laktasi dan reproduksi

advertisement
.
REPRODUKSI
• Proses yang meliputi perkembangan
sistem reproduksi  perkembangan
sel kecambah sampai dengan
terbentuknya individu baru
• Terbagi dalam periode persiapan,
pubertas, pematangan dan
kebuntingan
• Faktor pendukung yang penting:
saraf dan hormon
SIKLUS REPRODUKSI
Ada 2 tipe:
 Siklus estrus (pada hewan-hewan
domestik)
 Siklus menstruasi (pada primata)
Tahapan :
1.Persiapan
2.Pematangan
3.Pubertas
4.Perkawinan
5.Kebuntingan
6.Kelahiran
7.Laktasi
Tahapan Siklus Reproduksi
1. Tahap persiapan
Prepartus (indiferent dan different gonad),
neonatal dan perkembangan gonad
2. Tahap pematangan
3. Tahap pubertas (dewasa kelamin) dan
perkawinan
Pada tingkat vagina  Fase Berahi 
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
Pada tingkat ovarium  Fase Follikular
(proestrus dan estrus), dan Fase Luteal
(metestrus dan diestrus)
Tahapan Siklus Reproduksi
4. Perkawinan
5. Kebuntingan
Pada tingkat uterus  Fase Proliferasi
(percabangan kelenjar) dan Fase Sekresi
(sekresi nutrisi = susu uterus)
6. Kelahiran
7. Laktasi
Reproductive senescence:
 menopause pada primata,
ovarium kekurangan oocyte,
bukan karena kekurangan
sekresi gonadotropin
PENGATURAN SEKRESI
HORMON GONAD
ORGANISASI ANATOMI ORGAN REPRODUKSI
1.Hipotalamus
2.Hipofisa anterior dan posterior
3.Kelenjar kelamin
a. Ovarium
Bagian yang menghasilkan hormon
adalah sel-sel granulosa, teka
interna dan korpus luteum
b. Testis
Menghasilkan hormon steroid pada selsel Sertoli dan sel Leydig
4. Penghasil Endokrin
a. Plasenta
b. Mangkok Endometrium
c. Jaringan Fetus
5. Adrenal
Menghasilkan estrogen, progesteron dan
androgen dalam jumlah terbatas.
6. Kelenjar Susu
7. Kelenjar Kelamin Sekunder Laki-laki
SIKLUS HIDUP REPRODUKSI
1. Tahap persiapan
indifferent dan different gonads,
neonatal dan perkembangan
gonads
INDIFFERENT
• Proses perkembangan gamet yang
terjadi tanpa dukungan dari
GnRH.seperti misalnya
perkembangan/proliferasi dari oosit
selama masa perkembangan fetus dan
berakhir hampir pada saat kelahiran
(pada hampir semua mamalia)
DIFERENSIASI KELAMIN
JANTAN
• Bila ada kromosom Y  akan terjadi
perkembangan kearah jantan.
• Chorionic Gonadotropin mempunyai
efek yang sama seperti LH sehingga
akan dapat merangsang sel-sel leidig
untuk dapat menghasilkan
testosterone aktivitas endokrin
dimulai sejak masa kebuntingan
Defferensiasi Kelenjar Kelamin
Khromosom XY
Perubahan Oleh Testes Determinating Factor (TDF)
Kelenjar Kelamin Primordial
Perbedaan Testes Dalam Kandungan
Sel Sertoli
Sel Leydig
Hormon Penghambat Mullerian
Testosteron
Hilangnya
Saluran
Saluran Wolfii Berubah
Menjadi :
Mullerian
Epididimis
Ductus Deferen
Tubuli Siminiferi
Pembentukan
Penis dan Skrotum
DIFERENSIASI KELAMIN
BETINA
• Bila ada sperma yang membawa
kromosom X maka perkembangan yang
terjadi akan mengarah ke betina.
• Perkembangan awal folikel juga tidak
membutuhkan GnRH pada hewan
yang mengalami hipofisektomi tetap
dapat mengalami perkembangan
preantral folikel.
Khrmosom XX
Tidak Ada TDF
Kelenjar Kelamin Primordial
Perubahan Ovarium Dalam Kandungan
Tidak Ada MIH
Tidak Ada Testosteron
Perusakan Saluran Wolfii
Saluran mullerian berubah menjdai
uterus dan saluran uterin
Pembentukan vagina dan alat
kelamin eksternal
• Perkembangan genitalia eksternal mengikuti
perkembangan dan arah gonad
• Terakhir, adalah diferensiasi seksual
hipotalamus: exposure hipotalamus terhadap
androgen (sekitar waktu kelahiran),
menyebabkan hipotalamus diorganisasikan
sebagai jantan.
