FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSU. CIBABAT CIMAHI DAN RS. RAJAWALI BANDUNG Oleh: Urip Rahayu,S.Kp.M.Kep Prof Dra Elly Nurrachmah, S.Kp.,M.AppSc.Rn Dewi Gayatri, S.Kp.,M.Kes FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSU. CIBABAT CIMAHI DAN RS. RAJAWALI BANDUNG Urip Rahayu 1 , Elly Nurrachmah 2, Dewi Gayatri3 Email: [email protected] Abstrak Vital Exhaustion (VE) dikarakteristikkan oleh perasaan kelelahan, peningkatan irritabilitas, dan perasaan demoralisasi. VE merupakan prediktor terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Secara ekplisit disebutkan dalam penelitian sebelumnya bahwa kualitas tidur, beban kerja, konflik keluarga, status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya VE. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan VE pada pasien PJK di RSU Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PJK. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang ditentukan dengan cara non probability sampling yaitu concecutive. Kualitas tidur dikaji oleh Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), beban kerja dikaji NASA Task Load Index, vital exhaustion dikaji oleh Maastricht Questioneri, dan usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, konflik keluarga dan status perkawinan dikaji dengan kuesioner standar data demografi. Hasil penelitian menunjukan menunjukan responden rata – rata berusia 62,23 tahun, penghasilan Rp. 1,85 juta, beban kerja 52,6 dan sebagian besar responden dengan kualitas tidur buruk, mempunyai konflik keluarga, berjenis kelamin laki – laki, berpendidikan SD, menikah dan mengalami vital exhaustion. Hasil analisis korelasi α = 0.05 menunjukan faktor yang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur, beban kerja dan konflik keluarga. Berdasarkan uji regresi logistik berganda menunjukan faktor dominan berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur (p value=0,019). Kualitas tidur yang buruk pada pasien PJK dapat disebabkan oleh dipsnoe, distritmia dan batuk. Selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dibuat kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas tidur dengan cara tidak melakukan tindakan non urgen pada saat jam tidur pasien dan menganjurkan untuk mempertahankan kualitas tidur. Pada pasien rawat jalan dengan mengendalikan/ menghindari terjadinya konflik keluarga. Abstract Vital Exhaustion (VE) a state characterized by unusual fatique, irritability and, demoralization- is predictor of Coronary Heart Disease (CHD). Previous study found quality of sleep, workload, family conflict, economic status, age, gender, educational level, and marital status related with vital exhaustion. This study was a descriptive correlational with cross-sectional design that aims to examine relationship between factors and vital exhaustion at Cibabat Cimahi General Hospital and Rajawali Bandung Hospital. The population were all patient with CHD. The sample size was 40 patients, was collected by using concecutive non probability sampling technic.The quality of sleep was assessed by Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), whereas the workload were assessed by NASA Task Load Index, and vital exhaustion was assessed by Maastricht Questioneries, the age, gender, education level, family conflict , marital status were assessed by demografic questionnaries. The result of the study, showed that average age of respondens is 62,23 years, the average of income is Rp.1,85 juta per month, the workload average is 52,6, and disturbance sleep, have family conflict, marriage and exhausted. From the correlation analysis with α = 0,05 there are significant relationship between quality of sleep, workload, family conflict with vital exhaustion. The regression logistic multiple showed that dominant factor related with vital exhaustion is the quality of sleep (p value=0,019). The causal factors of sleep disturbance which affected CHD were dipsnea, dysrythmia and cough. Futhermore, the recommendation for policy make in the hospital lead to the need of making a regulation to maintain the quality of sleep of the patients. Also, a policy to prevent family conflict to outpatient clients and families. Keyword : Vital exhaustion, CHD, quality