini telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 2015 dengan melibatkan Tim Pokja yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang dan mengundang narasumber atau pakar yang terkait dengan learning outcomes Program Pendidikan Profesi Arsitek sebanyak 12 (duabelas) orang. Workshop ini kemudian ditindaklanjuti dengan rapat Tim Pokja pada tanggal 6 Agustus 2015 untuk membahas lebih lanjut dan merumuskan hasil-hasil workshop. Dalam kegiatan pertama ini ini telah dibahas berbagai isu-isu terkait urgensi perumusan learning outcomes bagi Pendidikan Profesi Arsitek, identifikasi berbagai konsekuensi dari pemberlakukan kewajiban Pendidikan Profesi Arsitek terhadap praktik keprofesian arsitek di Indonesia, serta pentingnya penentuan alur pendidikan arsitektur untuk memposisikan Pendidikan Profesi Arsitek di dalam jenjang pendidikan dan keprofesian. Dalam kegiatan ini juga telah dilakukan penelaahan berbagai materi yang telah dirumuskan oleh berbagai pihak selama ini, terdiri dari Pedoman Pendidikan Profesi Arsitek yang telah dirumuskan oleh IAI pada tahun 2007, draf capaian pembelajaran serta pemetaan kompetensi pendidikan arsitektur menurut KKNI dan UIA yang telah dirumuskan oleh APTARI. Bahan-bahan tersebut menjadi dasar dalam penyusunan learning outcomes bagi Pendidikan Profesi Arsitek. 4 Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari: a) Kajian urgensi dan implikasi pemberlakukan Pendidikan Profesi Arsitek dalam kaitannya dengan keprofesian arsitek di Indonesia. b) Draf rekomendasi alur pendidikan untuk menjadi arsitek professional. c) Draf rekomendasi capaian pembelajaran Pendidikan Profesi Arsitek. d) Pemetaan butir-butir kompetensi mengacu pada UIA dan KKNI. Gambar 2.1. Kegiatan workshop penyusunan capaian pembelajaran dihadiri oleh Tim Pokja dan narasumber/pakar profesi dan pendidikan arsitektur 2.2. Workshop Penyusunan Kurikulum Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan kurikulum pada pendidikan profesi arsitek yang akan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum, silabus dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) bagi seluruh institusi pendidikan tinggi penyelenggaraan program profesi arsitek. Kegiatan workshop telah dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung pada tanggal 12 September 2015. Peserta workshop terdiri dari Tim Pokja, narasumber dari Direktorat Belmawa Dikti dan Ketua Umum IAI, serta perwakilan dari 15 perguruan tinggi yang pada saat ini telah menyelenggarakan pendidikan profesi arsitek atau pendidikan magister arsitektur yang mengandung muatan profesi. Pada kegiatan kedua ini telah dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai alur pendidikan untuk menjadi arsitek, khususnya untuk memperoleh titik temu mengenai kesesuaian pendidikan profesi yang dilaksanakan di perguruan tinggi dengan persyaratan yang diberlakukan di IAI sebagai asosiasi profesi yang memberikan sertifikasi bagi arsitek. Dalam kegiatan ini juga dilakukan pemetaan lebih lanjut terhadap learning outcomes untuk program pendidikna profesi arsitek dengan mengacu pada kompetensi yang ditetapkan oleh IAI dan UIA, serta dengan memperhatikan ketentuan magang profesi yang diberlakukan oleh IAI. Selanjutnya perumusan kurikulum dilakukan dengan berdasarkan pada acuan capaian pembelajaran yang telah dirumuskan dalam kegiatan workshop sebelumnya dan mengacu 5 pada ketentuan penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi yang sesuai dengan KKNI, serta dengan mempertimbangkan kurikulum yang selama ini telah diimplementasikan pada program profesi yang telah berjalan. Pembahasan tentang kurikulum menghasilkan pokokpokok bahan kajian untuk pendidikan profesi arsitek, yang akan menjadi dasar bagi perguruan tinggi penyelenggara dalam merumuskan kurikulumnya masing-masing. Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari: a) Penyempurnaan rekomendasi alur pendidikan untuk menjadi arsitek professional b) Rekomendasi profil lulusan Pendidikan Profesi Arsitek c) Rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek. d) Rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum Pendidikan Profesi Arsitek. Gambar 2.2. Kegiatan workshop penyusunan kurikulum dibuka oleh Dekan SAPPK ITB Gambar 2.3. Workshop dihadiri narasumber Ketua Umum IAI dan Direktorat Pembelajaran 6 Gambar 2.4. Pembahasan kaitan PPAr dengan sertifikasi arsitek 2.3. Workshop Penyusunan Standar Pendidikan Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan standar pendidikan profesi arsitek yang akan menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan tinggi penyelenggaraan program profesi arsitek. Kegiatan workshop dilaksanakan di Jakarta Design Center pada tanggal 28 September 2015. Workshop dihadiri oleh Tim Pokja dengan narasumber Direktur Pembelajaran Direktorat Jenderal Belmawa, serta Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Workshop ini merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan setelah pergantian Pengurus Nasional IAI, sehingga dihadiri oleh Ketua IAI yang baru terpilih serta Dewan Pendidikan Arsitektur (DPA) IAI dan Dewan Keprofesian Arsitek (DKA) IAI yang baru terbentuk. Dalam kegiatan ini dilakukan pembahasan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam kegiatan workshop sebelumnya, untuk memperoleh masukan dan pandangan dari anggota DPA dan DKA IAI yang baru. Selanjutnya perumusan standar pendidikan profesi arsitek terdiri dari 8 (delapan) standar yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi, terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik, standar sarana dan prasarana, serta standar pembiayaan. Standar disusun dengan mempertimbangkan arahan dari BSNP, dengan mengacu pada berbagai peraturan yang ada dan selama ini telah berlaku baik dalam lingkungan perguruan tinggi maupuan di lingkungan asosiasi profesi IAI. 7 Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari: a) Penyempurnaan draf rekomendasi profil lulusan Pendidikan Profesi Arsitek b) Penyempurnaan draf rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek. c) Penyempurnaan draf rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum Pendidikan Profesi Arsitek. d) Matriks perumusan standar pendidikan profesi arsitek dengan mengacu pada berbagai ketentuan yang telah ada. Gambar 2.5. Workshop penyusunan standar dihadiri oleh narasumber Ketua BSNP 2.4. Seminar Sosialisasi I Kegiatan seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan hasil-hasil dari ketiga workshop sebelumnya mengenai capaian pembelajaran, kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek. Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan perwakilan berbagai perguruan tinggi penyelenggara program sarjana arsitektur yang diharapkan dapat didorong untuk segera membuka program profesi arsitek. Melalui kegiatan sosialisasi ini, diharapkan perwakilan perguruan tinggi dapat memperoleh gambaran untuk penyusunan capaian pembelajaran, kurikulum dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk diimplementasikan dalam program studi masing-masing. Seminar ini juga sekaligus merupakan forum dialog untuk memperoleh masukan dari perguruan tinggi bagi penyempurnaan rumusan capaian pembelajaran, kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek. Seminar sosialisasi yang pertama dilaksanakan di Hotel Grand City, Makassar pada tanggal 6-7 November 2015. Seminar dihadiri oleh Tim Pokja, Wakil Ketua IAI Nasional, Perwakilan IAI Daerah, serta perwakilan dari sekitar 27 perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan arsitektur yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku dan Papua. Dalam seminar ini Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil rumusan yang telah dicapai sampai saat ini, serta menampung masukan dan aspirasi dari peserta seminar. 8 Hasil yang dicapai dari kegiatan ini terdiri dari: a) Membangun komitmen bersama untuk mendukung terlaksananya Pendidikan Profesi Arsitek b) Memperoleh masukan dari perguruan tinggi mengenai Pendidikan Profesi Arsitek Gambar 2.6. Seminar Sosialisasi dihadiri oleh Wakil Ketua IAI Nasional Gambar 2.7. Peserta seminar berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia Bagian Tengah dan Timur 9 Gambar 2.8. Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai Mengenai Pendidikan Profesi Arsitek Gambar 2.9. Dialog untuk menyampaikan masukan dan aspirasi peserta 10 2.5. Seminar Sosialisasi II Sebagai kelanjutan dari seminar sosialisasi pertama di Makassar, seminar sosialisasi yang kedua dilaksanakan di Hotel Santika, Depok pada tanggal 12-13 November 2015. Seminar dihadiri oleh Tim Pokja, narasumber dari Direktorat Penjaminan Mutu Direktorat Jenderal Belmawa, Wakil Ketua IAI Nasional, Pengurus IAI Nasional, serta perwakilan dari sekitar 50 perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan arsitektur yang berasal dari jawa dan Sumatra. Dalam seminar ini Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil rumusan yang telah dicapai sampai saat ini, serta menampung masukan dan aspirasi dari peserta seminar. Gambar 2.10. Peserta seminar berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia Bagian Barat Gambar 2.11. Seminar dihadiri oleh narasumber dari Direktorat Jenderal Belmawa 11 Hasil yang dicapai dari kegiatan ini terdiri dari: a) Membangun komitmen bersama untuk mendukung terlaksananya Pendidikan Profesi Arsitek b) Memperoleh masukan dari perguruan tinggi mengenai Pendidikan Profesi Arsitek Gambar 2.12. Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai mengenai Pendidikan Profesi Arsitek Gambar 2.13. Dialog untuk menyampaikan masukan dan aspirasi peserta 12 2.6. Workshop Finalisasi Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memfinalisasi hasil perumusan capaian pembelajaran (learning outcomes), kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek yang telah dihasilkan pada ketiga kegiatan workshop, serta dengan mempertimbangkan berbagai masukan yang diperoleh dari perguruan tinggi peserta seminar sosialisasi I dan II. Rumusan final dari capaian pembelajaran (learning outcomes), kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek akan menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan tinggi yang telah dan akan menyelenggarakan program profesi arsitek. Kegiatan workshop dilaksanakan di Hotel Fave, Bogor, 4-5 Desember 2015. Workshop dihadiri oleh narasumber Direktur Pembelajaran Direktorat Jenderal Belmawa, dengan peserta terdiri dari berbagai pihak yang akan terlibat dalam implementasi rumusan yang dihasilkan program ini. Peserta kegiatan workshop adalah Tim Pokja, Pengurus IAI Nasional yang terdiri dari Badan Pendidikan, Badan Keprofesian, Dewan Pendidikan Arsitek dan Dewan Keprofesian Arsitek, serta Pengurus APTARI dan perwakilan dari ARCASIA. Dalam kegiatan ini dilakukan pembahasan terhadap semua rumusan yang telah dihasilkan dari kegiatan-kegiatan selanjutnya. Kegiatan ini juga berupaya mencapai beberapa kesepakatan pokok antara IAI dan APTARI mengenai Pendidikan Profesi Arsitek, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti bersama. Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari: a) Draf final rekomendasi alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran (learning outcomes), bahan kajian untuk kurikulum dan standar pendidikan b) Draf final rekomendasi prosedur pendirian dan penyelenggaraan PPAr c) Pokok-pokok kesepakatan antara IAI dan APTARI mengenai PPAr Gambar 2.14. Workshop dipimpin oleh Ketua Umum IAI dan dihadiri oleh narasumber Direktur Pembelajaran 13 Gambar 2.15. Peserta workshop finalisasi terdiri dari perwakilan IAI dan APTARI Gambar 2.16. Diskusi mencapai kesepakatan Pendidikan Profesi Arsitek 14 3. PENUTUP Program Revitalisasi Bidang Ilmu yang dilaksanakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) bersama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) telah terlaksanan melalui enam tahap kegiatan dan menghasilkan luaran yang terdiri dari: a) b) c) d) e) f) Rekomendasi alur pendidikan professional arsitektur Rekomendasi profil lulusan Rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes) Rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum Rekomendasi standar pendidikan Rekomendasi prosedur pendirian dan penyelenggaraan PPAr Rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan ini terdapat dalam Buku 2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Akhir ini. Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti untuk menjadi peraturan yang akan menjadi landasan dalam pendirian dan penyelenggaraan Program Studi Profesi Arsitek secara nasional. 15 LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Notulen Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Notulen Workshop Penyusunan Kurikulum Notulen Workshop Penyusunan Standar Pendidikan Notulen Seminar Sosialisasi ! Notulen Seminar Sosialisasi II Notulen Workshop Finalisasi 16 Program Revitalisasi Bidang Ilmu Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Program Profesi Arsitek Tahun 2015 Kegiatan 1: Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Tanggal Tempat : 10 Juli 2015 : Ruang Orchid I Jakarta Design Center Lt. 6 Jl. Gatot Subroto Kav. 53, Slipi, Jakarta Pusat 10260 : Peserta No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Peserta Yandi Andri Yatmo A. Adib Abadi Kemas Ridwan Kurniawan Paramita Atmodiwirjo Ilya F. Maharika, IAI Tavip Kurniadi Mustafa, IAI 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 13. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Yuswadi Saliya, IAI Marwan Massinai, IAI Susinety Prakoso Himasari Hanan Munichy B. Edrees, IAI, AA Sandi Siregar, IAI Ronald L. Tambun, IAI, AA Putu Rumawan Salain, IAI Achmad D. Tardiyana Endy Subiono, IAI., AA Didi Haryadi, IAI Budi Sukada, IAI Tateng K. Djajasudarma, IAI, AA Eko Alvares, IAI Bambang Soemardiono Ahmad Djuhara, IAI Timmy Setiawan T., IAI., AA Bambang Eryudhawan, IAI Hadir √ √ √ √ √ √ Agenda: 1. Pembahasan Pendidikan Profesi Arsitek 2. Pembahasan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - Pembahasan 1. Sesi 1 Pembukaan Pengantar oleh penanggung jawab kegiatan (Ketua I IAI) Pengantar oleh Ketua APTARI Paparan Sejarah Pendidikan Arsitektur dan PPAr di Indonesia oleh Prof. Kemas Ridwan Kurniawan Diskusi/pandangan umum mengenai Pendidikan Profesi Arsitek di Indonesia dengan moderator Tavip Kurniadi Mustafa, IAI A. UMUM 1. Agar dilakukan penyempurnaan kronologis Pendidikan Arsitektur di Indonesia. 2. Harus ditelusuri kembali terbentuknya DPA B. PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK 1. Sandi Siregar a. Sekilas tentang PPAr. i. Tahun 90an PPAr dicetuskan karena pemerintah menetapkan pendidikan S1 berubah dari 160 sks dengan masa studi 5 tahun menjadi 144sks dengan masa studi 4 tahun. Akibat pengurangan sks tersebut dirasakan lulusan S1 tidak siap pakai. Antisipasi yang dilakukan adalah menciptakan penataran strata bagi lulusan S1 yang mengajukan sertifikat profesional. ii. UIA menetapkan pendidikan arsitektur 5 tahun sehingga untuk mensejajarkan pendidikan Arsitektur Indonesia secara internasional maka digagaslah Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) selama 1 tahun. Dan UIA telah menyetujui pola pendidikan Arsitektur di Indonesia adalah 4 tahun S1 + 1 tahun PPAr. iii. DPA dibentuk dalam rangka mewujudkan PPAr. iv. DPA telah menyusun panduan PPAr tahun 2005 dan dicetak menjadi buku merah oleh IAI DKI pada tahun 2007. v. Prinsip panduan PPAr tidak terlalu mengintervensi program studi. vi. Studio PPAr berkisar 8-10sks dengan total sks studio dari awal pendidikan minimal 48 sks. vii. Program PPAr dirancang 2 semester dengan 24 sks. viii. Program PPAr pertama sekali diselenggarakan di USU (2006). ix. Sudah ada 12 PT yang menjalankan program PPAr, 11 PT mencangkokan program PPAr di program Magister dan hanya 1 yang menjadi program studi secara mandiri yaitu UI, sehingga hanya UI yang dicatat di Dikti sebagai Program Pendidikan Profesi. b. Masukan: i. Agar IAI menegas pengakuan terhadap lulusan program PPAr yang belum terdaftar di Dikti. ii. Agar dilakukan penyempurnaan Panduan PPAr dari 24sks menjadi 36 sks sesuai dengan UU no 12 tahun 2012. iii. IAI harus memperjuangkan agar PPAr mendapat dukungan legal. 2. Yuswadi Salya a. Sekilas tentang pendidikan arsitektur i. Awalnya arsitektur dianggap ilmu lapangan (tidak ilmiah) sehingga ada konflik bagaimana mengilmiahkan ilmu lapangan. ii. Dasar ilmu arsitektur adalah etika, lingkungan dan ketrampilan. b. Masukan i. IAI agar memetakan tuntutan IAI terhadap lulusan pendidikan arsitektur (profil lulusan PPAr). ii. Agar dilakukan pemetaan ilmu sesuai nomenklatur ilmu yang diakui secara internasional (Unesco,1970). iii. Agar dirumuskan standar penerimaan mahasiswa. iv. Learning Outcomes harus mengacu kepada spektrum keilmuan yang ada. v. Harus dirumuskan tentang keinsinyuran lulusan S1 arsitektur (sebagai engineer). 3. Bambang Sumardiono a. Pelaksanaan PPAr i. Panduan PPAr dijalankan berbeda antara satu dengan lainnya. ii. Penyelenggaraan PPAr tergantung terhadap pengakuan dan pemanfaatan arsitek dalam kegiatan konstruksi. Hal ini berdampak kepada minat peserta PPAr yang terkait langsung terhadap kelangsungan program PPAr. iii. LPJK menetapkan standar yang lebih rendah untuk sebutan ahli muda yaitu minimal pendidikan D3 yang menyebabkan PPAr sepi peminat. iv. Mata kuliah dengan judul yang sama dapat berisi materi yang berbeda-beda antar PT. b. Masukan i. Dibutuhkan panduan PPAr yang lebih operasional. ii. Harus dilakukan pemetaan varian pendidikan arsitektur di daerah. iii. IAI harus mendorong pemanfaatan arsitek melalui lisensi didaerah. iv. Penyelenggaraan PPAr butuh dukungan legal. IAI harus berjuang untuk merubah tersebut. v. Penertiban judul matakuliah yang diterjemahkan berbeda-beda antar PT. vi. Eko Alvares: PPAr butuh panduan kelembagaan yang jelas. 