BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu kegiatan peribadatan yang tanpa melibatkan musik di dalamnya. Akan sangat terasa hambar ketika kita bernyanyi tidak diiringi dengan musik. Dengan melihat hal ini maka bisa dikatakan bahwa musik merupakan bagian integral dalam kehidupan ibadah yang dilakukan oleh manusia. Bukan saja ketika melakukan ibadah, dalam kehidupan sehari-haripun musik sangat dekat dengan kehidupan manusia. Musik dapat mengekspresikan bagaimana keadaan seseorang. Apakah seseorang berada dalam suasana sedih atau senang, kecewa, bahagia, bisa diekspresikan lewat musik. Oleh sebab itu, musik juga dikatakan sebagai bagian dari hidup manusia yang penting. Melalui penyajian musik tertentu, keadaan emosional seseorang dapat tersentuh. Dalam melakukan suatu kegiatan pun banyak diwarnai oleh musik. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika dalam tata ibadah gerejapun musik memainkan peranan yang sangat penting karena didalamnya musik juga merupakan suatu sarana yang dipakai untuk dapat mengekspresikan iman kepada Tuhan. Musik juga mempunyai hubungan dengan budaya. Setiap budaya memiliki corak musik tertentu atau dengan kata lain perbedaan musik setiap budaya itu pasti ada. Corak musik sangat ditentukan dan diwarnai oleh budaya dan lingkungan dimana musik itu hidup. Berdasarkan atas hal tersebut dapat dikatakan bahwa musik itu bersifat kontekstual. Musik bukan saja merupakan suatu hal yang bersifat universal tetapi juga bersifat lokal karena terkait dengan konteksnya. Setiap konteks budaya menemukan corak musiknya tersendiri, cara mengekspresikannya yang semuanya timbul dan terbentuk karena kebutuhan-kebutuhan tertentu, sejarah dan juga lingkungan budaya itu sendiri. 1 1 Lih. Aristarchus Sukarto, “Kontekstualisasi Musik Gerejawi : Suatu Pertimbangan Teologis Dan Kultura” dalam Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. 1 Demikian juga halnya dengan musik gerejawi.2 Banyak gereja-gereja dewasa ini melakukan usaha kontekstualisasi dalam hal musik gerejawi walaupun itu merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan. Dewasa ini banyak gereja-gereja sudah merasa sangat nyaman dengan keberadaannya, yaitu nyaman ketika bernyanyi, ketika beribadah diiringi oleh musik-musik yang tidak bersifat tradisional. Ketika hal itu terjadi maka ada ketakutan jika pada akhirnya gereja akan berada dalam situasi kurang mengenal akan keberadaan budayanya sendiri. Hal ini terlihat ketika ada usaha untuk menggunakan alat musik tradisional untuk mengiringi jalannya peribadatan. Banyak dari anggota jemaat yang pada akhirnya kurang bisa menikmati atau menghayati ibadah hanya karena tidak terbiasa dengan musik tradisional yang digunakan. Padahal, merupakan suatu yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa kontekstualisasi musik gerejawi itu dilakukan dalam upaya mengkontekstualkan gereja itu sendiri supaya gereja tidak menjadi bagian yang asing bagi lingkungannya. Usaha kontekstualisasi musik gereja juga dilakukan oleh GKPB ( Gereja Kristen Protestan di Bali ). Dalam prosesnya, usaha kontekstualisasi musik gereja dapat dilihat dari dipakainya musik tradisional yaitu gamelan Bali dengan coraknya yang khas sebagai sarana musik pengiring jalannya ibadah. Dalam tradisi Bali, gamelan biasanya digunakan untuk mengiringi orang yang sedang menari, digunakan untuk konser gamelan, sebagai hiburan, sebagai sarana pendidikan moral, sebagai pengiring drama gong Bali dan sebagai sarana seni ritual keagamaan.3 Fungsi gamelan yang terakhir inilah yang masih sangat kental terlihat di lingkungan GKPB yaitu ibadah dilaksanakan dengan dipakainya gamelan Bali sebagai musik pengiring jalannya ibadah. Memang tidak semua gereja yang tergabung dalam sinode GKPB menggunakan gamelan Bali dalam melaksanakan ibadahnya. Namun salah satu gereja yang sampai saat ini masih tetap menggunakan gamelan Bali adalah GKPB Pniel Blimbingsari, sebuah gereja yang berdiri di sebuah desa kecil bernama Blimbingsari di Bali bagian Barat. Desa tempat gereja ini berdiri memiliki keunikan yang jarang dijumpai di daerah Bali lainnya yaitu seluruh masyarakatnya memeluk agama Kristen. 