faktor – faktor yang berhubungan dengan vital

advertisement
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL
EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK) DI RSU. CIBABAT CIMAHI DAN
RS. RAJAWALI BANDUNG
Oleh:
Urip Rahayu,S.Kp.M.Kep
Prof Dra Elly Nurrachmah, S.Kp.,M.AppSc.Rn
Dewi Gayatri, S.Kp.,M.Kes
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL
EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK) DI RSU. CIBABAT CIMAHI DAN
RS. RAJAWALI BANDUNG
Urip Rahayu 1 , Elly Nurrachmah 2, Dewi Gayatri3
Email: [email protected]
Abstrak
Vital Exhaustion (VE)
dikarakteristikkan oleh
perasaan kelelahan,
peningkatan irritabilitas, dan perasaan demoralisasi. VE merupakan
prediktor terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Secara ekplisit
disebutkan dalam penelitian sebelumnya bahwa kualitas tidur, beban kerja,
konflik keluarga, status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
status perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya VE.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan VE pada pasien PJK di RSU Cibabat Cimahi dan RS.
Rajawali Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PJK.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang ditentukan dengan
cara non probability sampling yaitu concecutive. Kualitas tidur dikaji oleh
Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), beban kerja dikaji NASA Task Load
Index, vital exhaustion dikaji oleh Maastricht Questioneri, dan usia, jenis
kelamin, pendidikan, status ekonomi, konflik keluarga dan status
perkawinan dikaji dengan kuesioner standar data demografi.
Hasil
penelitian menunjukan menunjukan responden rata – rata berusia 62,23
tahun, penghasilan Rp. 1,85 juta, beban kerja 52,6 dan sebagian besar
responden dengan kualitas tidur buruk, mempunyai konflik keluarga,
berjenis kelamin laki – laki, berpendidikan SD, menikah dan mengalami
vital exhaustion. Hasil analisis korelasi α = 0.05 menunjukan faktor yang
berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur, beban kerja dan konflik
keluarga. Berdasarkan uji regresi logistik berganda menunjukan faktor
dominan berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur (p value=0,019).
Kualitas tidur yang buruk pada pasien PJK dapat disebabkan oleh dipsnoe,
distritmia dan batuk. Selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dibuat
kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas tidur dengan cara
tidak melakukan tindakan non urgen pada saat jam tidur pasien dan
menganjurkan untuk mempertahankan kualitas tidur. Pada pasien rawat
jalan dengan mengendalikan/ menghindari terjadinya konflik keluarga.
Abstract
Vital Exhaustion (VE) a state characterized by unusual fatique, irritability
and, demoralization- is predictor of Coronary Heart Disease (CHD).
Previous study found quality of sleep, workload, family conflict, economic
status, age, gender, educational level, and marital status related with vital
exhaustion. This study was a descriptive correlational with cross-sectional
design that aims to examine relationship between factors and vital
exhaustion at Cibabat Cimahi General Hospital and Rajawali Bandung
Hospital. The population were all patient with CHD. The sample size was
40 patients, was collected by using concecutive non probability sampling
technic.The quality of sleep was assessed by Pittsburg Sleep Quality Index
(PSQI), whereas the workload were assessed by NASA Task Load Index,
and vital exhaustion was assessed by Maastricht Questioneries, the age,
gender, education level, family conflict , marital status were assessed by
demografic questionnaries. The result of the study, showed that average
age of respondens is 62,23 years, the average of income is Rp.1,85 juta
per month, the workload average is 52,6, and disturbance sleep, have
family conflict, marriage and exhausted. From the correlation analysis with
α = 0,05 there are significant relationship between quality of sleep,
workload, family conflict with vital exhaustion. The regression logistic
multiple showed that dominant factor related with vital exhaustion is the
quality of sleep (p value=0,019). The causal factors of sleep disturbance
which affected CHD were dipsnea, dysrythmia and cough. Futhermore, the
recommendation for policy make in the hospital lead to the need of
making a regulation to maintain the quality of sleep of the patients. Also, a
policy to prevent family conflict to outpatient clients and families.
