Cover Skripsi - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

advertisement
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BATUAN DI KABUPATEN MAMUJU
PROVINSI SULAWESI BARAT
(Penelitian pada Ekspedisi Negara Kesatuan Republik Indonesia Koridor
Sulawesi 2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SUCI LESTARI
NIM: 109015000138
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Suci Lestari (NIM: 109015000138). Identifikasi Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. (Penelitian pada kegiatan Ekspedisi NKRI
Koridor Sulawesi 2013). Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
Latar belakang penelitian ini dikarenakan belum adanya data yang valid dari
Dinas Pertambangan Mamuju mengenai identifikasi jenis-jenis batuan di
Kabupaten Mamaju. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa dijadikan
inventaris Sumber Daya Alam khususnya untuk jenis-jenis batuan di Kabupaten
Mamuju. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan data dasar geologi
dalam hal ini berupa potensi jenis-jenis batuan dan penyebarannya di Kabupaten
Mamuju.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis
dengan menggunakan pendekatan survey. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dari Bulan Maret sampai dengan Bulan Juni
2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui jenis-jenis
batuan dan persebarannya adalah studi kepustakaan, dan studi lapangan yaitu
dengan wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa diperoleh 15 jenis batuan dengan 5
temuan bahan galian golongan A yaitu basalt dengan kandungan radioaktif, dan
batubara jenis subbituminous dan lignit, lalu 6 temuan bahan galian golongan B
yaitu bijih besi (porfiri basal dan batupasir), bijih tembaga, emas, kuarsa, dan
mangan, lalu 11 temuan untuk bahan galian golongan C yaitu peridotit, marmer,
konglomerat, diorit, breksi, turquoise, batupasir, batulempung, batugamping
terumbu, batugamping klastik, dan andesit. Jenis-jenis batuan inipun tersebar di 7
Kecamatan di Kabupaten Mamuju yaitu Kecamatan Kalukku, Kalumpang,
Tommo, Tapalang, Bonehau, Karossa, dan Tobadak. Terdapat 5 temuan bahan
galian golongan A (strategis), 6 temuan bahan galian golongan B (vital), dan 11
temuan bahan galian yang bukan termasuk A dan B (C).
Kata Kunci: Penelitian Deskriptif Analisis, Survey, Jenis-Jenis Batuan dan
Persebarannya.
iv
ABSTRACT
Suci Lestari (NIM: 109015000138). Identification of Rock types in the District
Mamuju. (Research at NKRI Expedition Corridor Sulawesi 2013). Thesis. Jakarta:
Department of Education Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State
Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
The background of this research due to the lack of valid data from the
Department of Mines Produktion on the identification of the types of rocks in the
District Mamaju. Given this research is expected to be used as an inventory of
natural resources, especially for the types of rocks in Mamuju. The purpose of this
study was to provide basic data geology in this case a potential rock types and
distribution in Mamuju.
The method used in this research is descriptive method of analysis using a
survey approach. This research was conducted in the District of West Sulawesi
Produktion from March to June 2013 Month of data collection techniques were
used to determine the types of rocks and spreading is literature studies, and field
studies is by interview, observation, and documentation.
The obtained results showed that 15 kinds of rock with 5 findings excavated
material is basalt with a class A radioactive content, and sub-bituminous and
lignite coals, then 6 findings minerals namely iron ore group B (porphyry basalt
and sandstone), copper ore, gold , quartz, and manganese, and 11 findings for
minerals category C is peridotite, marble, conglomerate, diorite, breccia,
turquoise, sandstone, mudstone, limestone reefs, clastic limestone, and andesite.
The types of rocks even this spread in District 7 District of the District Kalukku
Produktion, Kalumpang, Tommo, Tapalang, Bonehau, Karossa, and Tobadak.
There are 5 findings excavated materials class A (strategic), 6 findings minerals
group B (vital), and 11 findings are not minerals, including A and B (C).
Keywords: Descriptive Analysis Research, Survey, Rock Types and Spreading
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BATUAN DI KABUPATEN
MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT” (Penelitian pada Ekspedisi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Koridor Sulawesi 2013), ini dengan
baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa
cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang
diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:
1.
Ibu Nurlena Rifai, M.A.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah tulus dan ikhlas
memberikan bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Syaripulloh.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I penulis
yang telah tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi
untuk menyelesaikan skripsi.
vi
5.
Bapak Sodikin, S.Pd.,M.Si., (the young lecturer, salute) selaku Dosen
Pembimbing II penulis yang telah tulus dan ikhlas memberikan bimbingan,
bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
6.
Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku Dosen spiritual penulis, terima kasih atas
supportnya.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan
yang tidak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi
penulis.
8.
Kedua orang tua tercinta Bapak Matridi dan ibu Dian Mardiana yang
senantiasa memberikan do’a, motivasi dan dukungan baik moril dan materil
kepada penulis selama ini dalam hal apapun, you are my inspiration.
9.
Untuk kakak tercinta Mega Friyanti, SP., dan adik-adik tercinta Fajar
Khoirunnisa dan Mahdum Ibrahim, serta seluruh keluarga besar. Terima kasih
karena kalian merupakan mutiara terindah yang diberikan Allah SWT dalam
hidup penulis.
10. Teman-teman seperjuangan penulis Nina Nuraini,S.Pd., Riadlul Jannah,
S.Pd., dan Siti Sugiyati kalian merupakan kekuatan bagi penulis serta kepada
angkatan 2009. Terima kasih atas segala dukungannya, semoga Allah
membalas semua kebaikannya.
11. Untuk adik angkat Angga Mailangga, terima kasih supportnya dan jangan
lupa prioritas kita masuk UIN Jakarta ini adalah untuk belajar.
12. Untuk kakak angkat Novrizal Fahmi, terima kasih telah mengajarkan penulis
membuat peta dengan software Arcview.
13. Deni Mildan serta Tim Geologi Mamuju, kawan-kawan di Subkorwil
VI/Mamuju dan seluruh peserta maupun panitia Ekspedisi NKRI Koridor
Sulawesi 2013, terima kasih atas sharing ilmu dan pengalaman yang tak
terlupakan.
14. Terima kasih kepada someone yang telah memberikan kenangan manis dan
sedikit pahit, sehingga penulis termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
vii
15. Keluarga Besar Kelompok Pecinta Alam Arkadia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas supportnya selama ini, kalian adalah keluarga dan
rumah keduaku.
16. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas doa dan bantuannya.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semogaAllahS.W.T.
memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kepada-Nya, Amin
Jakarta, 29 Mei 2014
Suci Lestari
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Contoh Mineral ................................................................ 11
Tabel 3.1
Waktu Penelitian ............................................................ 17
Tabel 4.1
Fasilitas Umum ………………………………………... 25
Tabel 4.2
Luas Kawasan Hutan pada Tahun ................................... 27
Tabel 4.3
Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju ...................... 54
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………..
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………….
ii
SURAT PERYATAAN KARYA SENDIRI ………………………….
iii
ABSTRAK ……………………………………………………………
iv
ABSTRACT ………………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....…..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah……................................................................ 4
C. Pembatasan Maslah ........................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5
F. Sistematika Penelitian ………….................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Identifikasi ...................................................................... 7
B. Pengertian Batu atau Batuan ............................................................. 7
C. Jenis-Jenis Batuan ............................................................................. 8
1. Batuan Beku ................................................................................ 8
2. Batuan Sedimen ..........................................................................
9
3. Batuan Metamorf ........................................................................ 10
D. Pengertian Mineral ...........................................................................
11
E. Tahap Eksplorasi ..............................................................................
12
x
F. Hasil Penelitian Relevan ..................................................................
15
G. Kerangka Berpikir ............................................................................
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 18
B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 19
C. Metode Penelitian ............................................................................. 20
D. Objek Penelitian ................................................................................ 20
E. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 21
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 21
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 ................. 25
1. Pendahuluan ................................................................................. 25
2. Dasar ............................................................................................ 25
3. Tema ............................................................................................ 26
4. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 26
5. Sasaran ........................................................................................
26
B. Kondisi Umum Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat .......
27
1. Letak Geografis .........................................................................
27
2. Jumlah Penduduk ......................................................................
28
3. Keadaan Sosial ..........................................................................
28
4. Sektor Pertanian ........................................................................
28
5. Sektor Peternakan .....................................................................
29
6. Sektor Perikanan ........................................................................
29
7. Sektor Perkebunan .....................................................................
29
8. Sektor Kehutanan ......................................................................
30
C. Identifikasi Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat ................................................................................................
30
1. Andesit ..................................................................................... 30
xi
2. Basalt .......................................................................................
31
3. Batubara ..................................................................................
36
4. Batugamping klastik ..............................................................
41
5. Batugamping terumbu ............................................................
42
6. Batulempung ...........................................................................
43
7. Batupasir .................................................................................
44
8. Breksi ......................................................................................
49
9. Diorit .......................................................................................
50
10. Emas ......................................................................................... 52
11. Konglomerat ............................................................................ 53
12. Kuarsit ...................................................................................... 54
13. Mangan ...................................................................................
55
14. Marmer ....................................................................................
57
15. Peridotit ...................................................................................
57
D. Analisis Peta Persebaran Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju 69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.................................................................................... 70
B. SARAN............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 72
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, baik
Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat diperbarui (renevable) seperti flora
dengan berbagai jenis tumbuhannya yang menjadi endemik maupun hutanhutan tropisnya sebagai salah satu paru-paru dunia, lalu fauna dengan berbagai
macam jenis hewan baik yang sering kita temukan maupun hewan endemik
yang menjadi ciri khas suatu daerah, betapa Indonesia merupakan
laboratorium keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Lalu ada juga SDA
yang tidak dapat diperbarui (anrenevable) seperti sumber daya mineral,
logam, minyak dan gas bumi yang jika digunakan terus menerus akan habis.
Adapun sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui di Indonesia
khususnya sumber daya tambang menurut data dari Himpunan Pemerhati
Lingkungan Hidup Indonesia (HPLI) “Potensi tambang Indonesia berdasarkan
data Indonesia Mining Asosiation menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk
negara yang kaya akan sumber daya tambang”.1
Dengan rincian kekayaan tambang di Indonesia sebagai berikut:
Potensi Batubara Indonesia
cadangan batubara Indonesia hanya 0,5 % dari cadangan dunia, namun
produksi Indonesia posisi ke-6 sebagai produsen dengan jumlah produksi
mencapai 246 juta ton. peringkat ke-2 terbesar di dunia sebagai eksportir
sejumlah (203 juta ton). Posisi pertama ditempati Australia (252 juta ton),
China sebagai produsen batubara terbesar dunia, hanya menempati
peringkat ke-7 sebagai eksportir (47 juta ton).
Potensi Minyak dan Gas Indonesia
1
Indonesian Oil Reserves – Resources http://www.hpli.org/tambang.php (di akses pada
tanggal 8 September 2014)
1
2
peringkat 25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar
4.3 milyar barrel, peringkat 21 penghasil minyak mentah terbesar dunia
sebesar 1 juta barrel/hari, peringkat 24 negara pengimpor minyak terbesar
sebesar 370.000/hari, peringkat 22 negara pengonsumsi minyak terbesar
sebesar 1 juta barrel/hari, peringkat 13 negara dengan cadangan gas alam
terbesar sebesar 92.9 trillion cubic feet, peringkat ke-8 penghasil gas alam
terbesar dunia sebesar 7.2 tcf, peringkat ke-18 negara pengonsumsi gas
alam terbesar sebesar 3.8 bcf/hari, peringkat ke-2 negara pengekspor
Liquefied Natural Gas (gas alam cair) terbesar sebesar 29.6 bcf,
Potensi Emas Indonesia
Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia.
Menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi emas terbesar didunia.
Menduduki peringkat ke-6 dalam produksi emas di dunia sekitar 6,7%.
Potensi Timah Indonesia
Menduduki peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia
sebesar 8,1% dari cadangan timah dunia. Menduduki peringkat ke-2 dari
sisi produksi sebesar 26% dari julah produksi dunia.
Potensi Tembaga Indonesia
Peringkat ke-7 untuk Cadangan tembaga dunia sekitar 4,1%, peringkat
ke-2 dari sisi produksi sebesar 10,4% dari produksi dunia.
Potensi Nikel Indonesia
Peringkat ke-8 cadangan nikel dunia (cadangan nikel Indonesia sekitar
2,9% dari cadangan nikel dunia), peringkat ke-4 dunia dari sisi produksi
sebesar 8,6%.2
Masih ada lagi kekayaan mineral lainnya di bumi pertiwi ini yang belum
terekspos, tereksplore, maupun di eksploitasi. Ironisnya dengan kekayaan
alam yang disebutkan di atas, angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi
yaitu pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin sebesar 28,28 juta.3
Jika berbicara sumber daya mineral seperti yang disebutkan di atas, maka
yang terlintas adalah berapa banyak kuantitas mineral tersebut, apakah bisa
dieksplorasi dan dikembangkan?. Padahal ada yang lebih penting dalam ilmu
geologi itu sendiri yaitu terdapat di batuan apa mineral tersebut terkandung.
Karena batuan dan mineral seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan dalam proses pembentukan batuan maupun setelah batuan itu
terbentuk. Jadi dalam Geologi, mempelajari Mineralogi yang merupakan
2
Ibid.
BPS: Tingkat Kemiskinan Indonesia Menurun http://www.voaindonesia.com/content/bpstingkat-keliskinan-indonesia-menurun/1948483.html (di akses pada tanggal 8 September 2014)
3
3
salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya4, adalah sebagai dasarnya. Karena mineral adalah
satuan pembentuk bumi dan pada dasarnya bumi ini dibentuk dari mineralmineral yang menyatu dan membentuk batuan. Sehingga Ilmu Geologi selalu
berdampingan dengan Ilmu Mineralogi.
Di Indonesia sendiri, fenomena-fenomena Geologi dari mulai tektonisme,
vulkanisme, maupun seisme sering kali terjadi karena letak Indonesia yang
berada di tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia,
dan lempeng pasifik. Dari fenomena tersebut sering kali kita hanya melihat
sisi negatif dari fenomena-fenomena Geologi saja yaitu kerusakan
infrastruktur dan sebagainya, padahal dengan adanya fenomena tersebut
terbentuk juga cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini
mengakomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun
batuan reservoir hydrocarbon.
Dari sekian banyak pulau di Indonesia yang terkena fenomena geologi,
Sulawesi merupakan salah satunya. Berada di bagian Tengah wilayah
Indonesia. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah
dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut
Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di
utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.5
Sulawesi merupakan wilayah Indonesia yang unik karena di sinilah
terdapat berbagai macam flora maupun fauna endemik, yang membuat daerah
Indonesia Tengah ini mempunyai ciri khas tertentu dari daerah lain. Dari segi
struktur geologisnya pun daerah ini merupakan tempat bagi tiga lempeng
utama bertemu dan berinteraksi, menimbulkan dampak geologi sangat
4
Definisi Mineralogi dan Mineral http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/23/definisimineralogi-dan-mineral/ (di akses pada tanggal 8 September 2014)
5
Sulawesi http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi (di akses pada tanggal 8 September 2014)
4
komplek dan beragam.6 Dengan dasar geologisnya, tidak heran jika Sulawesi
memiliki potensi berbagai
jenis batuan dengan kandungan mineral yang
bermacam-macam pula.
Dalam identifikasi, eksplorasi maupun pengembangan sumber daya
mineral di Kabupaten Mamuju sendiri belum ada data yang valid dari Dinas
Pertambangan Mamuju,7 dan juga belum terdatanya jenis-jenis batuan di
Kabupaten Mamuju sendiri sehingga pada penelitian ini lebih pada identifikasi
jenis-jenis batuan dengan kandungan mineralnya atau menginventariskan
temuan-temuan batuan dengan kandungan mineralnya sebagai kekayaaan alam
daerah dan juga karena tujuan umum kegiatan ini mencari potensi SDA daerah
dan agar pemerintah daerahlah yang mengembangkan potensi-potensi SDA
tersebut dengan data dari lapangan.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Belum adanya data yang valid tentang penyebaran jenis batuan dan
sumber daya mineral di Kabupaten Mamuju.8
2. Identifikasi jenis-jenis batuan di Kabupaten Mamuju.
C. Pembatasan Masalah
Karena bahasan masalah yang cukup luas maka penulis mencoba
membatasi masalah menjadi satu aspek:
“Identifikasi Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju”
D. Perumusan Masalah
Melihat dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka pokok
masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana menginventariskan jenis batuan
6
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 (Jakarta:
PT. Temprina Media Grafika, 2013), h. xxxix
7
Dinas Pertambangan Mamuju. Wawancara. Mamuju, 11 Maret 2013.
8
Ibid.
5
di Kabupaten Mamuju yaitu dengan cara Mengidentifikasi jenis batuan serta
memetakan penyebarannya, dalam menjawab pertanyaan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis batuan apa saja yang terdapat di Kabupaten Mamuju?
2.
Bagaimana penyebaran batuan di Kabupaten Mamuju?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menginventariskan
potensi jenis-jenis batuan dan penyebarannya, juga menyediakan data
dasar geologi dalam hal ini berupa potensi jenis-jenis batuan dan
penyebarannya di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat penelitian secara teoritis:
Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan terutama
ilmu geografi khususnya cabang ilmu geologi, yaitu dapat memberikan
pengetahuan mengenai jenis-jenis batuan dan penyebarannya.
b. Manfaat penelitian secara praktis:
Manfaat penelitian ini adalah sebagai rujukan kepada Pemerintah
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat untuk menginventarisasi
jenis-jenis batuan yang kaya akan sumber daya mineralnya. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat, khususnya mereka yang dekat dengan lokasi daripada
batuan itu dan sumberdaya mineral tersebut.
c. Manfaat penelitian pada bidang pembelajaran:
Yaitu menambah wawasan tentang ilmu geologi khususnya, karena
dapat menjadi pembelajaran dalam mengindentifikasi jenis-jenis
batuan dan penyebarannya.
6
F. Sistematika Penelitian
Pada sistematika penulisan, penulis akan menjelaskan secara ringkas bab
demi bab secara berurutan. Urutan penulisan bab yang akan disajikan adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Merupakan garis besar, arah tujuan, dan alasan penelitian yang
mendorong penulis melakukan penelitian dan meliputi: Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian (Manfaat Teoritis, Manfaat Praktis, dan
Manfaat pada Bidang Pembelajaran), serta Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Memaparkan lebih jauh mengenai teori yang menjadi landasan
penulis, yang meliputi: Tinjauan Pustaka, Hasil Penelitian yang Relevan,
dan Kerangka Berpikir.
BAB III : Metodologi Penelitian
Menguraikan tentang: Lokasi dan Waktu Penelitian, Alat dan
Bahan Penelitian, Metode Penelitian, Objek Penelitian, Jenis dan Sumber
Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan dan Analisis
Data.
BAB IV : Hasil Penelitian
Mendeskripsikan tentang: Profil Kegiatan, Gambaran Umum
Kabupaten Mamuju, Identifikasi jenis-jenis batuan dan penyebarannya di
Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat Pada Ekspedisi NKRI Koridor
Sulawesi 2013.
BAB V : PENUTUP
Membuat kesimpulan dari bab ke bab dan juga saran terhadap hasil
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Identifikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Identifikasi adalah
“/iden·ti·fi·ka·si/ /idéntifikasi/ n 1 tanda kenal diri; bukti diri; 2 penentu
atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya; 3 Psi proses
psikologi yang terjadi pada diri seseorang karna secara tidak sadar dia
membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia
meniru tingkah laku orang yang dikaguminya itu”.1
Menurut Poerwadarminta2 “identifikasi adalah penentuan atau
penetapan identitas seseorang atau benda”. Menurut ahli psikoanalisis
identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang, secara tidak
sadar, seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh
tertentu, sehingga ia berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan
ia adalah tokoh tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Identifikasi dalam
penelitian ini diartikan sebagai identititas atau penetapan dari sebuah
benda, yaitu batu.
B. Pengertian Batu atau Batuan
Batu adalah bahan alami padat yang terbuat dari satu atau
lebih mineral.3
1
Identifikasi http://kbbi.web.id/identifikasi (di akses pada tanggal 28 April 2014)
Poerwadarminta (1976:369)
3
Marcia K. Miller, Rocks and Minerals. Pearson Education, Inc.
2
7
8
C. Jenis-Jenis Batuan
1. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”)
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi
oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe
batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.4
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan beku adalah
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin atau mengeras di
dalam permukaan ataupun magma yang keluar dari permukaan bumi.
Klasifikasi Batuan Beku
Dalam buku Djauhari Noor,
Pengantar Geologi, Batuan beku
diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur,
dan mineraloginya.
a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
1.
Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di
perut bumi.
2.
Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak
jauh dari permukaan bumi
3.
Batuan beku Vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi, berdasarkan warnanya, mineral pembentuk
batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) seperti olivin,
piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti
feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
1.
4
Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
Noor, Djauhari, Pengantar Geologi. (Bogor, Pakuan University Press: 2009), h. 62
9
2.
Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
3.
Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
4.
Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan
beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
1.
Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya
Granit, Ryolit.
2.
Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% 52%. Contohnya Diorit, Andesit.
3.
Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya
Gabbro, Basalt.
4.
Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%.5
2. Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan
bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses
pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat
lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama.
Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan
sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan sedimen disebut dengan
sedimentologi.
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua,
yaitu : Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik.
Batuan sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil
rombakan batuan yang sudah ada (batuan beku, metamorf, atau
sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan
diendapkan disuatu cekungan.
Proses pengendapan sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan
berjalannya waktu sehingga endapan sedimen semakin lama semakin
bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan
endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi
kemudian mengalami proses diagenesa, sementasi dan akhirnya
mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi batuan sedimen. Adapun
kelompok sedimen non-klastik adalah kelompok batuan sedimen yang
genesanya (pembentukannya) dapat berasal dari proses kimiawi, atau
sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati.6
5
6
Ibid, h. 64
Ibid, h. 78
10
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan sedimen
terbentuk dari proses pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain dengan
udara dan air adalah agen utama pengangkut partikel batuan sedimen.
