- JDIH Setjen Kemendagri

advertisement
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG
PENYELENGGARAAN KESEHATAN IBU,
BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK
BAWAH LIMA TAHUN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BELU,
Menimbang
:
a.
bahwa kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan Anak Balita
merupakan hak dasar manusia
dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan
yang
harus
diperjuangkan
pemenuhannya
dengan
upaya
sadar
dan
menyeluruh
oleh
Pemerintah
daerah, Swasta dan masyarakat
Kabupaten Belu;
2
b.
bahwa kondisi kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita di Kabupaten Belu masih
cukup
memprihatinkan
yang
ditandai dengan masih tingginya
Angka Kematian Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan anak Balita;
c.
bahwa masih adanya angka
kematian
tersebut
pada
umumnya
diakibatkan,
oleh
faktor medis dan oleh faktor non
medis
berupa
perilaku
bermasalah yang dilakukan oleh
pemegang peran dan lembaga
pelaksana
maupun
akibat
persalinan yang terjadi diluar
fasilitas
kesehatan
yang
memadai;
d.
bahwa berdasarkan ketentuan
pasal 178 Undang-Undang Nomor
36
Tahun
2009
tentang
kesehatan
maka
Pemerintah
Daerah melakukan pembinaan
terhadap masyarakat dan setiap
penyelenggara
kegiatan
yang
berhubungan dengan sumber
daya
kesehatan
di
bidang
kesehatan dan upaya kesehatan;
e.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu
membentuk Peraturan Daerah
2
tentang
Penyelenggaraan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi dan anak Bawah Lima
Tahun;
Menginggat
:
1.
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 69 Tahun
1958
tentang
Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 1655);
3.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1984
tentang
Pengesahan
Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3277);
4.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas
dari
Korupsi,
Kolusi
dan
Nepotisme
(Lembaran
Negara
2
Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3851);
5.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Azasi Manusia
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
6.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor
109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235);
7.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
8.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004
tentang
Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);
2
9.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4844);
11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004
tentang
Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
2
12. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4456);
13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009
tentang
Kesehatan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
14. Undang- Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor
153;Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 1995 tentang Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 67,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3609);
2
17. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3637);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan
Farmasi
dan
Alat
Kesehatan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2003 tentang Pengamanan
Rokok Bagi kesehatan; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 36; Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4276);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 208, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4031);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan
dan
Penerapan
Standar
Pelayanan
Minimal
2
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4585);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4593);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4737);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 74; Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 5135);
2
25. Peraturan Daerah Kabupaten
Belu Nomor 1 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan
Yang
Menjadi
Kewenangan
Daerah
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Belu Tahun 2008
Nomor 01, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Belu Nomor
17);
26. Peraturan Daerah Kabupaten
Belu Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-dinas
Daerah
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Belu Tahun 2008
Nomor 08, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Belu Nomor
20) sebagaimana telah diubah
dengan
Peraturan
Daerah
Kabupaten Belu Nomor 4 Tahun
2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten
Belu Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas – Dinas
Daerah
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Belu Tahun 2010
Nomor 04, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Belu Nomor
45);
2
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BELU
dan
BUPATI BELU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
KESEHATAN
IBU,BAYI BARU LAHIR, BAYI
DAN
ANAK BA WAH LIMA TAHUN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Belu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Belu.
3. Bupati adalah Bupati Belu.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Belu
5. Dinas
Kesehatan
adalah
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Belu.
2
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental,
spiritual
maupun
sosial
yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita yang selanjutnya disingkat KIBBLA adalah
paket pelayanan terpadu dengan memfokuskan
pada intervensi yang terbukti berhasil menurunkan
jumlah kasus kematian Ibu, kematian bayi baru
lahir, kematian bayi dan kematian anak balita.
Pasangan usia subur yang selanjutnya disingkat
PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya
berusia 16 – 49 tahun dan tidak termasuk wanita
usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Ibu adalah ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan
ibu menyusui;
Kematian Ibu adalah kematian seorang perempuan
yang disebabkan secara langsung karena proses
kehamilan, proses persalinan sampai 42 hari
setelah melahirkan.
Bayi baru lahir yang selanjutnya disebut Neonatal
adalah bayi yang berumur antara 0-28 hari.
Bayi adalah anak yang berumur 0 (nol) sampai 1
(satu) hari menjelang ulang tahun pertama.
Anak Balita adalah anak yang berumur satu tahun
sampai satu hari menjelang ulang tahun kelima.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
2
15. Orang tua adalah ayah dan ibu dari bayi baru lahir,
bayi dan anak balita.
16. Dukun adalah seseorang yang memiliki pengalaman
khusus
dalam
menangani
persalinan
dan
perawatan bayi baru lahir.
17. Kader Posyandu adalah seseorang yang dipilih oleh
masyarakat untuk membantu melaksanakan tugas
kemasyarakatan dalam bidang kesehatan.
18. Rumah tunggu adalah tempat penampungan
sementara Ibu hamil menjelang persalinan dan
keluarganya
yang tinggal jauh dari fasilitas
kesehatan yang memadai.
19. Fasilitas kesehatan yang memadai adalah fasilitas
yang memiliki Sumber Daya Manusia kesehatan,
Bangunan, Peralatan, obat, bahan dan perbekalan
kesehatan, sistem dan anggaran yang memadai.
20. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar yang
selanjutnya disebut PONED adalah pelayanan
untuk
menanggulangi
kasus-kasus
kegawat
daruratan Obstetri dan Bayi yang meliputi segi
pelayanan Obstetri dan Bayi.