2 Musik gerejawi di sini hendaknya tidak dipahami sebagai musik yang bercorak Kristiani melainkan istilah yang dipakai untuk menunjuk pada musik yang terkait dengan tata ibadah gerejawi. Lih. Aristarchus Sukarto, “Kontekstualisasi Musik Gerejawi : Suatu Pertimbangan Teologis Dan Kultura” dalam Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. 3 Lih. I Wayan Senen, Perempuan Dalam Seni Pertunjukan di Bali (Yogyakarta : BP ISI, 2005) hal 96. 2 B. Perumusan Masalah Dengan melihat kenyataan dipakainya gamelan Bali sebagai musik pengiring jalannya ibadah, maka dalam hal ini GKPB Pniel Blimbingsari telah melakukan suatu upaya kontekstualisasi dalam hal musik gerejawi. Akan tetapi, melakukan upaya kontekstualisasi dalam hal musik gerejawi bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam perkembangannya, GKPB Pniel Blimbingsari berusaha untuk tetap mempertahankan budaya, agar budaya itu tidak lenyap diterpa arus modernisasi yang ada karena budaya juga merupakan suatu hal yang sangat berharga dan mencerminkan identitasnya sebagai umat Kristiani yang nota bene adalah orang-orang bersuku Bali. Upaya untuk tetap menjaga budaya Bali khususnya mempertahankan dan tetap menggunakan gamelan Bali ini terlihat dari banyaknya anggota jemaat khususnya para generasi tua dan anak-anak Sekolah Minggu yang bisa memainkan gamelan tersebut. Bagi mereka yang menikmati jenis musik gamelan ini merasa bahwa ketika gamelan digunakan untuk mengiringi ibadah, maka hal itu mampu memberikan nuansa baru pada saat ibadah berlangsung. Permasalahan mulai muncul ketika tidak semua anggota jemaat bisa menerima jika jalannya peribadatan diiringi oleh musik tradisional yaitu gamelan itu sendiri. Fenomena ini tampak karena ada pengakuan dari sekelompok jemaat di GKPB Pniel Blimbingsari yang lebih menyukai ibadah jika diiringi oleh musik populer yaitu musik yang bersifat kontemporer, musik yang muncul pada zaman ini, yang menjadi populer di kalangan masyarakat umum dan mudah untuk diterima serta di cerna.4 Jika ketimpangan ini terjadi maka ada anggota jemaat yang pada akhirnya kurang bisa menghayati ibadah hanya karena tidak nyaman dengan alunan musik tradisional yang digunakan. Padahal, musik merupakan suatu bagian yang penting dalam kegiatan spiritual kekristenan. Jika di dalam gereja ada permasalahan-permasalahan seperti yang telah sedikit dipaparkan di atas, maka muncul pertanyaan yang akan penyusun gunakan sebagai acuan untuk menggali lebih lanjut permasalahan yang ada yaitu : • Mengapa gereja tetap mempertahankan dan menggunakan gamelan Bali sebagai sarana musik pengiring ibadah? 4 Lih. Sri Handoko, “ Musik Pop Dalam Gereja”, dalam Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 141. 3 • Bagaimana respons jemaat GKPB Pniel Blimbingsari terhadap penggunaan gamelan Bali sebagai sarana musik pengiring ibadah dalam kaitannya dengan usaha kontekstualisasi musik gerejawi? C. Batasan Masalah Dengan memperhatikan apa yang telah dipaparkan di atas dan dengan berpatokan pada konteks pelayanan wilayah GKPB secara keseluruhan, maka penyusun membatasi permasalahan ini di lingkungan GKPB Pniel Blimbingsari. Alasan yang mendasari hal itu adalah yang pertama, karena GKPB Pniel Blimbingsari adalah gereja yang sampai detik ini masih tetap mempertahankan tradisi