PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN

advertisement
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG)
Diajukan Oleh :
FITRIAWATI
105081002473
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FITRIAWATI
NIM : 105081002473
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP : 19570617 1985031 002
NIP : 19741127 2001121 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2009 M
Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Fitriawati NIM : 105081002473 dengan
judul Skripsi “ PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS,
INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amir Syarifuddin, SH, MM
Lies Suzanawati SE, M.Si
Ketua
Sekretaris
Dr. Yahya Hamza, MM
Penguji Ahli
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG)
(Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FITRIAWATI
NIM : 105081002473
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP : 19570617 1985031 002
NIP : 19741127 2001121 002
Penguji Ahli
Arief Mufraini, Lc, M. Si
NIP. 197701222003121001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2009 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1.
2.
3.
4.
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
5. Telepon
6. E-mail
: Fitriawati
: Bekasi, 31 Mei 1987
: Perempuan
: Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01
Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun
Selatan – Bekasi 17510
: 021-90471509 / 085694103524
: [email protected]
II. PENDIDIKAN
1.
2.
3.
4.
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
S1
: SDN Sukabungah Bekasi
: MTs Attahiriyah Jakarta
: MAN Cikarang
: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan
Manajemen Keuangan
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
2.
3.
4.
Ayah
Ibu
Tempat dan Tanggal Lahir
Alamat
5. Telepon
6. Anak ke dari
: H. Ma’ad HM (Alm)
: Hj. Siti Maryam
: Bekasi, 11 Juni 1956
: Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01
Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun
Selatan – Bekasi 17510
: 021.88329336
: 7 dari 11 Bersaudara
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan
diterima oleh investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan
menggunakan CAPM (Capital Assets Pricing Model) dimana model ini
menggunakan data indikator makro ekonomi (Uang yang beredar, Kurs, Inflasi,
dan SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode penelitian ini
adalah purposive sampling dari 30 saham JII, terpilihnya 9 perusahaan yang
konsisten masuk di dalam Jakarta Islamic Indeks (JII) dari periode januari 2004
sampai desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur, dengan
menggunakan Trimming dan uji Goodness fit yang mana setiap variabel
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI.
Suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.
Dan uang beredar (M2), inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan
terhadap IHSG.
Kata kunci : Beta saham syariah, Resiko sistematik, uang beredar, Kurs, Inflasi,
Suku bunga SBI, Capital Asset Pricing Model, IHSG.
ii
ABSTRACT
The research aims to understand the dynamic of high risk would be received
investors. One way is capital Assets Pricing Models) which beta is beta is taken
as systematic risk parameter. This research uses of macro economic indicator
(Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat
Bank Indonesia) and IHSG. Method of research is purposive Sampling, from 30
stock listed every periode., there are 9 stock of research company that are traded
which are consistent in Indonesian stock exchange from January 2004 still
December 2008. This research uses path analysis method. With uses Trimming
and with goodness fit test that level significant is 5% to each test. The result of the
research suggest that Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian
Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) Influence Significant To Share and IHSG.
Keywords: Beta of Syariah Stock, Systematics Risk, Money Supply, Exchange
Rate, Inflation, Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia),
Capital Asset Pricing Model, IHSG
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim
Assalamu’laikum warrahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan baik dalam pengetahuaan maupun dalam teknik penulisan,
oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini:
1. ALLAH SWT yang maha berilmu, atas limpahan Rahmat dan Ilmu
pengetahuan yang tak terhingga.
2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Ma’ad HM (Alm) terimakasih
untuk kasih sayang yang tak terhingga, Pengalaman hidup yang beliau
berikan kepada penulis. Ibunda tercinta Hj. Siti Maryam, terimakasih
untuk kesetiaan, kasih sayang, do’a, semangat, kepercayaan, dan perhatian
yang tak pernah berhenti beliau berikan kepada penulis (I always do the
best).
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu yang telah
meluangkan waktunya untuk berbagi ilmunya dalam membimbing
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
4. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Dosen Pembimbing dua yang telah meluangkan waktun, pikiran, dan
ilmunya sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan 1 yang juga telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan
bekal ilmu yang tak terhingga nilainya kepada penulis selama menjadi
mahasiswi, semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.
7. Terimakasih untuk kakak-kakakku k’dede yang tak lelah memberikan
dukungan moril maupun materil. K’emi yang selalu cerewet, adik-adik ku,
keponakanku, Dias, raray tersayang, dan semuanya yang selalu
mendukung setiap langkahku.
8. Untuk K’nuni yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan tak
bosan meminjamkan buku serta mendengarkan segala keluh kesah. Inke,
selalu setia membangunkan di setiap tahajud dan subuhnya. Anak kost an
eha, k’elon, isna, nellin, ara (Terimakasih untuk tawa, dan semangat yang
diberikan).
9. Untuk anak Manajemen B wido, Eny, Fay, Viny, susi, topay, agus, firman,
ridho, aries, ocid, dan semuanya yang tak bisa di sebutkan satu persatu.
Semua anak keuangan A dan B, untuk teman2 seperjuangan kompre,
sidang (Oneng, Gozali, Eka, Pokonya keep contact yahhhh). Untuk
spesialis editor k’wail selalu siap direpotkan (semoga Allah SWT
membalas semua kebaikkannya).
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala
bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Aamiien.
v
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..........................................................................
i
ABSTRAK ..........................................................................................................
ii
ABSTRACT........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal ................................................................................. 14
B. Pasar Modal Syariah .................................................................... 16
C. Instrumen Pasar Modal Syariah ................................................... 17
D. Fungsi Pasar Modal Syariah ........................................................ 20
E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi.......................................... 21
1. Return..................................................................................... 21
2. Resiko Saham......................................................................... 24
F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko..................................... 28
1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah ................................ 30
vi
2. Suku bunga SBI ..................................................................... 33
3. Kurs mata uang asing............................................................. 34
4. Tingkat Inflasi ........................................................................ 35
5. Uang yang Beredar ................................................................ 37
G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 39
H. Kerangka Pemikiran..................................................................... 41
I. Perumusan Hipotesis.................................................................... 42
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel........................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 45
D. Metode Analisis ........................................................................... 46
E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................. 54
1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................... 54
2. Indeks Harga Saham ............................................................... 59
B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 60
1. Analisis Deskriptif .................................................................. 60
2. Hasil Penemuan Koefisien Struktur I ..................................... 73
3. Hasil Penemuan Koefisien Struktur II .................................... 81
4. Hasil Penemuan Koefisien Struktur III................................... 91
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I............................................. 102
6. Perhitungan Pengaruh Struktur II ........................................... 104
vii
7. Perhitungan Pengaruh Struktur III .......................................... 105
8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) ......... 107
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................................109
B. Implikasi ......................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 112
viii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
4.0
Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004
Hal
sampai 2008 ............................................................................................ 57
4.1
Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008............... 58
4.2
Uang beredar (M2).................................................................................... 60
4.3
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS ................................................. 61
4.4
Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 62
4.5
Tingkat Suku Bunga SBI ........................................................................ 63
4.5.1 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 64
4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 65
4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 66
4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 67
4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 68
4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 69
4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 70
4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 71
4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 72
4.6
Koefisien Determinasi Struktur 1 ........................................................... 73
4.7
Analisis Varian (Annova) Struktur 1....................................................... 74
4.8
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1....................................................... 75
4.9
Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI .. 79
4.10
Koefisien Determinasi Struktur II........................................................... 81
4.11
Analisis Varian (Annova) Struktur II ...................................................... 82
ix
4.12
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II ...................................................... 84
4.13
Struktur 2 setelah Trimming ................................................................... 88
4.14
Koefisien Determinasi Struktur III ......................................................... 91
4.15
Analisis Varian (Annova) Struktur III..................................................... 92
4.16
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III..................................................... 93
4.17
Struktur 3 setelah Trimming ................................................................... 97
4.18
Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,
Beta Saham JII, dan IHSG ...................................................................... 99
4.19
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1)
Terhadap Suku Bunga SBI (X4).............................................................. 102
4.20
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
Suku Bunga SBI (X4).............................................................................. 103
4.21
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................ 104
4.22
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................................ 104
4.23
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
IHSG (Y2) ............................................................................................... 105
4.24
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap IHSG (Y2) ............................................................................... 106
x
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Hal
2.1
Risiko sistematis & tidak sistematis ....................................................... 26
2.2
Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai
Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis
(beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII ............................................ 42
4.1
Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming................................................ 80
4.2
Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming ............................................... 90
4.3
Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming................................................ 99
4.4
Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan
Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham
Syariah yang Terdaftar di JII .................................................................. 102
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan
pasar
modal
syariah
menunjukkan
kemajuan
seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta
Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya
tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi
kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal
ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada
pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar
modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi,
dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal
konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return
dan
risiko
diantara
yang
berbeda.
sekuritas-sekuritas
Saham
lainnya
merupakan
yang
salah
mempunyai
satu
sekuritas
tingkat
risiko
yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang
akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan
definisi
investasi
menurut
Sharpe
bahwa
investasi
merupakan
komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return
yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang
melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko
1
tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara
teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif.
Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar
risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko
yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik
perusahaan, industri dan ekonomi makro.
Investasi dalam Islam pasti memiliki risiko. Tidak ada di dunia ini
yang risk free. Yang terpenting bagi manusia adalah melaksanakan perintah
Allah yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. 59;18).
Ayat diatas memerintahkan orang mukmin untuk mempersiapkan apa
yang akan diperbuat untuk hari esok, dengan mempelajari, mengetahui dan
mengamalkan manajemen risiko, selebihnya apapun yang terjadi bertakwalah
kepada Allah SWT. Karena manusia hanya bisa memprediksi, sementara
Allah SWT Maha Menetapkan dan Maha Adil.
Return
dari
sekuritas
merupakan
tingkat
pengembalian
yang
diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai
saham
dan
dividen.
Dalam
konteks
portofolio
risiko
dibedakan
menjadi dua (Halim (2003, 23) yaitu risiko sistematik (systematic risk)
dan
risiko
(systematic
tidak
risk)
sistematik
merupakan
(unsystematic
risk).
Risiko
risiko
tidak
dapat
yang
sistematik
dihilangkan
2
dengan
melakukan
diversifikasi,
karena
fluktuasi
risiko
ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs
valas,
inflasi,
kebijakan
pemerintah,
dan
sebagainya.
Sehingga
sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham
yang
bersangkutan.
merupakan
risiko
Risiko
yang
tidak
dapat
sistematik
dihilangkan
(unsystematic
dengan
risk)
melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau
industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu
saham
dengan
masing-masing
terhadap
setiap
saham
yang
saham
memiliki
perubahan
lain.
Karena
tingkat
pasar.
perbedaan
sensitivitas
Misalnya
faktor
itulah
maka
yang
berbeda
struktur
modal,
struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain.
Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang
risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham.
Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk
menganalisis
sekuritas
atau
portofolio.
Beta
suatu
sekuritas
menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap
perubahan-perubahan pasar (Halim, 2003: 25).
Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda
dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai risiko
yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko
saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor
3
ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat,
mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham
tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham
adalah memperkecil risiko.
Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua
investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung
risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor
yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk
tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi
di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko
itu sendiri.
Beberapa
variabel
yang
sering
digunakan
dalam
melakukan
analisis ekonomi makro antara lain suku bunga SBI, nilai tukar mata
uang
asing,
tingkat
inflasi,
jumlah
uang
beredar,
pendapatan
masyarakat, dan lain-lain. Suku bunga SBI merupakan salah satu
instrumen
moneter
yang
penting
dalam
perekonomian
negara
dan
berada dibawah tanggung jawab bank Indonesia melalui lelang SBI,
jumlah
uang
beredar
diatur
agar
mencapai
target
inflasi
yang
ditetapkan, dan dari proses lelang yang mengikuti mekanisme pasar
inilah maka terbentuk suku bunga SBI.
Tingkat suku bunga mempengaruhi risiko (beta) saham, hal ini
disebabkan karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi
akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat
4
suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih
menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito,
obligasi
daripada
investasi
yang
penuh
risiko
seperti
saham
dan
sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan
cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun
sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap
saham semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham
terhadap return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003).
Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs
antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika nilai
kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin
rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hal ini akan
mempengaruhi
Permintaan
terhadap
meningkat.
investor
keputusan
Oleh
seorang
saham
karena
itu,
investor
dalam
menjadi
turun
dan
dalam
melakukan
berinvestasi.
risiko
investasi,
saham
seorang
tentu akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang
mempunyai kinerja yang baik. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa
perusahaan dapat meningkatkan kekayaaan bagi pemegang sahamnya.
Artinya,
perusahaan
berhasil
memberikan
tingkat
pengembalian
sebagaimana yang diharapkan oleh investor, yang berupa capital gain
atau deviden.
5
Tingkat
inflasi
merupakan
variabel
ekonomi
makro
paling
penting, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya
produksi
dan
tingkat
kesejahteraan.
Bahkan
satu
rezim
kabinet
pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan
mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Laju kenaikan tingkat inflasi
dipengaruhi
jumlah
uang
oleh
beberapa
beredar.
faktor,
diantaranya
Peningkatan
jumlah
adanya
uang
peningkatan
beredar
ini
di
Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa kenaikan harga migas
di luar negeri, meningkatnya bantuan luar negeri, masuknya modal
asing, khususnya investasi portofolio di pasar uang, meningkatnya
anggaran pemerintah secara mencolok, depresiasi nilai Rupiah dan
gejolak mata uang konvertibel.
Seorang pengamat ekonomi Chatib Basri (2007) menjelaskan
keterkaitan stabilitas ekonomi makro yaitu dengan harga minyak yang
tinggi
telah
menimbulkan
inflation
overhang.
Pelaku
ekonomi
menganggap, dengan harga minyak dan komoditas yang tinggi, inflasi
akan meningkat. Selain itu, akan ada tekanan yang kuat pada anggaran
kita sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar pula. Padahal,
dalam situasi pasar keuangan dunia yang bergejolak yang seperti ini,
pembiayaan dari pasar tak mudah dan biayanya mahal.
Ekspektasi
inflasi
yang
tinggi
akan
mendorong
depresiasi.
Akibatnya, rupiah akan melemah. Pelemahan rupiah yang tajam dapat
mengganggu stabilitas
makro, yakni inflasi naik dan pertumbuhan
6
ekonomi turun. Depresiasi nilai tukar memiliki dua dampak, yaitu
exchange rate pass-through, di mana dampak depresiasi nilai tukar
ditransmisikan ke berbagai produk yang diimpor (termasuk produk
makanan),
dan
ekspektasi
terhadap
depresiasi.
