Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....59 ASAS KEPATUTAN DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PADA PERSEROAN Sulaeman PT. Senamas Energindo Mineral (Rimau Group) [email protected] Abstract : The aim of this research is to analyze the equity principle in social and environmental responsibilities and also to analyze the forms of law enforcement to the companies which do not implement corporate social and environmental responsibilities. The type of this research is a normative legal one which studies the regulations related to the equity principle in corporate social and environmental responsibilities and the law enforcement to the companies which do not comply with the corporate social and environmental responsibility. The concept of equity in the Socia and Environment Responsibilities is the Company's policy, which is tailored to the financial capabilities of the Company, and potential risks which lead to social and environmental responsibilities that the company must be responsible for in accordance with its business activities without reducing the obligations as stipulated in the laws and regulations related to the Company's business activities. The amount of costs and proportion for Corporate Social and Environmental Responsibilities is determined by the company based on the profit or net profit of the company. Hence, equity can be said as the proper, appropriate, or good intention of a company in implementing Corporate Social and Environmental Responsibilities. Furthermore, law enforcement for the company that does not implement the Corporate Social and Environmental Responsibilities based on the positive law of Indonesia stipulated in the Capital Market Law No. 25 of 2007 Section 34 applies to all forms of business entities in Indonesia. The forms of sanctions that can be given to companies that do not implement Corporate Social and Environmental Responsibilities are administrative sanctions in the form of written warnings, restrictions on business activities, freezing, or revocation of business activities and/ or investment facility.Meanwhile, the civil and criminal sanctions are not appropriate to be applied because there is no specific reasons to provide such sanctions. Keywords: principle Corporate Social and Environmental Responsibility, Law Enforcement, The Equity Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis prinsip keadilan dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan dan juga untuk menganalisis bentuk penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Jenis penelitian ini adalah salah satu hukum normatif yang mempelajari peraturan yang berkaitan dengan prinsip keadilan dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak mematuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Konsep ekuitas dalam Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah kebijakan Perusahaan, yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Perusahaan, dan potensi risiko yang menyebabkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan harus bertanggung jawab untuk sesuai dengan kegiatan usahanya tanpa mengurangi kewajiban sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan. Jumlah biaya dan proporsi untuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ditentukan oleh perusahaan berdasarkan laba atau keuntungan bersih perusahaan. Oleh karena itu, ekuitas dapat dikatakan sebagai niat yang tepat, yang sesuai, atau baik dari perusahaan dalam melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Selanjutnya, penegakan hukum bagi perusahaan yang tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan berdasarkan hukum positif Indonesia diatur dalam UU Pasar Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 34 berlaku untuk semua bentuk badan usaha di Indonesia. Bentuk-bentuk sanksi yang bisa diberikan kepada perusahaan yang tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan adalah sanksi administratif 60 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, atau pencabutan kegiatan usaha dan / atau facility.Meanwhile investasi, sanksi perdata dan pidana yang tidak tepat untuk diterapkan karena tidak ada alasan khusus untuk memberikan sanksi tersebut Kata kunci : Asas Kepatutan, Penegakan Hukum, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan tentang PENDAHULUAN Tanggung Jawab Soisal dan Lingkungan Perseroan Terbatas (selanjutnya Tanggung Jawab Sosial dan Ling- disebut PP TJSL). Dengan subyek yang kungan (TJSL) yang lebih dahulu dikenal di diberikan kewajiban ini adalah Perseroan Negara-negara maju sebagai Corporate Terbatas yang merupakan bentuk usaha Social Responcibility (CSR) pada saat ini berbadan hukum dimana tujuan utama telah mulai diterapkan dalam peraturan dan berdirinya perseroan adalah untuk mencari perundang-undangan keuntungan yang berlaku Indonesia, antara lain dalam di Undang- dari kegiatan usaha yang dijalankan (profit Oriented). Undang No. 25 Tahun 2007 tentang TJSL yang diterapkan di Indonesia Penanaman Modal (selanjutnya disebut UU sama halnya dengan CSR yang menunjuk- Penanaman Modal) dan Undang-Undang kan No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan ditengah-tengah Terbatas bertanggung (selanjutnya disebut UUPT). bahwa perseroan yang masyarakat jawab bergerak juga terhadap harus masalah- Kedua Undang-Undang ini secara tegas masalah sosial yang dihadapi masyarakat mensyaratkan bahwa untuk melaksanakan setempat. suatu perusahaan yang baik atau Good dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya Corporate Governance (GGC), harus juga hubungan perseroan yang serasi, seimbang, peduli terhadap kepentingan sosial dan dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, lingkungan di perusahaan yang melaksana- dan budaya masyarakat setempat. kan tugas maupun pelaksanaan perusahaan tersebut dalam bidang sumber daya alam.1 Istilah Tanggung Jawab Sosial dan Selain itu, penerapan TJSL TJSL merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung Lingkungan diatur didalam UUPT beserta jawab lingkungannya peraturan pelaksana mengenai TJSL yaitu mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pelaksanaan kewajiban dengan ini harus tidak me- merhatikan dan menghormati tradisi budaya 1 Budi Untung. 