Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON

advertisement
Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG event MON 87701
I.
Pendahuluan
Kedelai PRG event MON 87701 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari
perusahaan Monsanto yang memproduksi protein Cry1Ac dan diklaim dapat
memberikan perlindungan dari kerusakan akibat hama serangga Lepidoptera. Kapas
Bollgard dan Bollgard II, yang menghasilkan protein Cry1Ac, telah digunakan secara
komersial di Amerika Serikat selama lebih dari satu dekade untuk mengendalikan
hama Lepidoptera. Protein Cry1Ac yang diproduksi oleh kedelai PRG event MON
87701 mempunyai identitas asam amino 100% sama dengan protein Cry1Ac kapas
Bollgard, kecuali pada tambahan 4 asam amino di N-terminus.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik dan
surat Kepala Badan POM kepada Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa
Genetik Nomor SD.11.05.1.52.04.11.03590 tanggal 13 April 2011 perihal Pengkajian
Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Kedelai PRG event
MON 87701, TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan kedelai PRG
event MON 87701 berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan
yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas
sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Kedelai PRG event MON 87701 telah memperoleh sertifikat aman pangan di 5
negara yaitu Amerika Serikat (2010), Australia (2010), Kanada (2010), Selandia
Baru (2010), Meksiko (2010), dan Jepang (2011).
II. Informasi Genetik
II.1 Elemen Genetik
Kedelai PRG event MON 87701 mengandung satu gen interes yaitu gen Cry1Ac.
Gen Cry1Ac memproduksi protein Cry1Ac yang bertanggung jawab pada ketahanan
terhadap serangga hama Lepidoptera. Promoter yang digunakan adalah RbcS4
yang mengkode ribulosa sub unit kecil 1A carboxylase-1,5 biphosphate, CTP1
adalah sekuen target yang mengkodekan peptida transit pada Arabidopsis RbcS4
untuk mengarahkan protein Cry1Ac ke kloroplas; dengan terminator gen Sphas1 (7S
α') yang mengkode protein penyimpanan (storage protein) benih 7S α',  conglycinin, untuk menghentikan transkripsi dan mengarahkan poliadenilasi pada
mRNA.
II.2 Sumber Gen Interes
Gen Cry1Ac berasal dari Bacillus thuringiensis yang telah digunakan sebagai
pestisida hayati dengan riwayat penggunaan aman oleh petani selama tiga puluh
tahunan. Gen Cry1Ac juga digunakan pada tanaman kapas PRG event
MON531/757/1076 yang tahan serangga hama dan telah dikomersialkan secara
global sejak tahun 1996. Promoter dari gen RbcS4 berasal dari Arabidopsis
thaliana, sekuen target CTP1 berasal dari Arabidopsis thaliana, dan terminator dari
gen Sphas1 (7S α') berasal dari kedelai (Glycine max).
II.3 Sistem Transformasi
Perakitan kedelai PRG event MON 87701 dilakukan melalui teknik transformasi
dengan mediasi vektor A. tumefaciens pada eksplan jaringan meristem yang
dipotong dari embrio-embrio biji kedelai non PRG A5547. Plasmid vektor yang
digunakan untuk merakit kedelai PRG event MON 87701 adalah PV-GMIR9. Vektor
PV-GMIR9, berisi dua set sekuen left dan right border yang mengapit masingmasing dua DNA transfer (T-DNA I dan T-DNA II) untuk memfasilitasi transformasi.
II.4 Stabilitas Genetik
Hasil analisis stabilitas genetik integrasi gen interes dari kedelai PRG event MON
87701 dengan Southern blot fingerprint menunjukkan bahwa gen interes masih stabil
sampai lima generasi dan dapat dideteksi dengan melihat adanya pita gen interes
dalam genom kedelai PRG event MON 87701. Selain itu, berdasarkan analisis
Southern blot fingerprint ditemukan hasil yaitu tidak dideteksinya elemen T-DNA II
dan sekuen backbone plasmid PV-GMIR9. Stabilitas genetik pewarisan sifat pada
kedelai PRG event MON 87701 mengikuti prinsip segregasi Mendel. Data dari
analisis Southern blot menunjukkan bahwa kedelai PRG event MON 87701
mengandung satu kopi gen (Cry1Ac).