1. Persyaratan PT penyelenggara 2. Kesepakatan PT dengan IAI 3. Pengakuan terhadap lulusan 4. Persyaratan pengajar, proporsi antara pengajar akademis dan pengajar profesi c. Masalah i. Ilya: Dalam proses kelembagaan PPAr seharusnya dinilai oleh orang-orang yang mempunyai kompetensi juga. Harus ditetapkan kualifikasi dan persyaratannya. ii. Eko Alvares: Ada konflik dimana dosen tidak boleh merangkap menjadi profesional, karena dosen dipandang sebagai sebuah profesi. Butuh dukungan legal melalui UUAr, dalam hal ini dapat melihat kepada dunia kedokteran. C. WORKSHOP SKKNI PU, dilaporkan oleh Timmi Setiawan (IAI) Bersamaan dengan kegiatan ini dilaksanakan juga workshop penyusunan SKKNI yang diselenggarakan oleh Departemen PUPera. 1. Laporan a. Workshop SKKNI PU membahas skema 101 dan 201. b. Terjadi persepsi yang salah tentang arsitek yang menempatkan arsitek sebagai jabatan kerja. c. 13 butir kompetensi sudah diterima didalam forum. d. Workshop dilaksanakan karena memperhatikan permintaan Depnaker dan Dikti. e. Ada usaha untuk mengakomedasi pejabat PU dapat melaksanakan pekerjaan perencanaan secara swa kelola. f. Didalam worshop diakomodasi keberadaan asosiasi profesi lain selain IAI dan PU sebagai peserta. 2. Masukan a. Tidak ada masukan yang spesifik. D. RUU ARSITEK, dilaporkan oleh Achmad Juhara (pokja RUU Arsitek IAI) 1. Laporan a. Pokja membangun hubungan yang kuat antara IAI dan DPR. b. Masih terjadi tarik menarik tentang definisi arsitek sebagai perancang dan arsitek sebagai insinyur. c. Terdapat perbedaan pemahaman tentang RUU Ars antar daerah. Termasuk kegunaan dan pemanfaatnya. d. Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) akan diakomodasi didalam tugas Dewan Arsitek. 2. Masukan a. Adib: UU Ars sangat ditunggu sebagai konsideran Kepmen Dikti tentang Pendidikan PPAr. b. Himasari: UUArs butuh dukungan dari pressure group yang harus dilakukan oleh IAI dengan melibatkan stakeholder. c. Eko Alvares: Dalam kunjungan DPR ke daerah terlihat bahwa terdapat distorsi pemahaman terhadap UU yang berbeda satu dengan yang lain. UU Ars harus didorong penerapannya di daerah melalui Perda Bangunan Gedung dan peraturan Lisensi Arsitek/SIBP. E. LAIN-LAIN 1. Yandi: Dibutuhkan bagan alur pendidikan arsitek menjadi Arsitek. 2. Eko: Dibutuh status pendidikan D3 Arsitek (pendidikan vokasi) dan skema peningkatan menjadi arsitek (profesi). 2. Sesi 2 Pembahasan mengenai capaian pembelajaran (learning outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek dengan moderator APTARI Nama Ilya F. Maharika Uraian Menjelaskan mengenai gambaran capaian profesi arsitek dan apa yang disajikan sudah dapat dilihat komparasinya dengan program S-1 dan S-2 Dalam konteks standard, kita bisa merumuskan model matrikulasi untuk program arsitektur hasil interpretasi undang-undang. Ini menjadi dokumen legal yang akan di-Kepmen-kan Apakah pendidikan profesi arsitektur di Indonesia bisa dibedakan, menjadi professional education atau architectural engineering Konsep pembelajaran PPAr ada di ranah program studi Nama Uraian dan universitas Perumusan LO akan menjadi bahan kajian (unit-unit pengetahuan dan skill) yang diperlukan Pada program sarjana, studio dilakukan on-campus. Di PPAr, studio bisa dilakukan off-campus Perbedaan program PPAr dan program magang adalah, program magang dijalani untuk mendapat pengetahuan tertentu dari kantor sedangkan program ini adalah learning process Yandi Andri Yatmo Himasari Hanan Eko Alvares Didi Haryadi Exit exam tidak selalu digabung dengan lisensi untuk praktik mandiri dan perlu digabung dengan 2 tahun magang. Jadi pengetahuan bisa didapat di PPAr dan kemampuan untuk melakukannya didapatkan di magang Apakah empat kuadran CP ada relevansi dengan domain design, knowledge, dan skill dalam UIA Kemampuan mahasiswa mengenai gambar kerja tidak akan jadi sangat fasih di program profesi, tetapi dia mengalami Dalam KKNI Level 7, permasalahan dilakukan melalui pendekatan monodisipliner. Apakah tepat untuk PPAr dimana justru diharapkan multidisiplin dengan bidang lain? Apabila PPAr mengikuti system Dikti, terjadi pindah jalur sehingga aka nada dua jalur yang berbeda dengan system pendidikan yang berbeda. Apa bisa berdiri sendiri? Pendidikan arsitektur 5 tahun seharusnya utuh, tidak ada matrikulasi di antaranya. Kompetensi standard antara daerah dengan ibu kota masuk dalam kompetensi yang harus dipikirkan Program profesi bisa mengkhususkan untuk menghasilkan project architect Apakah lulusan IAI harus siap praktik mandiri? KKNI sudah memiliki dasar hukum pada tahun 2014 dalam Permendikbud : Penerapan KKNI dalam Pendidikan Perguruan Tinggi Sarjana dan Diploma-4 disamakan, cara menyetarakannya adalah dengan level-level undangundang Uji kompetensinya akan seperti apa? Pada lima tahun terakhir, LPJK punya dua sisi, baru tahun ini dijadikan satu. Dalam menyatukan ini, kelihatannya memang ada beberapa hal yang perlu direkonstruksi lagi. Ada pepres pendidikan, tapi ada peraturan Menteri PU yang harus disamakan (Permen PU No. 09/PRT/M/2013) Apa bisa dengan ilmu yang tidak didapatkan di S-1 lalu memenuhi standard profesi? Program magang adalah untuk membentuk sikap. Apabila di PPAr sikap tidak diajarkan maka dapat mengikuti program magang Nama Bambang Soemardiono Kemas Ridwan Kurniawan Uraian Ada kesempatan untuk menginterpretasi peraturanperaturan dengan program arsitektur KKNI tidak memiliki alasan untuk perbedaan standard tiap daerah. Kurikulum inti berbeda, tetapi bisa menjadi standard nasional apabila mengikuti standard learning outcomes Yuswadi Saliya Ahmad Djuhara Paramita Atmodiwirjo Sebaiknya dibuat model yang memudahkan prodi untuk menentukan mata kuliah Sebagai praktisi, apa bedanya mengikuti program PPAr dan program magang? Acuan UIA adalah kemampuan pada tiga tingkat kompetensi didapat oleh mahasiswa selama 5 tahun ditambah magang. Ada poin yang tidak diberikan di perguruan tinggi, tapi diberikan di magang Program multi-disiplin adalah penguasaan individu, terdapat di poin capaian pembelajaran terakhir no.4 3. Penutupan oleh Ketua Tim Tindak lanjut dari kegiatan rapat ini akan diteruskan oleh Tim Pokja. Rangkuman dibuat oleh : Tavip Kurniadi Mustafa Gadisha Amelia Program Revitalisasi Bidang Ilmu Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015 Kegiatan 2: Workshop Penyusunan Kurikulum Tanggal Tempat Peserta : 12 September 2015 : Ruang Sidang Gedung SAPPK ITB : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Peserta Yandi Andri Yatmo A. Adib Abadi Kemas Ridwan Kurniawan Paramita Atmodiwirjo Ilya F. Maharika, IAI Tavip Kurniadi Mustafa, IAI 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 13. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Susinety Prakoso Himasari Hanan Munichy B. Edrees, IAI, AA Didi Haryadi, IAI Tateng K. Djajasudarma, IAI, AA Eko Alvares, IAI Bambang Soemardiono Ahmad Djuhara, IAI Timmy Setiawan T., IAI., AA Bambang Eryudhawan, IAI Hanson Endra Kusuma Eko Purwono Widjaja Martokusumo Basuki Dwisusanto Rahadian Prajudi Herwindo Rony Gunawan Sunaryo VG Sri Rejeki 23. Krisprantono 24. 25. 26. 27. 28. 29. Ahmad Sarwadi Baharuddin Nani Widayati Nina Carina Maria Veronica Gregorius Sri Wuryanto 30. Freddy M. Nainggolan Institusi/Lembaga Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Tim Pokja Ketua Umum IAI Dewan Keprofesian IAI Universitas Bung Hatta IAI IAI Badan Keprofesian IAI ITB ITB ITB Universitas Parahyangan Universitas Parahyangan Universitas Kristen Petra Universitas Katolik Soegijapranata Universitas Katolik Soegijapranata UGM Universitas Hasanuddin Universitas Tarumanegara Universitas Tarumanegara Universitas Tarumanegara Universitas Kristen Duta Wacana Universitas Kristen Duta Wacana Hadir √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ No 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. Nama Peserta Arif Kusumawanto Labdo Pranowo Jarwa Prasetyo Triandriani Mustikawati Bambang Susetyarto SP. Mursid Wayan Wiryawan Nikolaus Nino Ardhiansyah Institusi/Lembaga UGM UGM Universitas Islam Indonesia Universitas Brawijaya Universitas Trisakti DIKTI Universitas Udayana Universitas Atmajaya Hadir √ √ √ √ √ √ √ √ Agenda: 1. Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran 2. Pembahasan kurikulum pendidikan profesi Pembukaan Moderator : A. Adib Abadi Sambutan penanggung jawab program oleh A. Adib Abadi Pengantar oleh Yandi Andri Yatmo Acara ini didanai oleh Dikti dan IAI bertanggung jawab sebagai penyelenggaranya dan kemudian bergandengan dengan APTARI agar pihak profesi dan pendidikan dapat sejalan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pendirian dari prodi profesi. Yang diundang pada workshop kali ini adalah universitas-universitas yang dapat mendirikan Prodi Profesi lebih dahulu. Kegiatan yang sudah dilakukan adalah melihat hubungan antara UIA, kompetensi di IAI, dll. Diperlukan masukan untuk alur/capaian yang seperti itu. Juga apakah ada ruang fleksibilitas untuk Prodi ini di daerah-daerah lain. Paparan narasumber Dikti oleh SP Mursid Di Indonesia dikenal tiga istilah dalam pendidikan yaitu jenis, jalur, dan jenjang. Jalur yaitu formal dan non formal. UU No. 2 Tahun 1990 hanya berbicara mengenai 2 jenis pendidikan yaitu akademik dan profesional. Profesional kemudian dipecah menjadi yaitu pendidikan vokasi dan profesi. Vokasi sendiri adalah sesuatu yang tidak dikenal di dunia. Apabila ditelaah lagi vokasi adalah kejuruan. Untuk profesi, mestinya bukan pendidikan. Profesi adalah istilah untuk melakukan fungsi-fungsi profesional. Saat ini di UU No. 20 kita mengenal pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Profesi adalah pendidikan setelah S-1. Di UU, sebenarnya profesi adalah kegiatan untuk kedinasan. Dibutuhkan pengakuan terhadap profesi, kemudian dibuat pendidikan satu tahun di atas S-1 (profesi). Berkaitan dengan sertifikasi profesi dan kompetensi, pengakuan terhadap lulusan profesi itu adalah sertifikat profesi. Seorang yang mengikuti pendidikan profesi, selain dengan ijazah juga diakui dengan sertifikat profesi. Permendikbud No. 83 disepakati untuk menyelenggarakan pendidikan profesi dan pengakuan terhadap keprofesian, pendidikan profesi harus diselenggarakan dengan asosisi profesinya. Jadi yang terpenting adalah bahwa lulusannya nanti harus diakui oleh masyarakat/asosiasi profesinya. Apabila berkaitan dengan jenis, pendidikan profesi itu adalah kelanjutan dari kevokasian. Pendidikan profesi di arsitektur adalah kelanjutan dari S-1. Yang tidak bisa dicocokkan adalah profesi dimasukkan ke S-2 karena S-2 tidak mengeksplor keprofesian tetapi men-challenge academic value. Kaidahnya, profesi sejajar pada tingkat yang tidak sepenuhnya sama. S-1 bisa melanjutkan S-2 atau S-1 bisa melanjutkan profesi. Pengakuan untuk arsitek adalah sertifikat dan lisensi. Dalam dunia pendidikan adalah sertifikat sehingga prosesinya adalah sertifikasi. Sertifikasi profesi sebaiknya diselenggarakran oleh asosiasi profesi. Institusi pendidikan melahirkan lulusan yang siap terjun ke dunia profesional, tetapi untuk diakui memiliki fungsi profesionalnya itu dapat diakui oleh asosiasi profesi. Bagaimana kalau pendidikan profesi diselenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi? Sertifikasi tidak bisa disamakan dengan memiliki ijazah. Tetapi dalam keprofesian adalah dia bisa melakukan tugasnya atau tidak. Pada keperawatan, pendidikan profesi menjadi kesatuan dengan pendidikannya. Tidak semua pendidikan sudah ada asosiasi keprofesian. Paparan oleh Munichy B. Edrees RUU Arsitek sudah masuk di Badan Legislatif. Pemerintah perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai apa sebetulnya tugas arsitek dan bahayanya apabila arsitek melakukan mal-praktik. Dijelaskan bahwa proses desain adalah proses ilmiah. Banyak kekhawatiran mengenai RUU Arsitek untuk diterapkan di kota-kota di berbagai daerah karena kurang paham akan ilmu arsitektur. Hasil sosialisasi di ITB adalah banyak mahasiswa arsitektur yang tidak mengaplikasikan pengetahuannya di dunia arsitektur dan bekerja di bidang lain. Timbul pertanyaan, apakah sebetulnya yang butuh UU Arsitek adalah pengguna arsitektur? Di FGD maupun rapat dengar pendapat, pendidikan arsitek membutuhkan waktu yang lama yaitu idealnya 5-7 tahun. Bagaimana tim kurikulum bisa mengolah hal tersebut. Saat ini lulusan arsitektur adalah sarjana arsitektur, tetapi belum bisa prodi melanjutkan pendidikan tersebut (keprofesian). UU Dikti No. 12 Tahun 12, program PPAr adalah program terpisah dari program akademik yang wajib hukumnya, diselenggarakan oleh PTN atau PTS yang memiliki program arsitektur. Di Indonesia ada 13 yang buka program PPAr dan yang sudah legal adalah di UI. Ijazah yang dikeluarkan beragam. Sebaiknya dalam forum ini dapat disepakati bagaimana pendapat yang bermacam-macam tersebut dapat disamakan. o Pendidikan profesi arsitek dibutuhkan 5+2 tahun (magang). Untuk dapat lisensi ditambah 2-3 tahun. Pembahasan 1. Sesi 1: Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran Moderator : A. Adib Abadi Paparan Tim Pokja terkait : 1. Draft alur pendidikan 2. Draft profil lulusan 3. Draft capaian pembelajaran Alur Pendidikan Alur menjadi sangat penting untuk mengarahkan sekolah-sekolah dalam proses pengembangan. Sudah waktunya kita sepakat dalam konteks alur ini. Skema yang ditunjukkan adalah bentuk yang ideal sehingga mahasiswa memiliki pandangan secara umum sehingga saat menjalani pendidikan formal kembali di kampus akan membawa pengalaman tersebut dalam diskusi. Ideal juga bahwa di antara PPAr dan Magister karena memang jenis yang berbeda maka dibedakan. Yang kami coba rumuskan adalah minimum requirement yang confront dengan berbagai macam hal. Untuk mahasiswa yang memiliki track record pendidikan 5 tahun sudah dapat memiliki kesetaraan dengan mahasiswa di Singapura/negara lainnya. Tidak semua institusi mampu mendirikan magister karena requirement cukup tinggi. Untuk PPAr, doesn biasa dan ditambah dengan pengalam profesi sudah cukup untuk menjadi dosen program profesi. Untuk bisa menyajikan pendidikan keprofesian di universitas, requirement ini lebih mudah dicapai. Apbila sebuah universitas akan memasukkan program profesi, itu akan menjadi opsi dalam level universitas. Posisi-posisi tersebut yang perlu dirumuskan bersama. Sertifikasi yang setara dengan proses matrikulasi bisa dibuat. Profil lulusan IAI belum berhasil mengeluarkan profil lulusan, tetapi terdapat acuan berupa 13 kompetensi IAI untuk memperoleh SKA. Tim Pokja melakukan analisis aturan-aturan dari kompetensi-kompetensi yang ada berupa tabel hubungan antara UIA, IAI, dan Aptari. 4 tahun di setiap universitas berbeda-beda, di 1 tahun apakah nanti akan disamakan. Perlu dibicarakan sejauh mana fleksibilitasnya. Ada beberapa pengetahun yang hilang, jadi sangat sulit untuk 4 tahun kemudian dapat memenuhi standard UIA yang 7 tahun. 35 butir kompetensi UIA adalah untuk pendidikan arsitektur 5 tahun. Untuk pendidikan arsitektur 4 tahun ditambah PPAr 1 tahun, semestinya dapat memenuhi 35 butir kompetensi yang diminta UIA, tetapi untuk saat ini belum cukup materi yang diberikan. Ada beberapa skill yang diminta UIA tetapi tidak muncul dalam list kompetensi Aptari dan IAI. Yang diharapkan dari IAI adalah kemunculan profil karena dapat memberi arahan. Tanggapan Didi Haryadi Penjelasan mengenai tabel kompetensi SKKNI. Ilya F. Maharika Kedudukan dokumen SKKNI adalah alat uji bahwa seorang lulusan PPAr dapat melakukan ini karena kemungkinan menjadi uji kompetensinya. Ini adalah ujian untuk mendapatkan sertifikat. Selayaknya diskusi yang dilakukan bermuara ke tabel ini (ditayangkan di layar). Cakupan PPAr adalah tiga profil tersebut sehingga proses kurikulumnya akan diarahkan ke sana. Dokumen yang disampaikan Bu Susi memperlihatkan adanya kesenjangan antar dokumen. Yang pertama adalah dokumen UIA. Kemudian terdapat perbedaan dengan dokumen dari Aptari yang merupakan revisi dari KKNI. Yang perlu dilihat adalah apakah capaian pembelajaran yang berdasarkan KKNI masih terlalu jauh dari UIA. Contohnya, PPAr intinya profilnya adalah ketiga itu. Kemudian capaian pembelajaran di PPAr dapat dipetakan berdasarkan dua dokumen yaitu KKNI dan UIA. Dalam penegasan PPAr ini sangat mungkin untuk hanya melihat minimum requirement saja. Kita bisa membuat prinsip semua sudah disentuh di PPAr, tetapi untuk mencapai ability dapat diterima di program magang. 