21. Pusat
Kesehatan
Masyarakat
PONED
yang
selanjutnya disebut Puskesmas PONED adalah
Puskesmas dengan fasilitas rawat inap yang mampu
memberikan pelayanan rutin dan penanganan
dasar kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru
lahir secara purna waktu (24 jam) dilengkapi
dengan ruangan rawat inap dengan tempat tidur
rawat inap, dan obat-obatan terstandard.
22. Pelayanan
Obstetri
Neonatal
Emergency
Komprehensif yang selanjutnya disebut PONEK
adalah kegiatan disamping mampu melaksanakan
seluruh pelayanan PONED, di Rumah Sakit
2
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Kabupaten/Kota untuk aspek Obstetri ditambah
dengan melakukan transfusi dan bedah caesar,
sedangkan untuk aspek bayi ditambah dengan
melaksanakan perawatan bayi dengan kegiatan
perawatan bayi untuk aspek secara intensif oleh
bidan/perawat emergency setiap saat.
Rumah Sakit PONEK adalah Rumah Sakit yang
ditunjang dengan ketersediaan alat dan tenaga
sesuai
dengan
ketentuan,
yang
mampu
memberikan
pelayanan
komprehensif
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/ atau
masyarakat.
Pembiayaan kesehatan adalah anggaran yang
dibutuhkan dalam pelayanan paripurna bagi Ibu
hamil, Ibu melahirkan, Ibu Nifas, Bayi baru lahir
dan keluarga pendamping selama di rumah tunggu.
Tenaga
kesehatan
adalah
Dokter
spesialis
kebidanan, dokter spesialis anak,dokter anastesis,
dokter umum, bidan yang memenuhi kualifikasi
Asuhan Persalinan Normal (APN) dan perawat yang
telah lulus uji kompetensi serta berijazah D3.
Asuhan Persalinan Normal yang selanjutnya
disingkat APN adalah asuhan yang diberikan pada
kelahiran bayi aterm (cukup bulan) dengan proses
pervaginam alami dengan tanpa komplikasi.
Bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang teregistrasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2
29. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang
medik,
pelayanan
instalasi
dan
pelayanan
perawatan secara rawat jalan dan rawat inap.
30. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
31. Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan luar
gedung yang dilengkapi kendaraan bermotor roda
empat atau roda dua atau perahu bermotor dan
dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi serta tenaga kesehatan yang berasal
dari Puskesmas yang berfungsi menunjang dan
membantu melaksanakan kegiatan Puskesmas
dalam wilayah kerjanya termasuk mobilisasi ibu
hamil yang akan melahirkan ke sarana pelayanan
kesehatan yang memadai.
32. Desa Siaga adalah desa dengan masyarakatnya
yang mempunyai kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah – masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
33. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut
Posyandu adalah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat,
oleh
masyarakat
dan
untuk
masyarakat yang memberikan upaya pelayanan
kesehatan masyarakat yang meliputi lima program
prioritas yaitu Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu
dan Anak, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
Diare.
2
34. Pengobatan adalah tindakan pengobatan yang
diberikan oleh tenaga medis atau jika berhalangan
didelegasikan kepada pengatur rawat atau bidan
yang sesuai dengan kompetensi untuk menjalankan
pengobatan, perawatan dan lain-lainnya yang ada
hubungannya dengan kesehatan.
35. Dokter Umum adalah Dokter yang telah lulus
pendidikan sarjana kedokteran dan juga telah lulus
pendidikan profesi Kedokteran serta telah diambil
sumpah Dokter.
36. Dokter Spesialis Obgyn adalah Dokter Umum yang
telah lulus mengikuti pendidikan keahlian di bidang
Ilmu Kebidanan dan Kandungan.
37. Dokter Spesialis Anak adalah Dokter Umum yang
telah lulus mengikuti pendidikan keahlian di bidang
Ilmu Kesehatan Anak.
38. Perawat adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan Keperawatan dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
39. Tempat Praktek Bidan adalah tempat untuk
memberikan pelayanan kesehatan kebidanan bagi
wanita hamil, nifas, bayi, balita, dan Keluarga
Berencana secara rawat jalan.
40. Praktek Bidan adalah serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
41. Surat Izin Praktek adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada tenaga medis atau bidan yang
menjalankan praktek swasta setelah memenuhi
persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk
melakukan pelayan kesehatan sesuai dengan
profesi dan lokasi yang telah ditetapkan.
2
42. Pemberi pelayanan adalah tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan sesuai dengan
keahliaannya.
43. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah
nutrisi utama bagi bayi sejak kelahiran sampai
dengan bayi berusia 2 (dua) tahun.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1)
(2)
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mengatur
tentang pemenuhan upaya pelayanan KIBBLA;
Upaya
pelayanan
kesehatan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pencegahan;
b. peningkatan;
c. penyembuhan;
d. pemulihan.
BAB III
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
Pemberian jaminan KIBBLA berasaskan Keadilan,
Perikemanusiaan, kesamaan gender, non diskriminasi
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2
Pasal 4
Peraturan Daerah ini bermaksud memberikan kepastian
jaminan dan perlindungan pelayanan KIBBLA yang
berkeadilan tanpa diskriminasi dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan pelayanan
yang paripurna.
Pasal 5
Tujuan ditetapkannya peraturan daerah ini adalah:
a. terwujudnya peningkatan akses dan kualitas
pelayanan;
b. tersedianya fasilitas yang terjangkau dan bermutu;
c. tertanganinya
semua
ibu
melahirkan,
kasus
kegawatdaruratan obstetri dan bayi;
d. tersedianya tempat, tenaga dan peralatan;
e. tersedianya obat, bahan dan perbekalan kesehatan;
f. terjadinya perubahan perilaku masyarakat; dan
g. tercapainya penurunan Angka kematian Ibu, Angka
Kematian Bayi baru lahir, angka kematian bayi dan
angka kematian anak balita.
