BAGIAN II: PERKEMBANGAN ekologi tumbuhan

advertisement
BAGIAN II:
SEJARAH PERKEMBANGAN
EKOLOGI TUMBUHAN
Pendahuluan
• Perkembangan ekologi tumbuhan tidak terlepas dari personality, tempat
kelahiran, interest, budaya, dan lingkungan sosial dari para perintis
perkembangan ekologi tumbuhan.
• Bukanlah berarti bahwa berbagai konsep dan prinsip yang dikembangkan
di bidang ekologi tumbuhan cenderung subyektif dan bias.
• Perkembangan ekologi tumbuhan sampai saat ini menunjukkan bahwa
bidang ini telah menjadi bidang yang semakin mapan dan mempunyai
peran dalam menangani berbagai masalah lingkungan yang dewasa ini
semakin kompleks.
• Meskipun demikian, bukan berarti bahwa perdebatan mengenai beberapa
konsep dasar telah berakhir.
• Perkembangan ekologi tumbuhan dimulai sejak ada peradaban manusia di
muka bumi ini.
• Para pengumpul dan pemburu di jaman purba telah memiliki pengetahuan
yang tinggi mengenai distribusi berbagai jenis tumbuhan dan hewan liar
yang menjadi makanan dan buruan mereka.
• Begitu pula halnya dengan para shaman (dukun obat), mereka mempunyai
pengetahuan yang sangat luas tentang pemanfaatan dan habitat yang
sesuai bagi tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai khasiat
untuk pengobatan, termasuk tumbuhan narkotik dan yang memiliki efek
halusinogen.
Ekologi tumbuhan pada abad ke 17 s/d 19
• Secara formal, berbagai tulisan mengenai ekologi tumbuhan mulai muncul
pada abad ke 17, yaitu tentang suksesi komunitas tumbuhan yang
terdapat di daerah berair (danau dan bogs = suatu daerah yang
permukaan tanahnya basah dan empuk (spongy); penyusun utama lapisan
tanahnya terdiri dari material tumbuhan yang membusuk).
• Tetapi, istilah ‘suksesi’ sendiri baru muncul pada awal abad ke 19
(diperkenalkan oleh Clements pada tahun 1916).
• Perkembangan ekologi tumbuhan yang sebenarnya dimulai melalui
terbitnya buku-buku tentang geografi tumbuhan yang ditulis oleh ahli
botani dan taksonomi tumbuhan.
– Ditulis berdasarkan hasil ekspedisi ke berbagai penjuru dunia.
– Salah seorang pionirnya adalah Carl Ludwig Willdenow (1765 – 1812), ahli
geografi tumbuhan yang menulis bahwa daerah-daerah yang letaknya
berjauhan (mis. antara Australia dan Afrika) tetapi memiliki kondisi iklim yang
sama mempunyai tipe vegetasi yang mirip.
• Salah seorang murid Willdenow yang juga melakukan ekspedisi ke
berbagai penjuru dunia pada abad ke 19 dan menuangkan hasil
ekspedisinya ke dalam karya tulis yang monumental adalah Friedrich
Heinrich Alexander von Humboldt.
– von Humboldt memperkenalkan istilah ‘asosiasi’, dan menulis secara rinci
tentang vegetasi dari aspek fisiognomi, korelasi antara distribusi tipe-tipe
vegetasi dengan faktor lingkungan, dan mendeskripsikan efek sinergis dari
beberapa faktor lingkungan (mis. elevasi, latitude, dan temperatur).
– Pernyataannya: dalam suatu rantai sebab dan akibat, sesuatu hal dan aktivitas
tidak bisa dilihat secara terpisah --> menjadi landasan berpikir ilmiah dari
pengetahuan modern dewasa ini.
• Penelitian-penelitian von Humboldt di bidang geografi tumbuhan
ditindaklanjuti oleh ahli-ahli lain seperti Schouw, De Candolle, dan
Grisebach.
– Schouw menguraikan tentang faktor lingkungan penting yang mempengaruhi
distribusi tumbuhan dengan fokus pada peranan temperatur sebagai faktor
tunggal.
– Pengaruh faktor lingkungan secara tunggal masih mewarnai penelitian ekologi
tumbuhan dewasa ini, meskipun pemahaman tentang adanya saling
keterkaitan antara beberapa faktor lingkungan terhadap distribusi vegetasi
semakin mendominasi pemikiran ilmiah saat ini.