13 kompetensi dapat dipakai. Apabila yang bisa dihandle adalah 3 project, minimum requirement adalah 3 projek. Yandi Andri Yatmo Kompleksitas dari projek menentukan Ilya F. Maharika Intinya mempunya cukup bekal untuk memenuhi 13 kompetensi. Dokumen-dokumen yang sudah ada dapat digabungkan. Dalam proses magang akan ada proses-proses pemahiran. Didi Haryadi Lupakan jumlah proyek, kita harus melihat butir-butir yang tadi. A. Adib Abadi Sekolah arsitektur di Indonesia memiliki situasi beragam dan kita dituntut untuk menghasilkan kurikulum yang dapat dipakai oleh semuanya. Capaian Pembelajaran Di aturan Dikti level 7. Terdapat hal-hal yang berkaitan dengan sikap, keterampilan umum, mampu bekerja di bidang keahlian, keterampilan khusus. Sebagian ditetapkan di S-1, tetapi ada juga yang di profesi. Sesi Diskusi 1. Hanson Endra Kusuma (Kaprodi Magister dan Doktor Arsitektur) Terkait dengan pendidikan 5 tahun. Dilihat di UIA, consideration, objective, dan prasyarat, memang prasyarat pendidikan arsitektur adalah 5 tahun. Bagaimana kita menyelenggarakan 5 tahun tsb? Kalau melihat alur, 5 tahun itu tidak ada pilihan lain kecuali PPAr, apakah memang seperti itu? Kita mengacu 5 tahun karena itu adalah dari UIA. KAAB menyelenggarakan 5 tahun tersebut yaitu 4 tahun di S1 dan 2 tahun S2. Di Jepang dan Amerika juga seperti itu. Kekhawatirannya adalah apakah lulusan kita nanti tidak dipertanyakan? Untuk memiliki lisensi arsitek tidak hanya dari PPAr tapi dari Magister juga bisa. Ada UU yang menyebutkan pendidikan profesi merupakan kelanjutan dari vokasi, tapi mungkin ada beberapa pilihan untuk menjadi arsitek berlisensi. Tanggapan SP Mursid Level pendidikan tinggi kita memiliki pendidikan yang lebih ke akademik atau lebih ke profesi. Di Indonesia banyak sekali jenis perguruan tinggi. Institut teknologi dimasukkan ke program akademik. Dulu kita berpikir bahwa diploma sampai ke sub spsesialis ada di area sekolah tinggi akademik. Pendidikan profesi berada di level 7. Pada saat membicarakan profesi ada di area akademik komunitas. Yandi Andri Yatmo Di UU dinyatakan ada 3 jenis pendidikan, akademik, profesi, dan vokasi. Pasal 24 ayat 1, program profesi merupakan pendidikan keahlian khusus yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan memperoleh kecakapan yang diperlukan dalam dunia kerja. Di UIA tidak dikatakan secara spesifik 5 tahun langsung, tetapi merupakan pilihan. Untuk aturan yang sekarang, akan memudahkan apabila 4 + 1 jadi minimum. Apakah artinya pendidikan akdemik dan profesi satu-satu atau termasuk semuanya? Hanson Endra Kusuma 5 tahun diselenggarakan dalam bentuk yang seperti apa? Dalam jenjang seperti apa? Dalam website KAAB mereka mengatakan yang diakreditasi ada 34. 23 dari 19 adalah master program. PPAr jalan itu oke, tetapi alur yang tadi hanya 1 pilihan sedangkan di UIA yang dikatakan adalah pendidikan arsitek 5 tahun, bukan 4+1 tahun PPAr. Ada kemungkinan alumni-alumni kita bekerja di luar negeri, apa nanti tidak dipertanyakan? Seperti yang Pak Ilya katakan tadi kita harus fleksibel. Barangkali alur tadi bisa sedikit revisi, pendidikan arsitektur 5 tahun bisa disimpan. 2. Sarwadi (UGM) Muncul 3 profil dari SKKNI, apakah benar akan seperti itu? Perancangan kota juga keluar, tetapi asosiasinya juga berbeda. Apakah untuk keahlian memang akan ketiga itu? Mungkin tidak muatan sks kita bisa membekali untuk seperti itu? Di dalam dokumen sertifikasi IAI sendiri nilai urban design kecil. Apakah kita akan ubah sertifikasi tersebut? Atau kita fokuskan pada perancangan bangunan? Di UIA tidak pernah disebut perancang kota tetapi berwawasan mengenai perancangan kota. Kedodoran di UGM mengenai lulusan adalah teknikal, jadi kalau ada profesi dapat memfokuskan pada gambar DED itu. Berkaitan dengan itu mengenai profil lulusan, mungkin perlu dibuat peta kurikulum tersambungnya di mana, jadi nanti dapat diketahui mana jatah di PPAr. Di tiap perguruan tinggi bisa berbeda. Karena kalau berbeda tidak bisa masuk ke PPAr yang lain. Terutama karena situasi pendidikan arsitektur kita berbeda. 3. Pak Baharuddin (Unhas) Pasal 12 sudah bertentangan, apakah kita mau ikuti atau tidak? 5 tahun saya sepakat bahwa adalah waktu pendidikan di sekolah. Yang tadi digambarkan ada internship yang diluar pendidikan. 35 kompetensi di UIA memang tidak bisa dicocokkan dengan Aptari karena Aptari hanya sekolah. Apa yang diurus di sekolah seharusnya berbeda dengan yang diurus di profesi. Core pendidikan arsitektur tetap diikuti, tetapi kegiatan pendidikan sendiri di Unhas sangat berbeda dengan di Jawa. Tidak boleh hanya lanjutan-lanjutan saja. Padahal kalau sudah dipelajari di S-1 kenapa harus dilanjutkan? Barangkali bisa ditambah dengan kompetensi yang belum didapatkan di S-1? Mengenai alur pendidikan, magang setelah PPAr. Sebaiknya PPAr adalah bagian dari sarjana. Pendidikan kita system S-1nya adalah 4 tahun, kalau kita ubah S-1 3 tahun akan lebih baik, tetapi harus diakui oleh pemerintah. Jadi magang dilakukan setelah PPAr, yaitu setelah sekolah. Registrasi arsitek adalah arsitek yang teregistrasi, bagaimana dengan lisensi? 4. Gregorius Sri Wuryanto alur pendidikan di Indonesia ada prasyarat sebelum PPAr harus magang 1 tahun. Setelah lulus PPAr magang lagi 1 tahun. Lulus PPAr sudah dapat gelar Ar, sudah arsitek pratama. Berarti PPAr belum tuntas. PPAr 1 tahun, kemudian dapat sertifikasi, dan lisensi. Pokja ini atas nama siapa dan posisinya apa. Apakah ini punya hak dan badan hukum yang legal? Tanggapan Yandi Andri Yatmo Di FGD di Demokrat sudah ditanyakan, selama ini yang kita kerjakan terkait dengan rancang bangun. Lingkup kerja arsitek dapat dilihat pada UU yang akan keluar 3 bulan kemudian. 2 tahun datangnya dari mana? UIA dan RUU Arsitek. Disebutkan di UIA dia harus memiliki 5 tahun belajar ditambah 2 tahun magang yang tidak perlu berurutan. Di UIA disebutkan 5 dan 2, 2 dapat didefinisikan sesuai kebijakan seberapa Negara ini mau mendapatkan arsiteknya. Tim Pokja berusaha mengikuti aturan yang ada sehingga menghasilkan alur yang ada. Gregorius Sri Wuryanto Kenapa tidak membuat sendiri? Bolehkah kita keluar dari alur-alur UU Pendidikan Tinggi? Yandi Andri Yatmo Kami sudah mencoba melihat kemungkinan tersebut. Kesannya 5 + 2 = 7, tapi prior tidak melulu harus setelah tetapi bisa akumulasi. Mengenai legitimasi Tim Pokja, IAI diberikan mandat oleh Dikti untuk mengerjakan ini dan semestinya akan menjadi produk Permen. Di tahap kedua, kami akan menjaring lagi akan apa yang dibutuhkan karena ada kekhawatiran tahap 1 UU Arsitek lebih Jakarta-oriented. RUU Arsitek mengatakan terus-menerus dan akan sulit dan merugikan. Gregorius Sri Wuryanto Bagaimana agar tidak keluar dari koridoor UU? 5. Sri Rejeki Soegijapranata Bagaimana bisa menjadi pertimbangan magang 2 tahun? Kita ada KP agar mahasiswa betul-betul paham dan S-1 bisa diambil untuk itu? Bagaimana dengan 5 tahun bisa digabung magang? Memungkinkan atau tidak apabila ada yang S-1 + PPAr atau ada S-1 + magister, bisa tidak bersinergi? Kita ada balai pembinaan tenaga konstruksi. Di dalam bali tersebut ada penelitian untuk lisensi arsitek, yang punya pengalaman 1-2 tahun dilatih dalam 50 jam kemudian diuji di LPJK, langsung punya sertifikat untuk arsitek muda. SKKNI tadi yang digunakan untuk menilai. Apakah kita hanya di tataran Indonesia itu sepakat, tetapi harus ada keputusan untuk strategi gerak cepat. 6. Bambang Susetyarto (Kajur Arsitektur Trisakti) Betul bahwa yang akan kita sepakati adalah kesepakatan requirement minimal. Kepada IAI perlu dipahami bahwa KKNI adalah rezim kebebasan. Kurikulum disebut sebagai kurikulum perguruan tinggi, jadi yang akan mempertaruhkan adalah perguruan tinggi masing-masing. Jadi tidak perlu kita mencapai keseragaman, tetapi minimal seragam. Pada skema yang diberikan, letak PPAr terlalu jauh ke dalam program pendidikan profesi. Mengenai jam belajar dan bekerja, saya tetap mengatakan magang adalah working hour dan 5 tahun adalah learning hour. Dia menjalani proses yang bekerja yang berbeda antara kedua hal tersebut. harus kita disiplinkan kalau sekolah arsitek adalah sekolah sehat. Pada saat kita meletakkan pendidikan profesi yaitu bekerja dan menerapkan kedua, sedangkan akademik adalah eksploratif. Bagaimana PPAr masuk dalam kelompok akademik tetapi tidak bereksplorasi? Saya mengusulkan kalau mau membuka PPAr, harus melatih orang untuk mempelajari pedoman, dsb. Kalau mau mencuri start, di dalam substance-nya dapat membelah. 5,6,7 nya dapat melatih untuk berterapan dan berkesplorasi. Tanggapan A. Adib Abadi Revisi draft SNPT. Tertulis bahwa pendidikan profesi adalah program lanjutan yang tidak terpisah dari program sarjana. Perubahan Permendikbud No. 49. Maksimal masa studi 7 tahun. Belum tahu kapan diberlakukan. SP Mursid Sepakati bagian minimal yang dapat dibantu oleh profil. Desain UU kita memang berantakan, semestinya rekan-rekan juga memiliki rencana untuk arsitektur sendiri mau seperti apa. Tetap ikuti tetapi jangan ragu-ragu bahwa ada rancangan sendiri yang dapat dilakukan. Yang diharapkan Dikti adalah, boleh saja masing-masing memiliki keunggulan tetapi harus ada profil dasar yang diajukan. Kita mempercayakan pada otonomi dari pt masing-masing. Kurikulum itu nanti di bagian kajiannya, rekan-rekan boleh mengambil dari SKKNI dan bagaimana menyelenggarakan PPAr bahwa ada jenjang sendiri. Sejauh rekan-rekan bisa memberikan alasan konkrit. Termasuk menjawab pertanyaan mengenai eksploratif dan aplikatif, tidak bisa semuanya mau. Didi Haryadi Mengenai istilah registered architect dan licensed architect. Yang dimaksud lisensi sebenarnya, lisensi yang mengeluarkan adalah pemerintah daerah. Magang sebaiknya sebelum registered. Kita hanya sampai register saja, urusan lisensi urusan daerah saja. Yandi Andri Yatmo Kalau memang seperti itu akan lebih lama untuk mendapatkan lisensinya. Registernya dimana? Saya agak bingung dengan istilah licensed, registered, dan sertifikasi. Di UIA menggunakan garis miring, kalau kita jadi tiga. Himasari Hanan Untuk pendidikan profesi gelarnya apa? Setiap kesetaraan ijazah itu yang akan dilihat karena di situlah PPAr bermasalah. Pendidikan arsitek itu profesional. SP Mursid Indonesia memiliki lebih dari 4000 pt dan lebih dari 22000 prodi. Pada akhirnya ada aturan-aturan yang generic, perlu dibuat nomenklatur dan pengaturan gelar. Kalau itu memang tidak fit, tapi bagus apabila dituliskan dalam naskah akademik yang berdasarkan fakta-fakta dan riset. Mungkin rekan-rekan nanti menyepakati berbagai model, tidak one fit for all berkaitan dengan prodi. Walaupun nanti ada beberapa model yang disepakati, sebaiknya diketahui oleh semuanya sehingga kalau diskusi sistematis dan tidak campur aduk. License setahu saya punya jangka waktu, sedangkan sertifikat berlaku seumur hidup. Mungkinkah semua prodi yang memiliki arsitektur memiliki program yang sama atau bisa berdiri sendiri karena tuntutannya lain? Berkaitan dengan gelar, rekan-rekan bisa menyampaikan opininya. Himasari Hanan Bahasa inggrisnya gelar tersebut apa? SP Mursid Ada persetujuan dari negara-negara Fredy Nainggolan Ibu bertanya mengenai gelar PPAr, sementara kita tahu Pak Munichy sudah bercerita bahwa mereka sudah menandatangani lulusan PPAr jadi bagaimana dengan lulusan perguruan tinggi dari program ini? A. Adib Abadi Nanti pendidikan profesi arsitek diformalkan. Saat ini baru UI, tetapi pt lain belum ada jadi UI yang berhak mengeluarkan gelar. Dikti berharap seperti itu, yang sudah terlanjur tidak masalah tetapi ke depannya ada keinginan Dikti untuk memisahkan itu. Yandi Andri Yatmo Gelar diberikan sesuai dengan UU RI No. 12 Th. 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Paramita Atmodiwirjo Kalaupun institusi menggabungkan S-2 dengan PPAr yang akan terjadi adalah ini sangat tergantung dengan kurikulum S-2 nya. Atau memang institusi beranggapan ini merupakan pendidikan yang terpisah. Kalau sudah seperti ini, dapat dilihat bahwa terjadi fleksibel. Termasuk untuk pt-pt yang belum dan dalam waktu dekat tidak akan membuka S-2, dia dapat langsung membuat profesi. Himasari Hanan Di UU pendidikan dia adalah prodi sendiri 2. Sesi 2: Pembahasan Kurikulum PPAr Sharing pengalaman membuka program PPAr Kemas Ridwan Kurniawan (UI) Magister bidang arsitektur ada bermacam-macam, di luar itu tidak dimasukkan dalam alur ini. Sebenarnya tidak ada masalah dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Sekarang kita sepakat untuk standard minimum supaya dapat diikuti berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ini momentum yang baik untuk kita sama-sama menyempurnakan dari model lama ke model baru. Ronny Gunawan (Petra Surabaya) Praktek di kami mahasiswanya hanya 1, 2, hanya berlangsung 2 periode. Di Petra sedang proses membuka S-2, tidak tahu apakah akan membuka PPAr atau tidak. Lalu ada 10 orang mahasiswa kami yang minta membuka PPAr. Untuk sementara memilih S-1 yang extended atau bersama dengan S-2. Apakah ada dari tim pokja IAI yang bisa membantu menjelaskan karena saat ini terjadi perbedaan pendapat mengenai kepentingan PPAr. Basuki Dwisusanto (Unpar) Untuk swasta membuka prodi PPAr cukup berat, salah satunya untuk penyediaan 6 dosen, dsb. Mata kuliah PPAr dapat elektif dan transferable ke magister. PPAr tidak sepenuhnya aplikatif, tapi per tahun bisa 6-7 orang. Terutama untuk penyediaan dosen, tidak boleh dosen S-1, S-2, S-3, berat sekali. Tapi saya melihat peluang pada pendidikan arsitek 5 tahun untuk yang jadi arsitek. Jarwa Prasetyo (UII) Kami menunggu adanya kepastian alur, pembelajaran dan metode yang seperti apa. Terutama karena kami dari swasta, pertanyaan mahasiswa adalah kalau ikut program ini apa yang dilakukan. Kami termasuk yang setuju bahwa setelah S-1 selesai mahasiswa perlu mengikuti PPAr. Mengenai jalur, dari kami mengusulkan PPAr sebagai kelanjutan dari S-1. Apakah 5 tahun 100% learning hour, ini terkait dengan kesan lama sekali. Timmy Setiawan (IAI) Sampai sekarang belum timbul rasa ideal kalau mendesain pakai nama kita, apalagi sekarang masih bisa dipinjam dan bisa pakai nama orang lain. Mahasiswa harus diberikan pemahaman bahwa harus bangga kalau namanya ditulis di sana. Kemudian, kita harus sangat menginginkan sebanyak mungkin arsitek punya SKA, terutama Pratama muda sehingga bisa berlanjut ke Madya dan Utama. Kelemahan para arsitek adalah 2 hal. Gengsi, sok sibuk untuk apply ska. Kedua adalah portfolio. Kelemahan arsitek adalah tidak pernah mendokumentasikan karyanya, jadi apabila bukti, datanya sudah tidak ada. 2 poin itu sebaiknya kita tanamkan pada mahasiswa. Di Jakarta pernah ada usaha SKA kolektif, tapi tidak terlalu banyak yg datang. Eko Alvares (Universitas Bung Hatta) Dari pendapat Pak Basuki, harus sekolah profesi. Apabila itu tidak mungkin kita pakai 4+1 yang diselenggarakan di pendidikan sarjana level 6. Kalau UU kita lihat, semestinya kita bikin program profesi. Lalu mengenai penyelenggaraan dosen, boleh atau tidak para profesional masuk dalam program pendidikan tersebut? Di tempat saya sudah buka magister, sudah tahun ketujuh. Edukasi mengenai pentingnya PPAr harus dilakukan sejak S-1. Himasari Hanan Justru Pokja harus membalikkan itu, bahwa pendidikan arsitektur tidak sama dengan pendidikan profesi yang digambarkan UU. Kita tidak bisa mengikuti kaitan UU harus bikin prodi sendiri dan itu dipaksakan pada masing-masing universitas mau ikut S-2 atau kelanjutan S-1. Jadi kita ikut jenjang 7 dsb, tapi sebagai institusi bisa tidak Pokja mengusulkan kelanjutan S-1 atau ikut S-2 agar di setiap universitas dapat serupa. Bisa tidak kita membuat alternative lain supaya tidak perlu membuat prodi baru lagi. Bisa diterima tidak untuk Dikti bahwa PPAr ikut S-1 atau S-2? A. Adib Abadi Usulan Bu Hima bukan tidak mungkin. Pak Mursid menjelaskan bagaimana itu dimungkinkan kalau kita tidak memiliki alasan-alasan. Didi Haryadi Dari UU harus 4 tahun itu minimum atau bagaimana? Mungkin kesepakatan di Pokja bisa 5 tahun. Kita minta 5 tahun karena UIA adalah karena ada penyetaraan. Bambang Susetyarto Saya tertarik usulan Bu Hima. Kita kembangkan yang lebih bijak. Substansi adalah sesuatu yang lebih penting dari bisnisnya. Kalau mau PPAr (scholar) kita latih dia untuk menuju itu. Tidak mudah membuat mahasiswa tunduk pada () kalau di swasta akan sulit, dapat kita merger. Itu salah satu cara untuk terobosan. Teman-teman pt negeri boleh mengajar di pt swasta. Itu yang saya minta terobosannya di peraturan. Nina Carina (Untar) S-1 4 tahun tapi bisa lanjut 5 tahun, ini punya konsekuensi untuk kampus-kampus yang mahasiswanya besar yang mau melanjutkan ke 5 tahun berapa orang, ini ada di pengaturan dosen. Peraturan PPAr menjadi potensi apabila ada universitas yang tidak bisa membuka program magister, dsb. KKAB tidak membolehkan program PPAr dari kampus lain. Yang dijalankan Untar tetap menjalankan 4 tahun untuk S-1, 2 tahun dari magister di mana terintegrasi dari PPAr. Ilya F. Maharika Eksistensi PPAr ada dan sudah mulai disetujui. Karena UU seperti itu, yang paling ideal adalah dalam bentuk prodi sendiri. Dosen profesional bisa masuk dapat diajukan sebagai Permen. Opsinya bisa dilihat pada skema. Eksistensi alur non design ada, tapi sekarang mengacu ke alur design semua. Apabila di luar negeri ada architectural engineering, ini dapat jadi peluang universitas untuk membuat prodi baru architectural engineering yang belajarnya sub-sistem bangunan. Sarjana arsitektur yang alur design lantas memiliki 2 opsi. Alur design dengan M.Ars, lalu ada profesi arsitek yang gelarnya adalah Ar. Apa keuntungan masuk PPAr? Track recordnya jadi lebih pendek. Ini salah satu masukan yang dapat memiliki berbagai variasi di dalamnya. Dari Pak Mursid, apakah kita akan meng-endorse doctoral terapan dari arsitektur. Di Negara kita belum diperlukan, tapi dari diploma bisa masuk ke PPAr kemudian tersertifikasi. Himasari Hanan Setelah pendidikan seharusnya tidak ada sertifikasi Ilya F. Maharika Kembali ke definisi sarjana arsitektur itu apa, yaitu siap dikembangkan menjadi perancang bangunan gedung/ sub-sistem bangunan gedung. Kemudian di PPAr, adalah perancang bangunan gedung bersertifikat. Kalau profil yang seperti ini disepakati oleh IAI, instrument pendidikan arsitek dapat didiskusikan. Seperti 13 kompetensi yang diminta IAI dapat dipenuhi. Hanson Endra Kusuma Apabila setelah mengikuti pendidikan langsung bersertifikat, apabila lembaga pendidikannya bersertifikasi atau tidak, dapat dijadikan acuan juga. Sertifikasi seharusnya ujian. Di Jepang, sertifikasi dan lisensi satu paket. Dia harus uji kompetensi tertentu yang bukan dilangsungkan oleh lembaga pendidikan tetapi oleh lembaga mandiri yang berada di bawah pemerintah. Yandi Andri Yatmo Bedanya kita mengambil magister dan profesi. Kalau kita mengambil profesi, menurut uu kita boleh mendapat benefit untuk memberi gelar profesi. Sedangkan magister karena jalurnya akademik maka