BAB 2 Perkembangan Pasar Modal Indonesia

advertisement
BAB 2
Perkembangan Pasar Modal Indonesia
I.
Masa Sebelum Krisis 1998
Pasar modal Indonesia mengalami perjalanan pasang surut sejak awal
dikembangkan. Pertumbuhan pasar modal Tanah Air tidak hanya dipengaruhi
faktor internal, tetapi juga kondisi eksternal perekonomian dunia. Untuk
mengetahui apa penyebab naik turunnya perdagangan saham, catatan pasang surut
pasar modal bisa jadi informasi menarik. Perdagangan saham di masa Orde Baru
mulai berkembang pesat pada tahun 1989, sejak diterbitkannya Keputusan Menteri
Keuangan No.1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan kesempatan untuk
memiliki saham perusahaan di Indonesia sampai batas maksimum 49 persen di
pasar perdana, maupun 49 persen saham yang tercatat di bursa efek dan bursa
parallel (ketika itu ada Bursa Efek Jakarta, yang diselenggarakan oleh Bapepam,
dan Bursa Parallel Indonesia).Pada tahun 1989, tercatat 37 perusahaan go public
yang sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Momentum bersejarah terjadi pada tahun 1995, ketika pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Pada 1995 itu mulai diberlakukan sistem JATS
(Jakarta Automatic Trading System) yang merupakan sistem perdagangan di lantai
bursa yang secara otomatis mencocokkan antara harga jual dan beli saham.
Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual yakni dengan
menggunakan papan tulis sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli
saham. Sejak menggunakan JATS, aktivitas perdagangan saham pun meningkat
tajam dilihat dari volume dan nilai transaksi yang terjadi setiap hari.
Perdagangan saham memasuki era scriptless trading, yaitu perdagangan
saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan saham) di periode 2000. Lalu seiring
kemajuan teknologi, bursa menerapkan sistem remote trading, yaitu sistem
perdagangan jarak jauh. Para pialang saham tidak perlu datang ke lantai bursa
untuk memasukkan order jual dan beli, order dapat dilakukan dari kantor pialang.
Bursa efek di Indonesia juga mengalami fase-fase restrukturisasi, pada tanggal 24
Juli 1995, BES merger dengan Bursa Paralel Indonesia -Indonesian Parallel Stock
Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek,
yaitu BES dan BEJ. Kemudian, pada 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya
bergabung ke dalam Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
II. Masa selama dan pasca Krisis Moneter 1998
1.
Masa Krisis Agustus 1997 s/d September 1998
Krisis moneter ditandai tekanan terhadap keseimbangan eksternal yakni
kewajiban utang luar negeri yang tidak dapat diimbangi oleh cadangan devisa :
Utang Luar Negeri 120 milyar dolar US.Cadangan devisa 20 milyar dolar
US,Inflasi 78%.Pertumbuhan PDB berkontraksi (minus) 13,7%.Kurs terjun
12
bebas dari USD $.1 Rp. 2.300 menjadi rata-rata Rp.10.000 per-dolar (tertinggi
US$1=Rp. 14.000)
a. Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara – negaraAsia, khususnya
Thailand, Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea
Selatan, dan Cina, termasuk Indonesia.
b. Pada tanggal 23 Desember 1997, KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia)
didirikan dan memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian (LPP)
2.
Masa Penyembuhan (Mulai Oktober 1998-Desember 2002)
a. Pada tanggal 1 Juni 1998, Perseroan mendapat izin usaha sebagai Lembaga
Kliring dan Penjaminan berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep26/PM/1998.
b. Pada 5 Oktober 1998 IHSG Mulai mengalami peningkatan bernilai 311,96
poin.
c. Pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal di
Indonesia, KSEI merupakan salah satu Organisasi Regulator Mandiri
atau Self Regulatory Organization (SRO), bersama dengan Bursa Efek dan
Lembaga Kliring dan Penjaminan.
d. Pada 14 Juni 1999 IHSG mencapai Nilai tertinggi dengan nilai 707,88 poin.
e. Pada tahun 2000 dengan diterapkannya Scripless Trading atau perdagangan
tanpa warkat, KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan meluncurkan
e-CLEARS® pada Juli 2000.
f. Pada tanggal 16 April 2001 IHSG Mengalami masa mendebarkan IHSG
turun hingga sampai 365,82 poin dan mengalami turun kembali pada 23
Desember 2002 yaitu hanya 420,90 poin.
3.
Masa Kebangkitan Kembali (2003-Januari 2008)
Pada tahun 2004 Pasar Modal mengalami masa kebangkitan yang signifikan,
IHSG sudah menembus level 1000 poin. Kenaikan IHSG sejak tahun 2003
sampai akhir tahun 2007 meningkat lebih dari 470%. Pada periode ini pasar
modal Indonesia berada dalam kondisi yang baik dan merupakan pasar m odal
yang paling berkembang didunia.
4. Masa Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada 30 Oktober 2007, Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa
Efek Surabaya dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
III. Masa Krisis Global (Mulai Akhir Januari 2008)
1.
