MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

advertisement
MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
FEROZA AZRAI JUWIKA
SYAFRIDA HANI
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Surel: [email protected]
[email protected]
ABSRACT
The purpose of this research is to investigate influence of good corporate
governance mechanism on earning management. Good Corporate Governance
mechanism that used un thus research, such as : board of directors, board of
commissioner, audit committee and institutional ownership. The sample in this
research are manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock
Exchange in the year 2009-2013. Total sample in this research are 292. This
research uses multiple regression analysis method to Good Corporate Governance
mechanisms on earnings management. The result of this research showed that board
of commissioners have significant relationship with earnings management, and the
simultant, Good Corporate Governance mechanism have significant relationship with
earning management.
Keywords: earnings management and good corporate governance metchanism
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good
corporate governance terhadap manajemen laba. Baik mekanisme Corporate
Governance yang digunakan un demikian penelitian, seperti: direksi, dewan
komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional. Sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2009-2013. Total sampel dalam penelitian ini adalah 292. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi berganda untuk mekanisme Good Corporate
Governance pada manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan
komisaris memiliki hubungan yang signifikan dengan manajemen laba, dan simultan,
baik mekanisme Corporate Governance memiliki hubungan yang signifikan dengan
manajemen laba.
Kata kunci: manajemen laba dan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik
35
pola kenaikan dan penurunan laba
yang dilakukan perusahaan.
Jensen dan Meckling, (1976)
menyatakan bahwa manajemen laba
muncul sebagai dampak masalah
keagenan yang terjadi karena adanya
ketidakselarasan kepentingan antara
pemegang saham (principal) dan
manajemen perusahaan (agent). Pihak
prinsipal termotivasi mengadakan
kontrak
untuk
mensejahterahkan
dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat sedangkan agen
termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya, antara lain dalam hal
memperoleh
investasi,
pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan suatu
mekanisme pengendalian yang dapat
mensejajarkan perbedaan kepentingan
antara kedua belah pihak. Laba
seringkali dimanipulasi menggunakan
komponen discretionary accrual.
Terjadinya
manipulasi
laporan
keuangan tersebut karena lemahnya
penerapan corporate governance. Ciri
utama dari lemahnya
corporate
governance adalah adanya tindakan
mementingkan diri sendiri di pihak
para manajer perusahaan (Komsiyah,
Rahayu dkk, 2004).
KNKG (Komite Nasional
Kebijakan Governance) yang di bentuk
oleh
Pemerintah
Indonesia
mengeluarkan pedoman pelaksanaan
good corporate governance pada tahun
2006. Menurut Irmawati (2011) asas
good
corporate
governance
merupakan suatu struktur yang
mengatur pola hubungan harmonis
tentang peran dewan komisaris,
direksi, pemegang saham dan para
stakeholder lainnya. Dewan komisaris
sebagai organ perusahaan bertugas dan
PENDAHULUAN
Kebanyakan investor seringkali
hanya menaruh perhatian pada
informasi laba tanpa memperhatikan
bagaimana laba tersebut dihasilkan.
Informasi laba sering menjadi target
rekayasa melalui tindakan oportunis
manajemen untuk memaksimumkan
kepuasaannya. Tindakan tersebut
dilakukan dengan cara memilih
kebijakan akuntansi tertentu, sehingga
laba dapat diatur, dinaikkan atau
diturunkan sesuai keinginannya. Healy
dan Wahlen (1999), menyatakan
bahwa
manajemen
laba adalah
intervensi
manajemen
terhadap
pelaporan
keuangan
melalui
pemilihan metode akuntansi sesuai
dengan kebijakan manajemen, seperti
metode penyusutan dan metode biaya
dan tujuan manajemen laba adalah
untuk mengungkapkan
kinerja
ekonomi perusahaan sesuai dengan
keinginan dan harapan pemangku
kepentingan
tertentu.
Tindakan
manajemen
laba
(earnings
management) telah memunculkan
beberapa kasus skandal pelaporan
akuntansi yang secara luas diketahui,
antara lain Enron, Merck, World Com
dan mayoritas perusahaan lain di
Amerika Serikat (Cornett et.al 2006).
Beberapa kasus yang terjadi di
Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan
PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan
pelaporan
keuangan
(financial
reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi (Boediono, 2005).