Ciri-Ciri Batuan Sedimen
Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah
dilapangan dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan
sedimen disebabkan oleh (1) perbedaan besar butir, seperti misalnya
antara batupasir dan batulempung; (2) Perbedaan warna batuan, antara
batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang
berwarna abu-abu kehitaman. Disamping itu, struktur sedimen juga
menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau
struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah sifat klastik, yaitu
yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan
yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik.
Kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat
fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap
ketika batuan tersebut diendapkan.7
3. Batuan Metamorf
Dalam buku Djauhari Noor, Pengantar Geologi, kata “metamorfosa”
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism” dimana “meta” yang
artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”. Dengan demikian
pengertian “metamorfosa” dalam geologi adalah merujuk pada perubahan
dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan
yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan
temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan
bahwa istilah “diagenesa” juga mengandung arti perubahan yang terjadi
pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur
dibawah 200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau
setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan “metamorofsa”
terjadi pada temperatur dan tekanan diatas “diagenesa”. Batuan yang dapat
mengalami tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya
berada pada kedalaman tertentu dan biasanya berasosiasi dengan proses
tektonik, terutama di daerah tumbukan lempeng atau zona subduksi. Batas
7
Ibid, h. 80.
11
atas antara proses metamorfosa dan pelelehan batuan belum ditemukan
hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair, maka proses perubahan
merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan metamorf adalah
batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen, metamorf)
yang mengalami perubahan temperature (T), tekanan (P), atau Temperatur
(T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada pembentukan
mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.8
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batuan metamorf
adalah batuan yang terbentuk dari batuan beku atau batuan metamorf yang
mengalami perubahan tekanan dan temperatur pada saat batuan itu
terbentuk sampai berubah menjadi batuan metamorf.
d. Pengertian Mineral
Kulit bumi bagian terluar atau kerak bumi disusun oleh zat padat
yang sehari-hari kita sebut batuan. Sedangkan batuan meliputi
segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik padat
maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan
merupakan ramuan beberapa jenis mineral. Dan mineral adalah
suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia) atau persenyawaan
(kimia) yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan
mempunyai susunan kimiawi tertentu dalam suatu penempatan
atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur Kristal.9
Adapun dari sumber lain,10 “Mineral didefinisikan sebagai
bahan/zat anorganik padat yang homogen, terbentuk di alam dan
mempunyai susunan kimia dan sistem kristal tertentu”. Beberapa
contoh mineral dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Contoh Mineral
Komposisi Kimia
Ca Co3
PbS
8
Sistem Kristal
Rombohedral
Isometrik
Nama Mineral
Kalsit
Galena
Ibid, h. 87
Setia, Doddy Graha, Batuan dan Mineral. (Bandung: Nova, 1987), h. 145.
10
Geological Handbook “Dasar-Dasar Geologi” http://wingmanarrows.wordpress.com
(di akses pada tanggal 15 April 2014)
9
12
Fe2O3
Rombohedral
Hematit
Fe2O4
Isometrik
Magnetit
NaCl
Isometrik
Halit
CaSO4
Ortorombik
Anhidrit
CaSO4 . 2H2O
Monoklin
Gipsum
C
Isometrik
Intan
C
Heksagonal
Grafit
FeS2
Isometrik
Pyrit
FeS
Heksagonal
Pyrotit
Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral, misalnya:
SiO2 (opal, karena amorf), C (batubara, karena merupakan bahan organik),
H2O (air, karena bukan benda padat).
Mineral dapat merupakan bahan berharga/bahan tambang seperti:
Cu5FeS4 (bornit, merupakan bijih tembaga), CuFeS4 (kalkopirit,
merupakan bijih tembaga), Fe2O3 (hematit, merupakan bijih besi), Fe3O4
(magnetit, merupakan bijih besi), dan lain-lain. Atau dapat merupakan
gangue (pengotor) bahan tambang (dibuang), misalnya : SiO2 (kuarsa,
pada tambang timah), FeS2 (pirit, pada tambang tembaga, emas), Na-Ca
Si3O8 (felspar, pada tambang timah primer), dan lain-lain.
e. Tahap Eksplorasi
Dalam Standar Nasional Indonesia: Pedoman Pelaporan, Sumberdaya,
dan Cadangan Mineral Tahap eksplorasi (Exploration Stages) adalah
urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap
sebagai berikut : Survai tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum dan
Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk
mengidentifikasi pemineralan (mineralization), menentukan ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral
untuk
kemudian
dapat
dilakukan
analisa/kajian
kemungkinan
dilakukannya investasi.
Survai Tinjau (Reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral
pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, di
antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak
13
langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan
kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi.
Tujuannya
adalah untuk
mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif
untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya
dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan
endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama.
Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi dengan jalan
mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial.
Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi
singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan
geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan
mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi
kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan
geofisika.
Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi
yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi.
Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan
jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi
pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa
dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung.
Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan
mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya
dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan
eksplorasi rinci diperlukan.
Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi
untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral
yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor,
shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga
ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari
14
endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di
perlukan.
Laporan Eksplorasi (Exploration Report) adalah dokumentasi
mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang menggambarkan ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan mineral. Laporan tersebut
memberikan status mutakhir mengenai sumber daya mineral yang dapat
digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi
kelayakan tambang.11
Macam-Macam Bahan Galian
Dalam Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 1980 Tentang
Penggolongan Bahan Galian meyatakan sebagai berikut:
A. Golongan A bahan galian strategis:
1.
minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam.
2.
bitumen padat, aspal.
3.
antrasit, batubara, batubara muda.
4.
uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip
lainnya.
5.
nikel, kobalt.
6.
timah
B. Golongan B bahan galian vital.
11
1.
besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan.
2.
bauksit, tembaga, timbal, seng.
3.
emas, platina, perak, air raksa, intan.
4.
arsin, antimon, bismut.
Standar Nasional Indonesia: Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan Mineral
(https://www.academia.edu/6407945/STANDAR_NASIONAL_INDONESIA_Klasifikasi_Sumbe
rdaya_Mineral_dan_Cadangan), (di akses pada tanggal 13 September 2014)
15
5.
yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya.
6.
berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa.
7.
kriolit, fluorpar, barit.
8.
yodium, brom, khlor, belerang.
C. Golongan C bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B.
1.
nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite).
2.
asbes, talk, mika, grafit, magnesit.
3.
yarosit, leusit, tawas (alum), oker.
4.
batu permata, batu setengah permata.
5.
pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit.
6.
batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap
(fullers earth).
7.
marmer, batu tulis.
8.
batu kapur, dolomit, kalsit.
9.
granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan a amupun golongan b
dalam
jumlah
yang
berarti
ditinjau
dari
segi
ekonomi
pertambangan.12
f. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kajian beberapa penelitian
yang telah dilakukan para penulis sebelumnya yang sama-sama fokus
permasalahan yang berkaitan dengan Identifikasi Sumberdaya Mineral
sebagai berikut:
1. Muhammad Nafi’an dalam Identififikasi Mineral Bijih Besi Blok
Utara dan Menggunakan Metode Induced Polarization (Ip) di
Daerah Oku Selatan Sumatera Selatan. Memberikan kesimpulan
bahwa salah satu metode geolistrik yang paling efektif untuk
menentukan keberadaan kandungan mineral bijih besi yaitu dengan
12
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian
16
menggunakan metode Induced Polarization (IP). Metode IP adalah
proses polarisasi listrik yang terjadi pada permukaan logam serta
untuk mengetahui pola penyebarannya secara horizontal dan
vertical berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan
konfigurasi wenner, hasil pengolahan data dan pemodelan 2D
dengan
menggunakan
software
Res2Dinv
menggambarkan
distribusi nilai chargebilitas dan nilai resistivitas, sehingga
memudahkan
dalam
interpretasi
data,
khususnya
untuk
mengidentifikasi kandungan bijih besi di daerah Pulau Beringin.
Untuk dapat diketahui teridentifikasi akan adanya mineral bijih
besi dan nilai chargebilitasnya lebih tinggi dibandingkan nilai
resistivitasnya, dari 8 (delapan) jalur blok utara penelitian hanya
satu yang terdapat indikasi akan keberadaan mineral bijih besi
yaitu pada titik K.17 tapi tidak signikan karena tidak didukung
dengan nilai chargebilitas yang tinggi dan nilai resistivitas yang
rendah pada jalur lain.
g. Kerangka Berfikir
Identifikasi jenis-jenis batuan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat merupakan salah satu cara mengetahui keterdapatan potensi jenisjenis batuan tersebut dari lokasi dan persebarannya sehingga dapat
menginventariskan potensi jenis-jenis batuan yang ada di daerah tersebut,
menjadi modal untuk pembangunan daerah tersebut dengan ketersediaan
sumber daya mineral dalam batuan tersebut. Dalam kerangka berfikir ini
identifikasi jenis-jenis batuan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat merupakan salah satu cara untuk menginventariskan potensi jenisjenis batuan yang ada di daerah tersebut.
17
Alur Penelitian
Ekspedisi NKRI
Koridor Sulawesi
2013
Sub Korwil
VI/Mamuju
Tim Peneliti
Geologi
Pengambilan Data Lapangan
Data Hasil
Lapangan
• library research
• field research
• wawancara
• observation
• dokumentasi
Penentuan
Rencana
Kegiatan Geologi
Pengolahan Data
•pengumpulan data
•reduksi data
•penyajian data
•penarikan kesimpulan
Interpretasi
Hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat pada kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013, mulai dari
Maret – Juni 2013. Kabupaten Mamuju terletak pada koordinat antara 00
53’ 10’ sampai 20 54’ 52’ Lintang Selatan dan 1180 54’ 47’ sampai 1200
05’ 35’ Bujur Timur.1
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian
Adapun penelitian sampai penulisan skripsi dilakukan pada Tahun 2013
sampai 2014. Seperti pada Tabel 3.1.
1
Kabupaten Mamuju http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-mamuju.xhtml (di akses
pada tanggal 5 April 2014)
18
19
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
2
3
4
5
B.
Penelitian
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Penulisan
Skripsi
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Palu Geologi
2. Kompas Geologi.
3. Komparator
4. Pita ukur
5. Kamera digital
6. Laptop
7. Buku catatan
8. Pulpen
9. Pensil
10. Penggaris
11. Global Potition System (GPS)
12. Loop
13. Magnet
Mei
April
Maret
Februari
Januari
Desember
November
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Penyusun
Rencana
Penelitian
Maret
1
Februari
No.
Kegiatan
Bulan (2013 s/d 2014)
20
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. HCL
2. Peta Provinsi Sulawesi Barat
C.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif
analisis dengan menggunakan pendekatan survey. Pendekatan survey adalah salah
satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan
data yang luas dan banyak.2
Van Dalen mengatakan bahwa “survey merupakan bagian dari studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala)
dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar
yang sudah ditentukan”. Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok3.
D.
Objek Penelitian
Menurut Arikunto4 mengemukakan pengertian objek penelitian sebagai
berikut:
“Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan
inti dari problematika penelitian”.
Objek penelitian disini adalah batuan dan kandungan mineralnya di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.
2
Metode
Penelitian
Survei
http://elfiraismy.wordpress.com/2009/11/09/metodepenelitian-survei/ (di akses pada tanggal 10 April 2013)
3
Metode Penelitian Survey http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-Survey
(di akses pada tanggal 9 September 2014)
4
Arikunto (2001:29).