Keyword : Vital exhaustion, CHD, quality of sleep, workload, family conflict
1. Pendahuluan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di
Indonesia. Angka kematian akibat PJK mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat PJK adalah 16 % kemudian
di tahun 2001 angka tersebut meningkat menjadi 26,4%. Angka Kematian akibat PJK
diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk, (Nurmatono, 2007, hlm 2).
Penyebab terjadinya
PJK adalah aterosklerosis dimana terjadi pembentukan flaques yang
akan menyumbat arteri koroner, dan berakibat kepada penurunan aliran darah. Kerusakan
terjadi lebih besar jika flaques tidak stabil dan rupture, (Forrester, 2002, dalam Koertge,
2003, hlm. 1). Jika penurunan aliran darah yang diakibatkan oleh penyumbatan arteri
koroner membuat suplay oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan di jaringan jantung, maka
akan terjadi iskemia. Iskemia inilah yang menyebabkan nyeri dada atau angina pektoris,
walaupun pada pasien PJK terbukti pada episode iskemia 70 – 80%
tidak menimbulkan
gejala, (McPhee & Ganong, hlm. 2006).
Kudielka, et al. (2004, hlm. 35) mengatakan bahwa disamping faktor risiko biologi dan
perilaku (seperti tekanan darah, lemak, merokok, kurang aktivitas). Terdapat penelitian
bahwa faktor psikologi berperan dalam patogenesis dan progresi PJK. Faktor risiko psikososial
pada PJK meliputi depresi, kecemasan, kelelahan menyeluruh,
kepribadian tipe D dan
kurangnya dukungan sosial.
Hasil survey kepada 11.122 orang dengan umur lebih dari 35 tahun dengan 20,3% dari
populasi adalah penderita penyakit jantung didapatkan 52,1% mengalami depresi dan 69,7%
mengalami vital exhaustion (Purebl, et al.2006, hlm. 133). Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kop, et al. (1994, dalam Bages, Appels & Falger, 1999, hlm. 280) mengatakan
bahwa 50 – 60 % pasien miokard infark (MI) tercatat mengalami fatique dan gejala seperti
depresi dalam satu bulan sebelum terjadinya gangguan jantung. Diantara faktor risiko
psikologi penyebab PJK adalah vital exhaustion merupakan faktor prediktor yang kuat
terjadinya infark miokard acut (Appels & Mulder, 1988; Falger & Schouten, 1993; Falger &
Shouten, 1992 dalam Bages, et al. 2000, hlm. 787).
Vital exhaustion sebuah fenomena yang dipercaya berhubungan dengan depresi tetapi tidak
identik. Kelelahan berat dan perasaan lemas, seperti putus asa, lesu, kehilangan libido,
peningkatan irritabilitas dan masalah tidur merupakan gejala dari vital exhaustion ; Kelelahan
kronik merupakan gejala utama dari vital exhaustion. (Wojciechowski, et al. 2000, hlm. 359).
Secara khas, vital exhaustion telah dilihat sebagai akibat dari stress yang berkepanjangan,
dari beban yang terlalu berat dari lingkungan. Beban kerja , konflik keluarga dan status
ekonomi telah ditemukan sebagai faktor prediksi dari vital exhaustion (Appels, 1989, dalam
Heponiemi, et al. 2005, hlm. 880). Selanjutnya Diest dan Appels (1994) mengatakan bahwa
masalah tidur bagian merupakan gambaran terjadinya kelelahan menyeluruh.
Mengingat dampak dari vital exhaustion yang dapat memperparah PJK, baik langsung
maupun tidak langsung akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita PJK di
Indonesia, oleh karena itu perlu penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
vital exhaustion pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien
penyakit jantung koroner (PJK) di RSU. Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung.
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik non probability sampling yaitu
concecutive.yaitu pasien yang dirawat di ruangan, berobat ke poliklinik penyakit dalam/
jantung, dan instalasi gawat darurat. kriteria inklusi pasien adalah penderita PJK dengan
usia≥ 18 tahun, tidak ada penyakit penyerta lain dan tidak ada kelainan mental, sedangkan
criteria ekslusi pasien yang tidak bersedia untuk diteliti dan pasien yang tidak kooperatif.