tidak boleh memberikan gelar profesi. Himasari Hanan Gelar profesi itu apa? Maknanya gelar profesi itu apa? Yandi Andri Yatmo Ar. Ilya F. Maharika Titik kritisnya ada di situ. Ketika kita memberikan gelar Ar., harus sudah ada pengakuan dari IAI, Pratama misalnya, sehingga jenjang karirnya menjadi jelas. Mengenai proses uji tadi, saya sepakat bahwa uji tadi dilakukan oleh pihak lain. Justru di sinilah keunikan dari PPAr, karena akan mengintegrasikan proses-proses itu menjadi satu bagiannya. Secara real mahasiswa dapat menjadi agenagen pembangun yang bertanggung jawab. Himasari Hanan Apabila kita menyepakati gelar profesi harus diakui oleh IAI dan punya makna. Hanson Endra Kusuma Apabila kita mengikuti skema tersebut, jadi arsitek profesional bisa keduanya, tetapi yang penting 5 tahunnya itu. Ilya F. Maharika Di SNPT 4-5 tahun dan maksimum masa studi 5 tahun. Yandi Andri Yatmo Yang kita permasalahkan yang magister. Bagaimana kalau nanti ada yang ini? Ilya F. Maharika Skema sudah jelas dan tidak menjadi soal. Soal kita adalah di arsitek tersertifikasi. Hanson Endra Kusuma Berarti M.Ars. dapat juga menjadi arsitek bersertifikasi Yandi Andri Yatmo RUU Arsitek Pasal 6 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program pendidikan arsitektur 5 tahun adalah capaian pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi yang memenuhi beban belajar setara dengan masa studi 5 tahun yang mencakup pendidikan akademik dan pendidikan profesi arsitek. Pendidikan kita harus mengikuti UUPT. Untuk masuk ke profesi, dia harus setelah sarjana. Eko Alvares Bisa tidak kita seperti kedokteran, khusus pasal yang ini tidak seperti Himasari Hanan IAI tidak berkepentingan, asal IAI sudah menerima tadi apapun kalau 5 tahun kalau itu desain dan di uji kompetensi lulus, dia bisa menjadi arsitek. Setelah magang 2 tahun dia dikasih arsitek kelas 2. Untuk lokasinya terserah proyeknya, sudah saya masukkan di RUU. Kalau sudah berapa ribu meter persegi dia magang lagi, bisa atau tidak di IAI seperti itu. Yandi Andri Yatmo Usulan Bu Hima bukan atas nama Aptari, tetapi selama ini Aptari hanya yang dibawa ke Rakernas. Jadi usulan individu sulit dibahas. Basuki Saya setuju dengan Bu Hima. Kalau RUU bisa 5 tahun pendidikan arsitektur, in-line tidak dengan tuntutan IAI, jadi setelah lulus ada sumpah arsitek. Eko Alvares (menjelaskan mengenai skema perjalanan menjadi arsitek) IAI tidak pernah memberikan statement yang jelas mengenai 4 tahun seperti apa. IAI sudah memberi guidance mengenai 13 kompetensi untuk penyelenggaraan PPAr. Apakah kita akan fight dengan itu semua? Kalau kita paksakan pendidikan profesi 5 tahun, banyak juga orang kedokteran yang tidak jadi dokter dan lanjut ke S-2. Sama seperti sekarang. Ilya F. Maharika Apakah kita akan melanggar UU? Seharusnya ada penjelasan bahwa status magister dapat berlisensi. Sekarang kita mau inline dengan UUPT , inline dengan apa yang diminta IAI. 1 prodi 1 gelar. Eko Alvares Kami semua sulit membuka PPAr karena S2 sudah ada. Berapa banyak dari kita anggota Aptari yang akan membuka PPAr? A. Adib Abadi Yang punya MOU akan diberi prioritas untuk membuka PPAr. Kami akan mencoba merekomendasikan bahwa bentuknya seperti yang ada sekarang, untuk assessment dan penerimaan, sertifikasi, akan dilakukan oleh IAI. Yang sudah ada sekarang tetap jalan saja, dan yang sudah lulus akan dapat ska. Ilya F. Maharika Saya mencoba melihat dari jalur murni lebih dulu. Ada sarjana, profesi, arsitek tersertifikasi madya, magang 2 tahun, ujian kompetensi, kemudian menjadi registered architect. Pemula masih di bawah bimbingan karena masih ada magang. UGM Yang lulus sebelum 2009 bagaimana kalau ada magang? Kalau magang apakah dia langsung dapat madya? Ilya F. Maharika Yang dulu-dulu, diatur sendiri saja untuk aturan transisi. A. Adib Abadi Akan ada 2 akreditasi. Akreditasi BAN dan LAM. Kesimpulan : Skema yang dibuat adalah skema yang akan diajukan sebagai salah satu opsi Penentuan status muda, madya, dan utama bergantung pada keputusan IAI mengenai ujian yang diberikan Pembahasan Kurikulum PPAr Paparan Tim Pokja mengenai kurikulum menurut buku merah IAI Diskusi mengenai pembahasan kurikulum PPAr Diskusi Yang ada saat ini adalah judul mata kuliah. 13 kompetensi yang diharapkan akan dimasukkan ke mana? IAI tidak ingin masuk ke dalam isi kurikulumnya. Isi kurikulum silakan menyikapi sendiri yang pasti mengikuti 13 kompetensi tersebut dan berhubungan dengan kekurangan S-1 juga. Paramita Atmodiwirjo Cara penyusunan kurikulum tidak ada bedanya dengan dulu. Kalau dulu diikat dengan nama mata kuliah dan sks. Kalau sekarang adalah bahan ajarnya. Yang dibahas sekarang bukan nama mata kuliah tetapi yang perlu kita lihat adalah materi bahan ajarnya. Bambang Susetyarto Kalau kita bicara PPAr, kita harus pro pada masalah menerapkan. Bagi S-1, 144 sks campur tanpa mengkonsentrasikan atau melatihkan cara menerapkan, maka itu adalah 1 paket untuk exercise menerapkan dalam PPAr. Bagi yang mencampur dengan magister maka 36 sks nya hal menerapkan, 36 lainnya hal eksplorasi. Yang dibolehkan 20 sks, ITB UI UGM, dipilih mahasiswa, tidak seperti kami di Trisakti kami memakai 18 sks 2 kali, jadi hanya 36 sks. Sebetulnya ukurannya 18, jadi ketemunya 36. Varian pertama digabung dengan magister. Varian kedua apabila dia menyelenggarakan PPAr tanpa perkenalan di S-1 tentang menerapkan. Varian ketiga merupakan studio lanjutan dari S-1 jadi seperti kelanjutan studio. Yandi Andri Yatmo Kalau ada contoh lain tapi tetap sesuai dengan syarat-syaratnya, tetap dapat dilakukan. Eko Alvares Ada kurikulum pt yang bukan content-based seperti sks yg sudah ketinggalan jaman. Kita bicarakan dulu capaian pembelajaran atau profilnya apa. Silakan baca pedoman penyusunan kurikulum. Kita tidak bisa melihat dari jumlah sks. A. Adib Abadi Level 7 kita cek ke level 8 kemudian cek level 6 dan memposisikan PPAr ada di mana dalam konteks S-1 dan S-2 tadi. Di magister filsafat ilmu wajib, ditambah lagi di IAI ditambah Etika. Saya usul, kita harus pahami cara penyusunan kurikulum. Karena ada lokalitas. Competency-based aturannya belum. Dapat kita putuskan apakah kita menggunakan peraturan yang lama. UGM Di dalam PPAr apakah akan dimasukkan latihan tentang kota tadi, mau dimasukkan di mana? Gregorius Sri Wuryanto Yang perlu diingat adalah profil dasar. Kita harus sepakati basic requirementnya, baru kemudian program ini dapat dibreakdown menjadi capaian-capaian. Didi Haryadi Profil yang diinginkan pertama sesuai jenjang tadi adalah sesuai yang ditampilkan tadi. Yang kedua, kenapa tidak langsung terlisensi saja? Ada konten-konten lokal yang harus dipikirkan. Himasari Hanan Boleh tidak perancang bangunan dengan luasan bangunan, system bangunan, begitu boleh atau tidak? Harusnya semua, bangunan tunggal, bangunan multi, jamak. Bambang Susetyarto Dalam pengujiannya nanti kalau memang harus semuanya, berarti di bahan ujian untuk arsitek yang menangani itu terkandung soal-soal mengenai hal-hal tersebut. Himasari Hanan Kedalaman multi disiplin yang diminta IAI seperti apa? Gregorius Sri Wuryanto Apakah kompleksitas yang dimaksud tadi? Bagaimana urban context. Di urban context dia belajar tentang ekonomi, traffic, pengembangannya di urban design ada sendiri. Eko Alvares Bahannya sudah dibagikan di Jogja, kalau masih ada bahan kemarin, kita baca dan kita berikan masukan. Ilya F. Maharika Di sini kita bisa membangun kesepakatan yang prinsip. Definisi pertama: Lulusan PPAr adalah perancang bangunan gedung yang siap dibimbing menjadi arsitek mandiri (yang memenuhi 13 unit kompetensi IAI) siap dikembangkan menjadi perancang kota ? rumusan dari profil menjadi batasan kurikulum di masing-masing universitas. Definisi kedua (setelah diperbaiki berdasarkan hasil diskusi dan masukan para peserta) : arsitek pemula yang mempunyai kemampuan merancang bangunan gedung berkompleksitas rendah dengan penerapan komprehensif pengetahuan, keterampilan, serta mengikuti kaidah perancangan, prosedur, dan peraturan. Definisi ketiga : Arsitek permula (*) (*) syarat dan ketentuan berlaku Gregorius Sri Wuryanto IAI wajib memberikan definisi. Hal esensial dari PPAr adalah dia memiliki kewenangan, yaitu arsitek pemula. Kualitas arsitek pemula akan dikunci oleh perangkat yang lain, IAI. Di SKP nanti muncul bahwa kewenangan menjadi arsitek pemula adalah program PPAr. Hanson Endra Kusuma Yang membedakan tiap studio adalah isu-isu yang dibahas dan dipertimbangkan dalam perancangan semakin komprehensif. Isu-isu semakin banyak. Karena merancang kegiatan sintesis yang membedakan level di bawah dan di atas, sejauh mana arsitek dalam merancang memasuki desain tertentu , komprehensif atau tidak. Bambang Susetyarto Kode etik profesi IAI sudah ada Ilya F. Maharika Apabila kita sepakat bahwa uji kompetensi adalah sesuatu yang harus dicapai. Ketika kita melihat ini kita harus melihat acuan terlebih dahulu. Ada definisi arsitek pemula tadi dapat meng-handle seberapa jauh. Akreditasi akan menmpengaruhi jumlah mahasiswa yang bisa diambil. Yang jadi soal adalah apabila banyak yang diterima tetapi tidak lulus-lulus. Kode etik profesi yang selama ini menjadi bagian dari proses strata. Kalau ini dimasukkan menjadi bahan kajian yang wajib, ada strata. A. Adib Abadi Akreditasi akan mendorong universitas untuk maju Didi Haryadi Dilihat dari magang.Working hour tadi bisa dibarengi dengan magang. Ilya F. Maharika Arsitek pemula itu tidak sampai 6. Tidak perlu lagi ikut strata 1 dan 2. Manajemen proyek mau sejauh apa? Kasus nyata atau simulasi? Apa perlu manajemen biro? Untuk meng-handle projek-projek yang kecil tadi seharusnya sudah mandiri, perlu mempelajari manajemen proyek perseorangan? Kita sudah mematok arsitek pemula. Ketika itu by law, boleh praktik mandiri. Kalau nanti ada kontrak yang salah, karena universitasnya yang mengajari. Apabila ada statement praktik perseorangan, jadi manajemen proyek praktik perseorangan menjadi penting. Administrasi proyek harus ada di kurikulum. Kasus nyata muncul di sini, simulasi boleh = simulasi kasus nyata. Himasari Hanan Apa itu harus masuk mata kuliah sendiri? Kalau pengetahuan boleh saja. Eko Alvares Ketika PPAr sudah jalan, mestikah kita ikut strata? Lulusan PPAr apa bedanya dengan S-1? Supaya dapat sertifikat pemula, jadi pemula belum boleh. Timmy Setiawan Kalau punya SKA seharusnya dia sudah punya tanggung jawab, tetapi terbatas. Yandi Andri Yatmo UU didorong untuk mempercepat jumlah arsitek yang lebih banyak karena kepentingan bangsa. Tidak perlu arsitek yang besar dan hebat untuk proyek-proyek kecil. Di Perancis, untuk projek-projek kecil dia diberi wewenang itu tetapi dibatasi. Tetapi di daerah jumlahnya tidak ada. Timmy Setiawan Yang bertandatangan adalah lisensi. Eko Alvares Magang adalah domain daerah. Yang tahu mentor daerah adalah IAI. Bambang Susetyarto Apakah magang recommended UIA? Karena setahu saya tidak (in addition). Magang yang setahun dan 6 bulan tadi jangan dihitung ke 2 tahun. Karena itu Perancis tidak mau mengikuti UIA. Kita memohon begitu lulus PPAr dia bisa berpraktek dalam skala tertentu Ilya F. Maharika Dalam bahasa kurikulum, praktik magang di PPAr dapat menjadi pra syarat untuk segera certified. Arsitek mula harus punya kualifikasi dan punya pengalaman di lapangan. Aptari dan IAI sepakat bahwa endorse kurikulumnya bisa tersetujui. Paramita Atmodiwirjo Di PPAr itu berarti bisa ditempelkan ke arsitek yang berpraktek. Sesi 3: Rapat Tim Pokja untuk menyepakati tindak lanjut dari sesi 1 dan 2. Nama A. Adib Abadi Kemas Ridwan Kurniawan Paramita Atmodiwirjo Ilya F. Maharika, IAI Tavip Kurniadi Mustafa, IAI Didi Haryadi Susinety Prakoso Yandi Andri Yatmo Himasari Hanan Hadir √ √ √ √ √ √ √ √ √ Diskusi Apakah pengajarnya harus melibatkan disiplin lain? Atau sekedar arsitek mentornya yang mengarahkan? Paling tidak tahu dan tahu bahwa ada ahli lain yang menghitung Apakah semua yang menjalankan PPAr tahu akan hal itu? Harus bisa disebutkan dan dihitung secara kasar Semua yang menyelenggarakan PPAr perlu dicek proses pembelajarannya. Dapat diketahui sewaktu magang Selain di bidang kajian, di metode pembelajarannya apakah ada hal yang spesifik? Perlu komunikasi dengan disiplin selingkung. Asal tahu saja dulu Fitur pembelajarannya adalah simulasi kasus nyata. Yang ditambahkan adalah sikap, etika. Interface antara desain arsitektur dengan ini bagaimana? Arsitek mengkoordinir system ME dengan desain arsitektur yang baik. Di KKNI diminta atau tidak arsitek harus bisa mengkoordinir ini. Kemampuan integrasi desain harus diperhatikan lebih lanjut. Apabila kembali pada requirement minimal, pembahasan keilmuan mengenai ME Sub-peraturan dan keselamatan bangunan (masukkan pembelajaran mengenai gempa, banjir ( disaster) dan sustainable building, ketahanan, keselamatan, keindahan, dll, aksesibilitas). Untuk level bidang kajian, yang diperlukan adalah keywords. Kontekstualisasi diserahkan ke pt masingmasing. Technical documentation belum disebutkan secara spesifik, tetapi di UIA disebutkan secara spesifik. UIA tidak sepenuhnya bisa dipakai karena tidak cocok di tempat kita. Beberapa kompetensi UIA tidak cocok. UIA dibuat supaya cocok di semua tempat dan untuk aplikasi masing-masing Negara dapat disesuaikan. Apakah yang dibahas hanya di level 7 atau bahkan masuk di level 8? Level 6 tolong di-share. Persyaratan mahasiswa PPAr dan Magister (Alur Desain) adalah keanggotaan IAI. Tindak Lanjut yang perlu dilakukan Merumuskan keluaran arsitek PPAr, arsitek pemula (kualifikasi sama dengan SKA Muda tetapi belum mandiri, diusulkan menjadi mandiri dengan persyaratan khusus) Perlu penjabaran lebih lanjut mengenai bidang kajian (integrasi perancangan, kode etik profesi arsitek, materi strata 1 dan 2, administrasi proyek, peraturan dan standar bangunan, dan standar kinerja bangunan). Di magang sampai DED, di PPAr sampai … Metode pembelajaran adalah simulasi kasus nyata. KESIMPULAN 1. Rekomendasi Alur 13 kompetensi IAI harus masuk dalam kurikulum PPAR / Magister Arsitektur alur desain 2. Profil Lulusan Lulusan PPAr adalah arsitek pemula (kualifikasi sama dengan SKA Muda tetapi belum mandiri, diusulkan menjadi mandiri dengan persyaratan khusus) 3. Capaian Pembelajaran Capaian pembelajaran PPAr disusun dengan landasan butir kompetensi UIA (benchmark internasional), KKNI (yang diturunkan Dikti menjadi usulan rincian capaian pembelajaran) dan 13 kompetensi IAI. Perlu diperhatikan butir-butir yang memang tidak ada di UIA (terutama sikap). 4. Rekomendasi Bahan Kajian Kurikulum PPAr mencakup bahan kajian sbb: Integrasi Perancangan Kode etik profesi arsitek Materi Penataran Strata 1 IAI Materi Penataran Strata 2 IAI Administrasi Proyek Peraturan dan standar bangunan (keselamatan, keamanan, kesehatan, diffabel) Dokumentasi Teknis Perancangan Gedung (prinsip kinerja bangunan, DED ada di magang) Catatan: Cermati rincian bidang kajian yang merujuk pada 13 kompetensi IAI RENCANA TINDAK LANJUT 1. Workshop selanjutnya adalah pembahasan standar pendidikan yang akan diselenggarakan pada tanggal 28 September 2015. 2. DPA perlu melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai pemberian sertifikasi Arsitek pemula untuk lulusan PPAr sebelum mengikuti magang 3. Tim Pokja akan mulai menyusun kerangka laporan keseluruhan yang berisi hasil-hasil yang telah dicapai selama ini. 4. Tim Pokja akan menyiapkan bahan penyusunan standar dengan mengacu pada SNPT dan Buku Pedoman PPAr IAI. Notulen : Gadisha Amelia Program Revitalisasi Bidang Ilmu Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015 Kegiatan 3: Workshop Penyusunan Standar Pendidikan Tanggal Tempat : 28 September 2015 : Ruang Orchid II Jakarta Design Center Lt. 6 Jl. Gatot Subroto Kav. 53, Slipi, Jakarta Pusat 10260 : Peserta No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Peserta Paristiyanti N. Zainal A. Hasibuan Ahmad Djuhara, IAI 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Endy Subiono, IAI., AA Sumardi Sandi Siregar, IAI Eko Alvares, IAI Muhammad Faqih Hendrajaya Bambang B. Nicolaus Simamora Bambang S. David Hutama Rizal S.Y. Tavip K. Mustafa Karnaya Sonny S. Yandi Andri Yatmo A. Adib Abadi Kemas Ridwan Kurniawan Paramita Atmodiwirjo Ilya F. Maharika, IAI Susinety Prakoso Agenda: Pembahasan hasil workshop sebelumnya Pembahasan standar pendidikan Instansi Kemristekdikti BSNP IAI IAI/UI APTARI/ITB APTARI/UI UI APTARI/UII UPH Hadir √ √ √ √ √ √ √ √ √ IAI IAI IAI IAI/UBH ITS UI IAI IAI IAI Nasional DPA DKA DPA DKA ex. DPA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pembahasan Sesi 1 Pembukaan Pengantar oleh penanggung jawab kegiatan Sambutan Ketua Umum IAI Tujuan kegiatan ini adalah merumuskan standar pendidikan dan kurikulum capaian pembelajaran dan juga mensosialisasikan standar pendidikan ini. Apabila UU Arsitek terwujud, perlu ada hubungan yang pas antara pihak asosiasi pendidikan arsitek dengan IAI. Diharapkan hal ini dapat membantu profesi arsitektur ke depannya dalam bersaing dengan pihak asing yang akan banyak masuk ke Indonesia nantinya. Paparan narasumber DIKTI Pada 2016 akan banyak saingan yang masuk ke Indonesia sebagai akibat dari AFTA. Program RPL akan diujicobakan di program studi arsitektur agar bisa ikut ujian dengan kualifikasi ASEAN agar dapat diketahui status pendidikan arsitektur berada di mana. Hari ini akan dilakukan koordinasi penyusunan kurikulum pt arsitektur khususnya profesi arsitektur. Saat ini ada magister yang berada di bidang akademis. Tapi apakah magister bisa memasukkan kurikulum pendidikan arsitek atau tidak? Apabila di magister, tetap harus mengikuti ujian profesi. Untuk pendidikan sekolah pendidikan profesi arsitektur, ada jalur 1 tahun profesi, lalu menjadi spesialis 1 dan spesialis 2. Apabila