21
E.
Jenis dan Sumber Data
Penulisan melakukan berbagai jenis dan pengumpulan data yang bertujuan
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data tersebut
terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada Ir.
Nurdin Ashat, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Geologi Pertambangan
Yayasan Punggawa Malolo Mamuju di Kabupaten Mamuju dan beliaupun
merupakan salah satu ahli geologi dari Mamuju merupakan Alumni jurusan
Geologi Universitas Hasanuddin Makassar, mengenai jenis-jenis batuan
dengan kandungan mineral di Kabupaten Mamuju.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan sebagai pendukung dari
data primer seperti artikel, koran, majalah, sebagai sumber tertulis lainnya
yang dibahas dalam penelitian.
F.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Library Research (studi kepustakaan), digunakan untuk melihat dan
mempelajari buku-buku, literatur-literatur dan bahan referensi
lainnya sebagai sumber untuk menguraikan landasan teoritis dari
skripsi ini.
2. Field Research (studi lapangan), digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data dari lapangan. Yang dalam pelaksanaannya
digunakan3 (tiga) instrumen penelitian, yaitu:
22
a. Wawancara5
Wawancara diakukan untuk menguatkan informasi data yang
diperoleh sebagai bahan penulisa skripsi. Dalam penelitian ini
penulis melakukan wawancara dengan Ir. Nurdin Ashat,
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Geologi Pertambangan
Yayasan Punggawa Malolo Mamuju di Kabupaten Mamuju
dan beliaupun merupakan salah satu ahli geologi dari Mamuju
merupakan Alumni jurusan Geologi Universitas Hasanuddin
Makassar. dalam wawancara ini penulis ingin mengetahui
jenis-jenis
batuan
dengan
kandungan
mineral
dan
persebarannya di Kabupaten Mamuju.
b. Observation (pengamatan)
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mecatat secara sitematik gejala
yang diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, buku, surat, majalah, dan sebagainya. Dalam
penelitian ini penulis mencari data tentang jenis-jenis batuan
dengan kandungan mineral dan persebarannya di Kabupaten
Mamuju.
G.
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah paling penting untuk
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Dalam penelitian ini analisis data
yang digunakan adalah dengan metode deskriptif analisis. Maksudnya adalah
analisis gambaran secara objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan
kualitatif, datanya diperoleh melalui wawancara dan pengamatan.
5
Mamuju
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Geologi Pertambangan Yayasan Punggawa Malolo
23
Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah model
analisis data mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis dalam model ini,
yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan6.
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang
terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstrakan, dan mentransformasikan data mentah
yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Penyajian Data
Setelah melalui data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif dalah teks naratif yang menceritakan
secara panjang lebar temuan penelitian. Adapun untuk klasifikasi batuan
peneliti juga menggunajan tabel klasifikasi batuan beku menurut Russell B.
Travis.
Kemudian untuk melakukan pemetaan jenis batuan dilakukan dengan
analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) yang menggunakan software
ArcView Versi 3.3.
4. Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini seleksi data, penarikan kesimpulan sudah dimulai
dari proses awal diperolehnya data. Oleh karena peneliti sebagai bagian
dari instrumen penelitian, sehingga setiap data telah dicek keakuratan dan
6
Milles dan Huberman, 1992: 15-20
24
validitasnya. Dengan model analisis Interaktif maka peneliti dapat
mengambil sebuah kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menyimpan potensi
sumber daya alam yang sangat kaya, unik & endemik. Kekayaan sumber
daya alam tersebut sebagian besar terdapat di wilayah daratan Indonesia
termasuk di antaranya pegunungan bukit barisan & pulau Kalimantan yang
beberapa diantaranya sudah mulai punah & rusak baik karena faktor alam
( bencana ) atau manusia. TNI-AD dengan gagasannya menunjuk
Kopassus yang ketiga kalinya untuk merencanakan & melaksanakan
ekspedisi, dengan segenap seluruh komponen masyarakat lainnya sebagai
bentuk pembinaan teritorial dalam menjaga kelestarian alam, mencari data
& menelusuri secara langsung di lapangan segala potensi yang ada di
daerah baik di Sumatera maupun di Kalimantan melalui suatu kegiatan
“Ekspedisi Bukit Barisan tahun 2011” & “Ekspedisi Khatulistiwa 2012”.
Banyaknya manfaat yang positif & tanggapan yang sangat positif dari
semua komponen bangsa, sehingga ekspedisi yang akan datang,
dilaksanakan di Sulawesi di beri nama “Ekspedisi NKRI 2013: Koridor
Sulawesi”.
2. Dasar
a. Surat Panglima TNI No B/1677-07/12/07/OPS tgl 15 Mei 2012
tentang saran dimasukannya kegiatan Ekspedisi TNI ke dalam
program Kemenkokesra RI.
b. Surat
Undangan
Menkokesra
Nomor
1081/UND/KMK/DEP.I/X/2012. Tanggal 29 Oktober tentang
penyelenggaraan Seminar Nasional Ekspedisi NKRI Koridor
25
26
Sulawesi
dengan
tema
“Lestarikan
Alam
Dalam
Rangka
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Demi Kesejahteraan
Rakyat”. Hasil pelaksanaan kegiatan Ekspedisi Bukit Barisan 2011
dan Ekspedisi Khatulistiwa 2012.
3. Tema
"Lestarikan
Alam
Dalam
Rangka
Mendukung
Pembangunan
Berkelanjutan Demi Kesejahteraan Rakyat"
4. Maksud & Tujuan
a. Mendata & Meneliti Potensi Kekayaan Alam di Hutan, Gunung &
Pegunungan, Ralasuntai Serta Pulau Terdepan Bersama Segenap
Komponen Bangsa sebagai
sumbangsih TNI, POLRI &
Masyarakat Kapada Pemerintah RI dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
b. Membangkitkan Kesadaran Teritorial, Sehingga dapat dikelola
menjadi keunggulan teritorial.
c. Memberikan keteladanan kepada masyarakat untuk menjaga
kelestarian hutan melalui program "Green, Clean & Healthy".
5. Sasaran
a. Terdatanya
kerusakan
lingkungan
&
dapat
menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk melakukan rebosiasi & Menjaga
kelestarian alam.
b. Terdatanya Flora dan Fauna Yang hampir punah & ditemukannya
spesies baru.
c. Terpetakannya potensi Geologi sehingga dapat diolah dengan baik
guna kesejahteraan rakyat serta dapat mengantisipasi kerugian
besar akibat bencana yang dihadapi .
d. Tergalinya Sosial Budaya setempat serta kearifan lokal.
e. Terjaganya
Keutuhan
Wilayah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia dengan mewujudkan jiwa persatuan dan kesatuan antara
TNI, Polri dan seluruh komponen Bangsa.
27
f. Terwujudnya Rasa Cinta Tanah Air dan terpeliharanya kelestarian
alam di Pulau Sulawesi.
g. Terbantunya kesulitan rakyat dalam hal perumahan, kesehatan,
pendidikan dan meningkatnya kesejahteraan rakyat.
Dalam Ekspedisi inipun terdapat beberapa wilayah penelitian
dan dipusatkan menjadi sembilan titik lokasi yaitu Subkorwil I
Sangihe, Subkorwil II Minahasa, Subkorwil III Bone Bolango,
Subkorwil IV Sigi, Subkorwil V Luwuk Banggai, Subkorwil VI
Mamuju, Subkorwil VII Tana Toraja, Subkorwil VIII Gowa, dan
Subkorwil IX Kolaka, dan salah satunya adalah Subkorwil VI
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat yang menjadi pusat
kegiatan penelitian (sosial-budaya, flora-fauna, kehutanan, geologi
dan potensi bencana), komunikasi sosial, dan juga jelajah. Tujuan
kegiatan ini adalah mencari potensi-potensi SDA yang ada di
Sulawesi, sebagai upaya untuk mengembangkan dan melestarikan
potensi tersebut.
B. Kondisi Umum Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
1. Letak Geografis
Kabupaten Mamuju terletak pada koordinat antara 00 53’ 10’ sampai 20
54’ 52’ Lintang Selatan dan 1180 54’ 47’ sampai 1200 05’ 35’ Bujur
Timur.1
Luas daerah Kabupaten Mamuju adalah 8.014,06 km2, terdiri atas 15
wilayah kecamatan, 103 Desa dan 8 Kelurahan serta 2 Unit Pemukiman
Transmigrasi (UPT). Lima belas Kecamatan dimaksud adalah Tapalang,
Tapalang Barat, Mamuju, Simboro dan Kepulauan, Kalukku, Papalang,
Sampaga, Tommo, Kalumpang, Bonehau, Budong-Budong, Pangale,
Topoyo, Karossa dan Tobadak.
Batas administrasi wilayah berbatasan :
1
Kabupaten Mamuju http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-mamuju.xhtml (di
akses pada tanggal 18 April 2014)
28
• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Majene, Kab. Polmas,
Kab.Tana Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan).
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara
(Provinsi Sulawesi Selatan).
• Sebelah Barat : berbatasan Selat Makassar (Provinsi Kalimantan
Timur).
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju sebanyak 446.347 orang.
3. Keadaan Sosial
Tabel. 4.1. Fasilitas Umum
Fasilitas Umum
Jumlah (buah)
Rumah Sakit Umum
1
Puskesmas
17
Puskesmas Keliling
17
Puskesmas Pembantu
6
Apotek
3
Masjid
101
Gereja
98
Langgar
65
Mushallah
4
Pura
90
Vihara
2
Sumber:
Kabupaten
Mamuju
http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-
mamuju.xhtml (di akses pada tanggal 18 April 2014)
4. Sektor Pertanian
Dalam meningkatkan ekonomi Mamuju bergantung pada sektor
pertanian, Menurut data statistik tahun 2003, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) kabupaten Mamuju atas dasar harga berlaku sebesar 879,79
Juta Rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor Pertanian
sebesar 74,17 persen.
29
Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama,
dimana kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak
kurang dari Rp. 195,62 milyar.
5. Sektor Peternakan
Pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan
makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan
pendapatan peternak.
Diantara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamuju
adalah ternak sapi, kerbau, kambing dan domba. Sedangkan untuk jenis
unggas adalah ayam ras, ayam buras dan itik.
6. Sektor Perikanan
Kabupaten Mamuju memiliki garis pantai terpanjang di Sulawesi Barat
sekitar ±415 km yang tersebar di 48 (empat puluh delapan) desa, 13 (tiga
belas) wilayah kecamatan menjadi salah satu potensi daerah ini.
Produksi perikanan laut di Kabupaten Mamuju sebanyak 30.000 ton,
belum termasuk hasil tambak yang luasnya berkisar 22.950 ha, serta rawa
bakau seluas 10.241 ha. Selain itu juga dilakukan pengembangan budidaya
laut berupa rumput laut dan teripang. Untuk tambak yang dikembangkan
adalah udang dan ikan bandeng.
7. Sektor Perkebunan
Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju dengan curah
hujan yang merata, menjadikan daerah ini tepat untuk pengembangan
kelapa sawit, kelapa dalam/hibrida, kakao, kopi arabika/robusta, kemiri,
vanili, sagu dan lada.
