MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA FEROZA AZRAI JUWIKA SYAFRIDA HANI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Surel: [email protected] [email protected] ABSRACT The purpose of this research is to investigate influence of good corporate governance mechanism on earning management. Good Corporate Governance mechanism that used un thus research, such as : board of directors, board of commissioner, audit committee and institutional ownership. The sample in this research are manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2009-2013. Total sample in this research are 292. This research uses multiple regression analysis method to Good Corporate Governance mechanisms on earnings management. The result of this research showed that board of commissioners have significant relationship with earnings management, and the simultant, Good Corporate Governance mechanism have significant relationship with earning management. Keywords: earnings management and good corporate governance metchanism ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Baik mekanisme Corporate Governance yang digunakan un demikian penelitian, seperti: direksi, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2013. Total sampel dalam penelitian ini adalah 292. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda untuk mekanisme Good Corporate Governance pada manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan komisaris memiliki hubungan yang signifikan dengan manajemen laba, dan simultan, baik mekanisme Corporate Governance memiliki hubungan yang signifikan dengan manajemen laba. Kata kunci: manajemen laba dan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik 35 pola kenaikan dan penurunan laba yang dilakukan perusahaan. Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Laba seringkali dimanipulasi menggunakan komponen discretionary accrual. Terjadinya manipulasi laporan keuangan tersebut karena lemahnya penerapan corporate governance. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan (Komsiyah, Rahayu dkk, 2004). KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) yang di bentuk oleh Pemerintah Indonesia mengeluarkan pedoman pelaksanaan good corporate governance pada tahun 2006. Menurut Irmawati (2011) asas good corporate governance merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan PENDAHULUAN Kebanyakan investor seringkali hanya menaruh perhatian pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa manajemen laba adalah intervensi manajemen terhadap pelaporan keuangan melalui pemilihan metode akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan dan metode biaya dan tujuan manajemen laba adalah untuk mengungkapkan kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku kepentingan tertentu. Tindakan manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et.al 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan praktek perataan laba berturut-turut dari tahun ke tahun, namun ada juga yang hanya pada tahun-tahun tertentu serta adanya 36 bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Terdapat beberapa hasil penelitian yang berbeda mengenai ukuran dewan komisaris seperti yang dilakukan Husni (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba, lain halnya Ningsaptiti (2010) dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pihak yang lebih mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah manajer yang bertindak sebagai agent, sedangkan pemegang saham mengetahui keadaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang hanya melalui informasi yang diberikan oleh manajer. Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Direksi sangat berpengaruh di perusahaan karena dewan direksi adalah eksekutor dalam perusahaan (Framudyo, 2009). Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen, sehingga kualitas laporan menjadi rendah. Lain halnya menurut Widyaningdyah (2001) dan Setiawan (2013), yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan KNKG (2006), disebutkan bahwa Dewan Komisaris didalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Komite Audit untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan, (Hardiningsih. 2010). Penerapan corporate governance yang baik dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi internal perusahaan secara menyeluruh dan kewajiban manajemen unuk mengungkapkan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan (KNKG, 2006). Investor yang berasal dari institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang besar akan dapat memonitor agen sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Adanya pemegang saham 37 pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik earnings management (Murhadi, 2009). Penelitian ini betujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi baik secara bersama-sama maupun individu terhadap manajemen laba. Dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori khususnya mengenai corporate governance dan menjadi acuan bagi peneliti berikutnya. bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen. Adanya dewan komisaris perusahaan yang tertera di KNKG (2006) sebagai pihak yang mengawasi pelaksanaan aktivitas bisnis, diharapkan dapat menjamin tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi dan mendeteksi manajemen dalam melakukan tindakan yang mementingkan salah satu pemangku kepentingan. Dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya membentuk dan dibantu oleh komite audit. Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan Hardiningsih (2010). Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian intern sehingga dengan adanya komite audit akan dapat mengeliminasi penyimpangan dalam penyajian laporan keuangan. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Investor yang berasal dari institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang besar akan dapat memonitor agen sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba adalah intervensi manajemen terhadap pelaporan keuangan melalui pemilihan metode akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan dan metode biaya dan tujuan manajemen laba adalah untuk mengungkapkan kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku kepentingan tertentu. Motivasi dilakukannya manajemen laba seperti yang diungkapkan Sulistyanto (2008) adalah Positif Accounting Theory. Melalui tiga hipotesis yaitu: (1) the bonus plan hypotesis, (2) the debt covenant hypotesis, dan (3) the political cost hypotesis menghubungkan teori akuntansi positif ini dengan pemilihan manajemen terhadap prosedur akuntansi yang digunakan. Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan 38 berkurang. Adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik earnings management (Murhadi, 2009). Corporate governance diharapkan meningkatkan efesiensi ekonomis, dimana peranan manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya dapat bersinergi untuk dapat mewujudkan efisiensi yang diharapkan. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaransasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004). GarciaMeca dan Sanchez-Ballesta (2009) menemukan bahwa corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap earnings management. Ukuran dewan direksi Ukuran dewan komisaris Manajemen laba Jumlah komite audit Kepemilikan institusi Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Hipotesis 1. H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 2. H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 3. H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 4. H4: Kepemilikan Institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 5. H5: Mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba. governance, yang diproksikan dengan ukuran dewan direksi, ukuran dewan METODE Populasi perusahaan komisaris, jumlah komite audit, dan manufaktur yang terdaftar di Bursa kepemilikan institusional. Efek Indonesia (BEI) periode 2009a. Ukuran dewan direksi adalah 2013 sebanyak 150 perusahaan. jumlah dewan direksi yang ada Teknik pengambilan sampel dilakukan pada perusahaan, lalu dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria mengacu pada penelitian jumlah sampel sebanyak 96 Jensen (1993) dengan merumuskan perusahaan. Variabel Independen perusahaan yang mempunyai adalah mekanisme good corporate jumlah dewan direksi kurang dari 7 39 diberi skala 1 dan lebih dari 7 diberi skala 0. b. Ukuran dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah dewan komisaris yang ada pada perusahaan. c. Jumlah komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit, lalu dilakukan kriteria mengacu pada Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor IX.I.5 (2012) dengan merumuskan perusahaan yang memiliki 3 orang komite audit diberi skala 1 dan yang memiliki lebih dari 3 diberi skala 0. d. Kepemilikan institusional, kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh institusi lain diluar perusahaan. CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) adalah sebagai berikut : TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait -1) + β2 ( ∆Revt / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1 ) + e Dimana: Ait -1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t 1 ∆Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t -1 ke tahun t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t e = error c. Menghitung non discretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut: Variabel dependen adalah manajemen laba yakni suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga meratakan, menaikkan, dan menurunkan pelaporan laba. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC) karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer, dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al, 1995) a. Mengukur total accrual TAC = Nit - CFOit Dimana: Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t NDAit = β1 ( 1 / Ait-1 ) + β2 (∆Revt / Ait-1 - ∆Rect / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1) NDAit = non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t β = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals d. Menghitung discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut : DAit = TAit / Ait-1 - NDAit Discretionary accruals dapat bernilai nol, positif atau negatif. DA bernilai 0 menunjukkan bahwa praktik 40 manajemen laba dilakukan dengan meratakan laba (income-smoothing), nilai positif menunjukkan bahwa manajemen menaikkan laba (incomeincreasing) dalam praktik manajemen labanya, sedangkan nilai negatif berarti perusahaan melakukan manajemen labanya dengan cara menurunkan laba (income-decreasing) (Dinuka.2014). Metode analisis yang digunakan analisis regresi, digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X1.X2.X3.X4 + e Interaksi antara ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit, dan kepemilikan institusi. Serta menggunkan uji asumsi klasik yang bertujuan mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian, uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolonieritas uji heterokedastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sampel yang diuji sebanyak 96 sampel, namun setelah melalui tahap uji normalitas, terdapat 23 sampel yang merupakan outlier dan harus dikeluarkan dari sampel penelitian. Uji koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Hasil uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut : Keterangan : Y = Manajemen laba, α = Konstanta, β1, β2, β3, β4 dan β5 = Koefisien Regresi, X1= Ukuran dewan direksi, X2 = Ukuran dewan komisaris, X3 = Jumlah komite audit, X4= Kepemilikian institusi, X1X2 X3X4 = Model Summaryb Model 1 R R Square a .206 Adjusted R Square .043 .029 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .216807 1.156 a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit, Ukuran Dewan Direksi b. Dependent Variable: manajemen laba penelitian ini. Hasil pengujian terhadap nilai F pada tabel anova sebesar 3,190 dengan signifikansi sebesar 0,014 menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap manajemen laba. Nilai adjusted R2 2,9% menunjukkan manajemen laba yang diproksikan dengan nilai discretionary accrual dipengaruhi oleh ukuran jumlah dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumah komite audit dan kepemilikan institusi, sisanya sebesar 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam ANOVAb Model Sum of Squares Df 41 Mean Square F Sig. 1 Regression .600 4 .150 Residual 13.490 287 .047 Total 14.090 291 .014a 3.190 a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit, Ukuran Dewan Direksi b. Dependent Variable: manajemen laba Tabel coefficients menunjukkan koefisien regresi sebesar -0,606 dengan signifikansi sebesar 0,545, artinya ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian, semakin tinggi jumlah dewan direksi dari yang telah ditetapkan oleh Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor III.A.3 (2012) tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba. Berbeda dengan Jensen (1993) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi kurang dari 7 diduga optimal dalam mengontrol manajemen. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan (KNKG, 2006) belum efektif sehingga pada akhirnya masih belum mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan yang didalamnya terdapat info laba. Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -.083 .092 Ukuran Dewan Direksi -.031 .051 .019 .008 Jumlah komite Audit .045 .049 Kepemilikan Institusi -.089 .079 Ukuran Dewan Komisaris Beta t Sig. -.904 .367 -.040 -.606 .545 .163 2.449 .015 .053 .917 .360 -.065 -1.127 .261 a. Dependent Variable: manajemen laba perusahaan. Namun pada kenyataannya ukuran dewan direksi pada perusahaan kecil maupun perusahaan besar sama-sama memiliki alasan tertentu untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dechow et al (1996) widyaningdyah (2001) dan Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa meskipun ukuran dewan direksi berubah-ubah, hal tersebut tidak secara langsung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian antara variabel ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba, hasil t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 42 2,449 dengan signifikansi 0,015. Pengujian memberikan hasil yang signifikan dengan koefisien regresi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Artinya, dengan adanya dewan komisaris maka akan mengurangi tingkat manajemen laba yang terjadi, berapapun jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Husni (2013) terhadap perusahaan property dan real estate yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan (KNKG, 2006) telah mampu menjamin tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi dan mendeteksi manajemen dalam melakukan tindakan yang mementingkan salah satu pemangku kepentingan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Ningsaptiti (2010) dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. yang tidak signifikan dengan koefisien regresi positif, sehingga dapat diartikan bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian berapapun jumlah komite audit tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba pada perusahaan sampel. Meskipun perusahaan sampel telah menerapkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor IX.I.5 (2012) yang menyatakan bahwa Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik ternyata tidak dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan temuan Ningsaptiti (2010) dan Suryani yang menyatakan bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, yang artinya peran komite audit bertugas untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNKG, 2006) tidak efektif dalam memonitor kinerja manajemen dalam hal memastikan laporan keuangan. Dengan jumlah komite audit yang ratarata 3 orang pada perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Kumala (2013) yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh dalam menekan manajemen laba. Komite audit merupakan bagian dari dewan komisaris dalam mengawasi jalannya perusahaan, komite audit bertugas untuk memberikan pendapat Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian pengaruh variabel jumlah komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,917 dengan signifikansi sebesar 0,360. Pengujian memberikan hasil 43 professional dan independen kepada dewan komisaris mengenai laporan keuangan. Dengan berjalannya fungsi komite audit yang telah mampu untuk mengontrol perusahaan sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi. Pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil jelas mengungkapkan bahwa dengan adanya mekanisme corporate governance mampu untuk meminimalisasikan tindakan manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. KNKG yang dikeluarkan oleh pemerintah tahun 2006, perusahaan mampu untuk menjalankan penerapan good corporate governance dalam hal menekan tindakan manajemen laba yang apabila dilakukan scara terus menerus akan berdampak pada skandal laporan keuangan. Sejalan dengan temuan Boediono (2005) dan Sriwedari (2009) yang menguji tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba yang menemukan pengaruh yang lemah dari hasil penelitiannya dan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Garcia-Meca dan SanchezBallesta (2009) menemukan bahwa corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap earnings management. Penelitian ini memberikan pengaruh yang lemah yang ditandainya dengan adjusted R2 sebesar 2,9%, sedangkan sisanya 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti:, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, independensi komite audit, leverage, ukuran perusahaan, jumlah rapat komite audit, spesialisasi industri Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar -1,1127 dengan signifikansi sebesar 0,261. Sehingga dapat diartikan bahwa kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan institusi yang ada pada perusahaan sampel tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba. Adanya pemegang saham pengendali belum mampu untuk mendorong pengawasan menjadi lebih professional sehingga terjadinya praktik manajemen laba. Investor yang berasal dari kepemilikan institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang besar belum dapat dapat memonitor agen secara maksimal untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang berhubungan dengan laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukannya Jensen dan Meckling (1976), Morkck et al (1982) dan Sriwedari (2009) yang menemukan adanya pengaruh negatif terhadap manajemen laba. 44 KAP, dan komite manajemen resiko. Variabel lain inilah yang diharapkan memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk mengurangi tindakan manajemen laba. dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pengujian secara bersamasama mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan adanya pedoman GCG telah mampu mengurangi tingkat manajemen laba. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain periode penelitian hanya sebatas tahun 2009 sampai dengan 2013.Variabel yang digunakan sebagai mekanisme corporate governance kurang dapat mengukur secara komprehensif praktik manajemen laba dalam perusahaan. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menambah periode pengamatan agar pengaruh mekanisme corporate governance dapat lebih teruji dalam mengurangi manajemen laba. Perlunya mengembangkan suatu instrumen pengukuran untuk indeks corporate governance atas perusahaan publik di Indonesia. Bagi perusahaan, untuk setiap manajemen agar tidak mementingkan kepentingan pribadi sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. PENUTUP Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang lemah terhadap manajemen laba yang ditandainya dengan adjusted R2 2,9% sehingga variabel yang digunakan masih belum efektif digunakan dalam mengurangi manajemen laba. Pernyataan bahwa ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba menyiratkan bahwa dewan direksi pada akhirnya belum mampu untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dimungkinkan karena financial literacy yang kurang dari dewan direksi. Demikian pula dengan jumlah komite audit dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan jumlah komite audit yang rata-rata 3 orang pada perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba. Sedangkan kepemilikan institusi yang tinggi maka tidak dapat mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba. Pada ukuran dewan komisaris ditemukan adanya pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, artinya, dengan adanya ukuran dewan komisaris maka akan mengurangi tingkat manajemen laba yang terjadi, berapapun berapapun jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu utama DAFTAR PUSTAKA Boediono, Gideon SB. (2005). “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005. Cornett, Marcia Millon; Alan J. Marcus; Hassan Tehranian. (2007). “Corporate Governance and Pay-for45 Performance: The Impact of Earnings Management”. Journal of Financial Economics 87 (2008). pp.357– 373. García-Meca, Emma; J. P. SánchezBallesta. (2009). “Corporate Governance and Earnings Management: A MetaAnalysis”. Corporate Governance: An International Review, 2009, 17(5): 594–610. Darmawati, Deni; Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2004). “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2005. Gradianto, Andrean. (2012). “Pengaruh Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponogoro, Semarang. Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995). “Detecting earnings management”, The Accounting Review Vol. 70 No. 2. April 1995, h. 193-225 H.Sri Sulistyanto (2008) Manajemen Laba (Teori & Model Empiris) in. book google web. accessed December 4, 2014 http://books.google.co.id/books ?id=j4lzrAw1TGcC&lpg=PP1 &dq=manajemen%20laba&pg =PP1#v=onepage&q=manajem en%20laba&f=false Dinuka, Vina Kholisa dan Zulaikha (2014). “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan Diserfikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba”, Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 3 No. 3, Tahun 2014. H.1-11, ISSN (online): 2337-3806. Hardiningsih, Pancawati (2010), “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi Vol. 2 No. 1 Pebruari 2010, Halaman 61 76, ISSN : 1979-4886. Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II. Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications.for Standard Setting”. Journal Horizon , Vol.13 No.4, p.365-383. Framudyo Jati. (2009). “Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma. Husni, Raudhatul (2013). “Pengaruh Mekanisme good corporate governance, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”. Universitas 46 Andalas. http://journal.fekon.unand.ac.id . Diakses 16 Desember 2014. Kementerian Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (2012). Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 643/BL/2012. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Irmawati Wijaya, SE., MMSI dan Amelia Permatasari. (2011). “Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan PT. United Tractors”, UG Jurnal Publikasi Ilmiah Universitas Gunadarma Vol. 6 No. 03, Tahun 2012, h.16–23, ISSN: 1978-4783. Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Kumala, Roshella Evi. (2014). “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponogoro. Jensen, M.C (1993), “The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control System, Journal of Finance”, Vol.48. July, h.831-880. Jensen, Ningsaptiti, Restie. (2010). “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Terhadap Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, Semarang. Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Ageny Cost and Ownership Sructure. Journal of Financial Economics 3. h. 305360. Setiawan, Hendri. (2013). Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Syariah Periode 20062011. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 21 No.2. Juliandi, Azuar dan Irfan (2013), Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Kementerian Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (2012). Direktur Bursa Efek. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-54/BL/2012. Sriwedari, Tuti (2009), “Mekanisme Good corporate governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek 47 Indonesia”, Pascasarjana Sumatera Utara. Sekolah Universitas Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, November 2001. Statement of Financial Accounting Standards No. 1 Revised on 20 July 2006 Sulistyanto, H, Sri dan Haris Wibisono. (2003). “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan di Indonesia?”. Jurnal Widya Warta, No.2 Tahun XXVI/Juli 2003. Suryani, Indra Dewi. (2010). “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, Semarang. Tadikapury, Violetta Jingga (2011). “Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT. Bank X Tbk Kanwil X”. Universitas Hasanuddin, Makasar. Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital”. Simposium Nasioanal Akuntansi XI. Pontianak. Widyaningdyah, Agnes Utari (2001). “Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”. 48