Tidak berjudul - e-Journal UIN Alauddin Makassar

advertisement
STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
Rahmaniah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Makassar
Email [email protected]
Abstract:The aim of this research to investigate the quality of
coconut oil and palm oil through its measurement of the
wavelength spectrum. Spektrofotomer is used to measure the
wavelength spectrum, before and after used.The samples are fresh
oil, and expired oil. Analysis of the quality of coconut and palm oil
based on wavelength spectrum show that caconut oil oil is better
than palm oil. Analysis of the quality of coconut oil and palm oil
show that palm oil to sample use of coconut oil not containing
compounds melanoidin while palm oil for one used melanoidin
containing compounds have been found in wavelength of 540
nm which is a green area.
Keywords: quality,oil, spectrophotometer.
PENDAHULUAN
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi
yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak
dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, khususnya minyak nabati, mengandung
asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat
yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitaminvitamin A, D, E dan K.
Minyak kelapa dan minyak sawit sebagai hasil dari industri
pertanian menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal itu ditunjang
oleh keunggulan-keunggulan dibanding minyak nabati lain, diantaranya
adalah produktivitas yang tinggi, dan keragaman kegunaannya baik pangan
maupun non pangan. Tentunya tuntutan syarat mutu harus lebih ketat bila
dibandingkan dengan bahan baku non pangan, sebab dampaknya langsung
berpengaruh pada kesehatan manusia. Selain itu, mutu minyak goreng juga
akan menentukan harga dan nilai komoditas ini. Mutu minyak goreng dapat
diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi
kadar asam lemak bebas (ALB, BFA) air, kotoran, logam, besi, logam,
tembaga peroksida dan ukuran pemecatan, (Made Astawan, 2009).
80
Rahmaniah, Studi Kualitas Minyak Goreng Menggunakan Spektrofotometer 81
Berdasarkan syarat mutu kadar asam lemak bebas, telah banyak jenis
minyak goreng nabati yang dipromosikan mengandung asam lemak tak
jenuh. Dari fungsi nutrisinya asam-asam lemak tak jenuh dapat
menyebabkan penyumbatan pembulu darah dan jantung. Penyebab minyak
goreng mengandung asam-asam lemak tak jenuh karena komponen bahan
yang digoreng berinteraksi dengan minyak atau senyawa-senyawa produk
reaksi degradasi dalam minyak membentuk senyawa berwarna, seperti
reaksi Maillard dan senyawa melanoidin. Senyawa melanoidin terjadi
karena pada proses penggorengan, senyawa nitrogen (protein) dan fosfatida
yang terekstrak dari bahan pangan yang digoreng membentuk senyawa
berwarna (A. Miyagi, et al, 2001).
Spektrum Gelombang Cahaya Tampak
Spektrum optik (cahaya atau spektrum terlihat atau spektrum
tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang tampak oleh
mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang
ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang
tepat dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat menerima
panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang
dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam
frekuensi 790-400 teraherzt. Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya
biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah
hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak
terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut hanya akan
didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang.
Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan
spektral jendela optik wilayah spektrum elektromagnetik yang melewati
atmosfer bumi hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat
sedikit sekali (meskipun cahaya biru dipencarkan lebih banyak dari cahaya
merah, salah satu alasan menggapai langit berwarna biru). Radiasi
elektromagnetik di luar jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela
transmisi lainnya, hampir seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan
jendela optik karena manusia tidak bisa menjangkau wilayah di luar
spektrum
optik.
Inframerah
Tabel 1: Spesifikasi Minyak Kelapa
terletak
sedikit
di
luar
jendela
Murni
optik, namun tidak dapat dilihat
oleh mata manusia.
Karakteristik
Nilai
Kadar air (%)
0,05
Minyak Kelapa
Bilangan Iod
7,5-10
Asam lemak bebas (%)
0,01
Minyak kelapa dapat
Densitas (60˚C)
0,91
diperoleh secara tradisional melaBilangan penyabunan (%)
251
lui santan kelapa yang dipanas
Sumber:http://www.pustaka-deptan.go..id/
kan. Dari santan ini akan dipepublikasi/wr272051.pdf
roleh minyak kelapa. Pemanasan
82 Jurnal Teknosains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2011, hlm. 80-90
yang dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya api yang digunakan,
umumnya bersuhu sekitar 100 – 110˚C.
