Makalah PKM berbasis riset Pmerapan hasil penelitfun pmingkatan keraguman serangga penyerbuh antuh peningkatan prcduhsi strawberi di desa Serang, Karangreja Purbalingga 20IS PEI{INGKATAII KERAGAMAN SERANGGA PEIIYERBUK DENGAN PENGKAYAAI\I TT]MBT]IIAN PADA LAIIAN PERTAI\IIAI\I Oleh : IMAM WIDHIONO Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jln. Dr. Soepamo No 63 Purwokerto 53122. Tilp. (0281) 638794 Fax: (0281) 631700 [email protected] I. PENDAHULUAN Keberhasilan penyerbukan tanaman oleh serongga sangat dipengaruhi oleh kelimpahan dan keragaman serangga penyerbuk pada habitaq namun demikian kelimpahan dan keragaman serangga penyerbuk sangat bergantung pada keragaman dan kelimpahan tumbuhan dan ketersediaan jumlah bunga sepanjang tahun. Model konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa keragaman dan populasi serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat, mutu habitat, posisi habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat lain. Diantara fbktor tersebut yang paling menentukan adalah mutu habitat, yaitu jumlah dan keragaman tumbuhan (berbunga) sebagai sumber pakan serangga penyerbuk sepanjang tahun. lntensifikasi pertanian yang meliputi pengurangan lahan semi alami, penarurman sistem monokultur, penggunaan pupuk, insectisida dan herbisida dan sistem pengelolaan lahan yang dilakukan, menyebabkan berkurangnya spesies tumbuhan kunci yang merupakan sumber pakan serangga penyerbuk (Batary et al,20l0), serta berubahnyi hubungan serangga dengan tumbuhan (Keith, 2009).Peran serangga penyerbuk dalam keberhasilan penyerbukan dan produktivitas tumbuhan sangat dipengaruhi oleh keragaman dan populasinya (Steffan-Dewenter, 20A6), sedangkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk sangat bergantung pada jumlah dan jenis tumbuhan berbung4 serta fenology pembungaan (Bataray et al,20lA). bio.unsoed.ac.id Upaya konservasi serangga penyerbuk pada lahan pertanian ditujukan agar mampu meningkatkan hasil pertanian, memberikan keuntungan bagi petani dan berkesesuaian dengan kearifan lokal. Model konservasi serangga penyerbuk berbasis Mahalah PKM berbosis risA penerapan hasitpenetitianpeninghatun **:#:;ff;:f;:f:,f;r#y{,:;:H;,#"tr;r;#: habitat pada lahan pertanian di Indonesia belum pernah dilahrkan. Metode konservasi serangga penyerbuk pada lahan pertanian didasarkan pada konsep pengkayaan spesies dan populasi tumbuhan sumber pakan serangga penyerbuk, penerapan praktek pertanian yang berkesesuaian dengan konservasi dan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Berdasar hasil penelitian tahap I, ditemukan 33 spesies tumbuhan berbunga, 24 diantaranya dikunjungi serangga penyerbuk dan 4 diantaranya dikunjungi oleh lebih dari 6 spesies serangga penyerbuk. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian secara berkelanjutan dan menjaga keragaman tumbuhan terutama yang peny bergantung seranggq perlu dilakukan konservasi semngga penyerbuk. Makalah ini bertujuan untuk 1. : Menjelaskan dampak pengkayaan tumbuhan pada lahan terhadap keragaman dan populasi seftmgga penyerbuk serea tingkat keberhasilan penyerbukan, ) Menjelaskan model konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat dan kearifan lokal yang mampu meningkatkan produksi pertanian. II. HT]BUNGAN PENGKAYAA}I HABITAT DENGAI\ KERAGAMAN SERANGGA PEI\TYERBUK Secara umum dikenal 2 (dua) model (contoh bentuk) konservasi organisme yaitu konservasi berbasis spesies dan konservasi berbasis habitat (Primack, 2000). Model konservasi organism berbasis habitat mempunyai beberapa keunggulan antara lain: berbiaya murah, mudah diterapkan dan berkesesuaian (compatible) dengan kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat setempat.Pemilihan model konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa keragaman dan populasi serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat, mutu habitat, posisi habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat lain (Hodgson e/ a1.,2009). Diantara factor tersebut, yang paling menentukan adalah mutu habitat, yaitu jumlah dan keragaman tumbuhan (berbunga) sebagai sumber pakan serangga penyerbuk sepanjang bio.unsoed.ac.id tahun. Karena keragaman dan populasi tumbuhan yang rendah mengakibatkan terjadinya keterbatasan jumlah serbuk sari. Kekurangan serbuk sari pada lahan pertanian berdampak buruk terhadap tanaman dan produksi pertanian, serta terhadap kelangsungan hidup semngga penyerbuk (Priess, et al., 2007). Peran serangga Makalah PKM berbasis riset Penerupanhasitpenetitianpentnskatan**X:;:;;f:;:?:r#r#fr:r:;:H;t:;r;;t;f; penyerbuk dalam keberhasilan penyerbukan dan produktivitas tumbuhan sangat dipengaruhi oleh keragaman spesies dan tingkat populasinya (Steffan-Dewenter, 2006), sedangkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk sangat bergantung pada jumlah dan jenis tumbuhan berbung4 serta fenology pembungaan (Bataray et al, 2010). Sehingga terdapat hubungan timbal balik antara keragaman dan populasi serangga penyerbuk dengan keragaman dan kelimpahan tumbuhan berbunga. Berdasar kenyataan bahwa lahan pertanian di kawasan lereng Gunung Slamet sebagian besar ditanami jenis tanaman yang menghasilkan buah, seperti: cabe, tomat, sfiawberry, kacang panjang, dan terong. Jenis - jenis tanaman tersebut produktivitasnya sangat bergantung pada kehadiran serangga penyerbuk. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa keragaman dan populasi serangga penyerbuk pada tanaman cabe, tomat, kacang panjang dan strawberry sangat rendah (Widhiono,20ll). Hal keragaman tumbuhan berbunga ini disebabkan oleh rendahnya di dalam dan sekitar lahan pertanian serta praktek pertanian yang dilalrukan terutama intensitas penggunaan insectisida dan herbisida. Rendahnya populasi serangga penyerbuk ternyata berpengaruh terhadap produksi buah shawberry yang merupakan komoditas pertanian unggulan di kawasan ini (Widhiono, 2010), sehingga dalam jangka panjang produktivitas pertanian kawasan lereng Gunung Slamet akan terus menunrn yang disebabkan oleh berkurangnya keragaman dan populasi serangga penyerbuk. Dampak utama dari berkurangnya serangga penyerbuk pada lahan pertanian adalah menunrnnya pendapatan petani. Oleh karena perlu dicari model konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat pertanian yang berkesesuaian dengan kearifan lokal untuk meningkatkan pendapatan petani. ilI. { JEIVS TT]MBUIIAN PENGKAYA LAHAN Ditemukan tigapuluh tiga jenis tumbuhan berbunga disekitar lahan pertanian di daeralr Serang, 24 diantannya dikunjungi serangga penyerbuk. Dari 24 jenis tumbuhan berbunga yang dikunjungi serangga penyerbuk terdapat 4 jenis tumbuhan yang sangat penting karena dikunjungi oleh 9 spesies serangga penyerbuk. Jenis tumbuhan tersebut meliputi : Cleome rutidosperma,ymg dikunjungi 9 dari I I spesies serangga penyerbuk dan bio.unsoed.ac.id Borreria laevicaulis, Euphorbia heterophylla dan Tridm procumbens. Berbagai hasil penelitian berkaitan dengan dampak perubahan habitat alami menjadi latran pertanian terhadap komunitas serangga penyerbuk menunjukan dampak Makalah PKM berbasls rlset Penerapan hositpenetitianpeninshatan **:#;;:;;:f;:?:,::;r#fr::fg;::,irtr;:r;#: negative baik terhadap kekayaan spesies maupun populasinya (pauw Z0a7; SteffanDewenter & westphal,2008; Keitt, 2009). Dampak negative