Pada tahun 2008 terjadi krisis subprime morgage di Amerika Serikat, seluruh
dunia terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar,
Lehman Brothers, akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat
bursa saham global terguncang. Di Indonesia, 8 Oktober 2008 pukul 11.05
WIB, BEI melakukan suspend atau penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah
langkah yang belum pernah terjadi dalam sejarah lantai bursa di Indonesia,
13
2
3
4
5
6
7
8
setelah Rusia sebelumnya juga melakukan hal yang sama. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam.
Krisis moneter tahun 2008 berbeda dengan krisis moneter 1998.Terjadi karena
meletusnya gelembung ekonomi dan finansial (economic and Financial bubles)
di Amerika Serikat.Menyebabkan Bursa Efek amat tepukul karena emiten
(perusahan yang menjual sahamnya dibursa ) mengalami tekanan panik jual
(panic selling).Harga saham dan Kinerja Perusahaanmenurun.Perumbuhan
ekonomi AS melambat menjadi,285% tahun 2009 dan minus( -2,67 %) pada
tahun 2010.
Krisis moneter di Amerika Serikat kali ini menimbulkan dampak luar biasa
secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha
mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai
menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas.
Dampak kelanjutannya Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India
52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan
zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara
berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para
spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi
konsumsi energi dunia.
Di AS, setelah melihat bursa saham Wall Street terus melorot, akhirnya
kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan (troubled asset
recovery program - TARP) senilai US$ 700 miliar yang diajukan oleh
pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah dan
kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak memiliki sense
of crisis.
Dengan krisis subprime morgage di Amerika Serikat, seluruh dunia terkena
imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar, Lehman
Brothers, akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat bursa
saham global terguncang. Diawal kejadian, Bursa saham Eropa melemah
hingga 5 persen pada perdagangan siang hari. Di London, harga saham grup
perbankan HBOS jatuh hingga 20,2 persen. Di Jerman, Commerrzbank anjlok
11,7 persen dan Deutsche Bank jatuh 8,24 persen. Dow Jones Industrial
Average (DJIA) tumbang 2,53 persen beberapa saat setelah pembukaan pasar.
Di Indonesia, pada tanggal 28 oktober 2008 nilai IHSG turun sampai titik
terendah yakni pada level 1089,34 yang mengikis habis indeks saham dari level
tertinggi 2838,476, 8 Oktober jam 11.05 WIB Bursa Efek Indonesia melakukan
suspend, penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum
pernah terjadi dalam sejarah lantai bursa di Indonesia, setelah Rusia
sebelumnya juga melakukan hal yang sama. IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan) sempat anjlok hingga ke 1.111 .
Pertumbuhan PDB hampir semua emerging markets (Negara –negara
berkembang) mengalami pertumbuhan Negatif Perekonomian Indonesia tidak
terpengaruh dimana PDB pasitif 4,5% termasuk tiga Negara PDB terbesar
tahun 2009 setelah CINA dan INDIA.Karena bersamaan dengan itu Harga
komoditas premier (Batubara,Timah ,Kelapa sawit) dipasar dunia naik
Penyebbanya kombinasi antara (1) Penomena kelas menengah(2).Harga
Komoditas premier yang tinggi serta (3)Rendahnya eksposur perbankan dalam
derivatif global saat itun telah menyelamatkan Indonesia dari krisis.
14
Pengaruh Krisis Keuangan diAmerika tahun 2008/2009 bagi Indonesia tidak
separah pada Negara lain di ASEAN .Pertumbuhan PDB Indonesia posistif
4,58% sedang Negara lain menunjukan pertumbuhan negative kecuali Filipina
positif 1,15%.Indonesia termasuk tiga Negara didunia yang pertumbuhan
terbaik selain India dan Cina masing –masing 9,1 % dan 9,2 % selama krisis
keuangan Amerika Hal ini karena export Indonesia tidak hanya keAmerika
tetapi tersebar ke Cina,Timur Tengah dan Eropah dalam bentuk produk petanian
dan pertambangan sedikit dalam produk industri.
Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2010 setelah krisis keuangan Amerika
sebesar 6,1% sebagimana disajikan dibawah ini
PERKEMBANGAN PDB MENURUT BANK DUNIA
NO
NEGARA
1997
1998
2000
2009
2010
I.
ASEAN
1.
INDONESIA
4,7 %
-13,13%
4,92 %
4,58 %
6,1 %
2.
MALAYSIA
7,32 %
-7,36 %
8,86 %
-1,71 %
7,16 %
3.
SINGAPURA
8,55 %
-2,11 %
9,07 %
-0,77 %
14,47 %
4.
THAILAND
-1,37 %
-10,51%
4,70 %
-2,33 %
7,8 %
5.
FHILIPINA
5,19 %
-0,58 %
4,41 %
1,15 %
7,63 %
II.
ASIA
6.
JEPANG
1,56 %
-2,05 %
2,86 %
-6,29 %
5,12 %
7.
8.