dari profesi ingin masuk ke magister terapan, selama institusi pendidikan menerima, dipersilahkan. Kemungkinan itu akan difasilitasi di SN Dikti yang baru. Kami menyarankan, setelah S-1 ada 1 tahun pendidikan arsitek dan IAI sebaiknya membuat badan untuk sertifikasi dengan computerbased test. Kami akan mengakomodir Bapak-Ibu yang mempunyai pengalaman menjadi arsitek karena sedikitnya SDM yang sudah siap berkompetisi di area global. Kepada IAI, kita dapat memanfaatkan Permenristek Dikti mengenai NIDK. NIDK relative sama dengan NIDN, NIDK akan digunakan untuk menyelesaikan kekurangan dosen di bidang arsitek dengan rekomendasi dari asosiasi. Kualifikasinya akan disamakan dengan S-2. Apabila jumlahnya sudah cukup, akan dilakukan pengecekan lagi. Khusus untuk kurikulum, flow chart tsb semestinya sudah dihafal. Sebaiknya kompetensi yang akan dibuat sebaiknya dapat diujikan dalam skala internasional. Apabila kurikulum berdasarkan standar ASEAN, anak didik kita akan lebih mudah berkompetisi dalam skala nasional. Pembelajaran selaras dengan penjaminan mutu. Tiga pilar utama pengembangan SDM Berbasis Kompetensi. Diharapkan IAI melakukan kegiatan dengan menggunakan latar belakang yang mengikuti kebijakan menteri. IAI harus mendirikan badan yang selevel dan legal untuk uji kompetensi. IAI sudah melakukan koordinasi dengan BAN PT dan sudah memiliki surat-surat dan badan hukum yang jelas. Sudah terdapat capaian pembelajaran yang lengkap, dengan nama jabatan, nomor kode, dsb. Dapat dijadikan referensi yang baik. Pada saat melakukan penyusunan, tolong tidak terpaku dengan mata kuliah yang ada sekarang. Paparan narasumber BSNP Siapa yang sebaiknya memberikan sertifikat profesi? Penyelenggara pendidikan atau pengguna? Standar internasional, yang mengeluarkan sertifikat profesi adalah asosiasi profesi. Respon dari pemerintah mengenai standar pendidikan adalah KKNI akan tetapi pemahaman mengenai KKNI tersebut masih kurang. Pengertian dari standar pendidikan adalah untuk menyatukan NKRI, bukan untuk menseragamkan. Dengan standar kita bisa memantau, menunjukkan tanggung jawab, meningkatkan mutu, dan memberi acuan pada stake-holder kita. Kenapa standar, karena kita hidup di era global. Pengertian standar di sini adalah kriteria minimal. Berarti apa kriteria minimal sebagai seorang arsitek profesional? Pengujinya di dunia profesi, belajarnya di dunia pendidikan. Cara menentukan standar pendidikan profesi. Sifat standar kriteria minimum ; fleksibel, dinamis, kontekstual, measurable, achievable. Fungsi standar adalah reference, government, guidance, planning, administration. Siklus pendidikan bermutu Permen 50 Th. 2014. Standar Nasional Pendidikan Tinggi Permen 49 Th. 2014. Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013). Standar Nasional Pendidikan Tinggi Permen 49 Th. 2014 (ukuran keberhasilan) Penilaian Pencapaian (panduan penyusunan) Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013). Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013) (Evaluasi Pelaksanaan) Penilaian Pencapaian. Pendidikan dan profesi adalah dua dunia yang berbeda. BSNP ada di dunia pendidikan. BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) ada di dunia kerja. RPL adalah penyetaraan. Tidak pernah mengikuti dunia akademik kemudian diuji di tempat uji kompetensi arsitek dan lulus, kemudian disetarakan dengan level misal. level 8, berarti setara dengan level 8 di dunia pendidikan. RPL muncul akibat banyak pengangguran dan tidak semua masyarakat bisa mendapat kesempatan pendidikan yang sama, ini makanya diadakan RPL untuk memberi kesempatan penyetaraan pada orang-orang non akademisi agar bisa memiliki penyetaraan. Standard an Kebijakan Dirjen DIKTI - UU Sisdiknas, 2003, PP 19 2005; pp 32 2013 . Permendikbud No. 49/2014 – SNPT (Keputusan Pimpinan Perguruan Tinggi). BSNP; Standar Nasional Pendidikan (SNP); Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Standar Perguruan Tinggi). Kerangka Kualifikasi Nasional Pasal 29, UU Pendidikan Tinggi 12 Th. 2012 Permendikbud No. 49 Th. 2014 Apa yang harus kita pelajari di database untuk mensasar stream profesi ini? Lebih lanjut, dapat dipetakan di KKNI yang memiliki 9 level. Stream database memiliki kompetensi umum ; kompetensi utama ; kompetensi khusus. Yang tidak boleh adalah pendidikan profesi juga mengeluarkan sertifikasi profesi, tetapi dia bekerja sama dengan asosiasi profesi. Bisa dikeluarkan sertifikat menyelesaikan pendidikan, bukan sertifikat kompetensi. Sesi 2 Paparan Tim Pokja mengenai profil lulusan, capaian pembelajaran, dan bahan kajian. Nama Ilya F. Maharika, IAI Uraian Profil lulusan dan capaian pembelajaran sudah memiliki indikator kunci yang kita sepakati bersama. Terdapat 3 dasar rekomendasi. Pernyataan profil lulusan : Perlu disepakati profil lulusan untuk PPAr terlebih dahulu. Ini menjadi kewenangan bagi masing-masing universitas. Apabila masuk magister, itu adalah opsi yang diberikan secara komprehensif. Apabila diturunkan ke sarjana atau dinaikkan menjadi magister, itu adalah konteks yang diawasi oleh APTARI. Lulusan PPAr adalah “Arsitek Muda” yang memenuhi 13 kompetensi IAI dalam taraf kedalaman spesifik, mempunyai kewenangan untuk melakukan perancangan arsitektur mandiri secara terbatas yang dibuktikan dengan SKA Arsitek Muda siap berkembang. Nama Uraian Rumusan Kompetensi Rujukan ( Penjelasan Profil). Untuk lulusan PPAr yang fresh graduate, belum magang, hal-hal yang didapat di level PPAr adalah dalam level memahami tetapi pada prinsipnya di kemampuan untuk memahami. Yang sudah sampai di tingkat kemahiran, bisa dilakukan secara full setelah magang. 13 kompetensi lulusan PPAr. Perbedaan lulusan PPAr dengan Arsitek Madya (pasca magang 2 tahun). Gelar dan Sertifikat. Disesuaikan dengan Permendikbud No. 81 Th. 2013 tentang ijazah keluar istilah sertifikat. Berdasarkan penjelasan Pak Ucok, seseorang mendapat ijazah setelah menyelesaikan pendidikan dalam tahap tertentu. Setelah mahasiswa lulus dari PPAr maka mendapat juga SKA Arsitek walaupun dalam kedalaman yang lebih rendah (diberi batasan). Tanpa SKA PPAr jadi tidak berguna. Nomenklatur Program Studi dan Gelar Kata kunci profil – level KKNI Rekomendasi Capaian Pembelajaran PPAr Terdapat 4 domain, yaitu sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan pengetahuan. Sesi Diskusi David Hutama Ilya F. Maharika, IAI Pada saat lulus PPAr mendapat SKA Muda. SKA Muda didapatkan setelah lulus atau apakah ada uji profesi dulu? Bagaimana jika ada universitas yang sudah memiliki 5 tahun pendidikan menerus? Di mana posisinya? Saat ini hanya yang 5 tahun yang bisa jadi arsitek. Ada keinginan forum untuk empowering PPAr karena itu produk dari IAI. Kalau tidak diberi kewenangan apapun, apa gunanya? Kita mengikuti dunia luar, 5 tahun + magang, baru menjadi arsitek. Dalam forum, IAI diminta memberi kewenangan. Apakah lulusan PPAr akan diberikan exit exam, atau ikut uji kompetensi lagi? Kami menginginkan begitu keluar sudah punya otoritas tertentu walaupun dalam batasan yang spesifik. Ujian dimasukkan atau keluar akan menjadi opsi. Yang terpenting adalah dalam proses pendirian PPAr, IAI harus ada. UU No. 12 tidak memungkinkan keluar langsung opsi 5 tahun. Dalam draft ada alur utama, kemudian muncul alur-alur alternatif. Saat proses assessment bekerja sama dengan IAI maka proses designnya harus yang menerus. Ahmad Djuhara, IAI Prof. Yandi Andri Yatmo Prof. Sandi Siregar, IAI Eko Alvares, IAI Ilya F. Maharika, IAI Paramita Atmodiwirjo Perlu ada standar, tapi tidak ada penyeragaman. Mestinya boleh semuanya, asal kita punya standar yang jelas. Kenapa tidak boleh, alasannya harus jelas. Jalan tengahnya adalah batas setelah 5 tahun. Topik itu tidak bisa dibicarakan sekarang karena isu yang dikeluarkannya belum ada. Menerus dapat menjadi melebur, atau menerus lanjut, itu belum didefinisikan. Saya mendengar ada istilah criteria competency yang kira-kira intrepetasinya adalah ijazah, tetapi ada 2 istilah ada di situ. Dibedakan juga dengan kriteria profesi. Bisa atau tidak pemahaman ini dipilah? 4+1 adalah jalan satu-satunya, bukan karena kita ingin 4+1. Silakan dilaksanakan program terakhir ini sebagai terpisah. Merancang sekecil apapun akan menggunakan teori aplikasi. Aplikasi yang mana? Subyeknya harus dapat berpikir runut, yaitu proses design, dan harus memahami proses tersebut. Bagaimana kriteria mengujinya? Mungkin dilengkapi dengan obyek, kriteria, dsb. Misal obyeknya : bisa menyusun rencana kerja untuk satu proyek nyata. Tolong dipikirkan juga bagaimana yang mengujinya. Ada SKKNI yang belum pernah kita lihat sama sekali dan akan bertransformasi menjadi uji kompetensi. Pekerjaan standar dosen dan tenaga pendidikan sudah menjadi soal sekarang. NIDK adalah untuk mengajak orang pensiun sehingga memiliki pengakuan akan kesetaraan. Ada kepentingan IAI dalam proses pendidikan. Bagaimana IAI bisa menyusun standar pendidikan dan dosen untuk profesi saja? 5 standar dosen dan standar pendidikan sebaiknya segera dibahas Yang dikatakan substansi atau kewenangan sampai di batas mana atau harus bisa kuncinya ada di SKA Arsitek Muda tersebut. Di dokumen Pak Didi disebutkan yang sudah spesifik sehingga dalam profil tidak disebutkan lagi tetapi hanya merefer kepada itu. Kita perlu pemahaman bahwa ini ada referensinya. Kemudian 13 kompetensi, memang harus itu. Karena untuk menjadi seorang yang punya SKA tentu harus punya kapasitas di level tertentu untuk 13 kompetensi ini. Karena 13 kompetensi itu dinilai 5 th + 2 th magang. Di universitas swasta tidak banyak resource. Peraturan untuk prodi baru tidak bisa dicapai, jadi bagi kita untuk memunculkan profesi ini adalah jalan tengah yang bagus karena resourcenya tidak terlalu excellent tetapi dalam rangka menghasilkan produk arsitek yang punya kualifikasi. Jadi PPAr yang 1 tahun adalah sebuah strategic through untuk memulai sesuatu di prodi arsitektur. Apakah s-1 akan diurusi atau tidak, itu adalah ketika bahwa sebuah universitas akan masuk membuat PPAr, maka harus diverifikasi untuk memiliki kewenangan membuka PPAr. Siapa yang memvalidasi belum dibicarakan. Fasilitas harus terpisah dari prodi lainnya terutama untuk modeling, sepertinya tidak bisa direalisasikan. Bisa dibuat standar saja. Ada kecenderungan di DIKTI untuk memagari prodi-prodi yang menumpang tetapi sebetulnya tidak punya apa-apa. Prinsip utamanya adalah kecukupan. Ilya F. Maharika, IAI A. Adib Abadi Ilya F. Maharika, IAI PPAr murni yang menguji universitas atau ini akan menjadi exit exam domain IAI? Kalau IAI punya badan akreditasi yang bagus dan mengawasi standar pendidikan, saya yakin bisa, karena mau di luar atau di dalam akan sama saja. Ini mengenai exit exam setelah 5 tahun pendidikan. Opsi 1: LAM memvalidasi institusi setiap 5 tahun (ideal bila sudah ada LAM) Opsi 2: PT meluluskan, lulusan diuji oleh IAI (sifatnya individu, datang ke IAI untuk diuji Opsi 3: IAI datang untuk menguji Penutupan oleh Ketua Tim Tindak lanjut dari kegiatan rapat ini akan diteruskan oleh Tim Pokja untuk memfinalisasi hasil ketiga workshop dan mempersiapkan sosialisasi ke berbagai perguruan tinggi. Rangkuman dibuat oleh : Gadisha Amelia Notulen Seminar Sosialisasi Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015 Tanggal Tempat Peserta : 6-7 November 2015 : Ruang Orchid I Hotel Grand City Makassar, Sulawesi Selatan : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Nama Peserta Prof. Yandi Andri Yatmo Ilya F. Maharika, IAI Paramita Atmodiwirjo Marwan Massinai, IAI Ir. Muaz Yahya M.T., IAI Dr. Ir. Ahda Mulyati Faizal Baharuddin Iwan Ponengo Mohammad Imran Dr. Indrabakti S.,S.T.,M.T. Santi Bachrun Kalih Trumansyahjaya Y.P. Erick A. Agus Kurniawan Linda W. Fanggidae Desak M.D. Sukma Widiyani Dr. Wasilah, S.T., M.T. Ali Amin Soewarno Syamsuddin Mustafa Judy O. Waani M. Asrianto Densi Pakhri Anhar Wiryawan A. Sukohedi Ariana Mayangsari Moli Don Ara Kian Frysa Wiriantari Sanusi Anwar, S.T.,M.T. Halim Naidah Naing Bambang Soemardiono Sayyid Quraisy, S.T.,M.T. Muh. Tayeb Baharuddin Annisa Rahman Instansi POKJA APTARI UI IAI IAI Univ. Tadulako UNTAG SMD ITM Tomohon STITEK Bina Taruna Univ. Palangkaraya Univ. Halu-Oleo Univ. Negeri Gorontalo Univ. Gorontalo Univ. Warmadewa Univ. Nusa Cendana Univ. Dwijendra UIN Alauddin Mksr Univ. Muhammadiyah Kendari Univ. Bosowa / Univ. 45 Univ. Sam Ratulangi Univ. Tomakaka Univ. Lambung Mangkurat Univ. Udayana UST, Jayapura Univ. Ichsan Gorontalo Unwira Kupang Univ. Dwijendra IAI Sul-Sel Sekolah Vokasi Arsitektur Univ. Muslim Makassar IAI UNKHAIR, Ternate UNKHAIR, Ternate Universitas Hasanuddin UIN Alauddin Makassae 36. 37. Faris Jumawan Abdul Rais Universitas Fajar Universitas Bosowa Agenda: 6 November 2015 o Pembukaan Sambutan penanggung jawab kegiatan (Yandi Andri Yatmo) Sambutan Ketua 1 IAI (Muaz Yahya) Sambutan perwakilan APTARI (Ilya F. Maharika) o Sesi 1 Pembahasan umum Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) dan alur pendidikan arsitektur Nama (Instansi) Yandi Andri Yatmo o Uraian Tujuan seminar ini adalah untuk mengetahui apa permasalahan di Indonesia Tengah dan Timur Kondisi di Tengah dan Timur berbeda. Di Barat, hanya akreditasi A & B yang diundang Kami mengharapkan setiap universitas menjaga hubungan dengan APTARI Pendidikan profesi merupakan kelanjutan dari pendidikan akademik Sarjana (poin 1 pasal 17). Setelah Sarjana S-1 barulah mengikuti pendidikan profesi Lulusan profesi berhak menggunakan gelar profesi. Gelar profesi diberikan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi Kerangka Kualifikasi Nasional harus diperhatikan agar terlihat bahwa jenjang profesi berbeda dengan sarjana (pasal 29) Sesi 2 Pembahasan profil lulusan, capaian pembelajaran, dan kurikulum Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) Nama Ilya F. Maharika Uraian Resource untuk membangun PPAr dibanding magister minim Pembahasan skema pendidikan profesi Posisi pendidikan sarjana dan profesi harus jelas. Skema pendidikan profesi tersebut dapat menjadi acuan kesetaraan dengan lulusan arsitektur di negara lain Sesi Diskusi Nama (Instansi) Pakhri Anhar (Universitas Lambung Mangkurat) Bambang Soemardiono (IAI) Muaz Yahya Uraian Apakah arsitek muda setara dengan SKA muda? Kalau mengikuti peraturan ini, kita tetap akan jadi buruh terus. Usul: SKA Muda tidak bisa digunakan mendapat lisensi SIBT, tetapi bisa menjadi anggota dari tim itu Lulusan PPAr seperti lulusan pendidikan notaris, sudah dapat melakukan praktik tapi lokal Sebaiknya tim ini juga meninjau kembali UU Jasa Konstruksi Mengapa 4 tahun tidak cukup? 1 tahun adalah biaya. Bagaimana orang-orang di daerah sebagai lulusan s-1 bisa melaksanakannya dari segi anggaran? Bagaimana dengan institusi yang tidak mungkin menyelenggarakan PPAr? Kenapa pendidikan S-1 tidak diberikan sertifikat kompetensi juga? Apakah ada ketentuan pemagangan? Perubahan lama masa ajar 5 tahun berubah dan tingkat kompleksitas pembelajaran diturunkan. Bukankah kita jadi merombak kurikulum prodi? Bagaimana kita merubah kurikulum S-1 dengan adanya PPAr? Saran: APTARI bisa memfasilitasi dengan memberi deskripsi mata kuliah tersebut Selama ini kita memakai 4+1 supaya bisa diakui ke Negara ASEAN, tetapi itu tidak diakui ke UIA. Apabila kita memperkuat 1 tahun ini maka akan menjadi dasar yang bagus. PPAr dapat dianggap setara dengan pengalaman kerja 4 tahun Yang diharapkan untuk masuk PPAr adalah dari lulusan 2009 ke atas. Belum pernah dilakukan evaluasi PPAr yang sudah dilakukan selama 6 tahun S-1 bertanggung jawab pada keilmuan, PPAr bertanggung jawab pada ilmu praktis. Pada saat merancang, kita juga akan meneliti. Dalam perancangan inovatif PPAr, kita akan melihat penelitian mahasiswa dalam pendekatan design seperti apa Bila lulusan PPAr mendapat Arsitek Muda maka PPAr akan menjadi menarik Arsitek Muda dapat melaksanakan magang dengan mengerjakan proyek sendiri (karena sudah bisa) tetapi di bawah bimbingan arsitek profesional Kalau alur ini tidak diikuti, ada durasi waktu tertentu yang harus diikuti dan cukup lama untuk setara dengan 1 tahun ini. Hasil rumusan UU dapat dimasukkan ke standar kompetensi Apabila di semua prodi sudah di level 7, bukankah PPAr Don (Universitas Katolik Mandira Kupang) Naidah Naing (Univ. Muslim Makassar) Judy O. Waani (Sam Ratulangi) Kalih Trumansyahjaya (Universitas Negeri Gorontalo) menjadi sama saja dengan S-1? Bagaimana konteks penggeseran mata ajar S-1 yang seharusnya ada di PPAr? Bagaimana tanggung jawab IAI dan APTARI pada saat program PPAr diaplikasikan ke prodi? Perlu ada kesamaan mengenai profil lulusan PPAr, apa yang membedakan dengan lulusan S1 Bila yang dianggap Arsitek adalah yang ber SKA, maka di NTT hanya ada 15 orang. Selama ini Sarjana Arsitek merasa tidak penting untuk mengurus SKA PPAr menjadi jembatan yang sangat baik untuk mendapatkan SKA Muda Apakah bisa ada penyederhanaan proses? Mahasiswa akan ditawarkan pada pilihan, profesi, S-2, atau tidak melanjutkan. Bagaimana apabila diwajibkan? Selain itu mahasiswa juga mendapat SKA. Hal ini dapat menjadi keuntungan bagi mahasiswa. PPAr sebaiknya melakukan sosialisasi kepada mahasiswa dan dunia pendidikan yang lebih luas Profil lulusan di prodi masing-masing. PPAr menghasilkan arsitek dengan kualifikasi siap bekerja. Adakah kemungkinan tumpang tindih antara S1 dan PPAr. Materi kuliah yang diusulkan untuk PPAr banyak yang sudah diberikan di S1 selama ini. Usul agar PPAr lebih berupa praktik, tidak selalu beban sks tatap muka. Bagaimana posisi SKA Muda terhadap jenjang SKA yang ada selama ini (Pratama, Madya, Utama)? Apabila ingin meningkatkan kualitas lulusan S-1, kenapa tidak diwajibkan melanjutkan ke PPAr? Ada pembatasan berlakunya SKA Muda Masalah di luar pendidikan arsitektur, UU