2
BAB IV
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KIBBLA
Bagian Kesatu
Penyelenggara Kesehatan
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pemerintah
Daerah
wajib
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita (KIBBLA);
Penyelenggara pelayanan kesehatan sebagaimana di
maksud pada ayat (1) dalam rangka melaksanakan
upaya Kesehatan:
a. pencegahan;
b. peningkatan;
c. penyembuhan;
d. pemulihan.
Penyelenggaraan
kesehatan
sebagaimana
di
maksud pada ayat (2) secara Teknis dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan.
Pelaksanaan upaya kesehatan sebagaimana di
maksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh tenaga
Kesehatan.
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) adalah;
a. Dokter Spesialis Kebidanan;
b. Dokter spesialis anak;
c. Dokter Anastesis
d. Dokter Umum;
e. Bidan yang telah memiliki kualifikasi APN dan
Poned;
f. Perawat yang telah lulus uji kompetensi dengan
pendidikan minimal D3.
2
(6)
Pelaksanaan tugas tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan di :
a. Rumah Sakit Umum Daerah;
b. Puskesmas;
c. Pustu;
d. Posyandu;
e. Poskesdes;
f. Rumah Bersalin.
Pasal 7
(1)
(2)
(3)
(4)
Penyelenggara
kesehatan
swasta
dapat
menyelenggarakan pelayanan KIBBLA
Penyelenggara kesehatan swasta sebagaimana di
maksud pada ayat (1) secara teknis dilaksanakan
Tenaga Kesehatan pada Rumah Sakit Swasta, Balai
Kesehatan Swasta / Klinik Swasta, Bidan Praktek
Swasta, Dokter Praktek Swasta.
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) adalah;
a. Dokter Spesialis kebidanan;
b. Dokter spesialis anak;
c. Dokter anastesis
d. Dokter Umum;
e. Bidan
yang
memiliki
kualifikasi
Asuhan
Persalinan Normal (APN) dan Poned;
f. Perawat yang telah lulus uji kompetensi dengan
pendidikan minimal D3.
Rumah Sakit Swasta dan Balai Kesehatan
Swasta/klinik swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (3)
adalah yang telah memenuhi standar
PONEK dan PONED.
2
Pasal 8
(1)
(2)
Dinas Kesehatan berwenang menangani kondisi
kurang Gizi pada Ibu hamil, bayi baru lahir, bayi
dan anak balita.
Penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. identifikasi
faktor
penyebab
terjadinya
Kekurangan Gizi pada ibu hamil, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita ;
b. pemberian makanan tambahan kepada ibu
hamil, bayi dan anak balita;
c. memantau perkembangan kesehatan dan gizi
ibu hamil, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan
Paragraf 1
Ibu Hamil
Pasal 9
(1)
(2)
Ibu Hamil wajib memeriksakan kehamilannya
minimal 4 kali selama masa kehamilan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada saat :
a. Usia Kehamilan 1-3 bulan 1 kali;
b. Usia Kehamilan 4-6 bulan 1 kali;
c. Usia Kehamilan 7-9 bulan 2 kali.
2
(3)
(4)
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Rumah Sakit PONEK/ Rumah Sakit;
b. Puskesmas PONED/ Puskesmas;
c. Pustu;
d. Polindes;
e. Poskesdes;
f. Rumah bersalin;
g. Posyandu;
Ibu hamil dapat mengikuti program tabungan
bersalin (TABULIN).
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
Ibu Hamil wajib melahirkan di Fasilitas Pelayanan
kesehatan yang memadai.
Kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (1)
dalam rangka mencegah kematian ibu dan bayi
baru lahir.
Fasilitas Kesehatan yang memadai sebagaimana di
maksud pada ayat (1) adalah
a. Rumah Sakit PONEK/ Rumah Sakit;
b. Puskesmas PONED/ Puskesmas;
c. Rumah bersalin.
2
Paragraf 2
Ibu Nifas
Pasal 11
(1)
(2)
(3)
Ibu Nifas Wajib memeriksakan Kesehatan pasca
persalinan (Kunjungan Nifas) selama 3 (tiga) kali di
fasilitas Kesehatan yang tersedia;
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada :
a. masa 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari
setelah persalinan;
b. masa hari ke-4 (empat) sampai hari ke-28
(duapuluh delapan) setelah persalinan;
c. masa hari ke-29 (dua puluh sembilan) sampai
hari ke 42 (empat puluh dua) setelah persalinan.
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
memadai
sebagaimana di maksud pada ayat (1) adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3).
Pasal 12
(1)
(2)
Ibu Nifas, Suami, PUS dapat mengikuti Program
Keluarga Berencana sesuai dengan standar dan hak
individu.
Ketentuan lebih lanjut tentang Standar dan hak
individu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2
Paragraf 3
Ibu Menyusui
Pasal 13
(1)
(2)
(3)
Ibu menyusui wajib memberikan Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayinya
Kewajiban pemberian ASI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. pemberian ASI eksklusif sejak bayi baru lahir
sampai usia 6 (enam) bulan yang diawali dengan
inisiasi menyusu dini;
b. pemberian ASI lanjutan dan makanan tambahan
sejak bayi berusia diatas 6 (enam) bulan sampai
usia 2 (dua) tahun.
Dikecualikan dari pemberian Air Susu Ibu
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) apabila
terjadi kontra indikasi medis :
a. ibu terinfeksi penyakit menular tertentu;
b. ibu menderita penyakit payudara;
c. ibu menderita penyakit lain sesuai dengan
rekomendasi dokter.