• Bila androgen absen, maka hipotalamus
diorganisasikan sebagai betina
2.Tahap Pubertas dan Pematangan
Pubertas atau dewasa kelamin adalah :
Suatu masa dimana individu dapat
melakukan aktivitas kelamin dan
pada tubuhnya sudah siap secara
anatomis maupun fisiologis 
didahului oleh suatu proses perkembangan,
pertumbuhan dan pematangan organ-organ
tubuh yang akan mendukung keseluruhan
proses reproduksi
PUBERTAS
• Saat hewan kompeten dalam reproduksi, baik
tingkah laku maupun fungsinya
• Saat pubertas lebih dipengaruhi oleh
pencapaian berat badan, dibandingkan umur.
• Saat pubertas produksi GnRH lebih tinggi
(lonjakan) dari sebelumnya  pubertas di
hubungkan dengan menurunnya produksi
melatonin dari kelenjar pineal (salah satu kerja
melatonin adalah menghambat produksi GnRH)
ANATOMI REPRODUKSI JANTAN
• Organ genital terdiri dari:
– 2 testes, masing-masing tergantung
dalam skrotum oleh spermatic cord dan
m. kremaster eksternal
– 2 epididimis
– 2 duktus deferen
– Kelenjar seks asesoris
– Penis
• Kelenjar seks asesoris meliputi (tergantung
pada spesies):
– 2 ampula, 2 vesikula seminalis, 1
prostat, dan 2 bulbouretral (Cowper’s
Gland)
Variasi kelenjar asesoris pada berbagai
hewan
Ampulla
seminal
vesikel
Cowper
Prostat
Sapi,
kijang,
domba
+
+
+
+
Kuda
+
+
+
+
Babi
+
+
++
+
Anjing
+
-
-
+
Kucing
-
-
+
+
Lama
+
-
+
+
• Skrotum bersama muskulus kremaster dan anatomi
vaskuler dari arteri dan vena testikuler melindungi
dan menyediakan sistem termoregulasi testes
• Skrotum adalah kantong kulit dengan fibroelastik
subkutan dan lapisan otot (tunica dartos)
• Aransemen vaskularisasi dimana arteri testikuler
dikelilingi oleh plexus vena (plexus pampiniformis)
menyediakan mekanisme pertukaran panas
counter-current yang vital bagi sistem
termoregulasi testes
DUA FUNGSI UTAMA SISTEM REPRODUKSI
JANTAN:
• Produksi dan penyampaian gamet (spermatozoa)
• Pengembangan dan pemeliharaan struktur dan
fisiologi yang mendukung hal di atas
Sistem Reproduksi Jantan terdiri atas
banyak organ-organ individual yang bekerja
sama memproduksi spermatozoa dan
menyampaikannya ke traktus reproduksi
betina
Kerjasama ini melibatkan neuroendokrin
hipotalamus dan hipofise anterior serta
sistem genital itu sendiri
ORGAN REPRODUKSI JANTAN
Kel.Cowpers
Rektum
Prostat
Vesika Seminalis
Ampula
Vesika Urinaria
Pleksus
Sigmoid
Otot Retraktor
Penis
Kelenjar
Penis
Skrotum
Testis
Crura (pl)
Otot Retraktor
Penis
Vas Deferens
Caput Epididimis
Cauda Epididimis
STRUKTUR TESTIS
Fungsi pada pematangan
spermatozoa,dan absorpsi
cairan
Caput Epididymis
Duktus Eferen 6-12 tubuli absorpsi
cairan
Tunica Albuginea
- Jaringan ikat yang
Menyatukan testis
Rete Testis
Berfungsi mentranspot
Sperma dari tubuli
seminiferi- 100 tubuli
Batang Spermatik Terdiri: vas deferens,
pleksus pampiniformis,
Saraf otot kremaster
externa
Transport sperma
Saat ejakulasi
Vas Deferens
Tubuli Seminiferi
Sel memproduksi
Sperma – epitel
Germinativum sejati
Corpus
Pematangan
Epididimis spermatozoa
Pematangan akhir dan
Penyimpanan.
