TIPOLOGI AIR TANAH PADA BEBERAPA CAT DI PULAU JAWA GROUNDWATER TYPOLOGY ON THE SEVERAL GROUNDWATER BASIN IN JAVA Yan Adhitya Wesda Wardhana 1) , Heni Rengganis 2), Derry Prasetya 2) Pusat LITBANG Sumber Daya Air Jl.Ir.H.Juanda No.193 Bandung E-mail: [email protected], [email protected] ABSTRACT Geological environment greatly affect the chemical composition of the groundwater, while the chemical composition of the groundwater itself can determine the conditions of water quality for various needs based on test labs analysis and compliance with fresh water parameters. The compilation of water chemical graphical maps is the easiest method to illustrate rapidly the typology of groundwater chemistry. This paper presents the analysis and evaluation results of the classification of groundwater chemical types from various water sources at groundwater basin which associated with the local geological conditions. The analysis using the classification method by graphical mapping on trilinier paper for various groundwater sources as mentioned above results in general that the groundwater taken and utilized by users of deep as well as shallow wells originates from unconfined aquifers in alluvium deposit. Some large water springs are detected as groundwater flowing into confined aquifers. Deep wells in some groundwater basins and used by industries were detected taking shallow groundwater to fulfill their need of water, while actually these industries are only allowed to use groundwater from confined aquifers that comply with natural capacity and safe for the environment. Shallow groundwater is reserved for drinking water and domestic water use of the local community. Keywords: geological environment, dug well, deep well, spring water, groundwater basin ABSTRAK Lingkungan Geologi sangat mempengaruhi komposisi kimia pada airtanah, sedangkan komposisi kimia airtanah sendiri dapat menentukan kondisi kualitas air untuk berbagai kebutuhan berdasarkan analisa uji labortorium dan kesesuaian dengan parameter air bersih. Metode pemetaan komposisi kimia air dalam bentuk grafik merupakan cara termudah untuk menggambarkan informasi tipologi kimia air tanah dengan cepat. Tulisan ini menyajikan hasil analisis dan evaluasi klasifikasi tipe kimia air tanah dari berbagai macam sumber air, pada beberapa cekungan air tanah yang dikaitkan dengan kondisi geologi setempat. Analisis dan evaluasi dengan pemetaan grafik Trilinier Paper pada sejumlah air tanah menghasilkan informasi, bahwa secara umum air tanah yang diambil dan dimanfaatkan oleh berbagai pengguna baik yang bersumber dari sumur bor dalam maupun dangkal, terbesar berasal dari akuifer bebas pada endapan aluvial. Beberapa mata air besar terdeteksi sebagai kelompok air tanah akuifer terkekang. Sumur-sumur bor industri pada beberapa CAT, terdeteksi memanfaatkan air tanah bebas untuk menutupi kebutuhannya, yang seharusnya industri tersebut hanya boleh menggunakan air tanah dari akuifer terkekang yang sesuai dengan batas kemampuan alami dan aman terhadap lingkungan. Air tanah dangkal diperuntukan buat air minum dan rumah tangga penduduk setempat. Kata kunci: lingkungan geologi, sumur dangkal, sumur dalam, mata air, cekungan air tanah 1 PENDAHULUAN diketahui tentang komposisi akuifer dan tingkat Parameter kimia air tanah sangat penting untuk pelarutan berbagai mineral. digunakan dalam analisis dan evaluasi yang dapat memberikan informasi cepat dalam menggambarkan kondisi kualitas air tanah. Selain itu dapat digunakan pula dalam memberikan informasi mengenai asal usul air tanah yang berkaitan dengan geologi dan lingkungan Interaksi antara air dan batuan memberikan gambaran bahwa ciri khusus aliran dalam zona jenuh air adalah kecepatan rendah, oleh karena itu biasanya hampir tidak tersedia waktu untuk terjadi reaksi geokimia sehingga perubahan akan lambat. Pada aliran yang sangat cepat dan terbentuknya air tanah. istimewa yakni air tanah di dalam gua-gua, akan Pembentukan airtanah dalam batuan erat ditemukan air tanah yang tidak seimbang dengan kaitannya dengan proses geologi, maka dalam mineral karbonat di atasnya. Disamping reaksi pengelolaan air tanah diperlukan pengaturan yang pelarutan mineral, kelompok reaksi geokimia mendasarkan pada kaidah-kaidah geologi dan yang lain juga dapat mengubah komposisi air hidrogeologi. Perubahan kualitas air tanah alami, tanah pada aliran melalui zona jenuh air maupun keseimbangan masa pada aliran air tanah, tidak jenuh air. Dalam