of sleep, workload, family conflict 1. Pendahuluan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Angka kematian akibat PJK mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat PJK adalah 16 % kemudian di tahun 2001 angka tersebut meningkat menjadi 26,4%. Angka Kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk, (Nurmatono, 2007, hlm 2). Penyebab terjadinya PJK adalah aterosklerosis dimana terjadi pembentukan flaques yang akan menyumbat arteri koroner, dan berakibat kepada penurunan aliran darah. Kerusakan terjadi lebih besar jika flaques tidak stabil dan rupture, (Forrester, 2002, dalam Koertge, 2003, hlm. 1). Jika penurunan aliran darah yang diakibatkan oleh penyumbatan arteri koroner membuat suplay oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan di jaringan jantung, maka akan terjadi iskemia. Iskemia inilah yang menyebabkan nyeri dada atau angina pektoris, walaupun pada pasien PJK terbukti pada episode iskemia 70 – 80% tidak menimbulkan gejala, (McPhee & Ganong, hlm. 2006). Kudielka, et al. (2004, hlm. 35) mengatakan bahwa disamping faktor risiko biologi dan perilaku (seperti tekanan darah, lemak, merokok, kurang aktivitas). Terdapat penelitian bahwa faktor psikologi berperan dalam patogenesis dan progresi PJK. Faktor risiko psikososial pada PJK meliputi depresi, kecemasan, kelelahan menyeluruh, kepribadian tipe D dan kurangnya dukungan sosial. Hasil survey kepada 11.122 orang dengan umur lebih dari 35 tahun dengan 20,3% dari populasi adalah penderita penyakit jantung didapatkan 52,1% mengalami depresi dan 69,7% mengalami vital exhaustion (Purebl, et al.2006, hlm. 133). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kop, et al. (1994, dalam Bages, Appels & Falger, 1999, hlm. 280) mengatakan bahwa 50 – 60 % pasien miokard infark (MI) tercatat mengalami fatique dan gejala seperti depresi dalam satu bulan sebelum terjadinya gangguan jantung. Diantara faktor risiko psikologi penyebab PJK adalah vital exhaustion merupakan faktor prediktor yang kuat terjadinya infark miokard acut (Appels & Mulder, 1988; Falger & Schouten, 1993; Falger & Shouten, 1992 dalam Bages, et al. 2000, hlm. 787). Vital exhaustion sebuah fenomena yang dipercaya berhubungan dengan depresi tetapi tidak identik. Kelelahan berat dan perasaan lemas, seperti putus asa, lesu, kehilangan libido, peningkatan irritabilitas dan masalah tidur merupakan gejala dari vital exhaustion ; Kelelahan kronik merupakan gejala utama dari vital exhaustion. (Wojciechowski, et al. 2000, hlm. 359). Secara khas, vital exhaustion telah dilihat sebagai akibat dari stress yang berkepanjangan, dari beban yang terlalu berat dari lingkungan. Beban kerja , konflik keluarga dan status ekonomi telah ditemukan sebagai faktor prediksi dari vital exhaustion (Appels, 1989, dalam Heponiemi, et al. 2005, hlm. 880). Selanjutnya Diest dan Appels (1994) mengatakan bahwa masalah tidur bagian merupakan gambaran terjadinya kelelahan menyeluruh. Mengingat dampak dari vital exhaustion yang dapat memperparah PJK, baik langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita PJK di Indonesia, oleh karena itu perlu penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) di RSU. Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung. 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik non probability sampling yaitu concecutive.yaitu pasien yang dirawat di ruangan, berobat ke poliklinik penyakit dalam/ jantung, dan instalasi gawat darurat. kriteria inklusi pasien adalah penderita PJK dengan usia≥ 18 tahun, tidak ada penyakit penyerta lain dan tidak ada kelainan mental, sedangkan criteria ekslusi pasien yang tidak bersedia untuk diteliti dan pasien yang tidak kooperatif. Jumlah sampel adalah 40 orang. Analisis yang digunakan yaitu univariat, bivariat dengan T Independet test dan Chi- square, dilanjutkan dengan uji regresi logistic ganda. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner demografi untuk mengkaji usia, pendidikan, jenis kelamin, status pernikahan, status ekonomi, dan konflik keluarga; kuesioner kualitas tidur menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI); kuesioner beban kerja menggunakan NASA Task Load Index, dan vital exhaustion dikaji dengan Maastricht Questioneri(MQ). Data dikumpulkan dengan cara mengecek terlebih dahulu diagnosa pasien dan mengkaji apakah memenuhi criteria inklusi dan ekslusi , selanjutnya pasien diminta menandatangani inform consent, jika setuju maka pasien diminta mengisi kuesioner yang telah disediakan. 