51 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota RI dan secara geografis terletak pada posisi 6.19° - 6.47° Lintang Selatan dan 106°01’ – 107°103’ Bujur Timur. Luas wi layah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2 dan memiliki batas - batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kota Depok Barat : Kabupaten Lebak Barat Daya : Kabupaten Tangerang Timur : Kabupaten Karawang Timur Laut : Kabupaten Bekasi Selatan : Kabupaten Sukabumi Tenggara : Kabupaten Cianjur Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2008, Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, 3.770 RW DAN 15.124 RT. Sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarya yakni 236 desa, lainnya 191 desa swasembada dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 199 dan desa pedesaan sebanyak 228 desa. Kabupaten Bogor dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategis setiap bidang dan program pembangunan dalam rangka penyeimbangan pembangunan antar wilayah. Maksud dan tujuan perwilayahan pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah secara seimbang antar kawasan dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan berkesinambungan. Dilihat dari karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu: wilayah pembangunan barat, tengah dan timur. 51 52 Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha. Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu. Masyarakat Kabupaten Bogor memiliki beberapa karakteristik yaitu wilayah Bogor bagian utara corak penduduknya adalah Betawi Ora (atau campuran suku Betawi dan Sunda); wilayah Bogor bagian selatan corak dan bahasa penduduknya adalah campuran antara Bogor dengan Cianjur dan Sukabumi; sebelah barat corak dan bahasa penduduknya campuran antara Bogor dan Banten; bagian timur corak dan bahasa penduduknya campuran Bogor dengan Karawang, sedikit dengan Cianjur dan Bekasi. Kondisi Kependudukan Kabupaten Bogor Salah satu aset pembangunan yang dominan yang dimiliki suatu negara berkembang pada umumnya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang demikian besar jumlahnya. Berdasarkan hasil registrasi dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, pada Tahun 2009 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.477.344 jiwa seperti yang tercantum pada Tabel 3. 52 53 Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor No. Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojonggede Tajurhalang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Total Tahun 2008 2009 Pertumbuhan/Tahun (%) 88.139 11.164 78.048 136.006 123.007 139.478 50.883 90.476 129.565 81.860 75.137 83.143 109.583 92.642 109.882 91.036 152.078 86.257 73.978 47.234 48.767 113.276 202.964 76.226 225.780 170.123 251.562 205.568 88.562 80.102 97.083 101.736 94.505 86.054 124.626 113.310 62.924 95.223 63.935 93.558 4.340.520 88.057 113.210 73.420 139.374 123.490 139.822 54.626 92.402 130.344 85.062 75.742 83.299 109.713 93.749 110.040 91.518 153.157 98.233 75.654 47.243 48.819 113.706 185.234 76.763 300.826 174.319 252.742 218.183 89.388 82.959 97.056 102.072 94.752 86.671 131.886 115.816 62.993 97.258 66.047 101.699 4.477.344 -0,09 90,14 -6,30 2,42 0,39 0,25 6,85 2,08 0,60 3,76 0,80 0,19 0,12 1,18 0,14 0,53 0,70 12,19 2,22 0,02 0,11 0,38 -9,57 0,70 24,95 2,41 0,47 5,78 0,92 3,44 -0,03 0,33 0,26 0,71 5,50 2,16 0,11 2,09 3,20 8,00 3,06 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah) Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,06 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor 53 54 Tahun 2010 dari jumlah penduduk tersebut penduduk laki-lakinya berjumlah 2.289.006 jiwa dan perempuan 2.118.338 jiwa dengan ratio jenis kelamin 105. Besarnya jumlah penduduk tersebut akan membawa dampak, salah satunya adalah dampak terhadap persebaran dan densitas (kepadatan) penduduk. Di tahun 2008 kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang berkisar di atas 2000 jiwa/km2 sebanyak 20 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain Leuwisadeng, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Cijeruk, Cigombong, Ciawi, Megamendung, Sukaraja, Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojong Gede, Tajur Halang, Ranca Bungur, dan Ciseeng (BPS Kabupaten Bogor, 2009). Dilihat dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bogor memiliki struktur penduduk umur muda, hal ini membawa dampak semakin besarnya jumlah angkatan kerja. Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk berumur 15 tahun lebih disebut dengan Partisipasi Angkatan Kerja. Tahun 2008 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki – laki 70,35 persen, perempuan 38,86 persen, dan secara total 55,24 persen. Hal ini terlihat masih mendominasi laki – laki dalam Partisipasi Angkatan Kerja. Dilihat dari jenis lapangan pekerjaan, penduduk Kabupaten Bogor paling besar bekerja di bidang pertanian dengan persentase sebesar 35,07 persen, kemudian di bidang industri sebesar 6,49 persen, perdagangan 26,69 persen, bidang jasa 8,98 persen, dan bidang lainnya sebesar 22,76 persen (BPS Provinsi Jawa Barat 2009). Kegiatan pembangunan di kabupaten ini secara keseluruhan lebih menitik beratkan pada bidang ekonomi meskipun pembangunan bidang sosial tetap berlangsung. Keberhasilan pembangunan di kabupaten ini juga ditunjang dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dimaksudkan untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Bogor merupakan salah satu upaya pemerintah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Di tahun 2009, jumlah SD Negeri sebanyak 1.550 dengan jumlah guru 8.899 orang, SD Swasta berjumlah 688 dengan jumlah guru 8.863 orang, SLTP Negeri sebanyak 146 dengan jumlah guru 2.782 orang dan SLTP Swasta ada 601 dengan 54 55 jumlah guru 8.259 orang. Di jenjang SLTA ada sebanyak 44 SLTA Negeri dengan jumlah guru 469 orang, dan SLTA Swasta berjumlah 360 dengan jumlah guru 4.897 orang. Semakin baik kualitas pendidikan sangat menentukan keberhasilan Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2010). Potensi Pertanian, Perdagangan dan Industri Kabupaten Bogor Sektor pertanian mencakup tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat penting, mengingat luasnya lahan pertanian yang dimiliki dan juga sebagian besar desa di Kabupaten Bogor masih tergolong daerah pedesaan yang menitik beratkan pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian terutama untuk komoditas padi. Luas lahan yang digunakan untuk sawah pada tahun 2009 seluas 48.766 ha. Sedangkan produksi padi sawah tahun 2009 sebanyak 505.979 ton dan padi gogo/lading 7.313 ton. Produktifitas padi yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor. Perkembangan produktivitas padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Gogo Kabupaten Bogor Tahun 2003 – 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah) 55 56 Berdasarkan Gambar 2 didapatkan bahwa perkembangan produktivitas tanaman padi mengalami peningkatan setiap tahunnya terutama tanaman padi sawah. Peningkatan tersebut disebabkan semakin baiknya pengelolaan tanaman yanga dilakukan petani serta dukungan dari pemerintah daerah dalam peningkatan produktivitas. Di samping tanaman padi, komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan Kabupaten Bogor antara lain ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, jagung, kacang kedele, tanaman sayuran seperti bawang daun, kentang, kubis dan sebagainya serta tanaman buah seperti alpukat, jambu biji, papaya, pisang, mangga dan tanaman buah lainnya. Selain tanaman pangan, sumber peningkatan gizi masyarakat Kabupaten Bogor lainnya adalah dengan tersedianya produksi ikan yang baik. Produksi ikan kolam air sawah tahun 2009 sebanyak 261,87 ton, kolam air tenang 24.073 ton, kolam air deras sebanyak 4.023,64 ton, ikan dari keramba sebanyak 31,56 ton benih ikan sebanyak 847.112.060 ekor dan ikan hias sebanyak 104.603.550 ekor (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2010). Adanya produksi ikan tersebut, menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor memiliki potensi perikanan yang baik untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan juga memiliki andil yang sangat penting di kabupaten ini mengingat banyaknya jumlah peternakan yang masih dikelola secara tradisional namun memiliki hasil yang baik, sehingga jika mutunya terus ditingkatkan dapat dijadikan produk unggulan di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang diekembangakn terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas yang menghasilkan produk dalam bentuk daging, susu, dan telur. Besarnya produksi sub sektor peternakan Kabupaten Bogor adalah produksi daging (daging sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik) sebesar 87.447.214 kg, susu sebesar 10.767.500 liter dan produksi telur (ayam dan itik) sebesar 41.618.791 butir (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010). Sektor perdagangan merupakan sektor yang juga memiliki peranan penting dikarenakan fungsinya sebagai penggerak sektor ekonomi di Kabupaten Bogor. sektor perdagangan terbagi atas perdagangan ekspor dan impor. Pemerintah dan masyarakat selalu berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor dan menekan nilai impor agar terjadi surplus perdagangan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas produk ekspor agar dapat diterima masyarakat dunia. Ekspor non migas Kabupaten 56 57 Bogor mencakup komoditi elektronik, garment, tekstil, kantong plastik, shampo, obat-obatan, keramik, furniture, camera, alat saniter, boneka dan kain keras. Sedangkan impor mencakup jenis komoditi elektrikal, ban, konektor, minyak wangi, kain keras, elektronik dan stenlis. Selain sektor perdagangan, sektor industri juga berkembang di Kabupaten Bogor. Industri tersebut digolongkan menjadi industri besar, menengah dan kecil. Jenis industri yang berkembang di kabupaten ini antara lain industri pertambangan dan penggalian, pengolahan, listrik gas dan air, serta industri konstruksi. Di tahun 2006 industri pengolahan yang paling banyak berkembang di Kabupaten Bogor yaitu sekitar 27.784 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 380.807 orang, kemudian disusul oleh industri pertambangan dan penggalian sebanyak 3.565 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 9.513 orang. Industri konstruksi menempati urutan ketiga yaitu sebanyak 1.042 unit dengan penyerapan sebanyak 4.929 orang dan industri listrik, air, dan gas sebanyak 75 unit dengan penyerapan sebesar 1.699 orang (BPS Kabupaten Bogor, 2010). Perkembangan sektor perdagangan dan industri dapat dilihat juga pada banyaknya penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009. Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah) 57 58 Berdasarkan Gambar 3 didapatkan bahwa di Kabupaten Bogor perusahaan atau industri yang berkembang dengan pesat yaitu industri skala kecil. Hal tersebut mengindikasikan potensi industri di Kabupaten Bogor didominasi industri kecil yaitu sebanyak 1.648 pada tahun 2009. Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri kecil melalui program–program yang dicanangkan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. Program-program tersebut antara lain: 1. Peningkatan mutu industri kecil konveksi di Kecamatan parung dan Bojong Gede 2. Pengembangan ragam makanan khas Jawa Barat 3. Peningkatan mutu dan diversifikasi produk agro Kecamatan Tenjolaya 4. Pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum (DAM) 5. Pengembangan jasa elektronika, Kecamatan Bojong Gede, Kemang, Tajur Halang, Ciampea, dan Klapanunggal 6. Pemberdayaan rumah tangga miskin di lokasi PKH (Program Keluarga Harapan), Kecamatan Megamendung, Rancabungur, dan Cibinong. 