Keduanya
memiliki
dampaknya yang paling besar dalam inflasi di Indonesia.
Keputusan
positif
oleh
Bank
berbagai
Indonesia
menurunkan
kalangan.
Keputusan
BI
rate
ditanggapi
mempertahankan
SBI
menjadi 8% pada akhir 2007 adalah tepat. Karena ada ekspektasi yang
tinggi terhadap BI untuk terus menurunkan tingkat bunganya, bahkan
sampai jauh di bawah 8%. Padahal, di tengah situasi global yang tidak
pasti,
tekanan
inflasi
akibat
harga
minyak
mentah
dunia
yang
melambung tinggi, kendala sisi penawaran, dan masalah informasi
yang tidak simetris antara bank dan peminjam, kebijakan moneter
harus
tetap
dijaga
dengan
hati-hati.
Kehati-hatian
ini
membantu
meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter.
Untuk itu inflasi di anggap penting dalam menganalisa dan
meramalkan tingkat suku bunga selain itu faktor lainnya yaitu jumlah
uang yang beredar menurut sadono sukirno semua jenis uang yang
beredar di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari uang yang ditambah
dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar dibedakan
menjadi 2 yaitu: uang yang beredar dalam pengertian terbatas dikenal
dengan M1, dan uang yang beredar dalam pengertian luas dinamakan
likuiditas perekonomian atau M2. hal lainnya yang berkaitan dengan
7
ekonomi makro adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang di
artikan sebagai perbandingan antara mata uang suatu Negara terhadap
negara lain.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut
Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam
permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin
tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh
seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku
bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang
atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah
tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan
semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005).
Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang
signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi
depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan
permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan
ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi
lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk
membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003).
Penelitian
mengenai
pasar
modal
syariah
sebelumnya
telah
dilakukan oleh beberapa penelitian dengan obyek pasar modal syariah
dilakukan
oleh
Aruzzi
dan
Bandi
(2003)
serta
Hamzah
(2005).
8
Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan
beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan,
industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk
dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu
melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham,
baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.
Penelitian-penelitian
sebelumnya
hanya
melihat
pengaruh
variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau
beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum.
Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)
tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro
terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variablevariabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi
berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Selain itu
penelitian oleh Siti Zubaida (2006) tentang analisis pengaruh tingkat
inflasi,
perubahan
nilai
kurs
terhadap
beta
saham
syariah
pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
Penelitian
tentang
resiko
sistematik
telah
banyak
diteliti,
namun pada penelitian yang sekarang akan saya teliti yaitu ingin
menguji mengenai peran variabel-variabel ekonomi atau makro dalam
mempengaruhi risiko saham syariah (JII) dan IHSG. Berbeda dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya
adalah
kebanyakan
penelitian
9
menggunakan variabel fundamental seperti dividen, growth, leverage,
liquidity,
asset
size,
variability
in
dan
earnings
beta
akuntansi
(Gudono dan Nurhayati (2001), return on asset, rasio hutang terhadap
modal dan nilai buku saham (Natarsyah, 2000).
Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
dipaparkan,
maka
peneliti tertarik untuk meneliti
”Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan
Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan
Indeks saham Gabungan (IHSG)”
Penelitian
ini
berbeda
dari
penelitian
sebelumnya,
periode
yang diteliti yaitu tahun 2004-2008 tentunya informasi yang nantinya
akan dihasilkan akan lebih update. Adanya penambahan variabel yang
penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel suku bunga SBI
dan
kurs
mata
uang,
sedangkan
pada
penelitian
ini
ditambahkan
variabel Inflasi dan Uang yang beredar (M2). Jenis perusahaan yang
akan menjadi sample yaitu perusahaan yang konstan masuk salam
saham JII tahun 2004-2008, sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan
sample
perusahaan
manufaktur
dan
non
manufaktur.
Kemudian metode yang dipakai pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan
Path
analisis
(analisis
jalur),
sedangkan
penelitian
sebelumnya menggunakan regresi linier berganda.
10
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh
variabel makro ekonomi (uang yang beredar, kurs mata uang asing,
inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap beta saham syariah dan IHSG.
Berdasarkan
uraian
latar
belakang
diatas,
maka
rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung.
1. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara
uang yang beredar (M2), kurs, dan tingkat inflasi, terhadap suku
bunga SBI dan berapa besar total pengaruhnya?
2. Apakah terdapat pengaruh
langsung dan tidak langsung antara
uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia terhadap Beta saham syariah JII dan
berapa besar total pengaruhnya?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang
yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya?
1. Identifikasi Masalah
a. Atas
dasar
penelitian
yang
telah
dilakukan
sebelumnya,
maka
peneliti ingin mengidentifikasi variabel-veriabel mana yang akan
berpengaruh terhadap resiko sistematik saham syariah dan IHSG.
Adapun variabel-variabel yang akan digunakan yaitu :
11
1) Uang yang Beredar dalam arti luas (M2).
2) Nilai kurs mata uang yaitu kurs rupiah terhadap USD
3) Tingkat Inflasi.
4) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b. Ada tidak nya pengaruh uang yang beredar, nilai kurs, inflasi, dan
Suku Bunga SBI terhadap beta saham syariah (JII) dan IHSG
dengan pendekatan path Analysis.
2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus maka dikemukakan batasanbatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi pada saham perusahaan syariah yang konstan
masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2004-2008.
2. Periode yang diambil adalah 5 tahun dari 2004 sampai tahun 2008.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis
uang
beredar
(M2),
Kurs,
dan
Inflasi
memiliki
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap suku bunga SBI.
b. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga
SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Beta
saham syariah JII.
12
c. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI
memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap IHSG.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :
a. Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah
dan waktu investasi.
b. Pemerintah,
kebijakan
sebagai
bahan
makro
karena
masukan
dalam
faktor-faktor
membuat
makro
kebijakanmempunyai
sensitivitas terhadap resiko investasi.
c. Perusahaan,
sebagai
antisipasi
dampak
dari
perubahan-perubahan
faktor makro terhadap resiko saham secara keseluruhan.
d. Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya, sebagai sumber
referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan
penelitian selanjutnya yang sejenis, serta menambah ilmu pengetahuaan
keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi
makro dan resiko pasar modal syariah yang ada saat ini.
e. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi
ilmu
yang
telah
diperoleh
serta
mengetahui
gambaran
umum
mengenai resiko saham syariah dan aktivitas di dalamnya. Dan
menambah
pengetahuan
dan
wawasan
terutama
yang
terkait
dengan keadaan ekonomi makro yang terjadi di indonesia.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Dalam
pasar
modal
banyak
sekali
diperoleh
investor
baik
informasi
yang
informasi
pribadi.
Ada
beberapa
hal
aktivitas
perdagangan
dipasar
modal,
informasi
tersedia
yang
yang
dipublik
dapat
diantaranya
dapat
maupun
mempengaruhi
adalah
informasi
yang masuk kedalam pasar modal, informasi memegang peran yang
sangat penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para
pelaku yang ada dipasar modal sangat membutuhkan informasi yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para
investor
untuk
memilih
mengimplementasikan
portofolio
banyak
pilihan
yang
orang
efisien.
untuk
Untuk
menanamkan
modalnya dalam bentuk investasi.
Dalam
perkembangannya,
investasi
pada
efek
yang
sesuai
dengan syariah menghadapi berbagai kendala. Masih banyak orang
yang
lainnya
takut
untuk
karena
melakukan
menganggap
investasi
hal
ini
saham dan
tidak
sesuai
surat
dengan
berharga
prinsip
syariah, hal ini menandakan masih kurangnya sosialisasi mengenai
pasar
modal
dikarenakan
syariah.
adanya
Kurangnya
perdebatan
diantara
sosialissai
ulama
sedikit
mengenai
banyak
kehalalan
mekanisme transaksi dipasar modal.
14
Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis
dengan diluncurkannya indeks harga saham berdasar prinsip syariah
pada tanggal 3 juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index
(JII) yang merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM).
Saham-saham yang terdaftar terdiri dari 30 saham yang telah
lolos berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.
Akan tetapi tidak berarti saham-saham diluar JII tidak sesuai dengan
syariah
namun
JII
hanya
menampung
30
saham
dengan
kinerja
keuangan terbaik, sehingga diluar JII pun masih ada saham yang dapat
dikategorikan sebagai saham syariah diantaranya saham-saham yang
termasuk dalam Islamic Stock Selection Indeks yang diluncurkan oleh
Karim Bussines Consulting yang berisi daftar semua saham emiten di
BEI yang sesuai dengan syariah.
Pasar
modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal
keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital
market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan
dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Semantara pasar
uang atau
money market berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek
dan
merupakan
pasar
tidak
nyata.
Menurut
Husnan
(2001:3)
mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
15
B. Pasar Modal Syariah
Prinsip-prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal
konvensional.
Sejumlah
instrumen
syariah
di
pasar
modal
sudah
diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah
dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang
melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk
merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsipkan
syariah. (Heri Sudarsono, 2003:182).
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan
pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme
transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai
indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan
harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan
dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. (Tim Studi Tentang
Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, 2004).
Perkembangan
pasar
modal
syariah
di
Indonesia
dimulai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 yang
diikuti dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli tahun
16
2000 serta diterbitkannya obligasi syariah (korporasi) pada akhir 2002.
Perkembangan
instrumen
syariah
terus
mengalami
perkembangan
walaupun lambat namun pasti, terlebih era tahun 2002 sampai dengan
pertengahan tahun 2004. Instrumen syariah mengalami pertumbuhan
yang
cukup
(termasuk
2
signifikan,
reksadana
yaitu
yang
reksadana
tidak
berjumlah
aktif/bubar)
10
dan
reksadana
sebanyak
10
(sepuluh) emiten yang telah menerbitkan obligasi berbasis syariah
(Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, 2004).
C. Instrumen Pasar Modal Syariah
Pasar
modal
syariah
adalah
pasar
modal
yang
dijalankan
dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga
mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal
syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di
negara-negara
mengembangkan
lain.
pasar
Beberapa
modal
negara
yang
yang
proaktif
berprinsipkan
dalam
syariah
dan
konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya
adalah
Bahrain
Stock
di
Bahrain,
Amman
Financial
Market
di
Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan
Kuala
Lumpur Stock Exchange di Malaysia (Jurnal Auliyah
dan
Hamzah, 2006:3).
Jadi, pasar modal syariah adalah pasar modal dengan prinsip
syariah dimana setiap transaksinya harus sesuai dengan basis syariah.
17
Investasi
sektor
keuangan
syariah
harus
disertai
dengan
kegiatan
riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction).
Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal
adalah
dari
sekuritasi
aset/proyek
(asset
yang
securitisation)
merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau
penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau
merupakan
(equity
sumber
pendanaan
bagi
merupakan
securitisation),
perusahaan,
emisi
sekuritasi
surat
modal
berharga
oleh
perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah
dalam bentuk saham (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah
dalam
pasar
biasa
(common
instrumen
perdana
pasar
adalah
stock),
modal
muqaradah/mudharabah
muqaradah/mudharabah
tersebut
diperdagangkan
di
funds,
saham
Bonds.
Karena
pasar
perdana,
maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis
pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang
untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau
hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi
akan
diterima
jaminan
hasil
pemodal
yang
(shohibul
semata-mata
maal),
tidak
merupakan
boleh
fungsi
memberikan
dari
waktu
(Harahap, 2001) dalam jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).
Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa
yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam
18
hal
kehalalan
ruang
lingkup
kegiatan
usaha.
Saham
syariah
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan
subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan
pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995
sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi
penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks dalam jurnal (Auliyah
dan Hamzah, 2006:4).
Penyaringan
Syariah
Nasional
secara
No.
syariah
20
tentang
yang
difatwakan
Pedoman
oleh
Pelaksanaan
Dewan
Investasi
untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi
pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan
kapitalisasi
pasar
harian
rata-rata
selama
satu
tahun.
Dari
kedua
penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam
daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih
yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3
bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi
pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60
saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian
sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan
setiap 6 bulan sekali (Huda dan Edwin Nasution, 2007:56).
19
Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip
dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren
(indeks) suatu efek dapat diperjual belikan akan tetapi hasil yang
diperoleh
dari
efek
diperjual
belikan,
tersebut
karena
berupa
pada
kupon
transaksi
atau
deviden
murabahah
dilarang
tidak
boleh
menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument
pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham
istimewa), forward contract, option. Hadist Rasulullah SAW berikut
dapat menjadi rujukan dalam bertransaksi derivatif:
“Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi ada diantara
keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh
kebanyakan orang, barang siapa berhati-hat terhadap hal-hal yang
maragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya, tetapi
barang siapa mengikutihal-hal meragukan berarti terjerumus kepada
yang haram, seperti seorang gembala yang mengembalakan binatangnya
disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang itu memakan
rumput disitu. Setiap penguasa mempunyai peraturan-peraturan yang
tidak boleh dilarang, an Allah melarang segala sesuatu yang dinyatakan
haram” (HR. Bukhari dan Muslim)
D. Fungsi Pasar Modal Syariah
Menurut metwally dalam buku pasar modal syariah oleh Huda
dan Edwin Nasution (2007:75) fungsi dari pasar modal syariah adalah:
1. Memungkinkan
bagi
masyarakat
berpartisipasi
dalam
kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian keuntungan resikonya.
2. Memungkinkan
para
pemegang
saham
menjual
sahamnya
guna
mendapatkan likuiditas.
20
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan pasar modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan
ciri umum pada pasar modal
konvesional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis.
E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Dalam
melakukan
investasi
ada
dua
faktor
yang
paling
dipertimbangkan, yaitu pengembalian/hasil yang diharapkan dan risiko
investasi. Pengembalian (return) merupakan laba atas suatu sekuritas
atau investasi modal (Downes dan Goodman, 1991:479) dalam Jurnal
Siti Zubaidah (2004:3).
1. Return
Dalam Warsono (2001:75). Risiko adalah kemungkinan yang
dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai.