Sebagian besar perusahaan manufaktur
di Indonesia melakukan praktek
perataan laba berturut-turut dari tahun
ke tahun, namun ada juga yang hanya
pada tahun-tahun tertentu serta adanya
36
bertanggungjawab secara kolektif
untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi
serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan GCG. Jumlah anggota
Dewan Komisaris harus disesuaikan
dengan
kompleksitas
perusahaan
dengan
tetap
memperhatikan
efektivitas
dalam
pengambilan
keputusan (KNKG, 2006). Terdapat
beberapa hasil penelitian yang berbeda
mengenai ukuran dewan komisaris
seperti yang dilakukan Husni (2013)
yang menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh terhadap
manajemen
laba,
lain
halnya
Ningsaptiti (2010) dan Suryani (2010)
yang menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Pihak yang lebih mengetahui
kondisi internal perusahaan dan
prospek perusahaan dimasa yang akan
datang adalah manajer yang bertindak
sebagai agent, sedangkan pemegang
saham mengetahui keadaan dan
prospek perusahaan dimasa yang akan
datang hanya melalui informasi yang
diberikan oleh manajer. Jumlah dewan
direksi yang besar kurang efektif
dalam memonitor manajemen. Direksi
sangat berpengaruh di perusahaan
karena dewan direksi adalah eksekutor
dalam perusahaan (Framudyo, 2009).
Sulistyanto dan Wibisono (2006)
menemukan bahwa semakin besar
dewan direktur semakin tidak efisien
dan semakin lemah kontrolnya
terhadap manajemen, sehingga kualitas
laporan menjadi rendah. Lain halnya
menurut Widyaningdyah (2001) dan
Setiawan (2013), yang menyatakan
bahwa jumlah dewan direksi terbukti
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan KNKG (2006),
disebutkan bahwa Dewan Komisaris
didalam
melaksanakan
tugasnya
dibantu oleh Komite Audit untuk
memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pembentukan komite audit merupakan
suatu keharusan. Komite audit
merupakan salah satu komite yang
memiliki peranan penting dalam
corporate governance. Komite audit
dalam menjalankan fungsinya adalah
untuk
memelihara integritas serta
pandangan yang objektif dalam
laporan serta penyusunan rekomendasi
yang diajukan oleh komite audit,
karena
individu
yang
mandiri
cenderung lebih adil dan tidak
memihak
serta
objektif
dalam
menangani
suatu
permasalahan,
(Hardiningsih. 2010).
Penerapan
corporate
governance
yang
baik
dapat
memberikan pemahaman mengenai
pentingnya hak pemegang saham
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai kondisi internal perusahaan
secara menyeluruh dan kewajiban
manajemen unuk mengungkapkan
semua informasi yang berkaitan
dengan perusahaan sehingga dapat
mengurangi tindakan manajemen laba
yang dilakukan perusahaan. Pemegang
saham sebagai pemilik modal,
memiliki hak dan tanggung jawab atas
perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran
dasar perusahaan (KNKG, 2006).
Investor
yang
berasal
dari
institusional dengan jumlah porsi
kepemilikan yang besar akan dapat
memonitor agen sehingga motivasi
manajer untuk mengatur laba menjadi
berkurang. Adanya pemegang saham
37
pengendali yang berbentuk institusi
mendorong pengawasan menjadi lebih
profesional sehingga berdampak pada
penurunan
praktik
earnings
management (Murhadi, 2009).
Penelitian ini betujuan untuk
mengetahui secara empiris pengaruh
ukuran dewan komisaris, ukuran
dewan direksi, jumlah komite audit
dan kepemilikan institusi baik secara
bersama-sama
maupun
individu
terhadap manajemen laba. Dan
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi bagi pengembangan teori
khususnya
mengenai
corporate
governance dan menjadi acuan bagi
peneliti berikutnya.
bahwa semakin besar dewan direktur
semakin tidak efisien dan semakin
lemah
kontrolnya
terhadap
manajemen.
Adanya
dewan
komisaris
perusahaan yang tertera di KNKG
(2006) sebagai pihak yang mengawasi
pelaksanaan
aktivitas
bisnis,
diharapkan dapat menjamin tingginya
kualitas laporan keuangan sehingga
mampu membatasi dan mendeteksi
manajemen dalam melakukan tindakan
yang mementingkan salah satu
pemangku
kepentingan.
