BAB 2 Perkembangan Pasar Modal Indonesia I. Masa Sebelum Krisis 1998 Pasar modal Indonesia mengalami perjalanan pasang surut sejak awal dikembangkan. Pertumbuhan pasar modal Tanah Air tidak hanya dipengaruhi faktor internal, tetapi juga kondisi eksternal perekonomian dunia. Untuk mengetahui apa penyebab naik turunnya perdagangan saham, catatan pasang surut pasar modal bisa jadi informasi menarik. Perdagangan saham di masa Orde Baru mulai berkembang pesat pada tahun 1989, sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan No.1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan kesempatan untuk memiliki saham perusahaan di Indonesia sampai batas maksimum 49 persen di pasar perdana, maupun 49 persen saham yang tercatat di bursa efek dan bursa parallel (ketika itu ada Bursa Efek Jakarta, yang diselenggarakan oleh Bapepam, dan Bursa Parallel Indonesia).Pada tahun 1989, tercatat 37 perusahaan go public yang sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Momentum bersejarah terjadi pada tahun 1995, ketika pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Pada 1995 itu mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System) yang merupakan sistem perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis mencocokkan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan papan tulis sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Sejak menggunakan JATS, aktivitas perdagangan saham pun meningkat tajam dilihat dari volume dan nilai transaksi yang terjadi setiap hari. Perdagangan saham memasuki era scriptless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan saham) di periode 2000. Lalu seiring kemajuan teknologi, bursa menerapkan sistem remote trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh. Para pialang saham tidak perlu datang ke lantai bursa untuk memasukkan order jual dan beli, order dapat dilakukan dari kantor pialang. Bursa efek di Indonesia juga mengalami fase-fase restrukturisasi, pada tanggal 24 Juli 1995, BES merger dengan Bursa Paralel Indonesia -Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek, yaitu BES dan BEJ. Kemudian, pada 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya bergabung ke dalam Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). II. Masa selama dan pasca Krisis Moneter 1998 1. Masa Krisis Agustus 1997 s/d September 1998 Krisis moneter ditandai tekanan terhadap keseimbangan eksternal yakni kewajiban utang luar negeri yang tidak dapat diimbangi oleh cadangan devisa : Utang Luar Negeri 120 milyar dolar US.Cadangan devisa 20 milyar dolar US,Inflasi 78%.Pertumbuhan PDB berkontraksi (minus) 13,7%.Kurs terjun 12 bebas dari USD $.1 Rp. 2.300 menjadi rata-rata Rp.10.000 per-dolar (tertinggi US$1=Rp. 14.000) a. Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara – negaraAsia, khususnya Thailand, Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina, termasuk Indonesia. b. Pada tanggal 23 Desember 1997, KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) didirikan dan memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) 2. Masa Penyembuhan (Mulai Oktober 1998-Desember 2002) a. Pada tanggal 1 Juni 1998, Perseroan mendapat izin usaha sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep26/PM/1998. b. Pada 5 Oktober 1998 IHSG Mulai mengalami peningkatan bernilai 311,96 poin. c. Pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal di Indonesia, KSEI merupakan salah satu Organisasi Regulator Mandiri atau Self Regulatory Organization (SRO), bersama dengan Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan. d. Pada 14 Juni 1999 IHSG mencapai Nilai tertinggi dengan nilai 707,88 poin. e. Pada tahun 2000 dengan diterapkannya Scripless Trading atau perdagangan tanpa warkat, KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan meluncurkan e-CLEARS® pada Juli 2000. f. Pada tanggal 16 April 2001 IHSG Mengalami masa mendebarkan IHSG turun hingga sampai 365,82 poin dan mengalami turun kembali pada 23 Desember 2002 yaitu hanya 420,90 poin. 3. Masa Kebangkitan Kembali (2003-Januari 2008) Pada tahun 2004 Pasar Modal mengalami masa kebangkitan yang signifikan, IHSG sudah menembus level 1000 poin. Kenaikan IHSG sejak tahun 2003 sampai akhir tahun 2007 meningkat lebih dari 470%. Pada periode ini pasar modal Indonesia berada dalam kondisi yang baik dan merupakan pasar m odal yang paling berkembang didunia. 