Berdasarkan hasil pengkajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa:
1. kedelai PRG event MON 87701 mengandung satu kopi gen (Cry1Ac);
2. kedelai PRG event MON 87701 tidak mengandung sekuen backbone dari
plasmid transformasi PV-GMIR9;
3. gen interes (Cry1Ac) yang diintroduksikan ke kedelai PRG event MON 87701
masih stabil sampai lima generasi; dan
4. gen interes (Cry1Ac) yang diintroduksikan ke kedelai PRG event MON 87701
diwariskan mengikuti hukum Mendel.
III. Informasi Kemanan Pangan
III.1 Kesepadanan Substansial
Pengkajian kesepadanan substansial dari kedelai PRG event MON 87701 dilakukan
dengan mempelajari dokumen berikut:
(1) “Composition Analyses of Forage and Seed Collected from MON 87701 Grown
in United States during 2007” (Kristina H. Berman, Susan G. Riordan, and Roy
Sorbet. Company Report No. MSL0021413, November 12, 2008), dan
(2) “Compositions of Seed, Forage, and Processed Fractions from Insect-Protected
Soybean MON 87701 are Equivalent to Those of Conventional Soybean”
(Kristina H. Berman, George G. Harrigan, Susan G. Riordan, Margaret A.
Nemeth, Christy Hanson, Michelle Smith, Roy Sorbet, Eddie Zhu, and William P.
Ridley. J. Agric. Food Chem. 2009, 57, 11360–11369).
Materi yang digunakan untuk uji kesepadanan substansial adalah tanaman dan biji
kedelai PRG event MON 87701, kedelai non PRG A5547 sebagai kontrol dan empat
kedelai komersial konvensional yang berbeda. Kedelai tersebut ditanam di lima
daerah di Amerika Serikat (AS) selama masa tanam tahun 2007 dan di Argentina
selama masa tanam tahun 2007-2008.
Biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai untuk pengkajian kesepadanan
substansial ini dipanen di AS di daerah Baldwin County, Alabama; Jackson County,
Arkansas; Clarke County, Georgia; Jackson County, Illinois; dan Wayne County,
North Carolina; dan di Argentina di provinsi Buenos Aires (Tacuari, Gahan, dan
Berdier) serta di provinsi Cordoba (Alejo Ledesma) dan Santa Fe (San Francisco).
Sampel biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai dianalisis di laboratorium EPL BioAnalytical Services (EPL-BAS), 9095 W. Harristown Blvd., Niantic, IL 62551 dan
Certus International, Inc., 1422 Elbridge Payne Road, Suite 200, Chesterfield, MO
63017.
Parameter yang dianalisis untuk biji kedelai adalah kadar proksimat (air, protein,
lemak, dan abu), karbohidrat by difference, acid detergent fiber (ADF), neutral
detergent fiber (NDF), komposisi asam amino dan asam lemak, inhibitor tripsin,
asam fitat, lektin, isoflavon, vitamin E, rafinosa, dan stakhiosa. Parameter yang
dianalisis untuk toasted defatted (TD) meal adalah kadar proksimat (air, protein,
lemak, dan abu), karbohidrat by difference, ADF, NDF, komposisi asam amino,
asam fitat, dan inhibitor tripsin. Parameter yang dianalisis untuk refined bleached
deodorized (RBD) oil adalah komposisi asam lemak dan vitamin E. Parameter yang
dianalisis untuk isolat protein adalah komposisi asam amino dan kadar air.
Parameter yang dianalisis untuk lesitin kasar adalah fosfatidilkolin dan
fosfatidiletanolamin. Sedangkan parameter yang dianalisis untuk bagian vegetatif
tanaman kedelai adalah kadar proksimat (air, protein, lemak, dan abu), karbohidrat
by difference, ADF dan NDF.
Pada umumnya hasil analisis biji dan bagian vegetatif tanaman kedelai untuk sampel
yang diperoleh dari produksi tahun 2007 di AS, menunjukkan bahwa kedelai PRG
event MON 87701 dengan kontrol tidak berbeda nyata (p>0,05). Demikian juga
untuk yang ditanam di Argentina secara umum tidak ada perbedaan yang nyata
(p>0,05) di antara kedelai PRG event MON 87701 dengan kontrol.
Untuk yang ditanam di AS terdapat perbedaan nilai karbohidrat, protein, sembilan
asam amino, asam lemak behenat (C22:0), inhibitor tripsin, daidzein dan vitamin E.
Demikian juga untuk yang ditanam di Argentina terdapat perbedaan nilai triptofan,
asam linolenat (C18:3), stakhiosa, dan vitamin E, serta untuk TD meal dan RBD oil.