Mengkonsumsi minyak kelapa murni juga dapat mengaktifkan
hormon-hormon antipenuaan dan pregnenolone, progesteron, dan DHEA,
serta mencegah serangan jantung, pikun, kegemukan, kanker, dan penyakit
lain yang berhubungan dengan penuaan dini. Minyak kelapa murni
merupakan salah satu minyak goreng terbaik, karena sangat stabil terhadap
panas tinggi.
Tabel 2: Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa
Asam Lemak
Asam Lemak Jenuh
Asam kaproat
Asam kaprilat
Asam kaprat
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmitat
Asam stearat
Asam arachidat
Asam Lemak Tak Jenuh
Asam palmitoleat
Asam oleat
Asam linoleat
Jumlah Dalam
Minyak (%)
Rumus Kimia
0.0 – 0.2
4.1 – 6,10
4.5 – 8.60
44.1 – 50.50
13.1 – 16.18
7.0 – 7,5
1.0 – 1.5
0.0 – 0.02
C5H11COOH
C7H17COOH
C9H19COOH
C11H23COOH
C13H27COOH
C15H31COOH
C17H35COOH
C19H39COOH
0.0 – 0.20
5.0 – 6.50
1.0 – 2.70
C15H29COOH
C17H33COOH
C17H31COOH
Sumber: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr272051.pdf
Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit merupakan senyawa yang memiliki komponen
penyusun utamanya trigliserida dan nontrigliserida. Seperti halnya lemak
dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit merupakan ester dari gliserol
dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi sebagai berikut:
O
CH2OH
CH2 ─ O ─ C // ─ R1
|
|
O
CHOH
+ 3 RCOOH
CH ─ O ─ C // ─ R2 + 3 H2O
|
|
O
CH2OH
CH2 ─ O ─ C // ─ R3
Gliserol
Asam Lemak
Trigliserida
Bila R= RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama maka
trigliserida ini disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau
Rahmaniah, Studi Kualitas Minyak Goreng Menggunakan Spektrofotometer 83
lebih asam lemak penyusunnya
tidak sama maka disebut trigli
serida campuran.
Komposisi trigliserida Jumlah
Asam lemak merupakan
dalam minyak kelapa
(%)
sawit Trigliserida
rantai hidrokarbon, yang setiap
Tripalmitin
3–5
atom karbonnya mengikat satu
Dipalmito-Stearine
1–3
atau dua atom hidrogen kecuali
Oleo-Miristopalmitin
0–5
atom karbon terminal mengikat
Oleo-Dipalmitin
21 – 43
tiga atom hidrogen, sedangkan
Oleo – Palmitostearine 10 – 11
Palmito-Diolein
32 – 48
atom karbon terminal lainnya
Stearo – Diolein
0–6
mengikat gugus karboksil. Asam
Linoleo – Diolein
3 – 12
lemak yang pada rantai hidroSumber: http://www.aneka.com
karbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbonnya maka karbonnya disebut dengan asam
lemak jenuh. Makin jenuh molekul asam lemak dalam trigliserida, makin
tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar
biasanya berada pada fase pa
Tabel 4: Komposisi asam lemak
dat. Sebaliknya semakin tidak
Minyak kelapa sawit
jenuh asam lemak dalam mole
Minyak
kul trigliserida maka makin ren
Asam Lemak
Sawit
dah titik cair minyak tersebut
Asam Lemak Jenuh
sehingga, pada suhu kamar be
14 : 0 (Asam Palmitat)
1–2
rada pada fase cair.
16 : 0 (Asam Stearat)
41- 55
Minyak kelapa sawit mengan18 : 0 (Asam Stearat)
4 – 10
dung asam lemak tidak jenuh
Asam Lemak Tidak Jenuh
dengan perbandingan yang
18 : 1 (Asam oleat)
38 – 55
hampir sama, yaitu 40 % asam
18 : 2 (Asam Linoleat)
5 – 14
oleat, dan 44 % asam pal mitat.