Saham
biasa
merupakan
sekuritas
teraktif
yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Sekuritas ini merupakan
bentuk
modal
sendiri
yang
mempunyai
lima
karakteristik,
yaitu
(Warsono, 2001:276):
a. Tagihan terhadap pendapatan
b. Tagihan terhadap aset
21
c. Hak suara
d. Hak didahulukan
e. Tanggung jawab terbatas.
Dalam pengambilan keputusan investasi pada saham, investor
berkepentingan
Untuk
dengan
kepentingan
ini,
informasi
tentang
penggunaan
perubahan
angka
indeks
harga
pasar
saham.
menjadi
penting, misalnya angka indeks harga saham gabungan. Indeks pasar
mempunyai penggunaan penting, baik dari sisi teori maupun praktis.
Di pasar modal Indonesia ada beberapa macam indeks pasar, yaitu
IHSG, indeks LQ 45, dan indeks sektoral. Perhitungan angka-angka
indeks ini menggunakan angka indeks Paasche. Setiap bursa efek di
dunia mempunyai angka indeks yang khas (Jurnal Siti Zubaidah, 2004).
Dalam
konteks
manajemen
investasi,
pengembalian
atas
investasi (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.
Return ini dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang
(Jogiyanto, 2000 dalam Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007:4).
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return ini
dihitung berdasarkan data historis. Biasanya reutrn realisasi digunakan
sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Sumber-sumber return
yaitu yield dan capital gain (loss), Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007
.
22
Menurut Charles P. Jones 2004,
Yield the basic component that usually comes to mind when
discussing investing returns is the periodic cash flows (or income)
on the investment, either interest or dividends. The distinguishing
feature of these payments it. That the issuer makes the payments
in cash to the holder of the asset.
Capital gain (loss), this component is the appreciation
(or depreciation) in the price of the asset, commonly called the
capital gain (loss). We will refer to it simply as the price
change. In the case of along position it is the difference between
the purchase price and the price at which the asset can be, or is,
sold : for a short position it is the difference between the sale
price and subsequent price at which the sort position is closed
out, in either case, again or aloss can occur.
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran
kas
atau
pendapatan
yang
diperoleh
secara
periodik
dari
suatu
investasi. Jadi nilainya bisa 0 atau (+). Capital gain (loss) merupakan
kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberi
keuntungan (kerugian) bagi investor. Jadi nilainya bisa (-), 0 atau (+).
Secara matematis return total suatu investasi adalah:
Return total = yield + capital gain (loss)
Return ekspektasi secara sederhana adalah rata-rata tertimbang
dari berbagai return historis atau return realisasi (Abdul Halim, 2005).
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi return
ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.
Return
ekspektasi
dapat
diestimasi
dengan
menggunakan
return-return historis.
23
2. Resiko Saham
Tujuan
sebagai
berinvestasi
konsekuensinya
investasi
tingkat
investor
yang
resiko
harus
berani
dilakukannya.
suatu
investasi
yaitu
mendapatkan
menanggung
Investor
sebagai
perlu
dasar
return
resiko
dan
atas
mempertimbangkan
pembuatan
keputusan
investasi (Haryanto dan Riyatno, 2007:27).
Menurut
Bodie
dkk
(2006:223)
resiko
adalah
kemungkinan
mendapatkan imbal hasil yang rendah atau bahkan rugi yang bisa
menghalangi kita untuk mencapai tujuan.
Menurut
Husnan
(2001:161)
analisis
investasi
modern
membagi resiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan
resiko tidak sistematis.
Sharpe (dalam Fabozzi : 1999 : 96) mendefinisikan risiko
sistematis
sebagai
bagian
dari
perubahan
aktiva
yang
dapat
dihubungkan kepada faktor umum. Risiko sistematis terkadang disebut
juga risiko pasar atau risiko tidak dapat dibagi. Risiko sistematik
merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu
protofolio
melalui
diversifikasi
sejumlah
besar
aktiva yang dipilih
secara acak. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari
kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat
didiversifikasi.
Sharpe
dapat
mendefinisikan
didiversifikasi
sebagai
sebagian
dari
perubahan
risiko
tidak
sistematis.
aktiva
Risiko
yang
ini
24
terkadang disebut juga risiko dapat didiversifikasi, risiko unik, risiko
residual atau risiko khusus perusahaan. Risiko ini merupakan risiko
yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum
atau
bencana
alam
Sebagai
contoh
risiko
ini
adalah
kecelakaan
kimiawi pada pabrik Union Carbide di Bhopal India pada bulan
Desember
1984
dan
peristiwa
kecacatan
produk
kapsul
Tylenol
(diproduksi oleh Johnson & Johnson) pada bulan Oktober 1982. Kedua
peristiwa yang sebelumnya tidak dapat diramalkan memiliki pengaruh
negatif terhadap harga saham kedua perusahaan (Siti Zubaidah, 2004:4).
Tujuan
(motivasi)
investor
berinvestasi
yaitu
mendapatkan
return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan
tingkat
risiko
suatu
investasi
sebagai
dasar
pembuatan
keputusan
investasi.
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual
yang
diterima
kemungkinan
dengan
perbedaan
return
artinya
yang
diharapkan.
semakin
besar
Semakin
risiko
besar
investasi
tersebut. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto
(2000) mendefiniskan risiko sebagai variabilitas return terhadap return
yang diharapkan. Jadi untuk menghitung risiko yang digunakan adalah
deviasi standar dari penyimpangan return yang sudah terjadi dengan
return ekspektasi.
25
Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Investor
penghindar
resiko
akan
bersedia
mempertimbangkan
prospek
yang
bebas resiko, atau premi resikonya positif. Investor penghindar resiko
menurut tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio beresiko
pada persentase pasti (meminta imbal hasil yang diharapkan) untuk
mengompensasi resiko yang melekat. Semakin besar resiko, semakin
besar tuntutan kompensasi. (Boedie Kane Marcus, 2006:219).
Gambar 2.1
Risiko sistematis & tidak sistematis
Resiko
Resiko total
Resiko Tidak Sistematis
------------------------------------------------Resiko Sistematis
Jumlah Saham
Sumber :William F.Sharpe dkk, 2005
26
Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko
suatu investasi (Tandelilin, 2001).
1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi
variabilitas
return
suatu
investasi.
Jika
suku
bunga
meningkat,
maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku
bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga
(misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan
berpindah dari saham ke deposito.
2. Risiko
Fluktuasi
pasar.
pasar
secara
keseluruhan
dapat
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar
biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara
keseluruhan.
Perubahan
pasar
diperngaruhi
oleh
faktor
seperti
resesi ekonomi, kerusuhanm, atau perubahan politik (pemilu).
3. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli
rupiah
yang
biasanya
diinvestasikan.
menuntut
Jika
inflasi
tambahan
premium
meningkat,
investor
inflasi
untuk
mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.
4. Risiko
bisnis.
Risiko
bisnis
adalah
risiko
dalam
menjalankan
bisnis suatu jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan
dipengaruhi oleh karakteistik industri tekstil.
5. Risiko
finansial.
perusahaan
untuk
modalnya.
Semakin
Risiko
ini
menggunakan
besar
berkaitan
utang
proporsi
utang
dengan
dalam
yang
keputusan
pembiayaan
digunakan
27
perusahaan,
semakin
besar
risiko
finansial
yang
dihadapi
perusahaan.
6. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan seuatu
sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar
sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko
likuiditas yang dihadapi perusahaan.
7. Risiko
nilai
tukar
mata
uang.
Risiko
ini
berkaitan
dengan
fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Istilahnya currency risk atau exchange rate risk.
8. Risiko
negara.
Risikoini
sering
disebut
risiko
politik,
karena
sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi
perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan
ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko
Konsep mengenai hubungan pengembalian dan risiko ini dapat
diilustrasikan pada contoh dua investasi, katakan investasi A dan B.
Antara investasi pada A dan B mempunyai sifat yang berbeda.
Investasi A, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang besar, tetapi
jika gagal, akan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sebaliknya,
investasi B, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang relatif kecil,
28
tetapi jika gagal akan menyebabkan kerugian yang relatif kecil juga.
(Fachmi Basyaib, 2007:111-112).
Investasi
A
dikatakan
mempunyai
risiko
yang
besar,
sedangkan investasi mempunyai risiko yang kecil. Dalam investasi,
pengembalian yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi. Dengan
sifat
hubungan
antara
pengembalian
dengan
risiko
seperti
diatas,
keputusan investasi dari para investor, apakah akan memilih investasi
yang berisiko atau tidak, tergantung pada bagaimana preferensinya
dalam menghadapi risiko. (Fachmi Basyaib, 2007:112).
Sifat
hubungan
antara
pengembalian
dan
risiko
investasi
adalah bahwa semakin tinggi risiko pengembalian yang diharapkan
dari suatu investasi, akan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung.
Berkaitan dengan sifat ini, investasi yang akan dipilih oleh investor
tergantung
pada
preferensinya
dalam
menghadapi
risiko.
Ukuran
pengembalian yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi pada umumnya adalah pengembalian rata-rata, yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan risiko yang digunakan
dalam konteks ini adalah risiko total dengan ukuran varian atau
deviasi standar.
Pada aset tunggal, pengembalian dan risiko dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Pengembalian dan risiko historis
2. Pengembalian dan risiko yang diharapkan
29
Perbedaan keduanya menyangkut orientasi dalam pengambilan
keputusan. Perhitungan pengembalian dan risiko historis melibatkan
rentang waktu tertentu dan digunakan sebagai penyebut untuk mencari
rata-ratanya.
menggunakan
secara
Sedangkan
dasar
subjektif
menggunakan
pengembalian
probabilitas
oleh
koefisien
kejadian
risiko
tertentu,
investor.
Ukuran
variasi,
terutama
risiko
untuk
diharapkan
yang
diestimasi
alternatif,
dapat
investasi
yang
mempunyai karakteristik berbeda.
1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah
Jones (2004) menyatakan bahwa beta adalah ukuran risiko
sistematis dari suatu sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total
dan tidak bisa dikurangi atau dihilangkan dengan diversifikasi. Beta
adalah ukuran relatif dari risiko saham individu terhadap portofolio
saham keseluruhan. Jika return sekuritas bergerak lebih cepat dari
pada
return
sekuritas
pasar
tersebut
karena
adanya
dikatakan
perubahan
memiliki
pasar,
volalitas
maka
return
(fluktuasi
return
saham) yang lebih besar dari pada return pasar. Sedangkan Husnan
(2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari
hubungan antara tingkat keuntungan suatu saaham dengan pasar.
Risiko
sistematis
saham
adalah
beta
saham.
Beta
saham
dihitung dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks
tunggal. Persamaan regrgesinya adalah:
Ri = ai + i . RM + ei
30
Keterangan:
Ri
= return saham perusahaan
RM = return pasar (IHSG)
ai
i
ei
= konstanta
= beta
= residual
Adapun penghitungan beta disini dicari dengan menggunakan
CAPM, yaitu suatu model yang menghubungkan tinggkat return yang
diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar
seimbang.
CAPM
digunakan
secara
luas
dalam literatur
keuangan
untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan pemegang saham
dari
aset
tertentu
berdasarkan
kontribusinya
bagi
risiko
portofolio
secara keseluruhan. ((Fachmi Basyaib, 2007:116).
E(ri) = rf +
(rm – rf)
Beta saham merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva
atau suatu portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian
aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu, beta
suatu aktiva atau portofolio aktiva dapat secara langsung dibandingkan
dengan beta aktiva atau portofolio aktiva lainnya. Beta teoritis dari
CAPM didefinisikan sebagai alat ukur kovarians diharapkan suatu
aktiva
dengan
Masalah
yang
portofolio
paling
pasar
serius
yang
dihadapi
terdiversifikasi
dalam
dengan
baik.
memperkirakan
beta
saham adalah bahwa beta bersifat tidak stabil, yaitu koefisien beta
seringkali
mengalami
perubahan.
Sedikitnya
terdapat
dua
penyebab
31
ketidakstabilan
biasanya
beta.
berhubungan
Pertama
adalah
kesalahan
dengan
jangka
waktu
perkiraan
dimana
statistik,
pengembalian
diukur (harian, bulanan, atau tiga bulanan).
Menurut Ross (2005 : 285)
R
=
Expected
Return on
A security
Rf
Riskfree rate
x
+
Beta of
the security
(Rm – Rf)
Difference between
expected return
on market and
Risk-free rate
This formula, wich is called the capital asset pricing model (or
CAPM for short), implies that the return on a security is linearly
related to its beta. Sine the average return on the market has been
higher than the average risk-free rate over long periods of time, Rm-Rf
is presumably positive. Thus, the formula implies that the expected
return on a security is positively related to its beta.
Jadi,
financial
economists
bisa
diringkas
dengan
melihat
hubungan diantara expected return dan beta. Maksudnya, dibawah
kondisi normal hubungan expected return dan beta bisa dilihat dengan
menggunakan rumus CAPM diatas. Rata-rata dari return market lebih
besar dari risk free pada suatu periode, maka Rm-Rf positif
Menurut Jones (2004),
”Systematic risk as is shown in part two on portfolio management
an investor can construct adiversified portfolio and eliminate part f
the total risk. The diversiviable or on market part. What is left is
the diversiviable portion or the market risk variabilityin a
securities total return that is directly associated with overall
movements in the general market or economy”.
Jadi, resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang
relatif terhadap resiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu
sekuritas
adalah
kuantitatif
yang
mengukur
sensitivitas
keuntungan
32
dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar.
Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang
tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.
2. Suku bunga SBI
Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa
kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting
diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2005:157)
Interest
rate
atau
tingkat
bunga
adalah
harga
pasar
yang
mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan
hasil tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)
Sertifikat
dikeluarkan
oleh
Bank
Bank
Indonesia
Indonesia,
adalah
SBI
surat
diterbitkan
berharga
yang
oleh
lebih
BI
ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali
pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan
jaminan keamanan yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian
tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari
treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah.
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga
yang
ditentukan
oleh
Bank
Indonesia
selaku
penguasa
moneter
melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga
sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.
Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya
volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya
33
berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan
yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat
jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi
semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik.
3. Kurs mata uang asing
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang
diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan
yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs
memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai
negara kedalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40)
Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu
negara untuk membeli atau menjual mata uang asing (Todaro dan
Smith, 2004:75)
Menurut Gugup Kismono (2001:47) nilai tukar atau exchange
rate diartikan mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata
uang negara lain. Kurs mata uang suatu negara mengalami devaluasi
atau revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai mata uang negara lain
apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,
nilai tukar mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing.
Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain
apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik dengan kata lian,
nilaia tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.
34
Nilai tukar (Exchange rate) atau kurs adalah harga relatif mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu 2004:6)
Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga
saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah
pendekatan
pasar
barang.
perubahan pada kurs
Pendekatan
ini
menyatakan
bahwa
akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu
perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi
maka
biaya
bahan
baku
yang
menggunakan
produk
impor
atau
memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan
biaya
produksi
sehingga
meningkat
akan
sehingga
menyebabkan
laba
tingkat
perusahaan
deviden
yang
menurun
dibagikan
berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan
atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar
turun.
Pendekatan
yang
kedua
adalah
pendekatan
keseimbangan
portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan
perubahan pada nilai tukar kenaikan harga harga saham disuatu bursa
akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan
akan
mata
uang
domestik,
akibatnya
nilai
tukar
domestik
akan
terapresiasi (Reny Maharani, 2005).
4. Tingkat Inflasi
Menurut
Abimanyu
(2004:12)
inflasi
adalah
kecenderungan
kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara
terus menerus.
35
Inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam
periode waktu tertentu. Inflasi dapat di anggap sebagai fenomena moneter
karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu
komoditas (Adiwarman Karim, 2002:63).
Inflasi
merupakan
ukuran
ekonomi
yang
digunakan
untuk
menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang
diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelin, 2001:21).
Sedangkan menurut Iskandar Putong (2002:254) inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Menurut
sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu sebagai berikut :
a. Inflasi Merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah
kurang dari 10%.
b. Inflasi Menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup
besar diantara 30%-50%.
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar
diatas 100%.
Sedangkan
berdasarkan
penyebabnya
inflasi
dibedakan
disebabkan
kenaikan
menjadi dua macam (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14).
a. Demand
full
inflation,
inflasi
yang
permintaan barang dan jasa.
b. Cost-push inflation, inflasi yang disebabkan penurunan penawaran
barang dan jasa.
36
Menurut Iskandar Putong (2002:255) Formula yang digunakan
untuk menghitung tingkat inflasi adalah:
1. In =
IHK n − IHK n -1
100%
IHK n -1
2. In =
Df n − Df n -1
100%
Df n -1
Keterangan:
In
: Inflasi
IHKn
: Indeks harga konsumen tahun dasar
IHKn-1
: Indeks harga konsumen pada tahun berikutnya
Dfn
: GNP atau PDB deflator tahun tahun dasar
Dfn-1
: GNP atau PDB deflator tahun berikutnya
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian. Akan tetapi, sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu
cara
untuk
menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya.
5. Uang yang Beredar
Menurut iskandar Putong (2007:401) uang beredar adalah keseluruhan
jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang
37
kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito), biasanya
uang didefinisikan:
a. M1 adalah berupa uang kartal + uang giral.
b. M2 adalah M1 + uang kuasi (tabungan, deposito).
c. M3 adalah M2 + sertifikat deposito.
M1 yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat
cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah)
M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah.
Untuk menjadi uang deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan
jika dijakan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena
denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena terkena
denda (Nopirin, 1994)
M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang
dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran seharihari (Boediono, 2000)
M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi.
Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta
reening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan
oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2
bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat
belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif
penyimpanan dana lain dalam bentuk rerksadana yang menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring
38
dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang
memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan
peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh
naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun
valas (Reny maharani, 2005).
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah
jual beli surat berharga, sehingga tingkat bunga akan turun, pada saat tingkat
bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan
menurun pula (Monetary Portfolio hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana
akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena
penurunan tingkat bunga kan menurunkan biaya produksi sehingga
pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan
investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan
meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang beredar akan membawa
peningkatan pada harga saham (Reny Maharani, 2005).
G. Penelitian Terdahulu
Adapun
pendapat
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya
yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah:
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko
sistematik telah dilakukan oleh M. Iqbal Aruzzi dan Bandi (2003), hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel fundamental (tingkat profitabilitas
39
dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak
berpengaru secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index).
Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin
(1997) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi,
tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik (beta saham).
Selain itu oleh Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan, dan Imelda
Wijiyanti tentang analisis faktor Fundamental dan risiko sistematik terhadap
harga saham properti di BEJ (2003) hasil penelitian menunjukkan hanya
faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara
parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh.
Dan penelitian tentang pengaruh suku bunga SBI dan nilai kurs
terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ yang menghasilkan
sebuah penelitian bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan resiko
sistematis saham adalah negative
Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)
tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap
return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-variabel
karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara
signifikan terhadap beta saham syariah.
40
H. Kerangka Pemikiran
Variabel
makro
sangat
mempengaruhi
keputusan
investasi
yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter
dimana indikator ekonomi makro menunjukkan tren penurunan atau
perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Setiap sekuritas
mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan
salah
satu
sekuritas
yang
mempunyai
yang
tinggi
dibandingkan
dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan
berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka
selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus
mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu
pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil
risiko.
Berdasarkan acuan tersebut maka peneliti akan menganalisis
pengaruh tingkat suku bunga SBI, nilai kurs mata uang, tingkat inflasi,
dan uang yang beredar terhadap resiko sistematis (Beta) saham syariah
yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan menggunakan
analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934
(Loehlin:1992) dengan tujuan untuk menerangkan akibat langsung dan
tidak
langsung
seperangkat
variabel,
sebagai
variabel
independen
terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh langsung dan tidak
langsung
secara relatif
dinyatakan oleh
besaran numerik koefisien
jalur (path analysis)
41
Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs,
Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham
Syariah yang Terdaftar di JII
1
M2 (x1)
Kurs (x2)
Inflasi (x3)
2
JII (y1)
SBI (x4)
IHSG (y2)
3
I. Perumusan Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua
variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris,
pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.
42
3. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara simultan.
4. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara parsial.
5. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
simultan.
6. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial.
43
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
penjelasan
(Explanatory
research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang
menyoroti pengaruh antara variable mempengaruhi (independen) dan
variable dipengaruhi (dependen).
Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel makro ekonomi
yang terdiri dari:
1. Uang yang beredar dalam arti luas (M2)
2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
3. Inflasi
4. Suku bunga SBI
5. Beta saham syariah JII
6. IHSG
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah saham emiten yang terdaftar
di
Jakarta
Islamic
Indeks.
Sedangkan
teknik
dalam
pengambilan
sampel dilakukan secara time series (waktu).
44
1. Saham emiten yang halal berdasarkan syariah islam, kehalalan
suatu
saham
di
sahkan
oleh
dewan
pengawas
syariah
dari
Danareksa Investment Management.
2. Terdaftar
di
Jakarta
Islamic
Index
dan
konstan
selama
periode
2004
sampai
(JII),
periode 2004-2008.
3. Menerbitkan
laporan
keuangan
selama
dengan 2008.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode
yang
digunakan
dalam
pengumpulan
data
untuk
melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut:
1. Field Reseach
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang
berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti pusat referensi pasar
modal di Bursa Efek Indonesia.
2. Library Reseach
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang
diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti seebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
45
3. Internet Reseach
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up
to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet
sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk
menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun
terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat di
estimasi secara simultan. Selain itu variabel dependen pada suatu
hubungan yang sudah ada, akan menjadi variabel independent pada
hubungan selanjutnya.
1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu:
a. Variabel Endogen
Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen
dalam penelitian yaitu (JII), dan (IHSG).
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu: JII (Y1), dan IHSG (Y2),
Uang beredar dalam arti luas (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), dan Suku
bunga SBI (X4).
46
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Menurut Burhan Bungin (2008:225) Uji jalur (path) adalah alat
analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap
hubungan antara variabel X dan Y.
Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada
tahun 1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin
berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya
adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang
merupakan variabel akibat. (Abdurahman, 2007:121).
Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis
ingin mengetahui pengaruh uang yang beredar (M2), kurs, inflasi dan
Suku Bunga SBI terhadap Beta saham (JII) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat
hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa
melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak
langsung dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya.
Langkah pertama dalam analisis jalur adalah dengan merancang
paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep dan teori. Rancangan ini
biasanya memerlukan telaah literatur yang relatif panjang dan dilakuakn
secara hati-hati berdasarkan masalah penelitian yang akan dicarikan
jawabannya dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Paradigma penelitian
kemudian dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural berikut:
47
Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py 1
a. X4 = X4 X1 + X4 X2 + X4 X3 + 1
Subtruktur 1
b. Y1 = Y1 X1 + Y1 X4 + X4 X2 + X4 X3 + 2
Subtruktur 2
c. Y2 = Y2 X3 + Y2 X4 + X4 X2 + Y2 Y1 + Y1 X1 + 3 Subtruktur 3
Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, dan X3 merupakan
variabel eksogen, dan 1 sebagai variabel residu. Persamaan kedua X1, X4,
X2, X3 merupakan variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan 2
sebagai variabel residu. Persamaan ketiga X3, X4, X2, X1 merupakan variabel
eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel endogen, dan 3 sebagai variabel residu.
Nilai
(epsilon) dalam persamaan struktural tersebut adalah variabel residu
(residua’ variabel) atau kesalahan pengganggu (disturbance error).
Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi
yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair,
Anderson, Tatham dan Black, 1998) adalah:
a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier
secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen
adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau
pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi
Cobb-Douglas (Y = a K L )
b. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. Artinya, sistem aliran
adalah dalam bentuk kausal satu arah. Sedangkan model yang
mengandung kausal resiprokal (dua arah) tidak dapat dilakukan analisis
48
melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai i saling
bebas, dan antara i juga dengan X1 juga saling bebas.
c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian
berlaku juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih
dulu menjadi skala minimal skala skala ukur interval.
d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa
instrumen pengukurannya harus valid dan realible.
e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan
konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang
peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan
penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara
mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan
suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan.
Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan
koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan
anak panah satu arah menggunakan regresi variabel yang dibakukan secara
parsial pada masing-masing persamaan. Dari persamaan ini diperoleh
koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh secara keseluruhan. Perhitungan koefisien jalur dapat dilakukan
dengan langkah berikut:
49
a. Menghitung matriks korelasi antar variabel dengan rumus:
1 rx1x2 rx1x3 ... rx1xi
1
rx2x3 ... rx2xi
R=
1
... rx3xi
1
...
1
b. Menghitung matriks invers R1 -1
C11
C12
C 22
R 1-1 =
C13
C 23
... C1n
... C 2n
C 33
... C 3n
... C 4n
C mn
Menghitung semua koefisien jalur
Py1 x1
Py 2 x 2
C11
C12
C13
...
C1n
ry1 x1
C 22
C 23
...
C 2n
ry 2 x 2
C 33
...
C 3n × ry 2 x3
...
C 4n
Py 3 x 3 =
...
Py n x n
...
C mn
ry n x n
c. Menghitung koefisien determinasi total antara X1, X2, ...Xn dengan Y,
misalnya dengan rumus:
ry1 x1
ry 2 x2
R2y(x1,x2,...xi) = ( yx1, yx2, ..., xnxr) ry 2 x3
...
ry n xn
Koefisien jalur sama dengan 1 - R 2 y (x1, x2, ..., xn)
50
Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers
dan matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan.
Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit
dihitung secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS,
Amos dan Lisrel dapat membantu untuk menghitung angka korelasi
maupun pengaruh antar variabel yang dianalisis.
Langakah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak
nya model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang
melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua
indikator tentang valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total
dan terpenuhinya teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang
dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:
Rm2 = 1 –
1
2
2
2
...
2
n
Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam
koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan
untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka
terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara
menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna
atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu
menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.
Langkah terakhir dalah dengan melakukan interpretasi atas hasil
analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa
51
besarnya pengaruh langsung dan tidak lansung antar variabel. Variabel mana
saja yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh yang paling
besar atau pengaruh yang paling kuat terhadap variabel endogen yang
dikonfirmasikan. Bila perlu menyusun model lain yang sesuai dengan hasil
analisis tersebut.
3. Uji Signifikansi Koefisien jalur (t-test)
Uji
statistik-t
pada
dasarnya
menunjukkan
seberapa
jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam
menerangkan variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001: 97).
Hipotesis:
1. H0 : Koefisien jalur tidak signifikan
2. H1 : Koefisien jalur signifikan
Pengambilan
keputusan
berdasarkan
perbandingan
t-hitung
dengan t-tabel:
1. Jika t hitung > t-tabel, atau t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak dan
H1 diterima
2. Jika t hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan:
1.
Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini
beerarti
bahwa
suatu
variabel
independen
tidak
berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen.
52
2.
Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti
bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat kekurangan, bahwa pencarian beta
saham syariah JII dengan menggunakan CAPM kurang tepat, sehingga
hasil
yang
dikarenakan
di
dapat
adanya
berbeda
keterbatasan
dengan
perolehan
substansi
data.
teori.
Maka
Hal
ini
diharapkan
untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage
Pricing Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.
53
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Indeks (JII)
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Pasar Modal Syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret
2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara BAPEPAM dengan
Dewan
Syariah
Nasional-
Majelis
ulama
Indonesia,
maka
dalam
perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar
modal Indonesia terus meningkat.
Walau secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Dana Reksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama
dengan PT. Danareksa Investment management meluncurkan Jakarta Islamic
Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang
ingin memanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut,
maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan
sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah.
54
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal
terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada
awal September 2002. instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004,
terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal
dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul
instrumen baru yaitu Reksa Dana Indek dimana indeks yang dijadikan sebagai
underlying adalah Indeks JII.
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM)
meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu
Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok
ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan
basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.
Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam
perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan
(kecuali termasuk dalam10 kapitalisasi besar).
55
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal
sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus
menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
Perhitungan
JII
dilakukan
oleh
Bursa
Efek
Jakarta
dengan
menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek
Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment)
akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi.
Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index
(JII) untuk periode Januari 2008 - Juni 2008 sesuai Pengumuman BEI
No. Peng-032/BEI.PSH/U/01-2008. Jakarta Islamic Index adalah daftar
saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia
yang dalam operasionalnya dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam atau
sesuai Syariah.