KOREA SELATAN
CINA
4,65 %
-6,85 %
8,49 %
0,32 %
6,16 %
9,3 %
7,8 %
8,4 %
9,2 %
10,3 %
4,05 %
6,19 %
4,03 %
9,1 %
9,72 %
4,51 %
4,4 %
4,17 %
2,85 %
-2,67 %
9.
INDIA
III.
AMERIKA
10.
AMERIKA
IV.
EROPA
11.
JERMAN
1,8 %
2,03 %
3,21 %
-4,72 %
3,62 %
12.
SWEDIA
2,71 %
4,2 %
4,45 %
-5,33 %
5,54 %
13.
ITALIA
1,87 %
1,4 %
3,69 %
-5,22 %
1,33 %
14.
KANADA
4,23 %
4,1 %
5,23 %
-2,46 %
3,07 %
15.
MEKSIKO
6,78 %
4,91 %
6,60 %
-6,08 %
5,5 %
16.
PRANCIS
2,8 %
3,38 %
3,68 %
-2,73 %
1,48 %
17.
TURKI
7,58 %
2,31 %
6,77 %
-4,83 %
8,95 %
18.
RUSIA
1,4 %
-5,3 %
10 %
-7,81 %
4,03 %
19. BELANDA
4,28 %
Sumber :Diolah dari Data Bank Dunia
3,92 %
3,94 %
-3,92 %
1,77 %
9.
Pada Maret 2009, Bursa Efek Indonesia mengenalkan sistem perdagangan
baru JATS Next-G.
10. Tahun 2010 merupakan salah satu tahun keemasan dari Bursa Efek Indonesia.
IHSG mencatatkan pertumbuhan terbaik di Asia Pasifik. Indonesia juga
termasuk pengelola pasar modal terbaik nomor 3 (tiga ) dunia tercermin
Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dimana :
15
a.
b.
c.
d.
Pada Penutupan Desember 2010 sebesar 3.703,5 menjadi 3821,9 pada
penutupan Desember 2011
Kapitalisasi Bursa Efek mengalami kenaikan Rp. 3.247,1 triliun menjadi
Rp 3.518,6 triliun.
Perusahaan yang masuk pasar modal dari 515 naik menjadi 534
Perusahaan yang mengeluarkan obligsi dari 188 naik menjadi 197
11. Tahun 2011 MENINGKATNYA CREDIT RATING Indonesia
rating Internasional dimana :
a.
b.
c.
Fitch naik
Moody’s naik
Jcra
:
:
:
mrt lembaga
BB+ menjadi BBB
Ba1 menjadi Baa3
BBB- Kategori “Investment Grade”
Penghargaan dari lembaga pemeringkat International FitchRatings terhadap
Indonesia dimana berhak menyandang Investment grade atau Negara yang
dinilai layak Investasi
Sehingga investor luar (Jepang,Cina ,India, Korsel termasuk Negara Timur
Tengah ) lebih percaya dan mengalihkan Investasinya ke Indonesia .
Perkembangan Posisi hutang Indonesia 2008-2012 dibawah ini
IV. KRISIS KEUANGAN EROPAH 2012
Tahun 2012, Krisis keuangan kembali mencoba menghantui pasar modal dunia.
Indikasi default atau tidak mampu membayar atas obligasi yang diterbitkan oleh
beberapa pemerintah Eropa membuat kepanikan bagi para investor. Negara yang
terancam krisis pada waktu itu adalah Yunani, Spanyol, Italia dan Portugal. IHSG
masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik walaupun dihimpit oleh berita
tersebut.
Bahaya “negroflasi” Dunia (negative growth dan inflation): lebih bahaya dari
“stagflasi” (stagnasi dan inflasi):Konsumsi turun, ekspor turun, dan investasi turun
disertai oleh “cost-push inflation” atau Permintan agregat turun.Resesi global
Eropa pertumbuhan ekonomi dunia rendah:
Penngaruhnya bagi Indonesia adalah
a. Ekspor terpuruk :
b. komoditas turun 2010 – 2011 (1% - 67%)
c. Daerah komoditas menjerit (17-36%):
Dampak langsung dari potensi goncangan perekonomian Eropa yang terjadi saat ini
kembali menggoncang pasar finansial Indonesia dengan melemahnya IHSG hingga
3654,58 pada 4 Juni 2012 padahal IHSG sempat menyentuh level 4224 pada 3 Mei
2012. Kurs Rupiah terhadap USD pada awal tahun 2012 senilai 9090 dan
terdepresiasi ke level 9615 pada 31 Mei 2012
Namun menurut penulis seharusnya Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena
fundamental perekonomian Indonesia yang kuat tetap menjadi daya tarik yang
16
menarik. Guncangan memang akan tetap ada namun dalam jangka panjang pasar
akan kembali rasional. Saat ini peranan eksport terhadap GDP hanya 10% sehingga
perlambatan perekonomian global seharusnya tidak akan terlalu mempengaruhi
sektor riil, GDP Indonesia didominasi oleh besarnya konsumsi domestik dan karena
itulah perekonomian Indonesia seharusnya lebih imun terhadap perlambatan
perekonomian Eropa. Inflasi yang masih di dalam kendali, suku bunga yang pro
terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio hutang terhadap GDP yang rendah yaitu 26%
dan defisit APBN yang rendah yaitu kurang dari 3%, data keuangan emiten yang
menunjukan keuntungan yang terus bertumbuh disertai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat saat ini. Jika
dibandingkan pada tahun 2008 cadangan devisa Indonesia sebesar USD 52 miliar
tentu saat ini Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk melakukan
intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D karena saat ini pada 31
Mei 2012 tercatat jumlah cadangan devisa Bank Indonesia telah mencapai lebih
USD 111 miliar.
