Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 046-049 KESESUAIAN LAHAN http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Taksiran Kerugian Lingkungan Akibat Pencucian Pupuk Anorganik dari Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Barat Desra Andriani* Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian , Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Jl. Raya Negara Km 7 TanjungPati 26271 Diterima : Juni Oktober 2015 2015/ Diterbitkan: September 2015/online : Abstrak enelitian mengenai evaluasi kesesuaian lahan untuk Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar pada urutan kesepuluh di Indonesia setelah Provinsi Kalimantan Selatan dan Aceh. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 mencapai angka 381.754 ha. Selain memiliki dampak positif, perkembangan industri kelapa sawit ini juga menimbulkan berbagai kerugian atau dampak negatif bagi lingkungan. Salah satunya adalah kerugian lingkungan akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit. Perhitungan taksiran kerugian lingkungan akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat ini dilakukan secara sederhana dan tidak secara detail. Data yang digunakan dalam perhitungan ini diperoleh dari survey lapangan dan studi literatur. Penyebab tercucinya pupuk anorganik adalah akibat dari kesalahan dalam penentuan batas wilayah tanam yang boleh ditanami kelapa kelapa sawit, sehingga pupuk anorganik yang tidak dapat terserap oleh tanaman langsung tercuci dan terbawa oleh erosi dan run off ke sungai bahkan sampai ke laut. Dalam jangka panjang hal ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti kematian ikan dalam skala besar di sungai dan laut serta akan berdampak buruk pada kesehatan manusia apabila mengkonsumsi ikan yang berasal dari sungai maupun laut yang telah tercemar akibat pencucian pupuk anorganik. Total pupuk anorganik N, P, dan K yang terbuang akibat pencucian pada tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 mencapai angka 180.149.712,60 kg. Sedangkan total kerugiannya sebanyak Rp 706.446.179.796,50. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kerugian lingkungan tersebut adalah dengan memperbaiki penentuan batas wilayah tanam yang boleh di tanami kelapa kelapa sawit dan tidak menebang hutan lindung agar pupuk anorganik yang tidak dapat terserap oleh tanaman kelapa sawit dapat ditahan oleh hutan lindung sehingga tidak langsung terbawa ke sungai dan laut yang ada di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Kata kunci : Kerugian lingkungan, pencucian pupuk, kelapa sawit. N = Nitrogen, K = Kalium, P = Phosfor Koresponden: [email protected] : hp, 082387421331 1. Pendahuluan Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang memiliki peran paling penting pada sektor perkebunan. Pengembangan perkebunan kelapa sawit telah banyak memberikan perubahan ekonomi yang berarti bagi petani dan masyarakat karena mampu meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Industri kelapa sawit ini semakin diistimewakan oleh Negara karena merupakan salah satu industri penyumbang devisa terbesar untuk Negara. Berkembangnya usaha perkebunan kelapa sawit menjadikan Indonesia sebagai Negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit yang tersebar di seluruh Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Ditjen perkebunan (2015), pada tahun 2014 luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami laju pertumbuhan sebesar 4,69% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 yang hanya mencapai luas 10.465.020 ha menjadi 10.956.231 ha di tahun 2014. Perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia berada di Provinsi Riau dengan luas areal sebesar 2,30 juta ha. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat berada di urutan kesepuluh dengan luas areal 382 ribu ha (Ditjen Perkebunan, 2015). Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit ini tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga menimbulkan berbagai dampak negatif dan kerugian bagi lingkungan. Dampak negatif dan kerugian ini timbul akibat adanya kesalahan dalam penentuan batas wilayah tanam yang boleh di tanami kelapa kelapa sawit jika ditinjau dari segi aspek kesesuain lahan. Salah satu kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan penentuan batas wilayah tanam tersebut adalah pencemaran lingkungan seperti kerusakan tanah, pencemaran sungai, dan pencemaran laut akibat pencucian pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit (Aflizar, 2015). Pupuk anorganik adalah suatu bahan yang bersifat sintetis dan sengaja dibuat oleh manusia, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara (Arianto, 2009). Dampak dari pencucian pupuk anorganik ini dalam jangka panjang akan menimbulkan efek berantai bagi lingkungan, masyarakat, dan Negara. Mulai dari berkurangnya populasi ikan di sungai dan laut, berkurangnya pendapatan nelayan sehingga perekonomian keluarganya berada dibawah garis kemiskinan. Apabila nelayan berada dibawah garis kemiskinan maka anak-anak nelayan tersebut tidak bisa sekolah dan menjadi bodoh, kesehatanya juga terganggu akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari sungai dan laut yang telah tercemar akbat pencucian pupuk anorganik, sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang terbelakang dan lemah (Aflizar, 2015). Selain menyebabkan kerugian lingkungan, pencucian pupuk anorganik juga menimbulkan kerugian materi karena pupuk yang diberikan pada tanaman tidak bisa diserap 100% oleh tanaman. Efisiensi penyerapan pupuk anorganik oleh tanaman kelapa sawit hanya 45% untuk pupuk N seperti urea dan ZA, 35% untuk pupuk P seperti sp-36 dan TSP, serta 50% untuk pupuk K seperti KCl dan MOP (Octavitani, 2009). Berdasarkan efisiensi penyerapan pupuk anorganik oleh tanaman kelapa sawit tersebut dapat diketahui bahwa total pupuk anorganik yang terbuang akibat pencucian lebih banyak dari pada total pupuk anorganik yang dapat diserap oleh tanaman. Rendahnya kemampuan tanaman dalam menyerap pupuk anorganik menyebabkan banyaknya pupuk anorganik yang terbuang sia-sia dan terbawa oleh erosi dan run off ke sungai bahkan sampai ke laut. Kerugian materi akibat pencucian pupuk anorganik ini dapat dihitung berdasarkan berapa total pupuk anorganik yang terbuang dan harga jual dari pupuk anorganik tersebut. Perhitungan kerugian akibat pencucian pupuk anorganik pada tanaman kelapa Desra A. / Jurnal nasional Ecopedon Vol. 2 No. 2 (2015) 46-49 sawit di Provinsi Sumatera Barat ini dilakukan dengan sangat sederhana dan tidak secara detail. Tujuan menghitung taksiran kerugian lingkungan akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat ini adalah untuk mengetahui sebab dan akibat dari pencucian pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat, serta untuk mengetahui seberapa besar perkiraan kerugian materi (Rp) yang ditimbulkan akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat. 2. Gambar 3. Pupuk SP-36 Bahan dan Metode 2.1. Lokasi penelitian Tempat pelaksanaan pratikum ini yaitu di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh selama perkuliahan Kesesuaian Lahan pada tanggal 06 Juni 2015 sampai 17 Juni 2015. 2.2. Alat dan Bahan Sumber: Pupukkaltim.com Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: laptop/komputer, kertas, pena, data data yang didapatkan dari survey pasar, studi literatur dan internet. Dosis pemupukan untuk pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman kelapa sawit tersaji pada tabel 1. 