TAHUKAH ANDA Berbagai Cara Pengendalian Larva Nyamuk Nungki Hapsari Suryaningtyas* Tindakan pencegahan dengan memberantas sarang nyamuk dan membunuh larva serta nyamuk dewasa terus digalakkan. Stadium pradewasa atau larva dapat dikontrol secara biologi maupun kimiawi.1 Berikut adalah beberapa cara pengendalian larva nyamuk. Pengendalian secara biologi Beberapa organisme yang efektif untuk mengendalikan larva secara biologi diantaranya adalah : 1. Ikan (larvavivorous fish), yang termasuk ikan pemakan larva ini adalah dari spesies : a. Gambusia affinis (ikan cere), ikan ini sering hidup di dalam sawah atau got-got sekitar rumah, memiliki mulut yang berfungsi untuk mengambil makanan yang ada di permukaan air. b. Aplocheilus panchax (ikan kepala timah), ikan ini kerap ditemukan di kolam dan saluran irigasi, kanal, reservoir atau bahkan di daerah mangrove. Mereka lebih menyukai perairan berair jernih dengan tanaman terapung padat. Ikan ini memiliki mulut di bagian superior (atas) sehingga dengan mudah akan memakan jentik. c. Ctenops vittatus (ikan cupang), berdasarkan penelitian Salim Usman dan Soemarlan (1974) dalam Taviv2 kemampuan makan ikan cupang dalam pengamatan secara laboratorium terhadap larva stadium II dan IV Culex fatigans minimum 15,7 ekor per hari dan maksimum 33,5 rata-rata 29,4 ekor per hari. Penelitian Taviv dan kawan-kawan3 menunjukkan bahwa ikan cupang yang efektif untuk pengendalian larva Aedes adalah dengan ukuran 4 cm atau 5 cm. Ikan cupang tidak mati walaupun di kontainer terdapat atau ditaburi abate. d. Oreochromis (Tilapia) mossambicus (ikan nila) dan Cyprinus carpio (ikan tombro) Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata larva Aedes aegypti yang dimakan oleh masing-masing jenis ikan sebagai berikut : ikan nila merah memakan 520 ekor larva, ikan nila mampu memakan 502 ekor larva dan ikan tombro mampu memakan sebanyak 212 ekor larva selama 24 jam. Dari ketiga jenis ikan yang diteliti, ikan nila merah dan ikan nila adalah jenis ikan yang paling baik sebagai predator.4 2. Larva nyamuk dari genus Toxorhynchites Larva Tx. splendens instar I diuji coba di daerah pemukiman Jakarta untuk mengendalikan larva Ae. aegypti yang berada di tempat–tempat penampungan air penduduk. Pada tahun berikutnya dilakukan uji coba serupa di daerah semi pedesaan di Ungaran, Jawa Tengah menggunakan larva Tx. amboinensis instar II dan III. Hasil yang diperoleh dari kedua uji coba tersebut ternyata masih kurang memuaskan.3 3. Capung (Dragonflies/Labellula ) Capung (dragonfly) termasuk golongan serangga Anisoptera. Nimfa serangga yang hidup di dalam air telah lama diketahui sebagai predator larva nyamuk baik di laboratorium maupun di alam. Berdasarkan sifat tersebut pada uji coba yang dilakukan *Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM. 7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan 39 di Myanmar ternyata nimfa Labellula ukuran sedang mampu memangsa larva dan pupa Ae. aegypti sebanyak 133 ± 21 dalam waktu 24 jam. Kemampuan tersebut ternyata 3 kali lebih banyak daripada kemampuan larva Tx. splendens yang sebesar 40 ± 6.3 4. Kelompok Udang (Cyclopoid copepods) Jenis Copepoda yang tersebar sebagai plankton dan bentos ini bersifat predator yang efektif untuk mengendalikan stadium pradewasa nyamuk instar satu dan instar dua. Pada suatu penelitian di Polynesia Perancis terbukti bahwa M. aspericornis pengaruhnya tidak konsisten terhadap larva Ae. aegypti yang ditemukan berada di tangki air, drum dan sumur yang tertutup. Keadaan