perubahan habitat terhadap keragaman dan populasi serangga penyerbuk juga terjadi di kawasan lereng selatan Gunung Slamet, Widhiono dan Sudiana QM$ dalam penelitiannya tentang keragaman serangga penyerbuk pada habitat hutan tanaman, pekarangan dan lahan pertanian, menunjukan bahwa keragaman serangga penyerbuk pada lahan pertanian sangat rendal dibanding dengan habitat hutan dan pekarangan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa praktek pertanian modern yang dilakukan dalam upaya memaksimalkan keuntungan dengan meningkatkan hasil dibanding modal usala dilahrkan dengan cara memaksimalkan pengguftmn lahan, pemupukan dan bersama dengan upaya penunman dampak serangan hama penyakit dan kompetitor rnelalui penggunaan insecktisida, firngisida dan herbisid4 sistem monokultur (Richards, 2001) berakibat buruk terhadap kehadiran serangga penyerbuk (Hodgson et el., 20ll)'Keragaman dan populasi serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat, mutu habitat, posisi habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat lain (Hodgson e, al'' 2009)' Namun demikian yang paling menentukan adalah mutu habitat (Hodgson er al',2011), yaitu jumlah dan keragaman tumbuhan sumber pakan (Tomimatsu & ohara, 2409; Klank, 2010), yaitu tumbuhan berbunga dan ketersediaan bunga sepanjang tatrun (Keith, 2009). Populasi tumbuhan berbunga yang rendah mengakibatkan terjadinya keterbatasan jumlah serbuk sari, sehingga tidak mampu menarik kehadiran serangga penyerbuk (Aguilar et al., 2006; wagenius et al.o 2007). Kejadian kekurangan serbuk sari, sangat umum terjadi pada ekosistem pertanian karena tanaman ditanam pada lahan yang luas dan monokultur. Kekurangan tepungsari pada lahan pertanian berdampak buruk tidak banya terhadap tanaman dan produksi pertanian, tetapi juga terhadap serangga penyerbuk berbunga terdapat spesies yaitu ( Matsumura & Washitani, 2000). Diantara 2l 4 : spesies tumbuhan spesies tumbuhan berbunga yang dikuqiungi oleh lebih dari 4 cleome rutidospermq, yffiig dikuaiungi 9 dari I I spesies semngga penyerbuk dat Borreriq laevicaulls, Euphorbia heterophylla Triduc procumbens. pada penelitian tahap I juga ditemukan 1r penyerbuk yaitu : Nomia bio.unsoed.ac.id Ropalidia fasciata, Ropolidia romandi, spesies serangga sp., Hylaeus modestus, Amegilta cingulata, Amegilla zonata, Cerotina sp., Philanthus politus, Megachile relativa, Trigona sp., Apis cerana. ( Widhiono, dkk, 2011) Tabel l. Jenis tumbuhan liar yang berperan dalam peningkatan seranggapenyerbuk No Familia Nama latin Nama lokal I Acanthaceae Barleria elegans Sujen trus Borleria cristata Daun madu Ageratum conyzoides Bandotan 4 Cras so cephalum crepidi o ide s Sintrong 5 El e ut her anther a ruder al i s Gajahan 6 Galinsoga parviflora Bribil 7 Tridm procumbens Glentangan /songgolangit 8 Vernonia cinerea Sawi langit 9 lTidelia chinensis Tusuk konde Blumea lacera Sembung Eupatorium odoratum Glempangan 2 J l0 Asteraceae Compositae 11 12 Euphorbiaceae Chamaesyce hirta 13 Clidemia hirta l4 Euphorb i o kuwrk Patikan kebo Jatang kuda he t er opltyll a Kate mas 15 Rubiaceae Borreria latifolia Rumputkancing ungu l6 Lamiaceae Hyptis capitata Gringsingan t7 Verbenaceae Lantana comara Tembelekan St aclrytarphe ta j amaic ens i s Pecut kuda l8 l9 Rosaceae Rubus 20 Fabaceae Arachis pintoi Kacang hias 2t Capparaceae Cleome rutidospermae Maman ungu { parviflorus Kupi-kupi Penyusunan metode konservasi serangga penyerbuk perlu diketahui kecenderungan bio.unsoed.ac.id hubungan yang pasti antara habitat pertanian terhadap penunrnan keragaman dan populasi serangga dan tanaman (Ashman et a1,,2004). Upaya peningkatan keragamanan