beberapa hal, di alam interaksi antara air dan batuan merupakan proses dikenal berbagai reaksi pertukaran ion. Pada yang dapat memberikan gambaran kondisi air akuifer dalam sedimen purba (khususnya dalam tanah serta keterkaitan satu dan lainnya. Zat zona terkekang), Ion Natrium yang diadsorpsi terlarut yang dibawa air hujan dan zat lainnya sangat banyak ditemukan pada permukaan dalam air hujan jika sampai ke permukaan, mineral, dengan kemungkinan menggambarkan menjadi titik awal perubahan kimia air tanah. masa geologi dahulu ketika sedimen akuifer Proses yang dapat mempengaruhi perubahan terendam dalam air laut (Paul L.Younger, 2007 ) kualitas air tanah, sepanjang aliran air tanah adalah evaporasi, pengendapan, pelarutan sorpsi, mineral pencampuran / dan perubahan kualitas air tanah dapat dengan mudah Banyak metoda yang biasa digunakan untuk menentukan klasifikasi tipe kimia air tanah, diantaranya dengan menggunakan grafik. Metoda pemetaan dalam bentuk grafik adalah cara yang diidentifikasi. cepat untuk mendapatkan informasi kondisi Penerapan model keseimbangan masa geokimia kualitas air tanah yang diperlukan dalam rangka adalah proses pengurangan yang terjadi selama pendayagunaan air tanah. Metode lain yang transformasi air hujan menjadi air tanah. Model sering digunakan adalah melakukan analisis keseimbangan masa geo-kimia tidak pernah kualitas air tanah dengan membandingkan baku memberi penjelasan tentang penyebab perubahan mutu air, berbagai akan tetapi model tersebut memberi penjelasan yang konsisten mengenai apa yang pemanfaatan Instansi yang dikeluarkan Pemerintah oleh berdasarkan klasifikasi pemanfaatannya. Pengelompokan tipe kimia air tanah di beberapa area pendayagunaan di Pulau Jawa, terutama di area intensif intensif untuk berbagai keperluan diharapkan pendayagunaan dapat membantu dalam pendayagunaan air tanah cekungan air tanah (CAT) di wilayah Jabotabek, selanjutnya. Pengaturan pengelolaan air tanah 6 (enam) CAT pada DAS Cimanuk, dan satu selanjutnya, CAT di Propinsi Jawa Timur yaitu CAT diarahkan untuk mewujudkan keseimbangan antara upaya pendayagunaan air air tanah, yakni 4(empat) Pasuruan, seperti dapat dilihat pada Gambar 1. tanah dan konservasi. Dalam desertasinya, D. Erwin Irawan (2009) menggunakan tools pengklasifikasian AT menggunakan diagram Piper dan mengambil kesimpulan bahwa air tanah di Gunung Ciremai diperkirakan rentan terhadap perubahan Gambar 1. Lokasi Penelitian lingkungan yang terjadi di permukaan, contoh: pembukaan perkebunan, pertanian, pertambangan, perumahan di kawasan imbuhan yang dapat mempengaruhi kualitasair tanah. Cekungan air tanah yang menempati wilayah Jabotabek diantaranya CAT Jakarta (1439 Km²), CAT Bogor (1311 Km²), CAT Serang- W. Tangerang (2822 Km²) dan CAT Bekasi- Seizarwati (2013) dalam tesisnya mendapatkan Karawang (3641 Km²). Pada akhir-akhir ini di hasil analisa bahwa mata air Umbulan di wilayah Jabotabek, pengembangan pemanfaatan Pasuruan-Jawa Timur termasuk ke dalam tipe air air tanah terus meningkat dan secara intensif kalsium bikarbonat. telah digunakan oleh industri. Di wilayah ini Dengan menggunakan diagram piper, tingkat ketergantungan pasokan kebutuhan air Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai klasifikasi tipe kimia air tanah pada berbagai macam sumber air, dengan melakukan analisis dan evaluasi pengelompokkan kimia air tanah dari beberapa cekungan air tanah di Pulau Jawa. Hasil akhir dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan usulan untuk rekomendasi mengenai pendayagunaan air tanah selanjutnya. yang bersumber dari air tanah ± 80 % (DTLKP, 2003). Oleh karena itu, telah terdeteksi indikasi adanya degradasi jumlah, kualitas air dan dampak negatif terhadap lingkungan (penurunan muka air tanah dan landsubsidence). Kecendrungan pemanfaatan air tanah berlebihan tanpa memperhitungkan potensi cekungan air tanah dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian air tanah. LOKASI PENELITIAN Klasifikasi tipe kimia air tanah dengan pemetaan ini, dilakukan pada beberapa cekungan air tanah 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN tersusun atas lithologi lempung, lanau, pasir, Menurut Engelen dan Kloosterman (1996), kerikil, kerakal dan bongkah, Endapan Pematang struktur geologi arah zona timur ke barat Pulau Pantai (Qbr) tersusun atas pasir halus-kasar, Jawa meliputi: pemilahan baik dan dapat dijumpai cangkang - Zona utara yang dibangun oleh pegunungan moluska, Kipas Aluvial (Qav) Tuf halus berlapis, rendah dari lapisan tersier yang terlipatkan tuf pasiran berselingan dengan tuf konglomeratan dan rendahan pantai kuarter yang berbatasan dan Tuff Banten (QTvb) yang tersusun atas tuff, dengan Laut Jawa. tuff batu apung, batupasir tuffan. - Zona pusat struktur geologi yang tertekan tetapi merupakan zona yang tinggi secara morfologi, diisi oleh hasil kegiatan vulkanik CAT di Wilayah DAS Cimanuk DAS Cimanuk merupakan satu kesatuan aliran sungai Cimanuk yang mencakup 6 (enam) berumur kuarter - Zona selatan yang terangkat dan dataran tinggi yang termiringkan dari lapisan tersier yang terpotong dan dilingkari oleh dataran rendah pantai yang masih belum stabil dan wilayah Kabupaten yakni Kabupaten Garut, Sumedang Majalengka, Indramayu, Kuningan dan Cirebon. Berdasarkan peta Cekungan Air Tanah yang dipublikasi oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral (2009), di Cimanuk sempit. CAT Jakarta, CAT Serang, CAT SerangTangerang, CAT Bekasi-Karawang Hulu terdapat diantaranya beberapa Cekungan Air Tanah CAT Garut (886 Km²) yang menempati wilayah Kota Garut dan Kecamatan Secara Fisiografi CAT Jakarta, CAT Serang- Bayongbong, Karangpawitan sampai dengan Tangerang dan CAT Bekasi-Karawang masuk ke Kecamatan Cibatu. CAT Sumedang (483 Km²) dalam 3 zona fisiografi yaitu dataran pantai utara dan CAT Sukamantri (151 Km²) di Kabupaten Jakarta, Antiklinorium Bogor dan Gunungapi Sumedang. Kuarter (Van Bemmelen, 1949). Di cekungan Cimanuk Hilir, terdapat 3 buah CAT, yakni CAT Majalengka (686 Km²), CAT Lithologi penyusun morfologi dataran daerah pantai telitian berupa pada endapan lempung hingga pasir kasar, sedangkan pada morfologi kipas gunungapi Bogor tersusun atas hasil rombakan vulkanik gunungapi dan tuf halus yang berlapis. Sumber-Cirebon (1659 Km²) dan CAT Indramayu (1282 Km²). Sebaran potensi air tanah di beberapa cekungan air tanah di DAS Cimanuk, tidak merata. Dari 9 (sembilan) cekungan air tanah yang ada, 3 (tiga) diantaranya sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan dan Formasi geologi wilayah Jakarta dan sekitarnya tentunya dengan pengelolaan berdasarkan kepada secara umur dari yang muda ke tua dari Peta rencana pengelolaan air tanah dan rencana tata Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, ruang wilayah. Jawa adalah; Endapan Aluvial (Qa) yang 4 CAT Indramayu alluvium berumur kuarter dimana terdapat situ CAT Indramayu dari muda ke tua tersusun atas bagendit. formasi geologi; Endapan Sungai Muda (Qa) yang tersusun atas pasir, lanau dan lempung CAT Sumedang coklat, Endapan Delta (Qad) berupa lanau, Pada CAT Sumedang dapat dijumpai hasil lempung coklat, sedikitmoluska, Endapan Pantai gunungapi muda tak teruraikan (Qyu) berupa (Qac) berupa lanau, lempung, pasir, pecahan pasir tufaan, lapilli, breksi, lava, aglomerat yang moluska, Endapan Pematang Pantai (Qbr) berupa sebagian berasal dari Gunung Tangkuban Perahu pasir kasar-halus, lempung, banyak moluska, dan Gunung Tampomas. Hasil gunungapu tua Endapan Dataran Banjir (Qaf) berupa lempung breksi (Qvb) berupa breksi gunungapi, aliran pasiran-humusan,pasir sebagian lahar dengan susunan andesit dan basal. Hasil tuffan dan Batupasir Tuffan dan konglomerat gunungapi tua (Qvl) lava, menunjukkan adanya (Qav) yang tersusun atas konglomerat, batupasir kekar lempeng dan kekar tiang dengan susunan konglomeratan, batupasir tufan dan tuf basal. CAT Cirebon dan CAT Majalengka CAT Sukamantri Geologi CAT Cirebon dan CAT Majalengka CAT Sukamantri tersusun dari endapan vulkanik pada bagian utara tersusun atas endapan berumur hasil erupsi Gunung Tampomas dengan formasi kuarter berupa alluvial, endapan pantai, endapan tuffa berbatu apung (Qyt) tersusun oleh pasir hasil gunungapi tua Cermai, di bagian selatan tuffaan, lapilli, bom, lava berongga, kepingan dengan umur tersier tersebar lithologi dari andesit-basal padat dan pecahan batuapung. Hasil formasi Kumbang berupa breksi gunungapi gunung api muda tak teruraikan (Qyu) dengan andesit, aliran lava, tufa berwarna merah dan susunan pasir tufaan, lapilli, breksi, lava, batupasir tuffaan mengandung konglomerat dan aglomerat formasi Halang yang tersusun atas batuan Tangkubanparahu dan Gn. Tampomas. lempungan yang sebagia berasal dari Gn. sedimen jenis turbidit dengan struktur perlapisan bersusun, laminasi convolute, flute cast. CAT Pasuruan CAT Pasuruan (1592 Km²) secara administrasi CAT Garut berada di wilayah Kabupaten Pasuruan Propinsi CAT Garut tersusun