Paragraf Keempat
Suami
Pasal 14
(1)
Suami wajib Siap Antar Jaga (SIAGA) isterinya
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
tenaga kesehatan.
2
(2)
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam rangka :
a. mengetahui risiko dan tanda bahaya dalam
kehamilan, persalinan dan nifas;
b. cepat mengambil keputusan dalam mencari
pertolongan dan penanganan;
c. segera melaksanakan perintah rujukan terhadap
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas kepada
tenaga kesehatan.
Pasal 15
Suami dapat mengambil alih sebagian pekerjaan istri
yang mengakibatkan terjadinya risiko kehamilan.
Paragraf 5
Orang Tua
Pasal 16
(1)
(2)
Orang tua dapat mengantar bayi baru lahir untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
neonatal
melalui kunjungan di fasilitas kesehatan.
Kunjungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk mendapatkan :
a. perawatan tali pusat
b. pemberian Asi eksklusif;
c. memastikan bayi telah di beri injeksi Vitamin K
1;
d. memastikan
bayi
telah
diberi
salapmata
antibiotic;
e. pemberian Imunisasi hepatitis B-0.
2
Pasal 17
(1)
(2)
Orang
Tua
wajib
mengantar
bayi
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
melalui
kunjungan di fasilitas kesehatan.
Kunjungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
untuk mendapatkan :
a. pemberian Imunisasi dasar Lengkap (BCG, Polio
1,2,3,4, DPT/HB1,2,3, Campak) sebelum bayi
berusia 1 tahun;
b. stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh
Kembang bayi (SDIDTK);
c. pemberian Vitamin A 100.000 IU (6 – 11 Bulan);
d. konseling Asi Eksklusive, pemberian makanan
Pendamping ASI, tanda – tanda Sakit dan
perawatan
kesehatan
bayi
di
rumah
menggunakan Buku KIA;
e. penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Pasal 18
(1)
(2)
Orang tua wajib mengantar anak balita ke fasilitas
Kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan .
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam
rangka :
a. pelayanan Pemantaun Pertumbuhan minimal 8
kali setahun yang tercatat dalam buku KIA/KMS;
b. stimulasi deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
kembang minimal 2 kali dalam setahun;
c. pemberian Vitamin A dosis tinggi ( 200.000 IU), 2
kali dalam setahun;
d. kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh
setiap anak balita;
2
(3)
e. pelayanan anak balita Sakit sesuai standar
dengan menggunakan pendekatan Managemen
Terpadu Balita Sakit.
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a. Puskesmas;
b. Pustu;
c. Poskesdes;
d. Rumah Sakit.
Paragraf 6
Dukun
Pasal 19
(1)
(2)
Dukun dapat membantu melaksanakan tugas
tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir;
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam bentuk kemitraan, yaitu;
a. menginformasi kepada tenaga kesehatan tentang
keberadaan ibu hamil;
b. mendorong ibu hamil untuk memeriksa dan
melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai;
c. mendampingi ibu hamil untuk memeriksa dan
melahirkan difasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai;
d. membersihkan
dan
merawat
ibu
setelah
melahirkan;
e. merawat bayi baru lahir.
f. Merawat ibu pada saat nifas.
2
Paragraf 7
Tenaga Kesehatan
Pasal 20
(1)
(2)
(3)
(4)
Tenaga Kesehatan wajib melayani pemeriksaan
kesehatan ibu hamil minimal 4 kali selama masa
kehamilannya.
Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan pada saat :
a. minimal 1 kali
pada triwulan
pertama
(masa kehamilan 1-3 bulan);
b. minimal
1
kali
pada
triwulan
kedua
(masa kehamilan 4-6 bulan);
c. minimal
2
kali
pada
triwulan
ketiga
(masa kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar
pelayanan kebidanan.
Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dalam penerapannya terdiri dari :
a. timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
b. ukur tekanan darah;
c. timbang Fundus Uteri;
d. tablet Besi;
e. tetanus Toxoid;
f. temu Wicara;
g. tes Laboratorium; Laboratorium Wajib dan
Khusus;
h. nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas);
i. tentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ).
2
Pasal 21
(1)
(2)
(3)
(4)
Tenaga Kesehatan wajib melakukan kunjungan
rumah
kepada
ibu
hamil,
kunjungan
nifas,kunjungan bayi baru lahir, kunjungan bayi
dan kunjungan anak balita.
Kunjungan rumah kepada ibu hamil dan ibu nifas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk :
a. perencanaan
persalinan
ibu
hamil
dan
pencegahan komplikasi;
b. perencanaan kontrasepsi KB pasca persalinan.
Kunjungan rumah kepada bayi baru lahir, bayi dan
anak balita sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk:
a. Pemeriksaan
tanda
bahaya
seperti
kemungkinan infeksi, ikterus, diare dan berat
badan rendah
b. Pemberian imunisasi hepatitis B-O bila belum
diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
c. Konseling kepada ibu dan keluarga tentang
pemberian ASI eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan buku KIA
d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Kunjungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada sektorsektor terkait untuk tindak lanjut sesuai dengan
tingkat pelayanan di desa,
kecamatan dan
kabupaten.
2
Pasal 22
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pertolongan
persalinan kepada ibu hamil di fasilitas kesehatan
memadai.
Pelayanan Persalinan sebagaimana dimaksudkan
pada ayat (1) dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. pencegahan infeksi;
b. metode pertolongan persalinan yang sesuai
standar;
c. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi;
d. melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD);
e. memberikan injeksi vitamin k 1, salep mata dan
HBO pada bayi baru lahir.