2. Hasil dan Pembahasan Rata – rata beban kerja adalah 52,60, median 48,50 dengan standar deviasi 14,051; status ekonomi responden adalah Rp 1,85 jt, dengan standar deviasi Rp 1.6 jt; usia adalah 62,23 tahun, dengan standar deviasi 11,93 tahun. Dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Hasil analisis hubungan variabel dengan vital exhaustion dengan alpha 5% variabel yang berhubungan signifikan dengan vital exhaustion adalah sebagai berikut kualitas (p=0,01); Beban kerja (p= 0,02) dan konflik keluarga (p=0,03), sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan hasil analisis regresi logistic ganda didapatkan faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion adalah kualitas tidur (p=0,01) dan konflik keluarga (p=0,03), tetapi setelah dilakukan uji interaksi dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara kualitas tidur dengan konflik keluarga (p=0,09) hal ini menunjukan antara kualitas tidur dengan vital exhaustion tidak memberikan efek berbeda untuk mereka yang ada atau tidak ada konflik keluarga. Dari pemodelan terakhir didapatkan pasien PJK yang kualitas tidurnya buruk berpeluang mengalami VE 6,7 kali (95% CI 1,360 – 33,283 ) dibandingkan pasien PJK yang kualitas tidurnya baik setelah dikontrol dengan varibel konflik keluarga. Pasien PJK dengan konflik keluarga berpeluang mengalami VE 5,4 kali (95% CI 1,116 – 26,372) dibandingkan pasien PJK yang tidan mempunyai konflik keluarga setelah dikontrol dengan variabel kualitas tidur untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4. Selanjutnya dapat disimpulkan faktor yang paling dominantyang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur (pwald = 0,01). Tabel 1 Distribusi Rata Rata Berdasarkan Variabel Variabel Mean Median SD Min- Mak Beban Kerja 52,60 48,5 14,1 27 - 81 Status Ekonomi 1,8 (jt) 1 jt 1, 6 jt 0,5 jt – 7,5 jt Usia 63,23 64,5 11,9 40 – 85 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Variabel Kualitas tidur Baik Buruk Konflik Keluarga Tidak ada Ada Jenis Kelamin : Laki – Laki Perempuan Pendidikan : SD SMP SMA Akademik/PT Status Perkawinan : Menikah Janda atau duda Vital Exhaustion Exhausted Non exhausted Jumlah Persentase 13 27 32,5 67,5 14 26 35 65 26 14 65 35 18 3 10 9 45 7.5 25 22.5 29 11 72.5 27.5 26 14 65 35 Tabel 3 Distribusi hubungan variabel dengan vital exhaustion Variabel Kualitas tidur Baik Buruk Tidak ada Ada Jenis Kelamin : Laki – Laki Perempuan Pendidikan : SD SMP SMA Akademik/PT Status Perkawinan : Menikah Janda atau duda Vital Exhaustion Exhausted Non exhausted Variabel Beban Kerja Status ekonomi Usia Mean Jumlah 13 27 Persentase 32,5 67,5 14 26 35 65 26 14 65 35 18 3 10 9 45 7.5 25 22.5 29 11 72.5 27.5 26 14 65 35 Exhausted SD nonexhausted Mean SD p 55,85 1,8jt 15,4 1,7jt 46,57 1,9jt 8,69 1,4jt 0,02 0,82 62,69 12,5 64,21 11 0.70 Tabel 4 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda antara Kualitas Tidur, konflik keluarga dengan Vital Exhaustion Model Akhir Variabel β Kualitas tidur 1,906 Konflik 1,691 keluarga Konstan -1,608 -2 Log likehood = 41,096 P wald OR 95%CI 0,019 6,729 1,360 -33,283 0,036 5,426 1,116 – 26,372 0,060 G = 10.699 0,200 p value =0,005 Penelitian ini menunjukan faktor – faktor yang berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien yang PJK di RSU. Cibabat dan RS. Rajawali adalah faktor kualitas tidur, beban kerja, dan konflik keluarga. Kualitas tidur dan vital exhaustion Tingginya angka kejadian kualitas tidur buruk yang dialami pasien PJK pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya Nordin et al. (2008, hlm. 60) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan miokard infark (MI) pada laki – laki OR 1,44(95% CI 1,22 – 1.69) dan pada perempuan OR 2,03 (95% CI 1,63 – 2.53). Meisinger et. al (2007: 1121) mengatakan bahwa pada 295 kasus MI didapatkan hasil laki –laki mengalami kesulitan mempertahankan tidur dengan risiko relatif 1.12 (95% CI, 0.84 – 1.48); perempuan 1.53 (95% CI, 0.99 – 2.37), dan