No. 12 pasal 28 mengenai gelar profesi dinyatakan tidak sah apabila dikeluarkan oleh yang tidak berwenang. Apakah ada peluang untuk organisasi lain membuka kesempatan untuk mendapatkan gelar profesi? Masalah di dalam pendidikan arsitektur. Standar UIA adalah standar yang sama di Eropa, di Amerika, di Indonesia. Ada masalah SDM dalam menetapkan kemampuan yang sama untuk seluruh Indonesia. Alur yang diusulkan merupakan pilihan bagi arsitek. Bisakah tidak melihat alur PPAr sebagai beban institusi? Institusi menyiapkan dan bertanggung jawab mengenai alur untuk arsitek bertanggung jawab ke tingkat yang lebih tinggi. Alur disiapkan, tetapi mahasiswa diberi kesempatan untuk memilih S-1 dibuka tahun 2010, baru ada 2 lulusan. Dari pendidikan arsitektur S-1, ditambah 1 tahun profesi, apakah ada overlap antar keduanya? Perlu dirumuskan standar pendidikan yang dapat dipenuhi oleh PT di wilayah timur. Apakah ada tim pengajar dari pihak asosiasi? Linda W. Fanggidae (Universitas Nusa Cendana Kupang) Dr. Wasilah, S.T., M.T. (UIN Alauddin Makassar) Iwan (Tomohon) Wiryawan (Udayana) Indra (Palangkaraya) Baharuddin (Unhas) Aisyah Rahma (UIN Alauddin Makassar) PT dapat memilih akan membuat PPAr atau tidak, tergantung jumlah SDM yang tersedia Selama ini pendidikan 4 tahun berisi materi pendidikan 5 tahun sebelumnya sehingga sangat membebani. Tetapi tetap mengejar tuntutan kompetensi. Beban kurikulum adalah mata kuliah studio, gambar, yang menuju ke mata kuliah profesional. Kurikulum pendidikan arsitek tidak terlalu perlu bila bisa dimasukkan ke dalam S-1. Bagaimana sinkronisasi pendidikan akademik dengan pendidikan profesi? Apakah caranya dengan 4 tahun itu diringankan? Mata kuliah studio, gambar, dipindah ke profesi. Capaian pembelajaran PPAr masih terasa berat, apakah tidak diberikan ke akademik aja? Kurikulum dimasukkan dengan acuan Al-Quran dan Hadis. Apakah ada standar sendiri sehingga hal tersebut bisa menjadi standar juga? Prodi arsitektur sudah terbagi jurusan (peminatan). Bagaimana menstandarkan hal itu? Posisi PPAr pada skema 1-7 ada dimana? Kewenangan yang dibuktikan oleh sertifikat menjadi masalah, karena diberikan setelah dia lulus. Akan ada orang yang lulus tetapi tidak diberikan sertifikat keahlian. Cukup sampai dia adalah Arsitek Muda yang memiliki standar kompetensi. Arsitek Muda ditentukan oleh PPAr. Material mengenai rekomendasi bahan kajian PPAr perlu diinformasikan lebih lanjut Capaian pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah. Perlukah ada mata kuliah yang berkaitan dengan sikap? Keterampilan umum dan keterampilan khusus? Diperlukan panduan rekomendasi capaian pembelajaran Level dalam uji kompetensi tidak sama Kompetensi yang berhubungan dengan keterampilan khusus? Bahan kajian setelah revisi kurikulum tidak cukup. 1 bahan kajian hanya boleh masuk di 1 mata kuliah, sebaliknya 1 mata kuliah boleh lebih dari 1 bahan kajian. Bagaimana tercapai kompetensinya? Dengan membuat banyak bahan kajian. Apa yang membedakan perancangan 1 dan 2? Bagaimana dengan tenaga pengajar? Tenaga pengajar dari profesional dapat dikategorikan menjadi dosen home-based asalkan memenuhi kriteria Paket belajar di PPAr dengan kontrol kedalaman (tahu, bisa, mahir) Tahap mahir sudah bisa mendapat SKA Pratama dengan indikator proyek yang sudah dikerjakan. Bagaimana menilai proyek? Berdasarkan kuantitas atau kualitas? Penutupan Kegiatan Hari I Rapat akan dilanjutkan di Hari II jam 08.00 WITA 7 November 2015 o Sesi 3 Pembahasan Standar Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) Nama (Instansi) Paramita Atmodiwirjo Uraian Standar pendidikan memiliki peran sebagai acuan untuk diikuti semua PT, untuk pedoman pendirian prodi dan untuk penjaminan mutu. Standar disusun dengan mempertimbangkan pedoman yang sudah pernah disusun IAI (Buku Merah) Mengacu pada SNP dan SNPT, terdapat 8 standar pendidikan untuk PPAr Sesi Diskusi Nama (Instansi) Pakhri Anhar (Universitas Lambung Mangkurat) Bambang Soemardiono (IAI) Don (Universitas Katolik Mandira Kupang) Uraian Bagaimana dengan magang? Kedalaman pembelajaran Apakah proses pembelajaran yang dilakukan mahasiswa mandiri? Sejauh apa mahasiswa mendapat feedback? Orang yang menjadi reviewer eksternal sebaiknya juga memiliki sertifikasi sehingga kompetensinya terukur Bagaimana pengertian kualifikasi yang tepat? Bagaimana dengan universitas dengan dosen yang tidak memiliki sertifikasi IAI? Bagaimana dengan adanya instruktur internal dan eksternal? Dosen yang berpengalaman sebagai praktisi tidak bisa mendapat SKA. Bagaimana dengan ini? Apabila harus bersertifikat madya, berarti reviewer tersebut eksternal. Pengalaman kualifikasi dosen sebaiknya diputuskan oleh IAI sehingga menjadi kebijakan IAI Ijazah PPAr diproses institusi, sertifikat dikeluarkan oleh IAI Mekanisme pemberian sertifikat diserahkan pada IAI Penundaan nomenklatur? Semester pertama mempelajari inovasi desain, semester dua mempelajari detail desain Pekerjaan Arsitek Muda tidak terlalu kompleks, tapi sebagai mahasiswa harus memahami detail-detail kompleks Tenaga pengajar di PPAr disebut instruktur, bukan dosen Di tempat kami ada 2 mata kuliah kerja praktik. Yang pertama mahasiswa pergi ke konsultan, yang kedua praktik lapangan (pelaksanaan fisik). Di PPAr ditekankan yang mana? Simulasi merancang proyek nyata akan lebih spesifik dalam pembelajaran mahasiswa Nama (Instansi) Baharuddin Muaz Yahya (IAI) Rangkuman dibuat oleh : Gadisha Amelia Uraian Kualifikasi dosen dan struktur studio Bagaimana bila IAI yang memberi pilihan mengenai reviewer eksternal? Dosen PPAr dipisah dengan instruktur. Sebaiknya mencari dosen yang sesuai dengan kriteria tersebut Mendapatkan ijazah adalah penyelesaian proses Bagaimana dengan peraturan dosen sebagai S-2? Bisakah dibedakan dosen sebagai pengajar, pembimbing, dan pengelola. Apakah dosen PPAr sebagai pengajar sekaligus instruktur? Peraturan mengatakan bahwa UT terakreditasi dapat menyelenggarakan PPAr IAI berkewajiban memberikan SKA Pengaruh organisasi lain pada pemberian sertifikat akan mempengaruhi masa studi mahasiswa. Apabila lembaga pendidikan yang mengusulkan, maka dapat dianggap sudah selesai. SEMINAR SOSIALISASI 12-13 NOVEMBER 2015 Hari/Tanggal : Kamis / 12 november 2015 Waktu : 15.00-selesai Tempat : Ruang Rapat Hotel Santika Peserta Rapat : Anggota IAI dan APTARI Daftar pertanyaan dan jawaban 12 November 2015 a. Unsi : Apakah bisa membuka Pp ars sendiri di universitas? Jawab ; Bu darmita , tidak bisa adanya jalur khususmisal rasio dosen 1 :12, bagaimana kita mencari dosen dimana memiliki keahlian melalui RPL , walaupun tidak menggambil master tetapi dengan kemampun yang dimiliki dapat dinilai setara dengan dosen. Pendidikan arsitektur tetap ada, ada yg sudah terlanjur master tapi dia belum mengikuti PPAr, dari profesi bisa ke akademik, tapi jalurnya lebih panjang dan lama dan khusus untuk program arsitektur khususnya alur desain. Dengan adanya PPAr memungkinkan adanya dosen pada universitas kecil yang sudah punya rpl (pengalaman) 4s1 +2 magister b. Buat apa mengambil PPAr kalo lulus bisa langsung kerja ? Jawab ; Interpretasi PPAr sangat banyak, rakernas PPAr di Ancol, dimana program profesi berjalan. Mereka boleh mengajukan hasil kerjanya , sehingga mereka berhak mengambil ska. PPAr bermasalah ketika mereka tidak punya uang, apakah harus diambil setelah lulus (setelah 2009). Akan tetapi program ini tidak laku, tetapi kenapa dipaksa, padahal S1 5 th. Solusinya bagaimana kalo perguruan tinggi menambah 1 th yang kemudian dinamakan program profesi “ untuk menamkan program ini” sehingga lulusan bisa diakui. Program profesi ini berhasil diakui di Asean, programprofesi pada rakernas bisa dilakukan dengan bekerja 4 Th + 2 th (magang) sebelum dia ujian SKA, bisa mendesain. c. d. e. f. kadang-kadang yang telah memiliki SIPP, hanya Pak Jaya; Ada dua dunia, kampus dan profesi, pada saat merekrut orang, tidak peduli memiliki gelar apa, tapi batasanya bagaimana dia mendesain misal dari yang sederhana bagaimana dia bisa mendesain toilet. Tidak peduli belajarnya dari mana yang penting kemampuannya. Sebab yang dibutuhkan adalah skill untuk menghadapi dunia nyata. Terutama mengenai keselamatan manusia, misal membuat tempat karaoke dimana unsur fire exit sangat diperlukan, itulah persyaratan. Sekolah 5th, Ada 2 th pemagangan, tidak secara spesifik dijelaskan. Yang dilihatat adalah lulus ujian SKA atau tidak. Tidak mau terjerat dalam lilitan birokrasi. Pak Adi ; Bagaimana dengan program magister yang sudah dicangkokkan dengan S2, karena ijazah yg keluar hanya 1 aja, bagaimana konsekuensinya? Jawab ; Hal tersebut merupakan option lain, dan nantinya IAI akan merekomendasikan memberikan dosen yg berpengalaman Ririn UIA; Mengapa pendidikan 1 th hanya melengkapi, kenapa 1 th disendirikan sebagai program baru??? Profesi tidak boleh disamakan dengan master? Jawab; Pak tomi : Terkendala dengan undang-undang , ada kekhawatiran kalo pendidikan 5 th karena dianggap lama, dan akhirnya hanya sedikit mahasiswa yang masuk arsitektur Rini : Bagaimana kalo ada mahasiswa lulusan ingin melanjutkan profesi tapi tidak ingin tambah 1 th? Jawab; Pak Tomi : bisa tp harus ada pengalaman + ujian tapi waktunya lebih lama, melalui IAI. Pak agus : Kenapa di Indosnesia membuat undang-undang yang merepotkan diri sendiri?? Saran; peraturan yang sederhana jangan dipesulit, g. Sally, UPH ; Arsitektur butuh 5 th, kerancuannya akan lebih lagi kalo diagram diterapkan, pak hendra telah menegaskan, kalo dia tidak mengerti toilet dia tidak akan berpraktek?? Garis putus2 perlakuannya seperti apa, bagaimana disejajarkan dengan dokter? Jawab ; Pak hendra tadi telah menjelaskan, ada jalur pendidikan formal/ akademik , apakah lulus jalur tersebut atau tidak, banyak yang profesinya tidak sesuai bidangnya, garis titik2 bukan jenjang vertikal , kalo di luar semua yang M. Arch profesional...., kalo di Indonesia belum tentu... dengan kata lain Mars nanti yang akan dibangun harus profesional. Pak Jaya; pendidikan di indonesia unik, di Uae aturan diserahkan ke negara, kalo undang2 berubah nanti menyesuaikan, apakah ijazah bisa diakui dikti, kalo ada perubahan akan direvisi, uu berlaku umum tidak hanya 1 perguruan tinggi saja, standar yang digunakan adalah standart minimal yang bisa diterapkan didaerah2, dengan adanya usulan” 1. 2. 3. 4. Rekomendasi pernyataan profil lulusan Kemampuan menghasilkan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika, persyaratan dan kelestarian lingkungan Pemahaman tentang sejarah dan teori Pengetahuan tentang senirupa dan pengaruhnya Memahami hubungan mannusia dan bangunan gedungdll Kerja praktek di tempat-tempat yang ditentukkan di IAI Saran Yang dilihat kompetensi bukan gelarnya, yang masalah di S2 satu gelar tp keahliannya beda-beda. Singapore hanya 30 % yang jadi arsitektur. Pii lebih gesit, undang-undangnya sudah ada. Dengan memilhat fenomena yang seperti hukum, advokat, notaris. Di korea, semester 3 sudah jelas, mau diarahkan kemana tetapi di Indonesia berbeda. Kenapa kita tidak seperti prodi kedokteran? Berharap mengisi kekosongan yang sangat besar. Materi diskusi sesi malam 12 November 2015 Rekomendasi capaian pembelajaran PPAr Daftar pertanyaan dan jawaban 12 November 2015 SESI Malam (pukul 19.30) h. Pak Sahid, UPJ; Berkaitan dengan ibu dari dikti, kalo yang dikedokteran antara S1 dan profesinya menjadi satu kesatuan, apakah benar demikian? Antara s1 dan profesi menjadi satu kesatuan misal dikedokteran, ada peluang kita juga misal dengan 6 tahun bisa dapat dua2nya, kendala ada problem waktu terlalu lama tapi tetap mau juga Jawab; Pak Adib : Sebetulnya kalo teman2 kedokteran, kalo ingin profesi daftar lagi dan tetap dalam satu prodi, dengan uang kuliah yang berbeda dan mendaftar ditempat yang sama. Yang menguntungkan mereka, selain ada undang-undang dokter ada undang-undang kedokteran. Di undang-undang disebutkan pendidikan arsitek 5 th. Prodi lama berkurang dan rasio dosen berubah. Kedokteran profesi awal yg dibuka. Kemudian ada notaris , akuntasnsi. i. Ratna Amanarti, Univ.Riau; rpl ; syarat calon dosen yang mengetes siapa yang mengeluarkan sertifikat siapa? Jawab; Rpl keluarnya dari dikti, universitas bekerjasama dengan organisasi profesi, ada kriteria yg dikeluarkan. Atas usulan organisasi profesi akan dikeluarkan nidk (nomer induk dosen khusus). Ada turunan yg dikeluarkan iai, dibuat saat ini sistemnya. Sertifikat profesi oleh perguruan tinggi, sertifikat profesi oleh profesi/iai. 144 sks sesuai kurikulum 96. Di IAI, ada dewan profesi yg mengatur soal keprofesian madya dst. Iai menyediakan dosen dan dikelola iai nas, mou perguruan tinggi dan iai, dimana sdm daerah lebih diprioritaskan. Dimana biaya nidk sesuai standart daerah. j. Perguruan Tinggi dan PPAr, ada sekolah vokasi, d4 dan s2, keberadaan d4 jika ada, apakah langsung masuk atau ada matrikulasi? Jawab; Diakomodir d3 menjadi d4 dan d3 menjadi s1, dimana sdm semakin berkembang, tergantung kebutuhan masing-masing. Mereka bisa masuk jalur profesi, dimana ada ujian penyetaraan, mata kuliah yg diakui untuk bisa masuk kesana jadi ada matrikulasi dan rekoknisi. Dimana d3 kompetensi drafter, kalo d4 applier. Kriteria belum tercantum, tapi kriteria akan dikembangkan dari s1 dan tidak ada di d4. Pak Adib; ada d4/s1; tergantung gabnya, pencapaian tergantung dan dapat diisi saat matrikulasi, sangat tergantung pd masing2 perguruan tinggi melakukan evaluasi, bisa satu semester bisa satu tahun.Di qua tidak semua gap disampaikan, apakah level d3 dinamakan sebagai teknik gambar, dimana d4 diploma menggambar arsitektur dan tergantung masing2 daerah d3nya, misal d3 teknik bangunan. Dapat diluruskan juga, dimana berbakat diterapan d3 ke desain, dimana disarankan menjadi sarjana dan profesi. Pak taufik,D3 harusnya lebih banyak dari arsitek minimal sama, harusnya d3 cukup banyak tapi kenyataan kebalikannya, karena animo pendaftarnya, tapi sebetulnya dalam dunia kerja d3 banyak. Mengenai PPAr, ada disetiap daerah, minimal ada lembaga yg membuka profesi arsitektur, misal di Bengkulu dan daerah timur2, iai akan mengerahkan sdmnya ke timur. k. Apakah setiap program arsitektur punya PPAr, ?? Sistem dibuat untuk merapikan sistem berikutnya, incorrectment, supaya lulusan arsitek di aceh sama dengan lulusan didaerah lainnya. standart dibuat supaya semua dapat meningkat kualitas dimana standart dibuat seminimal mungkin. Jawab ; Pak dayat, tidak semua arsitek butuh ska, misal sebagai asisten, harus dibuat standart , yang menjadi permasalahan adalah diswasta, misal ada program apa sangat susah. Pp ars adalah wadah untuk menambah satu tahun, Saran Persayaratan dari dikti harus jelas, supaya universitas tidak mengalami kebingungan. Terutama universitas-universitas di luar Jawa. l. Pak Basuki, Unpar; Arsitek kita harus diakui internasional, 4th sebagai sarjana arsitektur dan 1 tahun sebagai profesi= arsitek. Bagaimana daerah mendirikan sarjana arsitektur atau profesi?? Perguruan tinggi yang memiliki ijin tersebut, kualifikasi pendidikan profesi arsitek harus sama. Jawab; Pak Adib; ke pak basuki; semangatnya sama untuk mengupgrade semua b jd c , c jadi b dst. Dosen s1 boleh mengajar tegantung kompetensi. Yang dialami Unika sama dengan Itb, dimana yg dilihat bukan magisterny tapi studionya tingkat 1 sampai 5. Assesor ingin melihat bagaimana kualitas profesi s1 terhadap cara mengajarnya, kualifikasinya. Dikti akan memberikan karpet merah mou untuk mereka yang telah membuka, passing grade / akreditasi harus naik. Lembaga luar mau mengakreditasi kalo bannya a. Jadi harus dituntun kualifikasinya baik dan lulusan arsitek kalo harus diserap pasar m. Yang menentukkan PPAr harus akademisi siapa? Dihitung2 ada 50 perguruan tinggi, bagaimana nasih univ. Yang gradenya masih c, ini tidak adil...?? bagaimana univ yg ada didaerah2....jangan sampai ada kendala yang mencekik kita sendiri... n. Pak Ardianto, Unika Semarang PPAr diadakan di s2, tapi sertifikat kesuliatan di sertifikat. Lulusan s1 masuk ke bidang arsitek tanpa harus adanya PPAr. Disisi lain, PPAr kebutuhan dunia, tapi dari segi akreditasi banyak yg belum ... o. Pak Murah,iTS; berorientasi pendidikan 5th , apakah tidak menjadi bumerang. Kalo perguruan tinggi tidak bisa mendirikan PPAr , sasaran digeser menjadi pendidikan arsitektur. Perlu adanya kemudahan dalam proses menjadi profesi. Tidak perlu dicatat dalam nidn Jawab; Pak indrajaya; lulusan PPAR kemana harus pergi?? Misal di ui setelah wisuda, banyak yang galau dan larinya sekolah lagi. Setelah lulus PPAr juga tanya mau kemana, berarti itu hanya pelarian saja. Tidak semua mahasiswa arsitektur jadi arsitek, hanya 20%, sisanya diluar. Intinya tidak semua lulusan arsitektur menjadi arsitek. Apakah d4 bisa langsung ke profesi, arsitek bukan builder. Builder ilmu teknik. D4 diisi dengan pelajaran teori-teori misal filsafat, antropologi jd dia tidak hanya memiliki kemampuan membangun tapi apa yang tidak kelihatan. Kemahalan fee arsitek karena ilmunya. Diarsitek diajarkan tentang space, tidak keliahatan tapi dapat dirasakan. Yang diciptakan arsitek dengan builder. Tidak semua arsitek butuh ska. Produk arsitektur lebih banyak produk individual, kalo yg mendapat penghargaan orang lain , karena yang mendapat pengharagaan orang lain. Program profesi adalah pilihan bukan kewajiban. p. Setelah kami lulus PPAr, apa yang dilakukan? Kita berada di 2 alam , akademis dan profesi, magang 2 tahun di lembagakan. Dimana iai menyediakan tempat dan akademi memonitoring, dengan demikian setelah 3 th mendapat ska karena menjadi lebih nyata. Saat magang ada biayanya, dimana saling menguntungkan -rekomendasi capaian pembelajaran; akan menyesuaikan dengan kode etik ikatan arsitek