ARTIKEL PENELITIAN FUNDAMENTAL 2009 Bahasa Iklan dan Pengaruh Terhadap Masyarakat Oleh : Efri Yades dan Leni Syafyahya FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG ABSTRAK Iklan merupakan media promosi bagi kalangan yang ingin menginformasikan sesuatu. Iklan menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi. Dengan demikian, pada artikel ini dibahas bahasa iklab dari tataran frase, klausa, dan kalimat. Kemudian dilanjutkan penjelasan tentang informasi dan maksud yang disampaikan serta pengaruhnya terhadap masyarakat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data yang dikumpulkan ditemukan struktur frase, klausa, dan kalimat. Frase yang ditemukan dua tipe frase yaitu endosentris dan eksosentris. Lalu, berdasarkan konstituen inti, ditemukan frase verbal, nominal, adjektif, dan frase numeral. Selanjutnya, klausa ditemukan klausa verbal dan nonverbal, sedangkan kalimat ditemukan kalimat tunggal dan kalimat majemuk dari segi bentuk. Dari segi fungsi yang ditemukan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan seruan. Informasi yang ditemukan adalah kesehatan, kecantikan, dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, otomotif, dan elektronik, sedangkan maksud yang disampaikan adalah aspek maksud deklaratif, persuasif, dan imperatif. Sebagian masyarakat merespon dengan baik keberadaan iklan karena iklan dapat memebrikan informasi kepada mereka. Masyarakat cendrung membeli barang yang diiklankan daripada barang tidak diiklankan. Kata kunci : Frase, klausa kalimat, pengaruh iklan PENDAHULUAN Baru-baru ini dunia periklanan di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Hal ini dapat diamati dari banyaknya penggunaan iklan. Penggunaan iklan adalah untuk meyampaikan informasi dari berbagai bidang kehidupan, misalnya : informasi tentang produk atau barang, jasa, dan ide dari seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan penjelasan di atas, pembahasan penelitian ini difokuskan pada bahasa iklan yang ditinjau dari strukturnya. Selanjutnya, pembahasan dilanjutkan pada informasi dan maksud yang disampaikan oleh iklan. Untuk lebih jelasnya, masalah yang dibahas akan dirumuskan. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut; a) Bagaimana struktur bahasa iklan (frasa, klausa, kalimat) dan mengapa demikian bentuknya ?; b) Informasi dan maksud apa saja yang disampaikan dan mengapa demikian?. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut ; a) Menjelaskan struktur bahasa iklan (frasa, klausa, kalimat). Kemudian, menjelaskan mengapa struktur bahasa yang digunakan alam seperti itu. b)Menjelaskan informasi dan maksud yang disampaikan iklan. Selanjutnya, menjelaskan mengapa informasi dan maksud itu yang disampaikan. Penelitian merupakan salah satu upaya untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Fenomena-fenomena tersebut diwujudkan dalam bentuk pertanyaan. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan ini merupakan masalah yang akan dijelaskan dalam penelitian. Dalam upaya pemecahan masalah diperlukan langkah-langkah kerja yang terarah dan sistematis. Menurut Sudaryanto (1993:5) ada tiga tahap upaya strategis yang dilakukan dalam pemecahan masalah penelitian yakni ; tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap kerja tersebut diuraikan sesuai dengan urutannya. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bahasa dalam Teks Iklan Berdasarkan satuan sintaksis, bahasa dapat dianalisis dari segi frase, klausa, dan kalimat. Tiap – tiap satuan sintaksis yaitu frase, klausa, dan kalimat 1 dibahas dari segi jenis atau tipe. Selanjutnya, dibahas pula konstituen – konstituen pembentuk satuan tersebut. 1. Frase Gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif dalam satuan sintaksis disebut frase. Artinya gabungan kata ini hanya dapat menduduki atau mengisi satu fungsi sintaksis (S, P, O, Ket), seperti contoh data berikut. (1) Pertahanan maksimal untuk kulit wajah. S P (2) Kedelai hitam pilihan ciptakan kecap berkualitas. S P O (3) Redoseon Fortimun membantu sistem daya tahan tubuh. S P O Pada contoh data (1) gabungan kata pertahanan maksimal mengisi fungsi sintaksis subjek (S) dan gabungan kata untuk kulit wajah mengisi fungsi sintaksis predikat (P). Lalu, gabungan kata kedelai hitam pilihan pada contoh data (2) mengisi fungsi sintaksis subjek (S) dan gabungan kata kecap berkualitas mengisi fungsi sintaksis objek (O). Kemudian, pada contoh data (3) gabungan kata Redoseon Fortimun menduduki fungsi sintaksis subjek (S) dan gabungan kata sistem daya tahan tubuh menduduki fungsi sintaksis objek (O). Berdasarkan tiap – tiap contoh dan uraian gabungan kata pada contoh data tersebut hanya tampak mengisi satu fungsi sintaksis sehingga gabungan kata tersebut disebut frase. 