Sperma bisa fertilisasi
Cauda Epididymis
Usia turunnya testis ke dalam skrotum :
• Kuda : 9-11 bulan kebuntingan (1
tahun)
• Sapi
: 3,5 – 4 bulan kebuntingan (9
bln)
• Domba : 80 hari kebuntingan (4-5 bln)
• Babi
: 90 hari kebuntingan (3,75 bln)
• Anjing : 5 hari setelah lahir
• Kucing : 2 – 5 hari setelah lahir
• Lama : umumnya hadir pada saat lahir
A. Anjing
B. Kambing
C. Babi
D. Kuda
Orientasi
Testis
Sapi, kijang,
domba
Tipe Penis
Deposisi
Semen
Vagina
Vertical
cauda down
Horizontal
Fibroelastic
sigmoid
Vascular
Perineal
cauda up
Horizontal
Fibroelastic
sigmoid
Vascular
Cervix
Kucing
Perineal
cauda up
Vascular
Vagina
Lama
Perineal
cauda up
Fibroelastic
sigmoid
Cervix /
Uterus
Kuda
Babi
Anjing
Uterus
Vagina
Peranan Hipofisis pada Reproduksi Jantan
PENGATURAN HORMON PADA
REPRODUKSI JANTAN
SPERMATOGENESIS
Spermatozoa pada berbagai
hewan
Profil plasma testosteron pada pria
normal
ORGAN REPRODUKSI BETINA
Badan Uterus
Tanduk Uterus
Ovarium
Oviduk
Serviks
Vagina
Vesika urinaria
Kuda – Lipatan Transuretra
Uretra
Klitoris
Divertikulum
Suburetra
Kantong buntu
Otot spingter Vulvo
-vaginal
Vestibula
Labia Majora
FIG 14.2
Babi
Sapi
Kuda
Anjing
1. Rektum 2. Kantung kemih 3. servix 4. Uterus 5. vagina 6. Vulva
7. Ovarium
8. Kelenjar ambing
Bentuk ovarium pada
berbagai jenis hewan
Sapi
Babi
Sapi + CL
Kuda
PERANAN HIPOFISIS PADA KELENJAR REPRODUKSI
PERANAN HIPOFISIS PADA REPRODUKSI WANITA
PENGATURAN HORMON PADA
REPRODUKSI BETINA
SIKLUS OVARIUM
• Pada hewan-hewan yang berovulasi spontan, siklus
ovarium mempunyai 2 fase: folikuler dan luteal
• Pada hewan-hewan yang membutuhkan kopulasi agar
terjadi ovulasi (kelinci, kucing, unta dll), hanya
memiliki fase folikuler
• Pada beberapa spesies, fase luteal dimodifikasi oleh
kopulasi
– Pada rodensia, kopulasi memperpanjang fase luteal dari
siklus ovarium, dari 1-2 hari menjadi 10-11 hari (tanpa
ada kebuntingan)  pseudopregnancy
• Primata tingkat tinggi : pertumbuhan
folikel yang baru akan berkembang
setelah terjadi luteolisis sempurna
• Pada hewan domestikasi (sapi / domba) :
pertumbuhan folikel yang baru akan
berkembang pada saat fase luteal
• Perbedaan pada siklus ovari : 17 -21 hari
vs 28 hari
Oogenesis
SIKLUS OVARIUM
Folikel de Graaf
Ovum
Oosit
Sekunder (1N)
Ovulasi
Folikel Tertier
Folikel
Yg pecah
Dibentuk dari
Folikel
Yang ovulasi
Hewan muda bisa punya
20,000-30,000 oosit
Setelah pubertas
Folikel Primer
Stroma
Oosit Primer
(2N)
2/ > lapisan
folikuler
Korpus
Hemorrhagikum
(Bloody body)
Korpus Luteum
Produksi Progesteron
Folikel
Sekunder
CL regresses
Folikel Atresia
Korpus Albikan Dialami
kebanyakan
CL mati
Folikel
Oosit Primer
Sel tunggal
Sel tubuh terbesar 180 mm (2N)
Nukleus
Folikel Primer
Tahapan mayoritas folikel
Saat istirahat
Ooplasma
Folikel Primer Proliferasi
Ukuran oosit membesar dan
Sel folikular bertambah tinggi
Folikel Sekunder
Sel
Folikular
Oosit
Primer
Membran
Vitelin
Dikelilingi beberapa lapis
Sel folikular (sel granulosa)
Folikel Tertier
Folikel membentuk ruang berisi cairan
Oosit
Beberapa lapis sel folikel pada
Primer
dinding folikel berdiferensiasi
Antrum
OVULASI
 Pada akhir dari fase
folikuler, folikuler
yang dominan akan
mengeluarkan
estrogen
 LH surge
 Ovulasi dan
pembentukan korpus
luteum
 Diperantarai oleh sel
granulosa
A=androgen, E=estrogen, P=progesteron
Control of LH surge.
Ovariectomised ewe
• Penting untuk terjadinya ovulasi
• Disekresikan secara pulsatil
LH (ng/ml)
in peripheral blood
12
• Pelepasan GnRH secara pulsatil
• Peningkatan konsentrasi estrogen
pada fase folikular  menyebabkan
terjadinya lonjakan LH
6
4
1.2
0.8
0.4
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
Time of day
120
• Progesteron asal CL menurunkan
sekresi LH
80
LH (IU/ml)
• Saat terjadinya lonjakan LH
merupakan saat yang paling penting
8
1.6
GnRH (pg/10 min)
in portal blood
• Sekresi GnRH  penurunan jumlah
reseptor  penurunan LH
10
40
0
08:00
16:00
Day -1
24:00
08:00
Time of Day
Day 0
16:00
24:00
08:00
Day +1
KORPUS LUTEUM
 Korpus luteum akan mensekresikan
progesteron yang penting untuk
menjaga kebuntingan
 Pada kebanyakan hewan, LH adalah
sebagai luteotropin (menjaga CL)
pulsatif
 Pada tikus prolaktin sangat penting
sebagai luteotropin .