56
Tabel 4.0
Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index
Tahun 2004 sampai 2008
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jan 04-Jun
04
ANTM
AALI
ASGR
AUTO
BRPT
BLTA
BUMI
CTRA
DNKS
DYNA
EPMT
GJTL
INTP
INAF
INDF
ISAT
INCO
KLBF
KAEF
LMAS
MEDC
SMCB
SMGR
SMRA
PTBA
TLKM
TSPC
TINS
UNVR
UNTR
Jul 04-Des
04
ANTM
AALI
ASGR
BNBR
BRPT
BUMI
CTRA
DNKS
EPMT
GJTL
INTP
INDF
ISAT
INCO
KLBF
KIJA
LMAS
MLPL
PGAS
LSIP
SMCB
SMGR
SMRA
PTBA
TLKM
TSPC
TINS
TRST
UNVR
UNTR
Jan 05-Jun
05
AALI
ADHI
ANTM
BNBR
BRPT
BUMI
CTRS
ENRG
GJTL
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KIJA
KLBF
LMAS
LSIP
MEDC
MLPL
PGAS
PTBA
SMCB
SMGR
TINS
TKIM
TLKM
TSPC
UNTR
UNVR
Jul 05-Des
05
AALI
ADHI
ANTM
ASII
BLTA
BNBR
BRPT
BUMI
CMNP
CTRS
ENRG
GJTL
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KIJA
KLBF
LSIP
MEDC
PGAS
PTBA
SMCB
SMRA
TINS
TKIM
TLKM
UNTR
UNVR
Jan 06-Jun
06
AALI
ADHI
ANTM
ASII
BLTA
BNBR
BUMI
CMNP
DOID
ENRG
GJTL
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KIJA
KLBF
LSIP
MEDC
PGAS
PLAS
PTBA
SMCB
SMRA
TKIM
TLKM
UNSP
UNTR
UNVR
Jul 06-Des
06
ADHI
ANTM
ASII
BLTA
BNBR
BTEL
BUMI
CTRA
CTRS
ENRG
GJTL
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KIJA
KLBF
LPKR
LSIP
MEDC
PGAS
PLAS
PTBA
SMCB
TKIM
TLKM
UNSP
UNTR
UNVR
Sumber: Bursa Efek Indonesia
57
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jan 07-Jun
07
AALI
ADHI
ANTM
ASII
BLTA
BNBR
BTEL
BUMI
CMNP
CTRA
CTRS
GJTL
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KLBF
LPKR
LSIP
MEDC
PGAS
PTBA
SMCB
SULI
TLKM
TOTL
UNSP
UNTR
UNVR
Jul 07-Des
07
AALI
ANTM
APEX
ASII
BLTA
BNBR
BTEL
BUMI
CPRO
CTRA
FREN
INCO
INDF
INKP
INTP
ISAT
KLBF
LPKR
LSIP
MEDC
PGAS
PTBA
SMAR
SMCB
SMGR
TINS
TLKM
TRUB
UNTR
UNVR
Jan 08-Jun
08
AALI
ANTAM
APEX
BMTR
BNBR
BTEL
BUMI
CMNP
CTRA
ELTY
FREN
HITS
INCO
INTP
JRPT
KIJA
KLBF
MPPA
PLIN
PTBA
RALS
SMAR
SMGR
SMRA
TINS
TLKM
TRUB
TSPC
UNTR
UNVR
Jul 08-Des
08
BUMI
ANTM
TLKM
PTBA
ELTY
UNSP
INCO
TINS
ITMG
UNTR
AALI
SGRO
LSIP
TRUB
ELSA
KIJA
SMGR
LPKR
CTRA
MNCN
KLBF
CTRP
WIKA
UNVR
BISI
BKSL
INTP
ASRI
BMTR
TOTL
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan JII yang Konstan
Mulai Tahun 2004-2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kode
ANTM
BUMI
INTP
INCO
KLBF
PTBA
TLKM
UNVR
UNTR
Nama Saham
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Bumi Resources Tbk
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
International Nickel Ind. Tbk
Kalbe Farma Tbk
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Unilever Indonesia Tbk
United Tractors Tbk
58
2. Indeks Harga Saham
Menurut Sudarsono (2004:191) Indeks harga saham merupakan
indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di Pasar
Modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Sebagai indikator trend saham.
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan startegi pasif.
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Indeks harga saham memberikan informasi yang lebih lengkap kepada
masyarakat mengenai indikator pergerakan harga-harga saham, sehingga
mempermudah masyarakat dalam mengambil keputusan investasi.
Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki 5 macam indeks harga saham :
1) Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua saham
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2) Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor.
3) Indeks LQ45, menggunakan semua saham yang masuk dalam masingmasing sektor.
4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam
kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid.
5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
59
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
Microsoft Excel Windows 2003 dan SPSS 17.0 untuk mempercepat perolehan
hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel yang diteliti yakni variabel
independen (variabel bebas) Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar AS, Tingkat Inflasi, Uang beredar dalam arti luas (M2), dan yang
menjadi variabel dependennya (variabel terikat) adalah Beta saham JII dan
IHSG. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Uang beredar dalam arti luas /M2 (Variabel Independen)
Tabel 4.2
Uang beredar (M2)
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2004
947277
935745
935247
930831
952961
975166
975091
980223
986806
995935
1000338
1033527
2005
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
2006
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382074
2007
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
1472952
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
2008
1588962
1596090
1586795
1608874
1636383
1699480
1679020
1675431
1768250
1802932
1841163
1883851
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.2dapat di ketahui bahwa rata-rata jumlah uang
beredar dalam arti luas (M2) mempunyai rata-rata tertinggi di tahun 2008 dan
rata-rata terendah berada di tahun 2004, dimana nilai tertinggi berada pada
bulan Desember 2008 yaitu sebesar 1.883.851 dan nilai rata-rata terendah
berada pada bulan April 2004 yaitu sebesar 930.831.
60
Peningkatan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) diperkirakan
karena meningkatnya jumlah uang yang beredar (M1) juga peningkatan dari
uang kuasi yang terutama disebabkan peningkatan pada komponen deposito
dan tabungan dalam rupiah. Sedangkan perlambatan pada M2 diperkirakan
karena lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnyaintermediasi
perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain seperti
Reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan lebih baik, dan
menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tinggkat
bunga.
b. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (variabel independen)
Tabel 4.3
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2004
8441
8447
8587
8661
9210
9415
9168
9328
9170
9090
9018
9290
2005
9165
9260
9480
9570
9495
9713
9819
10240
10310
10090
10035
9830
2006
9230
9075
8775
9220
9300
9070
9100
9235
9110
9165
9020
9230
2007
9090
9160
9118
9083
8828
9054
9186
9410
9137
9103
9376
9419
2008
9304
9051
9217
9234
9318
9225
9118
9153
9378
10995
12151
10950
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar AS tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu 10995,
sedangkan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2004 yaitu 8441.
61
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS menunjukkan keadaan yang
cukup stabil sepanjang periode 2004 hingga 2008 walaupun pada bulan
November 2008 naik hingga kurs mencapai 12.151 hal tersebut menandakan
yang semula stabil /perekonomian kondusif menjadi tidak stabil.
c. Tingkat Inflasi di Indonesia (Variabel Independen)
Tabel 4.4
Tingkat Inflasi di Indonesia
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2004
0.0053
0.0057
0.0052
0.0052
0.0056
0.006
0.0057
0.0054
0.0049
0.0043
0.0038
0.004
2005
0.0142
0.0153
0.0149
0.0075
0.0069
0.0065
0.0062
0.0062
0.0068
0.0073
0.0059
0.0061
2006
0.0055
0.0044
0.0052
0.0121
0.0124
0.0126
0.0129
0.013
0.0128
0.0131
0.0149
0.0142
2007
0.0055
0.0056
0.0057
0.0058
0.0054
0.005
0.0048
0.005
0.0048
0.005
0.0052
0.0052
2008
0.0092
0.0097
0.0098
0.01
0.0099
0.0099
0.0092
0.0087
0.0075
0.0068
0.0062
0.0061
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi
di Indonesia mempunyai rata-rata tertinggi pada tahun 2006 dan terendah pada
tahun 2004, dimana angka rata-rata tertinggi pada bulan November 2006
sebesar 0.0149 dan angka rata-rata terendah berada pada bulan November
2004 sebesar 0.0038.
Meningkatnya angka inflasi pada masa tersebut diperkirakan karena
peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga minyak bumi dunia ini
membawa implikasi dikeluarkannnya kebijakan penyesuaian harga bahan
62
bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah
untuk harga BBM tersebut, kondisi perekonomian Indonesia mulai kondusif
tahun 2007 diperlihatkan dengan penurunan angka inflasi yang cukup
signifikan.
d. Suku Bunga SBI (Variabel Independen)
Tabel 4.5
Tingkat Suku Bunga SBI
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2004
0.00655
0.00624
0.00618
0.00611
0.0061
0.00612
0.00614
0.00634
0.00616
0.00617
0.00617
0.00619
2005
0.00618
0.00619
0.0062
0.00642
0.00662
0.00687
0.00707
0.00793
0.00834
0.00917
0.01021
0.01062
2006
0.01062
0.01061
0.01061
0.01061
0.0104
0.0104
0.0102
0.0098
0.0094
0.0089
0.0085
0.0081
2007
0.0079
0.0077
0.0075
0.0075
0.0073
0.0071
0.0069
0.0069
0.0069
0.0069
0.0069
0.0067
2008
0.0067
0.0066
0.0066
0.0066
0.0069
0.0073
0.0077
0.0077
0.0081
0.0091
0.0094
0.009
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat suku
bunga yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2004 sampai awal tahun 2006,
rata-rata tingkat suku bunga terendah terjadi pada bulan Mei 2004, dimana
suku bunga tertinggi berada pada bulan Desember 2005 dan bulan Januari
2006 sebesar 0.1062 dan angka terendah terjadi pada bulan Mei 2004 sebesar
0.0061.
Peningkatan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah
usaha pemerintah menekan uang yang beredar dan menarik uang tersebut
63
untuk meningkatkan neraca pembayaran, sedangkan rendahnya tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia disebabkan karena pemerintah berusaha
memberikan keleluasaan perekonomian untuk berkembang dengan jalan
memacu pertumbuhan konsumsi masyarakat. Selain itu penurunan tingkat
inflasi pada pertengahan tahun 2006 membawa ruang gerak yang lebih leluasa
bagi Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara
bertahap.
e. Beta Saham Syariah di JII (Variabel Dependen)
Tabel 4.5.1
Beta Saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten
ANTAM
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
-2.756346
1.2638504
3.7100203
-14.52427
-2.478931
2
Februari
-0.589006
8.6193935
5.2008344
11.91728
-3.087811
3
Maret
4.8191615
8.996218
0.9836695
2.821659
0.5366101
4
April
-0.451229
0.3316577
3.2178536
4.360073
-0.145257
5
Mei
1.5016825
2.0370427
2.261207
-2.615419
0.3850591
6
Juni
-31.95184
0.5729038
-0.884094
-0.356305
0.7256672
7
Juli
-0.783724
0.0751762
5.3991987
-0.601307
4.8850212
8
Agustus
-2.032186
0.6765199
0.5940812
-4.387659
-5.939928
9
September
1.1919907
4.981298
0.1456647
2.786077
3.2397686
10
Oktober
2.0020681
-48.59687
10.166691
5.548359
3.087043
11
November
1.3637055
8.0920007
1.104513
-17.05008
-4.914758
12
Desember
-2.055227
4.8037823
1.2401493
1.448113
-1.619801
Tertinggi
4.8191615
8.996218
5.3991987
11.91728
4.8850212
Terendah
-31.95184
-48.59687
-0.884094
-17.05008
-3.087811
Rata-rata
-2.478413
-0.678919
2.7616491
-0.88779
-0.443943
Tahun
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
64
Berdasarkan Tabel 4.5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan februari 11.91728 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -48.59687, dengan demikian beta bulan februari tahun 2007
memiliki resiko yang tinggi juga.
Tabel 4.5.2
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
1
Emiten BUMI
Peiode
Januari
2004
-0.806913
2005
4.0939805
Tahun
2006
2.1597096
2007
25.02985
2008
0.7003504
2
Februari
25.519422
-4.049465
1.6842948
-12.17735
-4.710677
3
Maret
1.2166997
128.49057
0.865069
0.9209
0.6091786
4
April
-3.063244
0.5891701
0.1226424
0.445242
-0.311732
5
Mei
0.9431986
1.7543119
0.8431256
-3.983031
-3.191529
6
Juni
-58.33063
-0.273198
2.5273242
3.25114
-0.160564
7
Juli
-0.184088
-0.158813
3.2039178
15.67871
4.0547577
No.
8
Agustus
-11.64529
0.5758042
-2.200958
-1.653011
-4.061314
9
September
2.4622281
4.3204552
-0.363156
4.8609
5.7881355
10
Oktober
-0.933316
-92.9366
1.309528
8.817145
2.9286042
11
November
0.7487944
-11.46048
0.7383294
-6.959827
-33.24614
12
-0.370263
1.7899302
2.4804387
-0.975935
2.336576
Tertinggi
Desember
25.519422
128.49057
3.2039178
25.02985
5.7881355
Terendah
-11.64529
-4.049465
-2.200958
-12.17735
-4.710677
Rata-rata
-3.703617
2.7279724
1.1141888
2.771227
-2.438696
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 128.49057dan terendah pada tahun
oktober 2004 -11.64529, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
65
Tabel 4.5.3
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008
No.
Emiten INTP
Peiode
2005
Tahun
2006
2004
1
Januari
1.4896877
2007
2008
2.7587523
2.3630645
-10.0934
-0.37206
2
Februari
-1.572256
-4.584438
-8.253579
-6.172936
1.0282695
3
Maret
5.0265623
1.00000
-0.307286
-1.10091
0.2254796
4
April
0.1229111
1.1024338
0.9756296
1.469092
1.3873059
5
Mei
2.5917713
4.1233882
2.4429844
0.55168
-1.402397
6
Juni
14.621419
2.501228
-2.033222
1.209564
3.854329
7
Juli
3.4978881
0.8178387
-0.48256
1.457259
-2.735651
8
Agustus
-1.377071
1.6506943
1.6475378
-0.387793
0.8283822
9
September
2.7003976
-0.204881
1.0719392
-0.661657
0.970776
10
Oktober
-0.448675
0.144862
0.6928719
8.859292
4.9366958
11
November
3.7025453
-3.3751
1.0740186
4.296683
-4.236084
12
Desember
3.2393383
1.7766464
1.6052812
-1.545306
-6.104965
Tertinggi
14.621419
4.1233882
2.4429844
8.859292
4.9366958
Terendah
-1.572256
-4.584438
-8.253579
-10.0934
-6.104965
Rata-rata
2.7995432
0.986234
0.06639
-0.176536
-0.134993
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.3 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan Juni 14.621419 dan terendah pada tahun
februari 2006 -8.253579, dengan demikian beta bulan Juni tahun 2004
memiliki resiko yang tinggi juga.