2 Frase dapat digolongkan berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan hubungan antar konstituen dan berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata. Berdasarkan hubungan antar konstituen, frase dapat dikelompokkan menjadi dua yakni frase endosentris dan eksosentris. Sebaliknya, berdasarkan persamaan distribus dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu: frase nominal, verbal, adjektival, dan numeral. a) Frase Berdasarkan Hubungan Antarkonstituen Frase ini ada dua jenis yaitu frase endosentris dan frase eksosentris. Berikut ini pembahasan frase masing-masing. 1) Frase Endosentris Frase endosentris merupakan frase yang salah satu konstituennya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan. Lihat contoh data berikut. (4) paket nasi KFC dengan ayam goreng khas KFC. (5) sarapan pagi jadi enak dengan Fiesta. (6) penanganan baik dan tepat dapat menyelamatkan banyak jiwa. Frase dengan yam goreng khas KFC pada contoh data (4) konstituen dengan ayam goreng dapat menggantikan kedudukan frase tersebut. Frase sarapan pagi pada contoh data (5) konstituen sarapan dapat menggantikan kedudukan frase tersebut. Selanjutnya, frase menyelamatkan pada contoh data (6) konstituen menyelamatkan dapat menggantikan kedudukan frase tersebut. Oleh sebab itu data (4), (5), dan (6) berubah menjadi kalimat berikut : (4a) paket nasi KFC dengan ayam goreng 3 (5a) sarapan jadi enak dengan Fiesta (6a) penanganan baik dan tepat menyelamatkan banyak jiwa Frase endosentris ini juga disebut frase yang memiliki konstituen sebagai inti (induk) dan konstituen sebagai atribut. Perhatikan contoh data berikut : (7) kulit kering (8) wanita muda (9) paling murah Kata-kata yang dicetak miring pada contoh data di atas yaitu kulit, wanita, dan murah adalah konstituen inti, sedangkan kata kering, muda, dan paling merupakan atribut. Konstituen inti adalah konstituen yang diterang dalam frase itu, sedangkan konstituen atribut adalah konstituen yang menerangkan. Frase endosentris dapat dibedakan menjadi dua golongan atau jenis. Golongan atau jenis tersebut yaitu frase endosentris yang koordinatif dan frase endosentris yang atributif. (1) Frase Endosentris yang Koordinatif Frase endosentris yang koordinatif adalah frase yang terdiri atas konstituen-konstituen yang setara atau sederajat dalam fungsi, sedangkan kategori tidak selalu sama. Oleh sebab itu, frase ini disebut juga frasr berinti banyak. Kesetaraannya dapat dibutuhkan oleh kemungkinan kosntituenkonstituen itu dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, seperti contoh data berikut : (10) yang kuat dan aman (11) vitamin dan mineral 4 (12) lengkap dan seimbang Pada contoh data (10), (11), dan (12) antara konstituen dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dan. Konstituen yang kuat, aman, vitamin, mineral, lengkap dan seimbang merupakan konstituen inti (induk). Frasa endosentris yang koordinatif mempunyai makna aditif (penjumlahan) seperti contoh data (10), (11), dan (12). Selanjutnya, frase endosentris yang koordinatif juga mempunyai makna alternatif (pilihan), speerti contoh data berikut : (13) permen atau nelpon (14) kamu atau baterai (15) Rp. 0,5/ detik atau dapat p. 50/ menit Frase pada contoh data (13), konstituen-konstituen yang dihubungkan tidak sama kategorinya, kata permen berkategori nominal dan kata nelpon berkategori verbal. Pada contoh data (14) konstintuen pertama kata kami berkategori nominal yang termasu makhluk hidup, sedangkan konstituen kedua kata baterai berkategori nominal yang termasuk benda mati. Selanjutnya, pada contoh data (15) kedua konstituen berkategori mineral, namun nilai mineralnya sangat jauh berbeda yaitu Rp. 05, dan Rp. 50. Frase endosentris yang koordinatif bermakna aditif dapat muncul tanpa menggunakan konjungsi. Frase ini disebut frase parataksis. Perhatikan contoh data berikut : (16) halus mulus (17) sehat bercahaya (18) cantik alami 5 Contoh data (16), (17), dan (18) diatas dapat diubah menjadi konstruksi yang mengandung konjungsi yang bermakna aditif, seperti contoh berikut : (16a) halus dan mulus (17a) sehat dan bercahaya (18a) cantik dan alami (2) Frase Endosentris yang Atributif Frase golongan ini terdiri atas konstituen-konstituen yang tidak setara. Hubungan antar konstituen dijelaskan melalui hubungan diterangkan (D) dan menerangkan (M). Konstituen D adalah konstituen yang menjadi inti dalam frase, sedangkan konstituen M merupakan konstituen yang menjadi atribut dalam frase tersebut. Konstituen M atau atribut dalam struktur frase dapat lekat kiri atau lekat kanan. Perhatikan contoh data yang atribut lekat kiri berikut ini : (19) lebih cerah (20) akan dipotong (21) dapat dinikmati Kata-kata yang dicetak miring yaitu lebih, akan, dan dapat merupakan atribut atau konstituen lekat kiri. Kata-kata tersebut terletak disebelah kiri atau sebelum konstituen inti. Sebaliknya, kata cerah, dipotong, dan