Jumlah sampel adalah 40 orang. Analisis yang digunakan yaitu univariat, bivariat dengan T
Independet test dan Chi- square, dilanjutkan dengan uji regresi logistic ganda. Kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner demografi untuk mengkaji usia, pendidikan, jenis kelamin,
status pernikahan, status ekonomi, dan konflik keluarga; kuesioner kualitas tidur
menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI); kuesioner beban kerja menggunakan
NASA Task Load Index, dan vital exhaustion dikaji dengan Maastricht Questioneri(MQ). Data
dikumpulkan dengan cara mengecek terlebih dahulu diagnosa pasien dan mengkaji apakah
memenuhi criteria inklusi dan ekslusi , selanjutnya pasien diminta menandatangani inform
consent, jika setuju maka pasien diminta mengisi kuesioner yang telah disediakan.
2. Hasil dan Pembahasan
Rata – rata beban kerja adalah 52,60, median 48,50 dengan standar deviasi 14,051; status
ekonomi responden adalah Rp 1,85 jt, dengan standar deviasi Rp 1.6 jt; usia adalah 62,23
tahun, dengan standar deviasi 11,93 tahun. Dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
Hasil analisis hubungan variabel dengan vital exhaustion dengan alpha 5% variabel yang
berhubungan signifikan dengan vital exhaustion adalah sebagai berikut kualitas (p=0,01);
Beban kerja (p= 0,02) dan konflik keluarga (p=0,03), sedangkan variabel lainnya tidak
berhubungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan hasil analisis regresi
logistic ganda didapatkan faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion adalah kualitas
tidur (p=0,01) dan konflik keluarga (p=0,03), tetapi setelah dilakukan uji interaksi dapat
disimpulkan tidak ada interaksi antara kualitas tidur dengan konflik keluarga (p=0,09) hal ini
menunjukan antara kualitas tidur dengan vital exhaustion tidak memberikan efek berbeda
untuk mereka yang ada atau tidak ada konflik keluarga.
Dari pemodelan terakhir didapatkan pasien PJK yang kualitas tidurnya buruk berpeluang
mengalami VE 6,7 kali (95% CI 1,360 – 33,283 ) dibandingkan pasien PJK yang kualitas
tidurnya baik setelah dikontrol dengan varibel konflik keluarga. Pasien PJK dengan konflik
keluarga berpeluang mengalami VE 5,4 kali (95% CI 1,116 – 26,372) dibandingkan pasien
PJK yang tidan mempunyai konflik keluarga setelah dikontrol dengan variabel kualitas tidur
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4. Selanjutnya dapat disimpulkan faktor yang paling
dominantyang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur (pwald = 0,01).
Tabel 1
Distribusi Rata Rata Berdasarkan Variabel
Variabel
Mean
Median
SD
Min- Mak
Beban Kerja
52,60
48,5
14,1
27 - 81
Status Ekonomi
1,8 (jt)
1 jt
1, 6 jt
0,5 jt – 7,5 jt
Usia
63,23
64,5
11,9
40 – 85
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel
Variabel
Kualitas tidur
Baik
Buruk
Konflik
Keluarga
Tidak ada
Ada
Jenis Kelamin :
Laki – Laki
Perempuan
Pendidikan :
SD
SMP
SMA
Akademik/PT
Status
Perkawinan :
Menikah
Janda atau
duda
Vital Exhaustion
Exhausted
Non exhausted
Jumlah
Persentase
13
27
32,5
67,5
14
26
35
65
26
14
65
35
18
3
10
9
45
7.5
25
22.5
29
11
72.5
27.5
26
14
65
35
Tabel 3
Distribusi hubungan variabel dengan vital exhaustion
Variabel
Kualitas tidur
Baik
Buruk
Tidak ada
Ada
Jenis Kelamin :
Laki – Laki
Perempuan
Pendidikan :
SD
SMP
SMA
Akademik/PT
Status
Perkawinan :
Menikah
Janda atau duda
Vital Exhaustion
Exhausted
Non exhausted
Variabel
Beban Kerja
Status
ekonomi
Usia
Mean
Jumlah
13
27
Persentase
32,5
67,5
14
26
35
65
26
14
65
35
18
3
10
9
45
7.5
25
22.5
29
11
72.5
27.5
26
14
65
35
Exhausted
SD
nonexhausted
Mean
SD
p
55,85
1,8jt
15,4
1,7jt
46,57
1,9jt
8,69
1,4jt
0,02
0,82
62,69
12,5
64,21
11
0.70
Tabel 4
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda antara Kualitas Tidur, konflik keluarga
dengan Vital Exhaustion
Model Akhir
Variabel
β
Kualitas tidur
1,906
Konflik
1,691
keluarga
Konstan
-1,608
-2 Log likehood = 41,096
P
wald
OR
95%CI
0,019
6,729
1,360 -33,283
0,036
5,426
1,116 – 26,372
0,060
G = 10.699
0,200
p value =0,005
Penelitian ini menunjukan faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada
pasien yang PJK di RSU. Cibabat dan RS. Rajawali adalah faktor kualitas tidur, beban kerja,
dan konflik keluarga.