Intervensi yang dilakukan saat ini tidak hanya dengan menjual Dollar dan buyback
obligasi yang dilikuidasi, namun Bank Indonesia juga telah menerbitkan instrument
term deposit berdenominasi dollar untuk menstabilkan kurs Rupiah dan kewajiban
menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam sistem perbankan nasional.
Karena itu seharusnya Indonesia lebih percaya diri saat ini untuk mengahadapi
perlambatan ekonomi global jika dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun ini
Indonesia juga telah memperoleh rating investment grade dari Moodys dan Fitch
sehingga kredibilitas Indonesia semakin terdongkrak ditengah lesunya
perekonomian global. Penulis optimis perekonomian Indonesia akan tetap kuat
menghadapi berbagai tantangan perekonomian.
Tahun 2013, Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut memecahkan rekor harga
tertingginya. Namun sedikit terganggu dengan kondisi negara Syprus di Eropa yang
dianggap berpotensi krisis. Pada tahun ini pula jam perdagangan di Bursa Efek
Indonesia mengalami perubahan dan Bapepam LK telah melebur menjadi OJK
(Otoritas Jasa Keuangan)
Kendati sepanjang 2013 ada penurunan cadangan devisa, hal tersebut dapat
dipahami karena memang terjadi aliran dana keluar (capital outflow) dan juga
permintaan valas dalam jumlah besar yang mengakibatkan pengurangan jumlah
cadangan devisa. "Bahwa ketika ada inflow (aliran dana masuk) yang besar selama
tiga sampai empat tahun terakhir, cadangan devisa kita juga meningkat. Kalau
seandainya ada capital outflow karena ada isu pengurangan stimulus moneter di
AS, cadangan devisa kita jadi agak turun," ujarnya. Agus mengatakan, baru-baru
ini. cadangan devisa sudah kembali mengalami peningkatan dari US$92 miliar
menjadi US$95 miliar, yang jumlah tersebut sudah memenuhi lebih dari lima bulan
kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri
17
IKHTISAR
1.
Kondisi Bursa Efek
TAHUN
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
TAHUN
2016
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOPEMBER
DESEMBER
2.
TERENDAH
1.838,32
1.089,34
3.703,50
3.654,58
TERTINGGI
2.748,00
2.838,40
1.511,34
3.703,50
3.821,90
4.224,00
5.113,00
TERENDAH
TERTINGGI
Kondisi Nilai Tukar (Kurs)
1. Sebelum Krisis US $. 1 Rp. 2000 –Rp. 2.300
2. Krisis Tahun 1998 Kurs terjun bebas dari US $.1 Rp. 2300 menjadi ratarata Rp.10.000/dolar (tertinggi US$1=Rp 16.650).
3. Krisis 2008 Kurs Rupiah melemah terhadap U$D sepanjang tahun sebesar
19,10% dari Rp9.433 ke level Rp. 11.235 pada akhir tahun 2008
4. Krisis 2012 Kurs Rupiah terhadap USD.1 pada awal tahun senilai Rp.
9.090 dan terdepresiasi ke level Rp. 9.615 pada 31 Mei 2012
5. Tahun 2013, USD.1 =Rp.
6. Tahun 2014, USD. 1 =Rp 12.600 (tertinggi) (Rp 12.331-12.938) Per 15
Des 2014 Kompas 19/12 -2014 Pelemahan Nilai tukar karena:
1.) Faktor Internal DN
2.) Faktor eksternal :
a. Turun harga minyak dunia (Usd 100 ke Usd 60)
b. Menguatnya Ekonomi Amerika serikat
c. The fed akan menaikan tingkat bunga
18
 2015
Terendah
 2016
 Januari
 Februari
 Maret
 April
 Mei
 Juni
3.
Tertinngi
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp. September
Rp.
Rp.
Rp.
Juli
Agustus
Rp.
Oktober
Nopember
Desember
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Tingkat Inflasi Indonesia
Sebelum Krisis 1998
Krisis 1998 tingkat inflasi Indonesia 78 %
Krisis2008
:
?
Krisis2012
:
?
Tahun2013 :
?
Tahun2014 :
?
Tahun2015 :
?
Tahun2016 :
?
4. Cadangan Devisa
Krisis 1998 20 milyar dolar US
Krisis tahun 2008 cadangan devisa Indonesia stercatat sebesar USD 52 miliar
(Cadangan devisa Bank Indonesia pun terkuras dari USD 55,9 miliar menjadi
USD 51,6 miliar pada akhir tahun 2008)
Krisis tahun 2012 tercatat cadangan devisa Bank Indonesia mencapai lTahun
2013 cadangan devisa mengalami peningkatan dari US$92 menjadi US$95
miliar
Tahun2014 ........................................ ?