dinikmati adalah konstituen inti atau konstituen D. berikut ini adalah contoh data yang atribut atau konstituen M lekat kanan. (22) kulit sehat (23) formula ganda (24) desain baru 6 Kata sehat pada data (22), ganda pada data (23), dan kata baru pada data (24) merupakan konstituen M atau atribut. Lain halnya dengan kata kulit, formula, dan desain adalah konstituen D atau inti. Pada data (22), (23), dan (24) atribut atau konstituen M terletak disebelah kanan inti atau setelah inti. 2) Frase Eksosentris Frase eksosentris adalah frase yang konstituennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama denga semua konstituennya. Lihat contoh data berikut : (25) episode kecantikan baru untuk segala usia (26) menyiapkan hidangan sehat bagi sikecil (27) del Monte Spaghetti Sauce terbuat dari bumbu pilih Pada contoh data (25) frase untuk segala usia terdiri atau konstituen untuk dan konstituen segala usia. Frase bagi sikecil pada data (26) terdiri atas konstituen bagi dan konstituen sikecil. Selanjutnya, frase pada contoh data (27) yaitu dari bumbu pilihan terdiri atas konstituen dari dan konstituen bumbu pilihan. Konstituen pertama pada contoh data (25), (26), dan (27) yaitu untuk, bagi, dan dari tidak dapat menggantikan kedudukan frase tersebut, seperti terlihat pada contoh data berikut : (25a) episode kecantikan baru untuk (26a) menyiapkan hidnagan sehat bagi (27a) del Monte Spaghetti terbuat dari Sebaliknya konstituen segala usia, si kecil, dan bumbu pilihan juga tidak dapat menggantikan kedudukan frase tersebut, seperti tampak pada contoh data berikut : 7 (25b) episode kecantikan baru segala usia (26b) menyiapkan hidnagan sehat si kecil (27b) del Monte Spaghetti terbuat bumbu pilihan Berdasarkan contoh dan penjelasan di atas, dpaat dilihat frase contoh data (25), (26), dan (27) mempunyai keuddukan atau fungsi sintaksis keterangan (Ket). Sebaliknya, pada contoh data (25a), (26a), dan (27a) kedudukan atau fungsi sintaksis tersebut tidak ada dan kalimat tidak gramatika karena hanya diisi oleh preposisi saja. Selanjutnya, pada contoh data (25b), (26b), dan (27b) kedudukan dan fungsi sintaksis tersebut berubah. Frase eksosentris ini dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu fraser eksosentris yang direktif dan frase eksosentris yang nondirektif. Berikut ini pembahasan jenis frase masing-masing : (1) Frase Eksosentris yang Direktif Frase jenis ini terdiri atas konstituen pertamanya adalah preposisi dan konstituen keduanya berapa kata atau kelompok data yang berkategori nominal. Frase eksosntris yang direktif disebut juga frase preposisional dan berfungsi sebagai keterangan (Ket) dalam kalimat. Berikut contoh data : (28) untuk daerah tropis (29) dari Loreal Paris (30) dengan sabun Pada contoh data (28), (29), dan (30) kata yang dicetak miring yaitu untuk, dan dengan adalah konstituen pertama yang diisi oleh preposisi. Kemudian, kata sabun sebagai konstituen kedua yang diisi oleh kata berkategori nominal. 8 Selanjutnya, kelompok kata daerah tropis dan loreal Paris merupakan konstituen kedua yang berbentuk frase nominal karena inti dari kedua frase tersebut adalah kata berkategori nominal, lihat uraian berikut berdasarkan data diatas. (28a) untuk daerah tropis (29a) ke Loreal Paris Kata daerah pada contoh data (28a) dan kata contoh (29a) merupakan konstituen Loreal diterangkan (inti). Akan tetapi, kata tropis dan Paris pada contoh data tersebut adalah konstituen menerangkan (M) atau atributif. (2) Frase Eksosentris yang Nondirektif Frase jenis ini merupakan frase yang terdiri atas artikulus sebagai konstituen pertamanya. Sebaliknya, sebagai konstituen kedua adalah kata atau kelompok kata. Lihat contoh data berikut ini : (31) si kecil (32) yang paling bergizi (33) yang efektif Pada contoh data (31), (32), dan (33) di atas yang menjadi konstituen pertamanya adalah artikulus Si dan yang. Lalu, kata kecil dan efektif adalah konstituen kedua. Kemudian, kelompok kata paling bergizi juga sebagai konstituen kedua. 2) Frase Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Kategori Kata 9 Berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata, frase dapa dibedakan menjadi empat jenis. Keempat adjektival, dan numeral. a. Frase Nominal Frase nominal adalah frase yang konstituen inti atau konstituen diterangkan (D) ditempati oleh data yang berkategori nominal, lihat contoh data berikut ini : (34) rambut Anda (35) vitamin rambut (36) pemutih muka Kata-kata yang dicetak miring di atas yaknik kata rambut, vitamin, dan pemutih merupakan konstituen inti atau konstituen yang diterangkan (D). sebaliknya, kata Anda, rambut, dan muka adalah konstituen atribut atau konstituen yang menerangkan. Kata-kata yang menempati konstituen inti yakni rambut, vitamin, dan pemutih adalah kata berkategori nominal. b. Frase Verbal Frase verbal