4. Masa Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Pada 30 Oktober 2007, Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. III. Masa Krisis Global (Mulai Akhir Januari 2008) 1. Pada tahun 2008 terjadi krisis subprime morgage di Amerika Serikat, seluruh dunia terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar, Lehman Brothers, akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat bursa saham global terguncang. Di Indonesia, 8 Oktober 2008 pukul 11.05 WIB, BEI melakukan suspend atau penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum pernah terjadi dalam sejarah lantai bursa di Indonesia, 13 2 3 4 5 6 7 8 setelah Rusia sebelumnya juga melakukan hal yang sama. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam. Krisis moneter tahun 2008 berbeda dengan krisis moneter 1998.Terjadi karena meletusnya gelembung ekonomi dan finansial (economic and Financial bubles) di Amerika Serikat.Menyebabkan Bursa Efek amat tepukul karena emiten (perusahan yang menjual sahamnya dibursa ) mengalami tekanan panik jual (panic selling).Harga saham dan Kinerja Perusahaanmenurun.Perumbuhan ekonomi AS melambat menjadi,285% tahun 2009 dan minus( -2,67 %) pada tahun 2010. Krisis moneter di Amerika Serikat kali ini menimbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Dampak kelanjutannya Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia. Di AS, setelah melihat bursa saham Wall Street terus melorot, akhirnya kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan (troubled asset recovery program - TARP) senilai US$ 700 miliar yang diajukan oleh pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah dan kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak memiliki sense of crisis. Dengan krisis subprime morgage di Amerika Serikat, seluruh dunia terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar, Lehman Brothers, akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat bursa saham global terguncang. Diawal kejadian, Bursa saham Eropa melemah hingga 5 persen pada perdagangan siang hari. Di London, harga saham grup perbankan HBOS jatuh hingga 20,2 persen. Di Jerman, Commerrzbank anjlok 11,7 persen dan Deutsche Bank jatuh 8,24 persen. Dow Jones Industrial Average (DJIA) tumbang 2,53 persen beberapa saat setelah pembukaan pasar. Di Indonesia, pada tanggal 28 oktober 2008 nilai IHSG turun sampai titik terendah yakni pada level 1089,34 yang mengikis habis indeks saham dari level tertinggi 2838,476, 8 Oktober jam 11.05 WIB Bursa Efek Indonesia melakukan suspend, penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum pernah terjadi dalam sejarah lantai bursa di Indonesia, setelah Rusia sebelumnya juga melakukan hal yang sama. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sempat anjlok hingga ke 1.111 . Pertumbuhan PDB hampir semua emerging markets (Negara –negara berkembang) mengalami pertumbuhan Negatif Perekonomian Indonesia tidak terpengaruh dimana PDB pasitif 4,5% termasuk tiga Negara PDB terbesar tahun 2009 setelah CINA dan INDIA.Karena bersamaan dengan itu Harga komoditas premier (Batubara,Timah ,Kelapa sawit) dipasar dunia naik Penyebbanya kombinasi antara (1) Penomena kelas menengah(2).Harga Komoditas premier yang tinggi serta (3)Rendahnya eksposur perbankan dalam derivatif global saat itun telah menyelamatkan Indonesia dari krisis. 14 Pengaruh Krisis Keuangan diAmerika tahun 2008/2009 bagi Indonesia tidak separah pada Negara lain di ASEAN .Pertumbuhan PDB Indonesia posistif 4,58% sedang Negara lain menunjukan pertumbuhan negative kecuali Filipina positif 1,15%.Indonesia termasuk tiga Negara didunia yang pertumbuhan terbaik selain India dan Cina masing –masing 9,1 % dan 9,2 % selama krisis keuangan Amerika Hal ini karena export Indonesia tidak hanya keAmerika tetapi tersebar ke Cina,Timur Tengah dan Eropah dalam bentuk produk petanian dan pertambangan sedikit dalam produk industri. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2010 setelah krisis keuangan Amerika sebesar 6,1% sebagimana disajikan dibawah ini PERKEMBANGAN PDB MENURUT BANK DUNIA NO NEGARA 1997 1998 2000 2009 2010 I. ASEAN 1. INDONESIA 4,7 % -13,13% 4,92 % 4,58 % 6,1 % 2. MALAYSIA 7,32 % -7,36 % 8,86 % -1,71 % 7,16 % 3. SINGAPURA 8,55 % -2,11 % 9,07 % -0,77 % 14,47 % 4. THAILAND -1,37 % -10,51% 4,70 % -2,33 % 7,8 % 5. FHILIPINA 5,19 % -0,58 % 4,41 % 1,15 % 7,63 % II. ASIA 6. JEPANG 1,56 % -2,05 % 2,86 % -6,29 % 5,12 % 7. 