2014. CSR dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: Andi, hlm. 1. masyarakat di sekitar lokasi kegiatan usaha Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....61 tersebut. TJSL merupakan suatu konsep sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung dengan jawab karyawan, kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam pemegang saham, komunitas dan ling- laporan tahunan perusahaan. Dalam hal kungan dalam segala aspek operasional perusahaan tidak melaksanakan TJSL maka perusahaan. Pelaksanaan TJSL akan ber- perusahaan dampak sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan terhadap pada konsumen, kesinambungan dari perusahaan. Suatu perusahaan dalam me- tidak hanya yang kepatutan bersangkutan dan dikenai perundang-undangan.3 laksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya memperhatikan Perdebatan mulai muncul menyang- berdasarkan kut besaran biaya dan sanksi, terlebih UUPT faktor keuangan belaka seperti halnya tidak menyebutkan secara rinci berapa keuntungan atau dividen, melainkan juga besaran biaya harus berdasarkan konsekuensi sosial di perusahaan dalam pelaksanaan TJSL serta lingkungan untuk saat ini maupun jangka sanksi panjang.2 menjalankan yang harus dikeluarkan bagi perusahaan TJSL. yang tidak Perusahaan hanya Pencantuman TJSL dalam UUPT dituntut untuk melaksanakan kewajiban bertujuan untuk mewujudkan pembangunan tersebut secara patut dan sukarela dengan ekonomi ber-kelanjutan guna meningkatkan memperhatikan kepatutan dan kewajaran kualitas kehidupan dan lingkungan yang dan perusahaan yang tidak melaksanakan bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri, TJSL dikenakan sanksi. Hal ini sebagaimana komunitas setempat, dan masyarakat pada disebutkan dalam UUPT, Pasal 74 ayat (2) umumnya. bahwa Ketentuan ini dimaksudkan tanggung Jawab Sosial dan untuk men-dukung terjalinnya hubungan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada perusahaan yang serasi, seimbang, dan ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan yang budaya sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaan- masyarakat setempat, maka dianggarkan nya usahanya di bidang dan/atau berkaitan kepatutan dan kewajaran. Pasal 74 ayat (3) dengan wajib menyebutkan bahwa Perseroan yang tidak melaksanakan TJSL. Untuk melaksanakan melaksanakan kewajiban sebagaimana di- kewajiban maksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai daya Perseroan alam tersebut, kegiatan dengan diperhitungkan ditentukan bahwa perusahaan yang kegiatan sumber dilakukan dan memperhatikan TJSL harus dianggarkan dan diperhitungkan 3 2 Ibid., hlm. 2. Binoto Nadapdap. 2014. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Akasara, hlm. 16. 62 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 dengan ketentuan peraturan perundang- perseroan, UUPT juga tidak menyebutkan undangan. dan menjelaskan secara terperinci bentuk Pasal 74 ayat 2 UUPT juga menarik sanksi bagi perseroan yang tidak melak- untuk dicermati dan dibahas. Pengertian dari sanakan TJSL. Regulasi ini akan menyulit- kepatutan dalam pasal itu belum jelas, tetapi kan jika Pemerintah adalah pihak yang penjelasan Pasal 74 ayat 2 mengatakan menetapkan standar “cukup jelas.” Perusahaan bisa mengatakan karena bahwa dan berkeadilan, Pemerintah harus menetapkan pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai standar kepatutan tersebut dengan variasi dengan kepatutan, tetapi masyarakat mau- yang berbeda-beda karena adanya ukuran pun pemerintah juga bisa mengatakan yang perusahaan, kondisi kemampuan keuangan, berlainan. Kata kepatutan tersebut dapat kondisi stakeholder perusahaan, rencana memberikan ketidak jelasan bagi para pihak pengembangan stakeholders atau pemangku kepentingan. perekonomian baik secara mikro maupun anggaran program TJSL Konsep kepatutan dalam Pasal 74 untuk kepatutan tersebut, mencapai perusahaan regulasi dan yang kondisi makro. tersebut adalah regulasi yang berkarakter Pengaturan sanksi tidak dilaksana- ambigu sehingga tidak ada kejelasan terkait kannya TJSL oleh perseroan yang bergerak bentuk ataupun standar dalam pelaksanaan di bidang sumber daya alam di Indonesia TJSL. Selain berkarakter ambigu dan tidak belum diatur secara jelas. UUPT dan PP jelasnya standar dan bentuk kepatutan yang TJSL yang mengatur terkait pelaksanaan dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2) tersebut, TJSL di Indonesia masih melimpahkan ke- ternyata ketidakjelasan tentuan sanksi berdasarkan peraturan per- pengaturan sanksi bagi perseroan yang tidak undang-undangan yang terkait. Peraturan melaksanakan TJSL. Apabila terjadi pelang- perundang-undangan garan tidak dilaksanakannya TJSL oleh peraturan perundang-undangan yang ber- perseroan, yang berkaitan dengan sumber kaitan dengan sumber daya alam dan etika daya dengan melakukan kegiatan usaha. Ternyata ter- mengamanatkan kepada peraturan perun- dapat beberapa peraturan yang mengatur dang-undangan memberikan tentang sumber daya alam tidak mengatur penjelasan lebih lanjut terhadap peraturan terkait sanksi tidak dilaksanakannya TJSL. perundang-undangan yang dimaksud. Sehingga diperlukan bentuk sanksi tidak juga alam, terdapat dikenakan lain sanksi tanpa yang terkait yaitu UUPT tidak menjelaskan standar dilaksanakannya TJSL yang tepat untuk ataupun bentuk kepatutan dalam pelaksana- memberikan efek jera kepada perseroan an TJSL yang wajib dilaksanakan oleh yang bergerak dibidang sumber daya alam. Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....63 Kewajiban untuk memenuhi TJSL oleh perusahaan belum dapat diimplemen- ditangkap, baik dengan intelek maupun perasaan".5 tasikan dengan baik, karena dalam undang- Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP undang maupun peraturan pemerintah tidak TJSL, yang dimaksud dengan “kepatutan diatur secara jelas bentuk dan standarisasi dan kewajaran” adalah kebijakan Perseroan, pelakasanaan yang TJSL, melainkan hanya disesuaikan dengan kemampuan penegasan bahwa perusahaan wajib melak- keuangan Perseroan, dan potensi risiko yang sanakan TJSL berdasarkan kepatutan dan mengakibatkan tanggung jawab sosial dan kewajaran. lingkungan yang harus ditanggung oleh Berdasarkan problematika hukum Perseroan sesuai dengan kegiatan usahanya yang telah diuraikan di atas, maka dapat yang dirumuskan 2 (dua) permasalahan, yakni : 1) sebagaimana Bagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan Konsep Kepatutan dalam tidak mengurangi yang ditetapkan yang Bagaimana penegakan Perseroan. Kepatutan merupakan salah satu Perusahaan yang tidak bagi melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan? asas yang terdapat kegiatan di dalam usaha hukum perjanjian. Asas kepatutan itu mengikat tidak hanya karena undang-undang menunjuknya, melainkan karena kepatutan PEMBAHASAN Konsep dengan dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan? 2) hukum terkait kewajiban Kepatutan Dalam Tanggung itu menentukan isi dari janji itu mengikat. Asas kepatutan termuat dalam Pasal Jawab Sosial Perusahaan 1339 KUH Perdata yang menyebutkan Secara etimologi, kepatutan diartikan sebagai kepantasan, kelayakan, kesesuaian, kecocokan, segala yg kita lakukan hendaknya sesuai dengan batas-batas yang berlaku dalam masyarakat. 