PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) Diajukan Oleh : FITRIAWATI 105081002473 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh FITRIAWATI NIM : 105081002473 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2009 M Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Fitriawati NIM : 105081002473 dengan judul Skripsi “ PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 November 2009 Tim Penguji Ujian Komprehensif Amir Syarifuddin, SH, MM Lies Suzanawati SE, M.Si Ketua Sekretaris Dr. Yahya Hamza, MM Penguji Ahli PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh FITRIAWATI NIM : 105081002473 Tim Penguji Skripsi Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002 Penguji Ahli Arief Mufraini, Lc, M. Si NIP. 197701222003121001 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2009 M DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. 2. 3. 4. Nama Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat 5. Telepon 6. E-mail : Fitriawati : Bekasi, 31 Mei 1987 : Perempuan : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01 Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510 : 021-90471509 / 085694103524 : [email protected] II. PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4. Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas S1 : SDN Sukabungah Bekasi : MTs Attahiriyah Jakarta : MAN Cikarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan II. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. 2. 3. 4. Ayah Ibu Tempat dan Tanggal Lahir Alamat 5. Telepon 6. Anak ke dari : H. Ma’ad HM (Alm) : Hj. Siti Maryam : Bekasi, 11 Juni 1956 : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01 Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510 : 021.88329336 : 7 dari 11 Bersaudara i ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan diterima oleh investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan menggunakan CAPM (Capital Assets Pricing Model) dimana model ini menggunakan data indikator makro ekonomi (Uang yang beredar, Kurs, Inflasi, dan SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode penelitian ini adalah purposive sampling dari 30 saham JII, terpilihnya 9 perusahaan yang konsisten masuk di dalam Jakarta Islamic Indeks (JII) dari periode januari 2004 sampai desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur, dengan menggunakan Trimming dan uji Goodness fit yang mana setiap variabel menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. Dan uang beredar (M2), inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Kata kunci : Beta saham syariah, Resiko sistematik, uang beredar, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, Capital Asset Pricing Model, IHSG. ii ABSTRACT The research aims to understand the dynamic of high risk would be received investors. One way is capital Assets Pricing Models) which beta is beta is taken as systematic risk parameter. This research uses of macro economic indicator (Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) and IHSG. Method of research is purposive Sampling, from 30 stock listed every periode., there are 9 stock of research company that are traded which are consistent in Indonesian stock exchange from January 2004 still December 2008. This research uses path analysis method. With uses Trimming and with goodness fit test that level significant is 5% to each test. The result of the research suggest that Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) Influence Significant To Share and IHSG. Keywords: Beta of Syariah Stock, Systematics Risk, Money Supply, Exchange Rate, Inflation, Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia), Capital Asset Pricing Model, IHSG iii KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrohiim Assalamu’laikum warrahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan baik dalam pengetahuaan maupun dalam teknik penulisan, oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini: 1. ALLAH SWT yang maha berilmu, atas limpahan Rahmat dan Ilmu pengetahuan yang tak terhingga. 2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Ma’ad HM (Alm) terimakasih untuk kasih sayang yang tak terhingga, Pengalaman hidup yang beliau berikan kepada penulis. Ibunda tercinta Hj. Siti Maryam, terimakasih untuk kesetiaan, kasih sayang, do’a, semangat, kepercayaan, dan perhatian yang tak pernah berhenti beliau berikan kepada penulis (I always do the best). 3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmunya dalam membimbing sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. 4. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Dosen Pembimbing dua yang telah meluangkan waktun, pikiran, dan ilmunya sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan 1 yang juga telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. iv 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya kepada penulis selama menjadi mahasiswi, semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak. 7. Terimakasih untuk kakak-kakakku k’dede yang tak lelah memberikan dukungan moril maupun materil. K’emi yang selalu cerewet, adik-adik ku, keponakanku, Dias, raray tersayang, dan semuanya yang selalu mendukung setiap langkahku. 8. Untuk K’nuni yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan tak bosan meminjamkan buku serta mendengarkan segala keluh kesah. Inke, selalu setia membangunkan di setiap tahajud dan subuhnya. Anak kost an eha, k’elon, isna, nellin, ara (Terimakasih untuk tawa, dan semangat yang diberikan). 9. Untuk anak Manajemen B wido, Eny, Fay, Viny, susi, topay, agus, firman, ridho, aries, ocid, dan semuanya yang tak bisa di sebutkan satu persatu. Semua anak keuangan A dan B, untuk teman2 seperjuangan kompre, sidang (Oneng, Gozali, Eka, Pokonya keep contact yahhhh). Untuk spesialis editor k’wail selalu siap direpotkan (semoga Allah SWT membalas semua kebaikkannya). Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Aamiien. v DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................... ii ABSTRACT........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR........................................................................................ iv DAFTAR ISI....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal ................................................................................. 14 B. Pasar Modal Syariah .................................................................... 16 C. Instrumen Pasar Modal Syariah ................................................... 17 D. Fungsi Pasar Modal Syariah ........................................................ 20 E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi.......................................... 21 1. Return..................................................................................... 21 2. Resiko Saham......................................................................... 24 F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko..................................... 28 1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah ................................ 30 vi 2. Suku bunga SBI ..................................................................... 33 3. Kurs mata uang asing............................................................. 34 4. Tingkat Inflasi ........................................................................ 35 5. Uang yang Beredar ................................................................ 37 G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 39 H. Kerangka Pemikiran..................................................................... 41 I. Perumusan Hipotesis.................................................................... 42 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 44 B. Metode Penentuan Sampel........................................................... 44 C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 45 D. Metode Analisis ........................................................................... 46 E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................. 54 1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................... 54 2. Indeks Harga Saham ............................................................... 59 B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 60 1. Analisis Deskriptif .................................................................. 60 2. Hasil Penemuan Koefisien Struktur I ..................................... 73 3. Hasil Penemuan Koefisien Struktur II .................................... 81 4. Hasil Penemuan Koefisien Struktur III................................... 91 5. Perhitungan Pengaruh Struktur I............................................. 102 6. Perhitungan Pengaruh Struktur II ........................................... 104 vii 7. Perhitungan Pengaruh Struktur III .......................................... 105 8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) ......... 107 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ..................................................................................109 B. Implikasi ......................................................................................111 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 112 viii DAFTAR TABEL No. Keterangan 4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004 Hal sampai 2008 ............................................................................................ 57 4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008............... 58 4.2 Uang beredar (M2).................................................................................... 60 4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS ................................................. 61 4.4 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 62 4.5 Tingkat Suku Bunga SBI ........................................................................ 63 4.5.1 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 64 4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 65 4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 66 4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 67 4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 68 4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 69 4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 70 4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 71 4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 72 4.6 Koefisien Determinasi Struktur 1 ........................................................... 73 4.7 Analisis Varian (Annova) Struktur 1....................................................... 74 4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1....................................................... 75 4.9 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI .. 79 4.10 Koefisien Determinasi Struktur II........................................................... 81 4.11 Analisis Varian (Annova) Struktur II ...................................................... 82 ix 4.12 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II ...................................................... 84 4.13 Struktur 2 setelah Trimming ................................................................... 88 4.14 Koefisien Determinasi Struktur III ......................................................... 91 4.15 Analisis Varian (Annova) Struktur III..................................................... 92 4.16 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III..................................................... 93 4.17 Struktur 3 setelah Trimming ................................................................... 97 4.18 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, Beta Saham JII, dan IHSG ...................................................................... 99 4.19 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap Suku Bunga SBI (X4).............................................................. 102 4.20 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku Bunga SBI (X4).............................................................................. 103 4.21 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................ 104 4.22 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................................ 104 4.23 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap IHSG (Y2) ............................................................................................... 105 4.24 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4) Terhadap IHSG (Y2) ............................................................................... 106 x DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Hal 2.1 Risiko sistematis & tidak sistematis ....................................................... 26 2.2 Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII ............................................ 42 4.1 Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming................................................ 80 4.2 Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming ............................................... 90 4.3 Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming................................................ 99 4.4 Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII .................................................................. 102 xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan risiko diantara yang berbeda. sekuritas-sekuritas Saham lainnya merupakan yang salah mempunyai satu sekuritas tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko 1 tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro. Investasi dalam Islam pasti memiliki risiko. Tidak ada di dunia ini yang risk free. Yang terpenting bagi manusia adalah melaksanakan perintah Allah yaitu: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 59;18). Ayat diatas memerintahkan orang mukmin untuk mempersiapkan apa yang akan diperbuat untuk hari esok, dengan mempelajari, mengetahui dan mengamalkan manajemen risiko, selebihnya apapun yang terjadi bertakwalah kepada Allah SWT. Karena manusia hanya bisa memprediksi, sementara Allah SWT Maha Menetapkan dan Maha Adil. Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai saham dan dividen. Dalam konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua (Halim (2003, 23) yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko (systematic tidak risk) sistematik merupakan (unsystematic risk). Risiko risiko tidak dapat yang sistematik dihilangkan 2 dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. merupakan risiko Risiko yang tidak dapat sistematik dihilangkan (unsystematic dengan risk) melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan masing-masing terhadap setiap saham yang saham memiliki perubahan lain. Karena tingkat pasar. perbedaan sensitivitas Misalnya faktor itulah maka yang berbeda struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain. Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar (Halim, 2003: 25). Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai risiko yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor 3 ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat, mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko. Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko itu sendiri. Beberapa variabel yang sering digunakan dalam melakukan analisis ekonomi makro antara lain suku bunga SBI, nilai tukar mata uang asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, pendapatan masyarakat, dan lain-lain. Suku bunga SBI merupakan salah satu instrumen moneter yang penting dalam perekonomian negara dan berada dibawah tanggung jawab bank Indonesia melalui lelang SBI, jumlah uang beredar diatur agar mencapai target inflasi yang ditetapkan, dan dari proses lelang yang mengikuti mekanisme pasar inilah maka terbentuk suku bunga SBI. Tingkat suku bunga mempengaruhi risiko (beta) saham, hal ini disebabkan karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat 4 suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito, obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap saham semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham terhadap return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003). Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika nilai kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi Permintaan terhadap meningkat. investor keputusan Oleh seorang saham karena itu, investor dalam menjadi turun dan dalam melakukan berinvestasi. risiko investasi, saham seorang tentu akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan kekayaaan bagi pemegang sahamnya. Artinya, perusahaan berhasil memberikan tingkat pengembalian sebagaimana yang diharapkan oleh investor, yang berupa capital gain atau deviden. 5 Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling penting, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Laju kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi jumlah uang oleh beberapa beredar. faktor, diantaranya Peningkatan jumlah adanya uang peningkatan beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa kenaikan harga migas di luar negeri, meningkatnya bantuan luar negeri, masuknya modal asing, khususnya investasi portofolio di pasar uang, meningkatnya anggaran pemerintah secara mencolok, depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel. Seorang pengamat ekonomi Chatib Basri (2007) menjelaskan keterkaitan stabilitas ekonomi makro yaitu dengan harga minyak yang tinggi telah menimbulkan inflation overhang. Pelaku ekonomi menganggap, dengan harga minyak dan komoditas yang tinggi, inflasi akan meningkat. Selain itu, akan ada tekanan yang kuat pada anggaran kita sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar pula. Padahal, dalam situasi pasar keuangan dunia yang bergejolak yang seperti ini, pembiayaan dari pasar tak mudah dan biayanya mahal. Ekspektasi inflasi yang tinggi akan mendorong depresiasi. Akibatnya, rupiah akan melemah. Pelemahan rupiah yang tajam dapat mengganggu stabilitas makro, yakni inflasi naik dan pertumbuhan 6 ekonomi turun. Depresiasi nilai tukar memiliki dua dampak, yaitu exchange rate pass-through, di mana dampak depresiasi nilai tukar ditransmisikan ke berbagai produk yang diimpor (termasuk produk makanan), dan ekspektasi terhadap depresiasi. Keduanya memiliki dampaknya yang paling besar dalam inflasi di Indonesia. Keputusan positif oleh Bank berbagai Indonesia menurunkan kalangan. Keputusan BI rate ditanggapi mempertahankan SBI menjadi 8% pada akhir 2007 adalah tepat. Karena ada ekspektasi yang tinggi terhadap BI untuk terus menurunkan tingkat bunganya, bahkan sampai jauh di bawah 8%. Padahal, di tengah situasi global yang tidak pasti, tekanan inflasi akibat harga minyak mentah dunia yang melambung tinggi, kendala sisi penawaran, dan masalah informasi yang tidak simetris antara bank dan peminjam, kebijakan moneter harus tetap dijaga dengan hati-hati. Kehati-hatian ini membantu meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter. Untuk itu inflasi di anggap penting dalam menganalisa dan meramalkan tingkat suku bunga selain itu faktor lainnya yaitu jumlah uang yang beredar menurut sadono sukirno semua jenis uang yang beredar di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari uang yang ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar dibedakan menjadi 2 yaitu: uang yang beredar dalam pengertian terbatas dikenal dengan M1, dan uang yang beredar dalam pengertian luas dinamakan likuiditas perekonomian atau M2. hal lainnya yang berkaitan dengan 7 ekonomi makro adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang di artikan sebagai perbandingan antara mata uang suatu Negara terhadap negara lain. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005). Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003). Penelitian mengenai pasar modal syariah sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) serta Hamzah (2005). 8 Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham, baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum. Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006) tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variablevariabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Selain itu penelitian oleh Siti Zubaida (2006) tentang analisis pengaruh tingkat inflasi, perubahan nilai kurs terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian tentang resiko sistematik telah banyak diteliti, namun pada penelitian yang sekarang akan saya teliti yaitu ingin menguji mengenai peran variabel-variabel ekonomi atau makro dalam mempengaruhi risiko saham syariah (JII) dan IHSG. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian 9 menggunakan variabel fundamental seperti dividen, growth, leverage, liquidity, asset size, variability in dan earnings beta akuntansi (Gudono dan Nurhayati (2001), return on asset, rasio hutang terhadap modal dan nilai buku saham (Natarsyah, 2000). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan Indeks saham Gabungan (IHSG)” Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, periode yang diteliti yaitu tahun 2004-2008 tentunya informasi yang nantinya akan dihasilkan akan lebih update. Adanya penambahan variabel yang penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel suku bunga SBI dan kurs mata uang, sedangkan pada penelitian ini ditambahkan variabel Inflasi dan Uang yang beredar (M2). Jenis perusahaan yang akan menjadi sample yaitu perusahaan yang konstan masuk salam saham JII tahun 2004-2008, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan sample perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Kemudian metode yang dipakai pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Path analisis (analisis jalur), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan regresi linier berganda. 10 B. Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel makro ekonomi (uang yang beredar, kurs mata uang asing, inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap beta saham syariah dan IHSG. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung. 1. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, dan tingkat inflasi, terhadap suku bunga SBI dan berapa besar total pengaruhnya? 2. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Beta saham syariah JII dan berapa besar total pengaruhnya? 3. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya? 1. Identifikasi Masalah a. Atas dasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti ingin mengidentifikasi variabel-veriabel mana yang akan berpengaruh terhadap resiko sistematik saham syariah dan IHSG. Adapun variabel-variabel yang akan digunakan yaitu : 11 1) Uang yang Beredar dalam arti luas (M2). 2) Nilai kurs mata uang yaitu kurs rupiah terhadap USD 3) Tingkat Inflasi. 4) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). b. Ada tidak nya pengaruh uang yang beredar, nilai kurs, inflasi, dan Suku Bunga SBI terhadap beta saham syariah (JII) dan IHSG dengan pendekatan path Analysis. 2. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus maka dikemukakan batasanbatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dibatasi pada saham perusahaan syariah yang konstan masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2004-2008. 2. Periode yang diambil adalah 5 tahun dari 2004 sampai tahun 2008. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, dan Inflasi memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap suku bunga SBI. b. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Beta saham syariah JII. 12 c. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap IHSG. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi : a. Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah dan waktu investasi. b. Pemerintah, kebijakan sebagai bahan makro karena masukan dalam faktor-faktor membuat makro kebijakanmempunyai sensitivitas terhadap resiko investasi. c. Perusahaan, sebagai antisipasi dampak dari perubahan-perubahan faktor makro terhadap resiko saham secara keseluruhan. d. Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya, sebagai sumber referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian selanjutnya yang sejenis, serta menambah ilmu pengetahuaan keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi makro dan resiko pasar modal syariah yang ada saat ini. e. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh serta mengetahui gambaran umum mengenai resiko saham syariah dan aktivitas di dalamnya. Dan menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait dengan keadaan ekonomi makro yang terjadi di indonesia. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Dalam pasar modal banyak sekali diperoleh investor baik informasi yang informasi pribadi. Ada beberapa hal aktivitas perdagangan dipasar modal, informasi tersedia yang yang dipublik dapat diantaranya dapat maupun mempengaruhi adalah informasi yang masuk kedalam pasar modal, informasi memegang peran yang sangat penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para pelaku yang ada dipasar modal sangat membutuhkan informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para investor untuk memilih mengimplementasikan portofolio banyak pilihan yang orang efisien. untuk Untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Dalam perkembangannya, investasi pada efek yang sesuai dengan syariah menghadapi berbagai kendala. Masih banyak orang yang lainnya takut untuk karena melakukan menganggap investasi hal ini saham dan tidak sesuai surat dengan berharga prinsip syariah, hal ini menandakan masih kurangnya sosialisasi mengenai pasar modal dikarenakan syariah. adanya Kurangnya perdebatan diantara sosialissai ulama sedikit mengenai banyak kehalalan mekanisme transaksi dipasar modal. 14 Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis dengan diluncurkannya indeks harga saham berdasar prinsip syariah pada tanggal 3 juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). Saham-saham yang terdaftar terdiri dari 30 saham yang telah lolos berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional. Akan tetapi tidak berarti saham-saham diluar JII tidak sesuai dengan syariah namun JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik, sehingga diluar JII pun masih ada saham yang dapat dikategorikan sebagai saham syariah diantaranya saham-saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Indeks yang diluncurkan oleh Karim Bussines Consulting yang berisi daftar semua saham emiten di BEI yang sesuai dengan syariah. Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Semantara pasar uang atau money market berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan (2001:3) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. 15 B. Pasar Modal Syariah Prinsip-prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsipkan syariah. (Heri Sudarsono, 2003:182). Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. (Tim Studi Tentang Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, 2004). Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 yang diikuti dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli tahun 16 2000 serta diterbitkannya obligasi syariah (korporasi) pada akhir 2002. Perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan walaupun lambat namun pasti, terlebih era tahun 2002 sampai dengan pertengahan tahun 2004. Instrumen syariah mengalami pertumbuhan yang cukup (termasuk 2 signifikan, reksadana yaitu yang reksadana tidak berjumlah aktif/bubar) 10 dan reksadana sebanyak 10 (sepuluh) emiten yang telah menerbitkan obligasi berbasis syariah (Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, 2004). C. Instrumen Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara mengembangkan lain. pasar Beberapa modal negara yang yang proaktif berprinsipkan dalam syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:3). Jadi, pasar modal syariah adalah pasar modal dengan prinsip syariah dimana setiap transaksinya harus sesuai dengan basis syariah. 17 Investasi sektor keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset yang securitisation) merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan (equity sumber pendanaan bagi merupakan securitisation), perusahaan, emisi sekuritasi surat modal berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4). Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar biasa (common instrumen perdana pasar adalah stock), modal muqaradah/mudharabah muqaradah/mudharabah tersebut diperdagangkan di funds, saham Bonds. Karena pasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima jaminan hasil pemodal yang (shohibul semata-mata maal), tidak merupakan boleh fungsi memberikan dari waktu (Harahap, 2001) dalam jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4). Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam 18 hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks dalam jurnal (Auliyah dan Hamzah, 2006:4). Penyaringan Syariah Nasional secara No. syariah 20 tentang yang difatwakan Pedoman oleh Pelaksanaan Dewan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3 bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60 saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali (Huda dan Edwin Nasution, 2007:56). 