merupakan frase yang menjadi konstituen intinya berupa kata berkategori verbal. Perhatikan contoh data berikut : (37) akan dipotong (38) tidak menjawab (39) sebelum melakukan Kata dipotong, menjawab, dan melakukan pada contoh data di atas merupakan kata berkategori verbal. Selnjutnya, kata-kata tersebut adalah kata 10 yang mengisi konstituen inti dalam frase. Sebaliknya, kata akan, tidak, dan sebelum sebagai konstituen atribut. c. Frase Adjektival Frase adjektival adalah frase yang konstituen intinya berupa adjektival. Lihat contoh data berikut ini : (40) cantik alami (41) lebih kuat (42) paling hemat Kata-kata yang dicetak miring pada contoh data (40), (41) dan (42) yaitu cantik, kuat, dan hemat adalah konstotuen inti atau yang diterangkan (D). katakata tersebut merupakan kata berkategori adjektival. Sebaliknya, kata alami, lebih, dan paling adalah kata yang menempati posisi konstituen atribut atau konstituen menerangkan (M). d. Frase Numeral Frase numeral merupakan frase yang terdiri atas konstituen inti atau diterangkan (D) dan konstituen atribut atau menerangkan (M). Konstituen inti ditempati oleh kata berkategori numeral. Lihat contoh data berikut : (43) tiga pilihan (44) satu langkah (45) tujuh hari Kata tiga, satu, dan tujuh pada contoh data (43), (44), dan (45) merupakan konstituen inti pada frasa numeral karena kata-kata tersebut termasuk kata-kata 11 berkategori numeral. Sebaliknya, kata pilihan, langkah, dan hari adalah konstituen atributnya. 2. Klausa Klausa merupakan gabungan beberapa kata yang bersifat predikatif. Artinya, dalam klausa harus menyampai unsur atau konstituen yang menduduki fungsi sintaksis subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel). Lihat contoh data berikut : (1) lembutnya menyegarkan kulit cantikmu S P O (2) Redoseon Fartimun membantu sistem daya tahan tubuh S P O (3) kulitku halus sih S P Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi sintaksis (P) klausa dapat dibedakan atas dua golongan yaitu klausa verbal dan nonverbal. 1) Klausa Verbal Klausa verbal adalah klausa Predikat (P) adalah kata atau frase yang berkategori verbal, seperti contoh data berikut : (4) ekstra usu lactacid menjakau ceku (5) si kecil memiliki 100 milyal sel otak (6) pria berketombe lebih banyak dari wanita 12 Kata-kata pada data di atas menduduki fungsi sintaksis P yaitu kata menjakau, memiliki, dan berketombe adalah kata yang berkategori verbal. Jadi, klausa di atas adalah klausa verbal. Selanjutnya, klausa verbal dapat digolongkan atau dibedakan atas tiga bentuk yaitu : verbal transitif, verbal intransitif, dan verbal ekuatif. Penggolongan ini berdasarkan hubungan antara partisipasi-partisipasi dengan predikat dalam klausa. a) Klausa Verbal Transitif Klausa verbal transitif adalah klausa yang predikatnya (P) diisi oleh kata atau frase berkategori verbal transitif. Kata atau frase verbal transitif adalah verba (perbuatan) yang mengharuskan adanya tujuan atau adanya kata atau frase yang menduduki fungsi sintaksis objek (O). Lihat contoh data berikut : (7) rambutnya menyegarkan kulit cantikmu (8) kandungan Almond Milknya membelai kulit bayi Anda (9) kedelai hitam pilihan ciptakan kecap berkualitas Kata-kata yang di cetak miring pada contoh data di atas yaitu kata menyegarkan, membelai, dan ciptakan adalah kata berkategori verbal transitif. Hal ini dapat dilihat dari adanya tujuan atau adanya frase atau kata yang menduduki fungsi objek (O). Kata atau frase tersebut adalah kulit cantikmu, kulit bayi Anda, dan kecap berkualitas. b) Klausa Verbal Intransitif Klausa verbal intransitif merupakan klausa yang predikatnya (P) adalah kata atau frase verbal intransitif. Verbal intransitif merupakan verbal (perbuatan) yang 13 tidak mengharuskan atau tidak membutuhkan kehadiran tujuan dalam klausa, seperti contoh data berikut ini : (10) termolyte plus bekerja secara alami (11) rezeki harus dicari (12) dove therapy tak terkalahkan Kata bekerja, dicari, dan terkalahkan pada contoh data di atas merupakan cerbal intransitif. Kata-kata ini tidak memerlukan tujuan atau kata yang mengisi kedudukan objek (O). Pada contoh data (10) terdapat frase secara alami setelah verbal intransitif, tetapi frase ini bukan tujuan atau frase yang menduduki fungsi sintaksis objek (O). c) Klausa Verbal Ekuatif Klausa verbal ekuatif adalah klausa yang berpredikat (P) kata yang berkategori verbal ekuatif. Verbal ini menghubungkan antara partisipan dengan cirinya. Lihat contoh data berikut ini : (13) wajahku jadi nggak mulus (14) parasetamol adalah obat pilihan utama (15) sarapan pagi jadi lebih enak dengan fiesta Kata jadi dan adalah pada contoh data di atas adalah data berkategori verbal ekuatif. Verbal ini berfungsi menghubungkan antara partisi dan cirinya. Pada contoh data (13) verbal jadi menghubungkan partisipan wajahku dan cirinya nggak mulus. Lalu, verbal adalah pada contoh data (14) menghubungkan partisipan parasetamol dengan cirinya obat pilihan utama. Kemudian, verbal jadi 14 menghubungkan partisipan sarapan pagi denga cirinya lebih enak dengan fiesta. Lihat pada contoh (15). 