Tahun2015 ........................................ ?
Tahun2016 ........................................ ?
(Sehingga Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
melakukan intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D)
Fundamental Ekonomi akhir tahun 2014 jauh lebih bagus dibandingkan
menjelang tahun 1998:Inflasi,,cadangan devisa ,Utang luar negeri tidak
dilindung nilai (hedging).HANYA Defisit Neraca Perdagagan ( ekspor –
impor) 2013 : USD 29 milyar, 2014 : USD 25 milyar
19
VI PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI
Series 2
Series 3
4,232.70
3,522 3,534
2,986.36
2.710,50
2,242.65
1,303.62
706.19
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
VII. PERKEMBANGAN PDB DUNIA 2010-2016
NO
I
1
2
3
4
5
II
6
7
8
9
III
10
1V
11
12
13
14
15
16
17
18
19
NEGARA
ASEAN
INDONESIA
MALAYSIA
SINGAPURA
THAILAND
FHILIPINA
ASIA
JEPANG
KOREA
SELATAN
CINA
HINDIA
AMERIKA
AMERIKA
EROPA
JERMAN
SWEDIA
ITALIA
KANADA
MEKSIKO
PRANCIS
TURKI
RUSIA
BELANDA
2010
2011
2012
2013
2014
2015
6,1%
7,16%
14,47%
7,8%
7,63%
6.5%
5,1%
5,2%
0,5%
3,9%
6.2%
5,6%
4,2%
6,5%
6,8%
5.8%
4,7%
2,4%
6,5%
7,2%
2,6%
5,2%
3,3%
4,9%
3,3%
4,9%
5,12%
6,16%
0,6%
3,6%
1,5%
2,0%
1,7%
2,8%
1,7%
1,1%
10.3%
9,72%
9.2%
7,8%
7.4%
7,7%
7.7%
4,4%
7,5%
5,3%
7,5%
6,4%
-2,67%
1,8%
0,5%
1,9%
2,8%
3,0%
3,62%
5,54%
1,33%
3,07%
5,5%
1,48%
8,95%
4,03%
1,77%
3,1%
0,9%
1,4%
0,4%
2,6%
3,9%
1,7%
8,5%
4,3%
-2,4%
1,7%
3,9%
-0,3%
2,2%
3,4%
-1,9%
2,0%
1,1%
0,2%
4,2%
1,3%
20
Self - Study
1. Proses
keputusan
investasi
merupakan
suatu
proses
keputusan
yangberkesinambungan (on going process). Sebut dan jelaskan lima tahap
keputusan investasi?
2. Perkembangan minat investasi sangat di pengaruhi kondisi makro ekonomi,
jelaskan ?
(DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT)
Manajemen Investasi Tugas Bahan Bacaan (Reading Assignment )
==============================================
Perkembangan perekonomian dunia dan pengaruh investasi di Indonesia
Manajemen Keuangan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat sebagai dampak dari teknologi informasi.Produk-produk keuangan
bermunculan sebagai sebagai tanggapan terhadap mudah berubahnya harga dan
Nilai tukar mata uang termasuk mata uang asing .Tingginya tingkat perubahan
tersebut mengakibatkan resiko yang dihadapi oleh perusahaan juga semakin
besar.
Sementara itu perkembfangan teknologi informasi telah membawa perubahan
yang sangat fundamental dibidang manajemen keuangan.Jika beberapa tahun
yang lalu pimpinan puncak ( top managemnt) hanya dapat mengevaluasi kinerja
perusahaan pertriwulan /kuartalan /semesteran/tahunan,tetapi pada saat ini
dengan kemajuan teknologi Informasikinerja perusahaan dapat dievaluasi setiap
hari dan setiap saat.Kondisi demikian memaksa perusahaan untuk berlomba
dibidang teknologi informasi agar dapat mengatasi persaingan antar perusahaan
.