19 Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren (indeks) suatu efek dapat diperjual belikan akan tetapi hasil yang diperoleh dari efek diperjual belikan, tersebut karena berupa pada kupon transaksi atau deviden murabahah dilarang tidak boleh menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option. Hadist Rasulullah SAW berikut dapat menjadi rujukan dalam bertransaksi derivatif: “Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi ada diantara keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh kebanyakan orang, barang siapa berhati-hat terhadap hal-hal yang maragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya, tetapi barang siapa mengikutihal-hal meragukan berarti terjerumus kepada yang haram, seperti seorang gembala yang mengembalakan binatangnya disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang itu memakan rumput disitu. Setiap penguasa mempunyai peraturan-peraturan yang tidak boleh dilarang, an Allah melarang segala sesuatu yang dinyatakan haram” (HR. Bukhari dan Muslim) D. Fungsi Pasar Modal Syariah Menurut metwally dalam buku pasar modal syariah oleh Huda dan Edwin Nasution (2007:75) fungsi dari pasar modal syariah adalah: 1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian keuntungan resikonya. 2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas. 20 3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan pasar modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. 4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvesional. 5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis. E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi Dalam melakukan investasi ada dua faktor yang paling dipertimbangkan, yaitu pengembalian/hasil yang diharapkan dan risiko investasi. Pengembalian (return) merupakan laba atas suatu sekuritas atau investasi modal (Downes dan Goodman, 1991:479) dalam Jurnal Siti Zubaidah (2004:3). 1. Return Dalam Warsono (2001:75). Risiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai. Saham biasa merupakan sekuritas teraktif yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Sekuritas ini merupakan bentuk modal sendiri yang mempunyai lima karakteristik, yaitu (Warsono, 2001:276): a. Tagihan terhadap pendapatan b. Tagihan terhadap aset 21 c. Hak suara d. Hak didahulukan e. Tanggung jawab terbatas. Dalam pengambilan keputusan investasi pada saham, investor berkepentingan Untuk dengan kepentingan ini, informasi tentang penggunaan perubahan angka indeks harga pasar saham. menjadi penting, misalnya angka indeks harga saham gabungan. Indeks pasar mempunyai penggunaan penting, baik dari sisi teori maupun praktis. Di pasar modal Indonesia ada beberapa macam indeks pasar, yaitu IHSG, indeks LQ 45, dan indeks sektoral. Perhitungan angka-angka indeks ini menggunakan angka indeks Paasche. Setiap bursa efek di dunia mempunyai angka indeks yang khas (Jurnal Siti Zubaidah, 2004). Dalam konteks manajemen investasi, pengembalian atas investasi (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000 dalam Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007:4). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung berdasarkan data historis. Biasanya reutrn realisasi digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Sumber-sumber return yaitu yield dan capital gain (loss), Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007 . 22 Menurut Charles P. Jones 2004, Yield the basic component that usually comes to mind when discussing investing returns is the periodic cash flows (or income) on the investment, either interest or dividends. The distinguishing feature of these payments it. That the issuer makes the payments in cash to the holder of the asset. Capital gain (loss), this component is the appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss). We will refer to it simply as the price change. In the case of along position it is the difference between the purchase price and the price at which the asset can be, or is, sold : for a short position it is the difference between the sale price and subsequent price at which the sort position is closed out, in either case, again or aloss can occur. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jadi nilainya bisa 0 atau (+). Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberi keuntungan (kerugian) bagi investor. Jadi nilainya bisa (-), 0 atau (+). Secara matematis return total suatu investasi adalah: Return total = yield + capital gain (loss) Return ekspektasi secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari berbagai return historis atau return realisasi (Abdul Halim, 2005). Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. Return ekspektasi dapat diestimasi dengan menggunakan return-return historis. 23 2. Resiko Saham Tujuan sebagai berinvestasi konsekuensinya investasi tingkat investor yang resiko harus berani dilakukannya. suatu investasi yaitu mendapatkan menanggung Investor sebagai perlu dasar return resiko dan atas mempertimbangkan pembuatan keputusan investasi (Haryanto dan Riyatno, 2007:27). Menurut Bodie dkk (2006:223) resiko adalah kemungkinan mendapatkan imbal hasil yang rendah atau bahkan rugi yang bisa menghalangi kita untuk mencapai tujuan. Menurut Husnan (2001:161) analisis investasi modern membagi resiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Sharpe (dalam Fabozzi : 1999 : 96) mendefinisikan risiko sistematis sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat dihubungkan kepada faktor umum. Risiko sistematis terkadang disebut juga risiko pasar atau risiko tidak dapat dibagi. Risiko sistematik merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu protofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih secara acak. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat didiversifikasi. Sharpe dapat mendefinisikan didiversifikasi sebagai sebagian dari perubahan risiko tidak sistematis. aktiva Risiko yang ini 24 terkadang disebut juga risiko dapat didiversifikasi, risiko unik, risiko residual atau risiko khusus perusahaan. Risiko ini merupakan risiko yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum atau bencana alam Sebagai contoh risiko ini adalah kecelakaan kimiawi pada pabrik Union Carbide di Bhopal India pada bulan Desember 1984 dan peristiwa kecacatan produk kapsul Tylenol (diproduksi oleh Johnson & Johnson) pada bulan Oktober 1982. Kedua peristiwa yang sebelumnya tidak dapat diramalkan memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham kedua perusahaan (Siti Zubaidah, 2004:4). Tujuan (motivasi) investor berinvestasi yaitu mendapatkan return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima kemungkinan dengan perbedaan return artinya yang diharapkan. semakin besar Semakin risiko besar investasi tersebut. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto (2000) mendefiniskan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Jadi untuk menghitung risiko yang digunakan adalah deviasi standar dari penyimpangan return yang sudah terjadi dengan return ekspektasi. 25 Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Investor penghindar resiko akan bersedia mempertimbangkan prospek yang bebas resiko, atau premi resikonya positif. Investor penghindar resiko menurut tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio beresiko pada persentase pasti (meminta imbal hasil yang diharapkan) untuk mengompensasi resiko yang melekat. Semakin besar resiko, semakin besar tuntutan kompensasi. (Boedie Kane Marcus, 2006:219). Gambar 2.1 Risiko sistematis & tidak sistematis Resiko Resiko total Resiko Tidak Sistematis ------------------------------------------------Resiko Sistematis Jumlah Saham Sumber :William F.Sharpe dkk, 2005 26 Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi (Tandelilin, 2001). 1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan berpindah dari saham ke deposito. 2. Risiko Fluktuasi pasar. pasar secara keseluruhan dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar diperngaruhi oleh faktor seperti resesi ekonomi, kerusuhanm, atau perubahan politik (pemilu). 3. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang biasanya diinvestasikan. menuntut Jika inflasi tambahan premium meningkat, investor inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Risiko bisnis. Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan dipengaruhi oleh karakteistik industri tekstil. 5. Risiko finansial. perusahaan untuk modalnya. Semakin Risiko ini menggunakan besar berkaitan utang proporsi utang dengan dalam yang keputusan pembiayaan digunakan 27 perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan seuatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 7. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau exchange rate risk. 8. Risiko negara. Risikoini sering disebut risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko Konsep mengenai hubungan pengembalian dan risiko ini dapat diilustrasikan pada contoh dua investasi, katakan investasi A dan B. Antara investasi pada A dan B mempunyai sifat yang berbeda. Investasi A, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang besar, tetapi jika gagal, akan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sebaliknya, investasi B, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang relatif kecil, 28 tetapi jika gagal akan menyebabkan kerugian yang relatif kecil juga. (Fachmi Basyaib, 2007:111-112). Investasi A dikatakan mempunyai risiko yang besar, sedangkan investasi mempunyai risiko yang kecil. Dalam investasi, pengembalian yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi. Dengan sifat hubungan antara pengembalian dengan risiko seperti diatas, keputusan investasi dari para investor, apakah akan memilih investasi yang berisiko atau tidak, tergantung pada bagaimana preferensinya dalam menghadapi risiko. (Fachmi Basyaib, 2007:112). Sifat hubungan antara pengembalian dan risiko investasi adalah bahwa semakin tinggi risiko pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, akan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung. Berkaitan dengan sifat ini, investasi yang akan dipilih oleh investor tergantung pada preferensinya dalam menghadapi risiko. Ukuran pengembalian yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi pada umumnya adalah pengembalian rata-rata, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan risiko yang digunakan dalam konteks ini adalah risiko total dengan ukuran varian atau deviasi standar. Pada aset tunggal, pengembalian dan risiko dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pengembalian dan risiko historis 2. Pengembalian dan risiko yang diharapkan 29 Perbedaan keduanya menyangkut orientasi dalam pengambilan keputusan. Perhitungan pengembalian dan risiko historis melibatkan rentang waktu tertentu dan digunakan sebagai penyebut untuk mencari rata-ratanya. menggunakan secara Sedangkan dasar subjektif menggunakan pengembalian probabilitas oleh koefisien kejadian risiko tertentu, investor. Ukuran variasi, terutama risiko untuk diharapkan yang diestimasi alternatif, dapat investasi yang mempunyai karakteristik berbeda. 1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah Jones (2004) menyatakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis dari suatu sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dikurangi atau dihilangkan dengan diversifikasi. Beta adalah ukuran relatif dari risiko saham individu terhadap portofolio saham keseluruhan. Jika return sekuritas bergerak lebih cepat dari pada return sekuritas pasar tersebut karena adanya dikatakan perubahan memiliki pasar, volalitas maka return (fluktuasi return saham) yang lebih besar dari pada return pasar. Sedangkan Husnan (2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saaham dengan pasar. Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks tunggal. Persamaan regrgesinya adalah: Ri = ai + i . RM + ei 30 Keterangan: Ri = return saham perusahaan RM = return pasar (IHSG) ai i ei = konstanta = beta = residual Adapun penghitungan beta disini dicari dengan menggunakan CAPM, yaitu suatu model yang menghubungkan tinggkat return yang diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar seimbang. CAPM digunakan secara luas dalam literatur keuangan untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan pemegang saham dari aset tertentu berdasarkan kontribusinya bagi risiko portofolio secara keseluruhan. ((Fachmi Basyaib, 2007:116). E(ri) = rf + (rm – rf) Beta saham merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva atau suatu portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu, beta suatu aktiva atau portofolio aktiva dapat secara langsung dibandingkan dengan beta aktiva atau portofolio aktiva lainnya. Beta teoritis dari CAPM didefinisikan sebagai alat ukur kovarians diharapkan suatu aktiva dengan Masalah yang portofolio paling pasar serius yang dihadapi terdiversifikasi dalam dengan baik. memperkirakan beta saham adalah bahwa beta bersifat tidak stabil, yaitu koefisien beta seringkali mengalami perubahan. Sedikitnya terdapat dua penyebab 31 ketidakstabilan biasanya beta. berhubungan Pertama adalah kesalahan dengan jangka waktu perkiraan dimana statistik, pengembalian diukur (harian, bulanan, atau tiga bulanan). Menurut Ross (2005 : 285) R = Expected Return on A security Rf Riskfree rate x + Beta of the security (Rm – Rf) Difference between expected return on market and Risk-free rate This formula, wich is called the capital asset pricing model (or CAPM for short), implies that the return on a security is linearly related to its beta. Sine the average return on the market has been higher than the average risk-free rate over long periods of time, Rm-Rf is presumably positive. Thus, the formula implies that the expected return on a security is positively related to its beta. Jadi, financial economists bisa diringkas dengan melihat hubungan diantara expected return dan beta. Maksudnya, dibawah kondisi normal hubungan expected return dan beta bisa dilihat dengan menggunakan rumus CAPM diatas. Rata-rata dari return market lebih besar dari risk free pada suatu periode, maka Rm-Rf positif Menurut Jones (2004), ”Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct adiversified portfolio and eliminate part f the total risk. The diversiviable or on market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variabilityin a securities total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy”. Jadi, resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap resiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan 32 dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. 2. Suku bunga SBI Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2005:157) Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494) Sertifikat dikeluarkan oleh Bank Bank Indonesia Indonesia, adalah SBI surat diterbitkan berharga yang oleh lebih BI ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah. Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya 33 berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik. 3. Kurs mata uang asing Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40) Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu negara untuk membeli atau menjual mata uang asing (Todaro dan Smith, 2004:75) Menurut Gugup Kismono (2001:47) nilai tukar atau exchange rate diartikan mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata uang negara lain. Kurs mata uang suatu negara mengalami devaluasi atau revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai mata uang negara lain apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing. Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik dengan kata lian, nilaia tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. 34 Nilai tukar (Exchange rate) atau kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu 2004:6) Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang. perubahan pada kurs Pendekatan ini menyatakan bahwa akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya produksi sehingga meningkat akan sehingga menyebabkan laba tingkat perusahaan deviden yang menurun dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar kenaikan harga harga saham disuatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan terapresiasi (Reny Maharani, 2005). 4. Tingkat Inflasi Menurut Abimanyu (2004:12) inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus menerus. 35 Inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam periode waktu tertentu. Inflasi dapat di anggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas (Adiwarman Karim, 2002:63). Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelin, 2001:21). Sedangkan menurut Iskandar Putong (2002:254) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Menurut sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu sebagai berikut : a. Inflasi Merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah kurang dari 10%. b. Inflasi Menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup besar diantara 30%-50%. c. Inflasi Tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar diatas 100%. Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi dibedakan disebabkan kenaikan menjadi dua macam (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14). a. Demand full inflation, inflasi yang permintaan barang dan jasa. b. Cost-push inflation, inflasi yang disebabkan penurunan penawaran barang dan jasa. 36 Menurut Iskandar Putong (2002:255) Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat inflasi adalah: 1. In = IHK n − IHK n -1 100% IHK n -1 2. In = Df n − Df n -1 100% Df n -1 Keterangan: In : Inflasi IHKn : Indeks harga konsumen tahun dasar IHKn-1 : Indeks harga konsumen pada tahun berikutnya Dfn : GNP atau PDB deflator tahun tahun dasar Dfn-1 : GNP atau PDB deflator tahun berikutnya Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian. Akan tetapi, sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya. 5. Uang yang Beredar Menurut iskandar Putong (2007:401) uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang 37 kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito), biasanya uang didefinisikan: a. M1 adalah berupa uang kartal + uang giral. b. M2 adalah M1 + uang kuasi (tabungan, deposito). c. M3 adalah M2 + sertifikat deposito. M1 yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah) M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk menjadi uang deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan jika dijakan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena terkena denda (Nopirin, 1994) M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran seharihari (Boediono, 2000) M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta reening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain dalam bentuk rerksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring 38 dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas (Reny maharani, 2005). Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah jual beli surat berharga, sehingga tingkat bunga akan turun, pada saat tingkat bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan menurun pula (Monetary Portfolio hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena penurunan tingkat bunga kan menurunkan biaya produksi sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang beredar akan membawa peningkatan pada harga saham (Reny Maharani, 2005). G. Penelitian Terdahulu Adapun pendapat dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah: Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko sistematik telah dilakukan oleh M. Iqbal Aruzzi dan Bandi (2003), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel fundamental (tingkat profitabilitas 39 dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak berpengaru secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index). Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin (1997) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik (beta saham). Selain itu oleh Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan, dan Imelda Wijiyanti tentang analisis faktor Fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di BEJ (2003) hasil penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. Dan penelitian tentang pengaruh suku bunga SBI dan nilai kurs terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ yang menghasilkan sebuah penelitian bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan resiko sistematis saham adalah negative Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006) tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. 40 H. Kerangka Pemikiran Variabel makro sangat mempengaruhi keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan tren penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko. Berdasarkan acuan tersebut maka peneliti akan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga SBI, nilai kurs mata uang, tingkat inflasi, dan uang yang beredar terhadap resiko sistematis (Beta) saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan menggunakan analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934 (Loehlin:1992) dengan tujuan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung secara relatif dinyatakan oleh besaran numerik koefisien jalur (path analysis) 41 Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII 1 M2 (x1) Kurs (x2) Inflasi (x3) 2 JII (y1) SBI (x4) IHSG (y2) 3 I. Perumusan Hipotesis Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris, pengujian hipotesisnya sebagai berikut: 1. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan. 2. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial. 42 3. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara simultan. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara simultan. 4. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara parsial. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara parsial. 5. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara simultan. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara simultan. 6. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial. 43 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang menyoroti pengaruh antara variable mempengaruhi (independen) dan variable dipengaruhi (dependen). Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel makro ekonomi yang terdiri dari: 1. Uang yang beredar dalam arti luas (M2) 2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat 3. Inflasi 4. Suku bunga SBI 5. Beta saham syariah JII 6. IHSG B. Metode Penentuan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah saham emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks. Sedangkan teknik dalam pengambilan sampel dilakukan secara time series (waktu). 44 1. Saham emiten yang halal berdasarkan syariah islam, kehalalan suatu saham di sahkan oleh dewan pengawas syariah dari Danareksa Investment Management. 2. Terdaftar di Jakarta Islamic Index dan konstan selama periode 2004 sampai (JII), periode 2004-2008. 3. Menerbitkan laporan keuangan selama dengan 2008. C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut: 1. Field Reseach Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti pusat referensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia. 2. Library Reseach Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain yang berhubungan dengan aspek yang diteliti seebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. 45 3. Internet Reseach Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id D. Metode Analisis Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat di estimasi secara simultan. Selain itu variabel dependen pada suatu hubungan yang sudah ada, akan menjadi variabel independent pada hubungan selanjutnya. 1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu: a. Variabel Endogen Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen dalam penelitian yaitu (JII), dan (IHSG). b. Variabel Eksogen Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu: JII (Y1), dan IHSG (Y2), Uang beredar dalam arti luas (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), dan Suku bunga SBI (X4). 46 2. Analisis Jalur (Path Analysis) Menurut Burhan Bungin (2008:225) Uji jalur (path) adalah alat analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap hubungan antara variabel X dan Y. Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada tahun 1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. (Abdurahman, 2007:121). Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis ingin mengetahui pengaruh uang yang beredar (M2), kurs, inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Beta saham (JII) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak langsung dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya. Langkah pertama dalam analisis jalur adalah dengan merancang paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep dan teori. Rancangan ini biasanya memerlukan telaah literatur yang relatif panjang dan dilakuakn secara hati-hati berdasarkan masalah penelitian yang akan dicarikan jawabannya dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Paradigma penelitian kemudian dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural berikut: 47 Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py 1 a. X4 = X4 X1 + X4 X2 + X4 X3 + 1 Subtruktur 1 b. Y1 = Y1 X1 + Y1 X4 + X4 X2 + X4 X3 + 2 Subtruktur 2 c. Y2 = Y2 X3 + Y2 X4 + X4 X2 + Y2 Y1 + Y1 X1 + 3 Subtruktur 3 Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, dan X3 merupakan variabel eksogen, dan 1 sebagai variabel residu. Persamaan kedua X1, X4, X2, X3 merupakan variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan 2 sebagai variabel residu. Persamaan ketiga X3, X4, X2, X1 merupakan variabel eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel endogen, dan 3 sebagai variabel residu. Nilai (epsilon) dalam persamaan struktural tersebut adalah variabel residu (residua’ variabel) atau kesalahan pengganggu (disturbance error). Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998) adalah: a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi Cobb-Douglas (Y = a K L ) b. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. Artinya, sistem aliran adalah dalam bentuk kausal satu arah. Sedangkan model yang mengandung kausal resiprokal (dua arah) tidak dapat dilakukan analisis 48 melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai i saling bebas, dan antara i juga dengan X1 juga saling bebas. c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian berlaku juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih dulu menjadi skala minimal skala skala ukur interval. d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa instrumen pengukurannya harus valid dan realible. e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan. Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan anak panah satu arah menggunakan regresi variabel yang dibakukan secara parsial pada masing-masing persamaan. Dari persamaan ini diperoleh koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh secara keseluruhan. Perhitungan koefisien jalur dapat dilakukan dengan langkah berikut: 49 a. Menghitung matriks korelasi antar variabel dengan rumus: 1 rx1x2 rx1x3 ... rx1xi 1 rx2x3 ... rx2xi R= 1 ... rx3xi 1 ... 1 b. Menghitung matriks invers R1 -1 C11 C12 C 22 R 1-1 = C13 C 23 ... C1n ... C 2n C 33 ... C 3n ... C 4n C mn Menghitung semua koefisien jalur Py1 x1 Py 2 x 2 C11 C12 C13 ... C1n ry1 x1 C 22 C 23 ... C 2n ry 2 x 2 C 33 ... C 3n × ry 2 x3 ... C 4n Py 3 x 3 = ... Py n x n ... C mn ry n x n c. Menghitung koefisien determinasi total antara X1, X2, ...Xn dengan Y, misalnya dengan rumus: ry1 x1 ry 2 x2 R2y(x1,x2,...xi) = ( yx1, yx2, ..., xnxr) ry 2 x3 ... ry n xn Koefisien jalur sama dengan 1 - R 2 y (x1, x2, ..., xn) 50 Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers dan matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan. Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit dihitung secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS, Amos dan Lisrel dapat membantu untuk menghitung angka korelasi maupun pengaruh antar variabel yang dianalisis. Langakah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak nya model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua indikator tentang valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total dan terpenuhinya teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan: Rm2 = 1 – 1 2 2 2 ... 2 n Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional. Langkah terakhir dalah dengan melakukan interpretasi atas hasil analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa 51 besarnya pengaruh langsung dan tidak lansung antar variabel. Variabel mana saja yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh yang paling besar atau pengaruh yang paling kuat terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan. Bila perlu menyusun model lain yang sesuai dengan hasil analisis tersebut. 3. Uji Signifikansi Koefisien jalur (t-test) Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001: 97). Hipotesis: 1. H0 : Koefisien jalur tidak signifikan 2. H1 : Koefisien jalur signifikan Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung dengan t-tabel: 1. Jika t hitung > t-tabel, atau t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima 2. Jika t hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan: 1. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini beerarti bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 52 2. Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat kekurangan, bahwa pencarian beta saham syariah JII dengan menggunakan CAPM kurang tepat, sehingga hasil yang dikarenakan di dapat adanya berbeda keterbatasan dengan perolehan substansi data. teori. Maka Hal ini diharapkan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage Pricing Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah. 53 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Indeks (JII) Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar Modal Syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara BAPEPAM dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis ulama Indonesia, maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Walau secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Dana Reksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin memanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah. 54 Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana Indek dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII. Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut: a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam10 kapitalisasi besar). 55 b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi. Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) untuk periode Januari 2008 - Juni 2008 sesuai Pengumuman BEI No. Peng-032/BEI.PSH/U/01-2008. Jakarta Islamic Index adalah daftar saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia yang dalam operasionalnya dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam atau sesuai Syariah. 56 Tabel 4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004 sampai 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jan 04-Jun 04 ANTM AALI ASGR AUTO BRPT BLTA BUMI CTRA DNKS DYNA EPMT GJTL INTP INAF INDF ISAT INCO KLBF KAEF LMAS MEDC SMCB SMGR SMRA PTBA TLKM TSPC TINS UNVR UNTR Jul 04-Des 04 ANTM AALI ASGR BNBR BRPT BUMI CTRA DNKS EPMT GJTL INTP INDF ISAT INCO KLBF KIJA LMAS MLPL PGAS LSIP SMCB SMGR SMRA PTBA TLKM TSPC TINS TRST UNVR UNTR Jan 05-Jun 05 AALI ADHI ANTM BNBR BRPT BUMI CTRS ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LMAS LSIP MEDC MLPL PGAS PTBA SMCB SMGR TINS TKIM TLKM TSPC UNTR UNVR Jul 05-Des 05 AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BRPT BUMI CMNP CTRS ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LSIP MEDC PGAS PTBA SMCB SMRA TINS TKIM TLKM UNTR UNVR Jan 06-Jun 06 AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BUMI CMNP DOID ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LSIP MEDC PGAS PLAS PTBA SMCB SMRA TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR Jul 06-Des 06 ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CTRA CTRS ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PLAS PTBA SMCB TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR Sumber: Bursa Efek Indonesia 57 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jan 07-Jun 07 AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CMNP CTRA CTRS GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PTBA SMCB SULI TLKM TOTL UNSP UNTR UNVR Jul 07-Des 07 AALI ANTM APEX ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CPRO CTRA FREN INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PTBA SMAR SMCB SMGR TINS TLKM TRUB UNTR UNVR Jan 08-Jun 08 AALI ANTAM APEX BMTR BNBR BTEL BUMI CMNP CTRA ELTY FREN HITS INCO INTP JRPT KIJA KLBF MPPA PLIN PTBA RALS SMAR SMGR SMRA TINS TLKM TRUB TSPC UNTR UNVR Jul 08-Des 08 BUMI ANTM TLKM PTBA ELTY UNSP INCO TINS ITMG UNTR AALI SGRO LSIP TRUB ELSA KIJA SMGR LPKR CTRA MNCN KLBF CTRP WIKA UNVR BISI BKSL INTP ASRI BMTR TOTL Tabel 4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode ANTM BUMI INTP INCO KLBF PTBA TLKM UNVR UNTR Nama Saham Aneka Tambang (Persero) Tbk Bumi Resources Tbk Indocement Tunggal Prakasa Tbk International Nickel Ind. Tbk Kalbe Farma Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk United Tractors Tbk 58 2. Indeks Harga Saham Menurut Sudarsono (2004:191) Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di Pasar Modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu: a. Sebagai indikator trend saham. b. Sebagai indikator tingkat keuntungan. c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio. d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan startegi pasif. e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Indeks harga saham memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai indikator pergerakan harga-harga saham, sehingga mempermudah masyarakat dalam mengambil keputusan investasi. Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki 5 macam indeks harga saham : 1) Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2) Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. 3) Indeks LQ45, menggunakan semua saham yang masuk dalam masingmasing sektor. 4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid. 5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 59 B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan Microsoft Excel Windows 2003 dan SPSS 17.0 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel yang diteliti yakni variabel independen (variabel bebas) Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS, Tingkat Inflasi, Uang beredar dalam arti luas (M2), dan yang menjadi variabel dependennya (variabel terikat) adalah Beta saham JII dan IHSG. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: a. Uang beredar dalam arti luas /M2 (Variabel Independen) Tabel 4.2 Uang beredar (M2) Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 947277 935745 935247 930831 952961 975166 975091 980223 986806 995935 1000338 1033527 2005 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 2006 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382074 2007 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 1472952 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 2008 1588962 1596090 1586795 1608874 1636383 1699480 1679020 1675431 1768250 1802932 1841163 1883851 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.2dapat di ketahui bahwa rata-rata jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) mempunyai rata-rata tertinggi di tahun 2008 dan rata-rata terendah berada di tahun 2004, dimana nilai tertinggi berada pada bulan Desember 2008 yaitu sebesar 1.883.851 dan nilai rata-rata terendah berada pada bulan April 2004 yaitu sebesar 930.831. 60 Peningkatan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) diperkirakan karena meningkatnya jumlah uang yang beredar (M1) juga peningkatan dari uang kuasi yang terutama disebabkan peningkatan pada komponen deposito dan tabungan dalam rupiah. Sedangkan perlambatan pada M2 diperkirakan karena lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnyaintermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain seperti Reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tinggkat bunga. b. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (variabel independen) Tabel 4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 8441 8447 8587 8661 9210 9415 9168 9328 9170 9090 9018 9290 2005 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 2006 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020 9230 2007 9090 9160 9118 9083 8828 9054 9186 9410 9137 9103 9376 9419 2008 9304 9051 9217 9234 9318 9225 9118 9153 9378 10995 12151 10950 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu 10995, sedangkan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2004 yaitu 8441. 61 Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS menunjukkan keadaan yang cukup stabil sepanjang periode 2004 hingga 2008 walaupun pada bulan November 2008 naik hingga kurs mencapai 12.151 hal tersebut menandakan yang semula stabil /perekonomian kondusif menjadi tidak stabil. c. Tingkat Inflasi di Indonesia (Variabel Independen) Tabel 4.4 Tingkat Inflasi di Indonesia Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 0.0053 0.0057 0.0052 0.0052 0.0056 0.006 0.0057 0.0054 0.0049 0.0043 0.0038 0.004 2005 0.0142 0.0153 0.0149 0.0075 0.0069 0.0065 0.0062 0.0062 0.0068 0.0073 0.0059 0.0061 2006 0.0055 0.0044 0.0052 0.0121 0.0124 0.0126 0.0129 0.013 0.0128 0.0131 0.0149 0.0142 2007 0.0055 0.0056 0.0057 0.0058 0.0054 0.005 0.0048 0.005 0.0048 0.005 0.0052 0.0052 2008 0.0092 0.0097 0.0098 0.01 0.0099 0.0099 0.0092 0.0087 0.0075 0.0068 0.0062 0.0061 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi di Indonesia mempunyai rata-rata tertinggi pada tahun 2006 dan terendah pada tahun 2004, dimana angka rata-rata tertinggi pada bulan November 2006 sebesar 0.0149 dan angka rata-rata terendah berada pada bulan November 2004 sebesar 0.0038. Meningkatnya angka inflasi pada masa tersebut diperkirakan karena peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannnya kebijakan penyesuaian harga bahan 62 bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah untuk harga BBM tersebut, kondisi perekonomian Indonesia mulai kondusif tahun 2007 diperlihatkan dengan penurunan angka inflasi yang cukup signifikan. d. Suku Bunga SBI (Variabel Independen) Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga SBI Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2004 0.00655 0.00624 0.00618 0.00611 0.0061 0.00612 0.00614 0.00634 0.00616 0.00617 0.00617 0.00619 2005 0.00618 0.00619 0.0062 0.00642 0.00662 0.00687 0.00707 0.00793 0.00834 0.00917 0.01021 0.01062 2006 0.01062 0.01061 0.01061 0.01061 0.0104 0.0104 0.0102 0.0098 0.0094 0.0089 0.0085 0.0081 2007 0.0079 0.0077 0.0075 0.0075 0.0073 0.0071 0.0069 0.0069 0.0069 0.0069 0.0069 0.0067 2008 0.0067 0.0066 0.0066 0.0066 0.0069 0.0073 0.0077 0.0077 0.0081 0.0091 0.0094 0.009 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat suku bunga yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2004 sampai awal tahun 2006, rata-rata tingkat suku bunga terendah terjadi pada bulan Mei 2004, dimana suku bunga tertinggi berada pada bulan Desember 2005 dan bulan Januari 2006 sebesar 0.1062 dan angka terendah terjadi pada bulan Mei 2004 sebesar 0.0061. Peningkatan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah usaha pemerintah menekan uang yang beredar dan menarik uang tersebut 63 untuk meningkatkan neraca pembayaran, sedangkan rendahnya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia disebabkan karena pemerintah berusaha memberikan keleluasaan perekonomian untuk berkembang dengan jalan memacu pertumbuhan konsumsi masyarakat. Selain itu penurunan tingkat inflasi pada pertengahan tahun 2006 membawa ruang gerak yang lebih leluasa bagi Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara bertahap. e. Beta Saham Syariah di JII (Variabel Dependen) Tabel 4.5.1 Beta Saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten ANTAM Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari -2.756346 1.2638504 3.7100203 -14.52427 -2.478931 2 Februari -0.589006 8.6193935 5.2008344 11.91728 -3.087811 3 Maret 4.8191615 8.996218 0.9836695 2.821659 0.5366101 4 April -0.451229 0.3316577 3.2178536 4.360073 -0.145257 5 Mei 1.5016825 2.0370427 2.261207 -2.615419 0.3850591 6 Juni -31.95184 0.5729038 -0.884094 -0.356305 0.7256672 7 Juli -0.783724 0.0751762 5.3991987 -0.601307 4.8850212 8 Agustus -2.032186 0.6765199 0.5940812 -4.387659 -5.939928 9 September 1.1919907 4.981298 0.1456647 2.786077 3.2397686 10 Oktober 2.0020681 -48.59687 10.166691 5.548359 3.087043 11 November 1.3637055 8.0920007 1.104513 -17.05008 -4.914758 12 Desember -2.055227 4.8037823 1.2401493 1.448113 -1.619801 Tertinggi 4.8191615 8.996218 5.3991987 11.91728 4.8850212 Terendah -31.95184 -48.59687 -0.884094 -17.05008 -3.087811 Rata-rata -2.478413 -0.678919 2.7616491 -0.88779 -0.443943 Tahun Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah 64 Berdasarkan Tabel 4.5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan februari 11.91728 dan terendah pada tahun oktober 2005 -48.59687, dengan demikian beta bulan februari tahun 2007 memiliki resiko yang tinggi juga. Tabel 4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 1 Emiten BUMI Peiode Januari 2004 -0.806913 2005 4.0939805 Tahun 2006 2.1597096 2007 25.02985 2008 0.7003504 2 Februari 25.519422 -4.049465 1.6842948 -12.17735 -4.710677 3 Maret 1.2166997 128.49057 0.865069 0.9209 0.6091786 4 April -3.063244 0.5891701 0.1226424 0.445242 -0.311732 5 Mei 0.9431986 1.7543119 0.8431256 -3.983031 -3.191529 6 Juni -58.33063 -0.273198 2.5273242 3.25114 -0.160564 7 Juli -0.184088 -0.158813 3.2039178 15.67871 4.0547577 No. 8 Agustus -11.64529 0.5758042 -2.200958 -1.653011 -4.061314 9 September 2.4622281 4.3204552 -0.363156 4.8609 5.7881355 10 Oktober -0.933316 -92.9366 1.309528 8.817145 2.9286042 11 November 0.7487944 -11.46048 0.7383294 -6.959827 -33.24614 12 -0.370263 1.7899302 2.4804387 -0.975935 2.336576 Tertinggi Desember 25.519422 128.49057 3.2039178 25.02985 5.7881355 Terendah -11.64529 -4.049465 -2.200958 -12.17735 -4.710677 Rata-rata -3.703617 2.7279724 1.1141888 2.771227 -2.438696 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 128.49057dan terendah pada tahun oktober 2004 -11.64529, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 65 Tabel 4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008 No. Emiten INTP Peiode 2005 Tahun 2006 2004 1 Januari 1.4896877 2007 2008 2.7587523 2.3630645 -10.0934 -0.37206 2 Februari -1.572256 -4.584438 -8.253579 -6.172936 1.0282695 3 Maret 5.0265623 1.00000 -0.307286 -1.10091 0.2254796 4 April 0.1229111 1.1024338 0.9756296 1.469092 1.3873059 5 Mei 2.5917713 4.1233882 2.4429844 0.55168 -1.402397 6 Juni 14.621419 2.501228 -2.033222 1.209564 3.854329 7 Juli 3.4978881 0.8178387 -0.48256 1.457259 -2.735651 8 Agustus -1.377071 1.6506943 1.6475378 -0.387793 0.8283822 9 September 2.7003976 -0.204881 1.0719392 -0.661657 0.970776 10 Oktober -0.448675 0.144862 0.6928719 8.859292 4.9366958 11 November 3.7025453 -3.3751 1.0740186 4.296683 -4.236084 12 Desember 3.2393383 1.7766464 1.6052812 -1.545306 -6.104965 Tertinggi 14.621419 4.1233882 2.4429844 8.859292 4.9366958 Terendah -1.572256 -4.584438 -8.253579 -10.0934 -6.104965 Rata-rata 2.7995432 0.986234 0.06639 -0.176536 -0.134993 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.3 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan Juni 14.621419 dan terendah pada tahun februari 2006 -8.253579, dengan demikian beta bulan Juni tahun 2004 memiliki resiko yang tinggi juga. 66 Tabel 4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten INCO Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari -0.739513 -0.159751 1.920157 7.37685 -10.79259 2 Februari 33.735361 10.890738 -4.633656 -18.16357 -4.046312 3 Maret 0.1571521 89.60749 1.3442078 3.509819 0.8319399 4 April -4.263396 -0.284428 1.4011844 1.449244 0.3604093 5 Mei 1.0844446 -0.49843 0.2189619 1.734032 1.6577406 6 Juni -19.14614 0.442032 0.7037783 0.022099 0.4931382 7 Juli -0.184088 1.1067076 0.1178182 1.90649 5.1583368 8 Agustus 10.878098 -0.270878 1.8696179 -1.882759 -4.751981 9 September 3.1365516 -0.362356 0.5759569 1.920728 2.4340753 10 Oktober 0.3107721 -48.98259 5.4672205 10.56918 5.2756706 11 November 0.8602246 -10.6779 0.4274419 -0.311459 8.633738 12 Desember -1.637556 0.0950646 2.8695996 -0.35658 0.4860628 Tertinggi 33.735361 89.60749 5.4672205 10.56918 8.633738 Terendah -19.14614 -48.98259 -4.633656 -18.16357 -10.79259 Rata-rata 2.0159926 3.4088088 0.7843908 0.64784 0.0387132 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 89.60749 dan terendah pada tahun oktober 2005 -48.98259, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 67 Tabel 4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten KLBF Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari 3.8529846 2.2788906 6.0605772 9.828655 -0.721973 2 Februari 6.1532802 10.920384 -2.675625 8.257516 3.8620047 3 Maret 1.6829006 50.453444 -0.044917 -0.068497 0.1866933 4 April 0.791604 0.6506301 1.1066754 0.500403 0.5565846 5 Mei 2.5344296 1.0713107 1.4204595 0.3803 0.5005285 6 Juni 21.642397 -1.362698 2.1563127 1.263913 1.3171457 7 Juli 3.1015892 -0.475194 -2.374952 6.345109 1.3871996 8 Agustus 0.9158312 0.790964 -1.422392 -2.328595 -1.466505 9 September 0.0785728 -0.204881 2.7024455 -0.356315 1.9447604 10 Oktober 1.8468024 -44.77829 0.8858214 0.21075 4.874358 11 November 1.6630507 0.614432 -1.81527 5.849426 6.5895847 12 Desember 2.4781299 13.721197 0.0090195 -0.692233 0.6677229 Tertinggi 6.1532802 50.453444 6.0605772 9.828655 6.5895847 Terendah 0.0785728 -44.77829 -2.675625 -2.328595 -1.466505 Rata-rata 3.895131 2.8066826 0.499928 2.432536 1.6415086 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 50.453444 dan terendah pada tahun oktober 2005 -44.77829, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 68 Tabel 4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten PTBA Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari -0.77227 2.0510702 1.5680559 -16.62814 -0.474147 2 Februari -3.44937 -0.006368 -2.657899 -4.314428 0.2897034 3 Maret 0.9518128 147.18697 0.0222318 0.274845 0.3699713 4 April 0.9938297 -0.244717 4.6816287 1.818828 -0.273204 5 Mei 1.3211323 -0.395624 -1.016085 -5.561043 -6.255991 6 Juni 21.642397 0.4915479 2.3554776 2.539076 -2.971266 7 Juli 2.0367863 -0.441367 1.0075124 0.729165 3.9690057 8 Agustus -14.56126 -0.847606 0.5879956 -3.59125 1.274465 9 September 1.1510153 -1.490318 -0.267621 1.749935 4.9951294 10 Oktober 1.9388963 78.197406 0.5513756 9.567007 4.6468249 11 November 4.4426845 -5.091471 -0.856658 -14.68129 14.869933 12 Desember 3.8273685 1.0733904 1.8424393 0.825 0.1799779 Tertinggi 21.642397 147.18697 4.6816287 9.567007 14.869933 Terendah -3.44937 -5.091471 -2.657899 -16.62814 -6.255991 Rata-rata 1.6269184 18.373576 0.6515378 -2.272692 1.7183668 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 147.18697 dan terendah pada tahun januari 2007 -16.62814, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 69 Tabel 4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten TLKM/ Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari 1.357608 -0.557437 0.9657199 -10.60992 -1.00792 2 Februari -3.714569 -4.384862 1.993555 8.188403 -1.248048 3 Maret 1.2021853 -7.399295 1.6905757 0.630194 0.0047116 4 April 2.44841 1.0368033 0.864282 0.865361 0.5699151 5 Mei 1.1827158 1.664304 0.906594 1.461114 1.9227691 6 Juni 1.2481292 2.491337 -0.537074 0.035036 3.3752248 7 Juli 1.2339702 2.3121164 0.1611108 11.34255 -0.684816 8 Agustus 2.7797391 0.6757354 1.0488657 -0.543536 1.4824381 9 September -0.154309 1.5147465 0.9619943 0.027984 1.4950628 10 Oktober 0.9928411 -36.04629 -0.12052 -0.894151 2.6261301 11 November 1.1027001 5.7155978 2.1019528 4.008092 3.620727 12 Desember -2.463831 1.2239191 0.2914086 0.436673 -4.030032 Tertinggi 2.7797391 5.7155978 2.1019528 11.34255 3.620727 Terendah -3.714569 -7.399295 -0.537074 -10.60992 -4.030032 Rata-rata 0.6012991 -2.64611 0.8607054 1.24565 0.6771802 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan juli 11.34255 dan terendah pada tahun januari 2007 -10.60992, dengan demikian beta bulan juli tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 70 Tabel 4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten UNVR/ Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari 0.5895423 1.2007546 -0.095604 -18.40213 0.1812839 2 Februari -11.07701 0.7575917 1.6689374 6.327776 0.7457768 3 Maret -0.964722 -92.47252 -0.065819 0.094591 -0.104933 4 April 0.4951827 0.3597736 0.6809445 -0.368268 0.1343114 5 Mei 0.3610052 4.5469737 1.24893 -1.768227 0.369499 6 Juni -17.16336 -4.424674 0.3178672 0.625942 0.2323013 7 Juli -0.957812 1.0664411 0.959812 10.45452 -0.461904 8 Agustus 17.178736 0.3096953 0.8942075 -0.182622 1.274465 9 September -0.457422 -0.936016 0.2960566 -0.084899 -0.362773 10 Oktober -0.145774 64.007903 1.4311134 -1.314743 0.4819688 11 November 0.1301402 -1.812883 3.1123787 1.378946 -2.317611 12 Desember -0.820009 -0.437105 2.2128905 -0.020238 -0.07973 Tertinggi 17.178736 64.007903 3.1123787 -1.768227 1.274465 Terendah -11.07701 -92.47252 -0.095604 -18.40213 -2.317611 Rata-rata -1.069292 -2.319505 1.0551429 -0.271612 0.0077212 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.8 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan oktober 64.007903 dan terendah pada tahun januari 2005 -92.47252, dengan demikian beta bulan oktober tahun 2005 memiliki resiko yang tinggi juga. 71 Tabel 4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008 No. Emiten UNTR/ Tahun Peiode 2004 2005 2006 2007 2008 1 Januari -0.079418 6.3736639 0.6049597 0.929999 2.3637223 2 Februari 14.513715 2.7174701 -2.153343 -0.74559 0.8556627 3 Maret 1.4724526 80.946775 1.3507524 0.593307 0.139538 4 April 3.2992023 -0.36141 2.0730171 0.888703 0.3679302 5 Mei 4.6226217 1.9335714 0.3578644 0.439504 -2.968083 6 Juni -8.237577 5.5388685 0.5982723 0.870519 5.2045045 7 Juli 2.4809612 4.2131796 1.2696548 3.095794 1.607493 8 Agustus -20.15021 1.1583788 0.3520709 -1.721401 -3.094381 9 September 0.3754096 -0.045361 0.6832961 0.067005 1.2461171 10 Oktober 6.371816 -21.97485 2.6848381 8.625667 7.6421582 11 November 0.5766241 -3.66681 -0.306304 -0.314919 8.432526 12 Desember 7.8544707 0.2012694 0.1782804 1.003343 -1.958124 Tertinggi 14.513715 6.3736639 2.6848381 8.625667 8.432526 Terendah -20.15021 -21.97485 -2.153343 -1.721401 -3.094381 Rata-rata 0.7064538 6.4195622 0.6411133 13.73193 1.6532553 Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah Berdasarkan Tabel 4.5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan februari 14.513715 dan terendah pada tahun oktober 2005 -21.97485, dengan demikian beta bulan februari tahun 2004 memiliki resiko yang tinggi juga. 72 2. Koefisien Struktur 1 a. Persamaan Analisis Jalur Struktur I X4 = X4X1 + X4X2 + X4X2 + 1 Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Struktur 1 Model Summary Adjusted R Model 1 R .301 R Square a Square .091 Std. Error of the Estimate .085 .00144331694825 a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel Model Summary, didapat 1 model analisis jalur dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,301, nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,091 (9,1%). Nilai R Square sebesar 9,1%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), memiliki pengaruh terhadap variabel Suku Bunga SBI (X4) sebesar 9,1%. sedangkan sisanya (100% - 9,1% = 90,1%) adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel Suku Bunga SBI (X4). 73 b. Uji Hipotesis (Uji Simultan) X4 = X4X1 + X4X2 + X4X3 + 1 Tabel 4.7 Analisis Varian (Annova) Struktur 1 ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .000 3 .000 Residual .001 536 .000 Total .001 539 F Sig. 17.788 .000 a a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2) b. Dependent Variable: SBI (X4) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2), Kurs, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Ftabel : Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 17,788. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5, dan denumerator jumlah kasus -5 atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22. Karena nilai F hitung (17,788) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs, dan Inflasi dengan Suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas 74 sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, dan Inflasi dengan Suku bunga SBI. Secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Hal diatas sesuai teori Dedi Haryanto dan Riyatno yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error Standardized Coefficients Beta t .006 .001 M2 1.072E-9 .000 .192 Kurs 3.834E-9 .000 .100 .019 Inflasi Sig. 5.364 .000 4.581 .000 .002 .036 .971 .219 5.238 .000 a. Dependent Variable: SBI (X4) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 75 Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Pengujian dilakukan dengan uji T. 1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan suku bunga SBI Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,581. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung tabel sebesar 1,646. (4,581) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2) dengan suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan Suku bunga SBI. Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Besarnya pengaruh uang yang beredar (M2) dengan suku bunga SBI sebesar 0,192 atau 19,2%. Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh suku bunga. Apabila suku bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi adalah rendah oleh karena uang telah digunakan untuk membeli surat-surat berharga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah, maka permintaan uang untuk spekulasi tinggi oleh karena masyarakat tidak bersedia 76 melakukan pembeliaan surat-surat berharga dan akan memegang uang (Sadono Sukirno, 2004:301). 2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan suku bunga SBI Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,036. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (0,036) < nilai T tabel tabel sebesar 1.646. (1,646) maka Ho diterima. dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap Dollar dengan suku bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,971>0,05), jadi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak mempengaruhi suku bunga SBI. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan suku bunga SBI sebesar 0,002 atau 0,2%. 3) Hubungan antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 5,238. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646. Karena nilai T hitung (5,238) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan suku bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,00<0,05), jadi tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,219 atau 21,9%. 77 Dalam kebijakan moneter, Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran. Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurunkan. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Persamaan struktural menjadi : X4 = 0,192 X1 + 0,002 X2 + 0,219 X3 + X4 1 Angka residu sebesar 0,909 diperoleh dari x4 1 = 1− R2 = 1 − 0,091 = 0,909 Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos Ahmad Kuncoro, (2008:138) Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap suku bunga SBI, yaitu variabel kurs, maka model struktur 1 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu mengeluarkan variabel kurs yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai berikut: 78 Tabel 4.9 Hasil Struktur 1 Setelah Trimming Model Summary Adjusted R Model R R Square .301a 1 Square .091 Std. Error of the Estimate .087 .00144197419137 a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dapat dilihat variabel M2 (X1) dan Inflasi (X3) yang masuk dalam pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum Trimming yaitu 0,091 (9,1%). Hal ini berarti bahwa variabel M2 dan inflasi mempunyai pengaruh hanya sebesar 9.1% sedang kan sisanya 90,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .000 2 .000 Residual .001 537 .000 Total .001 539 F Sig. 26.730 .000 a a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2 b. Dependent Variable: SBI Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) M2 Inflasi Std. Error .006 .000 1.074E-9 .000 .100 .019 Coefficients Beta t Sig. 16.819 .000 .192 4.649 .000 .219 5.296 .000 a. Dependent Variable: SBI 79 Besarnya kontribusi M2 yang secara langsung mepengaruhi suku bunga SBI sebesar 0,192 x 100% = 19,2%. Sedangkan besarnya kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi suku bunga SBI sebesar 0,219 x 100% = 21,9%. sedangkan B yang mempengaruhi suku bunga SBI sebesar 1,174 (1,074 + 0,100). dan nilai Constant dari 0,006 berubah menjadi 1,168 (1,174 -0,006). hal ini menyebabkan nilai SBI dari 0,006 naik menjadi 1,168. dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dengan SBI khususnya variabel inflasi. Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran. Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurunkan. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Sukirno, Sadono (2004:24). Model diagram jalur menjadi : Gambar 4.1 Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming M2 (x1) x4x1=0,192 1 = 0,909 SBI (x4) Inflasi (x3) x4x3=0,219 80 3. Koefisien Struktur II a. Persamaan Analisis Jalur Y1 = Y1X1 + Y1X4 + X4X2 + X4X3 + 2 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Struktur 1I Model Summary Model 1 R .191 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .036 .029 1.666010667562781E1 a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,191, nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,036 (3,6%). Nilai R Square sebesar 3,6%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), memiliki pengaruh terhadap variabel endogen Beta saham JII (Y1) sebesar 3,6%. sedangkan sisanya (100% - 3,6% = 96,4%) adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel Beta saham JII (Y1). 81 b. Uji Hipotesis (Uji Simultan) Y1 = Y1X1 + Y1X4 + X4X2 + X4X3 + 2 Tabel 4.11 Analisis Varian (Annova) Struktur 1I b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 5616.064 4 1404.016 Residual 148494.148 535 277.559 Total 154110.212 539 F 5.058 Sig. .001a a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi b. Dependent Variable: Beta Saham JII (Y1) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Beta saham JII (Y1). Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel: Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 5,058. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5 atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22. Karena nilai F hitung (5,058) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model 82 regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Hal ini berkaitan dengan teori (Iqbal, 2003) yang menyatakan bahwa tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan bahwa investasi tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan yang tinggi dengan tingkat resiko yang kecil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat penembalian dan tingkat resiko saham, yaitu terbagi dalam faktor fundamental dan ekonomi. Faktor fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya adanya pemogokan, kinerja perusahaan, tingkat likuiditas dan lain-lain. Sedangkan faktor ekonomi yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs, GDP dan lain-lain. 83 c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1I Coefficients a Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) M2 (X1) SBI (X4) Beta t 1.317 12.161 -4.327E-6 .000 -.069 Kurs (X2) Inflasi (X3) Std. Error Sig. .108 .914 -1.571 .117 .001 .001 .025 .587 .557 903.842 226.065 .176 3.998 .000 -1017.153 498.579 -.091 -2.040 .042 a. Dependent Variable: Beta saham JII (Y1) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Pengujian dilakukan dengan uji T. 1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan beta saham JII Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,571. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (-1,571) < nilai T tabel tabel sebesar 1,646. (1,646) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2) dengan beta saham JII.. Dengan demikian, model regresi diatas sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan beta saham JII. Secara parsial tidak berpengaruh signifikan 84 terhadap beta saham JII. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan tidak layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,117 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang beredar (M2) dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh uang beredar (M2) dan beta saham JII sebesar -0,069 atau -6,9%. Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan hasil penelitian dari Siti Zubaidah (2004), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi. 2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan beta saham JII. Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,587 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646. Karena nilai T hitung (0,587) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima, dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap Dollar dengan beta saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,557 > 0,05), jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan beta saham JII sebesar 0,025 atau 2,5%. 85 Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan penelitian dari Siti Zubaidah (2004) yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. 3) Hubungan antara tingkat inflasi dan beta saham JII. Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 3,998. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646. Karena nilai T hitung (3,998) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan beta saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan beta saham JII sebesar 0,176 atau 17,6%. Tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga umum, dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko (beta) saham menjadi tinggi (Tandelilin : 2002). 86 4) Hubungan antara suku bunga SBI dan Beta saham JII Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,040. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (-2,040) < nilai T tabel tabel sebesar 1.646. (1,646) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan Beta saham JII. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,042<0,05), jadi suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dan Beta saham JII sebesar -0,091 atau -9,1%. Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandelilin (1997), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi. Persamaan struktural menjadi : Y1 = -0,069 X1 + 0,025 X4 + 0,176 X2 + (-0,091) X3 + Angka residu sebesar 0,964 diperoleh dari y1 2 2 = 1− R2 = 1 − 0,036 = 0,964 Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos Ahmad Kuncoro, (2008:138). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap Beta JII, yaitu variabel kurs dan M2, maka 87 model struktur 2 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu mengeluarkan variabel kurs dan M2 yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs dan M2 yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel 4.13 Struktur 2 setelah Trimming Model Summary Model R .178a 1 R Square Adjusted R Square .032 Std. Error of the Estimate .028 1.666924663693452E1 a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dapat dilihat variabel inflasi (X3) dan SBI (X4) yang masuk dalam pengujian, sehingga nilai R square berubah menjadi 0,032 berarti inflasi dan SBI memberi pengaruh langsung terhadap Beta JII hanya sebesar 3,2%, sisanya 96,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. Penelitian sebelum nya pun hanya berpengaruh sebesar 2,8%, Siti Zubaidah, 2004. ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 4897.360 2 2448.680 Residual 149212.852 537 277.864 Total 154110.212 539 F 8.813 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi b. Dependent Variable: Beta JII Sumber : Data Sekunder 2004-2008 88 Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 8.813. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5 atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22. Karena nilai F hitung (8.813) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Inflasi SBI Std. Error 3.813 3.832 876.298 223.717 -1163.626 489.106 Standardized Coefficients Beta t Sig. .995 .320 .171 3.917 .000 -.104 -2.379 .018 a. Dependent Variable: Beta JII Sumber : Data Sekunder 2004-2008 89 Sedangkan besarnya kontribusi Inflasi yang secara langsung mempengaruhi Beta JII sebesar 0,171 x 100% = 17,1%. Dan variabel SBI mempengaruhi Beta JII sebesar -0,104 x 100% = -10,4%. Sedangkan nilai B yang mempengaruhi Beta JII sebesar -287,328 (876,298 -1163,626). Dan nilai constant dari 3,813 berubah menjadi -283,515 (-287,328 + 3,813). Hal ini menyebabkan Beta JII dari 3,813 turun menjadi -283,515. jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi lebih berpengaruh terhadap resiko saham JII dibandingkan dengan SBI. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tandelilin: 2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI berpengaruh terhadap beta JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko (beta) saham menjadi tinggi. Gambar 4.2 Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming Inflasi (x3) y1x1=0,171 2 = 0,964 Beta JII (y1) SBI (x4) y1x4=0,104 90 4. Koefisien Struktur 1II a. Persamaan Analisis Jalur StrukturIII Y2 = Y2X3 + Y2X4 + X4X2 + Y2Y1 + Y1X1 + 3 Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Struktur II1 Model Summary Adjusted R Model 1 R .350 R Square a Square .122 Std. Error of the Estimate .114 .066465494041889 a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3). Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,350, nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,122 (12,2%). Nilai R Square sebesar 12,2%, ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), dan Beta saham JII (Y1) memiliki pengaruh terhadap variabel endogen IHSG (Y2) sebesar 12,2%, sedangkan sisanya (100% - 12,2%= 87,8%) adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel IHSG (Y2). 91 b. Uji Hipotesis (Uji Simultan) Y2 = Y2X3 + Y2X4 + X4X2 + Y2Y1 + Y1X1 + 1 Tabel 4.15 Analisis Varian (Annova) Struktur 1II b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square .329 5 .066 Residual 2.359 534 .004 Total 2.688 539 F Sig. 14.875 .000 a a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3) b. Dependent Variable: IHSG (Y2) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel : Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5 atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22. Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai 92 signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu Tabel 4.16 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) M2 (X1) Kurs (X2) .049 -8.622E-8 .000 1.925E-6 .000 -2.366 8.044 3.254E-5 .000 SBI (X4) Beta saham JII (Y1) Beta .064 Inflasi (X3) a t Sig. 1.326 .185 -.329 -7.828 .000 .016 .392 .695 .915 -.111 -2.585 .010 1.997 .172 4.028 .000 .008 .189 .850 a. Dependent Variable: IHSG (Y2) Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2), Kurs, Inflasi, dan Suku Bunga SBI, dan beta saham JII berpengaruh signifikan IHSG. Pengujian dilakukan dengan uji T. 1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan IHSG Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -7,828. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (-7,828) < nilai T tabel tabel sebesar 1,646. (1,646) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar 93 (M2) dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas belum layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan IHSG secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang beredar (M2) dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh uang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,329 atau -32,9%. 2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,392 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (0,392) < nilai T tabel tabel sebesar 1.646. (1,646) maka Ho diterima.. dan H1 ditolak.. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap Dollar dengan IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,695 > 0,05), jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG sebesar 0.016 atau 1,6%. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 94 3) Hubungan antara tingkat inflasi dan IHSG. Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,585. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (-2,585) > nilai T tabel tabel sebesar 1.646. (1,646) maka Ho diterima. dan H1 ditolak. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,010<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan IHSG sebesar -0,111 atau 11,1%. 4) Hubungan antara suku bunga SBI dan IHSG. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara suku bunga SBI dengan IHSG, kita dapat menentukan hipotesis : Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,028. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T Karena nilai T hitung (4,028) > nilai T tabel tabel sebesar 1.646. (1,646) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan IHSG. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,172 atau 17,2%. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 95 5) Hubungan antara Beta saham JII dengan IHSG Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,189. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2, atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646. Karena nilai T hitung (0,189) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Beta saham JII dengan IHSG. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,850>0,05), sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Beta saham JII secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh Beta saham JII dengan IHSG sebesar 0,008 atau 0,8%. Persamaan struktural menjadi : Y2 = -0,329 X3 + 0.016 X4 + (-0,111) X2 + 0,172 Y1 + 0,008 X1 + 3 Angka residu sebesar 0,878 diperoleh dari 1 − R 2 = 1 − 0,122 = 0,878 Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap IHSG, yaitu variabel kurs dan Beta JII, maka model struktur 3 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu mengeluarkan variabel kurs dan Beta JII yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs dan Beta JII yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai berikut: 96 Tabel 4.17 Struktur 3 setelah Trimming Model Summary Model R 1 .349 R Square a Adjusted R Square .122 Std. Error of the Estimate .117 .066353366059174 a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dapat dilihat variabel M2 (x1), Inflasi (x3), SBI (x4) yang masuk dalam pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum Trimming yaitu 0,122 yang berarti M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh langsung hanya sebesar 12,2%, sedangkan sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Mean Square df .328 3 .109 Residual 2.360 536 .004 Total 2.688 539 F 24.811 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5 atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22. Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang 97 beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) M2 Inflasi SBI Std. Error .082 .019 -8.569E-8 .000 -2.388 8.012 Coefficients Beta t Sig. 4.386 .000 -.327 -7.906 .000 .891 -.112 -2.681 .008 1.986 .171 4.035 .000 a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Data Sekunder 2004-2008 M2 yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar -0,327 x 100% = -32,7%, besarnya kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar -0,112 x 100% = -11,2%. Dan besarnya kontribusi SBI yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar 0,171 x 100% = 17,7%. Sedangkan nilai B yang mempengaruhi IHSG yaitu sebesar -2,945 (-8,569 - 2,388 + 8,012). Dan nilai constant dari 0,082 turun menjadi -2,945. dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh terhadap IHSG, terutama pada SBI. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 98 Model diagram jalur menjadi: Gambar 4.3 Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming y1x1=0,327 M2 (x1) Inflasi (x3) 3 = 0,878 y2x3=-0,112 SBI (x4) IHSG (y2) y2x4=0,171 d. Korelasi antara variabel M2, Kurs, Inflasi, suku bunga SBI, Beta Saham JII, dan IHSG Tabel 4.18 Analisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, Beta Saham JII, dan IHSG setelah Trimming Correlations M2 M2 Inflasi Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) Inflasi SBI IHSG SBI .072 .097 IHSG ** -.300** .000 .000 .207 N 540 540 540 540 Pearson Correlation .072 1 .232** -.095* Sig. (2-tailed) .097 .000 .027 N 540 540 540 540 ** ** 1 .077 Pearson Correlation .207 .232 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 540 540 540 540 ** * 1 Pearson Correlation -.300 .072 -.095 .077 Sig. (2-tailed) .000 .027 .072 N 540 540 540 540 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Data Sekunder 2004-2008 99 1) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi Korelasi M2 dan inflasi sebesar 0.072 mempunyai maksud hubungan sangat lemah dan bisa diabaikan. Korelasi dua variabel tersebut juga tidak signifikan karena 0,097 > 0,005 maka hubungan kedua variabel tersebut tergolong tidak signifikan. 2) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan suku bunga SBI. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang yang beredar (M2) dan suku bunga SBI sebesar 0,207 mempunyai maksud hubungan sangat lemah dan searah (hasilnya positif), maksudnya Jika M2 tinggi maka SBI juga tinggi sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. 3) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan IHSG (Y2) Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang yang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,300 mempunyai maksud hubungan sangat lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif), maksudnya Jika M2 tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi juga sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. 4) Korelasi antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,232 mempunyai maksud hubungan 100 sangat lemah / bisa diabaikan dan searah (hasilnya positif), maksudnya tingkat inflasi tinggi maka SBI akan tinggi juga sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. 5) Korelasi antara tingkat inflasi dan IHSG (Y2) Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat inflasi dan IHSG sebesar -0,095 mempunyai maksud hubungan sangat lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif), maksudnya tingkat inflasi tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi, sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,027 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. 