7. Peningkatan mutu dan desain kemasan industri kecil agro, Kecamatan Ciomas, Kemang. 8. Pelatihan GMP (Good Manufacturing Product) Kecamatan Tenjolaya, Dramaga, Cigombong, Nanggung, Kemang dan Cijeruk. Dengan adanya program tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan industri kecil di Kabupaten Bogor guna memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) didirikan pada tahun 1985 dan saat ini merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen berkualitas, termasuk produk semen khusus. Perusahaan mengoperasikan 12 pabrik secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. 58 59 Tahun 2005, Indocement melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Indocement juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), Semen Putih (White Cement) dan White Mortar TR30. Indocement merupakan satusatunya produsen semen putih di Indonesia. Sejak tahun 2007, perusahaan juga menjadi salah satu pemasok utama beton siap-pakai. Indocement memiliki dua perusahaan agregat di lokasi strategis dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun dan perkiraan cadangan 115 juta ton. Produk-produk perusahaan dipasarkan dengan merek dagang Tiga Roda. Di tahun 2001, Heidelberg Cement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, perusahaan bertekad memulihkan kondisi keuangan yang sehat. Di triwulan kesatu 2009, Indocement berhasil mencapai posisi kas positif. Selain itu saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp50.433 miliar di akhir tahun 2009. Per 31 Desember 2009, jumlah karyawan perusahaan adalah 5.858 orang. Di awal 2010, Indocement diharapkan dapat menyelesaikan pembangunan fasilitas penggilingan semen baru di Pabrik Palimanan, yang memberikan tambahan kapasitas produksi tahunan perusahaan sebesar 1,5 juta ton semen sehingga keseluruhan menjadi 18,6 juta ton semen per tahun. Perusahaan dalam menjalankan usahanya didasarkan pada Misi “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Visi dari perusahaan adalah “Pemimpin pasar semen yang berkualitas dan pemain penting di bidang beton siappakai di dalam negeri.” Moto perusahaan sendiri adalah “Turut membangun kehidupan bermutu.” Indocement memiliki komitmen tinggi dalam pengembangan masyarakat dan pemeliharaan lingkungan sekitar. Bentuk komitmen perusahaan dapat dijabarkan menjadi tiga: 1. Komitmen terhadap Lingkungan dan Masyarakat Pertanggungjawaban dari manajemen lingkungan dan upaya pengawasan Indocement termasuk inisiatif untuk mereduksi emisi karbondioksida. Indocement memutuskan untuk ikut memberikan kontribusi terhadap perlindungan iklim global 59 60 dengan upaya reduksi emisi karbondioksida menggunakan teknologi dan teknik yang belum sepenuhnya diterapkan oleh industri semen di Indonesia. Industri semen berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca secara global. Isu lingkungan yang berhubungan dengan pabrik semen adalah debu, bising, dampak terhadap tanah, udara dan kualitas air sehingga menambah tekanan pada industri ini untuk turut respek kepada upaya pengembangan berkelanjutan. Di samping banyaknya perubahan yang mempengaruhi industri semen, Indocement menyadari bahwa untuk terus bertahan di masa yang akan datang, tujuan bisnis dari industri semen adalah turut serta dalam keberhasilan pengembangan berkelanjutan, dengan kata lain adalah "memenuhi kebutuhan pada saat ini tanpa melupakan pada kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya". Indocement terus memberikan andil yang signifikan dalam mengurangi dampak lingkungan dan memaksimalkan pengembangan pada masyarakat sekitar. Semen diproduksi dengan seleksi pyro-processing, persiapan bahan baku dan penggilingan klinker yang dihasilkan. Bahan baku adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat, dan biji besi. Sejumlah kecil gipsum ditambahkan pada penggilingan akhir untuk memperlambat setting time. Hal tersebut meyebabkan dampak lingkungan terutama dampak pada udara, tanah, dan lingkungan sekitar. Selama beroperasi sekian puluh tahun di Indonesia, ketiga pabrik Indocement menerapkan manajemen lingkungan dan pengawasan yang baik. Rangkaian intitusional, manajemen, dan pengukuran pengendalian diterapkan dalam pengoperasian sesuai standar yang berlaku di Indonesia. Di lapangan, Indocement berhasil mencegah dampak lingkungan dan masyarakat. Jika dampak yang tidak bisa dihapuskan, Indocement berkomitmen untuk menguranginya hingga ambang batas wajar. Sumber utama dampak kualitas udara pada industri semen adalah debu dan emisi gas seperti karbondioksida. Indocement telah menginstalasi Electrostatic Precipitator yang memenuhi standar di Indonesia dan internasional. Debu dan emisi gas dipantau sesuai dengan pemenuhan standar aplikasi. Penambangan bahan baku juga berdampak pada pemanfaatan dan topografi tanah. Indocement mengoperasikan penambangan yang tidak jauh dari lokasi pabrik sesuai dengan panduan dari pemerintah. Perhatian juga diberikan pada rehabilitasi lahan tambang. Lahan ditambang dengan kontur yang sesuai dengan pemenuhan batas stabilitas 60 61 tanah. Rehabilitasi permukaan tanah adalah upaya berkelanjutan dari manajemen Indocement. Sesuai dengan standar dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Indocement memperoleh izin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisa Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Bentuk konkrit dari inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia. Indocement berhasil mempertahankan akreditasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Sejalan dengan tren yang berlaku di luar negeri terhadap kewajiban perusahaan dan tanggung jawab sosial Indocement menyusun suatu ringkasan perencanaan manajemen lingkungan terhadap berbagai aspek lingkungan dan komitmen sosial yang diimplementasikan. Mitigasi lingkungan dan upaya manajemen dikembangkan untuk lima sumber daya alami, yaitu udara, air, tanah, flora dan fauna, serta sumber daya manusia. 2. Komitmen Memaksimalkan Pengembangan Masyarakat Sekitar Indocement untuk terus memaksimalkan pengembangan masyarakat sekitar. Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama. Indocement menggagas pendekatan yang kolaboratif dalam menyusun program pengembangan masyarakat. Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk menyampaikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Indocement saat ini mempunyai program pengembangan masyarakat yang meliputi 12 desa. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja,`nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan 61 62 kegiatan bina lingkungan dan komunikasi (Bilikom) dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi. 3. Komitmen pada Perlindungan Iklim Global. Tingkat reduksi emisi yang diterapkan pada jenis terbaru semen yang menggunakan bahan aditif yang memiliki kandungan klinker lebih sedikit daripada Ordinary Portland Cement (OPC), tetapi mempunyai kekuatan yang sama, dan menggantikan sejumlah bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif dalam berbagai bentuk dan jenis limbah. Jenis limbah yang sudah dikaji sampai saat ini termasuk sekam padi, cangkang kelapa sawit, tekstil, ban bekas, dan oli bekas. Perubahan pada fasilitas dan pabrik semen sejalan dengan pengenalan bahan aditif dan bahan bakar alternatif akan menghasilkan perubahan lingkungan seperti: • Penggunaan bahan aditif untuk mengurangi kandungan klinker pada semen lebih relevan dengan tanggung jawab proses teknologi dan kualitas pengawasan sejalan dengan syarat lingkungan dan kepedulian sosial. Penggunaan bahan bakar dalam memproduksi klinker dapat dikurangi sama halnya dengan emisi gas. • Penggunaan bahan bakar alternatif pada tanur semen berhubungan dengan isu lingkungan merupakan bentuk kepedulian utama terkait dengan emisi yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat dilakukan tanpa mengurangi kondisi lingkungan di sekitar pabrik. Hal ini sejalan dengan program pemantauan lingkungan. Perubahan ini dan dampak lingkungannya dapat diukur dari emisi reduksi CO2 yang sesuai dengan Rencana Manajemen Lingkungan dari Indocement, termasuk upaya pemantauan yang berhubungan dengan inisiatif pengurangan emisi. Sebagai wujud tanggung jawab kepada kepentingan umum dari perencanaan pengukuran reduksi emisi ini, pertemuan mingguan dengan masyarakat sekitar diadakan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat sekitar. Aktifitas perencanaan reduksi emisi ini dikomunikasikan dalam bahasa Indonesia dalam beberapa pertemuan yang diadakan sejak Oktober 2003. Pertemuan ini meliputi 12 desa, guru, Camat (kepala desa) dan tokoh masyarakat. 62 63 Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan dalam mewujudkan etika bisnis (beyond legal) dan sebagai komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkelanjutan. Indocement menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDG) untuk pengentasan kemiskinan sampai tahun 2015. Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan Deklarasi Milenium pada bulan September 2000. Program CSR Indocement dilaksanakan di tiga pabrik yakni pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, pabrik Palimanan, Kabupaten Bogor dan pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan dengan mengacu pada lima Pilar yaitu (1) pendidikan, (2) ekonomi, (3) kesehatan, (4) sosial, budaya dan olahraga, (5) keamanan. Terkait dengan MDG, program CSR Perusahaan telah mendukung pencapaian sasaran MDG 1 sampai MDG 7, dan menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan (MDG 1) dan lingkungan hidup yang berkelanjutan (MDG 7). Tanggal 15 Oktober 2009 Indocement menerima Peringkat Emas dalam Program PROPER periode 2008-2009 untuk Pabrik Citeureup. Selain itu, Pabrik Palimanan memperoleh Peringkat Hijau. Program PROPER merupakan prakarsa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk mendorong penerapan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di kalangan perusahaan. Di periode 2008-2009, kriteria PROPER terutama menekankan aspek pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan lingkungan, serta tanggung jawab sosial perusahaan. Indocement adalah salah satu dari dua perusahaan yang berhasil memperoleh Peringkat Emas sejak program PROPER diselenggarakan pada tahun 2002. Pemeringkatan PROPER diberikan berdasarkan penilaian atas kepatuhan Perusahaan terhadap berbagai kriteria seperti penanganan polusi air dan udara, penanganan limbah beracun dan berbahaya, serta persyaratan lain terkait dengan kelengkapan dokumen AMDAL (Analisa Manajemen Dampak Lingkungan) Perusahaan. Penilaian juga mencakup kajian atas upaya penerapan prinsip manajemen lingkungan yang berkelanjutan serta program CSR yang dilakukan Perusahaan. 