2) Klausa Nonverbal Klausa nonverbal merupakan klausa yang mempunyai predikat (P) adalah yang berkategori nonverbal (bukan perbuatan). Klausa nonverbal ini terdiri atas klausa adjektif, nominal, mineral, dan depan. a) Klausa Adjektif Klausa adjektif merupakan klausa yang predikatnya (P) adalah kata atau frase yang termasuk golongan atau kategori adjektif. Perhatikan contoh berikut : (16) dancow susu serial terlalu enak untuk disisakan (17) supermi kenyal mienya (18) putih itu lebih cantik Kata kenyal frase terlalu enak dan lebih, cantik merupakan kata dan frase yang berkategori adjektif kata dan frase tersebut merupakan unsur pergisi predikat pada klausa. b) Klausa Nominal Klausa nominal adalah klausa yang mempunyai predikat (P) kata atau frase yang termasuk kategori nominal, seperti contoh data berikut : (19) kulkas lemon baru aromanya segar (20) yang lezat pasti indofood (21) gue obsesi sutradara yang baru 15 Frase pada data (19), (20), dan (21) di atas yaitu aromanya segar, pasti indofood, dan obsesi sutradara yang baru adalah frase nominal yang berfungsi sebagai predikat (P). c) Klausa Numeral Klausa numeral merupakan klausa yang berpredikat (P) kata atau frase yang berkategori numeral. Lihat contoh data berikut : (22) listriknya Cuma Rp. 20,00 semalam (23) bonus nelpon 300 menit ke semua pengguna Esia (24) bonus SMS 240.000 karakter Kata yang dicetak miring pada contoh di atas yaknik Cuma Rp. 20,00, 300 menit, dan 240.000 karakter adalah frase numeral. Frase ini menduduki fungsi sintaksis predikat (P) pada klausa di atas. d) Klausa Depan Klausa depan terdiri atas predikat (P) berkategori depan yaitu frase yang diawali kata depan, seperti contoh data berikut : (25) sarden ABC dari ikan sarden segar (26) pertahanan maksimal untuk kulit wajah (27) wajah halus mulus dalam polesan tata rias sempurna Frase dari ikan sarden segar, untuk kulit wajah, dan dalam polesan tata rias sempurna adalah frase yang menduduki fungsi sintaksis predikat (P) pada contoh data (25), (26), dan (27). Frase-frase ini termasuk frase depan karena 16 ditandai dengan kata depan dari, untuk, dan dalam sebagai konstituen yang mengawali frase tersebut. 3. Kalimat Dalam teks iklan juga digunakan kalimat-kalimat untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Penggunaan kalimat dalam teks iklan dilihat dari sudut bentuk dan berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi. 1) Kalimat Berdasarkan Bentuk Berdasarkan bentuk atau berdasarkan jumlah klausa, kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan majemuk. a) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, seperti contoh berikut ini : (1) biji kopi pilihan ciptakan kopi enak. (2) masih pakai anti nyamuk bukan ? (3) pertahanan maksimal untuk kulit wajah. Kalimat (1) terdiri atas klausa biji-biji pilihan ciptakan kopi enak, yang terdiri atas subjek (S), ialah biji kopi pilihan, predikat (P), ialah ciptakan, objek (O) ialah kopi enak. Kalimat (2) terdiri atas klausa masih pakai anti nyamuk bakar, yang terdiri atas predikat (P) ialah masih pakai, dan objek (O), ialah anti nyamuk bakar. Kalimat (3) terdiri atas klausa pertahanan maksimal untuk kulit 17 wajah, yang terdiri atas subjek (S), ialah pertahanan maksimal, dan predikat (P), ialah untuk kulit wajah. b) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Selanjutnya, kalimat majemuk dapat pula dibedakan atas tiga jenis yaitu kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran. (1) Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terdiri atas dua klausa lebih yang dikembangkan oleh konjungsi koordinatif. Lihat contoh data berikut : (4) segera temukan di toko dan supermarket terdekat ! (5) wajahya akan terasa segar, cantik, dan sehat. (6) jangan berasumsi atau mengira-ngira penyebab demam. Kalimat (4) terdiri atas dua klausa yaitu klausa pertama ialah segera temukan ditoko, dan klausa kedua ialah segera temukan di supermarket terdekat. Kedua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi dan, yang bermakna penjumlahan. Dalam kalimat (4) dinyatakan bahwa segera temukan sesuatu di dua tempat yaitu ditoko dan supermarket terdekat. Selanjutnya, kaimat (5) terdiri atas tiga klausa yaitu klausa pertama ialah wajahmu akan terasa segar, klausa kedua ialah wajahmu akan terasa segar, klausa kedua 18 ialah wajahmu akan terasa cantik, dan klausa ketiga ialah wajahmu akan terasa sehat. Ketiga klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi dan, yang bermakna penjumlahan. Dengan kalimat (5) dinyatakan bahwa wajahmu akan merasakan tiga rasa yaitu segar, cantik, dan sehat. Kemudian, kalimat (6) terdiri atas dua klausa yaitu klausa pertama jangan berasumsi penyebab demam dan klausa kedua jangan mengira-ngira penyebab demam. Kedua klausa tersebut dihubungkan oleh kalimat (6) dinyatakan bahwa dilarang melakukan salah satu hal tentang demam yaitu berasumsi dan mengira-ngira. (2) Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas dua atau lebih klausa yang dihubungkan oleh konjungsi suburdinatif. Perhatikan contoh data berikut : (7) 3 dari 5 wanita kekurangan folat sehingga berisiko tinggi melahirkan bayi dengan cacat otak. (8) ketombe membandel timbul karena proses keratinisasi berlebihan akibat kulit kepala tak sehat. (9) sabun biasa sudah lama kutinggalkan karena kutahu PH-nya tidak cocok. Kalimat (7) terdiri atas dua klausa yaitu klausa pertama, ialah 3 dari 3 wanita kekurangan folat dan klausa kedua, ialah berisiko tinggi melahirkan bayi dengan cacat otak. Kedua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi subordinatif sehingga, yang bermakna akibat. Demgan kalimat (7) dinyatakan bahwa pernyataan klausa kedua adalah akibat dari apa yang dinyatakan pada 19 klausa pertama. Selanjutnya, kalimat (8) terdiri atas tiga klausa yaitu ketombe membandel timbul, proses keratinisasi berlebihan, dan kulit kepala tak sehat. Ketiga klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi subordinatif karena dan akibat. Hubungan makna antar klausa adalah hubungan makna sebab. Hal ini dapat diamati pernyataan pada klausa kedua dan ketiga yaitu proses keratinisasi berlebihan, kulit kepala tak sehat merupakan penyebab terjadinya keadaan yang dinyatakan pada klausa pertama. Kemudian, kalimat (9) terdiri atas dua klausa yaitu klausa pertama, ialah sabun biasa sudah ditinggalkan, dan klausa kedua, ialah kutahu PH-nya tidak cocok. Kedua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi subordinatif karena. Hubungan makna antar klausa pada kalimat tersebut adalah hubungan klausa kedua yaitu kutahu PHnya tidak cocok merupakan sebab terjadinya perbuatan yang dinyatakan pada klausa pertama yaitu sabun biasa sudah lama kutinggalkan. (3) Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungsi subordinatif dan koordinatif. Lihat pada contoh berikut ini : (10) beri si kecil stimulasi dan nutrisi yang tepat agar koneksi sel-sel otaknya optimal. (11) aku akan membantumu jadi kosentrasi kembali setelah stamina dan kosentrasimu balik. 20 (12) lancar ASI dibuat dari estrak dau katuk (sampropi folium) yang mengandung protein dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu. Kalimat (10) terdiri atas tiga klausa yang dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dan, serta konjungsi subordinatif agar. Klausa pertama dihubungkan oleh konjungsi koodinatif dan dengan klausa kedua. Setelah itu klausa kedua dihubungkan oleh konjungsi subordinatif agar. Hubungan makna antarklausa pertama dengan klausa kedua adalah hubungan makna penjumlahan, sedangkan hubungan makna antarklausa kedua dengan klausa ketiga adalah hubungan makna harapan. Sebaliknya, kalimat (11) terdiri atas tiga klausa yang dihubungkan oleh konjungsi dan. Hubungan makna antarklausa pertama dengan klausa kedua adalah hubungan makna waktu, namun hubungan makna antarklausa kedua dengan klausa ketiga adalah hubungan makna penyumluhan. Koordinatif dan serta konjungsi subordinatif yang. Hubungan makna antarklausa pertama dengan klausa kedua adalah hubungan makna penerang ; hubungan makna antarklausa kedua dengan klausa ketiga makna antarklausa ketiga dengan klausa keempat adalah hubungan makna penerang ; dan hubungan makna antarklausa keempat dengan klausa kelima adalah hubungan penjumlah. 2) Kalimat Berdasarkan Fungsi Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat dapat dibedakan atas empat jenis. Keempat jenis kalimat tersebut adalah : kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan seruan. 21 a) Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif atau kalimat pernyataan adalah kalimat yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu atau menginformasikan sesuatu. Lihat contoh berikut : (13) Annum Essential mengandung AA, DHA dan juga Gangliosida (GA) yang berasal dari lipida kompleks. (14) New from cussons baby disenangi oleh bayi Indonesia di mana saja. (15) ekstrak susu lactacid manjakan aku dengan kunyaman sepanjang hari. Kalimat (13), (14), dan (15) adalah kalimat deklaratif karena ketiganya mempunyai pola intonasi berita yaitu diakhiri tanda titik (.). b) Kalimat Interogatif Kalimat interogatif berfungsi untuk menanyakan sesuatu yang mempunyai intonasi tanya yang ditandai oleh tanda tanya atau kata tanya. Perhatikan contoh berikut : (16) Lebih untung mana ? (17) Mau arisan yang lebih seru ? (18) Mana revo loe ? Kalimat (16), (17), dan (18) adalah kalimat interogatif karena ketiganya mempunyai pola intonasi tanya yang ditandai