Kualitas tidur dan vital exhaustion
Tingginya angka kejadian kualitas tidur buruk yang dialami pasien PJK pada penelitian ini
sesuai
dengan
hasil penelitian sebelumnya Nordin et al. (2008, hlm. 60) mengatakan
bahwa terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan miokard infark (MI) pada laki – laki
OR 1,44(95% CI 1,22 – 1.69) dan pada perempuan OR 2,03 (95% CI 1,63 – 2.53). Meisinger
et. al (2007: 1121) mengatakan bahwa pada 295 kasus MI didapatkan hasil laki –laki
mengalami kesulitan mempertahankan tidur dengan risiko relatif 1.12 (95% CI, 0.84 – 1.48);
perempuan 1.53 (95% CI, 0.99 – 2.37), dan mengalami kesulitan memulai untuk tidur, laki –
laki 1.16 (95% CI, 081 – 1.63); perempuan 1.30 ( 95% CI, 0.81 – 2.06). Gutaffsson, et al.
(2001, hlm. 414).
Brostrom et.al (2001, hlm. 523) mengatakan bahwa penyebab kesulitan tidur pada pasien
penyakit jantung disebabkan oleh dispnoe, disritmia dan batuk. Selanjutnya Brostrom et al.
(2001, hlm. 523).Efek dari kekurangan tidur adalah kelelahan, temperamental dan kehilangan
kosentrasi
Akibat dari kekurangan tidur diatas merupakan gejala dari vital exhaustion.
Appels (1990 dalam Bages, 2000,
hlm. 787) mengatakan bahwa vital exhaustion adalah
perasaan yang kompleks dari kelelahan dan kehilangan energi, peningkatan irritabilitas dan
demoralisasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur buruk, vital
exhaustion dan kejadian PJK merupakan hal yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya (lingkaran setan).
Beban kerja dan vital exhaustion
Roy & Andrew, (1999, dalam Virareal 2003, hlm. 378) mengatakan bahwa pada pasien PJK
akan terjadi sumbatan pada arteri koroner yang menimbulkan oksigenasi kedalam jaringan
jantung terganggu. Ketidakseimbangan suplay oksigen dengan kebutuhan jaringan akan
menimbulkan gejala intolerasi aktivitas. Chikani et al. (2005, hlm. 299) pada perempuan
dengan n = 1500, didapatkan bahwa stress pekerjaan dapat memprediksi risiko terkena
penyakit jantung pada pekerja perkebunan dibanding pada bukan pekerja perkebunan dan
Landbergis et al (1999, hlm. 414) mengatakan bahwa pada laki – laki dengan n= 283
tekanan pekerjaan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan tekanan darah.
