Kebijakan Deviden Rumah Sakit

advertisement
Nama : Shifa Nur Aini Badrein
NIM ; 2013-31-296
Kebijakan Deviden Rumah Sakit
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan di
bagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Perusahaan dalam hal ini adalah Rumah
sakit, laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan.Pada tahap selanjutnya laba
yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan
pertumbuhan rumah sakit. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari: laba yang
ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial prumah sakit
tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh rumah sakit sebagian dibagikan kepada pemegang
saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah
yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan rumah sakit.
Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan
dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002) antara lain:
1.Posisi likuiditas perusahaan.
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan
untuk membayar dividen makin kecil
3. Rencana perluasan usaha.
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk
dividen.
4.Pengawasan terhadap perusahaan.
Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain:
laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan
melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham
mayoritas berkurang.
Dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi suatu
perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk menentukan jumlah
dividen tetap yang tinggi. Di pihak lain, rumah sakit mungkin menginginkan pembayaran
dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan untuk investasi (J. Fred
Weston dan Thomas E. Copeland (1998).
Ketika rumah sakit menetapkan suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal,
pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan
penilaian rumah sakit. Beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen antara lain:
1. Kebutuhan dana bagi rumah sakit
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar
dividen. Penghasilan rumah sakit akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru
sisanya untuk pembayaran dividen.
2. Likuiditas rumah sakit
Likuiditas rumah sakit merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen.
Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan
likuiditas rumah sakit, semakin besar pula kemampuan rumah sakit untuk membayar dividen.
Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian
dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan rumah sakit tidak akan membayar
dividen dalam jumlah yang besar.
3. Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan
terhadap ketidakpastian. Apabila rumah sakit mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga
kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika rumah sakit memerlukan pendanaan
melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap
likuiditas rumah sakit.
4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan
terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga
kemampuan rumah sakit tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka
manajemen rumah sakity dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para
kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan
laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.
5. Pengendalian rumah sakit
Apabila suatu rumah sakit membayar dividen yang sangat besar, maka rumah sakit mungkin
menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan.
Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur. Biasanya tiap setengah tahun
atau tiap satu tahun. Pembayaran dividen menjadi sulit karena komposisi pemegang saham
berubah-ubah. Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena cepatnya
perpindahan pemegang saham maka sulit untuk dipantau daftar pemegang saham. Dividen
mengkin dapat diberikan kepada pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham
(Sunariyah, 2004).
Hal yang paling penting dari kebijakan dividen adalah apakah memungkinkan untuk
mempengaruhi kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran dividen, yaitu
kebijakan dividen (J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998:105).
Beberapa teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002)
antara lain:
1.
Teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyataannya sulit
ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost)
itu masih ada.
c. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi
perusahaan pasti berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan
dengan menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru.
Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham
baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan
saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan yang
ditentukan dividen (Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.,2002: 312-313).
2.
Teori the bird in the hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik
jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen
dibanding capital gain. Karena dividend yield lebih pasti.
Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan,
karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan
yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.
3. Teori perbedaan pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap dividen
dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran
pajak.
4.
Teori signaling hypothesis
Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham.
Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya
merupakan suatu signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan
meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna
dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai
pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
5. Teori clientele effect
·
Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda
terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatudividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
·
Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih
senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok
pemegang saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut
Sutrisno (2003) adalah:
1) Kebijakan pemberian dividen stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap
perlembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan
berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang
diperoleh meningkat dan peningkatannya baik dan stabil, maka deviden juga akan ditingkatkan
untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang
stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa meningkatkan
harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang
kecil, (2) bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik dimasa yang akan datang, (3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen
untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
2) Kebijakan deviden yang meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan
jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan dividen dengan rasio yang kostan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh
perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan,
demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang
digunakan sering disebut dividend payout ratio (DPR).
4) Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan denganekstra dividend bila
keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Kebijakan dividen stabil menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002: 317) adalah jumlah
dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif lengkap selama jangka waktu tertentu
meskipun laba per lembar saham per tahunnya berfluktuatif.
Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang
bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus mampu
menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan
dividen di masa yang akan datang
Nilai Dividen Saham:
VD = PS/RD
VD = Nilai dividen saham per saham
PS = Harga wajar dividen (diputuskan dalam RUPS => harga penutup sebelum RUPS)
RD = Rasio Dividen sahamagar memaksimumkan harga saham.
Ukuran yang digunakan untuk menunjukkan besar dividen jika dikaitkan dengan saham
 Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara Dividend per Share (DPS) dengan
Earning per Share (EPS)
DPR = DPS/EPS
DPS = Total Dividen/Total Saham Beredar
EPS = EAT/Total Saham Beredar
 Rata-rata DPR di BEI = 0 – 25%
Daftar Pustaka
1. Kebijakan Deviden.2013
http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-dividen.html
2. Abdurrahman. Materi Ajar Kebijakan Deviden Pertemuan 7
Download