KORPUS LUTEUM
 Pada anjing dan domba selain LH,
prolaktin juga berfungsi sebagai
luteotropin
 Regresi korpus luteum pada hewan
tidak bunting diatur oleh PGF2 yang
disekresikan oleh uterus
histerektomi akan memperpanjang
fase luteal (CL)
Kontrol Ovulasi dan Korpus Luteum
Ovulasi :
• Disebabkan oleh peningkatan tajam gonadotropin
preovulatori yang diinduksi oleh estrogen
Korpus Luteum
• Terbentuk setelah ovulasi, mensekresi progesteron
yang diperlukan bagi kebuntingan
• Luteinizing hormon penting untuk mempertahankan
korpus luteum
• Regresi korpus luteum pada hewan piara besar yang
tidak bunting, dikontrol oleh sekresi prostaglandin F2alpha dari uterus
• Perubahan-perubahan dalam masa hidup luteal pada
hewan piara besar, terjadi karena perubahan2 dalam
sintesa prostaglandin F2-alpha oleh uterus
Siklus Ovarium
SIKLUS REPRODUKSI
Diketahui dua tipe siklus reproduksi yaitu :
• Siklus estrus
• Siklus menstrual


Siklus ovari menggambarkan jarak antara
keberhasilan dua ovulasi
Dari siklus ovari dikembangkan suatu
tanda yang ada pada eksternal (luar) yang
menceritakan siklus tersebut terutama
pada saat ovulasi
SIKLUS ESTRUS
 Istilah ini diberikan pada hewan
domestikasi, dimana memiliki periode
estrus (sexual receptivity) yang
pendek
 Keadaan proestrus ditetapkan
sebagai awal dari siklus
SIKLUS ESTRUS
PROESTRUS
ESTRUS
ANESTRUS*
DIESTRUS
KEBUNTINGAN
METESTRUS
SIKLUS MENSTRUAL
 Istilah ini diberikan pada primata,
dimana memiliki sexual receptivity
hampir selama siklus reproduksi
 Keadaan menstruasi (pengeluaran
cairan vagina berupa darah dan
jaringan) ditetapkan sebagai awal dari
siklus
FASE-FASE SIKLUS UTERUS
Fase Proliferatif
• Estrogen asal folikel
menyebabkan penebalan
endometrium dari 1mm
menjadi 3mm
• Terjadi sekresi kelenjar
uterus namun tidak ada
peningkatan sekresi
• Terbentuk pembuluh
darah baru
• Berlangsung sekitar hari 5
samapi hari ke-14 (ovulasi)
Fase Sekretoris
• Setelah ovulasi, CL
mensekresi progesteron
• Terjadi peningkatan
vaskularisasi (spiral
arteries) dan udema
• Kelenjar uterus
mensekresi ‘uterine
milk’
• Maksimal penebalan
uterus sekitar 4 - 6mm
pada hari ke-22 - 23
Deteksi siklus ovarium tergambar pada
fase reproduksi pada vagina dan uterus
FASE FOLIKULER (OVARIUM) :
FASE PROESTRUS DAN FASE ESTRUS (VAGINA)
FASE PROLIFERATIF (UTERUS)
FASE LUTEAL (OVARIUM) :
FASE METESTRUS DAN DIESTRUS (VAGINA)
FASE SEKRESI (UTERUS)
Penentuan Fase Estrus
Swab sore
Swab pagi
Proestrus
Sel epitel
berinti (>75%)
Estrus
Metestrus
Diestrus
Sel pavement/
kornifikasi,
( > 75%)
Sel darah
putih (> 75%)
Sel darah putih/ sel
epitel berinti
Variasi Spesies Karakteristik Siklus Estrus
Siklus Estrus
Kambing
Babi
Sapi
Lama siklus
estrus
14-19 hari
18-22 hari
18-24 hari
24-36 jam
48-72 jam
12-19 jam
2-11 hari
Waktu ovulasi
24-36 jam
setelah mulai
estrus
35-45 jam
setelah mulai
estrus
10-11 jam
setelah akhir
estrus
1-2 hari
sebelum akhir
estrus
Waktu IB
12-18 jam
setelah mulai
estrus
16-14 jam
setelah mulai
estrus
7-18 jam
setelah mulai
estrus
Lama estrus
(berahi)
Kuda
16-24 hari
Setelah hari
kedua pada
saat estrus
FASE MENSTRUASI
• Apabila tidak terjadi fertilisasi  CL regresi dan
sekresi hormon menurun
• Kadar prostaglandin meningkat dan
menyebabkan vasokonstriksi spiral arteries,
endometrium mengalami iskemia dan terjadi
kematian sel
• Proses degenerasi sel menyebabkan peningkatan
kadar prostaglanding selanjutnya dan sekresi
lisosim seingga menyebabkan kerusakan jaringan
 Peluruhan jaringan endometrium  menstruasi
MENSTRUASI
PENGATURAN SIKLUS REPRODUKSI YANG
DIPENGARUHI FAKTOR EKSTERNAL
1.