mengalami kesulitan memulai untuk tidur, laki – laki 1.16 (95% CI, 081 – 1.63); perempuan 1.30 ( 95% CI, 0.81 – 2.06). Gutaffsson, et al. (2001, hlm. 414). Brostrom et.al (2001, hlm. 523) mengatakan bahwa penyebab kesulitan tidur pada pasien penyakit jantung disebabkan oleh dispnoe, disritmia dan batuk. Selanjutnya Brostrom et al. (2001, hlm. 523).Efek dari kekurangan tidur adalah kelelahan, temperamental dan kehilangan kosentrasi Akibat dari kekurangan tidur diatas merupakan gejala dari vital exhaustion. Appels (1990 dalam Bages, 2000, hlm. 787) mengatakan bahwa vital exhaustion adalah perasaan yang kompleks dari kelelahan dan kehilangan energi, peningkatan irritabilitas dan demoralisasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur buruk, vital exhaustion dan kejadian PJK merupakan hal yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (lingkaran setan). Beban kerja dan vital exhaustion Roy & Andrew, (1999, dalam Virareal 2003, hlm. 378) mengatakan bahwa pada pasien PJK akan terjadi sumbatan pada arteri koroner yang menimbulkan oksigenasi kedalam jaringan jantung terganggu. Ketidakseimbangan suplay oksigen dengan kebutuhan jaringan akan menimbulkan gejala intolerasi aktivitas. Chikani et al. (2005, hlm. 299) pada perempuan dengan n = 1500, didapatkan bahwa stress pekerjaan dapat memprediksi risiko terkena penyakit jantung pada pekerja perkebunan dibanding pada bukan pekerja perkebunan dan Landbergis et al (1999, hlm. 414) mengatakan bahwa pada laki – laki dengan n= 283 tekanan pekerjaan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan tekanan darah. Cox (1993, Payne and Firth –couzens, 1987 dalam Holmes, 2001, hlm. 230) mengatakan bahwa tekanan pekerjaan yang berat dalam jangka waktu lama dan individu tidak mengatasi hal tersebut dengan baik akan menimbulkan stress fisik dan mental, implikasi dari hal tersebut sangat bervariasi seperti timbulnya penyakit (PJK, kanker dll) dan gangguan mental. Selanjutnya Ellingsen et al.( 2007, hlm. 265) mengatakan bahwa telah banyak penelitian menunjukan bekerja dengan overtime dapat menimbulkan penyakit seperti PJK. Sebuah penelitian prosfektif di Amerika Serikat memperlihatkan tingginya angka ratio kematian pada penderita PJK yang bekerja 67 jam atau lebih perminggunya dan angka kejadian PJK pada pekerja dengan sistem shift sebesar 13,5% lebih tinggi dibandingkan pekerja non shif sebesar (7,1%). Watanabe et al (2002, hlm. 68) mengatakan bahwa pengaruh vital exhaustion (VE) dalam fungsi autonom jantung berhubungan dengan kondisi pekerjaan seperti kelebihan jam kerja, seringnya perjalanan bisnis, dan gaya hidup seperti merokok pada pekerja di usia 52 tahun. Konflik keluarga dan vital exhaustion Al Hasan & Sagr (2002 : 181) mengatakan bahwa pasien miokard infark yang dipulangkan dari rumah sakit mengalami stress karena konflik dengan perannya di masyarakat, konflik hubungan interpersonal dan masalah kesehatan pribadi. Hasting et al (2007, hlm. 83) mengatakan hambatan hubungan sosial dapat meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, dan perasaan cemas. Vital exhaustion signifikan berhubungan dengan kecemasan (p=0,002) (Heponiemi, et al, 2005, hlm. 889). Dapat simpulkan bahwa konflik keluarga pada pada pasien PJK dapat menimbulkan kecemasan dan kecemasan secara signifikan berhubungan dengan vital exhaustion. Keterbatasan Penelitian ini dirancang dengan metode cross sectional sehingga hasil penelitian tidak dapat disimpulkan sebagai sebab akibat. Sampel yang didapat hanya 40 responden. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada populasi yang lebih besar. Selanjutnya Instrumen penelitian menanyakan kejadian yang pernah dialami oleh pasien pada masa lalu, sehingga kemungkinan besar pada saat menjawab pertanyaan- pertanyaan pada kuesioner responden akan mengalami hambatan dalam proses mengingat atau recall bias. Dan Karena perbedaan kultur dan budaya mungkin akan merubah nilai validitas dan relibialitas dari instrumen yang digunakan. Implikasi Kualitas tidur yang buruk dapat menimbulkan gejala seperti kelelahan, temperamental dan kehilangan kosentrasi, oleh karena itu pasien PJK membutuhkan waktu tidur yang cukup, informasi dan konseling tentang kualitas tidur yang baik