Pasal 23
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan wajib melakukan deteksi dini
faktor resiko dan Komplikasi Kebidanan kepada ibu
hamil .
Deteksi dini kebagaimana di maksud pada ayat (1)
dalam rangka :
a. melakukan Rujukan ke fasilitas kesehatan yang
memadai paling lambat 14 hari sebelum hari
Perkiraan Lahir;
b. melakukan Rujukan ibu hamil
Normal
ke
fasilitas kesehatan yang memadai paling lambat
3 hari sebelum hari Perkiraan Lahir.
2
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Tenaga Kesehatan wajib memberi pelayanan
kesehatan kepada ibu nifas sesuai standar ;
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. pemeriksaan tekanan darah;
b. pemeriksaan nadi, respirasi dan suhu;
c. pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
d. pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vagina
lainnya;
e. pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif
6 bulan;
f. pemberian kapsul vitamin a 200.000 iu sebanyak
2 kali, pertama segera setelah melahirkan,
keduua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul vitamin a pertama;
Untuk
memudahkan
pelayanan
kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tenaga
kesehatan dapat melakukan pendataan dan
membuat kantong persalinan diwilayah kerjanya.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditindak lanjuti dengan deteksi dini komplikasi
pada ibu nifas.
Deteksi dini sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diperlukan
pemantauan pemeriksaan dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3
kali dengan ketentuan waktu :
a. kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam
sampai dengan 3 hari setelah persalinan;
b. kunjungan nifas kedua pada hari ke-4 sampai
hari ke-28 setelah persalinan;
c. kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 sampai
hari ke-42 setelah persalinan.
2
(6)
Pelaksanaan kewajiban sebagaimana di maksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) ayat (4) dan ayat (5)
dapat di lakukan di fasilitas kehatan yang memadai
atau dengan cara bentuk Kunjungan rumah.
Pasal 25
(1)
(2)
(3)
Tenaga Kesehatan wajib melakukan pemeriksaan
dan pelayanan kesehatan neonatus kepada bayi
baru lahir.
Pelaksanaan Kewajiban sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)
menggunakan
pendekatan
Management Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Pendekatan MTBM sebagaimana di maksud pada
ayat (2) meliputi :
a. pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
Infeksi bakteri, Ikterus, Diare, Berat badan
rendah, dan masalah pemberian asi;
b. pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum,
dapat diberikan pada waktu perawatan bayi baru
lahir;
c. konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan Asi ekslusive, pencegahan hipotermi
dan melaksnakan perawatan bayi barulahir di
rumah dengan menggunakan Buku KIA;
d. penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Pasal 26
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pelayanan
neonatus dengan Komplikasi.
Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan di Puskesmas PONED dan Rumah
sakit PONEK atau Rumah sakit swasta PONEK.
2
(3)
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dalam rangka
penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecacatan dan kematian.
Pasal 27
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan wajib melakukan pelayanan
kesehatan kepada bayi baru lahir (neonatus) sesuai
standar setelah lahir melalui kunjungan di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam kurun waktu :
a. kunjungan neonatal ke – 1 (kn 1) pada 6 jamhari ke tiga
b. kunjungan neonatal ke – 2 (kn 2) pada hari ke
tiga- ke tujuh
c. kunjungan neonatal ke – 3 (kn 3) pada hari ke
delapan-hari ke dua puluh delapan.
Pasal 28
(1)
(2)
(3)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pelayanan
kesehatan neonatal dasar kepada bayi baru lahir
secara komprehensif
Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan cara :
a. memeriksa dan merawat bayi baru lahir;
b. memeriksa dengan menggunakan pendekatan
manajemen terpadu bayi muda (MTBM).
Cara memeriksa dan merawat sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 2) huruf a meliputi :
a. merawat tali pusat;
b. pemberian ASI eksklusif;
2
(4)
c. memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin k 1;
d. memastikan bayi telah diberi salep mata
antibiotik;
e. pemberian imunisasi hepatitis B – 0
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, meliputi :
a. pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan
rendah dan masalah pemberian asi
b. pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum
diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
c. konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan asi eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan buku kia
d. penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Pasal 29
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi selama periode 29 hari sampai
dengan satu hari menjelang ulang tahun pertama;
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi :
a. pemberian imunisasi dasar lengkap (hb 00-7
hari, bcg, polio 1,2,3,4, dpt/hb 1,2,3, campak)
sebelum bayi berumur 1 tahun;
b. stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang bayi (SDIDTK);
c. pemberian vitamin a 100.000 iu (6 bulan - 11
bulan;)
d. konseling asi eksklusif, pemberian makanan
pendamping asi, tanda – tanda sakit dan
2
perawatan
kesehatan
bayi
di
rumah
menggunakan buku kia;
e. penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Pasal 30
(1)
(2)
(3)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pelayanan
kesehatan Anak Balita.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
meliputi :
a. memantau pertumbuhan anak Balita yang
tercatat dalam buku KIA/KMS;
b. melakukan stimulasi deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh kembang;
c. memberikan Vitamin A dosis tinggi ( 200.000 IU);
d. memantau Kepemilikan dan pemanfaatan buku
KIA oleh setiap anak balita;
e. memberi Pelayanan anak balita Sakit sesuai
standar dengan menggunakan pendekatan
Managemen Terpadu Balita Sakit.
Pendekatan MTBS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e meliputi;
a. Memeriksa tanda bahaya umum
b. Memeriksa keluhan utama: batuk atau sukar
bernafas, diare, demam, malaria, campak, DBD
dan masalah telinga
c. Memeriksa status gizi, anemia, imunisasi dan
status vitamin A
Pasal 31
(1)
Tenaga Kesehatan wajib memberikan pelayanan KB
kepada ibu Nifas, Suami dan PUS.