3. Tabel 1. Dosis Pemberian Pupuk Anorganik pada Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Barat. Hasil dan Pembahasan Pupuk anorganik adalah suatu bahan yang bersifat sintetis dan sengaja dibuat oleh manusia, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara bagi tanaman (Arianto, 2009). Berikut merupakan beberapa gambar pupuk anorganik seperti pupuk urea, KCl, dan sp-36 yang sering diberikan pada tanaman kelapa sawit. Gambar 1. Pupuk Urea Jenis pupuk Dosis pemupukan Jumlah populasi tanaman Jumlah pupuk yang diberikan Pupuk N 3 kg/batang/th 163.772.466 kg (Urea, ZA) Pupuk P (SP- 1 kg/batang/th 54.590.822 54.590.822 kg 36, TSP) batang Pupuk K 2 kg/batang/th 109.181.644 kg (KCl, MOP) Keterangan : Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 adalah 381.754 ha (Ditjen Perkebunan, 2014). Jumlah populasi tanaman kelapa sawit/ha adalah 143 batang. (Irawan, 2014). Tabel 2. Jumlah Pupuk Anorganik yang Terbuang dari Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014. Jenis pupuk Efisiensi Penyera pan Pupuk Sumber: Pupukkaltim.com Pupuk N Gambar 2. Pupuk KCl Jumlah pupuk yang diberikan (kg) Jumlah pupuk yang terserap (kg) Jumlah pupuk yang terbuang (kg) 45% 163.772.466 73.697.609,70 90.074.856,30 Pupuk P 35% 54.590.822 19.106.787,70 35.484.034,30 Pupuk K 50% 109.181.644 54.590.822,00 54.590.822,00 337.544.932 147.395.219,40 180.149.712,60 Total Pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa jumlah pupuk yang terbuang lebih banyak dari pada jumlah pupuk yang terserap oleh tanaman kelapa sawit. Di tahun 2014 jumlah pupuk N yang diberikan pada tanaman kelapa sawit pada luas areal 381.754 ha mencapai 163.772.466 kg, tetapi jumlah pupuk N yang terserap oleh tanaman hanya 73.697.609,70 kg, dengan demikian ada sebanyak 90.074.856,30 kg pupuk N yang terbuang percuma. Sedangkan jumlah pupuk P dan K yang diberikan mencapai 54.590.822 kg dan 109.181.644 kg, akan tetapi jumlah pupuk P dan K yang terserap oleh tanaman hanya 19.106.787,70 kg dan 54.590.822 kg, dengan demikian ada sebanyak 35.484.034,30 kg pupuk P dan 54.590.822 kg pupuk K yang terbuang percuma. Total pupuk 47 49 Desra A. / Jurnal nasional Ecopedon Vol. 2 No. 2 (2015) 46-49 anorganik (N, P, dan K) yang diberikan pada tanaman sawit di Provinsi Sumatera Barat selama tahun 2014 adalah 337.544.932 kg dan total Pengembangan industri kelapa sawit telah banyak memberikan perubahan ekonomi yang berarti bagi petani, masyarakat, dan Negara. Selain memberikan dampak yang positf, industri kelapa sawit ini juga menimbuolkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Akan tetapi media massa lebih banyak mengangkat dampak positif atau kebaikan industri kelapa sawit dibandingkan dengan dampak negatif atau keburukannya. Alamat web yang menampilkan kebaikan dan keburukan dari industri kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut ini. pupuk anorganik yang terserap oleh tanaman hanya 147.395.219,40 kg sehingga total pupuk anorganik yang terbuang dari tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat selama tahun 2014 adalah sebanyak 180.149.712,60 kg. Khusus untuk pupuk N, bahwa sisa pupuk N yang tidak terserap oleh tanaman tersebut tidak seluruhnya terbuang ke sungai dan laut karena sebagian pupuk N tersebut menguap bebas ke udara. Banyaknya pupuk anorganik yang terbuang tersebut disebabkan karena efisiensi penyerapan pupuk yang rendah. Efisiensi penyerapan pupuk N oleh tanaman kelapa sawit hanya 45% dari jumlah pupuk yang diberikan, begitu juga dengan efisiensi penyerapan pupuk P dan pupuk K hanya mencapai 35% dan 50% dari jumlah pupuk yang diberikan (Octavitani, 2009). Kerugian lingkungan yang ditimbulkan akibat pupuk yang terbuang ini adalah pupuk tersebut tercuci dan terbawa oleh erosi dan run off ke sungai bahkan sampai ke laut sehingga berakibat pada kerusakan lingkungan sepeti matinya biota yang ada di sungai dan laut. Pencucian pupuk ke sungai dan laut ini disebabkan karena adanya kesalahan dalam penentuan batas wilayah tanam yang boleh di tanami kelapa kelapa sawit jika ditinjau dari segi aspek kesesuain lahannnya. Apabila hal ini terus dibiarkan dalam jangka panjang maka akan menimbulkan efek berantai bagi lingkungan, masyarakat, dan Negara. Mulai dari berkurangnya populasi ikan di sungai dan laut, berkurangnya pendapatan nelayan sehingga perekonomian keluarganya berada dibawah garis kemiskinan. Apabila nelayan berada dibawah garis kemiskinan maka anak-anak nelayan tersebut tidak bisa sekolah dan menjadi bodoh, kesehatanya juga terganggu akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari sungai dan laut yang telah tercemar akbat pencucian pupuk anorganik, sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang terbelakang dan lemah (Aflizar, 2015). Tidak hanya kerugian lingkungan, pencucian pupuk ini juga dapat menimbulkan kerugian materi yang cukup besar. Kerugian akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 4. Alamat Website Di Internet yang Menyajikan Kebaikan Industri Kelapa Sawit No. 1 2 Harga/kg (Rp) Jumlah pupuk yang terbuang (kg) 90.074.856,30 35.484.034,30 54.590.822,00 180.149.712,60 Keuntungan berkebun kelapa sawit Manfaat kelapa sawit dalam dunia industri Manfaat minyak sawit bagi perekonomian Indonesia 3 4 5 6 Tabel 3. Kerugian Akibat Pencucian Pupuk Anorganik dari Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014. Jenis Pupuk Judul Tulisan 7 Jumlah kerugian (Rp) 8 Pupuk N 4.366 393.266.822.605,80 Pupuk P 1.889 67.029.340.792,70 Pupuk K 4.509 246.150.016.398,00 706.446.179.796,50 Total Keterangan: Jumlah kerugian = Jumlah pupuk yang terbuang x harga pupuk/kg. 9 10 Kelapa sawit bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia Prospek industri kelapa sawit 2014 makin cerah Investasi masa depan kebun kelapa sawit Prospek hilirisasi industri minyak sawit nasional dengan dukungan penelitian dan pengembangan Peluang pasar industri pengolahan kelapa sawit Berbagai Manfaat Kelapa Sawit Minyak Industri pengolahan kelapa sawit kunci kemandirian bangsa Alamat Website http://konsultasisawit.blogspot. com/2012/02/keuntunganberkebun-kelapa-sawit.html http://danyhrm23015.blogspot.c om/2013/10/manfaat-kelapasawit-dalam-dunia.html http://worldgrowth.org/site/wpcontent/uploads/2012/06/WG_I ndonesian_Palm_Oil_Benefits_B ahasa_Report-2_11.pdf http://www.academia.edu/95732 26/_Essay_Kelapa_Sawit_bagi_P ertumbuhan_Perekonomian_Ind onesia http://www.beritasatu.com/eko nomi/168340-prospek-industrikelapa-sawit-2014-makincerah.html http://investasisawit.blogspot.co m/ http://www.gin.web.id/index.ph p/terminologi/206-prospekhilirisasi-industri-minyak-sawitnasional-dengan-dukunganpenelitian-dan-pengembangan http://www.kuansing.go.id/inve stasi/sektorargoindustri/industripengolahan-kelapa-sawit/ http://www.agricoputra.com/201 5/04/berbagai-manfaat-kelapasawit.html http://www.gapki.or.id/Page/Pr essRelease# Tabel 5. Alamat Website Di Internet yang Menyajikan Keburukan Industri Kelapa Sawit No. Judul Tulisan Alamat Website Pada Tabel 3 dapat membuktikan bahwa kerugian yang ditimbulkan akibat pencucian pupuk anorganik tidak hanya dari aspek lingkungan tetapi juga dari aspek materi (Rp). Jumlah kerugian akibat pencucian pupuk anorganik N, P, dan K masingmasingnya adalah Rp 393.266.822.605,80, Rp 67.029.340.792,70, dan Rp 246.150.016.398,00. Sehingga total kerugian yang ditimbulkan akibat pencucian pupuk anorganik dari tanaman sawit di Provinsi Sumatera Barat selama tahun 2014 mencapai Rp 706.446.179.796,50. Sayangnya total kerugian akibat pencucian pupuk 1 2 anorganik ini tidak berupa uang tunai melainkan dalam bentuk pupuk anorganik yang terbuang dan terbawa oleh erosi dan run off. Kerugian 3 materi akibat pencucian pupuk anorganik ini dapat dihitung berdasarkan berapa jumlah pupuk anorganik yang terbuang dan berapa harga jual dari pupuk anorganik tersebut. Perhitungan kerugian akibat pencucian pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat ini dilakukan dengan sangat sederhana dan tidak secara detail. 