6) Korelasi antara suku bunga SBI dan IHSG (Y2) Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,077 mempunyai maksud hubungan sangat lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak signifikan karena 0,072 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. 7) Korelasi antara Beta saham JII (Y1) dan IHSG (Y2) Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,004 mempunyai maksud hubungan sangat lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak signifikan karena 0,928 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. 101 Gambar 4.4 Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Beta Saham JII dan IHSG Setelah Trimming 2=0,964 1=0,909 M2 (x1) x4x1=0,192 JII (y1) y1x4=-0,104 x3x1=0,072 SBI (x4) y2x4=0,171 x4x3=0,219 Inflasi (x3) y2x3=-0,112 IHSG (y2) 3=0,878 5. Perhitungan Pengaruh Struktur I Tabel 4.19 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap Suku Bunga SBI (X4) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Besar Langsung Kontribusi X1 Langsung x4x1. x4x1 (0,192)( 0,192) 0,036864 X1 Melalui X3 x4x1. rx1x3. x4x3 (0,192)(0,072)(0,219) -0,003027456 0,039891456 Total Pengaruh X1 Terhadap X4 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung uang beredar (X1) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,036864 atau 3,6864%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah -0,003027456 atau 0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel uang beredar (X1) adalah 0,039891456 atau sebesar 3,9891456% 102 terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti uang beredar memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI. Tabel 4.20 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku Bunga SBI (X4) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Besar Langsung Kontribusi X3 Langsung x4x3. x4x3 (0,219)(0,219) 0,047961 X3 Melalui X1 x4x3. rx1x3. x4x1 (0,219)(0,072)(0,192) -0,003027456 0,044933544 Total Pengaruh X3 Terhadap X4 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung inflasi (X3) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,047961 atau 4,7961%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah -0,003027456 atau -0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel inflasi (X3) adalah 0,044933544 atau sebesar 4,4933544% terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI. Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga SBI, yaitu : Pengaruh total : Pyxi + Pyxi . rxixj Pyxj Pengaru total X1 = 0,036864 + -0,003027456 = 0,033836544 Pengaru total X3 = 0,047961 + -0,003027456 = 0,044933544 Maka pengaruh total X1, X3 = 0,033836544 + 0,044933544 = 0,078770088 103 Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu sebesar 0,091. 6. Perhitungan Pengaruh Struktur II Tabel 4.21 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Langsung X4 Langsung y1x4 (-0,104) Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Besar Kontribusi (-0,104) -0,104 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku bunga SBI (X4) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar -0,104 atau 10,4%. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan variabel suku bunga SBI (X4) adalah -0,104 atau sebesar (-0,1042 = 0,010816) 1,0816% terhadap Beta saham JII (Y1). Ini berarti suku bunga SBI memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI. Tabel 4.22 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Langsung X3 Langsung x4x3 (0,219) Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Besar Kontribusi 0,219 0,219 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung inflasi (X3) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar 0,219 atau 21,9 %. 104 Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan variabel Inflasi (X3) adalah 0,219 atau sebesar (0,2192 = 0,047961) 4,7961% terhadap Beta saham syariah. Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI. Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga SBI, yaitu : Pengaruh total : Pyxi + Pyxi . rxixj Pyxj Pengaru total X4 = -0,104 Pengaru total X3 = 0,219 Maka pengaruh total X4, X3 = -0,104 + 0,219 = 0,115 Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu sebesar 0,032. 7. Perhitungan Pengaruh Struktur III Tabel 4.23 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap IHSG (Y2) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Langsung X3 Langsung y2x3 (-0,112) X3 melalui X4 x4x3 . y2x4 (-0,112)(0,171) Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Besar Kontribusi -0,112 -0,019152 -0,131152 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung inflasi (X3) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar -0,112 atau -11,2%. Terdapat pengaruh tidak langsung sebesar -0,019152 atau -1,9152%. 105 sehingga total pengaruh yang diberikan variabel inflasi (X3) adalah -0,131152 atau sebesar -0,1311522 = -0,017200847) 1,72008471% terhadap IHSG (Y2). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap IHSG. Tabel 4.24 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4) Terhadap IHSG (Y2) Pengaruh Langsung dan Tidak Perhitungan Langsung X4 Langsung y2x4 (0,171) Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 Sumber : Data Sekunder 2004-2008 Besar Kontribusi 0,171 0,171 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku bunga SBI (X4) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar 0,171 atau 17,1%. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan variabel suku bunga SBI (X4) adalah 0,171 atau sebesar (0,1712 = 0,029241) 2,9241% terhadap IHSG. Ini berarti suku bunga SBI memiliki pengaruh yang kecil terhadap IHSG. Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga SBI, yaitu : Pengaruh total : Pyxi + Pyxi . rxixj Pyxj Pengaru total X3 = -0,112 + -0,019152 = -0,131152 Pengaru total X4 = 0,171 Maka pengaruh total X3, X4 = -0,131152 + 0,171 = 0,039848 Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu sebesar 0,122. 106 8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) Uji kesesuaian model dimaksudkan untuk menguji apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak. Menurut Bachrudin dan Harapan Tobing dalam Riduwan dan Engkos (2005:146), rumusan hipotesis statistik kesesuaian model analisis jalur dirumuskan sebagai berikut : Ha : R R (Ø) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks korelasi sampel. Ho : R = R (Ø) : matriks korelasi estimasi sama dengan matriks korelasi sampel. Dasar pengambil Keputusan : Jika W hitung χ2 : Ho ditolak (berarti kedua model signifikan). Jika W hitung χ2 : Ho diterima (berarti kedua model tidak signifikan). Sebelum Trimming Sesudah Trimming R12 = 0,091 R12 = 0,091 R22 = 0,036 R22 = 0,032 R32 = 0,122 R32 = 0,122 1. R2m = 1(1- R12)(1- R22)(1- R22) = 1(1-0,091)(1-0,036)(1-0,122) = 1- (0,909)(0,964)(0,878) = 1-0,769 = 0,231 107 2. M = R2m (setelah Trimming) = 1(1- 0,091)(1-0,032)(1-0,122) = 1(0,909)(0,968)(0,878) = 1-0,772 = 0,228 3. Q = 1 - R 2 m 1 − 0,231 0,769 = = = 0,996 1- m 1 − 0,228 0,772 4. W hitung = - (N-d) Ln Q = -(540-2) Ln 0,996 = -(538) (-0,004008021398) = 2,156 Dicari dari tabel distribusi (χ2) atau chi-kuadrat / chi-square untuk DK =2 (koefisien jalur yang tidak signifikan) dengan α = 0,005 diperileh sebesar 5,991. ternyata W hitung < χ2 tabel atau 2,160 < 5,991, berarti matriks korelasi sampel sama dengan matriks korelasi estimasi, maksudnya kedua model tersebut tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model yang diusulkan tidak memiliki kesesuaian (fit) dengan data yang ada. Dalam analisis jalur untuk suatu model yang diusulkan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi sample tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi atau korelasi yang diharapkan. (Riduwan & Engkos, 2008:146). 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV yang menggunakan analisis tiga jalur dengan bantuan SPSS 17.0 tentang Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Beta saham Syariah dan IHSG. Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada struktur I terdapat variabel yang signifikan yaitu Uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya pengaruh uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI 0,192. dan besarnya pengaruh inflasi terhadap suku bunga SBI 0,219. Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran. Dalam masa inflasi langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dalam langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Sadono, Sukirno (2004:24). 109 2. Pada struktur II terdapat variabel yang signifikan yaitu suku bunga SBI dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Beta saham syariah JII. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah JII. -0,104. dan besarnya pengaruh inflasi terhadap Beta saham syariah JII 0,171. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandelilin: 2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI berpengaruh terhadap Beta saham JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko saham menjadi tinggi. 3. Pada struktur III terdapat variabel yang signifikan yaitu uang beredar (M2), inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh uang yang beredar (M2) terhadap IHSG -0,372. Inflasi terhadap IHSG -0,112. Dan pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG 0,171. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 110 B. Saran Berdasrkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan saran yang bisa bermanfaat, diantaranya : 1. Investor diharapkan memperhatikan kondisi resiko sistematis saham (beta) sebelum melakukan investasi, karena nilai beta saham dapat dijadikan sebagai penggambaran fruktuasi return saham. 2. Peneliti menyadari kemungkinan terjadi kekurangan baik dari variabel yang diteliti yang hanya diwakili beberapa indikator saja, dan masih banyak indikator lain yang bisa dijadikan acuan peneliti seperti GNP, GDP, Situasi politik, Kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah sampel perusahaan yang lebih banyak lagi seperti sektor pertambangan, perbankan dan lain-lain. 4. Pencarian beta saham syariah dengan menggunakan CAPM kurang tepat, sehingga hasil yang di dapat berbeda dari substansi teori. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Sebaiknya beta saham syariah dicari dengan menggunakan APT. Maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage Pricing Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah. 111 DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Yoopi. Memahami Kurs Valuta Universitas Indonesia, Jakarta: 2004. Asing, Fakultas Ekonomi Anto, MB Hendrie. Dan Riski, Amelia. ”Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham : Studi Kasus JII dan IHSG periode Januari 2002 s.d Desember 2006, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Antonio, Syafii. Manajemen Bank Syariah, Jakarta, 2001. Auliyah, Robiatul dan Ardi, Hamzah. ”Analisa Karakteristik Perusahaan Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah Di BEJ ” Universitas Trunojoyo, 2006 Basyaib, Fachmi. “Manajemen Resiko”. Grasindo, Jakarta, 2007. Boedie, Kane, Marcus. ”Investasi”. Edisi Enam Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Bowman, Robert G. The Teoritical Relationship Between Systematic Risk and Financial (Accounting) Variable, The Journal of Finance, Vol XXXIV, No. 3, Hal 294-312, 2002. Bungin, Burhan. ”Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya”. Edisi Pertama, Kencana Prenada Group, 2008. D. Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Dan S Besar, Dwityapoetra, September 2004. “Beta Sektor sebagai Proxi Imbal Hasil dan Indikator Resiko di Pasar Saham”. Biro Stabilitas Siustem Keuangan Bank Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, September 2004 Hadi, Kuncoro dan anwar, Saiful. Analisis Risiko Harga Saham Syariah Menggunakan Daily Earning At Risk. Halim, Abdul. Analisis Investasi, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Haryanto, M.Y. Dedi. ”Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Perusahaan Di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 2007 Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, 2008. 112 Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 1996. Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Jogjakarta, 2004. Iqbal, Aruzzi. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan Beta akuntansi Terhadap Beta saham di Bursa Efek Jakarta, Seminar Nasional Akuntansi halaman 647, 2003 Jones, Charles P. “Investments Analysis And Management”. 4th edition, Wiley & Sons Inc, 2004. Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. The International Istitute of Islamic Thought IIIT, Jakarta, 2002 Khodijah, Siti. ”Analisis Faktor-faktor Determinan Struktur Modal dan Price Earning Ratio Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham : Studi Empiris Perusahaan Jakarta Isklamic Index Dengan Pendekatan Path analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri, 2006. Kismono, Gugup. ”Bisnis Pengantar”. Edisi Pertama, BPFE- Yogyakarta, 2001. Kuncoro, Mudrajad. ”Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan 1 unit penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Maman, Abdurahman. ”Analisis, Korelasi, Regresi, Penelitian”. Pustaka Setia, Bandung : 2007. dan Jalur dalam Nasarudin, Indo Yama. Pengaruh Return On Equity (ROE) Dan Earning Growth Rate (EGR) Terhadap Price To Book Value (PBV) : Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Antar Variabel Dalam Analisis Jalur , Etikonomi Vol.3, No.2, 2004. Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1994. Pontjowinoto, Iwan P. ”Prinsip Syariah Di Pasar Modal: Pandangan Praktis”. Masyarakat Ekonomi Syariah, 2008 Prasojo, Wasis. (2003), Permintaan Uang menurut Teori Portofolio Permintaan, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Putong, Iskandar. ”Ekonomi Mikro & Makro, Edisi 2”. Ghalia Indonesia. 2002. 113 Ross, Stephen A. “Corporate Finance”. Seventh Edition. Mc Graw – Hill International Edition. 2005. Riduwan, Drs MBA., A.K Engkos, S.E., ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”. Alfabeta, Bandung, 2009. Salvatore Dominick, Ekonomi Jakarta, 1997 Internasional, Jilid Kelima, Terjemahan, Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS Edisi 1, Andi Yogyakarta, 2007 Sharpe, Wlliam F. Alexander, Gordon J. Bailey, Jeffery V. Investasi Edisi keenam Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2005 Sidiq, Sahabudin, Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah Perubahan Sistem Nilai Tukar, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.1, April 2005 Hal:31-41. Sudarsono, Heri. ”Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi”. Edisi 2, EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2003. Syabarrudin, Agus. Pengukuran Resiko Saham Dengan Pendekatan Risk Metric Pada Nilai Resiko Harga Saham Syariah, Tesisi Pasca Sarjana Universitas Indonesia Program Studi Timur Tengah Dan Islam, 2007. http: // www.google.com, diakses pada tanggal 30 maret 2009 http: // www.bi.go.id, diakses pada tanggal 20 April 2009 114