tersebut tampaknya bergantung pada tersedianya mikrofauna di tempat perkembangbiakannya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Copepoda tersebut.3 5. Cacing Romanomermis iyengari Organisme ini termasuk jenis cacing Nematoda dan bersifat parasit pada larva nyamuk. Cacing tersebut tumbuh dan berkembang jadi dewasa di dalam tubuh larva. Setelah dewasa, cacing tersebut keluar dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan menyobek dinding tubuh inang sehingga menyebabkan kematian inang tersebut. Penelitian di laboratorium dengan menggunakan perbandingan jumlah parasit dan inang (larva Ae. aegypti) 1:1 diperoleh rata-rata infeksi sebesar 33,75%.3 6. Jamur yang tumbuh dalam tubuh larva nyamuk Jenis jamur yang efektif membunuh larva nyamuk Ae. aegypti adalah Mucor haemalis, Geotrichum candidum dan Beauveria bassiana. Penelitian yang dilakukan pada larva Ae. aegypti yang mati setelah aplikasi 24 jam yaitu adanya konidiospora pada lubang perispirakel dan siphon. Selanjutnya konidiospora tumbuh dan terbentuklah miselium yang hampir menyerang sepertiga bagian dan siphon. Larva Ae. aegypti mengalami kematian setelah terserangnya haemocoel.4 7. Larvasida bacterial, Bacillus thuringiensis H-14 dan B. sphaericus. Bakteri-bakteri ini memproduksi Delta endotoksin yang dikeluarkan oleh spora bentuk batang dan bereaksi dengan alkali di dalam lambung larva nyamuk untuk membentuk protein toksik. Toksik ini menyebabkan hilangnya fungsi sel epithelium lambung dan membengkak serta pecah yang mengakibatkan larva nyamuk mati. Kedua bakteri ini digunakan untuk pemberantasan malaria untuk jenis larva nyamuk Anopheles.5 Pengendalian Secara Kimiawi Selain secara biologi pemberantasan terhadap stadium pradewasa nyamuk juga dapat dilakukan secara kimiawi. Mengingat tempat perkembangbiakan larva vektor juga pada penampungan air yang digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak, maka larvasida yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : efektif pada dosis rendah, tidak bersifat racun pada manusia/ mamalia, tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau pada air yang diperlukan dan efektivitasnya lama. Beberapa larvasida dengan kriteria seperti di atas adalah : 1. Temephos Temephos merupakan senyawa organophosphate yang aktif dalam mengendalikan larva nyamuk terutama Ae. aegypti.1 Formulasi temephos yang digunakan ialah granul (sand granules). Dosis yang digunakan 1ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.6 40 2. Methoprene Pada uji lapangan yang dilakukan oleh Ten Houten dkk di daerah Jakarta Utara ternyata methoprene berhasil menekan kepadatan nyamuk Ae. aegypti yang menggigit dan hinggap pada orang dan munculnya nyamuk tersebut selama sebulan. Larvasida ini termasuk jenis penghambat tumbuh serangga (insect growth regulator).3 3. Diflubenzuron Diflubenzuron digunakan pada tempat penampungan air (tempayan) dan berhasil mengendalikan larva Ae. aegypti. Diflubenzuron biasanya tersedia dalam bentuk bubuk (25% bahan aktif) dan butiran (terdiri dari 0,5% diflubenzuron).3 Selain senyawa-senyawa kimia sintesis terdapat pula senyawa-senyawa kimia yang berasal dari alam yakni dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan. Senyawasenyawa tersebut dapat terkandung di akar, daun, buah atau biji dari tumbuhtumbuhan tersebut.3 Larvasida alternatif ini tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. Beberapa hasil penelitian mengenai larvasida yang berasal dari senyawa tumbuh-tumbuhan antara lain : a. Daun jeruk