penggunaan gamelan Bali. Disamping itu penyusun juga akan membatasi masalah khusus pada respons yang di ungkapkan oleh jemaat yang bisa ditunjukkan dengan berupa reaksi ataupun tanggapan yang diberikan oleh jemaat ketika peribadatan dilaksanakan dengan diiringi oleh musik tradisional gamelan Bali serta alasan apa yang mendasari respons tersebut. D. Judul Dari sedikit uraian yang penyusun paparkan di atas, maka penyusun akan membahas permasalahan di atas dengan mengusulkan pemberian judul sebagai berikut : “RESPONS GKPB JEMAAT PNIEL BLIMBINGSARI TERHADAP PENGGUNAAN GAMELAN BALI SEBAGAI MUSIK PENGIRING IBADAH” Penjelasan Judul : a. Respons jemaat yang dimaksud adalah suatu reaksi atau tanggapan atau jawaban5 yang diberikan oleh jemaat itu sendiri terhadap penggunaan gamelan Bali dalam ibadah. b. Jemaat yang dimaksud adalah anggota dewasa/sidhi GKPB Pniel Blimbingsari. c. GKPB Pniel Blimbingsari adalah sebuah gereja yang masih menggunakan tradisi gamelan Bali sebagai musik pengiring jalannya ibadah. GKPB Pniel Blimbingsari adalah sebuah gereja yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang hampir 100% bersuku Bali. 5 Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) hal. 952. 4 d. Gamelan Bali adalah jenis musik tradisional Bali yang dipakai untuk mengiringi jalannya ibadah dan juga sebagai salah satu sarana yang dipakai untuk mewujudkan kontekstualisasi dalam gereja. e. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah liturgis yang dilaksanakan setiap hari minggu, tepatnya setiap minggu pertama yang sering disebut ibadah kontekstual yang berbasis pada budaya Bali. E. Tujuan Penulisan Skripsi Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Menggali mengapa gereja tetap menggunakan gamelan Bali sebagai sarana musik pengiring jalannya ibadah. 2. Menggali respons yang diberikan oleh jemaat baik yang berupa sikap, tanggapan yang bisa berupa penolakan atau penerimaan, suka atau tidak suka terhadap penggunaan gamelan Bali sebagai musik untuk mengiringi jalannya peribadatan serta dapat mengetahui apa yang menjadi alasan dari respon yang diberikan oleh jemaat tersebut. 3. Meninjau secara kritis mengenai bagaimana gereja menyikapi penggunaan gamelan Bali serta mewujudkan suatu kontekstualisasi dalam bidang musik gerejawi yang dapat diterima oleh seluruh kalangan jemaat. F. Metode Penulisan Skripsi Dalam menyelesaikan skripsi ini penyusun akan menggunakan beberapa metode yaitu : Metode Penulisan : • Penulisan skripsi ini akan menggunakan metode deskriptif analitis. Dengan pengertian bahwa penulisan skripsi ini akan penyusun lakukan dengan cara mendeskripsikan permasalahan yang ada untuk kemudian di analisa berdasarkan atas data-data yang ada serta dari hasil penelitian lapangan. Metode Pengumpulan Data : • Metode penelitian lapangan Penyusun akan mengumpulkan data di lapangan dengan cara : 5 1. Melakukan observasi dengan cara live-in di tempat penelitian. Dengan demikian diharapkan penyusun akan terjun langsung dalam kehidupan di jemaat setempat dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi ibadah jemaat setempat jika di iringi oleh gamelan Bali. 2.Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang bersifat terbuka dalam artian dilakukan bukan secara formal namun lebih kepada informal, yang akan dilakukan dengan tokoh-tokoh gereja yang ada seperti Majelis jemaat, jemaat yang tergabung dalam seka gong / gamelan (kelompok penabuh gamelan Bali ) dan juga tentunya dengan beberapa anggota jemaat umum yang menjadi kunci atau mewakili golongan atau kelompok di dalam jemaat tersebut. 