– Schouw mempopulerkan penamaan asosiasi tumbuhan dengan
mengkombinasikan nama genus dengan imbuhan –etum, misalnya Quercetum
adalah asosiasi tumbuhan yang didominasi oleh genus Quercus; Pinetum
adalah asosiasi tumbuhan yang didominasi oleh genus Pinus; dsb.
Ekologi tumbuhan pada abad 20 s/d sekarang
• Dalam perkembangan selanjutnya, ekologi tumbuhan menjadi bidang ilmu
yang terpisah dari geografi tumbuhan, yaitu terjadi pada awal abad 20.
– Beberapa pionir ekologi tumbuhan sejati antara lain adalah Warming,
Schimper, Paczosky, dan Ramensky di Eropa; Merriam, Cowles, dan Clements
di Amerika.
– Warming menulis buku tentang ekologi vegetasi daerah tropika, yaitu yang
membahas tentang faktor-faktor abiotik dan hubungannya dengan tipe-tipe
vegetasi dan komunitas, jenis-jenis dominan dan sub dominan, kemampuan
adaptasi berbagai bentuk kehidupan tumbuhan, pengaruh kebakaran
terhadap komposisi komunitas dan suksesi, dan fenologi komunitas dan taksa.
– Buku yang ditulis oleh Warming merupakan buku teks ekologi tumbuhan yang
pertama kali digunakan dalam kuliah ekologi.
– Warming juga memperkenalkan berbagai peristilahan penting dalam ekologi
tumbuhan, yaitu halo-, hydro-, meso-, dan Xerophyte, yang berarti tumbuhan
yang tumbuh pada habitat asin, basah, lembab, dan kering.
• Berbagai karya monumental yang ditulis oleh ahli ekologi tumbuhan yang
berasal dari Eropa timur tidak banyak yang dikenal luas karena ditulis
dalam bahasa yang hanya dimengerti secara terbatas, misalnya bahasa
Slavia.
– Karya tulis yang dihasilkan oleh Paczosky, misalnya, baru dikenal luas
menjelang akhir hayatnya, padahal ia adalah pionir dari fitososiologi, yaitu
cabang dari ekologi tumbuhan yang membahas secara khusus hubungan
sosiologis antara tumbuhan.
– Paczosky menguraikan tentang bagaimana tumbuhan mampu memodifikasi
habitatnya, menciptakan lingkungan mikro yang sesuai untuk
pertumbuhannya, peranan kompetisi, penyebab-penyebab suksesi, peranan
kebakaran, interdependensi jenis dalam suatu komunitas, sifat kontinum dari
batas-batas komunitas, dan toleransi tumbuhan terhadap naungan (adaptasi
fisiologis).
• Ahli ekologi tumbuhan lainnya yang konsep-konsepnya dikenal luas hanya
dalam beberapa dekade belakangan ini adalah Ramensky
– Ia dikenal sebagai yang pertama kali memperkenalkan istilah phytocoenosis, yaitu
bagaimana komunitas tumbuhan berubah secara gradual.
– Konsep Ramensky tentang individualitas spesies dan kontinum dari vegetasi mendahului
konsep yang sama yang diuraikan oleh Gleason dan Whittaker 50 tahun kemudian.
– Ramensky juga mengilhami peneliti ekologi tumbuhan pada masa berikutnya tentang
konsep kategori tumbuhan berdasarkan ‘strategi’ dalam melangsungkan kehidupannya,
yaitu C-S-R dan r-K yang dikembangkan oleh Grime, MacArthur, dan Pianka. Kategori
tersebut terdiri dari tiga kelompok: “violent” (kompetitor, K-strategists), “patient”
(stress-tolerators), dan “exploring” (ruderals, r-strategists).
• Frederick Edward Clements (1874-1945) adalah salah seorang ahli ekologi
tumbuhan Amerika yang konsep-konsepnya menjadi bahan pengajaran
dan landasan penelitian di negara-negara beriklim sedang maupun tropis
sampai saat ini.
– Pribadinya yang kaku turut mewarnai konsep yang dikembangkannya dalam
ekologi tumbuhan.
– Konsep-konsep yang dikemukakannya banyak mendapat apresiasi dan kritik.
– Terkenal dengan konsep suksesi tumbuhan termasuk metode untuk
pengamatan suksesi.
– Ia juga banyak membahas tentang penggunaan jenis tumbuhan untuk
indikator lingkungan, metode untuk mengidentifikasi asosiasi tumbuhan.
– Dalam konsep yang dikemukaan oleh Clements, asosiasi tumbuhan
dianalogikan sebagai organisme untuk menggambarkan adanya saling
ketergantungan antara species yang menyusun suatu asosiasi tumbuhan.