8. KOREA SELATAN CINA 4,65 % -6,85 % 8,49 % 0,32 % 6,16 % 9,3 % 7,8 % 8,4 % 9,2 % 10,3 % 4,05 % 6,19 % 4,03 % 9,1 % 9,72 % 4,51 % 4,4 % 4,17 % 2,85 % -2,67 % 9. INDIA III. AMERIKA 10. AMERIKA IV. EROPA 11. JERMAN 1,8 % 2,03 % 3,21 % -4,72 % 3,62 % 12. SWEDIA 2,71 % 4,2 % 4,45 % -5,33 % 5,54 % 13. ITALIA 1,87 % 1,4 % 3,69 % -5,22 % 1,33 % 14. KANADA 4,23 % 4,1 % 5,23 % -2,46 % 3,07 % 15. MEKSIKO 6,78 % 4,91 % 6,60 % -6,08 % 5,5 % 16. PRANCIS 2,8 % 3,38 % 3,68 % -2,73 % 1,48 % 17. TURKI 7,58 % 2,31 % 6,77 % -4,83 % 8,95 % 18. RUSIA 1,4 % -5,3 % 10 % -7,81 % 4,03 % 19. BELANDA 4,28 % Sumber :Diolah dari Data Bank Dunia 3,92 % 3,94 % -3,92 % 1,77 % 9. Pada Maret 2009, Bursa Efek Indonesia mengenalkan sistem perdagangan baru JATS Next-G. 10. Tahun 2010 merupakan salah satu tahun keemasan dari Bursa Efek Indonesia. IHSG mencatatkan pertumbuhan terbaik di Asia Pasifik. Indonesia juga termasuk pengelola pasar modal terbaik nomor 3 (tiga ) dunia tercermin Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dimana : 15 a. b. c. d. Pada Penutupan Desember 2010 sebesar 3.703,5 menjadi 3821,9 pada penutupan Desember 2011 Kapitalisasi Bursa Efek mengalami kenaikan Rp. 3.247,1 triliun menjadi Rp 3.518,6 triliun. Perusahaan yang masuk pasar modal dari 515 naik menjadi 534 Perusahaan yang mengeluarkan obligsi dari 188 naik menjadi 197 11. Tahun 2011 MENINGKATNYA CREDIT RATING Indonesia rating Internasional dimana : a. b. c. Fitch naik Moody’s naik Jcra : : : mrt lembaga BB+ menjadi BBB Ba1 menjadi Baa3 BBB- Kategori “Investment Grade” Penghargaan dari lembaga pemeringkat International FitchRatings terhadap Indonesia dimana berhak menyandang Investment grade atau Negara yang dinilai layak Investasi Sehingga investor luar (Jepang,Cina ,India, Korsel termasuk Negara Timur Tengah ) lebih percaya dan mengalihkan Investasinya ke Indonesia . Perkembangan Posisi hutang Indonesia 2008-2012 dibawah ini IV. KRISIS KEUANGAN EROPAH 2012 Tahun 2012, Krisis keuangan kembali mencoba menghantui pasar modal dunia. Indikasi default atau tidak mampu membayar atas obligasi yang diterbitkan oleh beberapa pemerintah Eropa membuat kepanikan bagi para investor. Negara yang terancam krisis pada waktu itu adalah Yunani, Spanyol, Italia dan Portugal. IHSG masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik walaupun dihimpit oleh berita tersebut. Bahaya “negroflasi” Dunia (negative growth dan inflation): lebih bahaya dari “stagflasi” (stagnasi dan inflasi):Konsumsi turun, ekspor turun, dan investasi turun disertai oleh “cost-push inflation” atau Permintan agregat turun.Resesi global Eropa pertumbuhan ekonomi dunia rendah: Penngaruhnya bagi Indonesia adalah a. Ekspor terpuruk : b. komoditas turun 2010 – 2011 (1% - 67%) c. Daerah komoditas menjerit (17-36%): Dampak langsung dari potensi goncangan perekonomian Eropa yang terjadi saat ini kembali menggoncang pasar finansial Indonesia dengan melemahnya IHSG hingga 3654,58 pada 4 Juni 2012 padahal IHSG sempat menyentuh level 4224 pada 3 Mei 2012. Kurs Rupiah terhadap USD pada awal tahun 2012 senilai 9090 dan terdepresiasi ke level 9615 pada 31 Mei 2012 Namun menurut penulis seharusnya Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena fundamental perekonomian Indonesia yang kuat tetap menjadi daya tarik yang 16 menarik. Guncangan memang akan tetap ada namun dalam jangka panjang pasar akan kembali rasional. Saat ini peranan eksport terhadap GDP hanya 10% sehingga perlambatan perekonomian global seharusnya tidak akan terlalu mempengaruhi sektor riil, GDP Indonesia didominasi oleh besarnya konsumsi domestik dan karena itulah perekonomian Indonesia seharusnya lebih imun terhadap perlambatan perekonomian Eropa. Inflasi yang masih di dalam kendali, suku bunga yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio hutang terhadap GDP yang rendah yaitu 26% dan defisit APBN yang rendah yaitu kurang dari 3%, data keuangan emiten yang menunjukan keuntungan yang terus bertumbuh disertai pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat saat ini. Jika dibandingkan pada tahun 2008 cadangan devisa Indonesia sebesar USD 52 miliar tentu saat ini Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk melakukan intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D karena saat ini pada 31 Mei 2012 tercatat jumlah cadangan devisa Bank Indonesia telah mencapai lebih USD 111 miliar. Intervensi yang dilakukan saat ini tidak hanya dengan menjual Dollar dan buyback obligasi yang dilikuidasi, namun Bank Indonesia juga telah menerbitkan instrument term deposit berdenominasi dollar untuk menstabilkan kurs Rupiah dan kewajiban menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam sistem perbankan nasional. Karena itu seharusnya Indonesia lebih percaya diri saat ini untuk mengahadapi perlambatan ekonomi global jika dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun ini Indonesia juga telah memperoleh rating investment grade dari Moodys dan Fitch sehingga kredibilitas Indonesia semakin terdongkrak ditengah lesunya perekonomian global. Penulis optimis perekonomian Indonesia akan tetap kuat menghadapi berbagai tantangan perekonomian. Tahun 2013, Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut memecahkan rekor harga tertingginya. Namun sedikit terganggu dengan kondisi negara Syprus di Eropa yang dianggap berpotensi krisis. Pada tahun ini pula jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan dan Bapepam LK telah melebur menjadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Kendati sepanjang 2013 ada penurunan cadangan devisa, hal tersebut dapat dipahami karena memang terjadi aliran dana keluar (capital outflow) dan juga permintaan valas dalam jumlah besar yang mengakibatkan pengurangan jumlah cadangan devisa. "Bahwa ketika ada inflow (aliran dana masuk) yang besar selama tiga sampai empat tahun terakhir, cadangan devisa kita juga meningkat. Kalau seandainya ada capital outflow karena ada isu pengurangan stimulus moneter di AS, cadangan devisa kita jadi agak turun," ujarnya. Agus mengatakan, baru-baru ini. cadangan devisa sudah kembali mengalami peningkatan dari US$92 miliar menjadi US$95 miliar, yang jumlah tersebut sudah memenuhi lebih dari lima bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri 17 IKHTISAR 1. Kondisi Bursa Efek TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TAHUN 2016 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER 2. TERENDAH 1.838,32 1.089,34 3.703,50 3.654,58 TERTINGGI 2.748,00 2.838,40 1.511,34 3.703,50 3.821,90 4.224,00 5.113,00 TERENDAH TERTINGGI Kondisi Nilai Tukar (Kurs) 1. Sebelum Krisis US $. 1 Rp. 2000 –Rp. 2.300 2. Krisis Tahun 1998 Kurs terjun bebas dari US $.1 Rp. 2300 menjadi ratarata Rp.10.000/dolar (tertinggi US$1=Rp 16.650). 3. Krisis 2008 Kurs Rupiah melemah terhadap U$D sepanjang tahun sebesar 19,10% dari Rp9.433 ke level Rp. 11.235 pada akhir tahun 2008 4. Krisis 2012 Kurs Rupiah terhadap USD.1 pada awal tahun senilai Rp. 9.090 dan terdepresiasi ke level Rp. 9.615 pada 31 Mei 2012 5. Tahun 2013, USD.1 =Rp. 6. Tahun 2014, USD. 1 =Rp 12.600 (tertinggi) (Rp 12.331-12.938) Per 15 Des 2014 Kompas 19/12 -2014 Pelemahan Nilai tukar karena: 1.) Faktor Internal DN 2.) Faktor eksternal : a. Turun harga minyak dunia (Usd 100 ke Usd 60) b. Menguatnya Ekonomi Amerika serikat c. The fed akan menaikan tingkat bunga 18 2015 Terendah 2016 Januari Februari Maret April Mei Juni 3. Tertinngi Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. September Rp. Rp. Rp. Juli Agustus Rp. Oktober Nopember Desember Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Tingkat Inflasi Indonesia Sebelum Krisis 1998 Krisis 1998 tingkat inflasi Indonesia 78 % Krisis2008 : ? Krisis2012 : ? Tahun2013 : ? Tahun2014 : ? Tahun2015 : ? Tahun2016 : ? 4. Cadangan Devisa Krisis 1998 20 milyar dolar US Krisis tahun 2008 cadangan devisa Indonesia stercatat sebesar USD 52 miliar (Cadangan devisa Bank Indonesia pun terkuras dari USD 55,9 miliar menjadi USD 51,6 miliar pada akhir tahun 2008) Krisis tahun 2012 tercatat cadangan devisa Bank Indonesia mencapai lTahun 2013 cadangan devisa mengalami peningkatan dari US$92 menjadi US$95 miliar Tahun2014 ........................................ ? Tahun2015 ........................................ ? Tahun2016 ........................................ ? (Sehingga Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk melakukan intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D) Fundamental Ekonomi akhir tahun 2014 jauh lebih bagus dibandingkan menjelang tahun 1998:Inflasi,,cadangan devisa ,Utang luar negeri tidak dilindung nilai (hedging).HANYA Defisit Neraca Perdagagan ( ekspor – impor) 2013 : USD 29 milyar, 2014 : USD 25 milyar 19 VI PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI Series 2 Series 3 4,232.70 3,522 3,534 2,986.36 2.710,50 2,242.65 1,303.62 706.19 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 VII. PERKEMBANGAN PDB DUNIA 2010-2016 NO I 1 2 3 4 5 II 6 7 8 9 III 10 1V 11 12 13 14 15 16 17 18 19 NEGARA ASEAN INDONESIA MALAYSIA SINGAPURA THAILAND FHILIPINA ASIA JEPANG KOREA SELATAN CINA HINDIA AMERIKA AMERIKA EROPA JERMAN SWEDIA ITALIA KANADA MEKSIKO PRANCIS TURKI RUSIA BELANDA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 6,1% 7,16% 14,47% 7,8% 7,63% 6.5% 5,1% 5,2% 0,5% 3,9% 6.2% 5,6% 4,2% 6,5% 6,8% 5.8% 4,7% 2,4% 6,5% 7,2% 2,6% 5,2% 3,3% 4,9% 3,3% 4,9% 5,12% 6,16% 0,6% 3,6% 1,5% 2,0% 1,7% 2,8% 1,7% 1,1% 10.3% 9,72% 9.2% 7,8% 7.4% 7,7% 7.7% 4,4% 7,5% 5,3% 7,5% 6,4% -2,67% 1,8% 0,5% 1,9% 2,8% 3,0% 3,62% 5,54% 1,33% 3,07% 5,5% 1,48% 8,95% 4,03% 1,77% 3,1% 0,9% 1,4% 0,4% 2,6% 3,9% 1,7% 8,5% 4,3% -2,4% 1,7% 3,9% -0,3% 2,2% 3,4% -1,9% 2,0% 1,1% 0,2% 4,2% 1,3% 20 Self - Study 1. Proses keputusan investasi merupakan suatu proses keputusan yangberkesinambungan (on going process). Sebut dan jelaskan lima tahap keputusan investasi? 2. Perkembangan minat investasi sangat di pengaruhi kondisi makro ekonomi, jelaskan ? (DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT) Manajemen Investasi Tugas Bahan Bacaan (Reading Assignment ) ============================================== Perkembangan perekonomian dunia dan pengaruh investasi di Indonesia Manajemen Keuangan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak dari teknologi informasi.Produk-produk keuangan bermunculan sebagai sebagai tanggapan terhadap mudah berubahnya harga dan Nilai tukar mata uang termasuk mata uang asing .Tingginya tingkat perubahan tersebut mengakibatkan resiko yang dihadapi oleh perusahaan juga semakin besar. Sementara itu perkembfangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat fundamental dibidang manajemen keuangan.Jika beberapa tahun yang lalu pimpinan puncak ( top managemnt) hanya dapat mengevaluasi kinerja perusahaan pertriwulan /kuartalan /semesteran/tahunan,tetapi pada saat ini dengan kemajuan teknologi Informasikinerja perusahaan dapat dievaluasi setiap hari dan setiap saat.Kondisi demikian memaksa perusahaan untuk berlomba dibidang teknologi informasi agar dapat mengatasi persaingan antar perusahaan . Dalam Era-Globalisasi dunia semakin bersatu dimana dalam perdagangan International tidak dikenal lagi batas negara,pasar modal semakin terintegrasi dengan berdirinya blok –blok ekonomi yang baru sebagaai Upaya mempertahankan dan melindungi industri dalam seperti AFTA,AFTA+CHINA (CAFTA),NAFTA,APEC Dengan adanya teknologi informasi usaha dapat dikendalikan dari desa yang terpencil produknya dapat dipasarkan keseluruh dunia melalaui internet yang biasa dikenal dengan E-COMMERCE Sistem pembayaran juga semakin cepat dan efisien dengan menggunakan PHONE BANKING,Dana dan modal pindah tempatdari satu negara ke negara lain secepat kita menekan tombol keyboard computer pribadi dirumah.Gejala 21 ini mendorong seorang Pimpinan/manager Keuangan untuk lebih kreatif dan hati-hati dalam pengeloloan keuangan Perusahaan Perkembangan lain adalah efesiensi pasar modal mengalami perbaikan dan investor semakain pintar .Pasar modal yang efesien dapat digunakan sebagai alternatif untuk lebih mendesiplinkan pimpinan/manager perusahaan .Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:136) invesatasi merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi karena investasi dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam meningkatkan proses produksi. Investasi merupakan langkah awal mengorbankan konsumsi untuk memperbesar konsumsi di masa yang akan datang. Selain itu, mendorong terjadinya akumulasi modal. Menurut Suparmoko dan Irawan (2002: 262) ada beberapa cara untuk meningkatkan investasi, diantaranya yaitu: (1) meningkatkan tabungan dengan mengurangi konsumsi, (2) pemerintah menjual obligasi dengan bunga menarik sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya, (3) pembatasan impor barang barang konsumsi bila memungkinkan membatasai barang barang kapital agar ada inovasi di dalam negeri, (4) mengadakan pinjaman luar negeri, (5) memperluas sektor perdagangan luar negeri dengan menaikkan “terms of trade” (Mardalena, 2009). A.Investasi Dunia paska krisis Amerika SerikatKrisis moneter di Amerika Serikat kali ini menumbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.Di AS, setelah melihat bursa saham Wall Street terus melorot, akhirnya kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan (troubled asset recovery program - TARP) senilai US$ 700 miliar yang diajukan oleh pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah dan kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak memiliki sense of crisis. Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya memengaruhi investor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang terjadi adalah sektor perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan enggan meminjamkan dolarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk memberi pinjaman ke para pengusaha dunia yang membutuhkan dolar untuk investasinya (untuk impor mesin, bahan baku, dan sebagainya), termasuk di Indonesia. Kita sudah tahu bahwa dolar AS merupakan mata uang inti dalam dunia usaha. Akibatnya, walaupun suku bunga bank sentral AS (atau Fed Funds Target Rate) 22 sampai diturunkan ke 1,5%, suku bunga London Inter-Bank Offer Rate(LIBOR), sebagai patokan suku bunga yang digunakan oleh pelaku ekonomi, melonjak tajam. Masalah rumit yang terjadi sekarang, macetnya sistem pembayaran dan penyaluran kredit global sebagai ‘oksigen untuk napasnya dunia bisnis’. Suku bunga bank sentral bisa rendah, tetapi suku bunga kredit untuk pelaku bisnis, kalaupun bisa dapat pinjaman, sangat tinggi karena perbankan ketakutan meminjamkan dananya. Menurut para ahli ekonomi, sebenarnya hal itu merupakan bahaya sektor perbankan global. Jadi, bukan anjloknya pasar saham, yang sebetulnya bisa melumpuhkan pertumbuhan ekonomi dunia secara perlahan. Akhirnya, bank sentral dunia mengerti betapa pentingnya melakukan kebijakan yang terkoordinasi. Tujuh bank sentral (termasuk US Federal Reserve, European Central Bank, Bank of England dan Bank of Canada) akhirnya memangkas suku bunganya 0,5%. Ini merupakan yang pertama kalinya kebijakan suku bunga bank sentral dilakukan secara bersamaan dalam skala yang besar. Terjadi di tahun 2008 ini. Hal lain yang dilakukan adalah kebijakan terkoordinasi bank sentral dan pemerintah dunia selebihnya harus ditujukan untuk memenuhi tiga sasaran. Pertama, memulihkan kembali sistem perbankan dan pembayaran global yang lumpuh agar sirkulasi dana internasional bisa normal kembali – dan bank bisa memberi kredit lagi. Kedua, mengeluarkan aset bermasalah (terutama surat utang KPR subprime) dari perbankan AS dan memperbesar modal perbankan agar lebih bisa memberi kredit dalam jumlah yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketiga, bank sentral dunia harus berani terus menurunkan suku bunga (untuk membantu meringankan bunga kredit) dan, yang lebih penting, pemerintah harus memperbesar belanjanya untuk pembangunan infrastruktur dan memberi stimulus ekonomi – karena investor swasta enggan berinvestasi dalam krisis likuiditas. Kebijakan di atas bisa berhasil, bisa juga gagal. Hal tersebut beralasan karena kebijakan ekonomi berskala global belum pernah dilakukan dalam sejarah, tetapi risiko terjadinya resesi ekonomi dunia yang parah akan lebih besar kalau bank sentral dan pemerintah dunia tidak melakukan apa-apa. Kalau berhasil, kapan hasilnya akan kelihatan? Paling cepat dua tahun. Artinya, resesi ekonomi AS dan Eropa akan lebih parah (sementara pertumbuhan ekonomi dunia melambat) pada 2009, sebelum pulih pada 2010. Kenapa? Karena titik terburuk ekonomi AS dan Eropa belum tercapai: misalnya, turunnya harga properti AS (pemicu krisis subprime) belum berakhir (jumlah rumah yang belum terjual masih terlalu banyak), pabrik masih melakukan PHK masal dan masih banyak bank yang harus bangkrut. 