Dalam Era-Globalisasi dunia semakin bersatu dimana dalam perdagangan
International tidak dikenal lagi batas negara,pasar modal semakin terintegrasi
dengan berdirinya blok –blok ekonomi yang baru sebagaai Upaya
mempertahankan dan melindungi industri dalam seperti AFTA,AFTA+CHINA
(CAFTA),NAFTA,APEC
Dengan adanya teknologi informasi usaha dapat dikendalikan dari desa yang
terpencil produknya dapat dipasarkan keseluruh dunia melalaui internet yang
biasa dikenal dengan E-COMMERCE
Sistem pembayaran juga semakin cepat dan efisien dengan menggunakan
PHONE BANKING,Dana dan modal pindah tempatdari satu negara ke negara
lain secepat kita menekan tombol keyboard computer pribadi dirumah.Gejala
21
ini mendorong seorang Pimpinan/manager Keuangan untuk lebih kreatif dan
hati-hati dalam pengeloloan keuangan Perusahaan
Perkembangan lain adalah efesiensi pasar modal mengalami perbaikan dan
investor semakain pintar .Pasar modal yang efesien dapat digunakan sebagai
alternatif untuk lebih mendesiplinkan pimpinan/manager perusahaan .Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1996:136) invesatasi merupakan suatu hal yang
penting dalam pembangunan ekonomi karena investasi dibutuhkan sebagai
faktor penunjang didalam meningkatkan proses produksi. Investasi merupakan
langkah awal mengorbankan konsumsi untuk memperbesar konsumsi di masa
yang akan datang. Selain itu, mendorong terjadinya akumulasi modal. Menurut
Suparmoko dan Irawan (2002: 262) ada beberapa cara untuk meningkatkan
investasi, diantaranya yaitu: (1) meningkatkan tabungan dengan mengurangi
konsumsi, (2) pemerintah menjual obligasi dengan bunga menarik sehingga
masyarakat tertarik untuk membelinya, (3) pembatasan impor barang barang
konsumsi bila memungkinkan membatasai barang barang kapital agar ada
inovasi di dalam negeri, (4) mengadakan pinjaman luar negeri, (5) memperluas
sektor perdagangan luar negeri dengan menaikkan “terms of trade” (Mardalena,
2009).
A.Investasi Dunia paska krisis Amerika SerikatKrisis moneter di Amerika
Serikat kali ini menumbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa
dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang
mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa
saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India
52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan
zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara
berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para
spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi
konsumsi energi dunia.Di AS, setelah melihat bursa saham Wall Street terus
melorot, akhirnya kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan
(troubled asset recovery program - TARP) senilai US$ 700 miliar yang diajukan
oleh pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah
dan kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak
memiliki sense of crisis.
Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya
memengaruhi investor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa
mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang
terjadi adalah sektor perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan
enggan meminjamkan dolarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa
dan Asia.
Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk memberi pinjaman
ke para pengusaha dunia yang membutuhkan dolar untuk investasinya (untuk
impor mesin, bahan baku, dan sebagainya), termasuk di Indonesia.
Kita sudah tahu bahwa dolar AS merupakan mata uang inti dalam dunia usaha.
Akibatnya, walaupun suku bunga bank sentral AS (atau Fed Funds Target Rate)
22
sampai diturunkan ke 1,5%, suku bunga London Inter-Bank Offer Rate(LIBOR),
sebagai patokan suku bunga yang digunakan oleh pelaku ekonomi, melonjak
tajam.
Masalah rumit yang terjadi sekarang, macetnya sistem pembayaran dan
penyaluran kredit global sebagai ‘oksigen untuk napasnya dunia bisnis’. Suku
bunga bank sentral bisa rendah, tetapi suku bunga kredit untuk pelaku bisnis,
kalaupun bisa dapat pinjaman, sangat tinggi karena perbankan ketakutan
meminjamkan dananya. Menurut para ahli ekonomi, sebenarnya hal itu
merupakan bahaya sektor perbankan global. Jadi, bukan anjloknya pasar saham,
yang sebetulnya bisa melumpuhkan pertumbuhan ekonomi dunia secara
perlahan.
Akhirnya, bank sentral dunia mengerti betapa pentingnya melakukan kebijakan
yang terkoordinasi. Tujuh bank sentral (termasuk US Federal Reserve, European
Central Bank, Bank of England dan Bank of Canada) akhirnya memangkas suku
bunganya 0,5%. Ini merupakan yang pertama kalinya kebijakan suku bunga
bank sentral dilakukan secara bersamaan dalam skala yang besar. Terjadi di
tahun 2008 ini.
Hal lain yang dilakukan adalah kebijakan terkoordinasi bank sentral dan
pemerintah dunia selebihnya harus ditujukan untuk memenuhi tiga sasaran.
Pertama, memulihkan kembali sistem perbankan dan pembayaran global yang
lumpuh agar sirkulasi dana internasional bisa normal kembali – dan bank bisa
memberi kredit lagi.
Kedua, mengeluarkan aset bermasalah (terutama surat utang KPR subprime)
dari perbankan AS dan memperbesar modal perbankan agar lebih bisa memberi
kredit dalam jumlah yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, bank sentral dunia harus berani terus menurunkan suku bunga (untuk
membantu meringankan bunga kredit) dan, yang lebih penting, pemerintah harus
memperbesar belanjanya untuk pembangunan infrastruktur dan memberi
stimulus ekonomi – karena investor swasta enggan berinvestasi dalam krisis
likuiditas.
Kebijakan di atas bisa berhasil, bisa juga gagal. Hal tersebut beralasan karena
kebijakan ekonomi berskala global belum pernah dilakukan dalam sejarah, tetapi
risiko terjadinya resesi ekonomi dunia yang parah akan lebih besar kalau bank
sentral dan pemerintah dunia tidak melakukan apa-apa.
Kalau berhasil, kapan hasilnya akan kelihatan? Paling cepat dua tahun. Artinya,
resesi ekonomi AS dan Eropa akan lebih parah (sementara pertumbuhan
ekonomi dunia melambat) pada 2009, sebelum pulih pada 2010. Kenapa?