oleh tanda tanya (?). selanjutnya, kalimat (16) dan (18) selain ada tanya juga menggunakan kata tanya mana yang bermakna menanyakan sesuatu dari suatu kelompok. c) Kalimat Imperatif 22 Kalimat imperatif adalah kalimat yang berfungsi untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara. Kalimat ini berpola intonasi perintah yang ditandai dengan tanda seri (!). kalimat imperatif ini ada yang berbentuk perintah sebenarnya, misalnya data berikut ini : (19) Hilangkan bau tidak sedap ! (20) Taklukkan ketombe membandel ! (21) Segera redakan ! Selanjutnya, kalimat imperatif ada yang berbentuk larangan, seperti contoh berikut : (22) Jangan biarkan bau tidak sedap menganggu Anda ! (23) Jangan gunakan sabun biasa untuk bersihkan daerah kewanitaan ! (24) Jangan Cuma jadi mimpi ! Kemudian, kalimat imperatif juga dapat berbentuk ajakan, seperti contoh berikut : (25) Buruan ! (26) Cobain perdana Esia baru ! (27) Coba ponds white beuaty ! d) Kalimat Seruan Kalimat seruan adalah kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan perasaan pembicara. Kalimat ini mempunyai pola intonasi seru yang ditandai oleh tanda seru (!). lihat contoh berikut : (28) Wow ! kulkas lemon baru (29) Wah ! oreo wafer baru (30) Mmm ! kres banget 23 Kalimat (28), (29), dan (30) adalah kalimat seru karena ditandai oleh tanda seru (!) dan interjeksi wow, wah, dan mmm. Ketiga interjeksi ini bermakna kagum dan senang dengan sesuatu. B. Informasi dan Maksud yang Disampaikan Iklan Pada bagian ini akan dijelaskan informasi yang disampaikan iklan. Selanjutnya, akan dijelaskan juga maksud yang disampaikan. Informasi dalam iklan adalah isi pesan iklan tersebut sedangkan maksud adalah aspek, makna, tujuan yang bergantung pada pembuatan iklan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan ditemukan informasi dan maksud yang disampaikan iklan dapat dibedakan atas informasi kesehatan, kecantikan dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, otomotif dan elektronik. Sebaliknya, maksud yang disampaikan oleh iklan dapat digolongkan atas tiga jenis yaitu deleratif, persuasif, dan imperatif. 1. Informasi yang Disampaikan Iklan Informasi yang disampaikan melalui teks iklan adalah isi pesan iklan tersebut. Informasi tersebut yaitu kesehatan, kecantikan dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, otomotif, dan elektronik, dapat dilihat pada contoh data berikut : (1) Beri si kecil stimulasi dan nutrisi yang tepat agar koneksi sel-sel otaknya optimal (2) Pilih anti demam kandungan ibu profem karena aman, tidak merusak hati terhindar dari penyakit liver 24 (3) Redoson Fortimum membantu sistem daya tahan tubuh Iklan yang berisikan informasi kecantikan dan perawatan tubuh terdapat pada contoh iklan dibawah ini : (4) Kandungan Melawe C Bright dan Ekstrak Green Tea bekerja aktif melindungi wajah dari efek buruk sinar matahari, menjaganya tetap lembab dan tampak putih berseri. (5) Bedak tabur yang mengandung tabir surya dan antiseptik untuk melindungi kulit wajah dari kotoran dan debu. (6) Pembersih yang mengandung Triclosan yang efektif membunuh bakteri penyebab jerawat, serta mengandung vitamin E dan Glyeerin sebagai pelembab kulit wajah. Iklan yang berisikan informasi tentang makanan dan minuman dapat dilihat pada contoh data berikut ini : (7) Nikmati ngemil sehat ala Aloe Vera Wong Coco (8) Pilih energi terbaik dari vitamin terlengkap (9) Mie gelas hanya protein dan gandum protektif Berikut ini contoh iklan yang menjelaskan otomotif : (10) Semua aktivitas Anda menjadi lebih mudah dan menyenangkan dengan mitsubisi mavem (11) Honda Beat idola skuter matik terbaru (12) Hingga kini Suzuki tak tertandingi Selanjutnya, informasi bidang elektronik dalam teks iklan dapat diamati pada contoh data berikut : 25 (13) Nokia 1650 dan Nokia 1208 + XL, hidup lebih berwarna, nelpon sampe puass, gratis 1800 SMS (14) Blender philips food grade merupakan satu-satunya blender yang menjamin keamanan proses pengolahan makanan (15) Skin Fot TV Zoombass memadukan kualitas gambar dengan dentuman suara yang luar biasa. 2. Maksud yang disampaikan Iklan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh maksud yang disampaikan iklan ada tiga jenis, yaitu deklaratif, persuasif, dan impratif. Berikut uraian maksud masing-masing. Makna aspek maksud deklaratif dapat dilihat pada contoh data berikut ini : (16) Anum Essential mengandung AA, DHA dan juga Gangliosida (GA) yang berasal dari lupida kompleks. (17) Vitalac 1+ susu pertumbuhan untuk usia 1 sampai 4 tahun (18) Vitalac 3 kini hadir dengan kemasan dan nama baru Dalam iklan dapat dilihat makna aspek maksud persuasif, seperti contoh data berikut : (19) Lancar ASI membantu memperbanyak ASI, sehatkan bayi (20) Autan selalu melindungi keluarga Anda dari nyamuk demam berdarah (21) Absolute wanita mutlak perlu. Selanjutnya, makna