sehingga pasien dapat mengatasi gangguan tidur dengan mekanisme kopingnya. Hal tersebut merupakan hal yang harus di lakukan oleh perawat medikal bedah. Pada pasien PJK terjadi sumbatan pada arteri koroner yang menimbulkan oksigenasi kedalam jaringan jantung terganggu. selanjutnya akan berdampak kepada intoleransi aktivitas pada pasien. Berkaitan dengan beban kerja pasien PJK perawat medikal bedah dapat menolong pasien dengan cara membuat program aktivitas pada setiap pasien PJK, memberikan pendidikan kesehatan tentang beban kerja yang dapat ditoleransi dan aktivitas yang harus dihindari seperti bekerja overtime, bekerja sift dan traveling yang terlalu sering. Konflik pada pasien PJK dapat disebabkan karena perubahan peran di masyarakat, konflik hubungan interpersonal dan masalah kesehatan pribadi. Perawat medikal bedah dapat membantu pasien PJK dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen konflik, proses adaptasi dan manajemen kecemasan. Penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk meneliti tentang intervensi – intervensi keperawatan pada pasien PJK yang dapat mengatasi vital exhaustion dan faktor – faktor penyebabnya. 4. Simpulan dan Saran Responden rata – rata berusia 62,23 tahun, penghasilan Rp. 1,8 juta, beban kerja 52,6 dan sebagian besar responden dengan kualitas tidur buruk, mempunyai konflik keluarga, berjenis kelamin laki – laki, berpendidikan SD, menikah dan mengalami vital exhaustion. Faktor – faktor yang tidak berhubungan dengan vital exhaustion pada pasien PJK adalah status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan sedangkan faktor – faktor yang berhubungan signifikan dengan vital exhaustion pada pasien PJK adalah kualitas tidur, beban kerja dan konflik keluarga dengan kualitas tidur sebagai faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian vital exhaustion pada pasien PJK Rumah sakit membuat kebijakan untuk melarang pelaksanaan tindakan non urgen kepada pasien PJK pada saat pasien tidur dan jam tidur pasien. Menegakkan disiplin jam kunjungan kepada pasien. Bidang keperawatan membuat modul aktivitas, manajemen konflik dan mengembangkan program pencegahan PJK untuk masyarakat dengan memfokuskan pada terhindarinya faktor – faktor yang dapat menimbulkan VE pada orang sehat yang dapat berpotensi timbulnya PJK. Memasukan konsep vital exhaustion kedalam kurikulum pendidikan keperawatan menjadi sub pokok bahasan pada materi asuhan keperawatan pada penyakit jantung koroner. Direkomendasikan untuk penelitian lanjut tentang intervensi keperawatan atau terapi modalitas yang dapat mengatasi vital exhaustion pada pasien PJK. Dan memperjelas hubungan antara antara hubungan sebab akibat dari vital exhaustion dan stress. Daftar Pustaka Ahto, Isoaho, Puolijoki, Vahlberg, Kivela, (2007) Stronger symptoms of depression predict high coronary heart disease mortality in older men and women, International Journal Geriatri Psychiatry 22: 757–763. Akyol & Bakan. ( 2007) Theory – guided intervention for adaptation of health failure. Journal Advaced Nursing . 61(6), 596–608 Al Hasan & Sagr, (2002) Stress and stressors of myocardial infarction patients in the early period after discharge, Journal of Advanced Nursing, 40(2), 181–188 American Heart Association, (2008) Risk Factors and Coronary http//www.americanheart.org. diperoleh tanggal 23 April 2008. Heart disease. Bages, et al. (1999), Vital Exhaustion as a Risk Factor of Miocardial Infarction ; A Case Control Study in Venezuela, International Journal of Behavioral Medicine, 6(3), 279-290 Bages, et al. (2000), Vital Exhaustion measures and their Associations with Coronary Heart Disease Risk Factors in Sample of Spanish – Speakers, Psycology and Health, 15, 787-799 Brostroèm, Mberg, Dahlstroè, Fridlund (2001), Patients with congestive heart failure and their conceptions of their sleep situation, Journal of Advanced Nursing, 34(4), 520-529 Chikani, Reding, Gunderson, McCarty, (2005). Psychosocial Work Characteristics Predict Cardiovascular Disease Risk Factors and Health Functioning in Rural Women: The Wisconsin Rural Women’s Health Study, The Journal of Rural Health, 21(4), 295 -302 Diest & Appels. ( 1994) Sleep Physiological Characteristics of Exhausted Men. Psychosomatic