4 Sedangkan menurut Mariam Darus, kepatutan adalah “yang dapat dirasakan sebagai sopan, patut dan adil. kepatutan Jadi rumus meliputi kewajaran semua yang dan bahwa perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan. Asas kepatutan di sini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas ini merupakan ukuran tentang hubungan yang ditentukan juga oleh dapat 5 4 suatu Kamus Besar. Kepatutan. http://www.kamusbesar.com. Diakses pada tanggal 28 Juli 2015. Hukum Online. 2014. Profesor FH USU Bedah Definisi Asas “Iktikad Baik” http://www.hukumonline.com. Diakses pada tanggal 28 Juli 2015. 64 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 rasa keadilan masyarakat. Isi perjanjian yang tersebut. Sedangkan pada arti objektif, itikad dimaksudkan adalah apa yang dinyatakan baik diartikan sebagai kepatutan.7 secara tegas oleh kedua belah pihak Syarat kepatutan berakar pada suatu mengenai hak dan kewajiban mereka di sifat peraturan hukum pada umumnya, yaitu dalam perjanjian tersebut. Kepatutan dalam usaha mengadakan imbangan dari pelbagai Pasal 1339 KUH Perdata, yang secara kepentingan yang ada dalam masyarakat. bersama-sama Dalam suatu tata hukum pada hakikatnya dengan kebiasaan dan undang-undang harus diperhatikan pihak- tidak pihak dalam melaksanakan perjanjian. Hal seorang dipenuhi seluruhnya dengan akibat, kepatutan dalam pelaksanaan perjanjian bahwa kepentingan orang lain sama sekali berada pada itikad baik, sekedar itikad baik didesak atau diabaikan. Wirjono Prodjo- ini memenuhi unsur subjektif, terletak pada dikoro mengatakan bahwa masyarakat harus hati sanubari orang-orang yang berkepen- merupakan suatu neraca yang lurus dalam tingan, sedangkan kepatutan mempunyai keadaan seimbang. Kalau neraca ini men- unsur objektif, terletak terutama pada hal dorong yang ke satu pihak, maka tidak boleh keadaan sekitar persetujuan.6 ada keganjilan dalam masyarakat, yang pada Dalam ketentuan UUPT, diperbolehkan suatu kepentingan TJSL suatu waktu tentu kelihatan akibatnya yang merupakan kewajiban perseroan sebagai jelek bagi keselamatan dan bahagia masya- legal entity yang dianggarkan dan di- rakat sendiri”.8 perhitungkan sebagai biaya perseroan yang Dalam hukum perjanjian di Indo- pelaksanaannya dilakukan dengan mem- nesia (KUH Perdata) untuk menentukan perhatikan kepatutan dan kewajaran, maka apakah substansi klausula dalam perjanjian dalam hal ini harus ada itikad baik dari baku merupakan klausula yang secara tidak perusahaan. Itikad baik dalam arti subektif wajar sangat memberatkan bagi pihak merupakan suatu sikap batin atau suatu lainnya terdapat pengaturannya dalam Pasal keadaan jiwa, sehingga itikad baik dimaknai 1337 dan Pasal 1339 KUH Perdata. Dalam sebagai keinginan dalam hati sanubari pihak Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan bahwa yang menguasai atau memegang barang suatu pada waktu ia mulai menguasai barang dilarang oleh undang-undang, atau apabila sebab adalah terlarang, apabila 7 Antique. 2011. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSL) dan Hukum Lingkungan. http://antiquem.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 11 September 2015. 6 Wirjono Prodjodikoro. 2000. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung: Mandar Maju, hlm. 187. 8 Wirjono Prodjodikoro.Op.Cit., hlm. 187. Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....65 berlawanan dengan kesusilaan baik atau melaksanakan Tanggung Jawab Sosial ketertiban umum. Sedangkan dalam Pasal dan Lingkungan; 1339 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu 2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal- sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hal yang dengan tegas dinyatakan di merupakan kewajiban Perseroan yang dalamnya, tetapi juga oleh segala sesuatu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai yang menurut sifat perjanjian, diharuskan biaya Perseroan yang pelaksana-annya oleh kepatutan, kebiasaan dan ketertiban dilakukan umum. kepatutan dan kewajaran; dengan memperhatikan Dan dalam Pasal 1347 KUH Perdata 3) Perseroan yang tidak melaksanakan disebutkan pula hal-hal yang menurut kewajiban sebagaimana dimaksud pada kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan secara diam-diam dimasukkan dalam per- ketentuan janjian undangan; meskipun tidak secara tegas dinyatakan. Dari ketentuan di atas dapat 4) peraturan Ketentuan lebih perundang- lanjut menge-nai disimpulkan bahwa elemen-elemen dari per- Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan janjian adalah : diatur dengan Peraturan Pemerintah. 1) Isi perjanjian itu sendiri; Pasal 74 ayat (2) UUPT menyebut- 2) Kepatutan; kan bahwa Tanggung Jawab Sosial dan 3) Kebiasaan; Lingkungan sebagaimana dimaksud pada 4) Undang-undang. ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan Konsep Kepatutan dalam UUPT jo. PP sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaan- TJSL nya dilakukan kepatutan dan dengan memperhatikan kewajaran. Maksud Ketegasan tentang TJSL ditemukan kewajiban perusahaan yang di-anggarkan dalam UUPT yang telah menempatkan TJSL dan diperhitungkan sebagai biaya perusaha- sebagai tindakan sukarela perusahaan atau an adalah bahwa TJSL harus ditetapkan sebuah kewajiban hukum yang imperative dalam (wajib dilaksanakan), dengan mengatur : maksudnya penerapan TJSL ada unsur 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan pemaksaan, yang apabila tidak dilaksanakan usahanya di bidang dan/atau berkaitan akan dikenakan sanksi hukum (Pasal 74 ayat dengan (3) UUPT). Apabila TJSL ditetapkan di sumber daya alam wajib anggaran perusahaan. Disinilah dalam anggaran perusahaan maka tentu saja 66 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 dapat memberatkan perusahaan, apalagi mengurangi keuntungan berjalan. Belum perusahaan yang sedang tahap berkembang. lagi harus membayar pajak penghasilan Oleh karena itu, ada frase “kepatutan dan yang sangat membebankan pelaku usaha. kewajaran” sebagai exit clause bagi Dalam ketentuan ini disebutkan Pemerintah untuk menentukan pelaksanaan bahwa biaya pelaksanaan TJSL diperhitung- TJSL. Maksudnya adalah sebagai alasan kan sebagai salah satu komponen biaya Pemerintah untuk menerapkan TJSL kepada perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk perusahaan-perusahaan yang sedang ber- melaksanakan TJSL ini seharusnya pada kembang tadi, tentu saja penerapan TJSL akhir tahun buku diperhitungkan sebagai diutamakan kepada perusahaan-perusahaan salah satu pengeluaran perusahaan. Agar yang bergerak dalam bidang Sumber daya dapat dijadikan sebagai biaya pengurang alam. Tetapi tidak tertutup kemungkinan penghasilan kena pajak, maka rencana untuk dilakukan oleh perusahaan yang tidak Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bergerak dalam bidang Sumber daya alam. yang akan dilaksanakan dan anggaran yang Di dalam Pasal 74 Ayat (2) UUPT tidak disebutkan secara tegas berapa persen untuk melaksanakan TJSL dari dibutuhkan wajib untuk dimuat atau dimasukkan ke dalam rencana kerja tahunan. laba Kemudian adanya ketentuan dana perusahaan. Dengan demikian peraturan ini yang dianggarkan dan tidak memiliki kepastian hukum untuk dengan kepatutan dan dilaksanakan. kewajaran. Artinya, jumlah biaya dan memperhatikan diperhitungkan Interpretasi yang dilakukan pelaku beberapa proporsinya untuk tanggung jawab usaha dari pengaturan Pasal 74 UUPT yang sosial dan lingkungan akan ditentukan oleh mengatur mengenai TJSL dalam hal biaya Pemerintah, yang kita tidak tahu persis pelaksanaan TJSL diambil dari laba bersih bagaimana caranya itu akan dihitung guna perusahaan setiap tahunnya. Hal ini juga menghindari logika sesat dimana TJSL belum diatur dalam ketentuan peraturan adalah aktivitas setelah pajak. Di sinilah perundangan. bahaya Dengan demikian setiap terbesar muncul yakni TJSL pelaku usaha kebingungan untuk menerap- direduksi menjadi pengaturan dana saja. kan Beberapa TJSL. Apalagi Kenyataannya di pengamat sudah menyatakan lapangan, orientasi pelaku usaha untuk kemungkinan hal ini akan menjadi ladang membangun adalah korupsi baru, namun yang pasti adalah orientasi laba ataupun keuntungan. Apabila reduksi itu akan mendangkalkan makna beban biaya TJSL diambil dari laba bersih substansial dari TJSL sebagai alat mencapai perusahaan sebuah setiap perusahaan tahun maka akan Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....67 tujuan pembangunan berkelanjutan menjadi sosial dan lingkungannya sehingga per- sekedar sumbangan dana perusahaan.9 usahaan mampu mewujudkan tujuan hokum Kepatutan sebagai dasar pelaksanaan dengan lebih bertanggung jawab terhadap TJSL semestinya tidak hanya didasarkan lingkungan sekitar disamping hak-hak yang pada kondisi internal perusahaan, tetapi juga dimilik oleh perusahaan. harus dikaitkan dengan situasi dan kondisi Perusahaan bukan lagi sekedar eksternal perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit pengaturan pelaksanaan TJSL lebih lanjut demi kelangsungan usahanya, melainkan harus bisa menempatkan secara berkeadilan juga tidak saja kewajiban perusahaan, tetapi juga sosial dan lingkungannya. Dasar pemikiran- hak-hak perusahaan dan tanggung-jawab nya adalah menggantungkan semata-mata pihak eksternal perusahaan yang terkait pada kesehatan finansial tidak menjamin langsung dengan TJSL, yakni masyarakat perusahaan bisa tumbuh secara berkelanju- (as benefeciary parties). tan (sustainable). Keberlanjutan akan ter- bertanggungjawab terhadap aspek jamin apabila perusahaan memperhatikan Penegakan Hukum Bagi Perusahaan Yang Tidak Melaksanakan Tanggung aspek terkait lainnya, yaitu aspek social dan lingkungan.10 Perseroan yang bergerak di bidang Jawab Sosial Dan Lingkungan Tujuan hukum saat ini, seperti yang sumber daya alam saat tidak melakukan tampak diterima secara universal adalah TJSL sesuai dengan ketentuan UUPT dan terjaminnya ketertiban di dalam masyarakat, PP TJSL maka sudah selayaknya diberikan kebahagiaan sebesar-besarnya warga masya- sanksi. Ketentuan sanksi UUPT dan PP rakat dan merekonsiliasi atau penyesuaian TJSL antara keinginan seseorang dengan ke- perundang-undangan yang terkait meng- bebasan orang lain. Perusahaan dalam akibatkan penyelesaiannya harus melihat konteks pembangunan saat ini tidak lagi peraturan perundang-undangan yang terkait dihadapkan pada tanggung jawab yang dengan sumber daya alam terlebih dahulu. berpijak pada aspek keuntungan secara Sehingga pengaturan sanksi penerapan TJSL ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan dalam UUPT, PP TJSL, Undang-Undang yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, Penanaman Modal, dan peraturan per- namun juga harus memperhatikan aspek undang-undangan yang berkaitan dengan 9 Dwi Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Suistainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: Refika Aditama, hlm 131. yang 10 merujuk pada peraturan Bambang Rudito (et.al). 2004. Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD: Jakarta, hlm. 47. 68 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 sumber daya alam perlu dilakukan untuk lah penting sehingga perlunya bentuk sanksi memperoleh yang tepat untuk mengaturnya. kepastian hukum dalam penegakkan hukumnya dan dapat mencegah kerusakan lingkungan juga konflik di masyarakat sekitarnya. Ketentuan Akibat tidak diatur secara jelas tentang sanksi hukum perusahaan yang tidak melaksanakan terkait jawab sosial yang perusahaan, maka sebagai dasar hukum dilimpahkan oleh UUPT dan PP TJSL dalam pemberian sanksi terhadap tidak kepada perundang-undangan dilaksanakannya Tanggung Jawab Sosial sektoral ternyata masih terdapat permasalah- dan Lingkungan adalah sebagai berikut. an hukum. Hal ini disebabkan terdapat Pertama, pengaturan sanksi menurut UUPT beberapa perundang-undangan dan PP TJSL. Sanksi tidak dilak-sanakannya yang terkait telah secara tersirat mengatur TJSL diatur dalam Pasal 74 Ayat (3) UUPT terkait pelaksanaan TJSL, tetapi dalam 2007 yang menyebutkan bahwa Perseroan peraturan yang peraturan peraturan sanksi tanggung perundang-undangan tersebut tidak melaksanakan kewajiban tidak mengatur terkait sanksi terhadap tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai dilaksanakan TJSL oleh perseroan yang sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan bergerak dibidang sumber daya perundang-undangan. alam. Pendelegasian dalam pemberian sanksi dari Ketentuan dalam Pasal 7 PP TJSL UUPT yang diperjelas oleh PP TJSL kepada menyatakan bahwa Perseroan sebagaimana undang-undang sektoral telah memberikan dimaksud ketidakpastian akan melaksanakan tanggung jawab sosial dan menyebabkan tujuan hukum terkait pe- lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan laksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. hukum. TJSL oleh Hal ini perseroan yang bergerak dibidang sumber daya alam tidak terpenuhi. dalam Pasal 3 yang tidak Pengaturan sanksi yang diberikan kepada peraturan perundang-undangan yang Pengaturan sanksi yang diberikan terkait harus memiliki kesamaan dalam kepada peraturan yang terkait, ternyata subyek norma, perilaku yang sama, dan masih ada peraturan yang belum mengatur sanksi hukum yang sama.11 Ketiga faktor tentang sanksi, yang tidak melaksanakan tersebut apabila telah memiliki kesamaan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara UUPT dan PP TJSL dengan peraturan dalam peraturan tersebut. Kepastian hukum yang terkait maka implementasi terhadap terkait pemberian sanksi terkait tidak dilaksanakan TJSL oleh perusahaan, sangat- 11 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 53/PUU-VI/2008 tentang judicial review pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, hlm 106. Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....69 sanksi dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait. Setiap perseoan selaku subjek hukum mempunyai tanggungjawab pertanggungjawabkan pada penerima manfaat maupun pemerintah. dan Pertanggungjawaban hukum sebagai- lingkungan" begitulah kira-kira bunyi pasal mana diatur dalam undang-undang Nomor 2 dari PP TJSL. Peraturan ini merupakan 40 tahun 2007 Tentang tanggung sosial dan tindak lanjut dan penjelas dari UUPT. lingkungan Pasal 74 UUPT yang baru, Dalam peraturan ini juga disebutkan pada diundang-undang tersebut tidak tercantum Pasal 3, Kewajiban ini berlaku bagi per- secara spesifik pertanggungjawaban hukum seroan yang menjalankan bidang usahanya yang seperti apa yang akan dibebankan berkaitan dengan sumberdaya alam. Secara kepada perusahaan. Namun demikian, dalam garis besar Peraturan pemerintah ini ter- undang-undang itu pula dijelaskan bahwa kesan terhadap perusahaan dapat dipertanggungjawabakan kegelisahan pelaku usaha maupun pelaku secara hukum melalui peraturan perundang- pembangunan dalam tatanan hukum dan undangan terkait. memberikan sosial bagaimana tangung jawab sosial itu di dukungan tanggung jawab sosial lingkungan. Dalam Kedua, pengaturan sanksi menurut hal ini, juga disebutkan bahwa tanggung Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 jawab tentang sosial merupakan biaya bagi Penanaman Modal (UUPM). perseroan seperti disebutkan pada pasal 5. Ketentuan TJSL dalam Undang-Undang Pada sisi, pemberdayaan penulis mencoba Penanaman Modal menjelaskan bahwa TJSL menelaah ini. merupakan suatu kewajiban yang harus Beberapa hal yang perlu dan sangat perlu dilakukan oleh penanam modal. Penanam diperjelas adalah dalam alur dan tanggung modal jika tidak melaksanakan kewajiban jawab sosial tidak memperlihatkan upaya maka akan mendapatkan sanksi administratif pelibatan stakeholder yang sesungguhnya sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal menjadi fondasi dari maksimalisasi pem- 34 ayat (1) Undang-Undang Penanaman bangunan yang diharapkan oleh pemerintah. Modal berupa: Dan perencanaan tanggung jawab sosial a) peringatan tertulis; terkesan b) pembatasan kegiatan usaha; dampak dari diserahkan peraturan sepenuhnya pada otoritas perseroan yang secara prinsip c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau menutup proses kerjasama partisipatif dan fasilitas melibatkan pembangunan pencabutan kegiatan usaha dan/atau sampai pada level akar rumput. Selain itu, fasilitas penanaman modal. Dalam ayat belum (2) dan (3) disebutkan bahwa sanksi para adanya pelaku batasan-batasan penjelas penanaman modal; atau 70 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 administratif sebagaimana dimaksud modal diatur secara khusus guna mem- pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau berikan kepastian hukum, mempertegas lembaga yang berwenang sesuai dengan kewajiban penanam modal terhadap pene- ketentuan rapan prinsip tata kelola perusahaan yang peraturan perundang- undangan, dan selain dikenai sanksi sehat, administratif, badan usaha atau usaha tradisi budaya masyarakat, dan melak- perseorangan sanksi sanakan tanggung jawab social perusahaan. ketentuan Pengaturan tanggung jawab penanam modal lainnya dapat sesuai dikenai dengan peraturan perundang-undangan. Penegakan hukum memberikan penghormatan atas diperlukan untuk mendorong iklim persaingpelak- an usaha yang sehat, memperbesar tanggung sanaan TJSL baru ditemui dalam Pasal 34 jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan undang-undang Pasar Modal. Dalam pasal kewajiban tenaga kerja, serta upaya men- ini dijelaskan bahwa bagi perusahaan atau dorong ketaatan penanam modal terhadap penanam modal yang tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan. program TJSL administrasi. melalui dapat Sanksi peringatan, dalam dikenai sanksi administrasi usaha atau perseorangan yang tidak usaha melaksanakan TJSL dapat dikenakan sanksi- hingga pembekuan usaha. Penegakan sanksi sanksi sebagaimana yang telah ditetapkan administrasi ini bisa dilakukan oleh Instansi dalam Pasal tersebut. Namun pada dasarnya atau pejabat terkait. Misalnya terkait izin pengaturan UUPM ditujukan pada investor industri, asing dan belum mengatur secara detail Analisis pembatasan bisa Berdasarkan Pasal 34 UUPM badan Dampak Lingkungan (AMDAL). mengenai Selain sanksi administrasi dalam ruang lingkup perusahaan domestik. pasal ini juga dijelaskan mengenai sanksi Ketentuan tersebut di atas menegas- lain sesuai dengan peraturan perundang- kan undangan yang berlaku. Apabila dicermati perorangan yang tidak menerapkan ke- secara hukum, wajiban tanggung jawab sosial perusahaan ketentuan akan mendapatkan sanksi administratif yang perdata maupun pidana bisa saja dikenakan diberikan oleh instansi atau lembaga yang dalam pelanggaran atau tidak dilaksanakan- berwenang memberikan sanksi tersebut nya program TJSL ini. Akan tetapi tidak sesuai dijelaskan secara eksplisit dalam pasal ini. undangan. perspektif tentunya sanksi penegakan lain seperti bahwa badan dengan usaha peraturan atau usaha perundang- Penjelasan Bagian I (Umum) Hak, Ketiga, pengaturan sanksi dalam kewajiban, dan tanggung jawab penanam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....71 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Per- a) Pemegang IUP tidak menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik; b) Pemegang IUP tidak mengelola keuangan tambangan Mineral dan Batubara. Dalam sesuai dengan Pasal 151 Undang-Undang Nomor 4 tahun Indonesia; system akuntansi 2009 telah ditentukan jenis pelanggaran c) Pemegang IUP tidak meningkatkan nilai yang dapat dijatuhkan kepada pemegang tambah sumber daya mineral dan/atau IUP, IPR atau IUPK. Ada 30 jenis batubara; pelanggaran yang dilakukan oleh pemegang d) Pemegang IUP tidak melak-sanakan IUP, IPR atau IUPK. Dari 30 jenis pengembangan pelanggaran yang disajikan diatas, ada masyarakat setempat; dan beberapa pelanggaran yang dan pemberdayaan berkenaan e) Pemegang IUP tidak mematuhi batas dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial toleransi daya dukung lingkungan;13 2) dan lingkungan oleh pemegang IUP. Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Pemegang IUP yang telah melakukan Nomor 4 Tahun 2009 tentang pelanggaran terhadap substansi IUP dan Pertambangan Mineral dan Batubara. ketentuan yang tercantum dalam peraturan Yang dilanggar dalam Pasal 108 ini perundang-undangan dijatuhkan adalah karena pemegang IUP tidak sanksi administratif. Ada 25 pasal dalam menyusun program pengembangan dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 pemberdayaan masya-rakat.14 dapat tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Selanjutnya pengaturan sanksi dalam yang dilanggar oleh pemegang IUP, yang PP No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan berakibat dijatuhkan sanksi administratif. Kegiatan Dari kedua puluh lima pasal tersebut, Batubara tercantum dalam Pasal 110 dan beberapa pasal diantaranya terkait dengan 111. Dalam Pasal 110 ayat (1) disebutkan pelanggaran perusahaan terhadap kewajiban bahwa pemegang IUP atau IUPK yang dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial melakukan palanggaran terhadap ketentuan 12 Pertambangan Mineral dan dan lingkungan : 1) Pasal 95 Undang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang (1); Pasal 69 ayat (1); Pasal 73 ayat (I), Pertambangan Mineral dan Batubara. Yang Pasal 79 ayat (2), Pasal 85 ayat (1); Pasal 93 dilanggar dalam Pasal 95 ini meliputi : ayat (I), Pasal 94 ayat (I), Pasal 97 ayat (I), 12 Salim HS. 2012. Hukum Pertambangan Mineral & Batubara. Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 270. 13 Ibid., hlm. 273. 14 Ibid., hlm. 275. 72 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 Pasal 100 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 101 berlakukan sanksi yang juga telah diatur. ayat (I), ayat (2); ayat (3), atau ayat (4), Pengaturan mengenai perlunya pertanggung- Pasal 106 ayat (1), Pasal 107, atau Pasal 108 jawaban pidana bagi perusahaan bahwa dikenai sanksi administratif. Pada ayat (2) perlu adanya kepastian hukum bagi bentuk disebutkan sanksi maupun pertanggungjawabannya. bahwa sebagaimana sanksi dimaksud administratif pada ayat (1) Perusahaan yang tidak melakukan berupa: TJSL sesuai dengan ketentuan UUPT dan a. PP TJSL maka sudah selayaknya diberikan peringatan tertulis; b. penghentian sementrara IUP Operasi sanksi. Namun ketentuan sanksi UUPT dan Produksi atau IUPK Operasi Produksi PP TJSL yang merujuk pada peraturan mineral atau batubara; dan atau perundang-undangan yang terkait meng- c. pencabutan IUP atau IUPK. Dan pada ayat (3) disebutkan sanksi peraturan perundang-undangan yang terkait dimaksud terlebih dahulu. Sehingga analisis terkait pada ayat (1) diberikan oleh Menteri, pengaturan sanksi TJSL dalam UUPT, PP gubernur, atau bupati/walikota sesuai TJSL, UU PM perlu dikaji mengenai dengan pengaturan sanksi TJSL untuk memperoleh administratif pada bahwa akibatkan penyelesaiannya harus melihat sebagaimana ke-wenangannya. Pasal 111 Kemudian dinyatakan bahwa kepastian hukum dan penegakkan hukum ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara yang semestinya sehingga dapat mencegah pemberian sanksi administratif diatur kerugian masyarakat sekitarnya akibat dari dengan Peraturan Menteri. korporasi tersebut tidak melaksanakan TJSL. Bagi Secara teoritis Pemerintah seharus- Perusahaan Pertambangan Yang Tidak nya menciptakan pra kondisi yang memadai Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial agar perusahaan dapat beroperasi dengan Dan Lingkungan kepastian hukum yang tinggi. Dalam hal ini, Bentuk Sanksi Pelaksanaan Yang TJSL Tepat di Indonesia berbagai regulasi yang ada tidak hanya merupakan suatu kewajiban yang harus berfungsi ditaati oleh setiap perusahaan dalam men- minimal bagi perseroan melainkan juga jalankan kegiatan usahanya. Hal ini jelas memberikan perlindungan kepada perseroan karena telah ada pengaturan mengenai yang telah melaksanakan TJSL. Selain itu, kewajiban untuk melakukan TJSL ini ketika regulasi yang dibuat oleh pemerintah sehingga apabila ada suatu pelanggaran telah melindungi kepentingan perseroan, terhadap pemerintah juga memberikan kewajiban ketentuan tersebut, akan di- memberikan batasan kinerja Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....73 kepada perseroan untuk memperhatikan Baik UUPT, UU Penanaman Modal, keadaan sosial dan lingkungan sekitar berikut juga dengan PP TJSL, sudah perseroan. Sehingga perseroan yang ber- menyebutkan dalam pasalnya untuk menga- gerak dibidang sumber daya alam tidak tur mengenai TJSL. Namun pengaturan melaksanakan kewajibannya maka sudah sanksi tidak melak-sanakan TJSL hanya seharusnya diberikan sanksi. Adapun sanksi diatur tegas dalam Pasal 34 UUPM saja, yang tepat untuk diberikan kepada per- mengenai sanksi administratif yang harus usahaan yang tidak melaksanakan TJSL dipatuhi apabila tidak melaksanakan TJSL. adalah sanksi Administratif. Dari sini terlihat bahwa kurang jelasnya Istilah sanksi administratif berasal regulasi di Indonesia mengenai TJSL. terjemahan yaitu Padahal perlu diketahui bahwa TJSL adalah administratif sanctions, sedangkan dalam penting sebagai komitmen perusahaan untuk bahasa Belanda disebut dengan administratif mendukung terciptanya pembangunan ber- sancties. Sanksi administratif berasal dari kelanjutan (sustainable development). dari dua suku bahsa kata, Inggris, yaitu sanksi dan administratif. 