Karena titik terburuk ekonomi AS dan Eropa belum tercapai: misalnya, turunnya
harga properti AS (pemicu krisis subprime) belum berakhir (jumlah rumah yang
belum terjual masih terlalu banyak), pabrik masih melakukan PHK masal dan
masih banyak bank yang harus bangkrut.
23
Selain itu, dampak stimulus kebijakan moneter dan fiskal memang makan waktu
lebih dari satu tahun. Kalau ekonomi dunia baru pulih 2010, kapan pasar saham
global pulih? Paling cepat semester 1, 2009, karena pasar saham biasanya
menguat 6-9 bulan sebelum sektor riil ekonomi pulih
B.Pengaruh investasi di Indonesia paska krisis mone
Menteri Perindustrian, Mohammad Suleman Hidayat, mengatakan Indonesia
akan mengandalkan investasi untuk menggenjot perekonomian menyusul
melemahnya nilai tukar rupiah dan turunnya indeks bursa saham. "Jadi
kebijakan-kebijakan kita untuk sementara kan kalau perdagangan kurang, maka
bargaining kita investasi harus masuk," katanya di Istana Negara, Rabu, 21
Agustus 2013.Menurut dia, beberapa sektor industri akan menjadi andalan untuk
menggenjot investasi yaitu sektor pertambangan, agrobisnis, petrokimia, dan
logam dasar. Dalam dua hari mendatang, pemerintah akan menyiapkan paket
stimulus yang salah satunya untuk memicu investasi agar Indonesia bisa
mencegah terseret dalam krisis menyusul pelemahan rupiah dan penurunan
bursa saham. Hidayat mengatakan paket kebijakan stimulus berfokus untuk
melakukan relaksasi pada aturan-aturan investasi yang selama ini dianggap
terlalu ketat bagi pelaku usaha."Intinya ada relaksasi pada aturan-aturan yang
selama ini dianggap berlebihan," katanya. Ia mencontohkan nantinya di bidang
perizinan di sektor migas, seluruh aturan yang memberatkan akan dipangkas.
"Perizinan di bidang migas akan dipotong habis selain itu juga di sektor
mineral."Program stimulus investasi lain, kata Hidayat, adalah pemerintah akan
mengeluarkan aturan perpajakan yang bisa memberikan keringanan untuk
pengusaha. Sebelumnya, Hidayat pernah menyingung mengenai pemberian
insentif pajak bagi industri padat karya untuk mencegah terjadinya pemutusan
hubungan kerja.Hidayat optimis bahwa investor asing masih tetap
menggelontorkan dananya ke Indonesia. Pelemahan rupiah dan potensi
perlambatan ekonomi,kata dia, dinilai investor sebagai kejadian yang terjadi
sementara dan tidak akan mengancam ekonomi Indonesia dalam waktu panjang.
"Saya masih melakukan groundbreaking proyek pelumas dengan investasi
US$150 juta, artinya dalam situasi seperti ini, para investor menilai instabilitas
hanya untuk sementara," katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini
menggelar rapat ekonomi di Istana Negara menyusul terus melemahnya nilai
rupiah dan penurunan indeks harga saham. Dalam rapat tersebut, pemerintah
akan menyiapkan paket kebijakan dan akan diluncurkan pada Jumat nanti. Paket
kebijakan tersebut diharapkan dapat meminimalkan dampak krisis global pada
ekonomi Indonesia sehingga jika terjadi perlambatan, penurunan pertumbuhan
ekonomi tidak sampai drastis dari target 6,3 persen.
Pengaruh investasi Indonesia paska krisis zona euro
Indonesia memiliki pengalaman yang sangat berharga saat melalui goncangangoncangan eksternal seperti tahun 2008 ketika Amerika mengalami krisis
subrime mortgage. Meskipun goncangan tersebut tidak begitu terasa di sektor
riil namun pasar financial Indonesia cukup tergoncang ketika krisis tersebut
semakin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Kurs Rupiah melemah terhadap
U$D sepanjang tahun 2008 sebesar 19,10% dari Rp9.433 ke level Rp11.235
24
pada akhir tahun 2008. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun bebas 50,35% dari 2731,35 ke level 1340,89 pada akhir tahun 2008. Cadangan devisa
Bank Indonesia pun terkuras dari USD 55,9 miliar menjadi USD 51,6 miliar
pada akhir tahun 2008 yang menunjukan kepanikan pasar terhadap krisis
sehingga banyak modal asing yang mencari save haven yang lebih aman.