Cox (1993, Payne and Firth –couzens, 1987 dalam Holmes, 2001, hlm. 230) mengatakan
bahwa tekanan pekerjaan yang berat dalam jangka waktu lama dan individu tidak mengatasi
hal tersebut dengan baik akan menimbulkan stress fisik dan mental, implikasi dari hal
tersebut sangat bervariasi seperti timbulnya penyakit (PJK, kanker dll) dan gangguan mental.
Selanjutnya Ellingsen et al.( 2007, hlm. 265) mengatakan bahwa telah banyak penelitian
menunjukan bekerja dengan overtime dapat menimbulkan penyakit seperti PJK. Sebuah
penelitian prosfektif di Amerika Serikat memperlihatkan tingginya angka ratio kematian pada
penderita PJK yang bekerja 67 jam atau lebih perminggunya dan angka kejadian PJK pada
pekerja dengan sistem shift sebesar 13,5% lebih tinggi dibandingkan pekerja non shif
sebesar
(7,1%).
Watanabe et al (2002, hlm. 68) mengatakan bahwa pengaruh vital
exhaustion (VE) dalam fungsi autonom jantung berhubungan dengan kondisi pekerjaan
seperti kelebihan jam kerja, seringnya perjalanan bisnis, dan gaya hidup seperti merokok
pada pekerja di usia 52 tahun.
Konflik keluarga dan vital exhaustion
Al Hasan & Sagr (2002 : 181) mengatakan bahwa pasien miokard infark yang dipulangkan
dari rumah sakit mengalami stress karena konflik dengan perannya di masyarakat, konflik
hubungan interpersonal dan masalah kesehatan pribadi. Hasting et al (2007, hlm. 83)
mengatakan hambatan hubungan sosial dapat meningkatkan denyut nadi, tekanan darah,
dan perasaan cemas. Vital exhaustion signifikan berhubungan dengan kecemasan (p=0,002)
(Heponiemi, et al, 2005, hlm. 889). Dapat simpulkan bahwa konflik keluarga pada pada
pasien PJK dapat menimbulkan kecemasan dan kecemasan secara signifikan berhubungan
dengan vital exhaustion.
Keterbatasan
Penelitian ini dirancang dengan metode cross sectional sehingga hasil penelitian tidak dapat
disimpulkan sebagai sebab akibat. Sampel yang didapat hanya 40 responden. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada populasi yang lebih besar. Selanjutnya
Instrumen penelitian menanyakan kejadian yang pernah dialami oleh pasien pada masa lalu,
sehingga kemungkinan besar pada saat menjawab pertanyaan- pertanyaan pada kuesioner
responden akan mengalami hambatan dalam proses mengingat atau recall bias. Dan Karena
perbedaan kultur dan budaya mungkin akan merubah nilai validitas dan relibialitas dari
instrumen yang digunakan.
Implikasi
Kualitas tidur yang buruk dapat menimbulkan gejala seperti kelelahan, temperamental dan
kehilangan kosentrasi, oleh karena itu pasien PJK membutuhkan waktu tidur yang cukup,
informasi dan konseling tentang kualitas tidur yang baik sehingga pasien dapat mengatasi
gangguan tidur dengan mekanisme kopingnya. Hal tersebut merupakan hal yang harus di
lakukan oleh perawat medikal bedah.
Pada pasien PJK terjadi sumbatan pada arteri koroner yang
menimbulkan oksigenasi
kedalam jaringan jantung terganggu. selanjutnya akan berdampak kepada intoleransi
aktivitas pada pasien. Berkaitan dengan beban kerja pasien PJK perawat medikal bedah
dapat menolong pasien dengan cara membuat program aktivitas pada setiap pasien PJK,
memberikan pendidikan kesehatan tentang beban kerja yang dapat ditoleransi dan aktivitas
yang harus dihindari seperti bekerja overtime, bekerja sift dan traveling yang terlalu sering.
Konflik pada pasien PJK dapat disebabkan karena perubahan peran di masyarakat, konflik
hubungan interpersonal dan masalah kesehatan pribadi. Perawat medikal bedah dapat
membantu pasien PJK dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang
manajemen
konflik, proses adaptasi dan manajemen kecemasan.
Penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk meneliti tentang
intervensi – intervensi
keperawatan pada pasien PJK yang dapat mengatasi vital exhaustion dan faktor – faktor
penyebabnya.