Dewan
komisaris
dalam
melaksanakan
tugasnya membentuk dan dibantu oleh
komite audit. Komite audit dalam
menjalankan fungsinya adalah untuk
memelihara integritas serta pandangan
yang objektif dalam laporan serta
penyusunan
rekomendasi
yang
diajukan oleh komite audit, karena
individu yang mandiri cenderung lebih
adil dan tidak memihak serta objektif
dalam menangani suatu permasalahan
Hardiningsih (2010). Komite audit
berfungsi
untuk
memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah
yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan, akuntansi, dan pengendalian
intern sehingga dengan adanya komite
audit akan dapat mengeliminasi
penyimpangan
dalam
penyajian
laporan keuangan.
Kepemilikan
institusional
adalah kepemilikan saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi atau
lembaga seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan institusi lain (Tarjo,
2008). Investor yang berasal dari
institusional dengan jumlah porsi
kepemilikan yang besar akan dapat
memonitor agen sehingga motivasi
manajer untuk mengatur laba menjadi
KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS
Healy dan Wahlen (1999),
menyatakan
bahwa
definisi
manajemen laba adalah intervensi
manajemen
terhadap
pelaporan
keuangan melalui pemilihan metode
akuntansi sesuai dengan kebijakan
manajemen,
seperti
metode
penyusutan dan metode biaya dan
tujuan manajemen laba adalah untuk
mengungkapkan
kinerja ekonomi
perusahaan sesuai dengan keinginan
dan harapan pemangku kepentingan
tertentu. Motivasi
dilakukannya
manajemen
laba seperti yang
diungkapkan
Sulistyanto
(2008)
adalah Positif Accounting Theory.
Melalui tiga hipotesis yaitu: (1) the
bonus plan hypotesis, (2) the debt
covenant hypotesis, dan (3) the
political
cost
hypotesis
menghubungkan
teori
akuntansi
positif
ini
dengan
pemilihan
manajemen
terhadap prosedur
akuntansi yang digunakan. Sulistyanto
dan Wibisono (2006) menemukan
38
berkurang. Adanya pemegang saham
pengendali yang berbentuk institusi
mendorong pengawasan menjadi lebih
profesional sehingga berdampak pada
penurunan
praktik
earnings
management
(Murhadi,
2009).
Corporate governance diharapkan
meningkatkan efesiensi ekonomis,
dimana
peranan
manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para
pemegang saham dan stakeholders
lainnya dapat bersinergi untuk dapat
mewujudkan
efisiensi
yang
diharapkan. Corporate governance
juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaransasaran dari suatu perusahaan, dan
sebagai sarana untuk menentukan
teknik monitoring kinerja (Deni,
Khomsiyah dan Rika, 2004). GarciaMeca dan Sanchez-Ballesta (2009)
menemukan
bahwa
corporate
governance memiliki pengaruh negatif
terhadap earnings management.
Ukuran dewan direksi
Ukuran dewan
komisaris
Manajemen laba
Jumlah komite audit
Kepemilikan institusi
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
Hipotesis
1. H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2. H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba
3. H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
4. H4: Kepemilikan Institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
5. H5: Mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
governance, yang diproksikan dengan
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
METODE
Populasi
perusahaan
komisaris, jumlah komite audit, dan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
kepemilikan institusional.
Efek Indonesia (BEI) periode 2009a. Ukuran dewan direksi adalah
2013 sebanyak 150 perusahaan.
jumlah dewan direksi yang ada
Teknik pengambilan sampel dilakukan
pada perusahaan, lalu dilakukan
secara purposive sampling dengan
kriteria mengacu pada penelitian
jumlah
sampel
sebanyak
96
Jensen (1993) dengan merumuskan
perusahaan. Variabel Independen
perusahaan
yang
mempunyai
adalah mekanisme good corporate
jumlah dewan direksi kurang dari 7
39
diberi skala 1 dan lebih dari 7
diberi skala 0.
b. Ukuran dewan komisaris diukur
dengan menghitung jumlah dewan
komisaris
yang
ada
pada
perusahaan.
c. Jumlah komite audit diukur dengan
menghitung
jumlah
anggota
komite audit, lalu dilakukan
kriteria mengacu pada Keputusan
Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM)
dan
Lembaga
Keuangan dalam Peraturan Nomor
IX.I.5 (2012) dengan merumuskan
perusahaan yang memiliki 3 orang
komite audit diberi skala 1 dan
yang memiliki lebih dari 3 diberi
skala 0.
d. Kepemilikan
institusional,
kepemilikan institusional diukur
dengan persentase kepemilikan
saham oleh institusi lain diluar
perusahaan.