23 Selain itu, dampak stimulus kebijakan moneter dan fiskal memang makan waktu lebih dari satu tahun. Kalau ekonomi dunia baru pulih 2010, kapan pasar saham global pulih? Paling cepat semester 1, 2009, karena pasar saham biasanya menguat 6-9 bulan sebelum sektor riil ekonomi pulih B.Pengaruh investasi di Indonesia paska krisis mone Menteri Perindustrian, Mohammad Suleman Hidayat, mengatakan Indonesia akan mengandalkan investasi untuk menggenjot perekonomian menyusul melemahnya nilai tukar rupiah dan turunnya indeks bursa saham. "Jadi kebijakan-kebijakan kita untuk sementara kan kalau perdagangan kurang, maka bargaining kita investasi harus masuk," katanya di Istana Negara, Rabu, 21 Agustus 2013.Menurut dia, beberapa sektor industri akan menjadi andalan untuk menggenjot investasi yaitu sektor pertambangan, agrobisnis, petrokimia, dan logam dasar. Dalam dua hari mendatang, pemerintah akan menyiapkan paket stimulus yang salah satunya untuk memicu investasi agar Indonesia bisa mencegah terseret dalam krisis menyusul pelemahan rupiah dan penurunan bursa saham. Hidayat mengatakan paket kebijakan stimulus berfokus untuk melakukan relaksasi pada aturan-aturan investasi yang selama ini dianggap terlalu ketat bagi pelaku usaha."Intinya ada relaksasi pada aturan-aturan yang selama ini dianggap berlebihan," katanya. Ia mencontohkan nantinya di bidang perizinan di sektor migas, seluruh aturan yang memberatkan akan dipangkas. "Perizinan di bidang migas akan dipotong habis selain itu juga di sektor mineral."Program stimulus investasi lain, kata Hidayat, adalah pemerintah akan mengeluarkan aturan perpajakan yang bisa memberikan keringanan untuk pengusaha. Sebelumnya, Hidayat pernah menyingung mengenai pemberian insentif pajak bagi industri padat karya untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja.Hidayat optimis bahwa investor asing masih tetap menggelontorkan dananya ke Indonesia. Pelemahan rupiah dan potensi perlambatan ekonomi,kata dia, dinilai investor sebagai kejadian yang terjadi sementara dan tidak akan mengancam ekonomi Indonesia dalam waktu panjang. "Saya masih melakukan groundbreaking proyek pelumas dengan investasi US$150 juta, artinya dalam situasi seperti ini, para investor menilai instabilitas hanya untuk sementara," katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini menggelar rapat ekonomi di Istana Negara menyusul terus melemahnya nilai rupiah dan penurunan indeks harga saham. Dalam rapat tersebut, pemerintah akan menyiapkan paket kebijakan dan akan diluncurkan pada Jumat nanti. Paket kebijakan tersebut diharapkan dapat meminimalkan dampak krisis global pada ekonomi Indonesia sehingga jika terjadi perlambatan, penurunan pertumbuhan ekonomi tidak sampai drastis dari target 6,3 persen. Pengaruh investasi Indonesia paska krisis zona euro Indonesia memiliki pengalaman yang sangat berharga saat melalui goncangangoncangan eksternal seperti tahun 2008 ketika Amerika mengalami krisis subrime mortgage. Meskipun goncangan tersebut tidak begitu terasa di sektor riil namun pasar financial Indonesia cukup tergoncang ketika krisis tersebut semakin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Kurs Rupiah melemah terhadap U$D sepanjang tahun 2008 sebesar 19,10% dari Rp9.433 ke level Rp11.235 24 pada akhir tahun 2008. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun bebas 50,35% dari 2731,35 ke level 1340,89 pada akhir tahun 2008. Cadangan devisa Bank Indonesia pun terkuras dari USD 55,9 miliar menjadi USD 51,6 miliar pada akhir tahun 2008 yang menunjukan kepanikan pasar terhadap krisis sehingga banyak modal asing yang mencari save haven yang lebih aman. Setelah rush yang terus berkelanjutan pada tahun 2008, hanya dalam waktu singkat pada tahun 2009 perekonomian Indonesia kembali pulih yang tampak dari menguatnya Rupiah terhadap U$D 16,82%, IHSG kembali menguat hingga 86,98% ke level 2518,99, cadangan devisa tampak kembali menggelembung hingga USD 66,1 miliar. Pulihnya Indonesia dalam periode yang relatif singkat menunjukan kuatnya fundamental perekonomian Indonesia sehingga meskipun dalam jangka pendek terjadi rush ekonomi namun pasar akan kembali rasional untuk kembali masuk ke Indonesia. Rush itu wajar karena banyak orang yang tidak berani mengambil risiko saat terjadi krisis ekonomi global, apalagi Indonesia saat itu belum memiliki rating kredit layak investasi dari lembaga pemeringkat internasional sehingga persepsi Indonesia masih sangat berisiko bagi para investor sebagai emerging market. 