66
Tabel 4.5.4
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten INCO
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
-0.739513
-0.159751
1.920157
7.37685
-10.79259
2
Februari
33.735361
10.890738
-4.633656
-18.16357
-4.046312
3
Maret
0.1571521
89.60749
1.3442078
3.509819
0.8319399
4
April
-4.263396
-0.284428
1.4011844
1.449244
0.3604093
5
Mei
1.0844446
-0.49843
0.2189619
1.734032
1.6577406
6
Juni
-19.14614
0.442032
0.7037783
0.022099
0.4931382
7
Juli
-0.184088
1.1067076
0.1178182
1.90649
5.1583368
8
Agustus
10.878098
-0.270878
1.8696179
-1.882759
-4.751981
9
September
3.1365516
-0.362356
0.5759569
1.920728
2.4340753
10
Oktober
0.3107721
-48.98259
5.4672205
10.56918
5.2756706
11
November
0.8602246
-10.6779
0.4274419
-0.311459
8.633738
12
Desember
-1.637556
0.0950646
2.8695996
-0.35658
0.4860628
Tertinggi
33.735361
89.60749
5.4672205
10.56918
8.633738
Terendah
-19.14614
-48.98259
-4.633656
-18.16357
-10.79259
Rata-rata
2.0159926
3.4088088
0.7843908
0.64784
0.0387132
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 89.60749 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -48.98259, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
67
Tabel 4.5.5
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten KLBF
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
3.8529846
2.2788906
6.0605772
9.828655
-0.721973
2
Februari
6.1532802
10.920384
-2.675625
8.257516
3.8620047
3
Maret
1.6829006
50.453444
-0.044917
-0.068497
0.1866933
4
April
0.791604
0.6506301
1.1066754
0.500403
0.5565846
5
Mei
2.5344296
1.0713107
1.4204595
0.3803
0.5005285
6
Juni
21.642397
-1.362698
2.1563127
1.263913
1.3171457
7
Juli
3.1015892
-0.475194
-2.374952
6.345109
1.3871996
8
Agustus
0.9158312
0.790964
-1.422392
-2.328595
-1.466505
9
September
0.0785728
-0.204881
2.7024455
-0.356315
1.9447604
10
Oktober
1.8468024
-44.77829
0.8858214
0.21075
4.874358
11
November
1.6630507
0.614432
-1.81527
5.849426
6.5895847
12
Desember
2.4781299
13.721197
0.0090195
-0.692233
0.6677229
Tertinggi
6.1532802
50.453444
6.0605772
9.828655
6.5895847
Terendah
0.0785728
-44.77829
-2.675625
-2.328595
-1.466505
Rata-rata
3.895131
2.8066826
0.499928
2.432536
1.6415086
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 50.453444 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -44.77829, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
68
Tabel 4.5.6
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten PTBA
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
-0.77227
2.0510702
1.5680559
-16.62814
-0.474147
2
Februari
-3.44937
-0.006368
-2.657899
-4.314428
0.2897034
3
Maret
0.9518128
147.18697
0.0222318
0.274845
0.3699713
4
April
0.9938297
-0.244717
4.6816287
1.818828
-0.273204
5
Mei
1.3211323
-0.395624
-1.016085
-5.561043
-6.255991
6
Juni
21.642397
0.4915479
2.3554776
2.539076
-2.971266
7
Juli
2.0367863
-0.441367
1.0075124
0.729165
3.9690057
8
Agustus
-14.56126
-0.847606
0.5879956
-3.59125
1.274465
9
September
1.1510153
-1.490318
-0.267621
1.749935
4.9951294
10
Oktober
1.9388963
78.197406
0.5513756
9.567007
4.6468249
11
November
4.4426845
-5.091471
-0.856658
-14.68129
14.869933
12
Desember
3.8273685
1.0733904
1.8424393
0.825
0.1799779
Tertinggi
21.642397
147.18697
4.6816287
9.567007
14.869933
Terendah
-3.44937
-5.091471
-2.657899
-16.62814
-6.255991
Rata-rata
1.6269184
18.373576
0.6515378
-2.272692
1.7183668
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 147.18697 dan terendah pada tahun
januari 2007 -16.62814, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
69
Tabel 4.5.7
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten TLKM/
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
1.357608
-0.557437
0.9657199
-10.60992
-1.00792
2
Februari
-3.714569
-4.384862
1.993555
8.188403
-1.248048
3
Maret
1.2021853
-7.399295
1.6905757
0.630194
0.0047116
4
April
2.44841
1.0368033
0.864282
0.865361
0.5699151
5
Mei
1.1827158
1.664304
0.906594
1.461114
1.9227691
6
Juni
1.2481292
2.491337
-0.537074
0.035036
3.3752248
7
Juli
1.2339702
2.3121164
0.1611108
11.34255
-0.684816
8
Agustus
2.7797391
0.6757354
1.0488657
-0.543536
1.4824381
9
September
-0.154309
1.5147465
0.9619943
0.027984
1.4950628
10
Oktober
0.9928411
-36.04629
-0.12052
-0.894151
2.6261301
11
November
1.1027001
5.7155978
2.1019528
4.008092
3.620727
12
Desember
-2.463831
1.2239191
0.2914086
0.436673
-4.030032
Tertinggi
2.7797391
5.7155978
2.1019528
11.34255
3.620727
Terendah
-3.714569
-7.399295
-0.537074
-10.60992
-4.030032
Rata-rata
0.6012991
-2.64611
0.8607054
1.24565
0.6771802
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan juli 11.34255 dan terendah pada tahun
januari 2007 -10.60992, dengan demikian beta bulan juli tahun 2005 memiliki
resiko yang tinggi juga.
70
Tabel 4.5.8
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten UNVR/
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
0.5895423
1.2007546
-0.095604
-18.40213
0.1812839
2
Februari
-11.07701
0.7575917
1.6689374
6.327776
0.7457768
3
Maret
-0.964722
-92.47252
-0.065819
0.094591
-0.104933
4
April
0.4951827
0.3597736
0.6809445
-0.368268
0.1343114
5
Mei
0.3610052
4.5469737
1.24893
-1.768227
0.369499
6
Juni
-17.16336
-4.424674
0.3178672
0.625942
0.2323013
7
Juli
-0.957812
1.0664411
0.959812
10.45452
-0.461904
8
Agustus
17.178736
0.3096953
0.8942075
-0.182622
1.274465
9
September
-0.457422
-0.936016
0.2960566
-0.084899
-0.362773
10
Oktober
-0.145774
64.007903
1.4311134
-1.314743
0.4819688
11
November
0.1301402
-1.812883
3.1123787
1.378946
-2.317611
12
Desember
-0.820009
-0.437105
2.2128905
-0.020238
-0.07973
Tertinggi
17.178736
64.007903
3.1123787
-1.768227
1.274465
Terendah
-11.07701
-92.47252
-0.095604
-18.40213
-2.317611
Rata-rata
-1.069292
-2.319505
1.0551429
-0.271612
0.0077212
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.8 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan oktober 64.007903 dan terendah pada
tahun januari 2005 -92.47252, dengan demikian beta bulan oktober tahun
2005 memiliki resiko yang tinggi juga.
71
Tabel 4.5.9
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
No.
Emiten UNTR/
Tahun
Peiode
2004
2005
2006
2007
2008
1
Januari
-0.079418
6.3736639
0.6049597
0.929999
2.3637223
2
Februari
14.513715
2.7174701
-2.153343
-0.74559
0.8556627
3
Maret
1.4724526
80.946775
1.3507524
0.593307
0.139538
4
April
3.2992023
-0.36141
2.0730171
0.888703
0.3679302
5
Mei
4.6226217
1.9335714
0.3578644
0.439504
-2.968083
6
Juni
-8.237577
5.5388685
0.5982723
0.870519
5.2045045
7
Juli
2.4809612
4.2131796
1.2696548
3.095794
1.607493
8
Agustus
-20.15021
1.1583788
0.3520709
-1.721401
-3.094381
9
September
0.3754096
-0.045361
0.6832961
0.067005
1.2461171
10
Oktober
6.371816
-21.97485
2.6848381
8.625667
7.6421582
11
November
0.5766241
-3.66681
-0.306304
-0.314919
8.432526
12
Desember
7.8544707
0.2012694
0.1782804
1.003343
-1.958124
Tertinggi
14.513715
6.3736639
2.6848381
8.625667
8.432526
Terendah
-20.15021
-21.97485
-2.153343
-1.721401
-3.094381
Rata-rata
0.7064538
6.4195622
0.6411133
13.73193
1.6532553
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan februari 14.513715 dan terendah pada
tahun oktober 2005 -21.97485, dengan demikian beta bulan februari tahun
2004 memiliki resiko yang tinggi juga.
72
2. Koefisien Struktur 1
a. Persamaan Analisis Jalur Struktur I
X4 = X4X1 +
X4X2 +
X4X2 +
1
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi Struktur 1
Model Summary
Adjusted R
Model
1
R
.301
R Square
a
Square
.091
Std. Error of the Estimate
.085
.00144331694825
a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary, didapat 1 model analisis jalur dengan
nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,301, nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,091 (9,1%). Nilai R Square sebesar 9,1%, ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel
eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi
(X3), memiliki pengaruh terhadap variabel Suku Bunga SBI (X4) sebesar
9,1%. sedangkan sisanya (100% - 9,1% = 90,1%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel Suku Bunga SBI (X4).
73
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
X4 = X4X1 +
X4X2 +
X4X3 +
1
Tabel 4.7
Analisis Varian (Annova) Struktur 1
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.000
3
.000
Residual
.001
536
.000
Total
.001
539
F
Sig.
17.788
.000
a
a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)
b. Dependent Variable: SBI (X4)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2),
Kurs, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Ftabel :
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F
hitung
sebesar 17,788. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5, dan denumerator jumlah kasus -5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F
tabel
sebesar
2,22. Karena nilai F hitung (17,788) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
dan Inflasi dengan Suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas
74
sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, dan
Inflasi dengan Suku bunga SBI. Secara gabungan berpengaruh signifikan
terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan
layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui
bahwa nilai sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama
dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
Hal diatas sesuai teori Dedi Haryanto dan Riyatno yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga diukur dengan
menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku
penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya
suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di
Indonesia.
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
.006
.001
M2
1.072E-9
.000
.192
Kurs
3.834E-9
.000
.100
.019
Inflasi
Sig.
5.364
.000
4.581
.000
.002
.036
.971
.219
5.238
.000
a. Dependent Variable: SBI (X4)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
75
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, dan
Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Pengujian dilakukan
dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,581. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
tabel
sebesar 1,646.
(4,581) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2)
dengan suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas sudah
layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan
Suku bunga SBI. Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku
bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk
digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai
sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T
yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Besarnya pengaruh
uang yang beredar (M2) dengan suku bunga SBI sebesar 0,192 atau 19,2%.
Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh suku bunga.
Apabila suku bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi adalah
rendah oleh karena uang telah digunakan untuk membeli surat-surat
berharga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah, maka permintaan
uang untuk spekulasi tinggi oleh karena masyarakat tidak bersedia
76
melakukan pembeliaan surat-surat berharga dan akan memegang uang
(Sadono Sukirno, 2004:301).
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,036. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(0,036) < nilai T
tabel
tabel
sebesar 1.646.
(1,646) maka Ho diterima. dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap
Dollar dengan suku bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,971>0,05),
jadi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak mempengaruhi
suku bunga SBI. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan
suku bunga SBI sebesar 0,002 atau 0,2%.
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 5,238. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
tabel
sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (5,238) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan suku
bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,00<0,05), jadi tingkat inflasi
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya
pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,219 atau 21,9%.
77
Dalam kebijakan moneter, Suku bunga yang tinggi akan
mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih
banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi
penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat.
Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.
Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang
dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan
menurunkan
investasi
dan
seterusnya
pengeluaran
agregat
akan
menurunkan. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.
Persamaan struktural menjadi :
X4 = 0,192 X1 + 0,002 X2 + 0,219 X3 + X4
1
Angka residu sebesar 0,909 diperoleh dari x4
1
= 1− R2
= 1 − 0,091 = 0,909
Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos
Ahmad Kuncoro, (2008:138)
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap suku bunga SBI, yaitu variabel kurs,
maka model struktur 1 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak
signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs
yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai
berikut:
78
Tabel 4.9
Hasil Struktur 1 Setelah Trimming
Model Summary
Adjusted R
Model
R
R Square
.301a
1
Square
.091
Std. Error of the Estimate
.087
.00144197419137
a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel M2 (X1) dan Inflasi (X3) yang masuk dalam
pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum
Trimming yaitu 0,091 (9,1%). Hal ini berarti bahwa variabel M2 dan inflasi
mempunyai pengaruh hanya sebesar 9.1% sedang kan sisanya 90,1%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini.
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.000
2
.000
Residual
.001
537
.000
Total
.001
539
F
Sig.
26.730
.000
a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2
b. Dependent Variable: SBI
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
M2
Inflasi
Std. Error
.006
.000
1.074E-9
.000
.100
.019
Coefficients
Beta
t
Sig.
16.819
.000
.192
4.649
.000
.219
5.296
.000
a. Dependent Variable: SBI
79
Besarnya kontribusi M2 yang secara langsung mepengaruhi suku
bunga SBI sebesar 0,192 x 100% = 19,2%. Sedangkan besarnya
kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi suku bunga SBI
sebesar 0,219 x 100% = 21,9%. sedangkan B yang mempengaruhi suku bunga
SBI sebesar 1,174 (1,074 + 0,100). dan nilai Constant dari 0,006 berubah
menjadi 1,168 (1,174 -0,006). hal ini menyebabkan nilai SBI dari 0,006 naik
menjadi 1,168. dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
dengan SBI khususnya variabel inflasi.
Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu Suku bunga
yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga
rendah,
lebih
banyak
penawaran
modal
akan
dilakukan.
Dengan
mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran
agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.
Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang
dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan menurunkan
investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurunkan. Hal ini akan
mengurangi tekanan inflasi. Sukirno, Sadono (2004:24).
Model diagram jalur menjadi :
Gambar 4.1
Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming
M2 (x1)
x4x1=0,192
1 = 0,909
SBI (x4)
Inflasi (x3)
x4x3=0,219
80
3. Koefisien Struktur II
a. Persamaan Analisis Jalur
Y1 = Y1X1 +
Y1X4 +
X4X2 +
X4X3 +
2
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi Struktur 1I
Model Summary
Model
1
R
.191
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.036
.029 1.666010667562781E1
a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,191, nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,036 (3,6%). Nilai R Square sebesar 3,6%, ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di
dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti
luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), memiliki
pengaruh terhadap variabel endogen Beta saham JII (Y1) sebesar 3,6%.
sedangkan sisanya (100% - 3,6% = 96,4%) adalah kemungkinan terdapat
aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel Beta
saham JII (Y1).
81
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y1 = Y1X1 +
Y1X4 +
X4X2 +
X4X3 +
2
Tabel 4.11
Analisis Varian (Annova) Struktur 1I
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
5616.064
4
1404.016
Residual
148494.148
535
277.559
Total
154110.212
539
F
5.058
Sig.
.001a
a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi
b. Dependent Variable: Beta Saham JII (Y1)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2),
Kurs, Inflasi, Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Beta saham
JII (Y1). Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel:
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F
hitung
sebesar 5,058. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F
hitung
(5,058) > nilai F
tabel
(2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model
82
regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),
kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan
berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model
dengan data.
Hal ini berkaitan dengan teori (Iqbal, 2003) yang menyatakan bahwa
tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu
memastikan
bahwa
investasi
tersebut
mampu
memberikan
tingkat
pengembalian yang diharapkan yang tinggi dengan tingkat resiko yang kecil.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat penembalian dan tingkat
resiko saham, yaitu terbagi dalam faktor fundamental dan ekonomi. Faktor
fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya
adanya pemogokan, kinerja perusahaan, tingkat likuiditas dan lain-lain.
Sedangkan faktor ekonomi yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs,
GDP dan lain-lain.
83
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1I
Coefficients
a
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
M2 (X1)
SBI (X4)
Beta
t
1.317
12.161
-4.327E-6
.000
-.069
Kurs (X2)
Inflasi (X3)
Std. Error
Sig.
.108
.914
-1.571
.117
.001
.001
.025
.587
.557
903.842
226.065
.176
3.998
.000
-1017.153
498.579
-.091
-2.040
.042
a. Dependent Variable: Beta saham JII (Y1)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi,
dan Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.
Pengujian dilakukan dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan beta saham JII
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,571. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(-1,571) < nilai T
tabel
tabel
sebesar 1,646.
(1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar
(M2) dengan beta saham JII.. Dengan demikian, model regresi diatas
sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2)
dengan beta saham JII. Secara parsial tidak berpengaruh signifikan
84
terhadap beta saham JII. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan
tidak layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi,
diketahui bahwa nilai sig (0,117 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan
yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang beredar (M2) dan secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh
uang beredar (M2) dan beta saham JII sebesar -0,069 atau -6,9%.
Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan hasil
penelitian dari Siti Zubaidah (2004), yang menyatakan bahwa tingkat suku
bunga secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap beta saham dan
variabel-variabel ekonomi.
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan beta saham JII.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,587 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
tabel
sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,587) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima, dan H1
ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap
Dollar dengan beta saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,557 > 0,05),
jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t
yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap
beta saham JII. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS dan beta saham JII sebesar 0,025 atau 2,5%.
85
Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan penelitian
dari Siti Zubaidah (2004) yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap beta saham.
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan beta saham JII.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 3,998. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
tabel
sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (3,998) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan beta
saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi Ho ditolak,
sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu tingkat
inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.
Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan beta saham JII sebesar 0,176 atau
17,6%.
Tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga umum,
dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil.
Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung,
dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan
investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada
saham. Resiko (beta) saham menjadi tinggi (Tandelilin : 2002).
86
4) Hubungan antara suku bunga SBI dan Beta saham JII
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,040. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(-2,040) < nilai T
tabel
tabel
sebesar 1.646.
(1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan
Beta saham JII. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,042<0,05), jadi
suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
beta
saham JII. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dan Beta saham JII sebesar
-0,091 atau -9,1%.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tandelilin (1997), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel
ekonomi.
Persamaan struktural menjadi :
Y1 = -0,069 X1 + 0,025 X4 + 0,176 X2 + (-0,091) X3 +
Angka residu sebesar 0,964 diperoleh dari y1
2
2
= 1− R2
= 1 − 0,036 = 0,964
Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos
Ahmad Kuncoro, (2008:138).
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap Beta JII, yaitu variabel kurs dan M2, maka
87
model struktur 2 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs dan M2 yang dianggap hasil dari koefisien jalur
tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs
dan M2 yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Struktur 2 setelah Trimming
Model Summary
Model
R
.178a
1
R Square
Adjusted R
Square
.032
Std. Error of the Estimate
.028
1.666924663693452E1
a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel inflasi (X3) dan SBI (X4) yang masuk dalam
pengujian, sehingga nilai R square berubah menjadi 0,032 berarti inflasi dan SBI
memberi pengaruh langsung terhadap Beta JII hanya sebesar 3,2%, sisanya 96,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. Penelitian sebelum nya pun
hanya berpengaruh sebesar 2,8%, Siti Zubaidah, 2004.
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
4897.360
2
2448.680
Residual
149212.852
537
277.864
Total
154110.212
539
F
8.813
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi
b. Dependent Variable: Beta JII
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
88
Dari perhitungan didapat nilai F
hitung
sebesar 8.813. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F
hitung
(8.813) > nilai F
tabel
(2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model
regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),
kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan
berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model
dengan data.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Inflasi
SBI
Std. Error
3.813
3.832
876.298
223.717
-1163.626
489.106
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
.995
.320
.171
3.917
.000
-.104
-2.379
.018
a. Dependent Variable: Beta JII
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
89
Sedangkan besarnya kontribusi Inflasi yang secara langsung
mempengaruhi Beta JII sebesar 0,171 x 100% = 17,1%. Dan variabel SBI
mempengaruhi Beta JII sebesar -0,104 x 100% = -10,4%. Sedangkan nilai B
yang mempengaruhi Beta JII sebesar -287,328 (876,298 -1163,626). Dan nilai
constant dari 3,813 berubah menjadi -283,515 (-287,328 + 3,813). Hal ini
menyebabkan Beta JII dari 3,813 turun menjadi -283,515. jadi dapat
disimpulkan bahwa inflasi lebih berpengaruh terhadap resiko saham JII
dibandingkan dengan SBI. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tandelilin:
2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI berpengaruh terhadap
beta JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan
tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor
cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko
(beta) saham menjadi tinggi.
Gambar 4.2
Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming
Inflasi (x3)
y1x1=0,171
2 = 0,964
Beta JII (y1)
SBI (x4)
y1x4=0,104
90
4. Koefisien Struktur 1II
a. Persamaan Analisis Jalur StrukturIII
Y2 = Y2X3 +
Y2X4 +
X4X2 +
Y2Y1 +
Y1X1 +
3
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Struktur II1
Model Summary
Adjusted R
Model
1
R
.350
R Square
a
Square
.122
Std. Error of the Estimate
.114
.066465494041889
a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3).
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,350, nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,122 (12,2%). Nilai R Square sebesar 12,2%, ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di
dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti
luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), dan Beta saham
JII (Y1) memiliki pengaruh terhadap variabel endogen IHSG (Y2) sebesar
12,2%, sedangkan sisanya (100% - 12,2%= 87,8%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel IHSG (Y2).
91
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y2 = Y2X3 +
Y2X4 +
X4X2 +
Y2Y1 +
Y1X1 +
1
Tabel 4.15
Analisis Varian (Annova) Struktur 1II
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.329
5
.066
Residual
2.359
534
.004
Total
2.688
539
F
Sig.
14.875
.000
a
a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3)
b. Dependent Variable: IHSG (Y2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan
Ftabel :
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F
hitung
sebesar 14,875. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F
tabel
sebesar
2,22. Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,
model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang
beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara
gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
92
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu
terdapat kecocokan antara model dengan data.
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.16
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
M2 (X1)
Kurs (X2)
.049
-8.622E-8
.000
1.925E-6
.000
-2.366
8.044
3.254E-5
.000
SBI (X4)
Beta saham
JII (Y1)
Beta
.064
Inflasi (X3)
a
t
Sig.
1.326
.185
-.329
-7.828
.000
.016
.392
.695
.915
-.111
-2.585
.010
1.997
.172
4.028
.000
.008
.189
.850
a. Dependent Variable: IHSG (Y2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2), Kurs, Inflasi,
dan Suku Bunga SBI, dan beta saham JII berpengaruh signifikan IHSG.
Pengujian dilakukan dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -7,828. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(-7,828) < nilai T
tabel
tabel
sebesar 1,646.
(1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar
93
(M2) dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas belum layak
dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan IHSG secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika
dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05)
sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang
beredar (M2) dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Besarnya pengaruh uang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,329 atau -32,9%.
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,392 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(0,392) < nilai T
tabel
tabel
sebesar 1.646.
(1,646) maka Ho diterima.. dan
H1 ditolak.. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah
terhadap Dollar dengan IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,695 > 0,05),
jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yaitu Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG
sebesar 0.016 atau 1,6%.
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
94
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan IHSG.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,585. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(-2,585) > nilai T
tabel
tabel
sebesar 1.646.
(1,646) maka Ho diterima. dan
H1 ditolak. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan
IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,010<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan IHSG
sebesar -0,111 atau 11,1%.
4) Hubungan antara suku bunga SBI dan IHSG.
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara suku bunga SBI
dengan IHSG, kita dapat menentukan hipotesis :
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,028. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
Karena nilai T
hitung
(4,028) > nilai T
tabel
tabel
sebesar 1.646.
(1,646) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan IHSG.
Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi suku bunga SBI
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh
suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,172 atau 17,2%.
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
95
5) Hubungan antara Beta saham JII dengan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,189. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T
tabel
sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,189) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan H1
ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Beta saham JII dengan
IHSG. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,850>0,05), sehingga
memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Beta saham JII secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh
Beta saham JII dengan IHSG sebesar 0,008 atau 0,8%.
Persamaan struktural menjadi :
Y2 = -0,329 X3 + 0.016 X4 + (-0,111) X2 + 0,172 Y1 + 0,008 X1 +
3
Angka residu sebesar 0,878 diperoleh dari 1 − R 2
= 1 − 0,122 = 0,878
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap IHSG, yaitu variabel kurs dan Beta JII, maka
model struktur 3 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs dan Beta JII yang dianggap hasil dari koefisien
jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel
kurs dan Beta JII yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil
perhitungannya sebagai berikut:
96
Tabel 4.17
Struktur 3 setelah Trimming
Model Summary
Model
R
1
.349
R Square
a
Adjusted R Square
.122
Std. Error of the Estimate
.117
.066353366059174
a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel M2 (x1), Inflasi (x3), SBI (x4) yang masuk dalam
pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum
Trimming yaitu 0,122 yang berarti M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh
langsung hanya sebesar 12,2%, sedangkan sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar model ini.
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Mean
Square
df
.328
3
.109
Residual
2.360
536
.004
Total
2.688
539
F
24.811
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari perhitungan didapat nilai F
hitung
sebesar 14,875. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F
hitung
(14,875) > nilai F
tabel
(2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,
model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang
97
beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara
gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu
terdapat kecocokan antara model dengan data.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
M2
Inflasi
SBI
Std. Error
.082
.019
-8.569E-8
.000
-2.388
8.012
Coefficients
Beta
t
Sig.
4.386
.000
-.327
-7.906
.000
.891
-.112
-2.681
.008
1.986
.171
4.035
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
M2 yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar -0,327 x 100%
= -32,7%, besarnya kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi IHSG
sebesar -0,112 x 100% = -11,2%. Dan besarnya kontribusi SBI yang secara
langsung mempengaruhi IHSG sebesar 0,171 x 100% = 17,7%. Sedangkan
nilai B yang mempengaruhi IHSG yaitu sebesar -2,945 (-8,569 - 2,388 + 8,012).
Dan nilai constant dari 0,082 turun menjadi -2,945. dari hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh terhadap
IHSG, terutama pada SBI. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi dan
suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
98
Model diagram jalur menjadi:
Gambar 4.3
Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming
y1x1=0,327
M2 (x1)
Inflasi (x3)
3 = 0,878
y2x3=-0,112
SBI (x4)
IHSG (y2)
y2x4=0,171
d. Korelasi antara variabel M2, Kurs, Inflasi, suku bunga SBI, Beta
Saham JII, dan IHSG
Tabel 4.18
Analisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,
Beta Saham JII, dan IHSG setelah Trimming
Correlations
M2
M2
Inflasi
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
Inflasi
SBI
IHSG
SBI
.072
.097
IHSG
**
-.300**
.000
.000
.207
N
540
540
540
540
Pearson Correlation
.072
1
.232**
-.095*
Sig. (2-tailed)
.097
.000
.027
N
540
540
540
540
**
**
1
.077
Pearson Correlation
.207
.232
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
540
540
540
540
**
*
1
Pearson Correlation
-.300
.072
-.095
.077
Sig. (2-tailed)
.000
.027
.072
N
540
540
540
540
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
99
1) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi
Korelasi M2 dan inflasi sebesar 0.072 mempunyai maksud hubungan
sangat lemah dan bisa diabaikan. Korelasi dua variabel tersebut juga tidak
signifikan karena 0,097 > 0,005 maka hubungan kedua variabel tersebut
tergolong tidak signifikan.
2) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan suku bunga SBI.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang
yang beredar (M2) dan suku bunga SBI sebesar 0,207 mempunyai maksud
hubungan sangat lemah dan searah (hasilnya positif), maksudnya Jika M2
tinggi maka SBI juga tinggi sedangkan korelasi dua variabel tersebut
signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
signifikan.
3) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang
yang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,300 mempunyai maksud hubungan
sangat lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif),
maksudnya Jika M2 tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi juga
sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05,
maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
4) Korelasi antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat
inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,232 mempunyai maksud hubungan
100
sangat lemah / bisa diabaikan dan searah (hasilnya positif), maksudnya
tingkat inflasi tinggi maka SBI akan tinggi juga sedangkan korelasi dua
variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua
variabel tersebut signifikan.