2
(2)
Kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai standar dan hak individu.
BAB V
SUMBERDAYA KESEHATAN
Bagian Kesatu
Penyediaan Tenaga kesehatan
Pasal 32
Pemerintah
daerah
berwewenang
mengusulkan
pengangkatan tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
berdasarkan kualifikasi untuk didistribusikan di
seluruh wilayah Daerah berdasarkan asas pemerataan
dan keadilan.
Bagian Kedua
Penyediaan Pembiayaan Kesehatan
Pasal 33
(1)
(2)
(3)
Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran
dalam rangka melaksanakan pelayanan KIBBLA.
Anggaran pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan anak sebagaimana di maksud
pada ayat (1) bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten;
b. Bantuan dari APBN dan APBD Provinsi;
c. Sumbangan dari pihak ke tiga yang sah.
Besarnya
anggaran
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
2
huruf
a,
disesuaikan
keuangan daerah.
dengan
kemampuan
Pasal 34
(1)
(2)
Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan
persalinan gratis bagi setiap ibu hamil yang miskin
dan tidak memiliki :
a. kartu jaminan kesehatan masyarakat,
b. jaminan kesehatan daerah,
c. asuransi kesehatan di fasilitas kesehatan.
Persalinan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah setiap ibu yang melahirkan di sarana
kesehatan.
Bagian Ketiga
Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 35
(1)
(2)
(3)
Pemerintah
Daerah
menyediakan
dan
meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi
ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
Penyediaan fasilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa: fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari
bidan, puskesmas PONED sampai rumah sakit
PONEK 24 jam.
Pelayanan obstetri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi :
a. penanganan
perdarahan
pada
kehamilan,
persalinan dan nifas;
2
(4)
(5)
b. pencegahan dan penanganan hipertensi dalam
kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi);
c. pencegahan dan penanganan infeksi;
d. penanganan partus lama/macet;
e. penanganan abortus;
f. stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk
dan transportasi rujukan.
Pelayanan neonatus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), meliputi :
a. pencegahan dan penanganan asfiksia;
b. pencegahan dan penanganan hipotermia;
c. penanganan bayi berat lahir rendah (bblr);
d. pencegahan dan penanganan infeksi neonatus,
kejang neonatus, ikterus ringan-sedang;
e. pencegahan dan penanganan gangguan minum;
f. stabilisasi komplikasi neonaus untuk dirujuk
dan transportasi rujukan.
Kewajiban meningkatkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap sesuai
kemampuan keuangan daerah yang meliputi :
a. dari
PUSKESMAS
Non
PONED
menjadi
PUSKESMAS PONED;
b. dari Rumah Sakit Non PONEK menjadi Rumah
Sakit PONEK;
c. dari Puskesmas rawat jalan menjadi rawat inap.
Pasal 36
Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas rumah
tunggu pada setiap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) untuk
menunjang pelayanan KIBBLA.
2
Pasal 37
(1)
(2)
Pemerintah
Daerah
merencanakan
dan
menyediakan peralatan kesehatan yang memadai
untuk menyelenggarakan pelayanan KIBBLA;
Peralatan kesehatan yang telah disediakan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
didistribusikan secara merata sesuai kebutuhan.
Pasal 38
(1)
(2)
Pemerintah Daerah wajib menetapkan standar
operasional prosedur, dan sistem rujukan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 39
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan
terhadap
tenaga
kesehatan
agar
dapat
melaksanakan tugas dan fungsi secara baik dan
berkualitas.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara teknis dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
2
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 40
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan pelayanan KIBBLA secara
berkala;
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam bentuk :
a. penyelenggaraan pelayanan KIBBLA;
b. perizinan;
c. ketentuan tata laksana standar pelayanan;
d. standar kinerja tenaga pelayanan kesehatan;
e. standar sarana dan prasarana kesehatan;
f. standar
Operasional
Prosedur
pelayanan
kesehatan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) secara teknis operasional dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan.
Pelaksanaan Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan kepada Bupati secara berkala.
Bagian Ketiga
Evaluasi
Pasal 41
(1) Dinas Kesehatan wajib melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pelayanan KIBBLA secara berkala;
(2) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 kali
dalam 1 tahun.
2
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Masyarakat
Pasal 42
(1)
(2)
Masyarakat
dapat
berperan
serta
dalam
mendukung penyelenggaraan pelayanan KIBBLA.
Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. memberikan informasi dan mendorong keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
memadai;
b. turut menjaga fasilitas kesehatan yang ada;
c. turut aktif mempersiapkan desa siaga dan
menyukseskan dalam rangka penyelenggaraan
KIBBLA;
d. turut serta menggalang Dana Solidaritas
Persalinan (DASOLIN);
e. menyiapkan ambulan desa bagi kepentingan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi
dan anak balita.
Bagian Kedua
Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Pasal 43
(1)
Tokoh masyarakat dan tokoh agama dapat
berperan dalam mendukung penyelenggaraan
pelayanan KIBBLA.
2
(2)
Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. memberikan dukungan moril penyelenggaraan
KIBBLA melalui desa siaga;
b. memberikan pengawasan kepada masyarakat
untuk menghindari praktek-praktek pengobatan
yang
bertentangan
dengan
aturan
penyelenggaraan kesehatan.