Dari komoditi tersebut yang dijadikan unggulan adalah kelapa sawit,
kakao, kelapa dalam/hinrida dan kemiri, khusus kelapa sawit di kabupaten
Mamuju produksi tahun 2002 lalu sekitar 533.343 ton pertahun membuat
daerah ini menjadi sentra produksi kelapa sawit terbesar di Sulawesi Barat.
Selain kelapa sawit dan kakao yang menjadi komoditas di Kabupaten
Mamuju, daerah ini juga penghasil aneka macam buah – buahan.
30
Salah satunya yang tengah dikembangkan secara besar – besaran
petani di bumi Manakarra (amanah yang bertuah) ini adalah jeruk manis.
Produksi jeruk manis di Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Di Pelabuhan Belang – Belang misalnya, sekitar 200 ton
jeruk manis asal Mamuju secara rutin dikirim PT Ganda Dewata ke
Jakarta setiap bulannya, belum termasuk jeruk manis yang diantar
Pulaukan ke Kalimantan melalui Pelabuhan Mamuju.
8. Sektor Kehutanan
Kabupaten Mamuju memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dengan
aneka jenis kayu dan rotan di dalamnya.
Tabel 4.2. Luas Kawasan Hutan pada Tahun 2003
Jenis Hutan
TGHK
RTRWP
Paduserasi
Hutan Lindung
495,94 ha
588,374 ha
436,601 ha
82,494 ha
258,570 ha
23,906 ha
61,600 ha
184, 187 ha
78,443 ha
Hutan Produksi 203,812 ha
Terbatas (HPT)
Hutan Produksi 45,687 ha
(HP)
Hutan Produksi 99,736 ha
Konservasi
(HPK)
Sumber: Kabupaten Mamuju http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-mamuju.xhtml
tahun 2003 (di akses pada tanggal 18 April 2014)
C. Identifikasi Jenis-Jenis Batuan dan Mineral di Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat
Jenis-jenis Batuan dan Mineral :
1. Andesit
Andesit termasuk jenis batuan beku (Igneous Rock). Andesit
merupakan batuan ekstrusif menengah dalam komposisi antara riolit dan
basal. Andesit lava adalah viskositas moderat dan membentuk aliran lava
tebal dan kubah. Kata andesit berasal dari Pegunungan Andes di Amerika
31
Selatan, di mana andesit umum. Andesit adalah setara vulkanik diorit.2
Andesit ini peneliti temukan di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo.
Andesit termasuk bahan galian golongan C yaitu bahan galian yang tidak
termasuk strategis dan vital.
Sumber: JENIS BATUAN | Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf
http://materi-forever.blogspot.com/2014/01/jenis-batuan-batuan-beku-sedimendan.html (di akses pada tanggal 19 September 2014)
Gambar 4.1. Batu Andesit
2. Basalt (Radioaktif) dan Porfiri Basalt (Bijih Besi)
Basalt batu ekstrusif mafik, adalah yang paling luas dari semua batuan
beku, dan terdiri lebih dari 90% dari semua batuan vulkanik. Karena
kandungan silika yang relatif rendah, lava basal memiliki viskositas relatif
rendah, dan membentuk aliran tipis yang bisa menempuh jarak jauh.3
Singkapan batuan basalt ini ditemukan di Desa Takandeang,
Kecamatan Tapalang. Batuan basalt ini berwarna hitam, lapuk sebagian
2
Geology “Rock and Minerals”
http://flexiblelearning.auckland.ac.nz/rocks_minerals/rocks/andesite.html (di akses pada tanggal
19 April 2014)
3
Geology “Rock and Minerals”
http://flexiblelearning.auckland.ac.nz/rocks_minerals/rocks/basalt.html (di akses pada tanggal 19
April 2014)
32
warna lapukan coklat, struktur masif, tekstur afanitik, holokristalin,
komposisi mineral piroksen dan olivine. Banyak mengandung mineral
leusit. Diduga batuan ini merupakan material gunungapi yang berasal dari
Gunung Adang, gunungapi purba Zaman Tersier di daerah Mamuju.
Batuan basalt ini mengandung unsur radioaktif yang paling tinggi di
Indonesia. Tinggi radioaktivitas di desa tersebut berkisar antara 2000-3000
nsw per jam. Sementara di wilayah perkotaan berkisar antara 200 nsw per
jam4. Adapun tinggi radioaktivitas waktu peneliti bergabung dengan Tim
Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN) Badan Tenaga Nuklir
Nasional (Batan) adalah Potasium (K) sebanyak 3,4%, Thorium (Th)
sebanyak 670mm, dan Uranium (U) sebanyak 500%.
Menurut Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir (Bapeten), Dr
Khoirul Huda M Eng “Hasil penelitian yang telah kami lakukan selama ini
cukup mengejutkan. Ini karena semenjak Bapeten melakukan penelitian di
Indonesia, ternyata potensi Uranium di Mamuju adalah daerah tertinggi
radioaktivitasnya dari kandungan uranium di beberapa provinsi di
Indonesia," kata Khoirul di Mamuju, Sabtu (17/3/2012).5
Adapun masyarakat sekitar telah mengetahui keberadaan uranium
dengan tingkat radioaktivitas di atas rata-rata, tetapi mereka tetap
menduduki daerah tersebut, karena menurut mereka tidak ada efek yang
signifikan yang ditimbulkan dari adanya unsur tersebut. Potensi unsur
radioaktivitas ini merupakan bahan galian golongan A yaitu untuk
pertahanan negara, sumber daya inipun telah diketahui oleh beberapa
negara, jika pemerintah bisa memanfaatkan dengan baik maka baiknya
sumber daya ini tidak seperti uranium, emas, dan sebagainya yang di
kelola oleh perusahaan luar negeri.
4
http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/03/17/m1185r-wowkandungan-uranium-mamuju-tertinggi-di-indonesia (di akses pada tanggal 20 April 2014).
5
Ibid.
33
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.2. Singkapan Basalt yang mengandung radioaktivitas
Lalu yang kedua, ditemukan singkapan porfiri basal yang mengandung
bijih besi di bawah Jembatan Sungai Anuhan Nippo Dusun Sondoang,
Desa Sondoang, Kecamatan Kalukku. Batuan berwarna hitam, warna
lapukan cokelat muda, struktur masif, tekstur porfiroafanitik, holokristalin,
komposisi plagioklas (30 %), olivine (5 %), piroksen (60 %), dan kuarsa
(5 %). Menurut klasifikasi Russell B. Travis, nama batuan ini adalah
“porfiri basal”, sedangkan menurut klasifikasi Thrope & Brown nama
batuan ini adalah “basalt porfir”. Porfiri basal terbentuk dari proses
pembekuan magma di daerah hypabisal dalam waktu yang singkat. Dalam
pengamatan ini di ambil sampel batuan dan beberapa bagian dari sampel
dihaluskan, kemudian butiran-butirannya didekatkan dengan magnet.
Sebagian butiran menempel pada magnet. Diduga mineral terkandung
mineral magnetit dalam porfiri basal/basalt porfir tersebut. Dan perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sebaran bijih besi
tersebut.
34
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.3. Singkapan porfiri basal
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.4. Porfiri basal
35
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.5. Proses penghalusan sampel
Sumber: Dok. Deni Mildan, 2013
Gambar 4.6. Butiran halus sampel menempel pada magnet
36
3. Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari material organik
(organoclastic sedimentary rock), dapat dibakar dan memiliki kandungan
utama berupa C, H, O.
Klasifikasi batubara dimulai dari proses endapan tumbuhan berubah
menjadi gambut (Peat), selanjutnya berubah menjadi batubara muda
(Lignite) batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70 % dari
beratnya . Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah
dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur
yang banyak. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus
menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batubara sub bituminous. Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras
dan warnanya lebih hitam, sehingga membentuk Bituminous yang
merupakan batubara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat,
terkadang cokelat tua, mengandung 68 – 86% karbon dari beratnya,
dengan kandungan sulfur dan abu yang sedikit akan menjadi Anthracite
yang merupakan peringkat teratas batubara, berbentuk padat, batu keras
dengan warna jet-black berkilauan (Luster) metallic, mengandung antara
86-98% karbon dari beratnya.6
Di Kabupaten Mamuju sendiri ditemukan beberapa titik lokasi
singkapan batubara. Dusun Batuisi, Desa Karataun singkapan batubara
berada pada daerah dengan kondisi morfologi berbukit terjal, Adapun ciri
fisik batuan, antara lain warna hitam, kilap sutera, pecahan konkoidal.
Dimensi singkapan 1 x 1 meter, namun tidak diketahui tebal lapisan dan
arah persebarannya. Berdasarkan ciri fisiknya, batubara tersebut termasuk
6
Pengertian Batubara (Desmawati, ST., M.Kes)
http://desmawatiahmadbtkl.wordpress.com/2011/11/10/batubara-desmawati-st-m-kes/ (di akses
pada tanggal 20 April 2014)
37
ke dalam jenis sub-bituminus dengan nilai kalori berkisar antara 5100 –
6100 kkal. Masyarakat sekitar telah mengetahui adanya potensi batubaru
tersebut tetapi tidak dilakukan penambangan dikarekan jenis yang tidak
baik untuk ditambang dan luasan singkapanpun relatif kecil. Sehingga
dibiarkan saja.
Sumber: Dok. Deni Mildan, 2013
Gambar 4.7. Singkapan Batubara
Singkapan batubara yang kedua terdapat di Desa Lebani Kecamatan
Kalumpang. Singkapan batubara berada pada daerah dengan kondisi
morfologi berbukit terjal, Adapun ciri fisik batuan, antara lain warna
hitam, kilap sutera, pecahan konkoidal. Tebal lapisan rata-rata 20 cm.
Berdasarkan ciri fisiknya, batubara tersebut termasuk ke dalam jenis subbituminus dengan nilai kalori berkisar antara 5100 – 6100 kkal.
Seperti batubara di Dusun Batuisi, Desa Karataun, potensi batubara
disini dibiarkan saja oleh masyarakat sekitar, karena jenis yang tidak baik
dan luas singkapanpun relatif kecil.
38
Sumber: Dok. Marwati, 2013
Gambar 4.8. Singkapan Batubara
batubara selanjutya terdapat di Dusun Kahaleang, Desa Sandapang.
Singkapan batubara berada pada daerah dengan kondisi morfologi berbukit
terjal, Adapun ciri fisik batuan, antara lain warna hitam, kilap sutera,
pecahan konkoidal dengan tebal rata-rata 60 cm. Lapisan batubara berada
di atas lapisan batupasir dan batupasir teralterasi. Berdasarkan ciri
fisiknya, batubara tersebut termasuk ke dalam jenis sub-bituminus dengan
nilai kalori berkisar antara 5100 – 6100 kkal.
39
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.9. Singkapan Batubara
Di samping singkapan batubara teralterasi ini terdapat juga singkapan
batubara dengan luas dimensi 5x5 meter2 dan termasuk kedalam jenis
bituminus. Potensi batubara ini Menurut keterangan penduduk setempat,
daerah tersebut sebelumnya pernah di teliti oleh peneliti asing yang berasal
dari Negara Korea.