18 : 3 (Asam Linolenat)
1
Minyak sawit merupakan sumSumber: http://www.aneka.com
ber vitamin E, tokoferol dan
tokotrienol yang berperan sebagai antioksidan. Tokoferol dan tokotrienol
dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kanker. Minyak sawit juga
merupakan sumber betakaroten, yaitu prekusor vitamin A. Profil asam
lemak dari minyak kelapa sawit dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Tabel 3 : Komposisi trigliserida da
lam minyak kelapa sawit
Tabel 5: Nilai sifat kimia-fisika minyak sawit dan minyak inti sawit
Sifat
Bobot jenis (suhu kamar)
Indeks bias D 40oC
Bilangan Iod
Bilangan penyabunan
Minyak Sawit
0,900
14565 – 1,4585
48 – 56
196 – 205
Minyak Inti Sawit
0,900 – 0,913
1,495 – 1,415
14 – 20
244 – 254
Sumber: (Y. K. Luthana, “Minyak Sawit”, Wordpres.com. 2009)
84 Jurnal Teknosains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2011, hlm. 80-90
Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau
absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran
terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal
mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan
baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar-tunggal atau
sinar-rangkap. Dalam praktek, alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan
dengan tangan dan alat-alat sinar-rangkap biasanya menonjolkan pencatatan
spektrum absorbsi, tetapi mungkin untuk mencatat satu spektrum dengan
suatu alat sinar tunggal. Pembacaan spektrofotometer sampai mendapatkan
nilai absorbs dapat dilihat pada sistem optiknya pada Gambar 2.
Gambar 1.Sistem optik Pada Spektrofotometer
(http://blogkita.info/mykampuz/my-kuliah/kimiaanalisis/campuran-dua- komponen-tanpapemisahan/)
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana kualitas minyak kelapa dan
minyak sawit baik yang murni maupun yang habis pakai (jelantah) melalui
pengukuran spektrum panjang gelombang?”
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah mengetahui
kualitas minyak kelapa dan minyak sawit baik yang murni maupun yang
habis pakai melalui pengukuran spectrum panjang gelombang.
METODE PENELITIAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain Spektrofotometer spektronik-20, Kuvet, Botol semprot, Gelas kimia,
Rahmaniah, Studi Kualitas Minyak Goreng Menggunakan Spektrofotometer 85
Stopwatch, Termokopel, Kompor minyak, Wajan. Bahan yang digunakan
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang murni dan yang habis pakai
(bekas penggorengan ikan basah).
Penentuan Transmitansi dan Absorbsi
Untuk menentukan transmitansi minyak, diperlukan larutan
pembanding. Dalam penelitian ini larutan pembanding yang digunakan
adalah aquades. Selain berfungsi sebagai larutan pembanding aquades juga
digunakan untuk mengkalibrasi alat, agar cahaya terpusat pada kuvet yang
berisi aquades hingga menunjukkan 100% T (skala terbesar) pada layar
pembaca. Setelah aquades dikeluarkan dari sampel holder langkah
selanjutnya yaitu memutar pengontrol cahaya hingga terbaca 0% T (slaka
terkecil). Kemudian memasukkan kuvet yang berisi minyak goreng ke alam
sampel holder dengan menutup rapar-rapat. Dengan panjang gelombang
yang telah ditentukan, membaca transmitansi dan absorbsi. Penentuan
transmitansi dan absorbsi diproses melalui sistem optik pada alat. Pada
sistem optik ini terdapat lampu yang memancarkan cahaya polikromatik.
Cahaya polikromatik diubah menjadi cahaya monokromatik dengan cara
didispersikan menggunakan kisi difraksi. Berkas radiasi monokromatik
menembus sampel setelah didifraksikan melalui suatu celah dengan lebar
sebesar 2,5 μm. Radiasi dengan panjang gelombang tunggal ini, jika
mempunyai elektron kuat untuk mengikat molekul pada sampel akan terjadi
penyerapan (absorbsi) oleh sampel dan sisa radiasinya diteruskan
(transmitansi).