oleh batuan gunungapi Jawa Kracak-Puncakgede, perkembangannya endapan rempah lepas Timur. Wilayah karena ini sangat posisinya pesat sebagai gunungapi muda tak teruraikan, di bagian barat daerah industri dan pariwisata. Morfologi CAT terdapat endapan gunungapi Guntur-Pangkalan Pasuruan di sebelah utara berupa bentukan lahan dan Kendang yang tersusun atas rempah lepas vulkanik dan lava andesit-basalan. Bagian utara melampar Pegunungan Bromo dimana dapat dijumpai Gunung Arjuna, Welirang dan 5 kaldera Bromo dengan kehadiran kerucut METODE parasiternya. Ke arah utara menuju kaki-kaki Metode yang digunakan dalam melakukan gunung dan semakin landai dapat dijumpai analisa tipologi airtanah pada tulisan ini adalah dataran alluvial pantai menuju laut Jawa. dengan menggunakan metode plot diagram Piper Secara Geologi, CAT Pasuruan tersusun oleh (Gambar 2). Evaluasi pengelompokkan batuan-batuan vulkanik hasil erupsi Gunung kimia air tanah dengan teknik grafik Diagram Arjuna-Welirang (Qvaw) yang tersusun dari Piper Trilinier merupakan salah satu teknik breksi gunungapi, lava, breksi tufan dan tuff. grafik yang sering dipakai untuk klasifikasi tipe Batuan Gunungapi Tengger (Qvt) hasil erupsi kimia dari gunungapi Tengger yang tersusun dari tuf parameter dominan yang terkandung dalam air. pasiran, tuf batuapung, tuf abu dan aglomerat. Tipe dan asal dari sumber air tanah dapat Tuf Rabano (Qvtr) tersusun dari tuf pasiran, tuf diketahui dengan melakukan pengeplotan data batuapung, breksi tufan dan tuf halus abu. hasil analisis pada grafik tersebut. Dengan lithologi penyusun berupa endapan vulkanik, kondisi air tanah di CAT ini mempunyai kelulusan sedang sampai tinggi, sehingga dapat bertindak sebagai akuifer. Litologi akuifer utama pada CAT ini berupa aluvial endapan pantai dan sungai yang terdiri dari pasir-kerikil dengan kelulusan tinggi serta batuan gunungapi Kuarter tengah. air tanah dengan mengelompokkan Pembuatan plot atau pemetaan dalam grafik ini, menggunakan software GWW yang telah dipublikasi UNESCO pada tahun 1995. Plot pada diagram Piper dapat juga dilakukan secara manual, yakni konsentrasi kation dan anion mula-mula diplot secara terpisah dalam segitiga yang berada masing-masing di dasar kiri dan dasar kanan, kemudian dibuat garis ke atas dari posisi pembuatan plot yang berada dalam kedua Data Data primer berupa hasil pengukuran dan pemeriksaan kualitas air sumur bor, sumur gali dan mata air yang dipergunakan dalam analisis segitiga (paralel terhadap sisi luar bentuk ketupat atas) sampai bertemu di dalam bentuk ketupat atas. ini, diperoleh dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya Air pada tahun 2008. Data sekunder kualitas air dan informasi kondisi geohidrologi di beberapa area penelitian dikumpulkan dari Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung di Cirebon dan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Bandung. 6 tipe Lingkungan-Badan Geologi di Gambar 2. Diagram Piper Klasifikasi tipe kimia air tanah pada tulisan ini dikelompokan menjadi 4 bagian, dibedakan Gambar 4. Sistem klasifikasi hidrogeokimia dengan Diagram Piper Trilinier (Sumber: Freeze dan Cherry, 1979) dengan unsur kimia yang paling dominan terkandung di dalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN a) Kelompok I, air dengan kandungan karbonat alkali mengandung kalsium-magnesium, sulfat dan khlorida antara 0-50%. Kelompok air ini pada umumnya adalah air tanah yang berasal dari air tanah terkekang Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium berupa parameter kimia air tanah dari contoh air yang berasal dari beberapa cekungan air tanah di Pulau Jawa. Cekungan Air Tanah di Wilayah Jabotabek b) Kelompok II, air dengan kandungan kalsium- Beberapa cekungan air tanah yang menempati magnesium 50-100% dan sulfat–khlorida wilayah Jabotabek diantaranya CAT Jakarta, antara 0-50%. Kelompok ini termasuk pada CAT Bogor, CAT Serang-Tangerang dan CAT tipe air tanah bebas Bekasi-Karawang. c) Kelompok III, dengan kandungan kalsium- magnesium dan sulfat–khlorida antara 100%, termasuk Pemeriksaan air tanah di wilayah CAT Jakarta, 50- berasal dari sumur bor dalam yang airnya pada tipe air tanah yang kebanyakan digunakan oleh industri atau untuk sangat jarang terjadi, biasanya sangat special usaha komersial lainnya. Hasil plot tipe kimia air d) Kelompok IV, dengan kandungan kalsium- tanah di CAT Jakarta ini, terdiri dari beberapa magnesium 0-50% dan sulfat–khlorida antara kelompok (Gambar 