Photoperiod
Menyebabkan hewan memiliki periode
tahunan
Periode ovari aktif vs ovari non aktif
(anestrus)
Kuda dan kucing : peningkatan cahaya
Kucing (mid Januari – mid September)
Kuda ( Februari – akhir Oktober)
Kambing dan domba : pengurangan cahaya
(akhir Juli – akhir Januari)
Reseptor photoperiod pada pineal gland
melatonin
PENGATURAN SIKLUS REPRODUKSI YANG
DIPENGARUHI FAKTOR EKSTERNAL
2. Laktasi : menghambat aktifitas
ovarium
Produksi prolaktin akan menghambat
GnRH
3. Pheromon :
 Sinkronisasi
 Mempertahankan CL
4. Gizi buruk menyebabkan inaktivitas
ovari
4. PERKAWINAN
PERILAKU SEKSUAL
• Pada betina, sexual receptivity
ditentukan oleh hormon-hormon
estrogen dan GnRH
– Pada semua hewan, estrogen yang
berasal dari folikel-folikel preantral yang
sedang berkembang, diperlukan untuk
sexual receptivity
– Pada beberapa hewan, progesteron dari
CL juga diperlukan
• Pada jantan, sexual receptivity
ditentukan oleh testosteron
Fertilisasi memerlukan pergerakan sperma
menuju ovum  melalui ereksi dan ejakulasi
cairan seminal di vagina
Dalam fertilisasi, terdapat beberapa tahapan
yang harus dilalui oleh spermatozoa agar dapat
menembus ovum
Membran
Vitelin
Bagian akrosom
Granul
Sperma berikatan
dengan reseptor pada kortikal
zona
Ruang
Perivitelin
Polar
Memulai
Body I
Zona reaksi
Pelusida Zona &
Vitelline
ZP3
Fusion
Pelepasan
granul
kortikal
Reaksi
Zona
Memulai reaksi
Akrosom
Reaksi berlanjut
Memulai penyelesaian
Meiosis II dan pelepasan
polar body II
Reaksi - Akrosom
Sperma
Sperma mempenetrasi
zona
Diambil dari
Wasserman, P.M. 1988 Scientific American. p78
Eklusi Sperma
Penetrasi
Reaksi Zona dan
Vitelin
Memblok polispermia
PROSES PEMBUAHAN
5. KEBUNTINGAN
• Lama Kebuntingan
– Faktor maternal dan foetus
– Faktor lingkungan dan genetik
• Konsep umum pengenalan kebuntingan (hormonal)
• Perubahan Fisiologi (hormonal dan anatomi)
– Perkembangan embrio melibatkan fusi antara
oosit dan spermatozoa di dalam oviduct
– Perpanjangan masa hidup korpus luteum pada
spesies domestik besar dan pada kucing,
diperlukan untuk mempertahankan
kebuntingan
– Plasenta berperan sebagai organ endokrin
• Deteksi kebuntingan  detak jantung, USG, test
pack, Galli Mainini, Ulas vagina, vaginal plug
Kebuntingan I - Fertilisasi
• Sperma yang telah matang memasuki vagina dan
mengalami kapasitasi
• 50-100 sperma akan menempel pada ovum via glikoprotein
yang berikatan dengan zona pellucida.