4. Simpulan dan Saran
Responden rata – rata berusia 62,23 tahun, penghasilan Rp. 1,8 juta, beban kerja 52,6 dan
sebagian besar responden dengan kualitas tidur buruk, mempunyai konflik keluarga, berjenis
kelamin laki – laki, berpendidikan SD, menikah dan mengalami vital exhaustion. Faktor –
faktor yang tidak berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien PJK adalah status
ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan sedangkan faktor – faktor
yang berhubungan signifikan dengan vital exhaustion pada pasien PJK adalah kualitas tidur,
beban kerja dan konflik keluarga dengan kualitas tidur sebagai faktor yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian vital exhaustion pada pasien PJK
Rumah sakit membuat kebijakan untuk melarang pelaksanaan tindakan non urgen kepada
pasien PJK pada saat pasien tidur dan jam tidur pasien. Menegakkan disiplin jam kunjungan
kepada
pasien. Bidang keperawatan membuat modul aktivitas, manajemen konflik dan
mengembangkan program pencegahan PJK untuk masyarakat dengan memfokuskan pada
terhindarinya faktor – faktor yang dapat menimbulkan VE pada orang sehat yang dapat
berpotensi timbulnya PJK.
Memasukan konsep vital exhaustion kedalam kurikulum pendidikan keperawatan menjadi sub
pokok bahasan pada materi asuhan keperawatan pada penyakit jantung koroner.
Direkomendasikan untuk
penelitian lanjut tentang intervensi keperawatan atau terapi
modalitas yang dapat mengatasi vital exhaustion pada pasien PJK. Dan memperjelas
hubungan antara antara hubungan sebab akibat dari vital exhaustion dan stress.
Daftar Pustaka
Ahto, Isoaho, Puolijoki, Vahlberg, Kivela, (2007) Stronger symptoms of depression predict
high coronary heart disease mortality in older men and women, International Journal
Geriatri Psychiatry 22: 757–763.
Akyol & Bakan. ( 2007) Theory – guided intervention for adaptation of health failure. Journal
Advaced Nursing . 61(6), 596–608
Al Hasan & Sagr, (2002) Stress and stressors of myocardial infarction patients in the early
period after discharge, Journal of Advanced Nursing, 40(2), 181–188
American Heart Association, (2008)
Risk Factors and Coronary
http//www.americanheart.org. diperoleh tanggal 23 April 2008.
Heart
disease.
Bages, et al. (1999), Vital Exhaustion as a Risk Factor of Miocardial Infarction ; A Case
Control Study in Venezuela, International Journal of Behavioral Medicine, 6(3), 279-290
Bages, et al. (2000), Vital Exhaustion measures and their Associations with Coronary Heart
Disease Risk Factors in Sample of Spanish – Speakers, Psycology and Health, 15, 787-799
Brostroèm, Mberg, Dahlstroè, Fridlund (2001), Patients with congestive heart failure and their
conceptions of their sleep situation, Journal of Advanced Nursing, 34(4), 520-529
Chikani, Reding, Gunderson, McCarty, (2005). Psychosocial Work Characteristics Predict
Cardiovascular Disease Risk Factors and Health Functioning in Rural Women: The
Wisconsin Rural Women’s Health Study, The Journal of Rural Health, 21(4), 295 -302
Diest & Appels. ( 1994) Sleep Physiological Characteristics of Exhausted Men. Psychosomatic
Medicine 56:28-35.
Eltingsen, Bener, Gehani (2007) Study of shift work and risk of coronary events, JRSH
27(6):265-267
Gustaffson, ( 2001). Insuficient sleep, cognitive anxiety and health transition in men with
coronary artery disease: a self-report and polysomnographic study, Journal of Advanced
Nursing, 37(5), 414- 422
Hamilton, Solin, Naughton. (2004). Obstructive sleep apnoea and cardiovascular
Internal Medicine Journal, , 34: 420–426
disease,
Hastings, Waxler, Usher (2007), Cardiovascular and affective responses to social stress in
adolescents with internalizing and externalizing problems, International Journal of
Behavioral Development, 31 (1), 77–87
Heponiemi, et al. (2005), Menyeluruh exhaustion, temperament, and the circumplex model of
affect during laboratory- induce stress, Cognition and Emotion,19(6), 879-897
Holmes (2001), Work-related stress: a brief review, The Journal of the Royal Society for the
Promotion of Health, 121 (4) 230 – 235.