63 64 Selain telah menerapkan standar ISO 14001 dalam sistem manajemen lingkungan, Indocement juga menerapkan prinsip 3R (reuse, recycle, recovery) melalui kebijakan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif dalam produksi perusahaan. Dua prakarsa penting terkait peningkatan efisiensi operasional dan pengurangan konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 adalah: (1) Proyek Bahan Bakar Alternatif, dan (2) Proyek Blended Cement. Kedua prakarsa yang dimulai sejak tahun 2006 tersebut memiliki kaitan erat dengan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Selain dapat menghemat biaya kebutuhan energi, kedua prakarsa tersebut juga sangat efektif untuk mengurangi emisi CO2. Pencapaian ini sejalan dengan program pengendalian pemanasan global di bawah Konvensi Kerangka Kerja Persatuan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada bulan Juli 2004. Indocement telah bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mewujudkan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism – CDM) sebagaimana diatur oleh Protokol Kyoto. Program CDM memungkinkan sebuah perusahaan untuk memperoleh kredit karbon atas pengurangan yang dapat diverifikasi pada emisi CO2 yang dihasilkan. Kredit karbon dalam satuan Emisi Reduksi yang Disertifikasi (CER) diberikan untuk setiap ton pengurangan emisi CO2. CER yang diperoleh kemudian dapat dijual pada perusahaan yang ingin memenuhi target pengurangan emisi karbon. Di proyek bahan bakar alternatif, Indocement bekerja sama dengan konsultan untuk menghitung secara akurat volume emisi CO2 yang dapat dikurangi melalui pemakaian bahan bakar alternatif selama periode dua tahun, dibandingkan apabila memakai bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi yang setara. Di tahun 2008 Indocement memperoleh 80.967 CER dari proyek bahan bakar alternatif. Proyek Blended Cement juga memakai mekanisme yang sama terkait pengurangan emisi CO2 akibat penggunaan bahan baku alternatif pada produksi semen komposit Perusahaan. Sampai dengan Desember 2009, Proyek Blended Cement masih berada pada tahap verifikasi. Di Indonesia, relatif belum banyak perusahaan yang berpartisipasi pada proyek CDM, sekalipun pemerintah telah meratifikasi Protokol Kyoto sejak beberapa tahun yang lalu. Diterimanya CER di tahun 2008 untuk Proyek Bahan Bakar Alternatif, Indocement menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil 64 65 menyelesaikan suatu siklus proyek CDM. Pelaksanaan proyek memang berjalan lambat akibat lamanya proses verifikasi yang diperlukan, namun hal ini bisa dimengerti mengingat bahwa aktivitas pengurangan emisi CO2 masih merupakan proyek perintis yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia. Indocement berkomitmen mendukung lingkungan yang berkelanjutan dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Efisiensi penggunaan energi adalah strategi bisnis yang baik, dan menjadi landasan Perusahaan dalam upayanya memenuhi peningkatan permintaan pasar secara berkelanjutan. Indocement berharap dapat menjadi panutan bagi perusahaan lain di berbagai industri yang padat emisi karbon di Indonesia. Sejak bulan Agustus 2007, Indocement melakukan penanaman pohon jarak pagar (Jatropha Curcas) sebagai upaya rehabilitasi lahan paska penambangan. Sekitar 70 hektar lahan di sekitar Pabrik Citeureup dan 100 hektar lainnya di lokasi Pabrik Palimanan dan Pabrik Tarjun telah direhabilitasi. Selain untuk rehabilitasi lahan, penanaman jarak pagar diharapkan dapat menghasilkan sumber energi terbarukan dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi komunitas di sekitar lokasi operasional perusahaan. Program ini dilakukan melalui kerja sama teknis dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon dan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin di masing-masing lokasi. Upaya lain yang juga merupakan langkah terobosan untuk mendorong praktik lingkungan yang berkelanjutan adalah program pengelolaan sampah, di mana sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh komunitas di sekitar lokasi operasional Perusahaan diolah menjadi biogas (sebagai bahan bakar alternatif) dan kompos (sebagai pupuk untuk tanaman jarak pagar). Perusahaan juga membantu masyarakat setempat memanfaatkan kotoran sapi yang menghasilkan biogas untuk keperluan rumah tangga mereka. Sampai dengan akhir tahun 2009, sebanyak 12 reaktor biogas telah terpasang di rumah masyarakat di kawasan sekitar lokasi operasional Perusahaan. Di bidang pendidikan, Indocement mengadakan program pelatihan guru bagi sekolah menengah di sekitar lokasi operasional perusahaan. Program ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. Di bulan Agustus 2009, Indocement juga menyiapkan sebuah bengkel kecil yang memberikan pelatihan keterampilan montir sepeda motor. Fasilitas ini sangat diminati mengingat sepeda motor merupakan 65 66 moda transportasi utama bagi kebanyakan keluarga di sana. Terkait aspek pengentasan kemiskinan, Perusahaan fokus pada bantuan pengembangan sumber mata pencaharian bagi individu di sekitar lokasi usaha. Bagi Indocement, keberhasilan upaya ini diukur dari dampaknya yang berkelanjutan. Peserta program, dalam hal ini diharapkan mampu melanjutkan usaha agar dapat memberikan nafkah bagi keluarganya setelah berakhirnya program. Di tahun 2009, Indocement bekerja sama dengan IPB membuka sebuah fasilitas pelatihan di Citeureup untuk membekali peternak domba setempat dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, melalui sesi pelatihan selama 3 bulan. Di akhir tahun 2009, program tersebut telah mulai dengan angkatan pertama sebanyak 30 peserta dari komunitas sekitar, yang diharapkan akan menyelesaikan pelatihan di triwulan pertama tahun 2010. Selanjutnya, perusahaan merencanakan sesi pelatihan bagi 100 sampai 120 peserta setiap tahunnya. Bekerja sama dengan dinas terkait, perusahaan juga membuka fasilitas pelatihan di dekat Pabrik Palimanan yang memberikan pelatihan dan bimbingan bagi petani dan nelayan di sekitar wilayah tersebut. Fasilitas pelatihan tersebut juga telah mulai dengan angkatan pertama di akhir tahun 2010, dan rencananya akan berlanjut dengan jumlah peserta yang sama di tahun berikutnya. Prakarsa lain yang dilakukan Indocement untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga komunitas di sekitar lokasi operasionalnya adalah melalui skema kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Bekerja sama dengan Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, Perusahaan bertindak selaku fasilitator untuk penyaluran dana kepada usaha kecil dan mikro. Skema pembiayaan mikro membantu pedagang kecil untuk meningkatkan penghasilan dan bahkan membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Sampai saat ini, sekitar 32 pengusaha kecil telah memanfaatkan program tersebut, sehingga mereka terhindar dari praktik lintah darat yang seringkali justru membuat mereka semakin terpuruk akibat bunga pinjaman yang sangat tinggi. Selain tujuan jangka panjang dalam pengentasan kemiskinan dan pelestarian serta perbaikan lingkungan hidup, Indocement juga aktif berpartisipasi memberikan bantuan dana kemanusiaan dan bencana alam. Di tahun 2009, perusahaan memberikan bantuan kemanusiaan pada dua peristiwa bencana gempa bumi. Bantuan pertama ditujukan bagi masyarakat di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang 66 67 diguncang gempa bumi pada tanggal 2 September 2009. Tidak lama berselang, Perusahaan kembali membantu korban bencana gempa bumi yang lebih parah lagi yaitu yang terjadi di Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 30 September 2009. Pada kedua peristiwa tersebut, Perusahaan mengalokasikan dana sekitar Rp 410 Juta, dimana sekitar Rp 140 Juta diantaranya berasal dari sumbangan karyawan Perusahaan. Melalui berbagai upaya tersebut di atas, Indocement terus berkontribusi membantu Indonesia mencapai target MDG. Indocement juga rutin mensosialisasikan program CSR dan lingkungan hidup ke perusahaan yang beroperasi di sekitarnya, dengan harapan dapat menjadi panutan dalam pelaksanaan CSR. Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia wajib melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas yang menyebutkan setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan. Perusahaan memiliki suatu bagian dalam organisasi perusahaan yang dikhususkan untuk menangani segala kegiatan yang terkait dengan tanggung jawab sebagai perusahaan ekstraktif tersebut. Bagian perusahaan yang secara khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial adalah Corporate Social Responsibility Department (CSR Department). Departemen CSR dipimpin oleh kepala departemen (Department Head) yang berada di bawah Divisi Safety, Security, dan CSR yang dikepalai oleh seorang manager. Departemen ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar perusahaan. Misi Departemen CSR Indocement adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan 67 untuk kepentingan bersama 68 perusahaan dan komunitas khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Ranah kerja Departemen CSR berdasarkan visi dan misi tersebut adalah sebagai departemen yang menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat yang dilandasi dasar pengembangan masyarakat. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada warga masyarakat sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Selain itu, Departemen CSR memiliki tugas utama yakni menjalankan proyek CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan. Departemen CSR selalu melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep tripple bottom lines, yakni konsep yang menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pelaksanaan gagasan-gagasan dan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya. (Departemen CSR Indocement, 2010). Pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan juga terinspirasi oleh tujuan pembanguan milenium (Millenium Development Goals) yang dicetuskan oleh PBB pada tahun 2000. Program CSR Indocement bertumpu pada dua kegiatan yaitu: pertama Community Development Program dan kedua Sustainable Develompent Program. Community Development Program Indocement mengacu pada lima pilar yaitu: 1. Pilar Pendidikan 2. Pilar Ekonomi 3. Pilar Kesehatan 4. Pilar Sosial, Budaya dan Keagamaan 5. Pilar Keamanan Jenis kegiatan CSR yang termasuk dalam Community Development Program Indocement dapat dilihat pada Tabel 4. 68 69 Tabel 4. Jenis Kegiatan Community Development Program Indocement. Tahun 2008-2010 NO PROGRAM 2008 2009 2010 KETERANGAN 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Pilar Pendidikan Anak asuh & Beasiswa 93 525 764 SD, SLTP, SLTA & PT Sarana pendidikan 77 330 296 Renovasi, mebeller, dll Pendidikan keterampilan 217 204 178 Menjahit, pertanian, otomotif, dll Perpustakaan Mandiri 1.586 647 4.804 Fasilitas & buku Pilar Kesehatan Puskesmas keliling 9.741 8.958 8.675 Pasien Makanan tambahan 21.600 93.600 54.720 Milo Sc Penyuluhan kesehatan 8.276 8.848 8.748 HIV/Aids, Hidup sehat, dll Operasi Katarak 16 24 28 Peserta Khitanan Massal 96 84 112 Peserta Sarana air bersih 3 4 4 Unit di Desa Binaan Lomba balita sehat 36 36 35 Peserta Bersih & hijau lingkungan 2 3 - Unit di Desa Binaan Pilar Ekonomi Modal bergulir UMKM 34 48 8 UMKM yang menerima bantuan Tenaga kerja kontraktor 3.063 2.569 3.509 Berasal dari Desa Binaan Local purchase 19 24 16 UMKM Desa Binaan Pilar Sosial Budaya Agama Olahraga & Infrastruktur Pembangunan jalan 3.191 7.625 3.976 Meter Pembangunan jembatan 1 Unit Saluran air 300 530 125 Meter Sarana Ibadah 5 7 8 Unit Fasilitas sosial & umum 7 8 3 Olah raga, taman bermain, dll Pilar Keamanan Rakor Pengamanan 12 12 4 Kegiatan Pembangunan Pos Kamling 5 - Unit Pelatihan Linmas 120 60 Unit Seragam Linmas 600 336 - Unit Sumber: Data Expose Departemen CSR Indocement, 2011 Program Pendidikan yaitu peningkatan jumlah bantuan anak asuh, sejalan dengan Program Wajib Belajar 9 tahun dimana dapat lebih banyak menyerap anak tidak mampu untuk bersekolah. Sarana pendidikan mebeler dan renovasi sekolah, telah mampu membantu sekolah-sekolah yang kondisinya memprihatinkan, sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat terselenggara dengan baik. Meningkatkan kemauan membaca dengan program Perpustakaan mandiri, dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan bantuan buku-buku sekolah dan buku-buku cerita. Pengembangan sumber daya manusia di desa binaan, melalui program 69 70 pelatihan unskill sudah terserap oleh perusahaan disekitar dan menumbuhkan enterpreneur skala desa. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat, melalui penyuluhan kesehatan, mengurangi angka kunjungan pusling. Sarana air bersih menjadi perhatian yang cukup serius di Program Kesehatan ini, karena letak Geografis mayoritas Desa binaan yang sulit air bersih, karena itu setiap tahun diupayakan untuk membangun sarana air bersih di desa binaan,terutama diwilayah yang paling membutuhkan. Program perbaikan maupun pembangunan infrastruktur desa dilaksanakan dengan tujuan semakin baiknya infrastruktur di desa, maka semakin meningkatnya manfaat yang di dapat oleh warga masyarakat, jalan yang baik akan menyebabkan kemudahan transportasi dan tumbuhnya potensi-potensi usaha di desa. Fasilitasfasilitas umum yang semakin baik menimbulkan berbagai manfaat, seperti saluran air yang baik tidak akan menyebabkan banjir. Disamping itu keberadaan operasi Perusahaan yang berada di tengah-tengah masyarakat memungkinkan adanya ancaman keamanan yang cukup tinggi, kordinasi dan komunikasi dengan lini terkait terutama di desa binaan tentunya sangat penting, pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan SDM Linmas di desa binaan, juga ikut berperan menghasilkan Linmas-linmas yang mengerti standar pengamanan lingkungan yang memadai Jenis kegiatan CSR yang termasuk ke dalam Sustainable Develompent Program antara lain: 1. Budidaya jarak pagar dibekas lahan tambang 2. Pengelolaan sampah menjadi biogas 3. Peternakan terpadu dan pelatihan peternak domba 4. Pelatihan bengkel motor terpadu 5. Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tbk. Sebelum program CSR dilaksanakan, perusahaan melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Bilikom adalah forum komunikasi formal antara Indocement dengan desa yang diwakili oleh para pemangku kepentingan/stakeholders (tokoh masyarakat/opinion 70 71 leaders) dalam tatanan masyarakat desa berdasarkan peran dan fungsinya dalam masyarakat dilaksanakan secara periodik. Kedudukan Bilikom sangat strategis, yaitu mempertemukan antara eksternal dan internal stakeholders perusahaan yaitu Departemen CSR sebagai internal perusahaan dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat sebagai pihak eksternal desa seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kedudukan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Bilikom mulai dilaksanakan Indocement pada tahun 1999 dengan nama Bina Lingkungan (Bilik). Program Bilik ini bersifat informal dengan karakteristik program adalah responsive dan bersifat katikatif atau charity. Pada tahun 2006 program Bilik berkembang, yaitu dilaksanakan reguler namun tanpa adanya stakeholders mapping dan agenda yang akan dilaksanakan belum terstrukur. Masih bersifat semi informal dan karakteristik dari programnya adalah sosial dengan fokus pada pembangunan wilayah pedesaan dan peningkatan tanggung jawab lingkungan. Kemudian tahun 2007 hingga saat ini Bilik desempurnakan menjadi Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi). Bilikom dilaksanakan reguler dengan Key Permornace Index (KPI) dan adanya stakeholders mapping (waktu, agenda, dan notulensi). Kegiatan ini menjadi bersifat formal dan komunikatif. Karakteristik programnya 71 72 bersifat basic need dan skala prioritas berdasarkan peta demografi sosial dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Anggota Bilikom merupakan perwakilan perusahaan seperti tim Departemen CSR, security, dan lini terkait disesuaikan dengan wilayah desa yang berbatasan dengan areal Indocement dan perwakilan masyarakat yang terdiri dari pemerintahan desa (Kades, Sekdes, Kepala Bidang dan Staf Desa), BPD, LPM, Ketua RW, Kepala Dusun, Ketua RT, tokoh masyarakat (pendidik, agama, Kyai/Ulama), tokoh pemuda, dan ibu PKK serta perwakilan Muspika Kecamatan, Babinsa dan Babinmas. Bilikom dilaksanakan selama 48 kali di 12 desa binaan selama satu tahun. Setiap desa mendapat kesempatan empat kalI putaran Bilikom selama setahun dengan agenda: • Putaran pertama penyampaian program yang telah disetujui oleh perusahaan, penyampaian waktu pelaksaan dan pembentukan tim yang akan melaksanakan program. • Putaran kedua evaluasi progres pelaksanaan program CD lima pilar semester pertama • Putaran ketiga, penyampaian hasil musrenbangdes kepada perusahaan untuk dikaji untuk menjadi bahan skala prioritas perusahaan, dan evaluasi progam lima pilar yang telah dilakukan dan belum dilakukan. • Putaran keempat evaluasi program CD lima pilar yang telah berjalan selama setahun dan silaturahmi pasca idul fitri. • Disetiap putaran setelah agenda utama selalu diisi dengan diskusi tematis terkait lingkungan yang temanya dari Indocement. Kegiatan Bilikom ini diharapkan mampu menciptakan komunikasi dua arah dan pemahaman secara baik antara masyarakat dengan perusahaan, memperjelas program/kebijakan perusahaan dan program desa secara periodik, memberikan masukan dalam bentuk kritik maupun saran dari masyarakat demi keberlanjutan perusahaan, mengedukasi masyarakat tentang suatu topik/ program yang dijalankan di desa dan membangun kebersamaan antara perusahaan dengan masyarakat 72 73 Deskripsi Lokasi Penelitian Indocement memiliki desa binaan sebanyak 12 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor. Penentuan 12 desa binaan tersebut didasarkan pada kedekatan geografis antara perusahaan dengan desa-desa tersebut, asas manfaat (pemanfaatan potensi desa sebagai bahan baku operasional perusahaan), dan desa yang dilalui jalur conveyor. Desa tersebut antara lain Desa Citeureup, Tajur, Hambalang, Tarikolot, Pasirmukti, Gunung Sari, dan Kelurahan Puspanegara yang berada di Kecamatan Citeureup. Selain itu Desa Lulut, Leuwikaret, Bantarjati, Nambo yang berada di Kecamatan Klapanunggal dan Desa Gunung Putri yang berada di Kecamatan Gunung Putri. Peta wilayah desa Binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa dapat dilihat pada Lampiran 3. Penetuan Program CSR yang dijalankan di 12 desa binaan didasarkan pada social mapping atau pemetaan sosial oleh pihak perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Disamping itu juga memperhatikan potensi desa, seperti jumlah penduduk dan luas wilayahnya. Desa binaan Indocement tergabung dalam tiga kecamatan, yaitu kecamatan Citeureup. Klapanunggal dan Gunung Putri. Letak geografis ketiga kecamatan saling berdekatan, jarak antar kecamatan tidak terlalu jauh. Jarak antara Kecamatan Klapanunggal dengan Kecamatan Citeureup sekitar 11 Km, jarak antara Kecamatan Klapanunggal dengan Kecamatan Gunung Putri sekitar 5 Km dan jarak antara Kecamatan Gunung Putri dengan Kecamatan Citeureup sekitar 6 Km. Jarak yang relatif dekat menyebabkan kondisi ketiga kecamatan relatif sama. Luas ketiga kecamatan berbeda, dan kecamatan Gunung Putri memiliki wilayah yang paling kecil dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri, dan Citeureup Tahun 2009 Kepadatan No. Kecamatan Jumlah penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) (Jiwa/Km2) 1. Klapanunggal 76.763 98 783,30 2. Gunung Putri 300.826 56 5371,89 3. Citeureup 174.319 67 2601,78 Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor 2010 (Diolah) 73 74 Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gunung Putri paling besar dibandingkan dengan yang kecamatan lainnya, sehingga kepadatan penduduk kecamatan ini juga yang paling tinggi. Hal tersebut disebabkan Kecamatan Klapanunggal dan Kecamatan Citeureup merupakan salah satu kawasan industri di Kabupaten Bogor. Kawasan industri tersebut antara lain, Kompleks Industri Branta Mulia di Desa Tarikolot, Kompleks Industri Indocement di Desa Citeureup, Cibinong Centre Industrial Estate (CCIE) Citeureup dan Kompleks Industri Korin di Desa Bantar Jati Klapanunggal. Disamping menjadi kawasan industri di ketiga kecamatan ini juga berkembang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Berdasarkan data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Tahun 2010 jumlah UMKM formal sebesar 8700 unit, dan UMKM non formal sebesar 35.147 unit. Berkembangnya UMKM hingga tahun 2010 di Kabupaten Bogor mampu menyerap tenaga kerja sebesar 22.260 orang. Perkembangan UMKM ketiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentasi Jumlah Total UMKM di Kecamatan Klapanunggal, Gunung Putri dan Citeureup terhadap Jumlah Total UMKM Kabupaten Bogor Tahun 2010 Tahun No. Kecamatan 2006-2009 2010 Total Hingga Tahun 2010 Persentase Jumlah Total UMKM Kecamatan terhadap Total UMKM Kabupaten Bogor (%) 1. 2. Klapanunggal Gunung Putri 90 186 12 45 102 231 1,17 2,66 3. Citeureup 245 51 296 3,40 Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010 (Diolah) Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa Kecamatan Citeureup memiliki jumlah UMKM paling besar dibandingkan dengan kedua kecamatan lainnya. Berdasarkan data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010 UMKM di Kecamatan Citeureup memiliki produk unggulan seperti logam dan konveksi. Bahkan di Desa Tarikolot merupakan sentra UKM logam di Kabupaten Bogor. Kecamatan Klapanunggal memiliki produk unggulan keset, pandai besi, pigura dan pelepah, dan Kecamatan Gunung Putri memiliki produk unggulan sabuk atau gesper dan kue donat. Salah satu UKM di gunung Putri yaitu PT Tosama Abadi memperoleh predikat UKM berprestasi Tahun 2010. Perkembangan ini tidak terlepas dari minat masyarakat serta dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 74 75 Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Upaya-upaya dibagi menjadi beberapa program seperti program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM melalui penyelanggaraan pelatihan manajemen dan kewirausahaan, meningkatkan fasilitas akses permodalan UMKM serta meningkatkan fasilitas kemitraan investasi UMKM dengan dunia usaha. Selain itu untuk mengembangkan sistem pendukung bagi UMKM pemerintah membantu melakukan promosi terhadap produk yang dihasilkan oleh UMKM tersebut. Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif pemerintah memfasilitasi masyarakat untuk melakukan kosultasi tehadap permasalahan yang dihadapi terutama untuk permasalahan produksi serta membantu dalam penyaluran kredit bank atau lembaga keuangan. Karakteristik Personal Responden Responden dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang aktif terlibat dalam kegiatan Bilikom Indocement. Pemilihan tokoh masyarakat sebagai anggota Bilikom disebabkan tokoh masyarakat dianggap memiliki pengaruh yang besar di kalangan masyarakat desa. Tokoh masyarakat dianggap lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu untuk memelihara norma yang berlaku di masyarakat. Tokoh masyarakat menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang mempengaruhi arus komunikasi di desa. Untuk itu, diharapkan komunikasi yang terjalin di Bilikom yang anggotanya merupakan tokoh-tokoh masyarakat diharpakan dapat efektif dalam upaya merealisasikan program CSR Indocement. Karakteristik tokoh masyarakat yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, jabatan dalam organisasi, lama menjabat, keterdedahan media massa dan partisipasi sosial. Deskripsi karakteristik tokoh masyarakat secara lengkap berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan pada Tabel 7. 