Sumber: Dok. Deni Mildan, 2013
Gambar 4.10. Singkapan batubara luas dimensi 5x5 meter2
Dan batubara terakhir yang peneliti temukan terdapat di Desa Tamalea,
Kecamatan Bonehau. Singkapan batubara berada pada daerah dengan
40
kondisi morfologi berbukit terjal, Adapun ciri fisik batuan, antara lain
warna hitam, kilap tanah, pecahan konkoidal dengan tebal rata-rata 97 cm.
Lapisan batubara berada di atas lapisan batupasir dan batupasir teralterasi.
Berdasarkan ciri fisiknya, batubara tersebut termasuk ke dalam jenis lignit.
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.11. Singkapan Batubara
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.12. Batubara
41
4. Batugamping Klastik
Batugamping ini merupakan jenis batuan sedimen. Adapun jenis
batugamping terbagi menjadi batugamping klastik dan non klastik.
Berdasarkan cirinya batugamping yang peneliti temukan merupakan jenis
batugamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping nonklastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir
sedimentasi. Selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang
terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya
variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abuabu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.7 Batugamping
Klastik ini berada ± 10m dari puncak Tanette Paken (Gunung Paken) di
Desa Kalumpang, Kecamatan Kalumpang. Di singkapan ini terdapat padi
yang tumbuh ditengah-tengah batu, dan dipercaya masyarakat sekitar jika
padi ini tumbuh dengan baik, maka padi yang lain didaerah sekitar akan
baik.
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.13. Singkapan batugamping klastik
7
Pengertian Batu Gamping http://www.genborneo.com/2011/12/pengertian-batugamping.html (di akses pada tanggal 21 April 2014)
42
5. Batugamping Terumbu
Proses
pembentukan
batuan
gamping
terumbu
berasal
dari
pengumpulan plankton, moluska, algae yang keudian membentuk
terumbu. Jadi gamping terumbu berasal dari organisme. Batuan sedimen
yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3) terbentuk
karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan
dangkal dan terbentuk sebagai hasil sedimentasi organik.8
Dalam hal ini batugamping terumbu terdapat di Desa Bonehau,
Kecamatan Bonehau yaitu sebagai batuan penyusun daripada Gua Banua
Belanda. Dinamakan Gua Banua Belanda karena dahulu zaman penjajahan
Belanda menyerah dengan Jepang terdapat
satu
keluarga
yang
bersembunyi di Gua tersebut, dan diketahui oleh masyarakat lalu satu
keluarga itupun dibakar hidup-hidup didalam Gua tersebut. Walaupun
histori dari Gua ini cukup tragis tapi
Gua ini cukup bagus dengan
ornamen-ornamen Gua dan juga Gua ini adalah Gua horizontal sehingga
cukup layak untuk dijadikan Gua wisata.
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.14. Stalagtit sebagai bagian dari ornamen
8
Jenis-Jenis Batu Gamping http://droider03.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-batugamping.html (di akses pada tanggal 22 April 2014)
43
Sumber: Dok. Suci Lestari, 2013
Gambar 4.15. Ruang berukuran ± 15 x 15 meter di dalam gua
6. Batulempung
“Batuan sedimen ini disusun oleh mineral-mineral lempung, yang sulit
dibedakan satu sama lainnya. Biasanya plastis dan warna dari batuan ini
banyak sekali seperti hitam, kelabu, hijau ataupun merah”.9 Dalam
penelitian ini terdapat singkapan batulempung di Salu (sungai) Betoong,
Desa Kalumpang, Kecamatan Kalumpang.
Sumber: http://tanaangga.files.wordpress.com/2010/11/batu-lempung.jpg
Gambar. 4.16. Batulempung
9
Ibid. h. 148
44
7. Batupasir (Pyrite, Bijih Besi dan Linarite)
Batupasir adalah klas yang penting dalam batuan sedimen. Termasuk
ke dalam klas ini ialah vulkaniklastik dan karbonat pasiran. Batupasir
menempati 30% dari seluruh batuan di permukaan bumi. Nilai ekonomi
dari batuan sedimen batupasir sangat tinggi sekali, yang paling sederhana
dipergunakan untuk bahan bangunan. Jika batuan itu porositasnya tinggi
sangat baik untuk reservoar minyak bumi, air, dan gas. Banyak bahanbahan yang bernilai ekonomis terperangkap dalam batupasir seperti bijih
emas, tembaga, atau timah, banyak lagi.10
Dalam penelitian inipun terdapat beberapa mineral yang terkandung
dalam batupasir. yang pertama batupasir yang terdapat di Desa Salubiro,
Kecamatan Karossa. Batupasir ini teralterasi tidak lagi menunjukan tekstur
dan struktur asalnya. Batupasir teralterasi berwarna abu-abu ini
mengandung mineral pyrite. Luasan singkapan panjang ± 10m dan lebar ±
2m.
Sumber: Dok. Suci Lestari, tahun 2013
Gambar 4.16. Singkapan Batupasir
10
Ibid. h. 143
45
Batupasir yang kedua adalah Singkapan batupasir di Dusun
Saluadak, Desa Tobadak VII, Kecamatan Tobadak. Batupasir ini
mengandung
bijih
besi
berupa
mineral
magnetit
(Fe2+Fe3+2O4).
Berdasarkan ciri fisiknya, batupasir berwarna cokelat kekuningan, ukuran
butir pasir sedang (1/2 – 1/4 mm), kemas terbuka, sortasi buruk, non
karbonatan. Mineral berbentuk butiran-butiran dengan warna hitam, cerat
hitam, dan kilap logam. Untuk mineral magnetit ini perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sebaran, kuantitas, dan kualitas
mineral itu.
Sumber: Dok. Suci Lestari, tahun 2013
Gambar 4.17. Singkapan batupasir
46
Sumber: Dok. Suci Lestari, tahun 2013
Gambar 4.18. Mineral magnetit menempel pada magnet
Ada pula bekas penambangan liar bijih tembaga dengan batuan
induk diduga granit. Dilakukan pengamatan terhadap sisa penambangan
liar pada tebing dengan kemiringan 53°. Terdapat singkapan batupasir
dengan mineral linarite yang mengandung bijih tembaga (Cu). Namun
kadar tembaga rendah sehingga perlu dimurnikan dan dipisahkan dari
unsur-unsur lain dalam mineral. Bekas penambangan ini dibiarkan begitu
saja, baiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
persebaran bijih tembaga tersebut. Bijih tembaga termasuk kedalam bahan
galian golongan B. Lokasi penambangan ini terdapat di Dusun Sanjango
Desa Sanjango, Kecamatan Karossa.
47
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.19. Lokasi bekas penambangan liar bijih tembaga
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.20. Mineral Linarite Hasil Penggalian di Lokasi Penggalian
48
Selanjutnya ditemukan singkapan batupasir di Desa Lembah Hopo,
Kecamatan Karossa. Singkapan batuan teralterasi ini mengandung mineral
turquoise.
Turqoise
(CuAl6(PO4)4(OH)8•4H2O)
Warna
hijau
tua,
Kekerasan 3 – 5 Skala Mohs, Cerat hijau pucat, Kilap lilin (waxy).
Turquoise berasal dari proses alterasi argilik yang merupakan salah satu
proses pembentukan mineral berat tembaga dan emas.
Sumber: Dok. Suci Lestari, tahun 2013
Gambar 4.21. Singkapan mineral hasil alterasi hidrotermal
49
Sumber: Dok. Suci Lestari, tahun 2013
Gambar 4.22. Mineral Kaolinite (putih), Turqoise (hijau tua)
8. Breksi
batuan ini terbentuk dari gabungan fragmen-fragmen yang terkumpul
pada lereng yang mengalami sedimentasi.selain itu juga dapat berasal dari
hasil longsoran yang mengalami litifikasi. Ditemukan singkapan breksi
vulkanik teralterasi di Sungai Tabelo, Dusun Tabelo, Desa Uhaimate, Kec.
Kalukku. Adapun warna dari batuan ini adalah abu-abu, warna lapukan
abu-abu gelap, fragmental, ukuran fragmen kerakal – berangkal, tekstur
asal matriks dan fragmen tidak dapat diidentifikasi. Terdapat mineral
pyrite dan kalsit pada rekahan dalam fragmen ataupun matriks.
50
Sumber: https://c2.staticflickr.com/6/5046/5318137116_5f3cbfac32.jpg
Gambar. 4. 13. Breksi
9. Diorit
“Diorit adalah salah satu jenis batuan beku dalam (Batuan Plutonis),
bertekstur feneris, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya
agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam”.11
Batu diorit ini peneliti temukan ketika berada di Air Terjun Pangelian
Dusun Panasuan, Desa Sandapang, Kecamatan Kalumpang. Singkapan
diorit berada pada daerah dengan kondisi morfologi berbukit terjal.
Adapun diorit memiliki sifat fisik meliputi warna dominan putih,
holokristalin, faneritik, terdiri dari mineral plagioklas, biotit dan
hornblende. Selain singkapan diorit ini Air terjun di sekitar singkapan
dapat dijadikan sebagai objek geowisata yang menarik untuk dikunjungi.
11
Batuan Diorit http://smart-pustaka.blogspot.com/2013/04/batuan-diorit.html (Diakses
pada tanggal 23 April 2014)
51
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.23. Singkapan diorit
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.24. Air Terjun Pangeliang
52
10. Emas
Umumnya endapan emas didapatkan bersama dengan perak dan
tembaga, merupakan hasil mineralisasi. Mineralisasi merupakan suatu
proses masuknya mineral jarang yang berharga ke dalam batuan sehingga
membentuk deposit bijih yang potensial. ada beberapa model endapan
emas
yang
dapat
didekati
dan
dapat
dijadikan
acuan
untuk
eksplorasi/eksploitasi selanjutnya, yaitu endapan emas epithermal atau
porfiri dan endapan emas mesothermal. Selain itu emas didapatkan sebagai
endapan placer.12
Dalam penelitian kali ini peneliti tidak menemukan adanya batu emas,
hanya kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat
Dusun Batuisi, Desa Karataun, Kec. Kalumpang. Penambangan emas ini
dilakukan dengan cara memisahkan endapan emas dari endapan alluvial
sungai karataun. Endapan placer alluvial didapatkan di pinggir sungai, di
gosong sungai bercampur dengan pasir, sangat jarang di dapatkan pada
dasar sungai. Endapan sungai telah digali hingga mencapai kedalaman 3
meter.
Menurut cerita masyarakat setempat emas disini adalah emas murni,
dan setiap harinya bisa ditemukan 5gram emas di pertambangan ini, dan
juga masyarakat sekitar pernah menemukan bongkahan emas seberat
550gram.
Seperti di lansir Republika Online, “Warga di Kecamatan Kalumpang
sekitar 90 kilometer dari ibukota Mamuju, Sulawesi Barat, menemukan
bongkahan emas seberat 1,5 kilogram”.13 Tetapi belum ada perusahaan
besar yang menaungi pertambangan emas tersebut, masih dikelola oleh
masyarakat sekitar pertambangan.
12
Sukandarrumidi, Geologi Mineral Logam. Gadjah Mada University Press: 2009, Yogyakarta. h. 59
Warga Mamuju Temukan Bongkahan Emas 1,5Kg
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/12/26/myeb9v-warga-mamuju-temukanbongkahan-emas-15-kg. (di akses pada tanggal 15 April 2014)
13
53
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.25. Kegiatan pendulangan emas di Dusun Batuisi
11. Konglomerat
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses
sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan
bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2 mm yang berada
ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat &
dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi
yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya
terjadi pada sistem sungai dan pantai.14 Batuan Konglomerat ini peneliti
temukan di Desa Belang-belang Kecamatan Kalukku.