5). Kelompok air tanah tipe 50-100%, biasanya air pada kelompok ini Carbonat-alkali terpengaruh air kelompok air tanah terkekang dan paling banyak terperangkap pada waktu lampau (connate ditemukan pada sumur-sumur bor di CAT water) Jakarta. intrusi air laut atau (kel.I), Kelompok termasuk airtanah kedalam terkekang ini menunjukkan bahwa litologi di Jakarta terbagi atas beberapa lapisan akuifer yang terdiri dari lapisan porous dan kedap. Namun beberapa sumur bor di wilayah mengalami perubahan kualitas air, yakni ditemukannya air dari sumur bor kelompok Non Cabonat-Alkali (kel. IV). Sumur-sumur bor tersebut berupa air asin yang terdapat pada sumur bor di Ancol, Jl Yos Sudarso dan di Jl Daan Mogot. Kehadiran air asin ini diduga kuat berasal dari proses pengendapan pantai menjadi daratan pada masa lalu yang masih menyisakan air pada pori-pori batuan 7 dengan kadar garam tinggi. Beberapa sumur bor industri, terdeteksi pula menyadap air tanah dari akuifer bebas. Begitu pula, air tanah di CAT Bekasi - Karawang dan Serang - Tangerang termasuk dalam beberapa tipe seperi air tanah di CAT Jakarta. Tipe kimia air tanah, hasil analisis dari sumur bor industri di CAT Bogor terdapat dua kelompok yakni Carbonat-alkali (kel. I) dan Carbonat-Hardness (kel. II). Hasil pemeriksaan kimia air tanah sejumlah 22 contoh air sumur bor industri di CAT Bogor, yang selanjutnya Gambar 5. Tipe kimia air tanah di Wilayah Jabotabek dilakukan pengeplotan pada diagram Piper, menunjukan sebanyak ±55% termasuk kedalam Cekungan air tanah pada DAS Cimanuk kelompok air tanah bebas (kel. II). Oleh karena Pada DAS Cimanuk terdapat Sembilan (9) itu, dapat disimpulkan, bahwa sumur-sumur cekungan air tanah, pada 6 (enam) CAT industri di CAT Bogor lebih banyak yang diantaranya memanfaatkan air tanah bebas untuk menutupi parameter kimia air tanah, yang bersumber dari kebutuhannya, yang seharusnya menggunakan sumur bor dalam, dangkal dan mata air. air tanah terkekang dari akuifer dalam. Air tanah Selanjutnya dianalisis pemetaan pada grafik bebas pemanfaatannya hanya diperuntukan bagi yakni di CAT Garut, Sumedang, Indramayu, kebutuhan air bersih penduduk termasuk untuk Majalengka, air minum. Hal ini seyogyanya dilakukan pengeplotan pada diagram Piper (Gambar 6), pengecekan apakah ada ketidak sempurnaan maka disampaikan informasi kelompok tipe dalam pemasangan pipa screen atau adanya kimia air tanah dibawah ini. unsur kesengajaan untuk mengambil potensi air pada semua lapisan akuifer. telah dilakukan Kuningan dan pengukuran Cirebon. Hasil Airtanah di CAT Garut dan Sumedang secara umum termasuk kelompok II, yakni air tanah bebas yang dipengaruhi oleh air permukaan berupa air hujan, sungai dan lainnya yang jumlahnya tergantung musim. CAT Garut Tipe kimia air tanah di CAT Garut, dikelompokan berdasarkan data hasil pemeriksaan parameter 8 kimia yang terkandung pada lebih dari 20 contoh umumnya termasuk kedalam akuifer bebas, air tanah dari sumur bor semua contoh air dari sumur bor di CAT Kecamatan yang tersebar di Karangpawitan, Banyuresmi, Wanaraja, Cibatu dan Tarogong. Secara umum Sumedang termasuk pada kelompok tipe air tanah Carbonat-hardness. tipe kimia air tanah di CAT Garut termasuk kedalam kelompok air tanah bebas. Terdeteksi CAT Indramayu pula dari beberapa contoh air sumur bor, Kondisi air tanah di CAT Indramayu berdasarkan termasuk pada tipe kimia air pada kelompok sistem akuifer dengan sebaran luas di bagian akuifer terkekang yakni di wilayah Kecamatan utara Karangpawitan. Sebaran air tanah bebas di CAT Kedungdawa, Kroya, Kedokanbagus, Tidereng, Garut, dijumpai pada bagian tengah cekungan Pangauban dan Losarang dengan produktif tinggi sampai bagian utara terutama pada endapan yang bersifat setempat. Berdasarkan informasi alluvium dimana terdapat obyek wisata Situ dari sebaran sumur bor di CAT Indramayu sangat Bagendit. Sebaran yang bersifat akuifer cukup terbatas, disamping debit sumur yang kurang luas, dengan jenis batuan berupa breksi volkanik besar juga dibeberapa tempat mempunyai dan pasir volkanik. Kelompok tipe kimia lain kualitas berupa air tanah yang mengandung kalsium- dimanfaatkan untuk sumber air baku, kecuali magnesium dan sulfat–khlorida tinggi (50-100%) melalui proses pengolahan. terdeteksi pada air tanah dari sumur bor di Pengelompokan tipe kimia air tanah berdasarkan wilayah Kecamatan Cibatu dan Banyuresmi. data hasil pemeriksaan sumur bor penduduk sampai dekat payau, menggunakan pantai, sehingga diagram