• Diikuti oleh proses reaksi akrosom
• Akrosin akan menyebabkan perusakan zona pellucida
• Terjadi fusi antara sperma dan membran ovum  reaksi
zona dan vitelin menhambat polispermia
• Terjadi peningkatan kadar Ca2+ akan mengaktifkan ovum 
terjadi fusi antara sperma dan nukleus ovum 
pembelahan
• Blastosit akan bergerak menuju uterus dan terjadi
imlpantasi pada sekitar hari ke-3
LOKASI PEMBUAHAN
Perjalanan Embrio s/d Proses Implantansi
3
Cleavage
4
Cleavage
continues
5
Implantation
Ovary
2 Fertilization
Uterus
1
Ovulation
(a) From ovulation to implantation
Endometrium
Endometrium
Inner cell
mass
Cavity
Blastocyst
(b) Implantation of blastocyst
Trophoblast
KEBUNTINGAN II
IMPLANTASI & HORMON
• Blastosit (mengandung trophoblast & inner cell mass)
berkontak dengan endometrium & akan diselubungi oleh
syncytiotrophoblast & a cytotrophoblast  implantasi
blastosit
• Human chorionic gonadotropin:
• Disekresikan oleh trophoblast  Stimulasi pembesaran
CL
• Sekresi dimulai pada hari ke-pasca konsepri dan
menurun pada minggu ke-8-10
• Merupakan Dimeric glycoprotein  merupakan
indikator kehamilan dini , sekitar 14 kehamilan
Pertukaran Hormonal Antara Induk Dan Anak
• Relaxin
– Relaksasi serviks dan tulang2 pelvis
– Menghambat kontraksi miometrium
• H. chorionic somatomammotropin
– Disekresi oleh syncytiotrophoblast namun hanya sedikit
yang mencapai fetus
– Struktur mirip GH dan prolaktin
– Stimulalsi perkembangan mammae dan mengarahkan
metabolisme maternal ke fetus
• Progesterone
– Awalnya disekresi oleh CL kemudian oleh plasenta 
mempertahankan kebuntingan
• Oestrogen
– Bersama dengan progesteron menstimulasi
perkembangan mammae
6. Partus
Kortisol dari fetus menginisiasi
kelahiran melalui sekresi estrogen
dan, sebagai akibatnya,
prostaglandin F2-alpha
Perubahan Hormonal Yang Mengontrol Kelahiran
Hypothalamus
Tahap
Fetal ACTH
sebabkanFetal
Kortikosteroids
sebabkan Kadar
progesteron
produksi plasenta
atau regresi CL) -
Corticotropic Releasing
Hormone CR
Hipofise anterior
fetal
Adrenalcorticotropic
Hormone (ACTH)
Hambatan lahir dibuang
Infusi utk
kelahiran
Saat kelahian dikontrol oleh
F
matangnya aksis
hipothalamushipofise-adrenal
Fetal
Adrenal
Produksi estrogen
oleh plasenta -
Corticosteroid
Rangsang
Reseptor oksitosin
di miometrium
Estrogen
(naik)
Produksi PGF2
oleh
uterus -
Glucocorticoid
Sumber Liggins, G.C.
1969. In Foetal Autonomy
Progesterone
(turun)
Prostaglandin
F2
(naik)
Kelahiran (Parturition – Birth)
• Peregangan miometrium
meningkatkan aktivitas otot
yang menyebabkan
kontraksi
• Relaksin lebih rendah,
estrogen lebih tinggi,
mengurangi inhibisi
terhadap kontraksi
miometrium
• Jumlah reseptor-reseptor
oksitosin meningkat 100 x
sebagai respons terhadap
peningkatan estrogen
Oestrogen
Relaxin
Oxytocin Receptors
Prostaglandins
Uterine contractions
Dilation of cervix
and distention of vagina
Stimuli from cervix
Secretion of Oxytocin
from
ovaries
Oxytocin

from fetus
and mother’s
posterior pituitary
Activates oxytocin
receptors on uterus
Stimulates uterus
to contract
Stimulates
placenta to make
Prostaglandins
Stimulate more
contractions
of uterus

Positive feedback
Estradiol
Laktasi
Laktasi
Penting untuk perkembangan nutrisi awal bagi anak yang
baru lahir
Progesteron & estrogen meningkatkan kapasitas sekretori
ambing/mammae
Peningkatan kadar prolaktin secara bertahap dan
menyebabkan perkembangan lobulus-alveolus Prolactin juga
merangsang sekresi duktus2 yang baru terbentuk
Pada saat kelahiran penurunan kadar estrogen akan
menstimulasi laktasi karena estrogen merupakan antagonis
prolaktin
Oxytocin akan mengkontraksi sel-sel mioepitel yang melapisi
duktus dan akan terjadi pengeluaran air susu (milk ejection)
• Sentuhan dan isapan pada puting oleh anak
menyebabkan sekresi oksitosin dan pengeluaran air
susu
• Isapan juga menyebabkan pelepasan prolaktin yang
menstimulasi produksi susu
• Produksi susu pada manusia belum terjadi sampai hari
ke_1-3  pada saat ini disekresi kolostrum  suatu
substansi berwarna kekuningan yang mengandung
antibodi maternal. Imunisasi pasif ini berlangsung
selama 4 bulan pada manusia
• Menyusui merupakan alat kontrasepsi  : Prolaktin
menghambat pelepasan dan antagonis efek GnRH
terhadap hipofisie dan ovariun  menghambat ovulasi
KONTROL NEURAL PADA
PENGELUARAN AIR SUSU
PROLAKTIN
• Merupakan hormon protein
• Berfungsi untuk perkembangan kelenjar
ambing dan produksi air susu pada betina
• Sekresi prolaktin ini merupakan kombinasi
dari : status kebuntingan, kadar estrogen
dan status menyusui
• Prolaktin bersama-sama dengan estrogen,
progesteron, kortisol dan GH akan
melakukan proliferasi dan perpanjangan
saluran kelenjar ambing
PROLAKTIN
• Pada saat kebuntingan : prolaktin
bersama-sama dengan estrogen dan
progesteron akan membantu
perkembangan alveoli kelenjar ambing
• Pada saat laktasi : prolaktin bersamasama dengan kortisol dan insulin
membantu sintesa dan pengeluaran air
susu
LAKTASI
Tiga periode laktasi:
• 1. Mammogenesis pertumbuhan
• 2. Laktogenesis  awal laktasi
• 3. Galaktopoiesis sekresi air
susu
• Semua 3 periode tersebut
• membutuhkan dukungan hormonal.