indonesia. q. Sewaktu membuat kurikulum aptari, alumni, stakeholder dan mahasiswa itu sendiri. Banyak keluhan dari mereka setelah lulus s1 langsung bekerja, dimana s1 hanya konsep. Akhirnya kurikulum yg ada di s1 adalah konsep yg dapat siap kerja . efektifitasnya sampai sejauh mana?? r. Pak Ashan, Ums; semua prodi sudah membayar , kalo bisa dosen yg s2 dimudahkan mendapat ska. s. Pak nafi, setelah PPAr mau ngapain? Jadi arsitek harusnya. Dari segi keprofesian setelah mendaftar PPAr, mendaftar anggota iai, misal harus magang dimana ketentuan2 telah ada di iai. Di iai ada wawasan keprofesian. Guidences ada di panduaan iai. Mengenai kegalauan , setelah lulus s2 bisa tidak ikut PPAr, ?? selain keinginan menjadi dosen juga ingin menjadi arsitek. Dosen dimudahkan dalam mendapat ska, apakah dosen ingin menjadi profesi? Maksudnya dimudahkan dalam segi biaya/ prosesnya.. lpjk diterima sebagai tenaga ahli. Sertifikat dari lpjk, misal ada dewan lain yg menyelenggarakan, asal kompeten keluar skanya. Ska arsitek paling susah dan rumit, madya arsitek minimal rumah tinggal arsitek. Uai mengacu arsitektur, kkni menjadi panduan s1 . jika ingin memasukkan kekhasan bisa tapi jangan membebani mahasiswa. t. Pak Basuki; rekomendasi; kita akan mendidrikan akademisi 4+1 atau profesi 5th? Jawab Pak Adib; Tidak perlu dibuat prodi baru , ini hanya rekomendasi untuk disampaikan ke dikti. Program vokasi bisa linknya ke engineering. u. Bu Ririn; kompetensi yang dilakukan standart? Jawab; Sarjana dia cendikia, kalo magister ahli. Bukan mata kuliahnya tapi level kedalamanya. Silabus menjadi titik tolak dimana disilabus merupakan guidenes. Dengan hal kualitatif bisa mendapatkan kompetensi SOSIALISASI APTARI IAI 12-13 NOVEMBER 12-13 NOV.2015 Hari/Tanggal : Jumat / 13 November 2015 Waktu : 08.00-11.00 Tempat : Ruang Rapat Hotel Santika Peserta Rapat : Anggota IAI dan APTARI Pokok pembahasan : Standart PPAr, Peserta PPAr dan Monitoring dan Evaluasi oleh IAI A. Roni Gunawan, Uk Pertra Sby, pada pendidikan satu tahun mendapat pendidikan muda, setelah itu masuk . andaikata dalam satu tahun disimulasikan 6 bulan kuliah 6 bulan magang, kemudian biro di balik, jakarta atau singapura. Apakah massa magang 6 bulan bisa mengurangi masa profesi 1 tahun? Program PPAr memiliki program kuliah terpisah dengan prodi lain? JAWAB Pak adib; sudah ada mou untuk dibentuk LAM, sudah disiapkan formatnya. Persoalan LAM mengenai keterwakilan berapa persen dari IAI dan APTARI Pak Eko; sudah ada LAM arsitektur. Dikti telah mensubsidi sebesar 50 juta. Suka tidak suka telah menjadi aturan. Magang 6 bulan tidak bisa mengurangi waktu PPAr. Pak hendra; bagaimana kita memasukan magang pada program profesi, dulunya pernah disetujui, jika pemagangan masuk dalam kategori yang telah diberikan oleh IAI. Dimana ada rekonsiliasi antara AAI , dikti dan PT. B. Pak Agung Dwi, Undip ; katanya yang pendidikan setara yang diakui dalam level internasional hanya di UI terus di UNDIP bagaimana, kita sudah susah-susah disini tetapi tidak diakui? Saran : gelar harus jelas, sarjana arsitek atau arsitek. PPAr bisa magister bisa sarjana, pola magister yang bagaimana untuk dapat menjadi PPAr? Ada panduan yang bisa diacu.. JAWAB Pak Adib; mungkin bisa melompat tapi harus melalui kriteria. Hanya 14 yang diakui dikti. Ide menarik untuk membangun perwilayah seperti kopertis wilayah. Dimungkinkan adanya pts bergabung untuk membentuk PPAr tapi kendalanya apakah mereka bisa bergabung. Pak eko, 20% harus bikin PPAr, Pak eko, untuk universitas yang telah memiliki PPAr yang telah memilki Mou akan dipermudah dalam pelaksanaan yang baru. Dimana PPAr berdiri sendiri, terpisah dari prodi. Pak Eko, perancangannya di cek apakah studio memenuhi sksnya. Dimana studio 200 menit. Semakin lama IAI daerah semakin penting. Uji kompetensi oleh IAI. Pak Hendra, pendidikan arisitektur berbeda-beda tapi tergantung pada kretifitas mahasiswa juga. C. UMS, perlu identifikasi masalah berdasarakan persyaratan PPAr, dimana kendala masih banyak terutama untuk PS menengah kebawah, misal gaji, ruangan terpisah untuk dicari jalan keluar dan dipetakan misal melalui kerjasama 2 ps apakah bisa? Bagaimana metodenya? Bagaimana uu yang tidak menyulitkan semuanya? Kalau di buka PPAr bagaimana prosesnya ? Jawab Pak Adib: kendala-kendala memang ada mengenai PPAr, pada tahun 2016 dimana economic ASEAN sudah masuk, Pak Hendra, ada kesan kekhwatiran keharusan untuk membuat program profesi, tidak harus program 5 th tapi bisa melalui master desain dan program vokasi.Didalam uu ada L2 dikti ( kopertis yang bertranformasi) . di BAN akan membuka cabang di L2 dikiti, disini akan mempermudah D. Pak Basuki; tidak semua pt mendirikan PPAr. Apakah harus prodi atau terbuka program profesi 5 th ? apakah yang di Magister bisa diakui sebagai program profesi? Jawab Pak Adib; UU yang menyatakan program harus 5 tahun, belum disyahkan. Pak Hendra; program 5 tahun, harus jelas dimana pada program 4 th atau harus lanjut 1 tahun. E. Pak Grek, Ukdw; kalo sosialisasi berarti sudah fix programnya. Diskusi kita masih pada wilayah administratif, uu berfungsi untuk melindungi arsitektur untuk menghadapi MEA, apakah disini kita punya standart nasional sendiri? Dimana dikti mengejar aturan normatif, kita tidak punya national building coach. Kesiapan dari stakeholder, apakah IAI punya standartnya apa belum? masalah administratif, IAI dan dikti harus tahu juga tentang PT di Indonesia? Syarat PPAr minimal 6 dosen, Jawab Pak Adib, sosialisasi ini bukan akhir tapi masih ada proses F. Pak Jarwa, UII; diskusi yang terjadi seperti FGD, berdasarkan hal.25 tentang standart proses. Pelaksanan pembelajaran dapat berupa tutorial dll. Untuk metode pembelajaran apakah diserahkan pada masing-masing perguruan tinggi, apakah praktek perancangan di kampus atau diluar dosen? Misal 6 dosen PPAr , 3 dosen tetapdan 3 dosen luar, apakah studio bisa di biro? jika PPAr didirikan dan mahasiwa hanya 1 orang , bagaimana kelanjutannya? Bagaimana informasi 5 tahun dipahami mahasiswa dan orang tua. Jawab Pak Adib; Pada saat sambutan diberi gambaran mengenai sistem 5 tahun, Pak Hendra; sebaiknya pembelajaran dikampus, jangan diluar kampus. G. Pak Murah, ketua harus membatasi batas diskusi sejauh mana, apakah administratif atau bagaimana? Seperti dalam 4 th meninjau kurikulum. Apakah s2 perancangan dapat diakui sebagai profesi? Kalau iya, bisa dicantumkan atau tidak? Jawab Paramitha, UI; Dalam pertemuan dengan prodi arsitektur wilayah timur, telah disepakati adanya PPAr. PPAr tidak harus dibuka di setiap universitas tapi tergantung kesiapan universitas mana yang telah siapa. Dengan adanya PPAr, kurikulum PT harus di tinjau kembali. Jalur S2 apakah bisa dianggap sebagai program profesi, ini merupakan alternatif solusi tapi dengan persyaratan khusus, Pak Eko, uji kompetensi kuncinya, SKKNI Pak Hendra, tidak semua mahasiswa akan atau ingin menjadi arsitek profesional. H. Pak Greg, sosialisasi tidak konstruktif? Jawab; Pak Adib, soasialisasi kali ini untuk menampung pendapat dan saran untuk ditindaklanjuti dengan DIKTI dengan program 5 tahun. Dengan adanya PPAr apakah tidak termasuk dalam prodi S1 atau berdiri sendiri. Bu Mitha, kembali pada rekomendasi alur pendidikan (hal.14 dan 15) revitalisasi bidang ilmu, dimana ada rekomendasi alur utama dan alur alternatif yang direkomendasikan pendidikan arsitektur. Magister memiliki muatan profesi, sistem pendidikan tahun ini tidak memungkinkan didapatkan 2 gelar, pendidikan arsitektur atau arsitek? Dan indosnesia belum mengakomodir tentang ini. Bagaimana prosedur pendirian PPAr. I. Pak Maskur, Borobudur; kita kurang ada keberanian. Perguruan tinggi di Jawa dan di luar jawa berjalan dengan baik, kalo berdasarkan data berapa orang yang bisa bersaingan dengan MEA hanya 50 dan yang punya SKA hanya 500. Apakah IAI mampu bekerjasama dengan PT kecuali perwilayah. J. Bu nina untar, dari hasil di Makasar dan di DEPOK berapa bannyak yang bisa dijadikan 4 +1? Rata-rata PT disini, Ska dibutuhkan , karena kondisi bukan karena IAI. Dulu ada dewan keprofesian, setelah pindah ke LPJK, ketentuan untuh ahli pendidikan minimal d3, .. Pak Tarkib, Mengenai uu arsitek , jangan dilupakan karena takutnya uu arsitek dibuat oleh orang yang tidak paham mengenai dunia arsitek, sekarang uu jasa konstruksi sedang direvisi. Masukkan Bu Mitha ke email [email protected] Rangkuman pertanyaan penting 1. Apakah kita akan membuka prodi baru atau menggabungkan dengan prodi arsitektur yang sudah ada ? 2. Bagaimana kesiapan perguruan tinggi untuk PPAr terutama di Perguruan Tinggi di luar Jawa? - - Kesimpulan Rapat Sosialisasi Implikasi dibukanya PPAr, dapat meningkatkan mutu pendidikan arsitektur di Indonesia, dimana kita memiliki visi dan misi yang sama sehingga dapat bersaing dengan dunia luar. Tantangan-tantangan yang ada harus dapat disikapi dengan baik, misal dengan adanya MEA kita harus berusaha semaksimal mungkin. Melalui masukkanmasukkan yang ada dapat dikerucutkan menjadi rekomendasi. Dari POKJA Sasaran dari pertemuan kali ini untuk menggali informasi, dan menampung masukkan-masukkan yang nanti akan diteruskan pada pleno yang lebih besar. Mudah-mudahan kedepan pendidikan arsitektur lebih maju. Workshop Finalisasi Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015 Tanggal Tempat Peserta : 4-5 Desember 2015 : Fave Hotel, Bogor : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Nama Peserta Yandi Andri Yatmo Paramita Atmodiwirjo Ilya F. Maharika Marwan Massinai Kemas Ridwan Kurniawan Agustinus Adib Abadi Susinety Prakoso Ahmad Djuhara Eko Alvares Tavip K. Mustafa Karnaya Didi Haryadi Hendrajaya Isnaeni Endy Subijono Azhar A. Arif Nicolaus Simamora Tateng K. Djajasudarma Sumardi S.M. Abdullah Harlansyah Suwardana W. Bambang Soemardiono Amirani Ritva Instansi Pokja Pokja Pokja Pokja Pokja Pokja Pokja IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI IAI APTARI Tujuan Workshop : 1. Menyampaikan hasil Tim Pokja Hibah Revitalisasi Bidang Ilmu tentang Alur Pendidikan, Capaian Pembelajaran, Kurikulum dan Standar Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) 2. Membangun kesepakatan pokok mengenai Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) Agenda: 4 Desember 2015 o Pembukaan Sambutan Ketua IAI Sambutan Direktur Pembelajaran Sambutan Direktur Penjaminan Mutu o Sesi 1 Nama (Instansi) Yandi Andri Yatmo (Pokja) Uraian Memaparkan kembali mengenai tujuan dari program revitalisasi (merumuskan, mensosialisasikan, mendorong komitmen) Pemberitahuan mengenai sosialisasi Makassar dan Depok secara general. Makassar Menginginkan standar yang dicapai adalah standar nasional untuk kebaikan bersama Memahami peraturan-peraturan Ketersediaan pengajar Muncul pertanyaan : Bisakah 5 tahun jadi satu kesatuan? Dibutuhkan pembinaan sehingga terjadi keseimbangan Harus ada benang merah pendidikan S-1 dan Profesi Usulan di setiap wilayah dibuat PPAr, yang memang sudah mampu didorong dan dibantu Resource Substansi agar tidak terduplikasi dengan 4 tahun Antusias dan siap mempertanyakan prosesnya, tetapi harus tahu juga tidak semua harus dibuka Mempertanyakan pelaksanaannya Ucapan terima kasih karena diajak terlibat Daya jual PPAr adalah Arsitek muda Depok Permasalahan dalam pembukaan prodi baru Melihat isu pasar bebas Asia-Pasifik Apakah akan banyak yang buka PPAr? Ada yang terima keputusan apapun, ada yang mengusulkan agar lanjut 5 tahun saja Istilah alur alternative. Di draft lama ada istilah PPAr alur alternative untuk mendapatkan SKA. Dikti sudah menyusun kompetensi dan Arsitektur dinilai yang terbaik, program revitalisasi menyempurnakan. Draft/rumusan yang sudah disempurnakan harus segera disampaikan ke Dikti. Ada persoalan dengan D-3 dan D-4 karena mempertanyakan posisi Pemetaan sekolah PPAr yang diperlukan : Apakah semua sekolah perlu buka PPAr? Uji kompetensi Tanggapan Dewan Keprofesian dan Dewan Pendidikan Pak Djuhara Apakah SKA Muda diberikan untuk lulusan PPAr? Penataran kode etik apakah bisa diakui dari PPAr Penataran keprofesian Strata 1 Strata 2 dibutuhkan atau tidak Apakah lulusan PPAr sudah masuk anggota IAI atau belum? Masukan : Draft Permen dikeluarkan dari laporan ini Untuk kepentingan IAI, harus ditetapkan dulu sebelum dijadikan Permen Pendidikan Profesi Arsitektur. Judul diperbaiki untuk di-SK-kan agar sesuai dengan program Dikti Nama Didi Haryadi Bambang Azhar (DPA) Karnaya (DKA) Sumardi (DKA) Nicolaus Simamora (DKA) Tavip Uraian SK Ketetapan DPA/DKA mengeluarkan berapa substansi terkait Yang terkait dengan Profesi, DKA mengeluarkan SK sebagai keputusan Pengurus Nasional (PN) SKA DPA/DKA bisa me-refer ke draft ini Menjamin bahwa SKA adalah untuk kerja Yang diajarkan di 1 berkaitan dari awal (4) PPAr merupakan bagian 4+1, 1 adalah yang belum pernah diajarkan di 4 Dari substansi laporan, harus disinkronkan Penyebaran modul ke daerah-daerah Evaluasi bagi PPAr yang sudah dilaksanakan selama ini Apakah Dikti-nya sama dengan yang diinginkan UIA? Apakah dengan ditambah 1 bisa mengisi kekosongan sebagai Professional Architect? Apakah di 1 tahun bisa menutup kekurangan 4 tahun? Klasemen Muda, Madya, Utama adalah problem, apakah IAI harus double standard? Bagaimana bila tidak ada kelas? Apakah masih diperlukan? Selama standard 4 tahun belum sama, agak sulit menyamakan yang 1 tahun sehingga 5 tahun hanya jadi kulitnya, bagaimana isinya? Pelaksanaan program berdasarkan apa? Apabila UU, berarti ada kewajiban, semua PT membuat program baru Kuantitas peserta Mereka yang lulus PPAr masuk ke Muda Rasio penduduk Arsitek yang dikehendaki seperti apa? Persoalan di daerah adalah tenaga pengajar. IAI dengan anggota 16.000, yang aktif 3.000 yaitu anggota yang tidak punya kegiatan apapun dengan profesinya. Saat ini dibutuhkan orang yang masuk memang sesuai dengan profesinya masing-masing, yang akan professor Apabila ada wacana 5 tahun, berarti akan menjadi arsitek semua. Sertifikat diberikan oleh PT Arsitek, padahal tidak semua lulusan Arsitek, bagaimana peran Asosiasi? Evaluasi belum dilakukan, masih trial dan error Ahli, spesialis, super spesialis tidak bisa disamakan dengan Muda, Madya, Utama Anggota biasa termasuk dalam 16.000 Apakah kualifikasi Muda, Madya, Utama masih diperlukan? Paparan hasil tim Pokja 1. Alur pendidikan arsitektur 2. Profil lulusan, capaian pembelajaran dan kurikulum 3. Standar Pendidikan 4. Lain-lain Nama Ilya F. Maharika Tanggapan Yandi A. Yatmo Paramita A. Yandi A. Yatmo Tanggapan Uraian Pemaparan mengenai : latar belakang PPAr, kondisi pendidikan arsitektur, PPAr dalam Pendidikan Tinggi, rekomendasi alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran, dan bahan kajian Pada rekomendasi alur, pemberi gelar Architect adalah PT Penjelasan alur utama : lulus berhak atas ijazah arsitek dan SKA Muda Penjelasan alur alternative : lulusan magister mendapatkan SKA Muda. Magister dan doctor arsitektur dapat memperoleh SKA Klausul tambahan yang perlu Nomenklatur bidang arsitektur Rekomendasi pernyataan profil lulusan Gelar dan sertifikat Hendrajaya Mengenai vokasi juga perlu ada ketegasan Ahmad Djuhara Yang tuntas adalah SKA bukan SKT Endy Subijono Ditegaskan bahwa program matrikulasi masuk ke S-1 Kemas Dalam sosialisasi Depok, sudah diarahkan agar tidak memberi gelar Diploma 4 Asitektur, tetapi Teknik Bangunan Pemaparan mengenai UU yang menyebutkan Profesi (penjelasan rekomendasi alur pendidikan) Memberikan paparan mengenai Standar PPAr, bahwa PPAr memenuhi standard minimal yang ditetapkan secara nasional sehingga lulusan sesuai dengan yang diharapkan, juga paparan mengenai Pendirian PPAr Pemaparan mengenai Landasan Penyusunan Standar Standar PPAr (wajib dipenuhi, dasar pemberian izin pembukaan prodi, dasar penyelenggaraan pembelajaran, dasar pengembangan dan penyelenggaraan penjaminan mutu) Lingkup standar PPAr Penjelasan mengenai standar, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standard sarana dan prasarana, standard pengelolaan, standard pembiayaan Mengapa ada kewajiban 6 orang dosen untuk tiap jenjang? Di Makassar dikeluhkan mengenai dosen/instruktur minimal bersertifikat Arsitek Madya Eko Alvares Nama Bu Paris Uraian Apakah peran IAI adalah rekomendasi? Alurnya semestinya melamar dulu, Dikti meminta rekomendasi, lalu diijinkan. Kalau tidak bisa saja IAI tidak memberikan rekomendasi tetapi diijinkan oleh Dikti Uji kompetensi apakah exit exam atau terpisah? Prosedur NIDK? Apakah dinyatakan sebagai profesi tetapi di level 6? Pilihannya ada di kita. Tavip Penilaian di PPAr, kedetailan pekerjaan mahasiswa dibatasi oleh waktu, apakah system di PPAr tidak dibatasi oleh waktu sesuai dengan tahun ajaran itu? Dengan opsi melengkapi di semester berikutnya? Endy Apakah mahasiswa yang mengambil profesi harus berlatar belakang arsitektur? Kami menyiapkan isi kurikulum profesional, keluarnya sarjana. Sarjana 144 SKS, minimum 4 tahun. Apabila dibuat 3 kuartal per tahun, 3 tahun bisa selesai. NUS sudah meratakan Bachelor sebagai 3 tahun, ditambah 2 tahun professional dengan level master Ilya NIDK maks.70% dari total 6, misal 2 akademik, 4 profesional. Ini akan sangat mempermudah PT untuk mengembangkan PPAr dan menjamin koherensi dan kompetensi yang ditetapkan IAI Eksistensi teman-teman profesional dalam struktur pembelajaran Hendrajaya LAM seharusnya sudah ada untuk memvalidasi, bagaimana pembentukan persisnya? Ahmad Djuhara Draft nomenklatur, apakah kami bisa memberikan masukan? Apakah PPAr bisa dilebur menjadi S-1 5 tahun? Atau S-1 dengan 2 alur, 4 tahun dan 5 tahun? Syarat pembiayaan rumit dan menyulitkan, kami menyarankan ada business plan, termasuk biaya akreditasi Semua yang disampaikan akan berubah bila UU Arsitek terwujud. Akan muncul badan baru yaitu Dewan Arsitek Indonesia. UU Arsitek akan mendapat Surpres dan paling cepat terwujud Maret 2016. LAM dan Dewan Arsitek apakah sudah dipertimbangkan? Tujuan kami bukan hibah, tetapi LAM-nya, perwujudan magang yang diakui Untuk prodi baru, sedang dimasukkan Permenristek Dikti 1 pasal tentang gelar dan tata cara penulisan gelar dalam profesi pendidikan tinggi. Inisiasi pembukaan Nama Uraian prodi baru dilakukan oleh asosiasi profesi dan asosiasi pendidikan. Apabila UU itu keluar, dapat disampaikan surat untuk peninjauan kembali Mengenai exit exam akan langsung diserahkan pada 2 asosiasi tsb yang berkekuatan hukum (SNDIKARS) Learning outcomes inisiasi 2 organisasi -> Belmawa -> validasi -> surat ke Lemkerna -> disiapkan prodi baru Masa studi sudah ada di draft, sarjana adalah 7 tahun. Sarjana Arsitektur apabila melebihi 7 tahun belum Sarjana, perpanjangan diserahkan pada Senat masingmasing PT. Untuk lulus paling cepat tidak dibatasi, paling cepat 8 semester, paling lama 14 semester, dapat diperpanjang dengan persetujuan Senat masingmasing PT Magister dapat sarjana dari jurusan lain. Untuk NIDK Dosen bidang profesi, berikan kami surat berisi data ke Pak Dirjen. NIDK bisa dosen tetap dan tidak tetap NIDK bisa menggunakan recognition of prior learning, setara dengan level 7, level 8, menurut 2 asosiasi yang berwenang. Akan ada verifikasi dan validasi dari Belmawa dan Lemkerna. Yang mengajukan adalah PT, tetapi rekomendasi dari 2 asosiasi. Yang bisa melakukan RPL adalah PT berakreditasi A atau B 2 kali berturutturut dibantu asosiasi profesi. Apabila peserta LAM sudah 150, sebaiknya membuat LAM sendiri. Kami hanya melayani LAM yang punya anggota 100-150. Jawabannya sedang menunggu hasil penilaian tim yang sedang menilai. Apabila kegiatan berhubungan dengan kurikulum, apabila tidak dapat blockgrade yang lain, dapat fasilitasi bersama. Apabila ditolak, tidak ada salahnya dikirim lagi. Usulan diagram disampaikan sebelum Januari karena pasal mengenai gelar Biaya akreditasi yang akan dilakukan oleh LAM? LAM itu mandiri, per prodi 87 juta. Kemenristek Dikti memberikan subsidi 30 juta. Banyak item pembiayaan yang bisa diefektifkan dan diefisienkan. 