Walaupun demikian perbedaan nilai tersebut kecil dan masih termasuk dalam
kisaran rata-rata pengujian kedelai non PRG komersial.
Dari hasil pengkajian kesepadanan substansial di atas dapat disimpulkan bahwa
kedelai PRG event MON 87701 sepadan secara substansial dengan kedelai non
PRG.
III.2 Alergenisitas
III.2.1 Analisis Homologi dengan Protein Alergen
Analisis homologi struktur protein Cry1Ac dengan protein alergen dilakukan dengan
dua algoritma pencarian yaitu program FASTA dengan database alergen dari Food
Allergy Research and Resource Program Database (FARRP) dan database
AD_2010. Hasil analisis bioinformatika ini menunjukkan tidak adanya kemiripan
struktural antara protein Cry1Ac dengan toksin, alergen, atau protein-protein bioaktif
lain yang mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia atau hewan yang termuat
pada berbagai database protein (AD8, TOXIN6) (Bioinformatics Evaluation of the
Cry1Ac Protein Present in MON 87701 Soybean Utilizing the AD8, TOXIN6, and
PROTEIN Databases oleh Renee Girault. J. Scott McClain, Ph.D. December 12,
2008).
Analisis yang dilakukan mencakup pembandingan sekuen asam amino yang
menyusun protein Cry1Ac, struktur sekunder, tertier dan peptida 8 asam amino yang
berpeluang sebagai epitop alergenik dengan protein alergen yang ada di database
AD8.
Hasil keseluruhan studi menunjukkan bahwa tidak ada homologi struktural antara
protein Cry1Ac dengan protein lain yang bersifat alergenik terhadap manusia dan
hewan.
III.2.2 Analisis Konsentrasi Protein Cry1Ac
Kandungan protein Cry1Ac sangat kecil, tidak lebih dari 0,0012% dari total protein
kedelai PRG event MON 87701. Kandungan protein Cry1Ac di dalam berbagai
jaringan kedelai PRG event MON 87701 yang relevan dengan penilaian risiko diuji
dengan metoda ELISA yang tervalidasi (Assessment of the Cry1Ac Protein Levels
in Soybean Tissues Collected from MON 87701 Produced in U.S. Field Trials During
2007 oleh Katherine E. Niemeyer, Andre Silvanovich, Ph.D. August 28, 2008).
III.2.3 Analisis Stabilitas Protein
Analisis ini menggunakan protein Cry1Ac yang diproduksi E. coli. Perbandingan
protein Cry1Ac yang diproduksi kedelai PRG event MON 87701 dengan protein
Cry1Ac yang diproduksi E. coli untuk keperluan analisis mengkonfirmasikan
kesamaan kedua protein.
Kepekaan protein terhadap degradasi proteolitik dievaluasi dengan simulated gastric
fluid (SGF) yang mengandung pepsin dan simulated intestine fluid (SIF) yang
mengandung pankreatin. Protein Cry1Ac yang diproduksi E. coli diuji dengan SDSPAGE dan Western blot. Hasilnya menunjukkan bahwa pada inkubasi selama 30
detik dalam SGF, 99,7% protein Cry1Ac terhidrolisis. Perbandingan dengan kontrol
(dapar tanpa SGF dan SIF) mengkonfirmasi bahwa penguraian protein Cry1Ac
adalah akibat aktivitas proteolitik pepsin yang terdapat di dalam SGF dan bukan
akibat ketidakstabilan protein ketika diinkubasi pada kondisi pH ~1,2 suhu ~37 °C.
Fragmen protein sebesar ~4 kDa terlihat selama pencernaan namun terhidrolisis
menjadi fragmen yang lebih kecil, yaitu ~3,5 kDa. Analisis Western blot
menunjukkan bahwa protein Cry1Ac tercerna pada inkubasi 30 detik di dalam SGF.
Fragmen ~4 kDa selanjutnya terdegradasi sempurna dalam waktu 30 detik pada
simulasi cairan usus SIF yang mengandung pankreatin.
Pengujian stabilitas protein Cry1Ac terhadap pemanasan dilakukan dengan Western
blot. Hasil pengujian menunjukkan bahwa protein Cry1Ac yang dipanaskan memiliki
tingkat imunodetektabilitas yang berkurang secara signifikan hingga di bawah batas
deteksi (LOD, limit of detection). Hal ini mengimplikasikan terjadinya penurunan
signifikan reaktivitas imunologi protein Cry1Ac oleh panas. (Assessment of the In
Vitro Digestibility of the Cry1Ac Protein in Simulated Gastric and Simulated Intestinal
Fluids, oleh Brian E. Goertz, Erin Bell, Ph.D., and Elena A. Rice, Ph.D. December
16, 2008).