aspek maksud inperatif dapat dilihat pada contoh data berikut : 26 (22) Hindarkan hal yang tidak diinginkan, seperti timbulnya kejang demam (step) ! (23) Jangan gunakna sabun biasa untuk bersihkan daerah kewanitaan ! (24) Taklukan ketombe membandel ! C. Respon Masyarakat Terhadap Iklan Berbicara tentang respon masyarakat terhadap iklan, sebagian besar responden menyukai iklan. Alasan mereka menyukai iklan adalah iklan disajikan dalam tampilan yang menarik untuk dinikmati misalnya ; iklan rokok, minuman, dan alat kecantikan. Selanjutnya, iklan dapat memberikan infomasi dan inspirasi bagi mereka. Namun bagi responden yang tidak menyukai iklan menganggap iklan banyak bohongnya dan penyampainya terlalu berlebihan contoh iklan Kuku Bima Roso. Menurutnya, tidak mungkin stamina bertambah dengan cepat seperti apa yang diiklankan. D. Pengaruh Iklan Terdapat Masyarakat Melalui tayangan iklan, materialisme ditanamkan pada masyarakat. Iklan mengajarkan suatu filsafat umum kehidupan, bahwa suatu filsafat umum kehidupan, bahwa ukuran utama seorang manusia adalah konsumsi barangnya (Martodirdjo, 1998 : 87). Secara berkesinambungan lewat pesan-pesan yang sugestif dan subliminal, iklan mengaktifkan dorongan-dorongan bawah sadar yang mendominasi 27 kehidupan manusia, misalnya iklan obat dan alat kecantikan yang menanamkan sugesti bahwa terdapat solusi-solusi instan bagi problem-problem pribadi. Dengan seringnya menonton iklan, masyarakat cenderung membeli barang yang diiklan daripada barang yang tidak diiklankan. Ini terbukti dari jawaban responden. Alasan mereka adalah atau produk yang diiklankan adalah produk bermutu dan berkualitas tinggi. Walaupun begitu ada juga masyarakat yang tidak membeli barang karena sudah diiklan, tetapi membeli barang karena kebutuhan. Jadi, iklan tidak saja berpengaruh buruk terhadap masyarakat, tetapi juga berpengaru baik. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasilnya seperti bahasa iklan dilihat dari tataran frase, klausa, dan kalimat. Tataran frase ditentukan dua tipe frase yaitu endosentris dan eksosentris. Berdasarkan pengisi konstituen inti, frase yang ditemukan adalah frase verbal, nominal, adjektif, dan numeral. Tataran kalimat ditemukan kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi ditemukan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan seru. Selanjutnya, informasi yang disampaikan oleh iklan adalah informasi tentang kesehatan, kecantikan oleh perawatan, makanan dan minuman, otomotif, dan eletronik. Sebaliknya, maksud yang disampaikan adalah aspek maksud deklaratif, persuasif, dan imperatif. 28 Respon masyarakat terhadap iklan ada yang baik dan ada pula yang tidak baik. Masyarakat yang merespon baik terhadap keberadaan iklan adalah sebagian besar karena mereka mendapat informasi dari iklan, sedangkan yang merespon tidak baik berpendapat bahwa iklan itu menyesatkan. DAFTAR PUSTAKA Alieva, N.F dkk. 1991. Bahasa Indonesia Deskripsi dan Teori. Yogyakarta : Kanisius. Alwi, Hasan dkk. 2000. Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta : Balai Pustaka. Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa : Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Arifin, E. Zaenal dan Jumaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta : PT. Grasindo Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2. Bandung : PT. Eresco -------------------------------. 1993. Metode Linguistik. Bandung : PT. Eresco Efri Yades. 2003. Analisis Wacana Pragmatik pada Wacana Iklan di Media Cetak. Dalam Jurnal Penelitian Andalas No. 42/ September/ tahun XV/ 2003. Hanafi, Abdul Halim. 2007. Metode Penelitian bahasa. Batusangkar : STAIN Batusangkar Press. Hoed (Editor). 1992. Transformasi Budaya seperti Tercermin dalam Perkembangan Bahasa – Bahasa di Indonesia. Jakarta : UI Koentjaraningrat. 1979. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Leech, Geoffrey. 1983. Semantics. Penguninn Books Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. Gajah Grafindo Persada. Marjo, Y. S. 1994. Surat-Surat Lengkap. Jakarta : CV. Setia Kawan. Olwiwutun, paul. 2002. Sosiolinguistik : Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarajak dan Kebudayaan. Jakarta : Visipro. Parera, Jos Naniel. 1994. Sintaksis. Jakarta : PTG/ Gramedia Pustaka Utama Ramlan. 1996. Sintaksis Edisi VII. Yogyakarta : CV. Karyono 29 Rivers, William dkk. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern Diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. Jakarta : Prenada Media. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta : LPP dan UNS Pres. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Seri ILDEP. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Widyatama, Lendra. 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. Wijana, I Dewa Putu dan M. Rohmadi. 2008. Semantik Teori dan Analisis. 30