75 76 Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Personal yang Diamati No. 1. 2. Karakteristik Personal • Dewasa (20-35 Tahun) • Paruh Baya (36-52 Tahun) 6. Pendidikan Dasar (SD dan SMP) Pemerintah Desa • Non Pemerintah Desa Jabatan dalam Organisasi Pengurus • Anggota Lama Menjabat 52 65,00 13 16,25 26 32,5 54 67,5 26 32,5 54 67,5 55 68,75 25 31,25 • 1-3 Tahun 46 57,50 • 4-8 Tahun 21 26,25 13 16,25 1 1,25 56 70,00 23 28,75 • > 9 Tahun Keterdedahan Media Massa (TV, radio, surat kabar majalah) (Jam/Hari) • Tidak melakukan kegiatan pencarian informasi • 7. 18,75 • Pendidikan Lanjutan (SMA dan PT) Pekerjaan Utama • 5. 15 • Tua (53-ke atas) Tingkat Pendidikan • 4. Persentase (%) Umur • 3. Jumlah (Orang) 1-3 Jam • > 4 Jam Partisipasi Sosial (Jam/Bulan) • Tidak pernah 1 1,25 • Antara 1-9 Jam 38 47,50 • > 10 Jam 41 51,25 Umur. Umur responden merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur umur responden berkisar antara usia 36-52 tahun (65,00 persen), dan berkisar antara umur 20-35 tahun (18.65 persen). Hubungannya dengan tingkat produktivitas individu, dan apabila mengacu pada usia produktif yaitu antara umur 20-55 tahun, responden penelitian umumnya tergolong dalam usia produktif. Kondisi umur yang produktif ini akan berpengaruh terhadap motivasi seseorang untuk berperan aktif dalam suatu aktivitas, selain itu juga menyebabkan seseorang berada pada puncak kematangan berfikir. Lebih lanjut 76 77 menurut Soekanto (2000) diacu dalam Suwanda (2008) menjelaskan bahwa masyarakat usia produktif selain mudah untuk menerima ide baru juga memiliki kecenderungan untuk lebih cepat mengambil keputusan tentang suatu objek yang diminati. Tingkat pendidikan formal. Tingkat penguasaan seseorang terhadap suatu pengetahuan yang tercermin pada perilaku dalam hidup bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berperan dalam proses adopsi teknologi dan inovasi. Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin cepat kemampuan penyesuaian seseorang terhadap suatu perubahan. Tingkat pendidikan responden penelitian dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan dasar meliputi SD dan SMP, dan pendidikan lanjutan yaitu SMA dan PT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan para peserta Bilikom Indocement antara lain berpendidikan dasar sebesar 32,5 persen dan berpendidikan lanjutan sebesar 67,5 persen. Secara teoritis tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berfikir lebih baik dan rasional, artinya semakn tinggi tingkat pendidikan maka seseorang semakin tingi motivasinya untuk berfikir rasional dalam menentukan pilihan yang akan diterima dan dilaksanakan, salah satu contohnya yaitu dalam mengadopsi suatu inovasi. Pekerjaan utama. Pekerjaan yang dimiliki responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu bekerja di pemerintahan desa atau kelurahan dan bekerja di non pemerintahan desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai pemerintahan desa atau kelurahan sebesar 32,5 persen, dan bekerja di non pemerintahan desa sebesar 67,5 persen Untuk responden yang memiliki pekerjaan lain di luar pemerintah desa sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dan sebagian kecil sebagai ibu rumah tangga, buruh dan lainnya. Jabatan. Jabatan dalam organisasi menjelaskan kedudukan seseorang dalam suatu organisasi dalam penelitian ini adalah organisasi formal di desa. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden menjadi pengurus dalam suatu organisasi dalam hal ini menjadi pengurus desa seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa, Staf Desa, Ketua RT, Ketua RW, Ketua BPD, Ketua LPM sebanyak 68,75 persen. Jabatan seseorang akan mempengaruhi penilaian seseorang di mata masyarakat. Umumnya semakin tinggi jabatan seseorang maka orang tersebut akan 77 78 dihormati di dalam masyarakat dan orang tersebut mampu memberikan pengaruh yang cukup besar bagi lingkungannya. Di lingkungan pedesaan para aparat desa dan tokoh masyarakatlah yang memiliki pengaruh besar bagi lingkunganya, untuk itu peserta Bilikom Indocement diambil dari aparat desa dan tokoh masyarakat. Lama menjabat. Waktu menjabat seseorang dalam organisasi mengindikasikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Di daerah pedesaan jabatan sebagai ketua RT, RW, atau jabatan penting lainnya di desa cenderung berdasarkan pada seberapa besar tingkat kepercayaan masyarakat kepada orang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 57,50 persen responden yang menjadi anggota Bilikom relatif baru menjabat dalam suatu organisasi di desa tersebut. Hal tersebut menyebabkan masih kurangnya pengaruh tokoh masyarakat terhadap lingkungannya. Keterdedahan media massa. Intensitas responden dalam mendengarkan, melihat, membaca atau sedikitnya ada perhatian terhadap pesan media atau intensitas responden dalam pencarian informasi melalui berbagai media. Semakin banyak masyarakat yang terdedah maka masyarakat tersebut cenderung aktif dan terbuka terhadap hal-hal baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebesar 70,00 persen anggota Bilikom menghabiskan waktu untuk mencari informasi melalui media massa selama 1-3 jam per harinya. Sebagian besar mencari informasi melalui media televisi. Informasi yang mereka cari hanya berkisar tentang kondisi politik, ekonomi, dan sosial –budaya, jarang dan bahkan tidak pernah sama sekali mencari informasi mengenai perusahaan melalui media baik elektronik maupun non elektronik. Hal tersebut disebabkan kesibukan sehari-hari para responden sehingga menyebabkan mereka tidak sempat untuk mencari informasi melalui media massa. Partisipasi sosial. Frekuensi seseorang mengikuti berbagai macam kegiatan sosial di lingkungannya merupakan definisi dari partisipasi sosial dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 51,25 persen responden aktif dalam kegiatan sosial di desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota Bilikom aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkunganya baik yang berhubungan dengan Indocement atau tidak. Berdasarkan wawancara kegiatan sosial yang rutin dilaksanakan Indocement dan tokoh masyarakat terlibat aktif adalah kegiatan bersih desa. Disamping mengikuti kegiatan dari Indocement tokoh 78 79 masyarakat juga aktif dalam kegiatan sosial desa lainnya seperti pengajian, gotongroyong memberihkan masjid, posyandu dan kegiatan lainnya. Deskripsi Proses Komunikasi Bilikom Penelitian ini selain mengamati karakteristik tokoh masyarakat, proses komunikasi dalam Bilikom juga ikut diamati. Proses komunikasi pada Bilikom juga menentukan efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom. Variabel-variabel penilaian proses komunikasi Bilikom terdiri dari penilaian mengenai kredibilitas sumber informasi, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi, dan intensitas umpan balik. Rata-rata skor aspek proses komunikasi Bilikom dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata- Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Proses Komunikasi pada Bilikom Proses Komunikasi(X2) Skor *) Kredibilitas Sumber (X2.1) 4,31 Cara Berbicara Sumber (X2.2) 3,35 Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi (X2.3) 2,50 Metode Komunikasi (X2.4) 3,64 Intensitas Umpan Balik (X2.5) 3,81 Rata-Rata Total Skor 3,52 Keterangan : *) Rentang Skor < 1 = sangat tidak baik, >1 - 2 = tidak baik, >2 – 3 = cukup baik >3 - 4 = baik, >4 – 5 = sangat baik Berdasarkan Tabel 8 didapatkan hasil bahwa pendapat tokoh masyarakat mengenai proses komunikasi pada Bilikom sudah baik dengan rataan skor sebesar 3,52, artinya masyarakat puas terhadap proses komunikasi yang berlangsung di Bilikom. Apabila dilihat dari masing-masing aspek proses komunikasi terdapat aspek yang memiliki penilaian baik namun ada pula aspek yang memiliki penilaian kurang baik. Aspek yang memiliki nilai sangat baik yaitu sebesar 4,31 adalah kredibilitas sumber informasi. Sumber informasi dalam Bilikom terdiri dari perwakilan perusahaan, perwakilan desa, dan koordinator desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi pada Bilikom merupakan wakil perusahaan dan desa yang terpercaya, dari segi penyampaian program CSR baik, sumber informasi memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik. Disamping itu mereka menghargai aspirasi dari anggota Bilikom, menghormati 79 80 tata tertib dalam Bilikom. Perwakilan perusahaan terutama koordinator desa yang ditunjuk perusahaan secara berkala melakukan kunjungan ke desa yang menjadi binaan Indocement. Cara berbicara sumber informasi dinilai cukup baik oleh tokoh masyarakat. Dari segi tata cara penyampaian informasi dan bahasa yang digunakan dinilai baik. Sumber informasi juga menggunakan bahasa campuran seperti menggunakan bahasa daerah disamping Bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat lebih memahami maksud dari informasi yang disampaikan oleh sumber. Terkadang terdapat istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh anggota Bilikom sehingga maksud dari informasi tersebut tidak sampai sasaran. Penggunaan sarana komunikasi dinilai tidak baik oleh anggota Bilikom. Hal tersebut disebabkan sarana komunikasi yang digunakan dalam Bilikom hanya sebatas alat bantu suara. Penyampaian materi atau informasi pada Bilikom tidak disertai dengan alat peraga lainnya seperti LCD atau proyektor, sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk memahami maksud dari informasi tersebut. Pemberitahuan mengenai pertemuan Bilikom dilakukan dengan menggunakan undangan resmi, hal ini dirasa kurang cukup karena terdapat risiko tidak sampainya undangan kepada anggota Bilikom. Aspek proses komunikasi lainnya yang dinilai baik adalah metode komunikasi yang digunakan dalam Bilikom. Penyampaian informasi dalam Bilikom dibantu dengan penyebaran handout materi program yang terkait, adanya handout ini cukup membantu anggota Bilikom dalam memahami maksud dari program. Penyampaian informasi dinilai kurang menarik karena tidak adanya tampilan audio visual seperti film dokumenter, gambar atau foto tentang program CSR yang telah dilaksanakan perusahaan. Perkembangan dan hasil dari program CSR disampaikan langsung oleh sumber informasi melalui Bilikom dengan dibantu adanya notulensi, sehingga anggota Bilikom mengetahui proses jalannya program hingga program tersebut selesai dilaksankan. Berdasarkan hasil wawancara tidak semua anggota Bilikom atau tokoh masyarakat menyampaikan hasil pertemuan Bilikom yang membahas program CSR tersebut kepada masyarakat umum. Intensitas umpan balik pada Bilikom dinilai baik oleh tokoh masyarakat. Pada pertemuan Bilikom tokoh masyarakat aktif dalam memberikan tanggapan atas penjelasan yang disampaikan sumber informasi. Disamping itu tokoh masyarakat 80 81 juga aktif dalam memberikan usulan terhadap program CSR yang akan dilaksanakan di desanya. Dilihat dari segi aspek pencarian informasi, berdasarkan wawancara diperoleh hasil bahwa tokoh masyarakat akan mencari informasi mengenai program CSR Indocement melalui aparat desa. Cara ini dipilih karena pencarian informasi tersebut dianggap paling efektif mengingat keterbatasan yang mereka miliki dalam pengadaan media komunikasi seperti surat kabar. Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom Variabel efektivitas komunikasi yang diamati dan diduga berhubungan dengan karakteristik tokoh masyarakat dan proses komunikasi dalam penelitian ini meliputi (1) tingkat pemahaman (2) sikap dan (3) tindakan tokoh masyarakat. Hasil rataan skor penilaian tokoh masyarakat mengenai efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-Rata Skor Pendapat Tokoh Masyarakat mengenai Tingkat Efektivitas Komunikasi Program CSR melalui Bilikom Efektivitas Komunikasi (Y) Skor *) Tingkat Pemahaman Tokoh Masyarakat (Y1.1) 4,26 Sikap Tokoh Masyarakat (Y1.2) 3,71 Tindakan Tokoh Masyarakat 3,78 3,91 Rata-Rata Total Skor Keterangan : *) Rentang skor < 1 = tidak paham sama sekali/sangat tidak setuju/tidak pernah, >1 – 2=kurang paham/tidak setuju/pernah,>2-3=tidakpaham/ragu-ragu/kadangkadang,>3–4=paham/setuju/sering,>4-5=sangat paham/sangat setuju/selalu. Tabel 9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan efektivitas komunikasi tokoh masyarakat berada tingkatan pemahaman paham, sikap setuju dan tindakan tokoh masyarakat adalah sering mengikuti kegiatan CSR Indocement dengan penilaian berada pada skor 3,91. Hasil penilaian Tingkat pemahaman berada pada skor 4,26 yaitu berada pada penilaian paham. Dengan kriteria skor < 1 = tidak paham sama sekali, >1 – 2 =kurang paham, >2– 3 = tidak paham, >3 – 4 = paham/setuju/sering, >4 – 5 = sangat paham. Pemahaman tokoh masyarakat mengenai program CSR meliputi pemahaman jumlah pertemuan Bilikom dalam satu tahun, tujuan diadakannya Bilikom yaitu untuk menjelaskan program CSR yang akan dijalankan di desa. Selain itu tujuan dari BILIKOM yaitu sebagai jembatan penghubung antara keinginan atau harapan masyarakat dengan kemampuan dari 81 82 perusahaan. Tokoh masyarakat juga paham bahwa program CSR yang dijalankan Indocement merupakan wujud komitmen Indocement dalam pengabdian terhadap masyarakat sekitar. Program CSR juga memberikan kontribusi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan di desa sekitar dan mendukung upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR berada pada rataan setuju yaitu dengan skor sebesar 3,71. Dengan kriteria skor < 1 = sangat tidak setuju, >1 – 2 = tidak setuju, >2– 3 = ragu-ragu, >3 – 4 = setuju, >4 – 5 = sangat setuju. Sikap tokoh masyarakat yang setuju dengan program CSR karena mereka dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan program. Tokoh masyarakat menilai proram CSR Indocemet memberikan manfaat bagi tokoh masyarakat maupun masyarakat umum. Program CSR yang dijalankan Indocement sebagian besar sudah sesuai dengan usulan meskipun terdapat beberapa program yang tidak diterima. Tindakan tokoh masyarakat pada program CSR juga dinilai sering terlibat dengan rataan skor sebesar 3,78. Dengan kriteria skor < 1 = tidak pernah, >1 – 2 = pernah, >2– 3 = kadang-kadang, >3 – 4 = sering, >4 – 5 = sangat selalu.Tokoh masyarakat terlibat pada sebagian besar program yang dijalankan Indocement seperti program yang memberikan keterampilan khusus yang diberikan. Tokoh masyarakat juga menyalurkan informasi kepada masyarakat umum mengenai program yang dijalankan Indocement. Hal tersebut terbukti pada keikutsertaan masyarakat umum dalam program yang diberikan Indocement seperti program keterampilan khusus menjahit, keterampilan montir dan lainnya, bahkan sebagian masyarakat juga memanfaatkan keterampilan tersebut untuk dijadikan usaha memperoleh penghasilan. Masyarakat juga memanfaatkan layanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas keliling serta program skema kredit usaha yang diberikan Indocement. Sayangnya, program-program yang dijalankan Indocement masih belum dirasakan merata oleh semua lapisan masyarakat. Hal tersebut terbukti berdasarkan wawancara terdapat kelurahan yang belum tersentuh oleh program CSR seperti program pemberian keterampilan dan skema kredit usaha. 82 83 Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement Program CSR Indocement bentuk tanggung jawab perusahaan untuk lingkungan sekitarnya. Program ini juga bertujuan untuk membantu pemerintah dalam kegiatan pembangunan dan untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di Kabupaten Bogor. Program ini melibatkan beberapa elemen seperti pihak perusahaan, pemerintahan desa, tokoh masyarakat dan masyarakat sendiri yang sekaligus membentuk suatu sistem saluran komunikasi yaitu melalui Bilikom. Komunikasi pada Bilikom sebagai sebuah proses komunikasi dianggap efektif apabila terjadi kesamaan pemahaman antara sumber dan penerima informasi. Kesamaan pemahaman tersebut akan menghasilkan kesamaan penggunaan, sikap mental dan tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan dengan program CSR Indocement. Hubungan yang terjadi antara karakteristik tokoh masyarakat dengan efektivitas komunikasi dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan keberhasilan program CSR yang dijalankan Indocement. Hal ini karena keberhasilan program CSR dipengaruhi proses komunikasi yang terjalin dalam Bilikom yang diduga dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki masing-masing tokoh masyarakat. Karakter yang dimiliki tokoh masyarakat akan mempengaruhi pemahaman, sikap serta tindakan terhadap program CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tokoh masyarakat yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement melalui Bilikom, antara : (a) pekerjaan utama dengan tingkat pemahaman tokoh masyarakat (b) lama menjabat dengan sikap tokoh masyarakat, (c) partisipasi sosial dengan tindakan tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) pekerjaan utama dengang sikap tokoh masyarakat, (b) keterdedahan media massa dengan sikap dan tindakan tokoh masyarakat dapat di lihat pada Tabel 10. 83 84 Tabel 10. Hubungan Karakteristik Tokoh Masyarakat dengan Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom Efektivitas Efektivitas Komunikasi Tindaka Pemahaman Sikap n (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) rs -0,001 0,144 -0,059 Umur (X1.1) Sig. (2-tailed) 0,994 0,202 0,606 2 χ 9,732 24,553 19,672 Tingkat Pendidikan (X1.2) Asymp.sig.(2-sided) 0,555 0,600 0,715 48,742* 2 Pekerjaan Utama (X1.3) χ 19,267* * 29,838 Asymp.sig.(2-sided) 0,056 0,006 0,190 2 χ 16,638 35,533 33,046 Jabatan (X1.4) Asymp.sig.(2-sided) 0,119 0,126 0,103 rs -0,024 0,212* 0,080 Lama Menjabat (X1.5) Sig. (2-tailed) 0,833 0,059 0,479 Keterdedahan Media Massa rs -0,025 -0,244** -0,232** (X1.6) Sig. (2-tailed) 0,826 0,029 0,039 rs 0,010 -0,050 -0,203* Partisipasi Sosial (X1.7) Sig. (2-tailed) 0,932 0,661 0,072 2 Keterangan : χ = Koefisien korelasi Chi-Square, rs = Koefisien korelasi Rank-Spearrman **) berhubungan sangat nyata pada taraf nyata 5 persen *) berhubungan nyata pada taraf nyata 10 persen Karakteristik Tokoh Masyarakat Koefisien Korelasi Hubungan Umur Tokoh Masyarakat dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Umur tokoh masyarakat tidak berhubungan nyata dengan pemahaman, sikap dan tindakan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan CSR Indocement. Sebaran usia tokoh masyarakat anggota Bilikom berada pada kategori paruh baya yaitu berada pada kisaran umur 36-52 tahun sebesar 65 persen. Indikator umur berhubungan negatif dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat dalam Bilikom. Hal ini disebabkan faktor umur yang semakin tua yang dimiliki tokoh masyarakat peserta Bilikom menyebabkan mereka sulit menangkap maksud dari informasi yang disampaikan pada Bilikom sehingga komunikasi yang terjalin kurang efektif, disamping itu semakin tua umur tokoh masyarakat maka masyarakat cenderung enggan berpartisipasi pada program CSR perusahaan. Akibat faktor umur tersebut sebagian besar tokoh masyarakat hanya mengiyakan setiap informasi yang diberikan atau setuju dengan keputusan yang diambil pada waktu Bilikom tanpa memberikan saran atau kritikan yang berarti. Kegiatan Renbangdes yang dilaksanakan sebelum Bilikom dinilai kurang efektif karena tidak melibatkan seluruh tokoh masyarakat maupun lapisan masyarakat 84 85 sehingga program-program yang diajukan ke perusahaan dinilai belum dapat mewakili semua kepentingan yang ada di desa. Namun Bilikom efektif untuk membentuk sikap tokoh masyarakat untuk mendukung program CSR yang dijalankan oleh Indocement. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil wawancara yang menunjukkan bahwa tokoh masyarakat menilai baik setiap kegiatan CSR yang dilaksanakan Indocement meskipun mereka tidak terlalu atusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman, sikap dan tindakan tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement. Umumnya tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki tokoh masyarakat, sehingga semakin tinggi pendidikan maka pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat akan baik. Tokoh masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan bersifat lebih kritis dalam segala hal termasuk menyikapi program CSR yang dijalankan perusahaan karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup. Tokoh masyarakat akan menyikapi setiap program yang dijalankan perusahaan baik dari proses Bilikom hingga pelaksanaan program. Tokoh masyarakat akan secara kritis menilai kredibilitas pemimpin Bilikom seperti kepala desa, perwakilan perusahaan, dan koordinator desa. Tokoh Masyarakat juga akan menilai proses komunikasi yang berjalan pada saat Bilikom, baik dari segi paparan permasalahan sampai metode yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut. Hal tersebut dilakukan tokoh masyarakat untuk dapat menentukan sikap apakah setuju atau tidak terhadap program CSR yang dijalankan Indocement. Berdasarkan wawancara, mayoritas tokoh masyarakat setuju dengan program CSR dan menilai dengan baik program tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi tindakan tokoh masyarakat untuk mendukung atau tidak terhadap proram CSR. Berdasarkan penelitian sebagian besar masyarakat desa binaan Indocement mengenyam pendidikan hingga tingkat lanjutan (SMA dan PT) yaitu sebesar 67,5 persen. Tingkat pendidikan yang mereka peroleh relatif tinggi, hanya saja berdasarkan penelitian, kesadaran tokoh masyarakat untuk mencari serta mengumpulkan informasi mengenai perusahaan relatif masih kurang. Hal tersebut 85 86 menyebabkan hanya sebagian kecil tokoh masyarakat yang mampu bersikap kritis terhadap program yang dijalankan perusahaan, sehingga mengakibatkan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom. Saat mencari dan mengumpulkan informasi mengenai perusahaan, tokoh masyarakat cenderung bergantung pada seseorang atau tokoh lainnya yang dianggap memiliki pengaruh lebih besar di masyarakat seperti Kepala Desa. Tokoh masyarakat akan mencari informasi mengenai program yang dijalankan perusahaan ke kantor desa yang bersangkutan, namun tidak semua memiliki inisiatif untuk mencari informasi tersebut. Mereka akan mengambil sikap sesuai dengan sikap orang yang mereka anggap berpengaruh di desanya seperti kepala desa