Prosedur Pengambilan Data
Adapun prosedur pengambilan data dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyalakan spektrofotometer spektronik 20
3. Mengatur pengontrol amplifer sampai jarum menunjukkan 0% T dan
memanaskan instrumen selama 20 menit. Bila perlu mengnolkan
kembali setelah pemenasan.
4. Memasukkan 25 ml aquades ke dalam cuvet untuk mengkalibrasi (skala
harus menunjuk 100% T). Kemudian membersihkan bagian luar kuvet
dengan tissu sampai kering dan tidak ada sidik jari.
5. Memasukkan kuvet yang telah diisi dengan aquades ke dalam sampel
holder. Kemudian menutup dengan rapat-rapat.
6. Mengatur panjang gelombang yang diinginkan.
7. Memutar tombol pengontrol cahaya sampai mendapatkan pembacaan
100% T kemudian mengeluarkan kuvet dari sampel holder dan menutup
kembali sampel holder.
8. Memutar tombol pengontrol amplifer sampai terbaca 0%T
9. Memasukkan kuvet yang berisi sampel (minyak kelapa dan minyak
sawit) ke dalam sampel holder kemudian kembali. Selanjutnya
86 Jurnal Teknosains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2011, hlm. 80-90
membaca nilai transmisi dan nilai absorbsi atau panjang gelombang
tertentu yang muncul pada layar pembacaan.
10. Dengan menggunakan langkah yang sama (poin a sampai poin i) dapat
dilakukan untuk sampel yang berbeda (minyak kelapa/kelapa sawit).
Untuk setiap sampel yang ingin diteliti harus mengkalibrasi alat
menggunakan aquades (skala harus menunjukkan 100% T).
11. Mencatat nilai yang peroleh.
12. Menganalisis spektrum panjang gelombang semua sampel yang telah
diteliti (miyak goreng murni dan bekas).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan mengukur transmitans dan
absorbsi pada panjang gelombang yang berbeda-beda, kemudian dilanjutkan
membuat grafik hubungan panjang gelombang dengan transmitans dan
grafik hubungan panjang gelombang dengan absorbsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Spektrum Panjang Gelombang pada Minyak
a. Minyak kelapa murni
Berdasakan hasil pengukuran menunjukkan bahwa terjadi pun-cak gelombang maksi-mun diberbagai titik. Titik puncak
gelombang masing-masing terdapat pada spektrum panjang gelombang
(360, 400, 515, 540, 595,
665, 690) nm dengan nilai
trans-mitansi (51.4, 67.6,
90.8, 91.4, 93,2, 95.0,
Gambar 2: Grafik hubungan panjang gelombang (λ)
96.8) %T. Dari hasil
dengan transmitansi (T)
penentuan puncak gelombang, tidak terbentuk puncak gelombang untuk
panjang gelombang 535
nm. Seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.
Hubungan antara
panjang gelombang dengan absorbsi berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa puncak
Gambar 3 Hubungan panjang gelombang (λ)
gelombang maksimum ter
dengan Absorbsi (A)
jadi pada Dari Gambar 2
dapat dilihat bahwa, terjadinya puncak gelombang diakibatkan oleh nilai
Rahmaniah, Studi Kualitas Minyak Goreng Menggunakan Spektrofotometer 87
transmitansi yang tinggi.
Transmitansi yang tinggi
pada panjang gelombang
yang telah ditentukan,
terjadi karena elektron
yang dihasilkan dari pan
jang gelombang terse but,
tidak terikat kuat oleh
melekul sampel. Sehingga panjang gelombang
tunggal itu sedikit terserap oleh sampel dan lebih
banyak yang diteruskan
(trasmitansi)
spektrum
Gambar 4. Grafik hubungan panjang gelombang (λ)
panjang gelombang (365,
dengan Transmitansi (T)
410, 520, 600, 615) mm
dengan nilai absorbsi (1.57, -1.82, -1.95, -1.96, -1.96) % A. Sedangkan pada panjang gelombang
540 nm tidak terdapat puncak gelombang seperti ditunjukkan Gambar 3.