Mammogenesis :
Embrional, Fetus Dan Setelah Lahir
Perpanjangan Duktus Kelenjar Ambing
Estrogen  pertumbuhan duktus dan cabangnya,
Pertambahan cabang-cabang
dari duktus
Penebalan dari duktus
Progesteron :
perkembangan lobus kel mamae
Lobus alveolus
Alveolus
Anatomi Kelenjar Mammae
Lobus
Lobus mengandung
Alveoli
Sapi
Alveoli
Sintesis air
susu
Duktus Primer dan Sekunder
(Non-sekretoris)
Sapi: 4 Kel. 1 Kel/putik
Domba: 2 Kel. 1 kel/putik
Meatus
Redrawn from Bearden, H.J. and
Fuquay, J.W. (1997) Applied Animal Reproduction
Cisterne
Putik
putik
Terbuka
Cisterne
Kelenjar
Area penyimpanan
100-400 g air
susu
PEMBENTUKAN AIR SUSU
Proses Keluarnya Air Susu
Sistem arteri
Sistem Vena
Sistem Syaraf
Sistem Limfe
Perbandingan Kolostrum dengan Air Susu Biasa
Bahan
Lemak
6.0
3.5
3.5
22.3
12.5
8.8
18.8
7.5
3.25
13.1
1.0
0.09
2.5
4.0
4.60
Turun sjln
Dg waktu
Immuno globulin
Laktosa
Kolostrum
Hari II dan III
(%)
Turun sjln
Dg waktu
Bhn Kr non Lmk
Protein
Kolostrum
Hari I
(%)
Air Susu
(%)
Anak sapi dapat mengabsorpsi immunoglobulin
dengan efisiensi yang menurun sampai 24 jam setelah
lahir
Kolostrum berfungsi untuk immunitas pasif
Anak sapi membutuhkan 5% berat badan, kolostrum
Sistem imun anak sapi belum berfungsi dengan baik
sampai 1-2 bulan postpartum
Persyaratan Agar Reproduksi Sukses
Gamet (ovum/sperma) dari gonad
- Pembentukan dan pelepasan
- Fusi dan fertilisasi
Implantasi sel telur yang telah
terfertilisasi di endometrium
- Pembentukan plasenta
Kebuntingan
Nutrisi dan perkembangan fetus
Kelahiran
Pengeluaran fetus
Laktasi
Nutrisi dan pemeliharaan anak
Perkembangan/ pematangan sistem Embriologi dan pubertas
reproduksi
Endokrinologi
Kontrol proses2 di atas
SISTEM REPRODUKSI UNGGAS
Sistem Reproduksi Jantan
Terdiri dari:
Testis
Menempel pada body cavity (mesorchium)
Warna krem
Vas deferens
Tempat sementara sperma sebelum diejakulasikan
Penambahan seminal plasma pada semen
Berakhir sebagai papilla di dinding kloaka
Alat kopulatori berupa papila  yang mengalami
rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang
panjangnya 12-18 cm
SALURAN REPRODUKSI AYAM BETINA
Isthmus
Infundibulum
Magnum
Magnum
Shell Gland
Cloaca
Follicles
OVARIUM
• Memiliki 2 ovarium
 ovarium kanan rudimenter, ovarium kiri
berkembang karena adanya mullerian
inhibiting
• Perkembangan dan pemasakan kuning telur
• Gametogenesis
• Menghasilkan hormon steroid seksual
• Terdiri dari 2 bagian :
Medula (jaringan ikat, pembuluh darah, syaraf)
Korteks (oogonia)
OVIDUK
a. Infundibulum
•
•
•
•
•
Panjang 9 cm
Kuning telur berada dibagian ini 15 – 30 menit
Aktif menangkap ovum
Tempat terjadinya fertilisasi
Terdapat chalaziferous region
 Bagian infundibulum yang berkelenjar
 Sekresinya membentuk outer perivitelline layer
dan berperan dalam pembentukan chalazae
 Bagian penyimpanan spermatozoa di oviduct
b. Magnum
• Bagian terpanjang dari oviduk (33cm)
• Diameter eksternal lebih besar dan
berdinding tebal
• Terjadi sintesis dan sekresi albumen
40 macam protein
• Kuning telur berada di magnum selama
3,5 jam
c. Isthmus
• Panjang 10 cm
• Telur berada di istmus selama 75 – 90
menit
• Berdinding tipis dan lebih sempit dari
magnum