atau tokoh masyarakat lainnya. Hubungan Pekerjaan Utama dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Bilikom dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menjadi jembatan penghubung antara perusahaan dengan masyarakat desa binaan perusahaan. Peserta Bilikom terdiri dari aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat. Jenis pekerjaan ini memiliki hubungan nyata terhadap pemahaman tokoh masyarakat mengenai program CSR maupun informasi tentang perusahaan yang disampaikan melalui Bilikom. Jenis pekerjaan biasanya mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pola pikir seseorang. Adanya hubungan antara pekerjaan dan tingkat pemahaman tokoh masyarakat memberi makna bahwa semakin tinggi pekerjaanya tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang program CSR semakin tinggi. Keterhubungan ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh tokoh masyarakat baik secara formal maupun penelusuran literatur secara pribadi. Tentunya dalam hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh adanya media selain menggunakan Bilikom perusahaan juga menggunakan media massa seperti surat kabar untuk menyampaikan informasi mengenai perusahaan kepada tokoh masyarakat. Pekerjaan yang dimiliki tokoh masyarakat anggota Bilikom juga memiliki hubungan sangat nyata dengan sikap masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan perusahaan, namun tidak memiliki hubungan dengan tindakan tokoh masyarakat. Hal tersebut dapat diartikan jenis pekerjaan yang dimiliki tokoh 86 87 masyarakat menciptakan pemahaman dan sikap yang baik terhadap program CSR, namun belum mampu mempengaruhi tindakan tokoh masyarakat untuk melakukan penyaluran informasi ke masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan anggota Bilikom sendiri pada kegiatan sosial yang ada di desa hanya mencapai 51,25 persen. Anggota pertemuan Bilikom yang ditetapkan hanya aparat pemerintah desa dan tokoh masyarakat oleh perusahaan memiliki tujuan agar komunikasi yang terjalin melalui media tersebut dapat efektif. Kondisi di lapangan, kenyataannya, komunikasi tersebut hanya sebatas komunikasi antara perusahaan dengan anggota Bilikom saja. Hubungan Jabatan dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tokoh masyarakat desa anggota Bilikom sebagian besar memiliki jabatan struktural di desanya. Jabatan tersebut mulai ketua RT, RW hingga Kepala Desa. Semakin tinggi seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman tokoh masyarakat. Tingginya jabatan seseorang mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat dapat diperoleh salah satunya dari jenjang pendidikan yang mereka peroleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jabatan yang dimiliki tokoh masyarakat tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman, sikap dan tindakan tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement. Jabatan yang dimiliki tokoh masyarakat tidak dapat menggambarkan tingkat efektivitas komunikasi program CSR melalui Bilikom. Hasil wawancara menunjukkan meskipun tokoh masyarakat dipandang memiliki pengaruh terhadap lingkunganya namun mereka belum tentu menyalurkan dengan baik informasi mengenai program CSR kepada masyarakat desa, hal tersebut disebabkan kurangnya waktu untuk bersosialisasi antara masyarakat dan tokoh masyrakat menyebabkan informasi itu tidak tersalurkan dengan baik, disamping kurangnya antusias masyarakat untuk menerima maupun mencari informasi tentang program CSR. Hubungan Lama Menjabat dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Lamanya tokoh masyarakat menjabat suatu jabatan penting di desanya seperti Ketua RT, RW hingga Kepala desa tidak berhubungan nyata tingkat pemahaman tokoh masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan Indocement. 87 88 Berdasarkan penelitian ini ternyata memiliki hubungan nyata terhadap sikap tokoh masyarakat terhadap program yang dijalankan Indocement. Semakin lama mereka menduduki suatu jabatan di desa maka mereka akan bersikap loyal terhadap program yang dijalankan perusahaan. Konsistensi masyarakat terhadap jabatan di desa yang mereka miliki sangat mempengaruhi sikap terhadap program yang dijalankan perusahaan. Berdasarkan penelitian terdapat penilaian beberapa pejabat desa dan tokoh masyarakat terhadap program yang dijalankan Indocement relatif baik sehingga menyebabkan mereka bersikap setuju dan mendukung terhadap program yang sedang dijalankan. namun berdasarkan wawancara terdapat beberapa kekecawaan yang alami seperti tidak adanya transparansi dana dari pihak perusahaan, menyebabkan masyarakat sulit untuk membuat rancangan program yang akan diajukan ke perusahaan. Selama ini yang terjadi di lapangan, akibat tidak adanya transparansi dana tersebut, program yang diajukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan yang direalisasikan oleh perusahaan. Hal tersebut akan dapat diminimalisir apabila perusahaan terbuka mengenai dana yang disipakan untuk program CSR sehingga masyarakat akan dapat dengan mudah untuk mengajukan rancangan program yang sesuai dengan dana yang disiapkan perusahaan. Sikap loyal yang dimiliki para tokoh masyarakat tidak didukung oleh tindakan masyarakat untuk menyalurkan informasi yang diperoleh melalui Bilikom. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan wawancara keterlibatan masyarakat umum masih kecil dalam penyusunan rancangan program CSR yang akan diajukan ke perusahaan. selain itu dalam intern anggota Bilikom terdapat pula kekecewaan akibat adanya dominasi oleh oknum tokoh masyarakat tertentu dalam pelaksanaan Bilikom maupun program CSR Indocement. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Keterdedahan media massa dapat diartikan sebagai aktifitas pencarian informasi berupa aktifitas mendegarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami, dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media. Keterdedahan media massa memiliki hubungan tidak nyata terhadap pemahaman masyarakat. Hal tersebut disebabkan sebagian besar tokoh masyarakat terdedah dari media elektronik bukan media non elektronik seperti surat kabar, disamping itu 88 89 informasi yang dicari dari media tersebut bukanlah tentang Indocement atau program yang dijalankan Indocement. Sehingga meskipun dari segi intensitas pemanfaatan media terutama elektronik baik namun tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman tokoh masyarakat mengenai program CSR Indocement. Media non elektronik seperti surat kabar lokal yang menyajikan topik tentang Indocement juga kurang dimanfaatkan oleh tokoh masyarakat. Keterdedahan media massa memiliki hubungan sangat nyata dan negatif dengan sikap masyarakat terhadap program CSR Indocement. Tokoh masyarakat yang terdedah terhadap media massa akan mengindikasikan memiliki perhatian terhadap program yang dijalankan perusahaan, hal tersebut dapat diartikan pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui komunikasi yang terbangun sudah mencapai sasaran yang diinginkan. Selain itu tokoh masyarakat juga akan dapat menilai bahwa program CSR yang dijalankan oleh Indocement sudah sesuai atau belum dengan harapan masyarakat umumnya. Berdasarkan penelitian, Bilikom yang menjadi salah satu media komunikasi perusahaan secara umum sudah dapat menjadi jembatan penghubung antara kepentingan masyarakat desa binaan dengan kepentingan perusahaan itu sendiri. Namun terdapat beberapa kelemahan antara lain, yang pertama Bilikom hanya mampu menjadi media komunikasi antara perusahaan dan sebagian kecil masyarakat desa binaan Indocement. Kedua koordinasi antara wakil desa dalam Bilikom dan masyarakat umum masih kurang sehingga tidak semua aspirasi masyarakat tertampung dan tersalurkan dengan baik. Keberadaan Bilikom yang diperuntukkan sebagian kecil masyarakat tidak didukung oleh adanya bantuan media komunikasi lainnya, seperti surat kabar atau media informasi lain baik elektronik maupun non elektronik. Optimalisasi penggunaan media komuniaksi seperti majalah dan surat kabar diharapakan mampu memperluas jangkauan sasaran komunikasi hingga ke masyarakat umum di luar anggota Bilikom. Akses informasi perusahaan melalui blog atau website hanya dapat diakses oleh sebagian kecil masyarakat yang mengerti akan media komunikasi tersebut. Disamping itu masih kurangnya inisiatif masyarakat untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang perusahaan juga menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya komunikasi yang terjalin antara perusahaan dan masyarakat. Keterdedahan media massa juga memiliki hubungan sangat nyata dan negatif dengan tindakan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Agung (2001), 89 90 keterdedahan seseorang terhadap suatu media menyebabkan orang tersebut mampu untuk memberikan efektivitas komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tidak terdedah terhadap suatu media. Hubungan negatif antara keterdedahan media massa dengan tindakan masyarakat menunjukkan kurangnya efektivitas komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat melalui Bilikom. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat jarang sekali mencari informasi tentang program CSR maupun tentang perusahaan. Sebesar 70,00 persen masyarakat menghabiskan waktu untuk mencari informasi baik melalui media elektronik maupun non elektronik selama 1-3 jam, namun informasi yang mereka cari adalah kondisi politik,ekonomi, sosial maupun tentang hiburan. Sumber informasi yang dapat diakses oleh masyarakat relatif sedikit. Media elektronik atau non elektronik yang menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang perusahaan masih jarang dimanfaatkan, bahkan sebagian tidak mengetahui adanya media tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan sumber informasi utama masyarakat mengenai program CSR perusahaan adalah melalui aparat desa dan tokoh masyarakat setempat. Hubungan Partisipasi Sosial dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator partisipasi sosial tidak berhubungan nyata dengan tingkat pemahaman dan sikap tokoh masyarakat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa meskipun tingkat partisipasi sosial tokoh masyarakat tinggi atau rendah tidak akan mempengaruhi pemahaman maupun sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel ini disebabkan tokoh masyarakat menganggap bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan sosial Indocement merupakan suatu kewajiban bukan karena keinginan mereka untuk lebih memahami Program CSR Indocement. Indikator partisipasi sosial ini berpengaruh nyata dan negatif terhadap tindakan masyarakat adalah partisipasi kegiatan sosial masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka semakin enggan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program CSR perusahaan. Sikap negatif ini bukan berarti mereka menolak adanya program CSR yang dijalankan perusahaan tetapi mereka menganggap bahwa program yang dijalankan perusahaan adalah program – 90 91 program pada umumnya bukan program khusus yang menuntut parstisipasi maksimal dari masyarakat. Kecenderungan munculnya tindakan negatif ini dapat disebabkan oleh adanya rasa jenuh berpartisipasi dalam berbagai program CSR perusahaan. sehingga keberadaan program tersebut dianggap biasa saja. Apalagi sebagian besar anggota Bilikom adalah aparat desa dan tokoh masyarakat yang fungsi dan peranannya selalu berkaitan dengan