14
JENIS-JENIS BATUAN, CIRI-CIRI DAN PROSES TERBENTUKNYA (Update)
http://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciri-dan-proses-terbentuknya/
(di akses pada tanggal 24 April 2014)
54
Sumber:
http://3.bp.blogspot.com/_hrjG3GT7hbQ/TFlzaP1rh6I/AAAAAAAAApU/wXhpy_R
qjEE/s1600/Konglomerat.png
Gambar. 4. 14645. Konglomerat
12. Kuarsit
Kuarsit dibentuk melalui proses metamorphism quartz-rich batupasir.
Mereka dibentuk oleh kebanyakan mineral kwarsa. Kwarsit boleh kadangkadang kelihatan seperti pualam, tetapi dapat dibedakan sebab kuarsit
tidak bisa dikeruk oleh pisau, tidak sama dengan pualam. Atau pun
bereaksi dengan HCL, seperti halnya pualam. Sangat tidak memungkinkan
dan cuaca bersifat menentang15. Kuarsit adalah salah satu jenis batuan
metamorf yang seluruhnya terdiri dari mineral kuarsa (SiO2). Batuan ini
terbentuk melalui proses metomorfisme kontak
yang di kontrol oleh
kondisi suhu yang tinggi. keberadaan Kuarsit biasanya disertai dengan
intrusi batuan beku dalam radius beberapa kilometer.
Dalam penelitian ini di temukan sebuah bukit dengan material
rombakan berupa fragmen-fragmen mineral kuarsa (SiO2). Tidak dijumpai
singkapan batuan dasar kuarsit yang masih dalam keadaan segar. Kuarsit
ini ditemukan di Desa Lembah Hopo Kecamatan Karossa.
15
Batuan Metamorf Nonfoliasi “Kuarsit” http://petrolab-upn.tripod.com/Kuarsit.htm (di
akses pada tanggal 24 April 2014)
55
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.26. Material rombakan fragmen-fragmen mineral kuarsa
Sumber: Dok. Mick Arthur, tahun 2013
Gambar 4.27. Mineral kuarsa
13. Mangan
Mangan merupakan salah satu dari 12 unsur terbesar yang terkandung
dalam kerak bumi. Mineral mangan yang diketahui ada sekitar 300 jenis.
Namun yang sering dijumpai dalam cebakan bijih komersial ada 13 jenis.
56
Pirolusit dan psilcmelan merupakan mineral yang umum menjadi cebakan
utama bijih mangan. Mangan adalah suatu logam rapuh berwarna kelabu
keputihan yang terdapat dalam delapan bentuk oksida. MnO2 adalah
bentuk yang paling stabil, diantara senyawa-senyawa logam organik,
mangan 2-metil siklopentadienil trikarbonil (MMT) dan mangan
siklopentadienil trikarbonil (CMT) adalah yang paling penting. Mangan
tidak larut dalam air. Bentuk yang terpenting adalah oksida, karbonat dan
silikat mangan. Yang paling umum mangan dioksidasi yang biasanya
ditambang dengan teknik terbuka.16
Adapun disini peneliti, meneliti bekas penambangan mangan di Desa
Talondo Kondo, Kecamatan Bonehau. Unsur mangan terkandung di dalam
mineral manganite (γ-MnO(OH)). Mineral manganite berwarna hitam,
cerat hitam, kekesaran 4 Skala Mohs, tergores oleh pisau baja atau
pecahan kaca. Bekas penambangan ini dibiarkan begitu saja.
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.28. Mangan
16
Mangan http://geologistisgood.blogspot.com/2013/10/pendahuluan-latar-belakangmangan-di.html (di akses pada tanggal 25 April 2014)
57
14. Marmer
Marmer atau disebut juga batu pualam merupakan batu gamping yang
mengalami proses malihan. Proses ini terjadi karena adanya tekanan dan
suhu yang sangat tinggi, sehingga tekstur batuan asal seperti tekstur
sedimen dan biologi menghilang dan membentuk tekstur batuan yang baru
(proses rekristalisasi).17 Batu marmer ini di temukan di Desa Lumika,
Kecamatan Bonehau.
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-iRtEdXMADAc/T2VuYx47HBI/AAAAAAAAADU/VuyPmEQwEs/s1600/Batu_metamorfosis_foliated_marmer.jpg
Gambar. 4. 34. Batu Marmer
15. Peridotit
Peridotit adalah batuan beku ultra basa Plutonik, yang terjadi dari hasil
pembekuan magma berkomposisi Ultra basa pada kedalaman tertentu dari
permukaan bumi. Merupakan Suatu batuan ultramafic yang memiliki
butiran kasar dengan suatu tenunan crystallkine, merupakan karakteristik
dari kerak samudra bagian bawah dan pembentukan jenis batuan dengan
17
Batuan Metamorf NonFoliasi “Marmer” http://petrolab-upn.tripod.com/Marmer.htm (di
akses pada tanggal 27 April 2014)
58
prinsip theupper mantel. Mineral penyusun Peridotite sebagian besar
terdiri olivine dan pyroxene.18
Terdapat singkapan peridotit di Dusun Nining, Desa Mappu, Kec.
Bonehau. Peridotit berwarna hitam kehijauan, struktur masif, tekstur
fanerik, holokristalin, terdiri dari mineral olivine (50%) dan piroksin
(50%). Sebagian olivine lapuk dan berubah menjadi serpentin. Peridotit
kaya akan unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg). Kehadiran peridotit
seringkali disertai dengan endapan mineral berat, misalnya nikel dan bijih
besi, untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
persebaran dan juga mineral yang bernilai ekonomis di peridotit ini.
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.29. . Mineral Olivine yang Terubahkan Menjadi Serpentin
18
Batuan Beku Ultrabasa Plutonik “Peridotit” http://petrolab-upn.tripod.com/Peridotit.htm
(di akses pada tanggal 28 April 2014)
59
Sumber: Dok. Deni Mildan, tahun 2013
Gambar 4.30. Singkapan Batuan Beku Ulltrabasa Peridotit
60
Tabel 4.2. Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju
No.
1.
Batuan
Andesit
Mineral/
Batuan
Andesit
Golongan
C
Lokasi
Desa
Manfaat
Leling dapat dimanfaatkan sebagai bahan batu belah
Utara,
untuk Bahan konstruksi (bangunan dan jalan),
Kecamatan
bangunan perumaha, alas jalan, Sebagai agregat,
Tommo
pondasi, batu hias dan lain-lainnya. Andesit juga
dapat dijadikan sebagai bahan baku industri poles
(tegel, ornamen, dan lain-lain)19
2.
Basalt
Radioaktif
A
Desa
Bid. Kedokteran untuk sterilisasi radiasi, Bid.
Takandeang,
Pertanian untuk pembentukan bibit unggul20
Kecamatan
Tapalang
Porfiri Basalt Bijih Besi
19
B
Desa
Indudtri besi baja untuk konstruksi, industri auto
Batuan Beku Intermediet “Andesit” http://petrolab.atspace.com/Andesit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Makalah Manfaat dan Bahaya Zat Radioaktif pada Berbagai Aspek Kehidupan Sehari-hari http://riandonok.blogspot.com/2013/03/makalah-manfaatdan-bahaya-zat.html (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
20
61
Sondoang,
motif untuk permesinan21
Kecamatan
Kalukku
3.
Batubara
Batubara
A
Dusun
bahan bakar pembangkit listrik, produksi besi dan
Sub-
Batuisi, Desa baja, bahan bakar pembuatan semen, bahan bakar
Bituminus
Karataun,
cair22
Kecamatan
Kalumpang
Batubara
A
Desa Lebani, Ibid.
Sub-
Kecamatan
Bituminus
Kalumpang
Batubara
A
Dusun
Sub-
Kahaleang,
Bituminus
Desa
dan
Sandapang,
Bituminus
Kecamatan
Ibid.
Kalumpang
21
22
Besi dan Manfaatnya http://pakarkita.wordpress.com/2012/10/11/besi-dan-manfaatnya/ (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Batubara dan Manfaatnya http://maslatip.blogspot.com/2012/05/batubara-dan-manfaatnya.html (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
62
Batubara
A
Lignit
Desa
Ibid.
Tamalea,
Kecamatan
Bonehau
4.
Batugamping Batugamping C
Tanette
Bahan bangunan, Bahan penstabilan jalan raya,
Klastik
(Gunung)
Sebagai pembasmi hama, Bahan pupuk dan
Klastik
Paken, Desa insektisida dalam pertanian, Batugamping sebagai
Kalumpang,
bahan baku semen23
Kecamatan
Kalumpang
5.
6.
Batugamping Batugamping C
Desa
Bahan bangunan, Bahan penstabilan jalan raya,
Terumbu
Bonehau,
Sebagai pembasmi hama, Bahan pupuk dan
Kecamatan
insektisida dalam pertanian, Batugamping sebagai
Bonehau
bahan baku semen
Terumbu
Batulempung Batulempung C
Salu (Sungai) Lempung umumnya digunakan untuk bahan
Betoong,
23
pembuatan keramik, bahan baku semen Portland,
Pemanfaatan batugamping (batu kapur) sebagai barang ekonomis non logam http://ariefgeo.blogspot.com/2012/01/pemanfaatan-batugamping-batukapur.html (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
63
Desa
genteng, gerabah dan bata24
Kalumpang,
Kecamatan
Kalumpang
7.
Batupasir
Pyrite
C
Desa
Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam
Salubiro,
industri konstruksi sebagai suatu kumpulan dan
Kecamatan
batu-tembok.
Karossa
digunakan sebagai material di dalam pembuatan
batupasir
hasil
galian
dapat
gelas/kaca25
Bijih Besi
B
Dusun
Indudtri besi baja untuk konstruksi, industri auto
Saluadak,
motif untuk permesinan26
Desa
Tobadak VII,
Kecamatan
Tobadak
Bijih
24
B
Dusun
Dimanfaatkan untuk berbagai alat listrik dan
Batuan Sedimen Klastik “Batu lempung” http://petrolab.atspace.com/BatuLempung.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Batuan Sedimen Klastik “Batupasir” http://petrolab.atspace.com/BatuPasir.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
26
Besi dan Manfaatnya http://pakarkita.wordpress.com/2012/10/11/besi-dan-manfaatnya/ (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
25
64
Tembaga
Sanjango,
rumah tangga, Komponen utama perlengkapan
(Linarite)
Desa
handphone dan komputer dan elektronik dll27
Sanjango,
Kecamatan
Karossa
Turqoise
C
Desa Lembah Perhiasan.
Hopo,
Kecamatan
Karossa
8.
Breksi
Pyrite, Kalsit
C
Digunakan Sebagai pondasi bangunan28
Sungai
Tabelo,
Dusun
Tabelo, Desa
Uhaimate,
Kec. Kalukku
9.
27
28
Diorit
plagioklas,
C
Air
Terjun batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu
Manfaat tembaga dalam industry http://blogging.co.id/manfaat-tembaga-dalam-industri (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Batuan Sedimen Klastik “Breksi” http://petrolab.atspace.com/Breksi.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
65
biotit
dan
hornblende
Pangelian,
ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung
Dusun
atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan/
Panasuan,
jalan raya29
Desa
Sandapang,
Kecamatan
Kalumpang
10.