25 Saat ini penulis percaya krisis subprime mortgage telah memberikan pengalaman yang berharga bagi para regulator untuk menghadapi goncangangoncangan yang terjadi pada Eropa yang saat ini dapat dikatakan mengalami subprime debt yaitu krisis hutang yang mengancam kesatuan Eurozone atau European Union yang disebabkan besarnya hutang dari negara PIGS (Portugal, Ireland, Greece, and Spain). Setiap negara Eurozone saling terintegrasi dalam kebijakan moneter maupun fiskalnya sehingga jika salah satu dari negara-negara tersebut mengalami gagal bayar (default) berarti keseimbangan fiskal Eropa dapat mengalami kegoncangan dan mengancam zona Eropa secara keseluruhan. Dampak langsung dari potensi goncangan perekonomian Eropa yang terjadi saat ini kembali menggoncang pasar finansial Indonesia dengan melemahnya IHSG hingga 3654,58 pada 4 Juni 2012 padahal IHSG sempat menyentuh level 4224 pada 3 Mei 2012. Kurs Rupiah terhadap USD pada awal tahun 2012 senilai 9090 dan terdepresiasi ke level 9615 pada 31 Mei 2012 seiring kekhawatiran kawasan regional terhadap krisis hutang Yunani disertai hasil dari pemilu Yunani pada pertengahan Juni 2012 dan besarnya bantuan dana yang diminta pemerintah Spanyol untuk merekapitalisasi bank-bank Spanyol yang bermasalah sebesar 100 miliar Euro atau USD 125 miliar. Namun menurut penulis seharusnya Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena fundamental perekonomian Indonesia yang kuat tetap menjadi daya tarik yang menarik. Guncangan memang akan tetap ada namun dalam jangka panjang pasar akan kembali rasional. Saat ini peranan eksport terhadap GDP hanya 10% sehingga perlambatan perekonomian global seharusnya tidak akan terlalu mempengaruhi sektor riil, GDP Indonesia didominasi oleh besarnya konsumsi domestik dan karena itulah perekonomian Indonesia seharusnya lebih imun terhadap perlambatan perekonomian Eropa. Inflasi yang masih di dalam kendali, suku bunga yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio hutang terhadap GDP yang rendah yaiti 26% dan defisit APBN yang rendah yaitu kurang dari 3%, data keuangan emiten yang menunjukan keuntungan yang terus bertumbuh disertai pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat saat ini. Jika dibandingkan pada tahun 2008 cadangan devisa Indonesia sebesar USD 52 miliar tentu saat ini Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk melakukan intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D karena saat ini pada 31 Mei 2012 tercatat jumlah cadangan devisa Bank Indonesia telah mencapai lebih USD 111 miliar. Intervensi yang dilakukan saat ini tidak hanya dengan menjual Dollar dan buyback obligasi yang dilikuidasi, namun Bank Indonesia juga telah menerbitkan instrument term deposit berdenominasi dollar untuk menstabilkan kurs Rupiah dan kewajiban menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam sistem perbankan nasional. Karena itu seharusnya Indonesia lebih percaya diri saat ini untuk mengahadapi perlambatan ekonomi global jika dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun ini Indonesia juga telah memperoleh rating investment grade dari Moodys dan Fitch sehingga kredibilitas Indonesia semakin terdongkrak ditengah lesunya perekonomian global. Penulis optimis perekonomian Indonesia akan tetap kuat menghadapi berbagai tantangan perekonomian 26 Kondisi Cadangan Devisa Kendati sepanjang 2013 ada penurunan cadangan devisa, hal tersebut dapat dipahami karena memang terjadi aliran dana keluar (capital outflow) dan juga permintaan valas dalam jumlah besar yang mengakibatkan pengurangan jumlah cadangan devisa. "Bahwa ketika ada inflow (aliran dana masuk) yang besar selama tiga sampai empat tahun terakhir, cadangan devisa kita juga meningkat. Kalau seandainya ada capital outflow karena ada isu pengurangan stimulus moneter di AS, cadangan devisa kita jadi agak turun," ujarnya. Agus mengatakan, baru-baru ini cadangan devisa sudah kembali mengalami peningkatan dari US$92 miliar menjadi US$95 miliar, yang jumlah tersebut sudah memenuhi lebih dari lima bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri. 27