CFOit = Aliran kas dari
aktivitas operasi perusahaan i
pada periode ke t
b. Menghitung nilai accruals yang
diestimasi dengan persamaan
regresi OLS (Ordinary Least
Square) adalah sebagai berikut
:
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait -1) + β2 (
∆Revt / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1 ) +
e
Dimana:
Ait -1 = Total aktiva
perusahaan i pada periode ke t 1
∆Revt = Perubahan pendapatan
perusahaan i pada periode ke t -1
ke tahun t
PPEt = Aktiva tetap
perusahaan pada periode ke t
e
= error
c. Menghitung non discretionary
accruals model (NDA) adalah
sebagai berikut:
Variabel dependen adalah
manajemen laba yakni suatu kondisi
dimana
manajemen
melakukan
intervensi dalam proses penyusunan
laporan keuangan bagi pihak eksternal
sehingga meratakan, menaikkan, dan
menurunkan
pelaporan
laba.
Pengukuran
manajemen
laba
menggunakan discretinary accrual
(DAC) karena merupakan komponen
yang dapat dimanipulasi oleh manajer,
dihitung
dengan
menggunakan
Modified Jones Model (Dechow et al,
1995)
a. Mengukur total accrual
TAC = Nit - CFOit
Dimana:
Nit
= Laba bersih
perusahaan i pada periode ke t
NDAit = β1 ( 1 / Ait-1 ) + β2
(∆Revt / Ait-1 - ∆Rect / Ait-1 ) +
β3 (PPEt / Ait-1)
NDAit = non discretionary
accruals perusahaan i pada
periode ke t
β
= fitted coefficient yang
diperoleh dari hasil
regresi
pada
perhitungan total
accruals
d. Menghitung discretionary
accruals (DA) dapat dihitung
sebagai berikut :
DAit
= TAit / Ait-1 - NDAit
Discretionary accruals dapat
bernilai nol, positif atau negatif. DA
bernilai 0 menunjukkan bahwa praktik
40
manajemen laba dilakukan dengan
meratakan laba (income-smoothing),
nilai positif menunjukkan bahwa
manajemen menaikkan laba (incomeincreasing) dalam praktik manajemen
labanya, sedangkan nilai negatif
berarti
perusahaan
melakukan
manajemen labanya dengan cara
menurunkan laba (income-decreasing)
(Dinuka.2014).
Metode
analisis
yang
digunakan analisis regresi, digunakan
untuk mengetahui pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel
terikat. Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X1.X2.X3.X4 + e
Interaksi antara ukuran dewan direksi,
ukuran dewan komisaris, jumlah
komite audit, dan kepemilikan
institusi.
Serta menggunkan uji asumsi
klasik yang bertujuan mengetahui
kelayakan penggunaan model regresi
dalam penelitian, uji asumsi klasik
yang digunakan adalah uji normalitas,
uji
multikolonieritas
uji
heterokedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diuji
sebanyak 96 sampel, namun setelah
melalui tahap uji normalitas, terdapat
23 sampel yang merupakan outlier dan
harus dikeluarkan dari sampel
penelitian. Uji koefisien determinasi
(R2), digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variabel independen.
Hasil uji koefisien determinasi adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Manajemen laba, α = Konstanta,
β1, β2, β3, β4 dan β5 = Koefisien
Regresi, X1= Ukuran dewan direksi,
X2 = Ukuran dewan komisaris, X3 =
Jumlah
komite
audit,
X4=
Kepemilikian institusi, X1X2 X3X4 =
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
a
.206
Adjusted R Square
.043
.029
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.216807
1.156
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit,
Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba
penelitian ini. Hasil pengujian
terhadap nilai F pada tabel anova
sebesar 3,190 dengan signifikansi
sebesar 0,014 menunjukkan bahwa
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, jumlah komite audit dan
kepemilikan institusi berpengaruh
signifikan
secara
bersama-sama
terhadap manajemen laba.