Puncak gelombang yang terjadi seperti pada Gambar 3 diakibatkan
oleh nilai absorbsi yang tinggi. Absorbsi yang tinggi pada panjang
gelombang yang dipilih, terjadi apabila elektron yang dihasilkan oleh
panjang gelombang terikat sangat kuat dengan molekul dalam minyak.
Sehingga minyak menyerap (absorbsi) banyak panjang gelombang dan lebih
sedikit yang ditransmisikan.
Untuk minyak goreng 1 kali pemakaian,
proses transmisi gelombang tidak terlihat puncak di daerah gelombang
dengan panjang gelombang 535 nm. Pada
proses ini belum terjadi
perubahan warna pada
minyak kelapa, sehingga
masih kelihatan jernih
dan berwarna kuning.
Demikian juga pada absorbsi
tidak
terlihat
puncak gelom-bang (λ =
Gambar 5. Hubungan panjang gelombang (λ) dengan 540 nm) hal ini berarti
Absorbsi (A)
minyak tidak mengalami
88 Jurnal Teknosains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2011, hlm. 80-90
perubahan warna akibat degradasi komponen-komponen
lain. Sehingga pada panjang
gelombang ini, tidak terdeteksi perubahan war-nanya.
Minyak Sawit berdasarkan dari hasil pengukuran pada sampel minyak
sawit murni, diperoleh puncak gelombang masingmasing terdapat pada spekGambar 6. Grafik hubungan panjang gelombang (λ) trum pan jang gelombang
dengan transmitansi (T)
(360, 400, 545, 560, 575,
600, 645, 690) nm dengan
nilai transmitansi (26.6, 26.2,
90.0, 93.0, 93.8, 94.0, 94.4,
96.8) % T, seperti yang
tampak pada Gambar 6. Dari
hasil penentuan puncak
gelombang, tidak terlihat
puncak gelombang pada panjang gelombang 535 nm,
seperti pada minyak kelapa
murni dan minyak kelapa 1
kali pemakaian. Puncak
gelombang maksimum masing-masing terdapat pada
spek-trum panjang gelomGambar 7. Puncak Gelombang Spektrum Panjang
bang (370, 380, 410) nm
dengan nilai absorbsi (-0.09, -0.14, -1.20) %A, seperti yang tampak pada
Gambar 7. Dari hasil penentuan puncak gelombang, tidak terlihat puncak
gelombang pada panjang gelombang 540 nm, seperti pada minyak kelapa
murni dan minyak kelapa 1
kali pemakaian.
Untuk sampel minyak
sawit 1 kali pemakaian
diperoleh data hasil pengukuran, pun-cak gelombang
masing-masing terdapat pada
spek-trum panjang gelombang (360, 400, 535, 585,
690) nm dengan nilai transmitansi (24.4, 24.2, 68.0,
Gambar 8. Grafik hubungan panjang gelombang
74.2, 82.0) %T. Dari hasil
(λ) dengan transmitansi (T)
penentuan puncak gelom-
Rahmaniah, Studi Kualitas Minyak Goreng Menggunakan Spektrofotometer 89
Gambar 9. Hubungan Panjang Gelom
Bang Λ) Dengan Absorbsi (A)
bang, terdapat puncak gelombang
pada pan-jang gelombang 535 nm
dengan
transmitansi
sebesar
68.0% T (Gambar 8).
Puncak gelombang maksimum masing-masing terdapat pada spektrum panjang gelombang
(370, 380, 410, 540, 580) nm
dengan nilai absorbsi (0.40, 0.00, 1.16, -1.70, -1.79) %A. Dari hasil
penentuan puncak gelombang, terdapat puncak gelombang pada
panjang gelombang 540 dengan
absorbsi sebesar -1.70% A (Gam-
bar 9).