Berdasarkan hasil pengkajian alergenisitas kedelai PRG event MON 87701 dapat
disimpulkan bahwa protein Cry1Ac tidak menunjukkan adanya potensi yang dapat
menimbulkan alergi.
III.3 Toksisitas
Kedelai PRG event MON 87701 mengandung gen Cry1Ac yang mengekspresikan
protein Cry1Ac, yang bersifat toksik terhadap hama target Lepidoptera, tetapi tidak
toksik terhadap mamalia. US Environmental Protection Agency (EPA, 1998) telah
mengevaluasi potensi dampak protein Cry1Ac pada organisme non target, termasuk
mamalia, burung, ikan, serangga bermanfaat, hewan laut, dan tumbuhan. Hasil
evaluasi menyimpulkan bahwa protein itu tidak menimbulkan risiko dampak negatif
terhadap organisme-organisme tersebut.
III.3.1 Perbandingan Homologi Protein Cry1Ac dengan Protein Toksin
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa protein Cry1Ac yang terkandung dalam
kedelai MON 87701 tidak homolog dengan protein toksin (R Girault & JS McClain,
2008. Bioinformatics Evaluation of the Cry1Ac Protein present in MON 87701
Soybean Utilizing the AD8, TOXIN6, and PROTEIN Databases.
Monsanto
Company, Regulatory Product Characterization Team, 800 North Lindbergh Blvd, St
Louis, MO 63167).
Potensi kemiripan struktural yang dimiliki oleh protein Cry1Ac dan sekuen-sekuen
dalam database protein toksin dievaluasi dengan menggunakan perangkat FASTA.
Hasil analisis bioinformatika menunjukkan tidak adanya kemiripan yang relevan
secara struktural antara protein Cry1Ac dan setiap toksin yang diketahui atau
protein-protein lain yang aktif secara biologis yang mungkin berbahaya bagi
kesehatan manusia atau hewan.
III.3.2 Pengkajian Toksisitas Akut
Pengujian toksisitas akut terhadap protein Cry1Ac pada mencit (CD-1 mice) telah
dilakukan dan hasilnya dilaporkan sebagai company report (Smedley JW,
2009. An Acute Toxicity Study of Cry1Ac Protein Administered by the Oral (Gavage)
Route to Mice. Monsanto Study Report, CRO-2007-325).
Bahan uji berupa protein murni Cry1Ac yang dihasilkan oleh E. coli, dalam bentuk
larutan untuk percobaan tahap I dan II. Berdasarkan laporan penelitian (Erin Bell,
Kathleen S. Crowley, Joshua P. Uffman, and Elena A. Rice, 2008. Characterization
of the Cry1Ac Protein Purified from the Harvested Seed of MON 87701 Soybean and
Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the MON 87701Produced and E. coli-Produced Cry1Ac Proteins, Monsanto Study Report, Reg-07270 MSL No.0021146), protein murni Cry1Ac yang diperoleh dari E. coli sepadan
dengan protein Cry1Ac kedelai MON 87701. Bahan yang digunakan sebagai kontrol
adalah Bovine Serum Albumin (BSA) dalam bentuk larutan. Hewan percobaan yang
digunakan adalah mencit CD-1 jantan (berumur sekitar 8 minggu, dengan berat
badan sekitar 28,4 - 33, 4 ram) dan mencit CD-1 betina (berumur sekitar 10 minggu
dengan berat badan sekitar 23,1 - 29,4 gram). Untuk pengujian tahap I, digunakan
mencit yang berasal dari Charles River Laboratories, St Constant, Quebec. Untuk
pengujian tahap II, digunakan mencit yang berasal dari Charles River Laboratories,
Portage, Michigan.
Sebelum digunakan dalam pengujian, semua mencit dibiarkan beradaptasi dengan
lingkungan laboratorium selama minimum 5 hari. Mencit dipelihara secara individual
dalam kandang stainless steel selama periode aklimatisasi dan selama periode
pengujian, sesuai dengan protokol USDA Animal Welfare Act (9 CFR, Parts 1, 2,
and 3) dan the Guide for the Care and Use of Laboratory Animals [NRC (National
Research Council), 1996. Guide for the Care and Use of Laboratory Animals.
National Academy ress, Washington, DC].