5) Korelasi antara tingkat inflasi dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat
inflasi dan IHSG sebesar -0,095 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif), maksudnya
tingkat inflasi tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi, sedangkan
korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,027 < 0,05, maka
hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
6) Korelasi antara suku bunga SBI dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku
bunga SBI dan IHSG sebesar 0,077 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak
signifikan karena 0,072 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
tidak signifikan.
7) Korelasi antara Beta saham JII (Y1) dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku
bunga SBI dan IHSG sebesar 0,004 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak
signifikan karena 0,928 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
tidak signifikan.
101
Gambar 4.4
Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang
yang Beredar terhadap Beta Saham JII dan IHSG Setelah Trimming
2=0,964
1=0,909
M2 (x1)
x4x1=0,192
JII (y1)
y1x4=-0,104
x3x1=0,072
SBI (x4)
y2x4=0,171
x4x3=0,219
Inflasi (x3)
y2x3=-0,112
IHSG (y2)
3=0,878
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I
Tabel 4.19
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap
Suku Bunga SBI (X4)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Besar
Langsung
Kontribusi
X1 Langsung
x4x1. x4x1
(0,192)( 0,192)
0,036864
X1 Melalui X3
x4x1. rx1x3. x4x3
(0,192)(0,072)(0,219) -0,003027456
0,039891456
Total Pengaruh X1 Terhadap X4
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung uang
beredar (X1) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,036864 atau
3,6864%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah
-0,003027456 atau 0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel uang beredar (X1) adalah 0,039891456 atau sebesar 3,9891456%
102
terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti uang beredar memiliki pengaruh
yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Tabel 4.20
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku
Bunga SBI (X4)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Besar
Langsung
Kontribusi
X3 Langsung
x4x3. x4x3
(0,219)(0,219)
0,047961
X3 Melalui X1
x4x3. rx1x3. x4x1 (0,219)(0,072)(0,192) -0,003027456
0,044933544
Total Pengaruh X3 Terhadap X4
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,047961 atau
4,7961%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah
-0,003027456 atau -0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel inflasi (X3) adalah 0,044933544 atau sebesar 4,4933544%
terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang
kecil terhadap suku bunga SBI.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi +
Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X1 = 0,036864 + -0,003027456 = 0,033836544
Pengaru total X3 = 0,047961 + -0,003027456 = 0,044933544
Maka pengaruh total X1, X3 = 0,033836544 + 0,044933544
= 0,078770088
103
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,091.
6. Perhitungan Pengaruh Struktur II
Tabel 4.21
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Langsung
X4 Langsung
y1x4
(-0,104)
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Besar
Kontribusi
(-0,104)
-0,104
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku
bunga SBI (X4) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar -0,104 atau
10,4%. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh
yang diberikan variabel suku bunga SBI (X4) adalah -0,104 atau sebesar
(-0,1042 = 0,010816) 1,0816% terhadap Beta saham JII (Y1). Ini berarti
suku bunga SBI memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Tabel 4.22
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Langsung
X3 Langsung
x4x3
(0,219)
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Besar
Kontribusi
0,219
0,219
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar 0,219 atau 21,9 %.
104
Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang
diberikan variabel Inflasi (X3) adalah 0,219 atau sebesar (0,2192 = 0,047961)
4,7961% terhadap Beta saham syariah. Ini berarti inflasi memiliki
pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi +
Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X4 = -0,104
Pengaru total X3 = 0,219
Maka pengaruh total X4, X3 = -0,104 + 0,219 = 0,115
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,032.
7. Perhitungan Pengaruh Struktur III
Tabel 4.23
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)
Terhadap IHSG (Y2)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Langsung
X3 Langsung
y2x3
(-0,112)
X3 melalui X4
x4x3 . y2x4
(-0,112)(0,171)
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Besar
Kontribusi
-0,112
-0,019152
-0,131152
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar -0,112 atau -11,2%.
Terdapat pengaruh tidak langsung sebesar -0,019152 atau -1,9152%.
105
sehingga total pengaruh yang diberikan variabel inflasi (X3) adalah -0,131152
atau sebesar -0,1311522 = -0,017200847) 1,72008471% terhadap IHSG
(Y2). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap IHSG.
Tabel 4.24
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap IHSG (Y2)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Perhitungan
Langsung
X4 Langsung
y2x4
(0,171)
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Besar
Kontribusi
0,171
0,171
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku
bunga SBI (X4) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar 0,171 atau 17,1%. Tidak
terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel suku bunga SBI (X4) adalah 0,171 atau sebesar (0,1712 = 0,029241)
2,9241% terhadap IHSG. Ini berarti suku bunga SBI memiliki pengaruh
yang kecil terhadap IHSG.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi +
Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X3 = -0,112 + -0,019152 = -0,131152
Pengaru total X4 = 0,171
Maka pengaruh total X3, X4 = -0,131152 + 0,171 = 0,039848
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,122.
106
8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test)
Uji kesesuaian model dimaksudkan untuk menguji apakah
model yang diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak.
Menurut Bachrudin dan Harapan Tobing dalam Riduwan dan Engkos
(2005:146), rumusan hipotesis statistik kesesuaian model analisis jalur
dirumuskan sebagai berikut :
Ha : R
R (Ø) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks
korelasi sampel.
Ho : R = R (Ø) : matriks korelasi estimasi sama dengan matriks
korelasi sampel.
Dasar pengambil Keputusan :
Jika W hitung
χ2 : Ho ditolak (berarti kedua model signifikan).
Jika W hitung
χ2 : Ho diterima (berarti kedua model tidak signifikan).
Sebelum Trimming
Sesudah Trimming
R12 = 0,091
R12 = 0,091
R22 = 0,036
R22 = 0,032
R32 = 0,122
R32 = 0,122
1. R2m = 1(1- R12)(1- R22)(1- R22)
= 1(1-0,091)(1-0,036)(1-0,122)
= 1- (0,909)(0,964)(0,878)
= 1-0,769
= 0,231
107
2. M = R2m (setelah Trimming)
= 1(1- 0,091)(1-0,032)(1-0,122)
= 1(0,909)(0,968)(0,878)
= 1-0,772
= 0,228
3. Q =
1 - R 2 m 1 − 0,231 0,769
=
=
= 0,996
1- m
1 − 0,228 0,772
4. W hitung = - (N-d) Ln Q
= -(540-2) Ln 0,996
= -(538) (-0,004008021398)
= 2,156
Dicari dari tabel distribusi (χ2) atau chi-kuadrat / chi-square
untuk DK =2 (koefisien jalur yang tidak signifikan) dengan α = 0,005
diperileh sebesar 5,991. ternyata W hitung < χ2 tabel atau 2,160 < 5,991,
berarti matriks korelasi sampel sama dengan matriks korelasi estimasi,
maksudnya
kedua
model
tersebut
tidak
signifikan.
Hal
ini
menunjukkan bahwa model yang diusulkan tidak memiliki kesesuaian
(fit) dengan data yang ada. Dalam analisis jalur untuk suatu model
yang diusulkan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi
sample tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi atau
korelasi yang diharapkan. (Riduwan & Engkos, 2008:146).
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV yang
menggunakan analisis tiga jalur dengan bantuan SPSS 17.0 tentang Pengaruh
Uang yang Beredar (M2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar, Tingkat Inflasi, dan
Suku Bunga SBI Terhadap Beta saham Syariah dan IHSG. Maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada struktur I terdapat variabel yang signifikan yaitu Uang beredar (M2),
dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya
pengaruh uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI 0,192. dan besarnya
pengaruh inflasi terhadap suku bunga SBI 0,219.
Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu suku
bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku
bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan
mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran
agregat.
Pengeluaran
agregat
perlu
ditambah
untuk
mengurangi
pengangguran. Dalam masa inflasi langkah yang perlu dilakukan yaitu
penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dalam langkah
ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan
menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Sadono, Sukirno
(2004:24).
109
2. Pada struktur II terdapat variabel yang signifikan yaitu suku bunga SBI
dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Beta saham syariah JII.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah JII.
-0,104. dan besarnya pengaruh inflasi terhadap Beta saham syariah JII 0,171.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tandelilin: 2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI
berpengaruh terhadap Beta saham JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan
daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga
agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi.
Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang
bebas resiko daripada saham. Resiko saham menjadi tinggi.
3. Pada struktur III terdapat variabel yang signifikan yaitu uang beredar
(M2), inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Besarnya pengaruh uang yang beredar (M2) terhadap IHSG -0,372. Inflasi
terhadap IHSG -0,112. Dan pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG
0,171. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi, dan suku bunga SBI
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
110
B. Saran
Berdasrkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan saran yang
bisa bermanfaat, diantaranya :
1. Investor diharapkan memperhatikan kondisi resiko sistematis saham (beta)
sebelum melakukan investasi, karena nilai beta saham dapat dijadikan
sebagai penggambaran fruktuasi return saham.
2. Peneliti menyadari kemungkinan terjadi kekurangan baik dari variabel
yang diteliti yang hanya diwakili beberapa indikator saja, dan masih
banyak indikator lain yang bisa dijadikan acuan peneliti seperti GNP,
GDP, Situasi politik, Kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah sampel perusahaan
yang lebih banyak lagi seperti sektor pertambangan, perbankan dan lain-lain.
4. Pencarian beta saham syariah dengan menggunakan CAPM kurang tepat,
sehingga hasil yang di dapat berbeda dari substansi teori. Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Sebaiknya beta saham
syariah dicari dengan menggunakan APT. Maka diharapkan untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage Pricing
Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.
111
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. Memahami Kurs Valuta
Universitas Indonesia, Jakarta: 2004.
Asing,
Fakultas
Ekonomi
Anto, MB Hendrie. Dan Riski, Amelia. ”Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Harga Saham : Studi Kasus JII dan IHSG
periode
Januari 2002 s.d Desember 2006, Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
Antonio, Syafii. Manajemen Bank Syariah, Jakarta, 2001.
Auliyah, Robiatul dan Ardi, Hamzah. ”Analisa Karakteristik Perusahaan
Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham
Syariah Di BEJ ” Universitas Trunojoyo, 2006
Basyaib, Fachmi. “Manajemen Resiko”. Grasindo, Jakarta, 2007.
Boedie, Kane, Marcus. ”Investasi”. Edisi Enam Buku 1, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Bowman, Robert G. The Teoritical Relationship Between Systematic Risk
and Financial (Accounting) Variable, The Journal of Finance,
Vol XXXIV, No. 3, Hal 294-312, 2002.
Bungin, Burhan. ”Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya”. Edisi Pertama,
Kencana Prenada Group, 2008.
D. Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Dan S Besar, Dwityapoetra, September
2004. “Beta Sektor sebagai Proxi Imbal Hasil dan Indikator Resiko di
Pasar Saham”. Biro Stabilitas Siustem Keuangan Bank Indonesia,
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, September 2004
Hadi, Kuncoro dan anwar, Saiful. Analisis Risiko Harga Saham Syariah
Menggunakan Daily Earning At Risk.
Halim, Abdul. Analisis Investasi, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Haryanto, M.Y. Dedi. ”Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs
Terhadap Risiko Sistematik Perusahaan Di BEJ”. Jurnal
Keuangan dan Bisnis, 2007
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis Edisi Pertama,
Kencana Prenada Media Group, 2008.
112
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Kedua, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 1996.
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. UPP
AMP YKPN, Jogjakarta, 2004.
Iqbal, Aruzzi. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan
Beta akuntansi Terhadap Beta saham di Bursa Efek Jakarta,
Seminar Nasional Akuntansi halaman 647, 2003
Jones, Charles P. “Investments Analysis And Management”. 4th edition,
Wiley & Sons Inc, 2004.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. The
International Istitute of Islamic Thought IIIT, Jakarta, 2002
Khodijah, Siti. ”Analisis Faktor-faktor Determinan Struktur Modal dan Price
Earning Ratio Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham : Studi
Empiris Perusahaan Jakarta Isklamic Index Dengan Pendekatan Path
analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri, 2006.
Kismono, Gugup. ”Bisnis Pengantar”. Edisi Pertama, BPFE- Yogyakarta, 2001.
Kuncoro, Mudrajad. ”Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan 1 unit penerbitan dan Percetakan
AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Maman,
Abdurahman. ”Analisis, Korelasi, Regresi,
Penelitian”. Pustaka Setia, Bandung : 2007.
dan
Jalur
dalam
Nasarudin, Indo Yama. Pengaruh Return On Equity (ROE) Dan Earning
Growth Rate (EGR) Terhadap Price To Book Value (PBV) :
Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Antar Variabel Dalam
Analisis Jalur , Etikonomi Vol.3, No.2, 2004.
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama,
Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1994.
Pontjowinoto, Iwan P. ”Prinsip Syariah Di Pasar Modal: Pandangan
Praktis”. Masyarakat Ekonomi Syariah, 2008
Prasojo, Wasis. (2003), Permintaan Uang menurut Teori Portofolio Permintaan,
Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Putong, Iskandar. ”Ekonomi Mikro & Makro, Edisi 2”. Ghalia Indonesia. 2002.
113
Ross, Stephen A. “Corporate Finance”. Seventh Edition. Mc Graw – Hill
International Edition. 2005.
Riduwan, Drs MBA., A.K Engkos, S.E., ”Cara Menggunakan dan Memakai
Analisis Jalur”. Alfabeta, Bandung, 2009.
Salvatore Dominick, Ekonomi
Jakarta, 1997
Internasional,
Jilid
Kelima,
Terjemahan,
Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS Edisi 1,
Andi Yogyakarta, 2007
Sharpe, Wlliam F. Alexander, Gordon J. Bailey, Jeffery V. Investasi Edisi
keenam Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2005
Sidiq, Sahabudin, Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah
Perubahan Sistem Nilai Tukar, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10,
No.1, April 2005 Hal:31-41.
Sudarsono, Heri. ”Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi”.
Edisi 2, EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2003.
Syabarrudin, Agus. Pengukuran Resiko Saham Dengan Pendekatan Risk
Metric Pada Nilai Resiko Harga Saham Syariah, Tesisi Pasca
Sarjana Universitas Indonesia Program Studi Timur Tengah Dan
Islam, 2007.
http: // www.google.com, diakses pada tanggal 30 maret 2009
http: // www.bi.go.id, diakses pada tanggal 20 April 2009
114
Download