Bagian Keempat
Desa Siaga
Pasal 44
(1)
(2)
Desa siaga dapat berperan serta dalam mendukung
program pelayanan KIBBLA
Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam bentuk kegiatan:
a. jejaring data
b. jejaring transportasi
c. jejaring donor darah
d. jejaring dana
e. jejaring KB
f. jejaring ASI eksklusif
2
BAB VIII
PENYULUHAN
Bagian Kesatu
Penyuluhan Kesehatan
Pasal 45
(1)
(2)
Pemerintah
Daerah
wajib
melaksanakan
penyuluhan kesehatan kepada ibu, suami, keluarga
dan masyarakat.
Pelaksanaan penyuluhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) secara teknis dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan.
Bagian Kedua
Penyuluhan Keluarga Berencana
Pasal 46
(1)
(2)
Pemerintah
Daerah
wajib
melaksanakan
penyuluhan keluarga berencana kepada PUS,
keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara
teknis
dilaksanakan
oleh
Badan
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (BPPPAKB).
2
BAB IX
KETENTUAN LARANGAN
Pasal 47
(1)
Ibu Hamil dilarang:
a. melakukan tindakan yang bertentangan dengan
pola hidup bersih dan sehat (PHBS);
b. melahirkan dirumah;
c. melahirkan dengan pertolongan dukun.
(2)
ibu menyusui dilarang memberikan makanan
tambahan kepada bayinya sebelum berusia 6
(enam).
Pasal 48
Dukun dilarang melaksanakan praktek pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan kepada ibu
hamil.
Pasal 49
(1) Suami,
keluarga
dan
masyarakat
dilarang
menghalangi ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
dalam memperoleh pelayanan kesehatan maupun
mendapatkan pelayanan kesehatan bagi bayi baru
lahir, bayi dan anak balita:
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk :
a. memeriksa dan melahirkan di fasilitas kesehatan
yang memadai;
b. memberi ASI eksklusif kepada bayinya selama 6
(enam) bulan;
2
c. memberikan ASI kepada bayinya selama minimal
2 (dua) tahun;
d. membawa bayi dan anak balita ke fasilitas
kesehatan
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan.
Pasal 50
(1) Perawat dilarang melakukan pemeriksaan dan
pertolongan persalinan ibu hamil.
(2) Larangan sebagaimana di maksud pada ayat (1)
dikecualikan apabila :
a. telah lulus uji kompetensi;
b. memiliki Sertifikat APN dan Poned;
c. pendidikan Minimal D3 keperawatan;
d. bidan tidak Berada di tempat.
BAB X
KETENTUAN PENGHARGAAN
Pasal 51
(1)
(2)
Pemerintah
Daerah
dapat
memberikan
penghargaan kepada setiap orang yang berprestasi
mensukseskan program KIBBLA;
Setiap orang yang berprestasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. tenaga kesehatan yang di wilayah kerjanya tidak
ada kematian KIBBLA selama 3 tahun berturutturut;
b. dukun
yang
mampu
melaksanakan
kemitraannya dengan Bidan;
c. fasilitator desa siaga yang bekerja aktif;
2
(3)
d. pengurus desa siaga yang bekerja aktif;
e. kader posyandu yang bekerja aktif;
f. masyarakat yang berjasa menyukseskan program
KIBBLA.
Bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 52
(1)
(2)
Tenaga Kesehatan yang melanggar atau tidak
memberikan pelayanan sesuai dengan Peraturan
Daerah ini dikenakan sanksi administratif.
Tata
cara
pengenaan
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
berdasarkan
ketentuan
Peraturan
Perundang – undangan yang berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
Peraturan Bupati sebagai pelaksanaaan dari Peraturan
Daerah ini ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan
setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.
2
Pasal 54
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Daerah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Belu.
Ditetapkan di Atambua
pada tanggal 9 Agustus 2012
BUPATI BELU,
Ttd.
JOACHIM LOPEZ
Diundangkan di Atambua
pada tanggal 9 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BELU,
PETRUS BERE
LEMBARAN DAERAH
2012 NOMOR 10
KABUPATEN
2
BELU
TAHUN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG
PENYELENGGARAAN KESEHATAN IBU,
BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK
BAWAH LIMA TAHUN
I.
UMUM
Pemerintah
Kabupaten
melalui
penyelenggaraan Kesehatan ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita (KIBBLA) berkewajiban
memberikan perlindungan terhadap kesehatan
masyarakatnya, terutama meningkatkan kesehatan
keluarga yang berada di dalam dan di luar
Kabupaten Belu, oleh karena kesehatan ibu, bayi
baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun
merupakan hak dasar manusia, dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diperjuangkan
pemenuhannya
dengan
upaya
sadar
dan
menyeluruh, di samping itu derajat kesehatan
diukur dari angka kematiaan ibu (AKI), angka
kematian bayi (AKB), angka kematian balita
(AKABA) serta umur harapan hidup setelah lahir
(UHH).
2
Kondisi kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi
dan anak bawah lima tahun (Balita) di Kabupaten
masih cukup memprihatinkan yang ditandai
dengan masih tingginya kasus kematian ibu, bayi
baru lahir, bayi dan anak balita. Kematian ibu
adalah
kematian
seorang
perempuan
yang
disebabkan secara langsung karena proses
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan. Sedangkan kematian bayi adalah
kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Kasus
kematian ibu dan bayi di Kabupaten Belu masih
tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di
Provinsi NTT. Kasus kematian ibu pada tahun 2009
sebanyak 19 kasus, tahun 2010 sebanyak 20
kasus, dan tahun 2011 menurun menjadi 16 kasus.
Kasus kematian bayi pada tahun 2009 sebanyak 83
kasus, tahun 2010 sebanyak 77 kasus, dan tahun
2011 meningkat menjadi 82 kasus, sedangkan
kasus kematian anak pada tahun 2009 sebanyak
68 kasus, tahun 2010 turun menjadi 42 kasus dan
tahun 2011 turun lagi menjadi 30 kasus.