Ransum (PMI Nutrition International Certified Rodent Chow®) diberikan secara ad
libitum selama pengujian berlangsung, kecuali pada waktu hewan dipuasakan yaitu
2 - 3 jam sebelum diberikan larutan uji atau kontrol. Air minum berupa air keran yang
mengalami perlakuan reverse osmosis dan irradiasi ultraviolet, diberikan secara ad
libitum.
Pada pengujian tahap I, digunakan 20 ekor mencit jantan dan 20 ekor mencit betina,
yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol
dicekok dengan larutan BSA dosis 1280 mg prot/kg BB. Cekokan diberikan dalam 2
tahap dengan jarak 4 jam dan volume 33,3 ml/kg BB. Kelompok perlakuan dicekok
dengan larutan protein Cry1Ac dosis 1290 mg prot/kg BB. Cekokan diberikan dalam
2 tahap seperti kelompok kontrol. Pemberian bahan uji dan kontrol dilakukan pada
hari ke 0, dan percobaan berlangsung selama 14 hari.
Pada pengujian tahap II, digunakan 20 ekor mencit jantan, yang dibagi ke dalam 2
kelompok yaitu kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol dicekok dengan larutan
BSA dosis 1620 mg prot/kg BB. Kelompok perlakuan dicekok dengan larutan protein
Cry1Ac dosis 1460 mg prot/kg BB. Prosedur lainnya sama seperti pada pengujian
tahap I.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat mencit yang mati, baik pada
tahap I maupun tahap II, (2) tidak terdapat tanda-tanda kelainan klinis pada mencit,
(3) tidak ditemukan perbedaan nyata dalam hal konsumsi ransum dan perubahan
berat badan antara kelompok kontrol dan perlakuan, dan (4) tidak ditemukan adanya
kelainan organ dalam mencit.
III.3.3 Studi Pemberian Pakan pada Ayam Broiler
Studi pemberian pakan telah dilakukan pada ayam broiler dan hasilnya dilaporkan
sebagai company report (Stephen W Davis, 2009. Comparison of Broiler
Performance and Carcass Parameters When Fed Diets Containing Soybean Meal
Produced from MON 87701, Control, or Reference Soybean, Monsanto Study No.
CQR-08-032).
Bahan uji adalah bungkil kedelai dari MON 87701, sedangkan sebagai kontrol
digunakan bungkil kedelai A5547. Sebagai pembanding digunakan bungkil kedelai
Anand, Ozark, NK S38-T8, H437, NC+2A86, dan NK 25-J5. Selanjutnya bungkil
kedelai tersebut dicampurkan sampai homogen dengan pakan ayam.
Hewan percobaan yang digunakan adalah anak ayam broiler jantan dan betina
komersial DOC (Cobb x Cobb 500) yang diperoleh dari Hoover’s Hatchery, Inc.
Rudd, IA.
Disain percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: pada hari ke 0, 800 ekor
ayam broiler jantan dan betina secara acak dibagi menjadi 8 kelompok, sesuai
dengan perlakuan. Percobaan dilaksanakan selama 42 hari, periode starter hari ke 0
sampai ke 20, periode grower hari ke 21 sampai ke 42. Pakan dan air diberikan
secara ad libitum.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (a) berat badan ayam per ekor pada hari ke 0
rata-rata 38,25 gram (MON 87701) dan 38,46 gram (kontrol dan pembanding); (b)
berat badan ayam per ekor pada hari ke 42 antara kelompok perlakuan dan kontrol
tidak berbeda nyata yaitu rata-rata 2,54 kg (MON 87701) dan 2,52 kg (kontrol dan
pembanding). (c) konsumsi pakan rata-rata adalah 3,79 kg (MON 87701) dan 3,85
kg (kontrol dan pembanding); (d) konversi pakan rata-rata mencapai 1,52 kg/kg
(MON 87701) dan 1,55 kg/kg (kontrol dan pembanding). Selama pengujian terjadi
kematian pada ayam semua kelompok dengan rata-rata 2,6 % selama 7 hari
pertama percobaan; dan rata-rata 1,3 % selama hari ke 7 sampai hari ke 42.
Penyebab kematian awal diidentifikasi karena dehidrasi dan infeksi bakteri yang
umum terjadi pada produksi ayam komersial dan tidak terkait dengan pemberian
pakan. Penyebab kematian setelah hari ke 7 disebabkan karena gejala kematian
mendadak dan ascites yang umum terjadi pada ayam broiler. Tidak terdapat
perbedaan nyata secara statistik untuk semua parameter uji antara kelompok
perlakuan, kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Ayam dari semua
kelompok berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Berdasarkan hasil studi
pemberian pakan pada ayam broiler dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event
MON 87701 dianggap mempunyai nilai nutrisi sebanding dengan kedelai kontrol dan
pembanding.