nipis Komponen yang terdapat di dalam daun jeruk nipis setelah diambil minyak yang terkandung didalamnya adalah acetaldehyde, a penen, sabinen, myrcene, octano, talhinen, limonoida, T trans-2 hex-1 ol, terpinen, trans ocimen, cymeno, terpinolene, cis-2pent-1 ol. Senyawa organik yang terdapat di dalamnya antara lain vitamin, asam amino, protein, steroid, alkaloid, senyawa larut lemak, senyawa tak larut lemak. Senyawa yang khas adalah senyawa golongan terpenoid yaitu senyawa limonoida. Senyawa ini yang berfungsi sebagai larvasida.7 Senyawa limonoid merupakan teranoriterpen yang terdapat dalam daun jeruk nipis yang berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan penghambat reproduksi. Senyawa limonoida merupakan analog hormon juvenile pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva. Semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin banyak zat yang terkandung dalam ekstrak daun jeruk nipis dalam larutan, yang berarti semakin banyak pula racun yang dikonsumsi larva nyamuk Ae. aegypti, sehingga mortalitas larva semakin tinggi dan mempengaruhi kecepatan mortalitas. Hal ini karena semakin pekat konsentrasi larutan berarti makin banyak kandungan bahan aktif yang dapat mengganggu proses metabolism. Ekstrak daun jeruk nipis pada konsentrasi 100 ppm adalah yang paling efektif karena dapat menyebabkan mortalitas tertinggi pada larva nyamuk Ae. aegypti.7 b. Buah lerak (Sapindus rarak de candole) Kandungan buah lerak adalah saponin, alkaloid, steroid dan terpenoid yang efektif sebagai larvasida terhadap larva Ae. aegypti. Penelitian uji efikasi larvasida dekok buah lerak terhadap larva Ae. aegypti ini diperoleh dengan cara sederhana yaitu dengan memanasi buah lerak dalam air. Hasil yang diperoleh adalah pada konsentrasi 1% dari dekok didapatkan 100% kematian larva Ae. aegypti. Selain itu dekok buah lerak kadar LD50nya adalah 0,47%.8 c. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) Kandungan kimia pada daun pandan wangi adalah senyawa pahit berupa polifenol, flavonoid, saponin, minyak astiri dan alkaloid. Ekstrak daun pandan wangi 41 mempunyai pengaruh terhadap tingkat kematian larva Ae. aegypti. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka tingkat kematian larva semakin tinggi pula. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan LC50 dengan waktu pengamatan kematian 24 jam setelah perlakuan adalah pada konsentrasi 2198,4665 ppm dan untuk waktu pengamatan 48 jam setelah perlakuan terletak pada konsentrasi 1669,1678 ppm.9 d. Daun jengkol (Pithecollobium lobatum Benth) Daun jengkol dapat menjadi insektisida nabati karena mengandung senyawa saponin, flavonoid dan tannin yang dapat digunakan sebagai larvasida. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara bermakna pemberian ekstrak daun jengkol pada berbagai konsentrasi terhadap kematian larva An. aconitus dengan LC50 dan LC90 adalah sebesar 6439,002 ppm dan 3448,226 ppm.10 e. Daun Paitan (Tithonia diversifolia) Tanaman ini mengandung senyawa flavonoid, sesquiterpen lakton. Monoterpen (limonene, α-pinine dan β pinene). Sesquiterpen lakton berdaya racun sehingga dapat dijadikan insektisida. α-pinine dan β pinene adalah senyawa yang dapat dijadikan insektisida ataupun larvasida. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa ekstrak daun paitan berpengaruh terhadap tingkat mortalitas larva Ae. aegypti instar III dengan konsentrasi paling efektif 0,2 gr/100 ml baik pada waktu 12, 24, 36 dan 48 jam setelah perlakuan.11 f. Langsap (Lansium domesticum). Ekstrak kasar daun tumbuhan tersebut mempunyai LD9O terhadap larva Ae. aegypti instar 1 sebesar 16,33 16 g%. Nilai tersebut paling kecil di antara nilai LD9O 4 jenis tumbuhan lain yang diteliti, dengan kata lain daun Langsap mengandung senyawa yang berpotensi besar sebagai larvisida bagi larva Ae. aegypti.3 g. Juice Bawang (Allium cepa) Dosis 5-25% tampaknya dapat menyebabkan kematian larva Ae. aegypti instar III sedang dosis 1% memacu pertumbuhan pradewasanya.3 h. Ekstrak Biji Jarak (Ricinus communis) Pada penelitian menggunakan larva Ae. aegypti di laboratorium menunjukkan bahwa dosis-dosis 500 ppm; 750 ppm; 1.000 ppm; 1.250 ppm dan 1.500 ppm menyebabkan kematian larva Ae. aegypti instar III berturut-turut sebesar 16%; 65%; 71%; 86% dan 77%.3 DAFTAR PUSTAKA 1. Jan A. Rozendaal. 1997. Vector Control, Methods For Use By Individuals And Communities. WHO Geneva. 2. Yulian Taviv, Akhmad Saikhu, Hotnida Sitorus. Pengendalian DBD Melalui Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Buletin Kesehatan Badan Litbang Depkes Vol: 38, No.4 Litbangkes Jakarta, 2010. 42 3. Taviv Y, Alwi A, Budianto A, Purnama D, Betriyon. Efektifitas Ikan Cupang (Ctenops vittatus) dalam Pengendalian Larva dan Daya Tahannnya Terhadap Temephos, Jurnal Ekologi Kesehatan Badan Litbang Depkes RI Vol: 6, No.2 Litbangkes Jakarta; 2007. 4. Citraningsih, Yuniarti. 1992. Kemampuan Makan Tilapia Nilotika (Ikan Nila) Oreocromis Niloticus (Ikan Nila Merah, Cyprinus Carpio (Ikan Tombro) Terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti. http://eprints.undip.ac.id/3884/ diakses 26 mei 2011 5. Hadi Suwasono . 1997. Berbagai Cara Pemberantasan Larva Aedes aegypti . Cermin Dunia Kedokteran No. 119. 6. Nunik Siti Aminah, Enny W. Lestari, Amrul Munif, Koesnindar, Mardiana. 1996. Respon Aedes aegypti terhadap Ekstrak Jamur Beauveria bassiana, Mucor haemalis dan Geotrichum candidum.Cermin Dunia Kedokteran No. 107. 7. Lukman Hakim dkk. 2005. Efikasi Larvasida Bacillus Sphaericus dan Bacillus Thuringiensis Serotype H-14 (BTI H-14) Terhadap Larva Nyamuk Anopheles Sundaicus dan Pengaruhnya Terhadap Benur Udang. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 4 Nomor 1. 8. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Direktorat PPM&PL. Jakarta. 1999 9. Anonim. Pemanfaatan Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Larvasida Untuk Pemberantasan Nyamuk Aedes aegepty. http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/16/pemanfaatan-daun-jeruk-nipis-citrusaurantifolia-sebagai-larvasida-untuk-pemberantasan-nyamuk-aedes-aegepty/ diakses 31 Oktober 2011 10. Tutik Rahayu. 2005. Efektivitas Dekok Buah Lerak (Sapindus Rarak de Candole). Terhadap Larva Aedes aegipty. digilib.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2008tutikrahay-13583- PEN 11. Dewi Susanna, A. Rahman dan Eram Tunggul Pawenang. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi Untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes aegypty. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 2 No 2. 12. Sito Rukmi. 2009. Efikasi Ekstrak Daun Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth) terhadap Kematian Larva Anopheles aconitus Donitz. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3701 diakses 31 Oktober 2011 13. Rahayu. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Paitan (Tithonia diversifolia ) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti Instar III. lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/abstract/03520020.pdf diakses 31 Oktober 2011. 43