• Konsep-konsep ekologi tumbuhan yang berkembang sejak tahun 1925-an
merupakan tonggak bagi perkembangan ekologi tumbuhan modern.
– Salah seorang ekolog tumbuhan dari AS yang menjadi populer pada masa ini
karena konsepnya yang kontroversial adalah Henry Gleason.
– Gleason dikenal sebagai penentang konsep asosiasi yang dikemukakan
Clements --> Karena penentangannya tersebut Ia dikenal sebagai “bandit” di
bidang ekologi tumbuhan, dan Ia menjuluki dirinya sendiri sebagai ‘a good
man gone wrong’.
– Konsep tandingan tentang komunitas tumbuhan yang dikemukakannya pada
mulanya tidak mendapat pengakuan dari banyak ahli ekologi tumbuhan,
meskipun pada akhirnya apa yang diyakininya menjadi acuan bagi dunia
ekologi tumbuhan modern.
– Dewasa ini, baik konsep Clements maupun Gleason sama-sama diyakini
kebenaran ilmiah dan kelemahannya.
• Pada era tahun 1940-an sampai dengan 1970-an, Robert H. Whittaker
menjadi salah seorang ahli ekologi tumbuhan terkemuka, terutama di
Amerika Utara.
– Ia sangat berjasa karena kontribusinya dalam mengembangkan sinekologi.
– Dikenal dengan konsep-konsepnya antara lain tentang klasifikasi komunitas,
pengembangan teknik ordinasi dan analisis gradien yang memungkinkan
dilakukannya analisis multivariat dalam ilmu vegetasi, pengukuran diversitas
species, biomassa dan produktivitas tumbuhan, proses dan faktor pendorong
terjadinya suksesi tumbuhan.
• Di Benua Eropa, salah seorang ahli ekologi tumbuhan terkenal pasca tahun
1925-an adalah Christen Raunkier.
– Ia dikenal dengan klasifikasi bentuk kehidupan (life form) tumbuhan dan metode
kuantitatif dalam sampling vegetasi yang dapat dianalisis secara statistika tanpa
menimbulkan bias.
– Ahli ekologi tumbuhan lainnya adalah Arthur Tansley yang mengemukakan istilah
‘ecosystem’; salah seorang perintis penelitian ekofisiologi tumbuhan di lapangan
pada abad 20 dan penggerak konservasi di Inggris.
– Ahli ekologi tumbuhan terkenal pada periode 1950-an yang berasal dari Wales
adalah John Harper; banyak mengembangkan spesialisasi demografi tumbuhan,
khususnya jenis-jenis gulma (weedy species).
– Konsep yang dikembangkan Harper telah mengubah orientasi dari ilmu gulma
(weed science) menjadi lebih biologis dan ekologis.
– Integrated Pest Management (IPM) merupakan upaya pengelolaan hama tanaman
yang dilandasi oleh konsepnya Harper; dalam IPM, penanganan secara biologis dan
ekologis lebih diutamakan daripada secara mekanis dan mengandalkan pestisida
sintetis.
• Perkembangan ekologi tumbuhan pada abad ke 20, khususnya di benua
Eropa, tidak terlepas dari jasa Josias Braun-Blanquet (1884 – 1980).
– Ia mengembangkan metode dalam sampling komunitas tumbuhan, misalnya
dalam menaksir penutupan vegetasi yang dikombinasikan dengan kelimpahan,
yang dikenal dengan skala Braun-Blanquet (skala B-B).
– Ia juga mengembangkan bagaimana melakukan reduksi data vegetasi dan
nomenklatur asosiasi. Braun-Blanquet kemudian dikenal sebagai penggagas
pendekatan dalam sinekologi tumbuhan yang dikenal dengan ZurichMontpellier School of Phytosociology.
• Perkembangan ekologi tumbuhan sampai saat ini terus berlangsung dan
fokus dari topik yang berkembang di bidang ini sejalan dengan
perkembangan isu lingkungan:
– Misalnya dalam perencanaan tataguna lahan, pencemaran lingkungan, dan
pengelolaan kawasan konservasi.
– Perkembangan teknologi komputer sangat mendukung analisis dalam ekologi
tumbuhan sehingga bidang ini menjadi salah satu kontributor penting dalam
bidang ilmu lingkungan.
Spesialisasi dalam ekologi tumbuhan
• Sinekologi (Ekologi komunitas):
– Satu segmen besar dari ekologi tumbuhan yang berasal langsung dari geografi
tumbuhan adalah sinekologi. Sub disiplin ilmu ini mempunyai beberapa
sinonim yaitu ekologi komunitas, fitososiologi, geobotani, ilmu vegetasi, dan
ekologi vegetasi.