Emas
Emas
B
Dusun
Perhiasan.
Batuisi, Desa
Karataun,
Kecamatan
Kalumpang
11.
Konglomerat
Konglomerat
C
Desa Belang- Digunakan Sebagai pondasi bangunan30
belang,
Kecamatan
Kalukku
29
30
Batuan Beku Intermediet Plutonik “Diorit” http://petrolab.atspace.com/Diorit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Batuan Sedimen Klastik “Konglomerat” http://petrolab.atspace.com/Konglomerat.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
66
12.
Kuarsit
Kuarsa
B
Desa Lembah Sebagai bahan pembuatan bola refraktori, bahan
Hopo,
penggosok, untuk industri gelas, keramik, bahan
Kecamatan
bangunan sebagai agregat, lantai dan dinding31
Karossa
13.
Mangan
Mangan
B
Desa
produksi baterai kering, keramik, gelas dan
Tamalea
kimia32
(Talondo
Kondo),
Kecamatan
Bonehau
14.
15.
Marmer
Peridotit
Marmer
C
Desa Lumika, Batu marmer dipakai sebagai bahan ornamen
Kecamatan
dinding
Bonehau
pembuatan barang-barang kerajinan33
Olivine dan C
Dusun
sebagai batu setengah permata sebagai bahan
Piroksin
Nining, Desa untuk
Mappu,
31
dan
lantai
perhiasan
juga
dan
digunakan
abrasif
(ampelas).
Pembentukan nikel dari hasil pelapukan peridotit.
Batuan Metamorf Nonfoliasi “Kuarsit” http://petrolab.atspace.com/Kuarsit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
Mangan http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/mangan.html (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
33
Batuan Metamorf Nonfoliasi “Marmer” http://petrolab.atspace.com/Marmer.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
32
untuk
67
34
Kecamatan
Peridote merupakan variasi permata olivine
Bonehau
terbaik yang kita kenal34
Batuan Beku Ultrabasa Plutonik “Peridotit” http://petrolab.atspace.com/Peridotit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
68
69
Analisis Peta Persebaran Jenis-Jenis Batuan di Kabupaten Mamuju.
Adapun dalam penelitian ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi
tempat batuan atau mineral ditemukan. Dengan peta persebaran ini kita
bisa mengetahui dimana bahan galian strategis (A), bahan galian vital (B),
maupun bahan galian yang tidak termasuk A dan B. Dari peta persebaran
batuan ini dapat disimpulkan bahwa penyebaran bahan galian strategis (A)
terbanyak di Kecamatan Kalumpang dengan tiga temuan batubara di Desa
Karataun, Desa Lebani, dan Desa Sandapang. Lalu satu temuan batubara
di Desa Bonehau Kecamatan Bonehau, dan temuan terakhir bahan galian
golongan A yaitu unsur radioaktif terdapat di Desa Takandeang
Kecamatan Tapalang.
Untuk temuan bahan galian golongan B atau Vital tersebar di
Kecamatan Kalukku Desa Sondoang dan Kecamatan Tobadak Desa
Tobadak
dengan temuan bijih besi, lalu di Kecamatan Karossa Desa
Sanjango dengan temuan bijih tembaga dan di Desa
Lembah Hopo
dengan temuan kuarsa, lalu di Kecamatan Kalumpang Desa Karataun
dengan temuan penambangan emas dan di Kecamatan Bonehau Desa
Tamalea dengan temuan mangan.
Lalu untuk bahan galian golongan yang tidak termasuk A dan B
tersebar di Kabupaten Mamuju, tetapi dalam penelitian ini, peneliti
menemukan batu andesit di Desa Leling Utara Kecamatan Tommo, lalu
batugamping klastik di Desa Kalumpang Kecamatan Kalumpang,
batugamping terumbu di Desa Bonehau Kecamatan Bonehau, batupasir
(pyrite) di Desa Salubiro Kecamatan Karossa, batupasir (turquoise) di
Desa Lembah Hopo, Kecamatan Karossa, batu konglomerat di Desa
Belang-belang Kecamatan Kalukku, batu marmer di Desa Lumika
Kecamatan Bonehau dan Peridotit di Desa Mappu Kecamatan Bonehau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melalui pembahasan dari bab-bab sebelumnya, penulis dapat
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut:
Selama 4 bulan penelitian, menunjukan bahwa terdapat 15 jenis
batuan. Terdapat bahan galian golongan A, B, dan yang bukan termasuk
bahan galian golongan A, dan B. Mulai dari bahan galian golongan A
terdapat 5 temuan, yaitu unsur radioaktif dan batubara (sub-bituminus,
bituminus, dan lignit). Lalu 6 temuan bahan galian golongan B yaitu
mangan, kuarsa, emas, bijih tembaga, dan bijih besi, dan 11 temuan bahan
galian golongan C yaitu andesit, breksi, batugamping terumbu,
batugamping klastik, pyrite, turqoise, konglomerat, diorit, marmer,
batulempung, dan peridotit.
Bahwasanya hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat ada 15 Jenis Batuan dengan kandungan mineral
yang berbeda-beda, mulai dari 11 temuan bahan galian golongan C, lalu 6
temuan bahan galian golongan B dan, 5 temuan bahan galian golongan A
di Kabupaten Mamuju dengan lokasi penelitian di 7 Kecamatan di
Kabupaten Mamuju yaitu, Kecamatan Kalukku, Kalumpang, Tommo,
Tapalang, Bonehau, Karossa, dan Tobadak.
B. Saran
Besarnya potensi jenis-jenis batuan ini bisa dijadikan inventaris
daerah, agar bisa meningkatkan pendapatan daerah, sebagai data primer
yang
kemudian dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
70
71
Sebaiknya
pemerintah
daerah
dan
pemerintah
pusat
segera
berkoordinasi terkait sumber daya mineral di Kabupaten Mamuju untuk
secepatnya
menginventariskan sumber daya alam ini sehingga tidak
terjadi kehilangan sumber daya alam seperti di Papua atau daerah lainnya,
karena di Kabupaten Mamuju sendiri terdapat bahan galian golongan A
atau strategis yaitu untuk pertahanan Negara, dan kiranya bahan galian
golongan A ini membuat Negara luar ingin memilikinya juga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto (2001:29).
Dinas Pertambangan Mamuju. Wawancara. Mamuju, 11 Maret 2013.
Katili, J.A, P. Marks, Geologi. Departemen Urusan Research: 1963, Djakarta.
Marcia K. Miller, Rocks and Minerals. Pearson Education, Inc.
Milles dan Huberman, 1992: 15-20
Noor, Djauhari, Pengantar Geologi. Pakuan University Press: 2009, Bogor.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013.
PT. Temprina Media Grafika: 2013, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian.
Poerwadarminta (1976:369).
Setia, Doddy Graha, Batuan dan Mineral. Nova: 1987, Bandung.
Sukandarrumidi, Geologi Mineral Logam. Gadjah Mada University Press: 2009,
Yogyakarta.
Ashat, Nurdin, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Geologi Pertambangan
Yayasan Punggawa Malolo Mamuju. Wawancara. Mamuju, 12 Maret 2013.
Geological
Handbook
“Dasar-Dasar
Geologi”
http://wingmanarrows.wordpress.com (di akses pada tanggal 15 April
2014).
Standar Nasional Indonesia: Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan
Mineral(https://www.academia.edu/6407945/STANDAR_NASIONAL_IN
DONESIA_Klasifikasi_Sumberdaya_Mineral_dan_Cadangan),
(di
akses
pada tanggal 13 September 2014).
http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-mamuju.xhtml (di akses pada tanggal
18 April 2014)
http://flexiblelearning.auckland.ac.nz/rocks_minerals/rocks/andesite.html
(di
akses pada tanggal 19 April 2014)
http://flexiblelearning.auckland.ac.nz/rocks_minerals/rocks/basalt.html (di akses
pada tanggal 19 April 2014)
72
73
http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/03/17/m1185r-wowkandungan-uranium-mamuju-tertinggi-di-indonesia (di akses pada tanggal
20 April 2014
http://desmawatiahmadbtkl.wordpress.com/2011/11/10/batubara-desmawati-st-mkes/ (di akses pada tanggal 20 April 2014)
http://www.genborneo.com/2011/12/pengertian-batu-gamping.html (di akses pada
tanggal 21 April 2014)
http://droider03.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-batu-gamping.html (di akses
pada tanggal 22 April 2014)
http://smart-pustaka.blogspot.com/2013/04/batuan-diorit.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/12/26/myeb9v-wargamamuju-temukan-bongkahan-emas-15-kg. (di akses pada tanggal 15 April
2014)
http://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciri-dan-prosesterbentuknya/ (di akses pada tanggal 24 April 2014)
http://petrolab-upn.tripod.com/Kuarsit.htm
http://geologistisgood.blogspot.com/2013/10/pendahuluan-latar-belakangmangan-di.html (di akses pada tanggal 25 April 2014)
http://petrolab-upn.tripod.com/Marmer.htm (di akses pada tanggal 27 April 2014)
http://petrolab-upn.tripod.com/Peridotit.htm (di akses pada tanggal 28 April 2014)
http://petrolab.atspace.com/Andesit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://riandonok.blogspot.com/2013/03/makalah-manfaat-dan-bahaya-zat.html (di
akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://pakarkita.wordpress.com/2012/10/11/besi-dan-manfaatnya/ (di akses pada
tanggal 15 Mei 2014)
http://maslatip.blogspot.com/2012/05/batubara-dan-manfaatnya.html
(di
akses
pada tanggal 15 Mei 2014)
http://ariefgeo.blogspot.com/2012/01/pemanfaatan-batugamping-batu-kapur.html
(di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/BatuLempung.htm (di akses pada tanggal 15 Mei
2014)
74
http://petrolab.atspace.com/BatuPasir.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://pakarkita.wordpress.com/2012/10/11/besi-dan-manfaatnya/ (di akses pada
tanggal 15 Mei 2014)
http://blogging.co.id/manfaat-tembaga-dalam-industri (di akses pada tanggal 15
Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Breksi.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Diorit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Konglomerat.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Kuarsit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/mangan.html (di akses pada tanggal 15
Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Marmer.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://petrolab.atspace.com/Peridotit.htm (di akses pada tanggal 15 Mei 2014)
http://tomandar.mywapblog.com/kabupaten-mamuju.xhtml (di akses pada tanggal
5 April 2014)
http://elfiraismy.wordpress.com/2009/11/09/metode-penelitian-survei/ (di akses
pada tanggal 10 April 2013)
http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-Survey
(di
akses
pada
tanggal 9 September 2014)
http://www.hpli.org/tambang.php (di akses pada tanggal 8 September 2014).
http://www.voaindonesia.com/content/bps-tingkat-keliskinan-indonesiamenurun/1948483.html (di akses pada tanggal 8 September 2014).
http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/23/definisi-mineralogi-dan-mineral/
(di
akses pada tanggal 8 September 2014).
http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi (di akses pada tanggal 8 September 2014).
http://kbbi.web.id/identifikasi (di akses pada tanggal 28 April 2014).
Download