serangga penyerbuk, sering kali terhambat oleh keterbatasan pengetahuan tentang cara atau metode manipulasi habitat pertanian (Beslemeyer et al.o 2003) yang sangat penting untuk Mohalah pKM berbasis risel Penerapan hasitpenetittun peningkatan **:X:;:;;ff;:?:r::;:r#ffr#,Hf:;!;::f;: diterapkan pada upaya konservasi serangga penyerbuk (Albrecht et a1.,2007). al. 2007; Kremen a/ Untuk meningkatkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk pada lahan pertanian perlu memperhatikan pola dan luasan habitat yang disediakan untuk pengkayaan tumbuhan inang yang dibutuhkan oleh serangga penyerbuk (Brosi et a\,2008). penyediaan habitat untuk tumbuhan liar ternyata mampu meningkatkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk (Haaland et al, 20tl). Holzschuh et al., (2008) menambahkan bahwa selain jumlah tumbuhan liar, juga perlu diperhatikan jenis tumbuhan yang paling banyak dikunjingi serangga penyerbuk serta waktu pembungaannya. Pada penelitian tahap I, telah didapatkan informasi tentang jenis serangga penyerbuk, jenis tumbuhan liar yang paling banyak dikunjungi serangga penyerbuk, jumlah bunga dan waktu pembungaannya. Harding et al., (2001) menyatakan bahwa rencana konservasi seftmgga penyerbuk berbasis habitat pertanian memerlukan dasar ilmiah yang kuat, yang meliputi spesies atau kelompok spesies yang akan dikonservasi, luasan habitat minimal, dan komposisi serta jumlah tumbuhan. Metode ini telah berhasil meningkatkan kekayaan dan kelimpahan species serangga penyerbuk melalui pengkayaan tumbuhan inang dengan cara menyediakan sebagian lahan untuk tumbuhan berbunga ( Marshall et a1.,2006; Albrecht et a1.,2007; Roth er al-,2008; Hodgson et al.,20lr; Haaland et al.,20ll). Namun demikian untuk membuktikan keberhasilan program tersebut sebagian besar bersifat panial seperti pada bentang alam yang berbeda (Marshall et al., 2006), pada sistem pertanian intensive (Albrecht et a1.,2007), pada sistem pertanian organic ( Holzschuh et a1.,200s). dan pada spesies kupu-kupu (Roth et al., 2008), Belum ada laporan hasil penelitian" yang menjelaskan kombinasi metode pengkayaan habitat dengan praktek pertanian, proporsi luas lahan *iot tumbuhan liar dan dampak ekonominya bagi petani pemilik lahan. KESIMPULAN Berdasarkan uraiantersebut di atas dapat disimpulkan bahwa : 1' Terdapat berbagai tumbuhan liar yang dapat dipergunakan sebagai pengkayaa lahan bio.unsoed.ac.id 2' Beberapa tumbuhan liar mampu meningkatkan keragaman dan populasi lebah liar sebagai serangga penyerbuk. DAFTAR PUSTAKA Muhalah PKM berbasis riset Pmerapanhasilpenetitianpeninskatan**:X;;;:;f i:r:T:r#;:#:;:#:m::;"r;:rr;:;: Aththorick, T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Komunilmsi Penelitian 17:42-48. Blaauw BR, Isaacs R. 2014. Flower plantings increase wild bee abundance and the pollination services provided to a pollination dependent crop. J Appl Ecol51: 890* 98. Blothgen N, Klein AM.2011. Functional complementarity and specialisation: the role biodiversity in plant-pollinator interactions. Basic Appl Ecol 12:282-91. of Carvalheiro LG, Seymour CL, Nicolson SW, Veldtman R.2012. Creating patches of native flowers facilitates crop pollination in large agricultural fields: mango as a case study. J Appl Ecol 49:. 