4 5 48 Karena kelapa sawit, hutanku makin sakit Dampak pembangunan pabrik kelapa sawit Dampak ekologi dan lingkungan akibat perkebunan sawit skala besar Dampak sosial dari kelapa sawit di Borneo Kontroversi industri kelapa sawit dan berbagai http://www.kompasiana.com/w ardhanahendra/karena-kelapasawit-hutanku-makinsakit_54f84017a33311cf5d8b4a25 http://asyerex.blogspot.com/201 3/01/dampak-pembangunanpabrik-kelapa-sawit.html https://adekrawie.wordpress.co m/2007/07/27/dampak-ekologidan-lingkungan-akibatperkebunan-sawit-skala-besar/ http://world.mongabay.com/ind onesian/borneo-sawit.html http://yatnodoank.blogspot.com /2011/01/kontroversi-industri- Desra A. / Jurnal nasional Ecopedon Vol. 2 No. 2 (2015) 46-49 permasalahannya dan K yang terbuang akibat pencucian pada tanaman kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 mencapai angka 180.149.712,60 kg. Sedangkan total kerugiannya sebanyak Rp kelapa-sawit-dan.html Dampak negatif dari pencucian pupuk anorganik dari tanaman kelapa sawit ini dalam jangka panjang akan menimbulkan efek berantai bagi lingkungan dan masyarakat. Mulai dari kematian ikan di sungai dan laut sampai adanya generasi muda yang terancam kebodohan karena kemiskinan akibat sungai dan laut mereka tercemar seperti pada gambar di bawah ini. 706.446.179.796,50. Diharapkan pemerintah dan perusahaan menjalankan kerjasama untuk menaggulangi kerusakan lingkungan, tdak hanya memikirkan keuntunga semata tetapi juga harus memikirkan dampak lingkungan dimasa yang akan datang. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kerugian lingkungan tersebut adalah dengan memperbaiki penentuan batas wilayah tanam yang boleh di tanami kelapa kelapa sawit dan tidak menebang hutan lindung agar pupuk anorganik yang tidak dapat terserap oleh tanaman kelapa sawit dapat ditahan oleh hutan lindung sehingga tidak langsung terbawa ke sungai dan laut yang ada di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Gambar 4. Kematian Ikan Akibat Pencemaran Sungai dan Laut. 5. Ucapan Terimakasih Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan judul “Taksiran Kerugian Lingkungan Akibat Pencucian Pupuk Anorganik dari Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Barat”. Penulis juga mengucapkan Terimakasih kepada Bapak Aflizar Ph.D yang telah membagi ilmu tentang kesesuaian lahan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari Program Studi Manajemen Produksi Pertanian semester 6 angkatan 2012 yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Mela Febrianti, Fitri Hidayani dan Lusi Erika Cintya selaku teman dekat penulis yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis selama pembuatan jurnal ini. Sumber: Aflizar, 2015 Gambar 5. Generasi Muda yang Terancam Kebodohan karena Kemiskinan Akibat Sungai dan Laut Tercemar. Daftar Pustaka [1] Aflizar. 2015. Bahan Kuliah Kesesuain Lahan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. [2] http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsarealprodvitas-bun.pdf (6 Juni 2015) [3] http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodity.p hp?ic=2 (6 Juni 2015) [4] http://ditjenbun.pertanian.go.id/setditjenbun/berita-238pertumbuhan-areal-kelapa-sawit-meningkat.html(6 Juni 2015) [5] http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/rekom endasi.pdf (6 Juni 2015) [6] http://ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2009/06/16-Pupuk-danPemupukan.pdf (13 Juni 2015) [7] http://digilib.unila.ac.id/4777/14/BAB%20I.pdf (13 Juni 2015) [8] http://www.pupukkaltim.com (13 Juni 2015) Sumber: Aflizar, 2015 4. Kesimpulan dan Saran Penyebab tercucinya pupuk anorganik adalah akibat dari kesalahan dalam penentuan batas wilayah tanam yang boleh ditanami kelapa kelapa sawit, sehingga pupuk anorganik yang tidak dapat terserap oleh tanaman langsung tercuci dan terbawa oleh erosi dan run off ke sungai bahkan sampai ke laut. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menimbulkan efek berantai bagi lingkungan, masyarakat, dan Negara. Mulai dari berkurangnya populasi ikan di sungai dan laut, berkurangnya pendapatan nelayan sehingga perekonomian keluarganya berada dibawah garis kemiskinan. Apabila nelayan berada dibawah garis kemiskinan maka anak-anak nelayan tersebut tidak bisa sekolah dan menjadi bodoh, kesehatanya juga terganggu akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari sungai dan laut yang telah tercemar akbat pencucian pupuk anorganik, sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang terbelakang dan lemah. Total pupuk anorganik N, P, 49