Berdasarkan hasil analisis minyak kelapa murni dan habis pakai
dengan minyak sawit murni dan habis pakai. Terlihat bahwa minyak yang
habis pakai lebih banyak mengandung senyawa melanoidin yang disertai
perubahan warna. Perubahan warna disebabkan degradasi minyak dengan
bahan yang digoreng. Terjadinya degradasi mengakibatkan hidrolisis lemak
menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi dan membentuk asam
lemak trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Dari hasil analisis juga diperoleh bahwa minyak kelapa lebih baik
daripada minyak sawit. Ini terlihat pada warna minyak kelapa lebih jernih
dari minyak sawit. Minyak kelapa pada pemakaian 1 kali tidak mengandung
senyawa melanoidin sedang pada minyak sawit pemakaian 1 kali telah
mengandung senyawa melanoidin yang ditemukan pada panjang gelombang
540 nm yang merupakan daerah warna hijau. Pada rentang panjang
gelombang ini cahaya yang melalui minyak lebih banyak yang terserap oleh
minyak daripada cahaya yang diteruskan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelititian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa lebih baik daripada minyak
sawit, hal ini tampak pada hasil penelitian untuk sampel miyak kelapa 1 kali
pemakaian belum mengandung senyawa melanoidin sedangkan minyak
sawit untuk 1 kali pemakaian telah mengandung senyawa melanoidin yang
ditemukan pada panjang gelombang 540 nm yang merupakan daerah warna
hijau.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan menganalisis parameter lain seperti viskositas dan indeks bias
terhadap sampel yang sama.
90 Jurnal Teknosains, Volume 5 Nomor 1, Januari 2011, hlm. 80-90
DAFTAR RUJUKAN
Astawan, Made. ”Sehat Dimulai dari Minyak.” Compas. 14 Agustus 2009.
http://Kesehatan.com./red/xml/2009/08/14/1145661/. (14 Agustus 2009).
Badan POM RI Mataram. “Minyak Jelantah Bahaya Dikonsumsi”. 25
Agustus.2009.Suara
Komunitas.com.
http://www.suarakomunitas.
net/index. php?lang =id&rid=19&id=4074 (25 Agustus 209).
Bueche, Frederick J. Principles of Physics, Fifth Ed; Amerika: Mcgrow. Hill, Inc,
1988.
Day. R. A dan A. L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif; Jakarta: Erlangga,
2002.
Dewang, Syamsir. Modul Pembelajaran Berbasis SCL Mata Kuliah Optika
Moderen, Makassar: Universitas Hasanuddin, 2009.
Ginacoli. C. Douglas. Fisika. Cet. 5; Jakarta: Erlangga, 2001.
Ginacoli. C. Douglas. Physics Principles With Application. 2nd Ed; New Jersey:
Prentice Hall, inc, 1985.
Halliday, Th. 1. Resnick Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Fisika. vol. 2: Jakarta:
Erlangga, 1984.
Jimmo. “Kimia Analisis”. Blog kita.info. 14 Agustu 2009. http://blogkita.info/mykampus/my-kuliah/kimia-analisis/campuran-dua-komponen-tanpapemisahan/ (14 Agustus 2009).
Kemala,
Mutia.
”Minyak
Kelapa”.
Blog.com.
08
Juli
2009.
http://mutiakemalafarida.blog.com/kelapa/ (08 Juli 2009).
Luthana, Yongky Kastanya. ”Minyak Sawit”. Wordpres.com. 12 Agustus 2009.
http://yongkykastanyaluthana.wordpres.com/2008/12/16/. (12 Agustus
2009).
Miyagi, A., et al. Feasibility Recycling Used Frying Oil Using Membrane
Process.” Journal Lipid Science Teknologi, no. 103 (2001): h. 208 – 215.
Pahan, Iyung. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya, 2008.
Soedijanto dan M Sianipar. R. R. Kelapa. Jakarta: CV. Yasaguna, 1985.
Spears, Jacqueline D and Dean Zollman. The Fascination of Physics. California:
The Benjamin/ Cummings Publishing Company, inc, 1985.
Sutrisno. Seri Fisika Dasar Gelombang dan Optik; Bandung: ITB, 1984.
Tim Dosen Kimia Analitik. Penentuan Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Makassar: UNM, 2005.
Tipler. Fisika Untuk Sains dan Teknik. vol. 2: Jakarta: Erlangga, 2001.
Download