Medicine 56:28-35. Eltingsen, Bener, Gehani (2007) Study of shift work and risk of coronary events, JRSH 27(6):265-267 Gustaffson, ( 2001). Insuficient sleep, cognitive anxiety and health transition in men with coronary artery disease: a self-report and polysomnographic study, Journal of Advanced Nursing, 37(5), 414- 422 Hamilton, Solin, Naughton. (2004). Obstructive sleep apnoea and cardiovascular Internal Medicine Journal, , 34: 420–426 disease, Hastings, Waxler, Usher (2007), Cardiovascular and affective responses to social stress in adolescents with internalizing and externalizing problems, International Journal of Behavioral Development, 31 (1), 77–87 Heponiemi, et al. (2005), Menyeluruh exhaustion, temperament, and the circumplex model of affect during laboratory- induce stress, Cognition and Emotion,19(6), 879-897 Holmes (2001), Work-related stress: a brief review, The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health, 121 (4) 230 – 235. Imhof, Hoffmann, Froelicher, (2006) Impact of cardiac disease on couples’ relationships Journal compilation: 513 – 531. Koertge, et al (2002) Vital exhaustion and recurrence of CHD in women with acute myocardial infarction, Psychology, Health & Medicine, 7, (2), 117 – 126 Koertge, (2003) Vital Exhaustion and coronary artery disease; Biological Correlate and Behavioral Intervention .center of preventive medicine, 281-293. Kraschenewski, Alexander, Peterson (2006), Coronary Artery Disease in Later Life,Fall : 17 – 23. Kubzansky, Cole, Kawachi, Vokonas, Sparrow (2006), Shared and Unique Contributions of Anger, Anxiety, and Depression to Coronary Heart Disease: A Prospective Study in the Normative Aging Study, The Society of Behavioral Medicine. 31(1):21–29 Kudeilka, Kaner, Gander, Fischer. (2004). The Interrelationship of Psychosocial RiskFactors for Coronary Artery Disease in aWorking Population: Do We Measure Distinctor Overlapping Psychological Concepts?. Behavioral Medicine.30. Lundberg & Hellstrom. (2002). Workload and morning salivary cortisol in women, work & stress, 16(4), 356–363 Meisinger, Heier, Löwel, Schneider2; Döring. (2007). Sleep Duration and Sleep complaints and Risk of Myocardial Infarction in Middle-aged Men and Women from the General Population: The MONICA/KORAAugsburg Cohort Study. SLEEP, Vol. 30, No. 9. Nordin, Knutsson, Sundbom (2008 ) Is Disturbed Sleep a Mediator in the Association between Social Support and Myocardial Infarction? Journal of Health Psychology, 13(1) 55–64 Nurmatono, (2007) Aplikasi telemetri dalam asuhan keperawatan penyakit jantung koroner http://www.inna-ppni.or.id, diperoleh tanggal 23 April ,2008. Pickering, (1999). Cardiovascular Pathways: Socioeconomic Status and Stress Effects on Hypertension and Cardiovascular Function, Annals New York Academy Of Sciences, 263277 Purebl, et al. (2006). The Relation of Biological and Psychological Risk Factors of Cardiovascular Disorder in Large – Scale National Representative Community Survey, Behavioral Medicine , 133 – 139. Smith Carole (2007) The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), New York University College of Nursing, 6(1) Rutledge, et al (2003), Socioeconomic Status Variables Predict Cardiovascular Disease Risk Factors and Prospective Mortality Risk Among Women With Chest Pain, Behavior Modification, Vol. 27(1), 54-67 Villareal. (2003) Using Roy’s Adaptation Model When Caring for a Group of Young Women Contemlating Quitting Smoking , Public Healt Nursing , 20(3). Wang, et al. (2006) Psychosocial stress and atherosclerosis: family and work stress accelerate progression of coronary disease in women. The Stockholm Female Coronary AngiographyStudy, Journal of Internal Medicine.1365-2796. Watanabe, et al (2002) Effects of Vital Exhaustion on Cardiac Autonomic Nervous Functions Assessed by Heart Rate Variability at Rest in Middle-Aged Male Workers, International Journal Of Behavioral Medicine, 9(1), 68–75. Wojciechowski, et al. (2000), The Relationship between Depressive and Vital Exhaustion Symptomatology Post – Myocardial Infaction, Acta Psyciatrica Scadinavia, 102, 359- 365 Zang and Hayward, ( 2006), Gender, the Marital Life Course, and Cardiovascular, Journal of Marriage and Family (68), 639–657