keharusan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan atai program pembangunan yang masuk ke desa. Masyarakat juga cenderung bertindak apatis, berdasarkan pengalaman mereka berpartisipasi menangani program pembangunan tidak selalu berhasil dan jelas arahnya. Hubungan Proses Komunikasi Bilikom dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi Bilikom yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi program CSR Indocement, antara lain (a) kredibilitas sumber dengan sikap, (b) cara berbicara sumber dengan tindakan masyarakat, (c) metode komunikasi dengan sikap tokoh masyarakat. Sedangkan yang memiliki hubungan sangat nyata antara lain: (a) kredibilitas sumber dengan tindakan tokoh masyarakat, (b) intensitas umpan balik dengan pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hubungan Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi Program CSR Indocement melalui Bilikom Efektivitas Komunikasi (Y) Pemahaman Sikap Tindakan (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) Correlation Coefficient 0,184 0,216* 0,336** Kredibilitas Sumber (X2.1) Sig. (2-tailed) 0,101 0,055 0,002 Correlation Coefficient 0,170 0,164 0,197* Cara Berbicara Sumber (X2.2) Sig. (2-tailed) 0,131 0,145 0,080 Correlation Coefficient -0,043 0,071 0,083 Tingkat penggunaan Sarana Komunikasi (X2.3) Sig. (2-tailed) 0,708 0,534 0,462 Correlation Coefficient 0,020 0,218* 0,055 Metode Komunikasi (X2.4) Sig. (2-tailed) 0,858 0,052 0,629 Correlation Coefficient 0,332** 0,012 0,266** Intensitas Umpan Balik (X2.5) Sig. (2-tailed) 0,003 0,919 0,017 Keterangan : **) berhubungan sangat nyata pada taraf nyata 5 persen *) berhubungan nyata pada taraf nyata 10 persen Proses Komunikasi Keterangan 91 92 Hubungan Kredibilitas Sumber dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Kredibilitas sumber tidak berhubungan nyata terhadap tingkat pemahaman tokoh masyarakat namun berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan dari tokoh masyarakat. Kredibilitas yang dimiliki sumber informasi mampu mempengaruhi sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan Indocement. Sumber informasi baik wakil perusahaan, wakil desa dan koordinator desa merupakan orang yang terpercaya, sehingga dapat mempengaruhi sikap tokoh masyarakat. Kredibilitas sumber juga berhubungan sangat nyata dan positif dengan tindakan masyarakat atau respon masyarakat terhadap program CSR yang dijalankan perusahaan. Hal tersebut berarti semakin tinggi penilaian masyarakat terhadap kredibilitas sumber informasi maka respon atau tindakan masyarakat terhadap program tersebut akan semakin baik. Hubungan antara sumber informasi dengan masyarakat merupakan hal-hal yang berkaitan dengan cara atau usaha sumber informasi untuk menghidupkan suasana pertemuan Bilikom sehingga pesan yang disampaikan pada pertemuan tersebut dapat tepat sasaran. Kedudukan dan fungsi sumber informasi dalam pelaksanaan Bilikom dan program CSR sangat penting mengingat keberhasilan dari program serta efektifnya pertemuan Bilikom sangat ditentukan oleh sumber informasi tersebut yaitu wakil perusahaan, kepala desa dan Koordinator desa. Selain itu wakil perusahaan, kepala desa dan koordinator desa merupakan perantara kontak baik antara pihak perusahaan dengan masyarakat desa binaannya. Sumber informasi dituntut untuk mengetahui dengan pasti kondisi serta kebutuhan masyarakat desa serta kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar dalam merencanakan program CSR, program-program tersebut tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sumber informasi juga dituntut untuk menguasai program CSR yang akan dijalankan oleh perusahaan, sehingga mereka dapat dengan baik menyampaikan program tersebut kepada tokoh masyarakat. Disamping itu penguasaan program yang baik juga akan mengurangi risiko kesalahan atau kegagalan pada saat pelaksanaan program CSR. Kemampuan dan kredibilitas sumber informasi dalam pelaksanaan program CSR salah satu tujuannya adalah untuk merubah perilaku tokoh masyarakat mengenai program CSR sehingga penilaian tokoh masyarakat akan baik terhadap program CSR Indocement. 92 93 Hubungan Cara berbicara Sumber dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator cara berbicara sumber informasi tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pemahaman dan sikap tokoh masyarakat. Namun memiliki hubungan nyata dan positif dengan respon atau tindakan tokoh masyarakat terhadap proram CSR Indocement semakin baik cara berkomunikasi maka respon dari tokoh masyarakat akan semakin baik. Cara berbicara sumber ini berkaitan dengan kemampuan sumber dalam menyampaikan informasi dalam bentuk lisan, kemampuan dalam penguasaan materi, serta bahasa tubuh yang dimiliki sumber mampu menarik perhatian anggota Bilikom sehingga dapat merespon dengan baik program CSR Indocement. Sebelum informasi disampaikan melalui Bilikom, sumber informasi baik wakil perusahaan, aparat desa dan koordinator desa, harus mengetahui kebiasaan anggota atau tokoh masyarakat. Ini sangat penting, karena dengan mengetahui waktu-waktu yang baik untuk menyampaikan informasi baik melalui Bilikom atau pertemuan lainnya, maka tokoh masyarakat akan lebih semangat untuk menghadiri pertemuan tersebut. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa dari segi kemampuan komunikasi para sumber informasi sudah cukup baik dalam menyampaikan pesan atau informasi melalui Bilikom. Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, terkadang sumber informasi tersebut menggunakan bahasa daerah atau bahasa campuran dalm menyampaikan informasinya, sehingga masyarakat lebih mudah untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan. Saat informasi disampaikan, ternyata tidak akan cukup dengan modal kemampuan berbahasa sumber informasi. Alat-alat bantu komunikasi diperlukan untuk memperjelas pesan. Sayangnya, pada forum Bilikom jarang sekali digunakan alat bantu komunikasi seperti penggunaan gambar-gambar sederhana, film dokumenter atau lainnya yang dapat membantu masyarakat untuk memahami pesan yang disampaikan oleh sumber. Hal tersebut menjadi salah satu kekurangan pada pertemuan yang diselenggarakan empat kali dalam setahun. Di samping itu, para sumber informasi khususnya para wakil perusahaan yang ditunjuk sebagai koordinator program CSR di desa, sebaiknya rutin melakukan kunjungan atau supervisi ke desa dengan frekuensi yang cukup. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman yang cukup kepada masyarakat 93 94 mengenai program CSR disamping untuk melakukan pengawasan terhadap program yang sedang maupun yang sudah dilaksanakan di luar pertemuan Bilikom. Melalui cara ini, koordinator desa dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat serta mengetahui keluhan-keluhan yang terjadi di masyarakat tentang perusahaan. Semakin intensif komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan perusahaan maka akan meningkatkan efektivitas komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat. Hubungan Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Tingkat penggunaan sarana komunikasi tidak berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi baik tingkat pemahaman, sikap maupun tindakan tokoh masyarakat. Berdasarkan penelitian sarana komunikasi yang digunakan dalam Bilikom cenderung biasa tanpa adanya alat bantu yang dapat membuat proses komunikasi pada Bilikom menarik sehingga tokoh masyarakat dapat dengan mudah memahami maksud dari informasi yang disampaikan pada Bilikom. Namun dengan kondisi penggunaan sarana komunikasi pertemuan Bilikom saat ini tokoh masyarakat sudah dapat memahami tujuan dari dilaksanakannya Bilikom, sehingga tingkat penggunaan sarana komunikasi tidak memiliki hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada Bilikom. Hubungan Metode Komunikasi dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Metode komunikasi tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pemahaman dan tindakan tokoh masyarakat, namun berhubungan nyata dan positif dengan sikap mayarakat terhadap program CSR perusahaan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode komunikasi yang diterapkan di Bilikom sudah efektif untuk membentuk sikap masyarakat terhadap Program CSR yang dijalankan perusahaan. Metode yang digunakan dalam Bilikom dinilai masih standar, yaitu tatap muka dengan menghadirkan pihak perusahaan, aparat desa dan koordinator desa sebagai sumber. Berdasarkan penelitian, metode komunikasi yang digunakan kurang menarik perhatian masyarakat khususnya anggota Bilikom. Saat menyampaikan informasi program CSR, para sumber menyampaikannya hanya dalam bentuk lisan tanpa ada bantuan audio visual lainnya seperti gambar, film dokumenter atau lainnya. Meski 94 95 demikian, terkadang juga dibantu dengan adanya hand out penjelasan mengenai program CSR, tetapi hal tersebut dirasa kurang cukup membantu masyarakat untuk memahami program CSR. Meskipun demikian, metode yang digunakan saat ini cukup efektif untuk membentuk sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR Indocement tetapi tidak efektif untuk meningkatkan pemahaman serta respon atau tindakan tokoh masyarakat. Hubungan Intensitas Umpan Balik dengan Pemahaman, Sikap dan Tindakan Indikator intensitas umpan balik berhubungan sangat nyata dan positif dengan tingkat pemahaman program CSR. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi intensitas umpan balik maka semakin tinggi pula pemahaman masyarakat mengenai program CSR perusahaan. Umpan balik merupakan proses memberikan tanggapan atas informasi yang didapatkan serta teribat langsung dalam Bilikom. Hubungan antara intensitas umpan balik dengan pemahaman masyarakat menunjukkan bahwa : 1. Masyarakat yang secara aktif mencari informasi mengenai program tersebut baik melalui televisi, radio, surat kabar, atau aktif dalam Bilikom serta bertanya langsung kepada pihak desa akan membuat semakin paham mengenai program CSR yang dijalankan di desanya. 2. Semakin banyak informasi tentang program CSR yang diterima masyarakat maka akan semakin meningkatkan pula pengetahuan tentang program CSR sehingga masyarakat akan semakin paham mengenai program tersebut. Intensitas umpan balik tidak berhubungan nyata dengan sikap tokoh masyarakat. Tingginya tingkat intensitas umpan balik tokoh masyarakat, namun tidak memiliki hubungan dengan sikap tokoh masyarakat apakah setuju atau tidak dengan program CSR yang dijalankan Indocement. Variabel intensitas umpan balik justru efektif menggambarkan pengaruh pada tindakan masyarakat terhadap program CSR. Intensitas umpan balik berhubungan sangat nyata dan positif dengan respon masyarakat terhadap program CSR. Hal tersebut berarti semakin tinggi intensitas hubungan timbal balik maka semakin baik respon masyarakat program CSR. Intensitas umpan balik masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang program CSR. Semakin banyak informasi tentang program CSR 95 96 yang diterima masyarakat maka semakin meningkat pengetahuan tentang program tersebut, sekaligus akan meningkatkan kemampuan mereka untuk menilai keberhasilan program yaitu kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan program di lapangan. Disamping itu, semakin intensifnya masyarakat terlibat dalam rapat desa dan Bilikom maka masyarakat akan semakin mudah untuk memberikan umpan balik atau tanggapan langsung terhadap pelaksanaan program tersebut. 96