Nilai adjusted R2 2,9%
menunjukkan manajemen laba yang
diproksikan dengan nilai discretionary
accrual dipengaruhi oleh ukuran
jumlah dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, jumah komite audit dan
kepemilikan institusi, sisanya sebesar
97,1% dipengaruhi oleh variabel lain
selain variabel yang digunakan dalam
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
41
Mean
Square
F
Sig.
1
Regression
.600
4
.150
Residual
13.490
287
.047
Total
14.090
291
.014a
3.190
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit,
Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba
Tabel
coefficients
menunjukkan koefisien regresi sebesar
-0,606 dengan signifikansi sebesar
0,545, artinya ukuran dewan direksi
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba. Dengan demikian,
semakin tinggi jumlah dewan direksi
dari yang telah ditetapkan oleh
Keputusan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) dan Lembaga
Keuangan dalam Peraturan Nomor
III.A.3 (2012) tidak akan mengurangi
tingkat terjadinya manajemen laba.
Berbeda dengan Jensen (1993) yang
menyatakan bahwa ukuran dewan
direksi kurang dari 7 diduga optimal
dalam mengontrol manajemen. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa
direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggungjawab secara
kolegial dalam mengelola perusahaan
(KNKG, 2006) belum efektif sehingga
pada akhirnya masih belum mampu
meningkatkan
kualitas
laporan
keuangan yang didalamnya terdapat
info laba. Sulistyanto dan Wibisono
(2006) menemukan bahwa semakin
besar dewan direktur semakin tidak
efisien dan semakin lemah kontrolnya
terhadap manajemen.
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-.083
.092
Ukuran Dewan Direksi
-.031
.051
.019
.008
Jumlah komite Audit
.045
.049
Kepemilikan Institusi
-.089
.079
Ukuran Dewan Komisaris
Beta
t
Sig.
-.904
.367
-.040
-.606
.545
.163
2.449
.015
.053
.917
.360
-.065
-1.127
.261
a. Dependent Variable: manajemen laba
perusahaan.
Namun
pada
kenyataannya ukuran dewan direksi
pada perusahaan kecil maupun
perusahaan besar sama-sama memiliki
alasan tertentu untuk melakukan
manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
Dechow et al (1996) widyaningdyah
(2001) dan Setiawan (2013) yang
menyatakan bahwa jumlah dewan
direksi terbukti tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Penelitian
terdahulu
menjelaskan
bahwa
meskipun ukuran dewan direksi
berubah-ubah, hal tersebut tidak secara
langsung mempengaruhi tindakan
manajemen laba yang dilakukan
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian antara variabel
ukuran dewan komisaris terhadap
manajemen laba, hasil t regresi
menunjukkan koefisien regresi sebesar
42
2,449 dengan signifikansi 0,015.
Pengujian memberikan hasil yang
signifikan dengan koefisien regresi
positif, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Artinya, dengan adanya dewan
komisaris maka akan mengurangi
tingkat manajemen laba yang terjadi,
berapapun jumlah dewan komisaris
yang ada dalam perusahaan akan
menjadi faktor penentu utama dari
efektivitas
pengawasan
terhadap
manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan Husni (2013) terhadap
perusahaan property dan real estate
yang menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh terhadap
manajemen laba. Komisaris sebagai
organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif
untuk
melakukan
pengawasan
(KNKG,
2006)
telah
mampu
menjamin tingginya kualitas laporan
keuangan sehingga mampu membatasi
dan mendeteksi manajemen dalam
melakukan
tindakan
yang
mementingkan salah satu pemangku
kepentingan. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan Ningsaptiti (2010) dan
Suryani (2010) yang menyatakan
bahwa ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
yang tidak signifikan dengan koefisien
regresi
positif, sehingga dapat
diartikan bahwa jumlah komite audit
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba. Dengan demikian
berapapun jumlah komite audit tidak
akan mengurangi tingkat terjadinya
manajemen laba pada perusahaan
sampel. Meskipun perusahaan sampel
telah menerapkan Keputusan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
dan Lembaga Keuangan dalam
Peraturan Nomor IX.I.5 (2012) yang
menyatakan bahwa Komite Audit
paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang berasal dari Komisaris
Independen dan Pihak dari luar Emiten
atau Perusahaan Publik ternyata tidak
dapat
mengurangi
tindakan
manajemen laba.