– Fokus yang dipelajari dalam sinekologi adalah sosiologi tumbuhan, yaitu
deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas (komunitas adalah istilah
umum yang dapat digunakan untuk satuan vegetasi apapun mulai dari yang
sangat lokal sampai dengan regional).
– Fokus lain dari sinekologi adalah dinamika komunitas (vegetasi), termasuk
proses-proses perpindahan nutrien dan energi antara komponen komunitas,
hubungan antagonistik dan simbiotik antara anggota komunitas, dan proses
dan penyebab suksesi (perubahan komunitas dalam dimensi waktu).
– Kajian tentang dinamika komunitas dapat dilakukan dengan pendekatan
matematis dan penggunaan model disebut juga dengan ekologi sistem.
– Fokus lainnya dalam ekologi komunitas mencoba untuk mendeduksi tematema evolusioner yang menentukan asal-usul komunitas:
• Faktor-faktor apakah yang menentukan jumlah species pada suatu habitat atau
bagaimana komunitas dapat dideskripsikan dari segi fungsi bukan hanya taksa?
• Faktor apa yang menentukan stabilitas dan kerentanan suatu komunitas?
• Bagaimana hewan dan tumbuhan dapat berkoevolusi secara gradual dan kompleks
sehingga tampak seperti komunitas sekarang?
• Fokus ini disebut sebagai ekologi evolusioner dan tumpang tindih dengan
autekologi dan ekologi populasi.
• Autekologi
– Segmen besar lainnya dari ekologi tumbuhan adalah autekologi, yaitu bidang
yang mengkaji adaptasi dan perilaku dari species secara individual atau
populasi dalam hubungannya dengan lingkungan dimana species (populasi)
tersebut berada.
– Cabang dari autekologi adalah demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan
demografi (regulasi dari ukuran populasi), ekofisiologi, dan genekologi
(genetika).
– Pada dasarnya, apa yang dipelajari dalam autekologi adalah mengapa suatu
species mempunyai distribusi yang sedemikian rupa: sifat-sifat fenologis,
fisiologis, morfologis, perilaku, dan genetis apa yang menyebabkan suatu
species dapat hidup dan berkembang di suatu tempat.
– Dalam autekologi, dibahas pengaruh dari lingkungan pada tingkat populasi,
organisme, dan suborganisme.
– Autekologi akan terkait erat dengan bidang spesialisasi di luar ekologi
tumbuhan seperti genetika, fisiologi, evolusi, biosistematika, dan biofisika.
Geografi tumbuhan
Sejarah alam
Ekologi tumbuhan
Sinekologi
Paleoekologi (sosiologi
tumbuhan di masa
lampau)
Autekologi
Ekologi evolusioner
(stabilitas komunitas,
keanekaan spesies,
pola alokasi,
demografi)
Sosiologi tumbuhan
(klasifikasi komunitas,
pemetaan vegetasi)
Ekologi populasi
(ukuran populasi,
perilaku berkembang
biak, spesiasi)
Ekologi fisiologi
(distribusi, batas
toleransi, interaksi
biotik, fenologi, adaptasi
lingkungan )
Dinamika komunitas
Ekologi sistim
Masalah dalam melakukan spesialisasi dalam
ekologi tumbuhan
• Ekologi tumbuhan sendiri merupakan spesialisasi dari ekologi, dan
spesialisasi lain dari ekologi adalah ekologi hewan.
– Adanya pemisahan seperti ini banyak mendapatkan kritik karena keutuhan
akan pemahaman bidang ekologi menjadi terganggu --> dikarenakan hewan
dan tumbuhan di alam berinteraksi sehingga sulit melakukan pemisahan pada
saat melakukan bahasan pada level ekosistem.
– Namun demikian, tumbuhan dan hewan mempunyai perbedaan mencolok,
yaitu dari segi struktur, perilaku, dan fungsi sehingga banyak konsep dan
prinsip yang berbeda bahkan tidak dapat diberlakukan secara bolak balik.
• Meskipun banyak kritik tentang spesialisasi, bukanlah berarti spesialisasi
harus dikurangi.
– Spesialisasi masih diperlukan dan merupakan hal penting yang harus dilakukan
karena kompleknya isu yang dibahas dalam ekologi.
– Untuk menjembatani adanya gap antara spesialisasi di bidang ekologi
diperlukan komunikasi antara spesialisasi yang ada --> sangat penting agar
keutuhan pemahaman fenomena alam dapat dilakukan dengan baik.
Download