Setelah rush yang terus berkelanjutan pada tahun 2008, hanya dalam waktu
singkat pada tahun 2009 perekonomian Indonesia kembali pulih yang tampak
dari menguatnya Rupiah terhadap U$D 16,82%, IHSG kembali menguat hingga
86,98% ke level 2518,99, cadangan devisa tampak kembali menggelembung
hingga USD 66,1 miliar. Pulihnya Indonesia dalam periode yang relatif singkat
menunjukan kuatnya fundamental perekonomian Indonesia sehingga meskipun
dalam jangka pendek terjadi rush ekonomi namun pasar akan kembali rasional
untuk kembali masuk ke Indonesia. Rush itu wajar karena banyak orang yang
tidak berani mengambil risiko saat terjadi krisis ekonomi global, apalagi
Indonesia saat itu belum memiliki rating kredit layak investasi dari lembaga
pemeringkat internasional sehingga persepsi Indonesia masih sangat berisiko
bagi para investor sebagai emerging market.
25
Saat ini penulis percaya krisis subprime mortgage telah memberikan
pengalaman yang berharga bagi para regulator untuk menghadapi goncangangoncangan yang terjadi pada Eropa yang saat ini dapat dikatakan mengalami
subprime debt yaitu krisis hutang yang mengancam kesatuan Eurozone atau
European Union yang disebabkan besarnya hutang dari negara PIGS (Portugal,
Ireland, Greece, and Spain). Setiap negara Eurozone saling terintegrasi dalam
kebijakan moneter maupun fiskalnya sehingga jika salah satu dari negara-negara
tersebut mengalami gagal bayar (default) berarti keseimbangan fiskal Eropa
dapat mengalami kegoncangan dan mengancam zona Eropa secara keseluruhan.
Dampak langsung dari potensi goncangan perekonomian Eropa yang terjadi saat
ini kembali menggoncang pasar finansial Indonesia dengan melemahnya IHSG
hingga 3654,58 pada 4 Juni 2012 padahal IHSG sempat menyentuh level 4224
pada 3 Mei 2012. Kurs Rupiah terhadap USD pada awal tahun 2012 senilai 9090
dan terdepresiasi ke level 9615 pada 31 Mei 2012 seiring kekhawatiran kawasan
regional terhadap krisis hutang Yunani disertai hasil dari pemilu Yunani pada
pertengahan Juni 2012 dan besarnya bantuan dana yang diminta pemerintah
Spanyol untuk merekapitalisasi bank-bank Spanyol yang bermasalah sebesar
100 miliar Euro atau USD 125 miliar. Namun menurut penulis seharusnya
Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena fundamental perekonomian
Indonesia yang kuat tetap menjadi daya tarik yang menarik. Guncangan memang
akan tetap ada namun dalam jangka panjang pasar akan kembali rasional. Saat
ini peranan eksport terhadap GDP hanya 10% sehingga perlambatan
perekonomian global seharusnya tidak akan terlalu mempengaruhi sektor riil,
GDP Indonesia didominasi oleh besarnya konsumsi domestik dan karena itulah
perekonomian Indonesia seharusnya lebih imun terhadap perlambatan
perekonomian Eropa. Inflasi yang masih di dalam kendali, suku bunga yang pro
terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio hutang terhadap GDP yang rendah yaiti
26% dan defisit APBN yang rendah yaitu kurang dari 3%, data keuangan emiten
yang menunjukan keuntungan yang terus bertumbuh disertai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat saat
ini. Jika dibandingkan pada tahun 2008 cadangan devisa Indonesia sebesar USD
52 miliar tentu saat ini Bank Indonesia memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk melakukan intervensi terhadap kestabilan kurs Rupiah terhadap U$D
karena saat ini pada 31 Mei 2012 tercatat jumlah cadangan devisa Bank
Indonesia telah mencapai lebih USD 111 miliar.
Intervensi yang dilakukan saat ini tidak hanya dengan menjual Dollar dan
buyback obligasi yang dilikuidasi, namun Bank Indonesia juga telah
menerbitkan instrument term deposit berdenominasi dollar untuk menstabilkan
kurs Rupiah dan kewajiban menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam
sistem perbankan nasional. Karena itu seharusnya Indonesia lebih percaya diri
saat ini untuk mengahadapi perlambatan ekonomi global jika dibandingkan
dengan tahun 2008. Tahun ini Indonesia juga telah memperoleh rating
investment grade dari Moodys dan Fitch sehingga kredibilitas Indonesia
semakin terdongkrak ditengah lesunya perekonomian global. Penulis optimis
perekonomian Indonesia akan tetap kuat menghadapi berbagai tantangan
perekonomian
26
Kondisi Cadangan Devisa
Kendati sepanjang 2013 ada penurunan cadangan devisa, hal tersebut dapat
dipahami karena memang terjadi aliran dana keluar (capital outflow) dan juga
permintaan valas dalam jumlah besar yang mengakibatkan pengurangan jumlah
cadangan devisa. "Bahwa ketika ada inflow (aliran dana masuk) yang besar
selama tiga sampai empat tahun terakhir, cadangan devisa kita juga meningkat.
Kalau seandainya ada capital outflow karena ada isu pengurangan stimulus
moneter di AS, cadangan devisa kita jadi agak turun," ujarnya. Agus
mengatakan, baru-baru ini cadangan devisa sudah kembali mengalami
peningkatan dari US$92 miliar menjadi US$95 miliar, yang jumlah tersebut
sudah memenuhi lebih dari lima bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang
luar negeri.
27
Download