Hasil ini sejalan dengan
temuan Ningsaptiti (2010) dan Suryani
yang menyatakan bahwa jumlah
komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, yang artinya
peran komite audit bertugas untuk
memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
(KNKG, 2006) tidak efektif dalam
memonitor kinerja manajemen dalam
hal memastikan laporan keuangan.
Dengan jumlah komite audit yang ratarata 3 orang pada perusahaan sampel
belum berhasil mengurangi tindakan
manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan
Kumala
(2013)
yang
menyatakan bahwa jumlah komite
audit berpengaruh dalam menekan
manajemen laba. Komite audit
merupakan bagian dari dewan
komisaris dalam mengawasi jalannya
perusahaan, komite audit bertugas
untuk
memberikan
pendapat
Pengaruh Jumlah Komite Audit
terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian pengaruh
variabel jumlah komite audit terhadap
manajemen laba pada perusahaan
sampel. Hasil nilai t regresi
menunjukkan koefisien regresi sebesar
0,917 dengan signifikansi sebesar
0,360. Pengujian memberikan hasil
43
professional dan independen kepada
dewan komisaris mengenai laporan
keuangan. Dengan berjalannya fungsi
komite audit yang telah mampu untuk
mengontrol
perusahaan
sehingga
konflik keagenan yang terjadi akibat
keinginan
manajemen
untuk
meningkatkan kesejahteraan sendiri
dapat diminimalisasi.
Pengaruh
mekanisme
good
corporate governance terhadap
Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, jumlah komite audit
dan kepemilikan institusi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap
manajemen
laba.
Hasil
jelas
mengungkapkan bahwa dengan adanya
mekanisme corporate governance
mampu untuk meminimalisasikan
tindakan manajemen laba yang
dilakukan pihak manajemen. KNKG
yang dikeluarkan oleh pemerintah
tahun 2006, perusahaan mampu untuk
menjalankan
penerapan
good
corporate governance dalam hal
menekan tindakan manajemen laba
yang apabila dilakukan scara terus
menerus akan berdampak pada skandal
laporan keuangan. Sejalan dengan
temuan
Boediono
(2005)
dan
Sriwedari (2009) yang menguji tentang
pengaruh
mekanisme
corporate
governance terhadap manajemen laba
yang menemukan pengaruh yang
lemah dari hasil penelitiannya dan
penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Garcia-Meca dan SanchezBallesta (2009) menemukan bahwa
corporate
governance
memiliki
pengaruh negatif terhadap earnings
management.
Penelitian ini memberikan
pengaruh yang lemah yang ditandainya
dengan adjusted R2 sebesar 2,9%,
sedangkan sisanya 97,1% dipengaruhi
oleh variabel lain selain variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
seperti:,
kepemilikan
manajerial,
komposisi
dewan
komisaris,
independensi komite audit, leverage,
ukuran perusahaan, jumlah rapat
komite audit, spesialisasi industri
Pengaruh Kepemilikan Institusi
terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian
pengaruh
variabel
kepemilikan
institusi terhadap manajemen laba
pada perusahaan sampel. Hasil nilai t
regresi menunjukkan koefisien regresi
sebesar -1,1127 dengan signifikansi
sebesar 0,261. Sehingga dapat
diartikan bahwa kepemilikan institusi
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba. Dengan demikian
semakin tinggi kepemilikan institusi
yang ada pada perusahaan sampel
tidak akan mengurangi tingkat
terjadinya manajemen laba.
Adanya pemegang saham
pengendali belum mampu untuk
mendorong pengawasan menjadi lebih
professional
sehingga
terjadinya
praktik manajemen laba. Investor yang
berasal dari kepemilikan institusional
dengan jumlah porsi kepemilikan yang
besar belum dapat dapat memonitor
agen
secara
maksimal
untuk
meningkatkan
kualitas
laporan
keuangan yang berhubungan dengan
laba. Hasil penelitian ini tidak
mendukung
penelitian
yang
dilakukannya Jensen dan Meckling
(1976), Morkck et al (1982) dan
Sriwedari (2009) yang menemukan
adanya pengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
44
KAP, dan komite manajemen resiko.
Variabel lain inilah yang diharapkan
memberikan pengaruh yang cukup
kuat untuk mengurangi tindakan
manajemen laba.
dari efektivitas pengawasan terhadap
manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Pengujian secara bersamasama mekanisme good corporate
governance berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan adanya
pedoman
GCG
telah
mampu
mengurangi tingkat manajemen laba.