2 alur S-1, akan bingung bagaimana gelarnya nanti. Kalau digabung 5 tahun, keluarnya tetap level 7, gelarnya double degree. Di LPTK, ada LPTK yang langsung menggabungkan pendidikan guru dengan profesi guru, langsung 5 tahun. Gelarnya dikeluarkan 2 kali karena ada di 2 kisi yang berbeda. 5 tahun selesai sarjana arsitektur, ditambah magang 2 tahun. Keluarkan SKPI, Surat Keterangan Pengganti Ijazah, dikeluarkan atas persetujuan 2 asosiasi S-1 5 tahun tetap berada di jalur akademik dan menjadi Sarjana Arsitektur Maksimal 160, tetapi untuk kelebihannya dia dapat Nama o Sesi 2 Tanggapan Tanggapan Tanggapan Tanggapan Tanggapan Uraian mengeluarkan SKPI. Yang fiks adalah Sarjana Arsitektur 144-160 SKS (SKS maksimal masih diperdebatkan). Di atas maksimal dapat mengeluarkan SKPI SKPI adalah portfolio sejak semester 1 – tamat. Apabila yang 5 tahun tetap diakui, maka SKPI ini jadi surat pembuatannya. Maksimal masa studi tetap 7 tahun Keputusan mengenai SKS ada di 2 asosiasi CP Profesi sebagai tambahan kompetensi Di KKNI, level 6 adalah analis, level 7 adalah ahli. Ada sertifikat kompetensi (asosiasi pendidikan arsitektur), sertifikat profesi (Asosiasi profesi). Ikutilah alur yang ada pada KKNI. Untuk anak-anak dengan nilai istimewa, diperkenankan mengambil 9 SKS, dengan semester antara Apabila KKNI dikonversi ke Asia, belum tentu yang 8 di NUS dibanding 8 di Indonesia, akan ada konversinya Indonesian Qualification Agency di bulan Mei akan menilai seperti itu Paramita Begitu institusi memutuskan 5 tahun, semua yang masuk institusi tersebut 5 tahun Secara nasional, akan ada sarjana dengan SKS 144 dan 160 SKS SKPI di luar SKS? Yandi Ijin konten akademik tapi sertifikasi profesi? Dengan segala itu kegiatan penyelenggaran profesi untuk apa? Kami didorong untuk mendirikan profesi, tetapi untuk apa kalau ada berbagai way out? Apakah berkompetensi sebagai arsitek boleh tanpa profesi? Kemas Apakah masa studi bisa bertambah? Bagaimana kita menilai magister NUS masuk di level 8 kita? Ketua Umum IAI DPA dan Badan Pendidikan IAI dari DKA dan Badan Keprofesian IAI APTARI ARCASIA Nama Tanggapan DPA Eko Alvares Uraian Petunjuk pelaksana untuk draft laporan akhir untuk orang-orang daerah Posisi IAI dan APTARI dalam mengeluarkan rekomendasi? Dapat bertentangan dengan Dikti MOU baru untuk tim sementara IAI dan Aptari untuk diajukan ke Dikti Nama Ilya F. Maharika Yandi A. Yatmo Bambang Endy Subijono Karnaya Paramita Sumardi Tanggapan APTARI Adib Abadi Uraian 14 PT sebaiknya menentukan sikap dengan tegas. Dulu MOU-nya adalah dimasukkan ke dalam S-2. Kita bedakan yang punya ijazah dan tidak tidak mesti semua membuka, bagaimana dengan opsi klaster? Pemetaan itu yang penting, karena itu adalah informasi berapa jumlah PPAr yang dibutuhkan Untuk MOU baru dapat difokuskan salah satunya adalah evaluasi, seluruh proses pengajuan prodi baru, validasi dosen, validasi proses pembelajaran, dan penelitian adalah rekomendasi Model klaster bagus, tapi opsi utama adalah punya 6 tenaga pengajar Home based akan hilang, yang paling penting adalah FTE, jd yang paling penting itu adalah bukti bahwa institusi itu ada dosennya. Setelah buka, akan ada dosen lain Beban kerja dosen PPAr tidak seberat dosen akademik Hanya ada 1 prodi resmi yang diakui Negara di Indonesia Di Indonesia Timur akan sulit sekali Ada beberapa universitas yang butuh ‘karpet merah’ dan butuh dibantu untuk ijin prodi Jika di semester 1 & 2 magister diberi muatan PPAr, apakah yg bersangkutan boleh mendapat Sertifikat Arsitek Muda? Sedikit sekali S-2 yang materi tahun pertama mirip dengan PPAr sehingga validasi perlu diperketat Halaman 1 DRAFT Agreement (x) tapi arrangement Menandatangani Letter of Notification dan menyatakan ikut serta Di website LPJK 2160 orang (hanya IAI) Untuk Madya dianggap qualified adalah 5 tahun bersertifikat, tetapi lebih penting sudah mengerjakan proyek dengan kualitas bagus sudah dianggap eligible Di UIA pengajar adalah yang punya afiliasi dengan arsitek karena arsitek yang baik belum tentu pengajar yang baik Untuk 6 dosen diakui IAI setara dengan level 8 Apakah tidak dipikirkan bagaimana profesional mentransfer ilmunya? 14 PT yang terdaftar untuk program PPAr sebaiknya ditanyakan kembali karena kekhawatiran turunnya akreditasi Isu nomenklatur perlu diperhatikan Hanya 20% alumni S-1 yang menjadi arsitek IAI belum punya lembaga untuk mengatur, pada periode tertentu sebaiknya dibuat transisi juga terhadap status 14 perguruan tinggi Dalam diagram sebaiknya pendidikan doktor tidak dimasukkan Nama Eko Alvares Ahmad Djuhara Ilya F. Maharika Endy Subijono Yandi A. Yatmo Uraian Judul diganti Alur Pendidikan Profesi dalam Kerangka Pendidikan Arsitektur Dasar hukum 5 tahun itu di Indonesia apa? Wajib atau tidak masuk PPAr? Karena tidak ada surat dari IAI yang menyatakan harus masuk PPAr untuk mendapatkan sertifikat Keperluan IAI MOU dengan PT tidak diikuti dengan regulasi Kenapa ada PPAr yang ditutup? Karena tidak ada keharusan anggota IAI untuk sekolah PPAr. Di MOU IAI dan PT harus ada pernyataan apabila mendapat SKA harus mengikuti PPAr Harus ada kesepakatan megnenai kerja sama IAI, Dikti, Aptari Ijazah PPAr seperti apa? Competency-based Anggota IAI yang membuat SKA, harus berpengalaman 5 tahun (saat ini masih bisa) Infrastruktur magang IAI akan meng-endorse semuanya dapat disepakati Mengenai SKA Muda perlu dijelaskan lagi. Apabila lulus PPAr diberikan SKA Muda oleh IAI Kenapa tidak dimatrikulasi dulu agar PPAr sama? Penataan kode etik merupakan pra syarat untuk masuk IAI, jadi IAI meminta yang mengikuti program PPAr adalah anggota IAI Moratorium PT yang ingin IAI membuat MOU Lulusan Sarjana Arsitektur akan punya opsi pribadi, tetapi ada framework yang jelas. Satu-satunya cara paling cepat menjadi arsitek adalah PPAr, jalan yang lebih panjang adalah magister Tenaga pengajar magister harus doktor, sedangkan PPAr relatif lebih mudah Framework ini dapat menjadi akreditasi internasional Dari segi pendidikan sudah jelas Banyak factor, internal maupun eksternal, ketika muncul akan ada daya tarik. Ketika ada SK juga akan mengendorse. Tujuan utama adalah framework nasional dan dengan kesepakatan-kesepakatan semakin memperkuat, prinsip-prinsip itu yang harus kita bangun Bahan kajian diturunkan dari domain keilmuan perlu apa Tidak ada pendukung IAI meminta 5 tahun Aturan yang ada saat ini adalah rekomendasi alur ini. Karena tidak ada kewajiban ikut PPAr karena itu peminat tidak banyak Bagaimana kalau karena sudah paham kode etik maka diberi pilihan ikut IAI atau tidak? Apabila ingin bergabung, sebaiknya tahu aturannya seperti apa tidak diatur tahun, tetapi mengatur bahwa pendidikan Nama Hendrajaya Didi Haryadi Bambang Eko Alvares Kemas Tavip Mustafa Uraian profesi itu ada legalitas dalam framework pendidikan menegaskan adanya pendidikan profesi apakah UU Pendidikan dan UU Arsitek bertentangan? Ketegasan profesi? sekolah 5 tahun sebenarnya adalah sekolah profesi. Di sini membingungkan karena 4 + 1. Validasi adalah Ujian Mahasiswa tidak melihat perlunya 5 tahun ini karena setelah lulus bisa praktik karena secara legal masih bisa berarsitektur. Arsitek yang sudah terkenal banyak yang tidak punya SKA IAI Daerah diminta lebih aktif, tetapi tidak ada sosialisasi. Sebaiknya SK tersebut disebarkan lagi dan ditegaskan kembali agar legal standing jelas Untuk permagangan, sedang dibuat implementasi dari magang itu sendiri Peran besar ada di IAI, LPJK hanya meregistrasi karena apabila ini diteruskan tidak ada ruginya BSRJK ? akreditasi tersebut sedang diusulkan untuk dibuat kriterianya. Untuk arsitektur, hanya arsitek. Syarat (hal.29) di SKK Yang sudah magang dianggap sudah tahu semua, untuk memverifikasinya akan keluar logbook (?) Sudah disampaikan pada calon mahasiswa benefitnya apa Apakah masih memberikan alternative mata kuliah? Karena akan ada PT yang membuat mata kuliah yang aneh Keluaran profesi sudah pasti arsitek. Hanya arsitek. Tidak seperti S-1 yang akan banyak Faktanya mereka akan sangat senang masuk IAI karena ada kebanggaan Perlu dijelaskan bahwa profesi selangkah di atas S-1 , selangkah di bawah S-2. Bagaimana mengambil kompetensi UIA dalam bidang kajian? Profil lulusan dibuat berdasarkan SKKNI Bagaimana memudahkan bagi yang tidak pernah ikut sama sekali? Dokumen ini dikeluarkan dari mana? Untuk kode etik sedikit lebih spesifik IAI membuat turunan dari tabel tersebut untuk menjadi standar Sebaiknya profesi nantinya memiliki standar Matriks yang dikeluarkan agak rumit dipahami semua orang. Penterjemahan bahan kajian perancangan arsitektur kreatif ke learning outcomes seperti sikap, keterampilan umum, bagaimana menyambungkannya? Penataran menjadi mata kuliah? Atau menghilangkan syarat kode etik karena sudah ikut mata kuliah kode Nama Harlan Uraian etik. Kode etik yang diajarkan di PPAr adalah kode etik IAI Kode etik akan menjadi pengikat untuk menjadi anggota IAI dan berhak mendapat pelayanan menjadi IAI. Tidak diundang pelayanan strata karena memang belum jadi anggota IAI Karena ini pendidikan profesi, dibuat oleh asosiasi profesi Silabus pendidikan profesi dibuat oleh asosiasi profesi Silabus pendidikan profesi perlu diperluas dengan memberikan ide local content Notes untuk IAI yang akan dibuat: MOU IAI dan APTARI SK Enforcement dari IAI lama diperbaharui Penutupan Kegiatan Hari I Rapat akan dilanjutkan di Hari II jam 08.00 WIB 5 Desember 2015 o Sesi 3 Sesi Diskusi Nama (Instansi) Ilya F. Maharika Uraian Rumpun ilmu dan teknologi serta gelar lulusan PT Gelar profesi masih Ars., belum sesuai dengan kesepakatan Apakah masih perlu ada Teknik Arsitektur atau kita meng-endorse yang memiliki Teknik Arsitektur? Apakah akan prodi baru atau akan membangun architectural engineering? Saat ini ada yang pendidikan karena untuk men-supply SMK Apakah Teknik Arsitektur akan di-endorse atau nanti melihat prodi baru? Pengusulan nomenklatur : kesepakatan yang diendorse, atau pengusulan dari bawah. Ada pengusulan, asosiasi setuju maka menjadi prodi baru Untuk penamaan klastering fakultas tidak ada urusan dengan ini Universitas punya kewajiban untuk secara transparan menjelaskan system dalam prodi Apabila menggunakan istilah Teknik Bangunan, berarti menjadi Pendidikan Teknik Bangunan. Semua yang nondesign menggunakan nama yang berbeda dengan Arsitektur Juga ada perbedaan antara Sarjana dan Sarjana Terapan Diploma 3 masih mengharapkan agar menggunakan Nama (Instansi) Eko Alvares Adib Abadi Endy Subijono Azhar Uraian nama Arsitektur, tidak mau Gambar Arsitektur, dengan harapan bisa meneruskan ke S-1 Sarjana Teknik Bangunan juga melakukan design Untuk S-1, ada domain dari masing-masing institusi untuk memberikan tambahan Universitas tertentu yang punya PPAr akan di-endorse untuk menjadi badan penilaian. Siapapun akan bisa menjadi arsitek lewat dunia profesi, di-RPL oleh PPAr -> diuji -> lulus. Dari dunia industri dan dunia kerja juga akan seperti itu Ketika sudah dilakukan RPL (ekuivalen dengan edukasi formal + pengalaman) maka boleh menjadi Arsitek Melegitimasi bahwa pendidikannya setara dengan pendidikan 5 tahun Untuk submit prodi baru, Januari-Maret ; SeptemberOktober. Tetapi terlalu lambat. Sebaiknay segera dibentuk tim dari IAI dan Aptari untuk memvalidasi proposal-proposal yang masuk. Apakah lulusan teknik arsitektur bisa menjadi anggota IAI? Boleh, tetapi bukan yang bergelar S.Pd. Harus jelas kalau memang dipisahkan Besar LAM >150 Apabila ingin apply PPAr, bisa bersiap. Ada kesepakatan Aptari lebih dahulu, IAI siap untuk memvalidasi proposal Borang prodi baru sama dengan borang BAN. Ketika prodi baru dikeluarkan, minimal akreditasi C. Karena itu sekarang dinamakan borang BAN Perbaikan website IAI agar menjadi lebih jelas Di IPWK ditolak mengenai Urban Design. Namanya bukan Rancang Kota tetapi Arsitektur Kota. Apabila IAI sudah punya system, akan cepat berjalan Disepakati bahwa ini adalah acknowledgement, bukan meng-endorse Anggota IAI tidak bisa diwajibkan, tetapi sangat dianjurkan (rekomendasi). Benefit lebih besar apabila menjadi anggota Apakah ada pilihan lain untuk menjadi Arsitek selain lewat program PPAr? (RPL) Untuk mengambil sertifikat yang akan diterbitkan Board of Architect, apakah saya harus ikut PPAr? Tidak melewati RPL boleh atau tidak? Apabila dia bisa lulus tanpa melalui 5 tahun, itu menjadi jalur non-mainstream Yang mengambil jalur PPAr 100% akan menjadi Arsitek, tidak seperti saat ini yang masih menghasilkan lulusan dengan beragam pekerjaan. Ada proses yang lebih menjamin bahwa jalur ini akan menghasilkan banyak arsitek. Apabila belum disosialisasikan di Aptari seperti belum dianggap final Apakah S-1 ikut dikaitkan ke PPAr? (iya) Teknik Arsitektur bukan Arsitektur, jadi tidak bisa Nama (Instansi) Uraian dikategorikan sama dengan Arsitek Ahmad Djuhara Apabila Indonesia memerlukan Teknik Arsitektur, bisa saja di-endorse Dalam melihat kebutuhan Indonesia, Teknik Arsitektur diperlukan, tetapi tidak diurus oleh IAI Pengelompokan design ; arsitektur dan design dikelompokkan sendiri ; misalnya design interior, tetapi design interior tidak dimasukkan dalam kategori arsitektur UU 12 Th. 12 ada Asosiasi Profesi yang akan berurusan dengan pendidikan. Pihak pendidikan arsitektur meminta bahan ajar dari IAI, jadi kita menyerahkan dengan syarat yang memakai adalah anggota IAI. Memilih jadi anggota IAI adalah ketika mendaftarkan untuk ikut PPAr Dosen tidak ada masalah, penataran bersyarat, SKA masih menjadi kewenangan LPJK, belum IAI. Apabila ada yang lain, harus diberitahu ke LPJK Kewenangan SKA nanti bukan di IAI lagi tetapi di Dewan Arsitek Coba lihat dari level siapa yang akan masuk ke prodi tersebut. Pendaftar D-4 2.000 orang, yang diterima hanya +- 100 orang RPL yang melakukan adalah Aptari dan IAI, bukan PPAr Apabila sudah sekolah 5 tahun, harus ikut RPL lagi? (disetarakan) Di ITS, tidak diterima di salah satu PT di Sumatera karena tidak ada tulisan Sarjana Teknik Arsitektur. Jadi tidak diketahui perbedaan Sarjana Arsitektur dan Sarjana Teknik Arsitektur Dalam urban design, porsinya adalah lebih banyak di design dan ada risetnya Ada badan yang akan menilai kesetaraan, tetapi belum pernah berfungsi Sarjana Terapan dan Sarjana Terapan Teknik Bangunan tidak boleh sama Sarjana Terapan muncul karena sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan terapan ingin memiliki jenjang Sarjana dengan tetap di Vokasi sehingga bisa punya Magister Terapan Sarjana Terapan lanjutan dari Diploma Diploma 3 Teknik Bangunan. Sarjana Terapan yang membingungkan Tidak semua Sarjana Arsitektur tidak semua jadi Arsitek, jadi Sarjana Arsitektur tidak semua IAI Kompetensi Profesi? Nomenklatur gelar-gelar terpisah, kemudian ada LAM Konteks RPL adalah ketika Arsitek Profesional ingin mengajar di PPAr Jalur magister tidak disebut sebagai PPAr, alur alternative tidak memperoleh SKA Hendrajaya Bambang Paramita Kemas Nama (Instansi) Tavip Mustafa Yandi Uraian Yang mengikuti PPAr tidak perlu pendaftaran Strata 1 dan Strata 2 Apabila dikatakan Teknik Bangunan, ada 2 bangunan ; bangunan sipil dan bangunan gedung RPL ke IAI, itu mau diajukan? Perlukah di-RPL-kan yang sudah ikut pendidikan formal 5 tahun? (Pasal 5) Akan ada beban IAI dan Aptari untuk menyiapkan pendanaan untuk sosialisasi Final ini harus diumumkan kembali perubahanperubahan dan dikomunikasikan kembali Pertemuan dengan Dikti sekaligus untuk melakukan sinkronisasi sehingga sangat mungkin akan ada perubahan-perubahan Aptari bertemu anggota di awal Januari IAI bertemu dengan 14 PT Rangkuman dibuat oleh : Gadisha Amelia