1373-83. Carvalheiro LG, Veldman R, Shenkute AG, et al. 2011. Natural and within-farmland biodiversity enhances crop productivity. Ecol Lett 14:251-59 Carvell C, Meek WR" Pywell RF, Goulson D, Nowakowski M. 2007. Comparing the efficacy of agri-environment schemes to enhance bumble bee abundance and diversity on arable field margins. J App Ecol44:2940 Elle E, Elwell SL, Gielens GA. 2012. The use of pollination networks in conservation llThis article is part of a Special Issue entitled "Pollination biology research in Canada: Perspectives on a mutualism at different scales". Botany 90:525-534 , Kahonoos.2O09. Pemanan tumbuhan liar dalam konservasi serangga penyerbuk ordo hymneoptera. J.Tek.Ling.Vol 10, No. 2 195-203 Erminawati Steffan-Dewenter I, Kremen C.20ll. Stability of pollination services decreases with isolation from natural areas despite honey bee visits. Ecol Lett 14: Garibaldi LA, t062-72 Korpela EL, Hyvdnen T, Lindgren S, Kuussaari M. 2013. Can pollination services, species diversity and conservation be simultaneously promoted by sown wildflower strips on farmland? Agric, Ecos and Erwiron 179:18-24. Kearns CA, Inouye DW. 1997. Pollinators, flowering plants and conservation biology Much remains to learned about pollinators and plant. BioScience. 97. No 5.297-305 Kremen C, Miles A. 2012. Ecosystem services in biologically diversified : versus conventional farming systems: benefits, externalities, and fade-offs. Ecol Soc 17:40 Mandelik Y, Winfree R, Neeson T, Kremen C.2012. Complementary habitat use by wild bees in agro-natural landscapes. Ecol Appl22:153546. Menz MHM, Phillips RD, Winfree & 2011. Reconnecting plants and pollinators: challenges in the restoration of pollination mutualisms. Trends Plant Sci 16: 4-12. bio.unsoed.ac.id Morandin LA, Kremen C. 2013. Hedgerow restoration promotes pollinator populations and exports native bees to adjacent fields. Ecol Appl23: 829-39. LA and Winston ML. 2005. Wild bee abundance and seed production in conventional, organic, and genetically modified canola. Ecol Appl 15: 871*81 Morandin vl1 Makalah PKM berbasis risel Penerapan hasit penetitian peninskatan Nicholls CI **:r#;;:;:;;:7li:; r#H::;:H;"-;r:;:t;f; , Altieri MA. 2013. Plant biodiversity enhances bees and other insect pollinators in agroecosystems. A review. Agron Sustain Dev 33:.257-:74 Polidori C, Rubichi A, Valeria Barbieri V, Trombino L ,Donegana M. 2010. Floral Resources and Nesting Requirements of the Ground-Nesting Social Bee, Lasioglossummalachurum(Hymenoptera: Halictidae), in a Mediterranean Semiagricultural Landscape Psyche Volume z}l0,Article ID 851947, 11 pages. Pywell RF, Warman EA, Carvell C, Sparks TH, Dicks LV, Bennett D, Wright A, Critchley CNR, Sherwood A (2005) Providing foraging resources for bumblebees in intensively farmed landscapes. Biological Conservation I 2 I :47 949 4. Robson DB. 2014. Identification of plant species for crop pollinator habitat enhancement in the northern prairies. J of Pollin. Ecol, 14(21),218-234 Shackelford G, Steward PR, Benton TG. 2013. Comparison of pollinators and natural enemies: ameta-analysis of landscapeCamb Philos 88: 1002-21 Stang M, Klinkhamer PG, Van Der Meijden E. 20A6. Size constraints and flower abundance determine the number of interactions in a plant-flower visitor web. Oikos rtz;ttt-t2t. Vaughan M, Shepherd M, Kremen C, and Black SH. 2007.Farming for bees: guidelines for providing native bee habitat on farms. Portland, OR: The Xerces Society for Invertebrate Conservation. Williams NM, Crone EE, Roulston TH. 2010. Ecological and life-history traits predict bee species responses to environmental disturbances. Biol Conserv 143:2280-91. Winfree R" Aguilar R, Vazquez DP. 2009. A meta-analysis anthropogenic disturb ance. Ec olo gt 90 : 2068-7 6. of bees'responses to L. 2013. Concurrent effects of landscape context and managed pollinators on wild bee communities and canola @rassica napus L.) pollen deposition. Dissertation. Zfurk University of Calgary, Calgary, Alberta bio.unsoed.ac.id viii