15 Dalam UUPT pengaturan mengenai TJSL hanya diberlakukan bagi perseroan Muh. Jufri Dewa dalam bukunya H. yang bergerak di bidang sumber daya alam Salim HS mengemukakan bahwa sanksi saja, selain perseroan yang bergerak di administratif adalah sanksi yang mungkin bidang sumber daya alam, maka tidak dijatuhkan atau dipaksakan secara langsung diwajibkan oleh instansi pemerintah yang berwenang ketentuan UUPT. Kelemahan dalam UUPT tanpa mengganggu perintah pengadilan. Di juga terlihat dari sanksi yang diatur di dalam Indonesia diasumsikan bahwa penjatuhan pasalnya. Sehingga menimbulkan ketidak- sanksi administratif mensyaratkan kaitan jelasan mengenai sanksinya jadi adanya yang telah ada sebelumnya, seperti izin pendelegasian usaha instansi undangan ke dalam undang-undang terkait. bisnis. Namun di samping ada kelemahan, ada juga didasarkan kelebihan dalam UUPT ini, kelebihannya kepada pelanggaran sesuatu atau beberapa adalah karena adanya kata kewajiban dalam kondisi menerapkan aturan mengenai TJSL, jadi yang pemerintah Sanksi dikeluarkan untuk administratif yang oleh menjalankan dapat disyaratkan tersebut.16 oleh izin melaksanakan pengaturan TJSL dalam perundang- perseroan yang bergerak di bidang sumber daya alam, diwajibkan untuk melaksanakan 15 Salim HS. Op. Cit., hlm, 266. TJSL. Pengaturan lebih lanjut yang menga- 16 Ibid., hlm. 267. tur mengenai TJSL diatur dalam PP TJSL, 74 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, agar atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau perseroan melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dalam peraturan pemerin- fasilitas penanaman modal. tah mengenai tanggung jawab sosial ini juga sanksi bagi perusahaan dalam hal ini harus ada tidak keserasian mengenai sanksi apa yang harus melaksanakan TJSL, seperti hal nya dengan diberlakukan pada perusahaan yang tidak UUPT. Sanksi dalam PP TJSL ini juga di melaksanakan atur dalam Undang-undang terkait lainnya. Indonesia sudah menjadi suatu kewajiban Namun dalam hal pengaturan mengenai yang harus dijalani oleh setiap perusahaan. kewajiban Pelaksanaan TJSL di Indonesia sudah bukan yang harus yang Jadi dilakukan oleh TJSL. Karena TJSL perseroan sudah jelas diatur dalam salah satu merupakan sifat pasalnya yaitu dalam Pasal 2 PP TJSL yang Kewajiban yang menyebutkan bahwa setiap perseroan selaku peraturan perundang-undangan ini harus subjek hukum mempunyai Tanggung Jawab dilaksanakan sehingga Sosial dan Lingkungan. dilaksanakan oleh Selain kelemahan dan kelebihan perusahaan kesukarelaan di telah tersebut diatur lagi. dalam apabila tidak perusahaan maka akan diberlakukan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang sanksi, namun mengenai bentuk sanksi Perseroan Terbatas, undang-undang yang apakah yang diterapkan bagi perusahaan lain pun juga memiliki kelemahan dan masih belum jelas, sehingga kita harus kelebihan. Seperti dalam Undang – undang melihat Penanaman Modal, dimana dalam undang- terkait lebih dahulu. undang ini memiliki kelebihan yang sudah peraturan Di perundang-undangan Indonesia administratif tentang pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial perseroan yang tidak melaksanakan TJSL. Perusahaan istilah Seperti pada UUPM dimana dalam undang- Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) undang tersebut bagi perseroan yang tidak yang harus dilaksanakan oleh penanam melaksanakan TJSL dalam UUPM adalah modal. Pengaturan mengenai sanksi dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP). undang-undang ini pun sudah jelas. Jadi apabila apabila ada penanam modal yang tidak dilaksanakan maka diberlakukan sanksi melaksanakan TJSP sebagaimana yang telah administrasi, terdiri dari peringatan tertulis, ditetapkan dalam Pasal 15 b UU Penanaman pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, Modal atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau maka menggunakan akan diberikan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, ketentuan diberlakukan sanksi ada pengaturan jelas mengenai aturan yang yang hanya CSR fasilitas penanaman modal. tersebut pada tidak Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....75 Sanksi instrumen Administratif yuridis pemerintah yang merupakan memungkinkan mengendalikan kehidupan Ketika perseroan yang bergerak dibidang sumber daya alam tidak mematuhi aturan administratif tersebut, maka masyarakat dan memungkinkan masyarakat perseroan dapat dikenai sanksi administrasi. berpartisipasi dalam pengendalian tersebut Sanksi dengan pemerintah, pengenaan uang paksa oleh tujuan terdapatnya suatu administrasi perlindungan hukum.17 Pengendalian yang pemerintah dilakukan oleh pemerintah, kehidupan masyarakat pemerintah dapat terhadap dilakukan Perlu tindakan pengganti penarikan paksaan kembali atau Selain itu, untuk mendukung efektivitas hukum terkait sanksi ini maka pengendalian yang paksaan pencabutan keputusan, dan denda. dengan melarang tindakan-tindakan yang dilakukan tanpa izin. sebagai berupa bertentangan terhadap dengan diperlukan keharmonisan dalam peraturan perundang-undangan terkait. Untuk peraturan perundang-undangan yang terkait memperoleh keharmonisan tersebut dapat dengan izin. menggunakan asas lex specialis derogat legi dibidang Perseroan yang bergerak sumber sebelum generalis. UUPT merupakan undang-undang harus yang mengatur secara khusus terkait dengan memperoleh izin usaha yang dikeluarkan pelaksanaan TJSL, sedangkan peraturan oleh lembaga yang berwenang. Pemberian perundang-undangan terkait lainnya hanya izin oleh Pemerintah kepada perseroan harus mengatur didahului dengan mematuhi syarat-syarat Adapun yang diberikan oleh pemerintah kepada terkait adalah Undang-Undang Nomor 32 perseroan, salah satunya yaitu persyaratan Tahun 2009 tentang Perlindungan dan utnuk mencegah bahaya lingkungan yang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), termasuk dalam tujuan system perizinan dan Peraturan Penerintah Nomor 27 Tahun 2012 merupakan salah satu ruang lingkup TJSL. tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Selain itu, perseroan dalam melaksanakan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun aktivitas usahanya harus mentaati ketentuan 2013. melakukan peraturan daya kegiatan alam usaha perundang-undangan secara peraturan yang berlaku, dalam hubungannya dengan TJSL maka ketentuan yang dimaksud yaitu UUPT dan PP TJSL. 17 Lutfi Effendi. 2004. Pokok-Pokok Hukum Administrasi. Bayumedia: Malang, hlm. 5. PENUTUP umum terkait TJSL. perundang-perundang 76 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 Konsep kepatutan dalam Tanggung usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) adalah Sedangkan sanksi perdata maupun pidana kebijakan disesuaikan tidak tepat diterapkan karena tidak ada dengan kemampuan keuangan Perseroan, alasan pemberat untuk memberikan sanksi dan potensi resiko yang mengakibatkan tersebut. Perseroan, yang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang Oleh karena itu Pemerintah harus ditanggung oleh Perseroan sesuai seharusnya menjelaskan secara detail dan dengan menyeluruh terkait dengan konsep kepatutan kegiatan usahanya yang tidak mengurangi kewajiban sebagaimana yang yang ditetapkan peraturan dalam ketentuan peraturan terdapat dalam UUPT maupun pelaksanaannya. Sehingga perundang-undangan yang terkait dengan diharapkan tidak ada lagi multi tafsir tentang kegiatan usaha Perseroan. Jumlah biaya