Piper, yakni kurang di bisa diperoleh 2 CAT Sumedang kelompok. Pertama adalah sumur-sumur bor Cekungan air tanah Sumedang mempunyai dengan tipe kimia air tanah Carbonat-hardness litologi akuifer utama berupa endapan volkanik (air tanah bebas, kel. II), yakni pada sumur bor muda dan tua. Batuan yang dapat bertindak penduduk. Kelompok kedua adalah adalah tipe sebagai akuifer pada CAT sumedang dijumpai Non Carbonat-hardness (kel. III). Air tanah pada pada pasir tufan dan breksi volkanik dengan kelompok ini jarang terjadi dan di CAT sebarannya sangat luas sebagai hasil erupsi Indramayu ditemukan pada tujuh sumur bor Gunungapi Tangkuban Perahu. Oleh karena itu di penduduk yang berlokasi di wilayah Kecamatan wilayah pengembangan Losarang, Gabus Wetan dan Cikedung. Pada pemanfaatan air tanah sebagai sumber air baku lokasi-lokasi tersebut, saat ini menjadi sulit cukup pemetaan untuk mendapatkan air bersih yang dapat pengelompokan tipe kimia air tanah, pada diminum. Air tanah bebas mudah didapatkan ini baik. prospek Berdasarkan hasil 9 pada daerah-daerah dengan penyusun litologi dibawah 2 l/s. Di wilayah Mandirancan, Cilimus aluvial yang tersebar di Indramayu bagian dan Jayalaksana, mempunyai potensi cukup tengah dan litologi vulkanik yang ada di daerah besar mencapai 24 l/s dan bersifat setempat. selatan, sedang bagian utara banyak terdapat Hasil plot tipe kimia air tanah di CAT Kuningan litologi yang berasal dari pantai dan pematang ini, pada umumnya termasuk kedalam kelompok pantai yang dikawatirkan akan banyak dijumpai tipe air tanah Carbonat-hardness (kel. II). air asin. Pemanfaatan air tanah dari sumur bor seluruhnya diambil dari akuifer dangkal. CAT Majalengka Berdasarkan peta Hidrogeologi lembar Bandung CAT Cirebon (Soetrisno, 1983) akuifer di daerah ini termasuk Kondisi sebaran air tanah di CAT Cirebon ke dalam kelompok dengan tingkat produktivitas menempati hamparan agak luas dengan potensi sedang sampai dengan daerah air tanah langka. terbatas, yakni debit sumur bor dalam kurang CAT Majalengka mayoritas tersusun dari litologi dari 5l/s. Debit sumur bor dangkal pada hasil proses vulkanik gunungapi tua Ciremai, dan kedalaman 40m yang dapat dimanfaatkan adalah pada beberapa tempat terdapat batuan sedimen maksimum 2,5 l/s. Berdasarkan data dari Balai turbidit. Kualitas air tanah dari sumur bor dalam yang digunakan untuk irigasi ini, pada umumnya cukup baik dan tidak bermasalah, termasuk tipe Carbonat-hardness (kel. II) dan hampir semua sumur bor ini menyadap air tanah bebas. Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pertambangan dan Energi Wilayah Pelayanan Cirebon, terdapat >300 buah sumur dangkal, sumur dalam dan mata air yang airnya digunakan untuk keperluan Industri. Pengambilan air tanah di cekungan air tanah Perubahan kualitas air terjadi pada beberapa Cirebon perlu pemantauan khusus, mengingat sumur bor di wilayah Cingambul dan Kertajati, pengambilan air tanah berlebihan oleh industri sehingga pendayagunaan air di sumur bor khususnya di daerah pantai akan menyebabkan tersebut menurun dengan telah terdeteksinya intrusi air laut ke arah daratan. Hasil analisis tipe kimia air tanah kel. III (Non Carbonat- kimia air tanah di wilayah CAT Cirebon dari hardness). sumur bor penduduk dan industri menjadi 2 kelompok, yakni tipe kimia air tanah kel. II dan CAT Kuningan III. Sumur bor penduduk pada umumnya di Sumur bor dalam dan dangkal yang tersebar di wilayah ini memanfaatkan air tanah bebas. CAT Kuningan, rata-rata debit air yang keluar Perubahan kualitas air menjadi kel. III yang tidak sangat jarang terjadi, terdeteksi di daerah begitu besar, yakni sumur dalam maksimum 10 l/s dan sumur dangkal rata-rata Gebang, Karangmulya, Karangmalang. 10 Sedong dan Pohjentrek, Pasrepan, Gondangwetan dan sekitarnya. Sumber air lainnya yang berada di CAT Pasuruan yakni di beberapa mata air Umbulan dan sekitarnya, Banyubiru, Watugajah, Trobayan dan mata air Sruwi termasuk ke dalam kelompok kualitas air tanah kelas II yaitu air tanah bebas. Berdasarkan hasil analisis pemetaan kualitas air baku dari sumur bor PDAM Kota Pasuruan, Grati dan Nguling, menunjukkan bahwa air tersebut termasuk kedalam kelompok kualitas air tanah kelas II, yang merupakan air tanah bebas. Gambar 6. Tipe kimia air tanah di DAS Cimanuk Sumur bor artesis yang banyak ditemukan di Cekungan air tanah di Wilayah Jawa Timur Kecamatan Kejayan dimanfaatkan untuk irigasi, pada umumya termasuk kedalam kelompok Tipe kimia air tanah dari sumber-sumber air yang dianalisis di CAT Pasuruan, terutama berasal dari sumur bor industri. Sejumlah kualitas air tanah kel. II yaitu merupakan air tanah bebas. 