Dari hasil pengkajian toksisitas di atas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event
MON 87701 yang mengandung protein Cry1Ac tidak bersifat toksik.
IV. Kesimpulan
Atas dasar hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial,
alergenisitas, dan toksisitas disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian informasi genetik diketahui bahwa kedelai PRG event MON
87701 mengandung satu kopi gen Cry1Ac dan stabil sampai lima generasi.
2. Hasil pengkajian keamanan pangan disimpulkan bahwa:
a. kedelai PRG event MON 87701 sepadan secara substansial dengan kedelai
non PRG;
b. kedelai PRG event MON 87701 yang mengandung protein Cry1Ac tidak
menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan
c. kedelai PRG event MON 87701 yang mengandung protein Cry1Ac termasuk
ke dalam golongan bahan yang tidak toksik.
3. TTKH menilai bahwa kedelai PRG event MON 87701 yang diajukan adalah aman
untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan.
4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan
data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan
pangan kedelai PRG event MON 87701 perlu dikaji ulang.
5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib
melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik kedelai
PRG event MON 87701 dari peredaran.
6. Kedelai PRG event MON 87701 tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak
sampai memperoleh sertifikat keamanan pakan dan tidak boleh dibudidayakan
sampai memperoleh sertifikat keamanan lingkungan.
V. Daftar Acuan
1. Arackal, S.M., K.R. Lawry, Z. Song, J.R. Groat, J.F. Rice, J.D. Masucci, Q. Tian.
2009. Amended Report for MSL0021167: Molecular Analysis of Insect-Protected
Soybean MON 87701, Monsanto Study Report MSL0021960.
2. Bell, E., K.S. Crowley, J. P. Uffman and E.A. Rice. 2008. Characterization of the
Cry1Ac Protein Purified from the Harvested Seed of MON 87701 Soybean and
Comparison of the Physicochemical and Functional Properties of the MON
87701-Produced and E. coli-Produced Cry1Ac Protein. Monsanto Study Report,
MSL0021146
3. Betz, F.S., B.G. Hammond and R.L. Fuchs. 2000. Safety and Advantages of
Bacillus thuringiensis-protected Plants to Control Insect Pests. Regulatory
Toxicology and Pharmacology 32:156-173.
4. Girault R. and J. S. McClain. 2008. Bioinformatics Evaluation of the Cry1Ac
Protein Present in MON 87701 Soybean Utilizing the AD8, TOXIN6, and
PROTEIN Databases. Monsanto Study Report, MSL0021658.
5. James, C. 2003. Preview: Global Status of Commercialized Transgenic Crops:
2003. ISAAA Briefs no. 30. ISAAA. Ithaca, New York.
6. Katherine E. Niemeyer, Andre Silvanovich, Ph.D., August 28, 2008. Assessment
of the Cry1Ac Protein Levels in Soybean Tissues Collected from MON 87701
Produced in U.S. Field Trials During 2007.
7. Kristina H. Berman, George G. Harrigan, Susan G. Riordan, Margaret A. Nemeth,
Christy Hanson, Michelle Smith, Roy Sorbet, Eddie Zhu, and William P. Ridley.
2009. Compositions of Seed, Forage, and Processed Fractions fromInsectProtected Soybean MON 87701 are Equivalent to Those of Conventional
Soybean. J. Agric. Food Chem., 57, 11360–11369.
8. Kristina H. Berman, Susan G. Riordan, and Roy Sorbet. 2008. Composition
Analyses of Forage and Seed Collected from MON 87701 Grown in United Staes
during 2007. Monsanto Study Report No. MSL0021413
9. Smedley, J. W. 2009. An Acute Toxicity Study of Cry1Ac Protein Administered by
the Oral (Gavage) Route to Mice. Monsanto Study Report, CRO-2007-325.
10. U.S. EPA. 1988. Guidance for the Registration of Pesticide Products Containing
Bacillus thuringiensis as the Active Ingredient. NTIS PB 89-164198. U.S.
Environmental Protection Agency, Washington, D.C.
11. U.S. EPA. 2001. Biopesticides Registration Action Document: Bacillus
thuringiensis (Bt) plant-incorporated Protectants (October 15, 2001). U.S.
Environmental Protection Agency, Washington D.C.
Download