Keterbatasan yang terdapat
dalam penelitian ini antara lain periode
penelitian hanya sebatas tahun 2009
sampai dengan 2013.Variabel yang
digunakan
sebagai
mekanisme
corporate governance kurang dapat
mengukur secara komprehensif praktik
manajemen laba dalam perusahaan.
Bagi peneliti selanjutnya hendaknya
menambah periode pengamatan agar
pengaruh
mekanisme
corporate
governance dapat lebih teruji dalam
mengurangi manajemen laba. Perlunya
mengembangkan suatu instrumen
pengukuran untuk indeks corporate
governance atas perusahaan publik di
Indonesia. Bagi perusahaan, untuk
setiap
manajemen
agar
tidak
mementingkan kepentingan pribadi
sehingga dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan.
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, jumlah komite audit
dan kepemilikan institusi secara
bersama-sama mempunyai pengaruh
yang lemah terhadap manajemen laba
yang ditandainya dengan adjusted R2
2,9%
sehingga
variabel
yang
digunakan masih belum efektif
digunakan
dalam
mengurangi
manajemen laba. Pernyataan bahwa
ukuran
dewan
direksi
tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
menyiratkan bahwa dewan direksi
pada akhirnya belum mampu untuk
meningkatkan
kualitas
laporan
keuangan yang dimungkinkan karena
financial literacy yang kurang dari
dewan direksi. Demikian pula dengan
jumlah komite audit dan kepemilikan
institusi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan jumlah
komite audit yang rata-rata 3 orang
pada perusahaan sampel belum
berhasil
mengurangi
tindakan
manajemen
laba.
Sedangkan
kepemilikan institusi yang tinggi maka
tidak dapat mengurangi tingkat
terjadinya manajemen laba.
Pada ukuran dewan komisaris
ditemukan adanya pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, artinya,
dengan
adanya
ukuran
dewan
komisaris maka akan mengurangi
tingkat manajemen laba yang terjadi,
berapapun berapapun jumlah dewan
komisaris yang ada dalam perusahaan
akan menjadi faktor penentu utama
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, Gideon SB. (2005).
“Kualitas Laba: Studi Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
dan
Dampak
Manajemen
Laba
dengan
Menggunakan Analisis Jalur”.
Simposium Nasional Akuntansi
VIII Solo, 15-16 September
2005.
Cornett, Marcia Millon; Alan J.
Marcus; Hassan Tehranian.
(2007).
“Corporate
Governance and Pay-for45
Performance: The Impact of
Earnings
Management”.
Journal
of
Financial
Economics 87 (2008). pp.357–
373.
García-Meca, Emma; J. P. SánchezBallesta. (2009). “Corporate
Governance and Earnings
Management:
A
MetaAnalysis”.
Corporate
Governance: An International
Review, 2009, 17(5): 594–610.
Darmawati, Deni; Khomsiyah dan
Rika Gelar Rahayu. (2004).
“Hubungan
Corporate
Governance
dan
Kinerja
Perusahaan”. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, 2005.
Gradianto,
Andrean.
(2012).
“Pengaruh
Komite
Audit
Terhadap Praktik Manajemen
Laba”. Fakultas Ekonomika
dan
Bisnis,
Universitas
Diponogoro, Semarang.
Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and
A.P.
Sweeney,
(1995).
“Detecting
earnings
management”, The Accounting
Review Vol. 70 No. 2. April
1995, h. 193-225
H.Sri Sulistyanto (2008) Manajemen
Laba (Teori & Model Empiris)
in. book google web. accessed
December
4,
2014
http://books.google.co.id/books
?id=j4lzrAw1TGcC&lpg=PP1
&dq=manajemen%20laba&pg
=PP1#v=onepage&q=manajem
en%20laba&f=false
Dinuka, Vina Kholisa dan Zulaikha
(2014). “Analisis Pengaruh
Audit Tenure, Ukuran KAP dan
Diserfikasi Geografis Terhadap
Manajemen Laba”, Diponegoro
Journal Of Accounting Vol. 3
No. 3, Tahun 2014. H.1-11,
ISSN (online): 2337-3806.