• Membentuk membran atau selaput putih
telur
Uterus (gland shell)
• Telur berada di uterus selama 20 jam
• Terjadi kalsifikasi dan pimentasi
kerabang
Kristal kapur dibentuk dengan laju
300mg/jam
Oviduk tidak menimbun kalsium
darah yang melewati uterus
melepaskan zat kapur ± 20%
e. Vagina
• Organ yang relatif pendek
• Telur berada beberapa menit dalam
vagina
• Membentuk kutikula pada cangkang
• Membantuk bergeraknya telur dari
uterus ke kloaka saat oviposition
• Berperan dalam transport dan deposisi
semen setelah kopulasi IB
Infundibulum
Ovary
Avian
Female
Anatomy
perivitelline
membrane
chalazae
albumen
Magnum
Oviduct
shell membrane
Isthmus
Shell Gland
Uterus
Intestine
cleaving blastodisc
24 hrs
50K cells
vagina
cloaca
Right
Oviduct
Left side of Reproductive Tract Develops!!
shell
Pembentukan kuning telur (vitelogenin)
Proses akumulasi kuning telur pada sebuah folikel
ovarium.
• Dimulai dari dara s/d sebelum ovulasi
• Terdiri atas lipoprotein, kaya trigliserida
• Bahan penyusun kuning telur disintesis dalam
hati, dibawa oleh aliran darah diakumulasikan
dalam oosit pada ovarium (estrogen).
Pembentukan putih telur
Putih telur merupakan sumber protein yang
diekskresi dan diakumulasi dalam sel epitelium
dan sel kelenjar tubuler.
Pembentukan kerabang telur
• Kerabang yang tipis (membran
kerabang) dihasilkan oleh isthmus,
kerabang keras dihasilkan oleh uterus.
• Pembentukan kerabang telur dimulai
dari isthmus (kira-kira 4,5 jam) setelah
ovulasi dan berakhir 1,5 jam sebelum
peneluran.
Ovulasi
• Terjadinya ovulasi karena: pengaruh hormon
yang dilepaskan hipofisis (LH) dan
pengaturan cahaya.
• LH disekresikan 6 jam sebelum ovulasi di
bawah kontrol sekresi progesteron
• Asosiasi LH dan progesteron sebabkan
sinkronisasi antara derajat masaknya folikel
dan terjadinya ovulasi.
• Proses ovulasi dan oviposisi akan terlambat
apabila terjadi perbedaan antara ritme gelap
saat terjadinya sekresi LH
Oviposisi
• Keluarnya telur dari oviduk (oviposisi)
• Disebabkan oleh kontraksi uterus dan relaksasi
vagina untuk melepaskan telur
• Aktifitas uterus akan meningkat saat oviposisi
normal/prematur
• Regulasi oviposisi dipengaruhi oleh hormon
oksitosin dan prostaglandin (diproduksi oleh
ovarium dan uterus).
HORMON–HORMON YANG MEMPENGARUHI SISTEM
REPRODUKSI UNGGAS BETINA
 FSH  perkembangan dan pematangan folikel  distimulasi


•
•

oleh periode pencahayaan
Estrogen  menyebabkan kadar kalsium, protein, lemak,
vitamin dan substansi lainnya dalam darah meningkat
Estrogen juga menstimulasi perkembangan tulang pubis dan
pembesaran bagian paling luar kloaka untuk persiapan bertelur
Progesteron  memicu hipofisis anterior untuk mensekresi
LH
LH  menyebabkan terjadinya ovulasi (pelepasan yolk yang
sudah matang dari ovarium ke dalam infundibulum)
Saat ovulasi, jika ada pembuahan, maka akan dihasilkan telur
yang fertil, tetapi jika tidak ada sperma, produksi telur terus
berlangsung dan telur yang dihasilkan steril
Kloaka
- Tempat dikeluarkannya telur
- Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah
25-26 jam
- Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon
oksitosin dari pituitaria bagian belakang.
Terima Kasih
Download