Imhof, Hoffmann, Froelicher, (2006) Impact of cardiac disease on couples’ relationships
Journal compilation: 513 – 531.
Koertge, et al (2002) Vital exhaustion and recurrence of CHD in women with acute
myocardial infarction, Psychology, Health & Medicine, 7, (2), 117 – 126
Koertge, (2003) Vital Exhaustion and coronary artery disease; Biological Correlate and
Behavioral Intervention .center of preventive medicine, 281-293.
Kraschenewski, Alexander, Peterson (2006), Coronary Artery Disease in Later Life,Fall : 17 –
23.
Kubzansky, Cole, Kawachi, Vokonas, Sparrow (2006), Shared and Unique Contributions of
Anger, Anxiety, and Depression to Coronary Heart Disease: A Prospective Study in the
Normative Aging Study, The Society of Behavioral Medicine. 31(1):21–29
Kudeilka, Kaner, Gander, Fischer. (2004). The Interrelationship of Psychosocial RiskFactors
for Coronary Artery Disease in aWorking Population: Do We Measure Distinctor Overlapping
Psychological Concepts?. Behavioral Medicine.30.
Lundberg & Hellstrom. (2002). Workload and morning salivary cortisol in women, work &
stress, 16(4), 356–363
Meisinger, Heier, Löwel, Schneider2; Döring. (2007). Sleep Duration and Sleep complaints
and Risk of Myocardial Infarction in Middle-aged Men and Women from the General
Population: The MONICA/KORAAugsburg Cohort Study. SLEEP, Vol. 30, No. 9.
Nordin, Knutsson, Sundbom (2008 ) Is Disturbed Sleep a Mediator in the Association between
Social Support and Myocardial Infarction? Journal of Health Psychology, 13(1) 55–64
Nurmatono, (2007) Aplikasi telemetri dalam asuhan keperawatan penyakit jantung koroner
http://www.inna-ppni.or.id, diperoleh tanggal 23 April ,2008.
Pickering, (1999). Cardiovascular Pathways: Socioeconomic Status and Stress Effects on
Hypertension and Cardiovascular Function, Annals New York Academy Of Sciences, 263277
Purebl, et al. (2006). The Relation of Biological and Psychological Risk Factors of
Cardiovascular Disorder in Large – Scale National Representative Community Survey,
Behavioral Medicine , 133 – 139.
Smith Carole (2007) The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), New York University College
of Nursing, 6(1)
Rutledge, et al (2003), Socioeconomic Status Variables Predict Cardiovascular Disease Risk
Factors and Prospective Mortality Risk Among Women With Chest Pain, Behavior
Modification, Vol. 27(1), 54-67
Villareal. (2003) Using Roy’s Adaptation Model When Caring for a Group of Young Women
Contemlating Quitting Smoking , Public Healt Nursing , 20(3).
Wang, et al. (2006) Psychosocial stress and atherosclerosis: family and work stress accelerate
progression of coronary disease in women. The Stockholm Female Coronary
AngiographyStudy, Journal of Internal Medicine.1365-2796.
Watanabe, et al (2002) Effects of Vital Exhaustion on Cardiac Autonomic Nervous Functions
Assessed by Heart Rate Variability at Rest in Middle-Aged Male Workers, International
Journal Of Behavioral Medicine, 9(1), 68–75.
Wojciechowski, et al. (2000), The Relationship between Depressive and Vital Exhaustion
Symptomatology Post – Myocardial Infaction, Acta Psyciatrica Scadinavia, 102, 359- 365
Zang and Hayward, ( 2006), Gender, the Marital Life Course, and Cardiovascular, Journal of
Marriage and Family (68), 639–657
Download