Hardiningsih,
Pancawati
(2010),
“Pengaruh
Independensi,
Corporate Governance, Dan
Kualitas
Audit
Terhadap
Integritas Laporan Keuangan”,
Kajian Akuntansi Vol. 2 No. 1
Pebruari 2010, Halaman 61 76, ISSN : 1979-4886.
Forum for Corporate Governance in
Indonesia (2001) Peranan
Dewan Komisaris dan Komite
Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata
Kelola Perusahaan), Seri Tata
Kelola Perusahaan Jilid II.
Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999).
A Review of the Earnings
Management Literature and Its
Implications.for
Standard
Setting”. Journal Horizon ,
Vol.13 No.4, p.365-383.
Framudyo Jati. (2009). “Pengaruh
Struktur
Corporate
Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan
Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia”. Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi Universitas
Gunadarma.
Husni, Raudhatul (2013). “Pengaruh
Mekanisme good corporate
governance, Leverage, dan
Profitabilitas
terhadap
Manajemen Laba”. Universitas
46
Andalas.
http://journal.fekon.unand.ac.id
. Diakses 16 Desember 2014.
Kementerian Keuangan, BAPEPAM
dan
Lembaga
Keuangan
(2012). Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit. Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal
dan
Lembaga
Keuangan
Nomor: Kep- 643/BL/2012.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009.
Standar Akuntansi Keuangan,
Jakarta: Salemba Empat.
Irmawati Wijaya, SE., MMSI dan
Amelia Permatasari. (2011).
“Pengaruh Implementasi Good
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja Keuangan
PT. United Tractors”, UG
Jurnal
Publikasi
Ilmiah
Universitas Gunadarma Vol. 6
No. 03, Tahun 2012, h.16–23,
ISSN: 1978-4783.
Komite
Nasional
Kebijakan
Governance. (2006). Pedoman
Umum
Good
Corporate
Governance Indonesia.
Kumala, Roshella Evi. (2014).
“Analisis Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba”.
Fakultas
Ekonomika
dan
Bisnis,
Universitas
Diponogoro.
Jensen, M.C (1993), “The Modern
Industrial Revolution, Exit, and
the Failure of Internal Control
System, Journal of Finance”,
Vol.48. July, h.831-880.
Jensen,
Ningsaptiti, Restie. (2010). “Analisis
Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Mekanisme Terhadap
Manajemen Laba”. Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponogoro, Semarang.
Michael C. dan W.H.
Meckling. (1976). Theory of
The
Firm:
Managerial
Behavior, Ageny Cost and
Ownership Sructure. Journal of
Financial Economics 3. h. 305360.
Setiawan, Hendri. (2013). Pengaruh
Reputasi Auditor, Dewan
Direksi dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba pada
Perusahaan yang Terdaftar di
Indeks Syariah Periode 20062011. Jurnal Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi, Vol.
21 No.2.
Juliandi, Azuar dan Irfan (2013),
Metodologi
Penelitian
Kuantitatif.
Bandung:
Citapustaka Media Perintis.
Kementerian Keuangan, BAPEPAM
dan
Lembaga
Keuangan
(2012). Direktur Bursa Efek.
Keputusan
Ketua
Badan
Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-54/BL/2012.
Sriwedari, Tuti (2009), “Mekanisme
Good corporate governance,
Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
47
Indonesia”,
Pascasarjana
Sumatera Utara.
Sekolah
Universitas
Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan Vol. 3 No. 2,
November 2001.
Statement of Financial Accounting
Standards No. 1 Revised on 20 July
2006
Sulistyanto, H, Sri dan Haris
Wibisono. (2003). “Good
Corporate
Governance:
Berhasilkah Diterapkan di
Indonesia?”. Jurnal Widya
Warta, No.2 Tahun XXVI/Juli
2003.
Suryani,
Indra
Dewi.
(2010).
“Pengaruh
Mekanisme
Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen
Laba
Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI”. Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponogoro, Semarang.
Tadikapury, Violetta Jingga (2011).
“Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Pada PT.
Bank X Tbk Kanwil X”.
Universitas
Hasanuddin,
Makasar.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan Institusional dan
Leverage Terhadap Manajemen
Laba, Nilai Pemegang saham
serta Cost of Equity Capital”.
Simposium
Nasioanal
Akuntansi XI. Pontianak.
Widyaningdyah, Agnes Utari (2001).
“Analisis Faktor-faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Earning
Management Pada Perusahaan
Go Public Di Indonesia”.
48
Download