23 buah contoh air yang dilakukan pemeriksaan, Pengelompokan berasal dari sumur bor yang lokasinya tersebar bersumber dari mata air, sumur bor artesis, sumur yakni di Kota Pasuruan, Kecamatan Kejayan, bor PDAM Rejoso, Gambar 7. Gondang Wetan, Porwadadi dan Pohjentrek wilayah Kabupaten Pasuruan. Hasil evaluasi pengelompokan kualitas air sumur bor industri yang ditampilkan pada Gambar 5, terdiri dari dua tipe yakni 1) Kelompok I. kualitas air tanah yang dan sumur gali ditampilkan pada CAT Pasuruan mayoritas terdiri dari litologi hasilerupsi gunungapiArjuna-Welirang-Tengger berupa breksi gunungapi dan tuff pasiran. Pada beberapa tempat terdapat lapisan lava yang Kelompok ini merupakan merupakan sumber dari sumur artesis positif. dengan Hasil analisis pengelompokan tipe kimia air kedalaman sumur 80 m – 130 m, menempati tanah dari berbagai sumber air di 12 (dua belas) wilayah Grati, Rejoso dan Purwodadi. Cekungan kelompok air tanah terkekang air tanah, secara rinci dapat 2) Kelompok II. Kelompok ini termasuk pada dipaparkan pada Tabel 2. Secara umum sumber tipe air tanah bebas, ditemukan pada sumur- air tanah yang dilakukan pemeriksaan berasal sumur bor industri di wilayah Kejayan, dari sumur bor dan pemanfaatan terbanyak yakni untuk industri 11 bocoran, air dari lapisan akuifer bebas terhadap lapisan akuifer di bawahnya. Selain hal tersebut di atas, proses konstruksi pada saat pemasangan pipa saringan yang tidak sesuai dengan posisi akifer atau pemasangan pipa saringan yang disengaja mengambil semua lapisan akifer turut mempengaruhi kandungan kimia air tanah. Tabel 2. Pengelompokan tipe kimia air tanah dengan pemetaan Diagram Piper 1 Jakarta SB Tipe kimia air tanah (Kel) I, II, IV 2 Bogor SB I dan II NO Gambar 7. Tipe kimia air tanah di CAT Pasuruan CAT Sumber Air 3 Tanggerang SB I 4 Bekasi SB I 5 Banten SB I 6 Garut SB II Air tanah terkekang, Air tanah bebas, Air tanah asin (air formasi dari endapan pematang pantai) Air tanah terkekang, Air tanah bebas Air tanah terkekang Air tanah terkekang Air tanah terkekang Air tanah bebas 7 Sumedang II Air tanah bebas 8 Indramayu II dan III II dan III Air tanah bebas II dan III II dan III Air tanah bebas Hasil analisis dan evaluasi tipe kimia air tanah dari berbagai sumber air, menunjukan; bahwa kualitas air sumur bor industri, mata air, sumur artesis dan sumur bor PDAM pada umumnya mempunyai tipe kualitas air yang sama yakni tipe Carbonate-Hardness kandungan kel. calsium-magnesium II, dimana >50% dan sulfat-chlorida <50%. Beberapa contoh air dari sumur bor industri terdeteksi mempunyai tipe kualitas air kel. I, yakni termasuk kelas air tanah yang berasal dari air tanah terkekang. Demikian pula kualitas air dari mata air dan sumur artesis serta sumur-sumur bor PDAM, juga mempunyai tipe kualitas air yang sama, yakni tipe Carbonate Hardness kel. II yang biasanya 9 Majalengka 10 Kuningan 11 Cirebon 12 Pasuruan SB, MA Keterangan: Kel. I Carbonat-alkali Kel. IV Non Carbonat-alkali SB Sumur Bor Pemanfaatan untuk Kelompok Air tanah bebas Air tanah bebas Industri Industri Industri Industri Industri Irigasi, Air minum Irigasi, Air minum Irigasi, Air minum Irigasi, Air minum Irigasi, Air minum Irigasi, Air minum Industri, PDAM, air minum Kel.III Non Carbonat-hardness Kel.II Carbonat-hardne MA Muka Air merupakan tipe kualitas air tanah bebas. Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas, maka dapat dijelaskan bahwa sumber-sumber air tersebut berasal dari satu sumber yang sama, yakni air tanah terkekang yang telah bercampur dengan air tanah bebas, karena batas lapisan akuifer yang kedap tidak menerus, sehingga ada 12 KESIMPULAN Evaluasi pengelompokan tipe kimia air tanah pada beberapa cekungan air tanah ini merupakan tahap awal dari rangkaian kegiatan pengelolaan pemanfaatan air tanah yang akan memberikan pemahaman tentang pendayagunaan air tanah dan pada akhirnya akan memberikan informasi Hasil analisis dan evaluasi tipe kimia air tanah mengenai tanah. dari berbagai sumber air, menunjukan; bahwa Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi kelompok kualitas air sumur bor industri, mata air, sumur tipe kimia air tanah, dapat disimpulkan sebagai artesis dan sumur bor PDAM pada umumnya berikut dibawah ini. mempunyai tipe kualitas air yang sama, yakni potensi cekungan air tipe