BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Statistik spasial dan geostatistik sudah berkembang dan mampu menjelaskan, serta menganalisa variance yang terjadi akibat phenomena alam dan buatan manusia, baik diudara, dilaut dan dipermukaan bumi. Geostatistik sudah diterapkan di banyak bidang, salah satunya adalah geologi. Geostatistik digunakan untuk memprediksi data pada lokasi lokasi yang belum diukur (Fischer and Getis, 2010, p21). Salah satu metode prediksi untuk geostatistika yaitu Kriging. Kriging merupakan metode geostatistika yang memanfaatkan interpolasi spasial pada suatu regional tertentu untuk mengestimasi nilai pada regional lain yang belum tersample (Fridayani, Kencana, dan Sukarsa,2012). Ada beberapa metode Kriging yang umum digunakan, diantaranya adalah Ordinary Kriging dan CoKriging yang tidak mengakomodir outlier, serta Robust Kriging yang mentransformasi bobot variogram. Untuk menghitung nilai prediksi pada suatu titik dapat juga menggunakan persamaan regresi, tetapi regresi hanya bisa dilakukan apabila data memiliki 2 atau lebih variabel yang saling independent. Apabila variabel tidak independent menyebabkan asumsi residual tidak terpenuhi. Sementara itu, metode spasial, khususnya Kriging dapat digunakan sebagai alternatif (Fadly, 2006,p1-2). Hasil prediksi menggunakan regresi kurang akurat karena fungsi regresi pada dasarnya adalah menghitung pengaruh faktor independent terhadap data dependent. Penelitian yang sudah pernah menggunakan metode Kriging adalah Fridayani, Kencana, dan Sukarsa (2012) tentang perbandingan interpolasi 1 2 spasial dengan metode ordinary dan Robust Kriging pada data spasial berpencilan. Selain itu adalah Rachmawati (2009) tentang pendugaan kadar NO2 dengan metode Ordinary Kriging dan coKriging. Penetilian lain diantaranya Alfiana(2010) tentang metode Ordinary Kriging pada geostatistika, Darmanto dan Soepraptini,(2009) Robust Kriging untuk interpolasi spasial pada data spasial berpencilan (outlier). Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi didalam bumi secara tiba-tiba, yang tandai dengan patahan lapisan batuan pada kerak bumi (BMKG,2012). Proses gempa bumi dapat terjadi berulang ulang, oleh karena itu daerah yang pernah mengalami gempa pasti akan mengalami lagi di waktu yang akan datang. Sekarang ini sudah banyak metode yang dapat digunakan untuk memprediksi besarnya gempa yang akan terjadi. Selain itu,terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk memprediksi berapa lama gempa akan berlangsung, dan memprediksi titik titik gempa dari pusat gempa. Salah satu metode yang digunakan adalah Kriging. Pulau Sumatera adalah salah satu pulau yang rawan gempa. Hal tersebut dikarenakan posisinya dekat dengan jalur tabrakan dua lempeng bumi. Dalam 6 tahun terakhir telah tercatat berbagai aktifitas gempa besar di Indonesia, salah satunya adalah gempa Aceh yang disertai Tsunami tahun 2004(Mw=9,2) (Irsyam et all, 2010). Hubungan antara gempa dan redaman adalah komponen kunci dalam analisis seismic hazard untuk daerah yang diteliti. Daerah gempa terlihat ketika beberapa gempa sering terjadi diwilayah tersebut, di mana setiap hubungan antara redaman dan gempa menggambarkan tingkat rata-rata 3 gempa berkekuatan tertentu akan melampaui kekuatana gempa di daerah lain. Hukum redaman mengungkapkan ground-motion parameter, seperti Peak Ground Acceleration (PGA), Peak Ground Velocity (PGV) dan Response Spectral Acceleration (RSA), adalah fungsi yang dapat menjelaskan kekuatan gempa, jarak, dan variabel lainnya.(Megawati and Pan,2010) Berdasarkan hasil studi Probability Seismic Hazard Analysis (PSHA) untuk percepatan puncak (PGA) daerah Aceh 0,3g-0,4g. Angka ini sangat tinggi dan berpotensi terjadi gempa kembali sehingga perlu dilakukan prediksi untuk mengetahui potensi gempa yang dapat terjadi. Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi besaran PGA di Banda Aceh berdasarkan titik titik lokasi yang dikehendaki. Metode yang digunakan adalah Ordinary Kriging dan Robust Kriging. Selanjutnya dilakukan perbandingan metode untuk mengetahui metode mana yang menghasilkan prediksi paling baik. Untuk memudahkan perhitungan Kriging, maka penelitian ini akan menghasilkan sebuah aplikasi software hitung, dimana hanya perlu memasukan nilai Latitude, Longitude dan PGA actual sebagai pembanding dengan PGA prediksi. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dipenelitian ini diantaranya: 1. Berapakah nilai prediksi PGA melalui metode Ordinary Kriging? 2. Berapakah nilai prediksi PGA melalui metode Robust Kriging? 4 1.3 Ruang Lingkup Agar penelitian tidak meluas dan menyimpang dari pembahasan maka perlu diberikan suatu pembatasan masalah. Pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1. Data yang digunakan adalah data gempa yang memiliki kekuatan lebih dari 5rch. 2. Hanya menggunakan data dari tahun 2004 hingga 2006. 3. Untuk menghasilkan sebuah aplikasi software hitung yang membantu mempermudah pengaplikasian statistik, 4. Menggunakan software R language dan menggunakan Java programming untuk interface. 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan nilai PGA prediksi dengan menggunakan metode Ordinary Kriging 2. Mendapatkan nilai PGA prediksi dengan menggunakan metode Robust Kriging Manfaat dari penelitian ini adalah Bagi peneliti lain: Sebagai referensi dalam mengunakan metode krigging untuk prediksi pga gempa Bagi pembaca: Menambah wawasan dalam pengaplikasian metode krigging Bagi Instasi terkait: (BMKG), untuk membantu prediksi nilai PGA dari data gempabumi