3.Kuesioner Penyusun akan memperoleh data mengenai bagaimana respons jemaat terhadap penggunaan gamelan Bali dalam ibadah khususnya jemaat dewasa dengan cara menggunakan kuesioner. Kuesioner akan disebarkan kepada Jemaat yang terkait. Kuesioner yang akan disebarkan ini bersifat tertutup dan terbuka. • Metode Penelitian Literatur Penyusun akan mengumpulkan data-data dengan menggunakan sumber-sumber yang menunjang yaitu buku-buku, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan ataupun diktat-diktat yang dapat dipakai sebagai refrensi pendukung. G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I. Pendahuluan Dalam Bab ini penyusun akan memaparkan latar belakang permasalahan dari penyusunan skripsi ini, rumusan permasalahan yang ada, batasan masalah yang di angkat, judul dari skripsi yang di tulis beserta dengan penjelasan mengenai judul tersebut, tujuan penulisan skripsi, metode yang dipakai untuk menyelesaikan penulisan skripsi serta sistematika penulisan skripsi ini. 6 BAB II. Gambaran Umum GKPB Pniel Blimbingsari Dan Sekilas Mengenai Gamelan Bali Secara garis besar, isi dari Bab II ini akan di bagi menjadi tiga yaitu :Pertama, gambaran umum GKPB Pniel Blimbingsari yang meliputi: sejarah singkat GKPB Pniel Blimbingsari, wilayah pelayanan secara geografis, kondisi warga jemaat GKPB Pniel Blimbingsari dan mengenai aktivitas bergereja di GKPB Pniel Blimbingsari. Kedua, selayang pandang mengenai gamelan Bali secara umum yang meliputi : apa itu gamelan Bali, fungsi gamelan Bali, beberapa instrumen gamelan Bali, peranan gamelan Bali dalam masyarakat Bali secara umum. Ketiga, mengenai gamelan Bali dalam gereja yang meliputi: jenis gamelan Bali yang dipakai dalam gereja, peranan atau fungsi gamelan Bali dalam gereja, frekuensi pemakaian gamelan Bali dalam gereja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum atau informasi mengenai gamelan Bali itu sendiri. BAB III. Respons GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari Terhadap Penggunaan Gamelan Bali Sebagai Musik Pengiring Ibadah Dalam Bab ini penyusun akan memaparkan hasil penelitian bagaimana respons yang diberikan oleh anggota jemaat mengenai penggunaan gamelan Bali sebagai sarana musik yang dipakai untuk mengiringi ibadah. Penyusun akan mengklasifikasikan respons-respons yang diberikan oleh jemaat beserta dengan alasan-alasan yang mendasari respons tersebut yang kemudian akan dicoba untuk dianalisa berdasarkan atas teori yang ada. Dari analisa tersebut diharapkan akan diketahui bagaimana sikap dari anggota jemaat terhadap penggunaan gamelan Bali tersebut. Disamping hal itu, dalam analisa tersebut diharapkan juga akan terjawab apa yang melatar belakangi gereja tetap menggunakan dan mempertahankan gamelan bali sampai pada saat ini. Akan tetapi, sebelum sampai pada tahap tersebut, penyusun terlebih dahulu akan memaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan kontekstualisasi dan apa yang menjadi permasalahan di dalamnya. Sehingga dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai kontekstualisasi, yang kemudian akan dipergunakan sebagai landasan teori untuk menganalisa permasalahan yang diperoleh melalui penelitian lapangan. BAB IV. Sumbangan Pemikiran Teologis Terhadap Permasalahan Kontekstualisasi Musik Gereja di GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari Berangkat dari akar permasalahan di Bab III, maka dalam Bab IV ini penyusun akan mencoba untuk menulis sumbangan pemikiran Teologis untuk menjembatani permasalahan kontekstualisasi dalam bidang musik gerejawi. 7 BAB V. Kesimpulan dan Saran Dalam Bab ini penyusun akan memaparkan kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini. Disamping itu akan dipaparkan juga beberapa saran konkrit yang terkait dengan penggunaan gamelan Bali sebagai musik pengiring ibadah dan juga berkaitan dengan usaha kontekstualisasi musik gereja. 8