dan konsep kepatutan dan keragu-raguan dari beberapa Tanggung para pihak stakeholders dalam memenuhi Jawab Sosial dan Lingkungan ditentukan kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan sendiri oleh perseroan berdasarkan dengan Lingkungan. proporsinya untuk keuntungan atau laba bersih perseroan Sanksi tidak dilaksanakannya TJSL tersebut. Oleh karena itu kepatutan dapat oleh perseroan yang bergerak dibidang dikatakan sebagai kelayakan, kepantasan sumber daya alam harus diatur secara jelas, atau dalam cermat, dan tegas diatur dalam peraturan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan yang khusus mengatur TJSL oleh perseroan Lingkungan. yaitu UUPT dan PP TJSL dengan tidak itikad baik perseoran Penegakan hukum bagi Perusahaan mengamanatkan kepada peraturan yang tidak melaksanakan Tanggung Jawab perundang-undangan yang terkait, karena Sosial dan Lingkungan berdasarkan hukum pemberian sanksi tidak dilaksanakannya positif Indonesia diatur dalam Undang - TJSL yang disesuaikan dengan aturan dalam undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun undang-undang 2007 Pasal 34 yang berlaku untuk seluruh kekaburan hukum dalam pelaksanaan TJSL bentuk badan usaha di Indonesia. Bentuk di Indonesia. sanksi yang perusahaan dapat yang diberikan tidak terhadap melaksanakan Ketika terkait perseroan menimbulkan yang bergerak dibidang sumber daya alam tidak mematuhi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan aturan administratif yaitu sanksi administratif yang berupa perseroan dapat dikenai sanksi administrasi. peringatan tertulis, pembatasan kegiatan Sanksi usaha, pembekuan, atau pencabutan kegiatan pemerintah, pengenaan uang paksa oleh administrasi tersebut, berupa maka paksaan Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....77 pemerintah sebagai pemerintah, pengganti penarikan paksaan kembali atau pencabutan keputusan, dan denda. Selain itu, untuk atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Perlu mendukung tindakan pengendalian yang bertentangan terhadap dengan efektivitas hukum terkait sanksi ini maka peraturan perundang-undangan yang terkait diperlukan keharmonisan dalam peraturan dengan izin. perundang-undangan dibidang terkait. Untuk Perseroan yang bergerak sumber daya melakukan menggunakan asas lex specialis derogat legi memperoleh izin usaha yang dikeluarkan generalis. UU PT merupakan undang- oleh lembaga yang berwenang. Pemberian undang yang mengatur secara khusus terkait izin oleh Pemerintah kepada perseroan harus dengan didahului dengan mematuhi syarat-syarat peraturan TJSL, sedangkan perundang-undangan usaha sebelum memperoleh keharmonisan tersebut dapat pelaksanaan kegiatan alam harus terkait yang diberikan oleh pemerintah kepada lainnya hanya mengatur secara umum terkait perseroan, salah satunya yaitu persyaratan TJSL. perundang- utnuk mencegah bahaya lingkungan yang perundang terkait adalah Undang-Undang termasuk dalam tujuan system perizinan dan Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan merupakan salah satu ruang lingkup TJSL. dan Hidup Selain itu, perseroan dalam melaksanakan (UUPLH), Peraturan Penerintah Nomor 27 aktivitas usahanya harus mentaati ketentuan Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan peraturan Peraturan berlaku, dalam hubungannya dengan TJSL Adapun peraturan Pengelolaan Lingkungan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2013. Di yang yang maka ketentuan yang dimaksud yaitu UU PT Indonesia administratif perundang-undangan hanya dan PP TJSL. pada Pemerintah hendaknya memberikan perseroan yang tidak melaksanakan TJSL. pengaturan lebih jelas dan tegas terkait Seperti pada UUPM dimana dalam undang- pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan undang tersebut bagi perseroan yang tidak Lingkunagn agar regulasi yang mengatur melaksanakan TJSL dalam UUPM adalah tersebut Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP). harmonis. Pemerintah hendaknya melakukan apabila sosialisasi ketentuan diberlakukan sanksi CSR tersebut tidak konsisten, jelas, serta dan pemahaman berjalan kepada dilaksanakan maka diberlakukan sanksi pemangku kepentingan terkait pentingnya administrasi, terdiri dari peringatan tertulis, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh perseroan yang bergerak dibidang sumber 78 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016 daya alam, baik untuk masyarakat maupun pekerja dalam perseroan. Basir M, Sudrajad. 1986. Tindak-Tindak Pidana Tertentu dalam KUHP. Bandung: Remadja Karya. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas LN Tahun 2007 Nomor 106 dan TLN Nomor 4756 Effendi, Lutfi. Pokok-Pokok Hukum Administrasi. Malang: Bayumedia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal LN Tahun 2007 Nomor 67 dan TLN Nomor 4724 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. LN. Tahun 2009 Nomor 4 dan TLN. Nomor 4959 Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. LN Tahun 2009 Nomor 140 dan TLN Nomor 5059 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. LN Tahun 2010 Nomor 29 Dan TLN Nomor 5111 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. LN Tahun 2012 Nomor 89 dan TLN Nomor 5305 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 53/PUU-VI/2008 tentang judicial review pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Amiq, Bachrul. 2013. Penerarapan Sanksi Administrasi dalam Hukum Lingkungan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama. Harahap, M. Yahya. 2013. Hukum Perseroan Terbatas.Jakarta: Sinar Grafika. HS. Salim. 2012. Hukum Pertambangan Mineral & Batubara. Jakarta: Sinar Grafika. Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Suistainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung : Refika Aditama. Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Moeljadno. 1980. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara. Nadapdap, Binoto. 2014. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Akasara. Prodjodikoro, Wirjono. 2000. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung : Mandar Maju. Rudito, Bambang (et.al). 2004. Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD. Sulistia, Teguh & Aria Zurnetti. 2012. Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Untung, Budi. 2014. CSR dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: Andi. Sulaeman : Asas Kepatutan Dalam TJSL.....79 Antique. 2011. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSL) dan Hukum Lingkungan. http://antiquem.blogspot.co.id. Hukum Online. 2014. Profesor FH USU Bedah Definisi Asas “Iktikad Baik” http://www.hukumonline.com.