Tipe kimia air tanah di beberapa cekungan air tanah telah memberikan informasi kondisi kualitas air tersebut yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan geologi pembentukannya. Secara umum air tanah yang diambil dan dimanfaatkan oleh berbagai pengguna baik yang bersumber dari sumur bor dalam maupun dangkal, terbesar berasal akuifer bebas pada endapan aluvial. Carbonate-Hardness kandungan kel. calsium-magnesium II, dimana >50% dan sulfat-chlorida <50%. Oleh karena itu, hasil analisis diatas dapat menjelaskan bahwa sumber-sumber air tersebut kemungkinan dapat berasal dari satu sumber yang sama, yakni air tanah terkekang yang telah bercampur dengan air tanah bebas, karena batas lapisan akuifer yang kedap tidak menerus, sehingga ada bocoran air dari lapisan akuifer bebas terhadap Di beberapa cekungan air tanah terdeteksi air lapisan akuifer di bawahnya. Selain itu, proses tanah yang terpengaruh oleh air laut, proses pemasangan screen yang tidak tepat pada lapisan perktukaran ion dan atau dipengaruhi oleh akuifer yang akan diambil dapat menyebabkan kondisi lingkungan geologi pembentukannya. bercampurnya airtanah bebas dengan airtanah Intrusi air laut dan pengaruh kondisi lingkungan terkekang. gelogi berupa endapan pantai yakni di CAT Jakarta, Indramayu dan Cirebon. UCAPAN TERIMAKASIH Kedalaman sumur bor industri pada umumnya Terimakasih kami ucapkan kepada Pusat menembus akuifer terkekang yang seharusnya LITBANG Sumber Daya Air, BBWS Cimanuk- penggunaan air tanah pada saat ini diarahkan Cisanggarung dan Direktorat Geologi Tata untuk mengambil air tanah dari akuifer dalam, Lingkungan yang telah mensuport data sehingga yang umumnya bersifat terkekang, dengan debit tulisan ini selsai dibuat. pengambilan tidak melebihi daya dukung akuifer terhadap pengambilan air tanah. Oleh karena itu, DAFTAR PUSTAKA diperlukan upaya-upaya atau metode untuk a. Prosiding Robert J Kondoatie, 2013, Groundwater use and its effect in Indonesia, Proceeding of the Workshop For Sustainable Use of Groundwater, Directorate General Water Resources, Ministry Public Works, February 13 2013, Jakarta. memperoleh informasi mengenai kondisi air tanah yang berupa hasil penyelidikan lapangan dan penyelidikan bawah tanah. 13 b. Jurnal Sihwanto, 2006, Penyelidikan Konservasi Air Tanah di CAT Pasuruan Propinsi Jawa Timur, Badan Geologi, Pusat Lingkungan Geologi, Bandung S.J. Sutanto, J.Zafra, F.Anvarifar, T.D.Dung, Hydrological, Geological and Chemical Assesment of Bouinenc Catchment South of France, 2010. Jurnal Sumber Daya Air Vol. 6 No.2, ISSN 1907-0276, November 2010, Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang Kementrian Pekerjaan Umum, Bandung. c. Peta Achdan. A, Sudana. D., 1992. Peta Geologi Lembar Indramayu, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi. Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2003, Peta Cekungan Air Tanah P.Jawa dan P.Madura Sebagai Basis Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung Effendi. A.C, Kusnama,Hermanto. B., 1998. Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi. Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Skala 1:100.000, Direktorat Geologi. Silitonga. P.H, Masria. M, Suwarna. N., 1996. Peta Geologi Lembar Cirebon, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi. Turkandi. T, SIdarto, Agustiyanto. D. A, Hadiwidjoyo. M., 1992. Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi. d. Disertasi, Tesis, Skripsi Seizarwati, W., 2013. Penyebab Penurunan Debit Mata Air Umbulan, Tesis, Fakultas Ilmu Kebumian, Institut Teknologi Bandung. (Hal:IV-15) 14 Irawan, D. E., 2009. Model Hidrogeologi Berdasarkan Analisis Perubahan Sifat FisikKimia Air Tanah Pada Sistem Akifer Endapan Gunungapi, Studi Kasus : Zona Mata Air Gunung Ciremai, Jawa Barat, Disertasi, Fakultas Ilmu Kebumian, Institut Teknologi Bandung. (Hal :107) e. Buku Andreas N. Chralambous, 1984, Groundwater Chemistry, Asian Institut Of Technologi Balai Besar Wilayah Sungai CimanukCisanggarung, 2010. Buku Data Pendayagunaan Air Tanah BBWS Cimanuk Cisanggarung. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Cirebon. Igor S.Zektser, Lorne G.Everett, 2004, Groundwater Resources of the World and Their Use, IHP-VI, Series on Groundwater No 6, Unesco, 94-95 Paul L.Younger, 2007,Groundwater in the Evironment, Blackwell Publising Ltd, Victoria 3053 Australia, 95-106 pp. Rushton, 2003, Goundwater Hydrology Conceptual and computational models, John Wiley and Sons, Chichester