Tingginya kasus kematian tersebut umumnya
disebabkan oleh faktor medis dan faktor non medis
berupa perilaku bermasalah yang dilakukan oleh
pemegang peran, lembaga pelaksana, maupun
akibat persalinan yang terjadi di luar fasilitas
kesehatan yang memadai. Sesuai dengan undangundang yang berlaku, pemerintah wajib melakukan
pembinaan terhadap masyarakat dan setiap
penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan
sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan
upaya kesehatan.
2
Salah
satu
upaya
menurunkan
angka
kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
tersebut perlu adanya peraturan perundangundangan dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA)
yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
(KIBBLA). KIBBLA merupakan paket pelayanan
terpadu dengan memfokuskan pada intervensi yang
terbukti berhasil menurunkan jumlah kasus
kematian ibu, bayi baru lahir, bayi serta anak
balita. Lebih jauh atas dasar kewenangan otonomi
daerah dan untuk efektifitas pelaksanaannya, maka
dipandang perlu menetapkan rancangan peraturan
daearah (RANPERDA) ini menjadi peraturan daerah
(PERDA) tentang penyelenggaraan kesehatan ibu,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
PERDA KIBBLA menampung karakteristik lokal
dan merujuk pada undang-undang kesehatan dan
berbagai regulasi lainnya. Peraturan Daerah ini
dimaksudkan untuk memberikan jaminan KIBBLA
berasaskan keadilan, perikemanusiaan, kesamaan
gender, non diskriminasi yang berdasarkan
KeTuhanan Yang Maha Esa, dan memberikan
kepastian jaminan dan perlindungan pelayanan
KIBBLA yang berkeadilan tanpa diskriminasi dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk
mendapatkan pelayanan yang paripurna. Adapun
tujuan penyelenggaraan pelayanan KIBBLA adalah :
1. terwujudnya peningkatan akses dan kualitas
pelayanan; dan
2. tersedianya fasilitas yang terjangkau dan
bermutu; dan
2
3. tertanganinya semua ibu hamil, ibu melahirkan,
ibu nifas, bayi baru lahir serta kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal; dan
4. tersedianya tempat, tenaga dan peralatan; dan
5. tersedianya obat, bahan dan perbekalan
kesehatan; dan
6. terjadinya perubahan perilaku masyarakat; dan
7. tercapainya penurunan angka kematian ibu,
angka kematian bayi dan angka kematian anak
balita.
Secara keseluruhan, Peraturan Daerah yang
terdiri dari 13 BAB dan 55 pasal ini memuat materi
yang
mengatur
tentang
pemenuhan
upaya
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
balita
yang
meliputi
upaya
pencegahan,
peningkatan,
penyembuhan
dan
pemulihan.
Disamping itu peraturan daerah ini juga memuat
hal-hal atau ketentuan yang berkaitan dengan :
1. Penyelenggaraan pelayanan KIBBLA
2. Sumber daya kesehatan
3. Pembinaan pengawasan, evaluasi, dan pelaporan
4. Peran serta masyarakat
5. Ketentuan larangan
6. Sanksi administratif
7. Ketentuan penghargaan dan insentif
Untuk menjamin pelaksanan peraturan
daerah ini dari kemungkinan pelanggaran, baik
administratif maupun yang bersifat pidana, diatur
juga mengenai ketentuan larangan, pengaturan
mengenai sanksi administrasi serta ketentuan
pidana.
2
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
2
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf f
Rumah Bersalin sebagaimana
yang tercantum dalam Kamus
Kesehatan yaitu tempat yang
menyediakan pelayanan
kebidanan bagi ibu hamil,
bersalin dan nifas normal
termasuk pelayanan keluarga
berencana dan perawatan bayi
baru lahir.
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
2
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Resiko
kehamilan
sebagaimana
yang
tercantum dalam buku Penurunan Kematian
Ibu dan Bayi Baru Lahir (Depkes, 2007)
merupakan keadaan atau kondisi yang secara
tidak langsung dapat menyebabkan kematian
ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
Yaitu :
(1)
Status kesehatan ibu ; status gizi,
penyakit infeksi, penyakit menahun,
riwayat kehamilan dan persalinan lalu
jelek
(2)
Status Reproduksi ; usia ibu hamil di
bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun,
jumlah kelahiran lebih dari 3 kali, jarak
antara kehamilan kurang dari 2 tahun
yang disebut “4” Terlalu, status tidak
menikah
(3)
Akses terhadap pelayanan kesehatan :
Ketersediaan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
dengan
jumlah
dan
kualitas yang memadai
Keterjangkauan ; jarak, waktu dan
biaya
(4)
Perilaku sehat ; penggunaan alat
kontrasepsi,
pemeriksaan
kehamilan
secara teratur, pertolongan persalinan di
2
fasilitas kesehatan memadai, melakukan
aborsi
(5)
Faktor-faktor lain yang tidak terduga ;
kontraksi uterus tidak adekuat, ketuban
pecah dini, persalinan macet
(6)
Faktor sosial, ekonomi, budaya ; tingkat
pendidikan perempuan, pekerjaan, serta
keberdayaan perempuan
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Komplikasi kebidanan sebagaimana yang
tercantum
dalam
buku
Penurunan
2
Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
(Depkes, 2007) merupakan keadaan atau
kondisi yang secara langsung dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi yang
akan dilahirkan, yaitu: Perdarahan,
infeksi, eklampsia, persalinan macet,
abortus, robekan rahim
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
2
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
2
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
2
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 77
2
Download