Materi Mata Kuliah Mekanika Tanah - Sistem Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan kategorisasi tanah berdasarkan karakteristik yang membedakan masing-masing jenis tanah. Klasifikasi tanah merupakan sebuah subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem klasifikasi tanah, definisi dari kelaskelas yang digunakan untuk penggolongan tanah, kriteria yang menentukan penggolongan tanah, hingga penerapannya di lapangan. Tanah sendiri dapat dipandang sebagai material maupun sumber daya. Tujuan : Untuk mengklasifikasi tanah dalam kelompokkelompok sesuai dengan sifat dan bentuk fisik tanah tersebut. Jenis klasifikasi: Klasifikasi visual Sistem US dept of agriculture Sistem AASHTO Sistem UCS Klasifikasi Visual: Dilakukan dengan cara melihaat langsung benda uji dan memperkirakan jenias material berdasarkan. Warna Bau Perasaan Kethananan Pemuaian Sedimentasi klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi. Adapun sistem klasifikasi tanah yang telah umum digunakan adalah : 1. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS). Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok (Sukirman, 1992) yaitu : 1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200. 2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200. 3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang terkandung di dalamnya. Sistem Klasifikasi Tanah USCS Dimana : W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik), P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk), L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50), H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50). Sistem Klasifikasi Tanah USCS Grafik plastisitas Cassagrande • Garis A pada umumnya memisahkan material seperti tanah liat (clay) dari material tanah gambut (silty), dan organik dari non-organik. • Garis U menyatakan batas teratas untuk tanah pada umumnya. catatan: Jika batas pengukuran tanah berada di kiri garis U, maka perlu dilakukan pengecekan ulang. (Holtz and Kovacs, 1981) Sistem AASHTO (American Association Of State Highway and Transporting Official) Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Hoentogler dan Terzaghi, yang akhirnya diambil oleh Bureau Of Public Roads. Pengklasifikasian sistem ini berdasarkan kriteria ukuran butir dan plastisitas. Maka dalam mengklasifikasikan tanah membutuhkan pengujian analisis ukuran butiran, pengujian batas cair dan batas palstis. Sistem ini membedakan tanah dalam 8 ( delapan ) kelompok yang diberi nama dari A-1 sampai A-8. A-8 adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai bahan lapisan struktur jalan raya, maka pada revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan (Sukirman, 1992). Klasfikasi tanah untuk tanah dasar jalan raya, AASHTO Klasifikasi tanah Keterangan : 1 Persen lolos saringan No. 200 ≤ 35%, 2 Persen lolos saringan No. 200 > 35%, a Tanah yang lolos saringan No. 40, b Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30, c Untuk A-7-6, PI > LL – 30. Gambaran dari klafikasi tanah: SUMBER: http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/09/sistem-klasifikasi-tanah.html http://repository.binus.ac.id/content/S0034/S003493342.pdf WAKTU PEMERAMAN TANAH Tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu bidang pekerjaan konstruksi. Tanah yang dijumpai di lapangan sangat bervariasi dan kualitasnya tidak selalu memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk suatu konstruksi bangunan di atasnya. Penelitian ini mencoba menganalisa besarnya pengaruh pemeraman pada tanah lempung dengan tambahan Cornice Adhesive terhadap nilai CBR. Penelitian dilakukan pada kondisi tanah asli dan setelah distabilisasi dengan kadar pencampuran Cornice Adhesive sebesar 3%, 6%, 9%, 12% dan 15% dengan waktu pemeraman yang ditentukan antara 0 hari,1 hari, 4 hari, 7 hari, dan 14 hari. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian CBR yang mengalami proses pemeraman. Hasil CBR yang dilakukan dengan penambahn kadar Cornice Adhesive serta adanya variasi waktu pemeraman yang telah ditentukan dapat meningkatkan nilai CBR. Peningkatan nilai CBR terjadi seiring bertambahnya waktu pemeraman akibat penambahan Cornice Adhesive. Peningkatan pada nilai CBR terjadi secara signifikan setelah penambahan 6% Cornice Adhesive, pada penambahan 9% Cornice Adhesive peningkatan nilai CBR sudah cukup baik tetapi lama waktu pemeramannya tidak mempengaruhi peningkatan nilai CBR, sedangkan pada penambahan 12% dan 15% Cornice Adhesive, serta lamanya waktu pemeraman dapat mempengaruhi peningkatan nilai CBR yang baik. lempung adalah deposit yang mempunyai partikel berukuran 0,002 mm atau lebih kecil dari itu dalam jumlah lebih dari 50%. Menurut Mitchell, 1976) lempung didefinisikan sebagai partikel tanah yang berukuran < 2 mm, sedangkan ASTM memberikan batas bahwa secara fisik ukuran lempung adalah yang lolos saringan No.200. Lempung terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lainnya. Mineralogi adalah faktor pengendali utama terhadap ukuran, bentuk, sifat fisis, mekanis dan kimia dari partikel tanah ( Mitchell, 1976 ). Untuk jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung didalamnya. Beberapa karakteristik tanah lempung mengembang yang diteliti oleh N. K. Ameta, D.G. M. Purohit, A. S. Wayal, (2008), dapat diperlihatkan pada Tabel 1. Menurut Desiani (2003) mengindentifikasi komposisi kimia dan komposisi mineral pada pengujian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Bandung bahwa kandungan utama dari deposit tanah lempung P.Rimau terdiri dari silika ( 59,44%) dan alumina (16,06%) yang memungkinkan terjadinya sementasi. A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012 penambahan Cornice Adhesive terhadap sifat fisis tanah lempung dan nilai CBR, yang optimal sebagai perbaikan pondasi tanah dasar. Gambar 1. Berat volume kering maksimum dari tanah dengan penambahan abu batu bara. METODE PENELITIAN Standart Penelitian Penelitian Laboratorium ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase penambahan Cornice Adhesive dan variasi pemeramanya. Semua pengujian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan (ITM). Jenis Percobaan yang dilakukan menurut Standart ASTM dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Percobaan yang dilakukan menurut Standart ASTM Bahan dan Peralatan Bahan penelitian ini diambil dari tanah lempung Melati II Perbaungan Deli Serdang Berdage dan cornice adhesive dari toko bangunan gipsum di Medan. Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil), dan tanah tidak terganggu (undisturb soil). Akan tetapi dalam penelitian ini cukup dengan pengambilan sample dengan cara disturb soil (tanah terganggu). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk batas konsistensi, uji pemadatan (proctor modified) dan CBR pemeraman di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Medan yang telah sesuai dengan Standarisasi American Society for Testing Material (ASTM). A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012 Hasil Pengujian Pemadatan Hasil uji pemadatan di laboratorium dengan metode standar proctor pada tanah asli diperoleh kadar air optimum 24,36% dan berat isi kering 1,30 gr/cm³ seperti Gambar 2. Hasil Pengujian CBR Laboratorium Pada Tanah Asli Pengujian CBR di laboratprium dilakukan sebagai design nilai CBR dari material yang akan digunakan sebagai bahan lapisan pondasi bawah (sub base) dilapangan. Tabel 4 hasil uji CBR yang diperam dengan waktu bervariasi antara 0 hari, 1 hari, 4 hari, 7 hari, dan 14 hari dengan kadar air optimum yang diperoleh dari hasil uji compaction dan dipadatkan pada kondisi 5 lapis x 10 pukulan, 5 lapis x 25 pukulan, 5 lapis x 56 pukulan. Dari hasil CBR tanah asli pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa variasi waktu pemeraman yang diberikan pada tanah asli mempengaruhi nilai CBR yang diperoleh. Dapat disimpulkan bahwa lamanya waktu pemeraman pada tanah asli dapat meningkatkan nilai CBR. Pengaruh Penambahan Cornice Adhesive Terhadap Pemadatan Dari hasil pengujian pemadatan terhadap penambahan cornice adhesive diperoleh kadar air optimum dan berat isi kering. Dari Gambar 2 dapat diketahui untuk cornice adhesive dengan 3% berkurang 2,01%, untuk 6% berkurang 0,35%, untuk 9% berkurang 2,3%, untuk 12% berkurang 3,9%, dan untuk 15% berkurang 2,6%. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap pertambahan cornice adhesive dapat menurunkan kadar air optimum. Tabel 4. Hasil Pengujian CBR Pada Tanah Asli Pengaruh Penambahan Cornice Adhesive Terhadap Nilai CBR Setelah Mengalami Proses Pemeraman. Seperti terlihat pada Gambar 4. didapat untuk penambahan 6% cornice adhesive tanpa pemeraman tidak menunjukan peningkatan nilai CBR yang berarti dan masih lebih kecil dari syarat minimum nilai CBR untuk tanah dasar ( 5% ). Akan tetapi setelah penambahan 6% Cornice Adhesive pemeraman peningkatan nilai CBR sangat signifikan. Pada penambahan 9% Cornice Adhesive peningkatan nilai CBR sudah cukup baik tetapi lama waktu pemeramannya tidak mempengaruhi peningkatan nilai CBR, sedangkan pada penambahan 12% dan 15% A.S.P Jurnal Cornice Adhesive, serta lamanya waktu pemeraman dapat mempengaruhi peningkatan nilai CBR yang baik dan memenuhi syarat sebagai tanah dasar. Hubungan Pengaruh Pemeraman Terhadap Nilai CBR Desain Akibat Penambahan cornice adhesive Untuk variasi waktu pemeraman pada pengujian CBR Desain baik pada tanah asli maupun yang sudah distabilisasi dengan cornice adhesive diperoleh nilai CBR Desain pada masing-masing waktu pemeraman, Dari Gambar 5. pemeraman 14 hari dengan kadar cornice adhesive 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dapat diperhatikan adanya garis variasi beban yang dipikul terlihat titik-titik yang mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada saat pemeraman tidak terjadinya penguapan sehingga hasil yang diperoleh optimal. Pada saat waktu pemeraman 14 hari dengan penambahan 15% cornice adhesive dapat dilihat bahwa garis grafiknya lebih tinggi dari penambahan cornice adhesive yang lain karena beban yang dipikulnya lebih besar daripada yang lainnya. Gambar 4. Pengaruh Penambahan Cornice Adhesive Terhadap Nilai CBR Desain Gambar 5. Hubungan Pengaruh Pemeraman Akibat Penambahan cornice adhesive Terhadap Nilai CBR Desain. KESIMPULAN. Dari hasil penelitian tanah lempung daerah Melati, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatra Utara yang kemudian dianalisa dan di diskusikan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Tanah lempung mempunyai indeks plastisitas sebesar 37,23%. Menurut Unified Soil Classification System (USCS), tanah asli ini termasuk tanah kelompok CH yaitu Lempung anorganik dengan plastis tinggi (high plasticity clay), sedangkan menurut American of State Highway and Transportation Official (AASHTO) tanah tersebut dalam kelompok A7-6, merupakan tanah berlempung yang tidak baik atau buruk apabila digunakan sebagai dasar pondasi. 2. Pada uji batas-batas konsistensi dengan stabilisasi cornice adhesive tanpa proses pemeraman diperoleh nilai IP dari 37,233 menjadi 6,272%, PL dari 27,817% menjadi 33,718%, LL dari 65,05% menjadi 39,99%, sementara nilai Gs untuk cornice adhesive yaitu 1,67 dan untuk tanah asli dan penambahan cornice adhesive 3%,6%,9%,12%,15% nilai Gs terjadi penurunan dari 2,78 menjadi 2,11. 3. Pada pengujian CBR yang dilakukan dengan penambahan kadar cornice adhesive serta adanya variasi waktu pemeraman yang telah ditentukan dapat meningkatkan nilai CBR dan CBR Desain. Peningkatan nilai CBR dan CBR Desain terjadi seiring dengan bertambahnya waktu pemeraman akibat penambahan cornice adhesive. Peningkatan CBR Desain yang terjadi secara signifikan setelah penambahan 6% cornice adhesive. Pada penambahan 9% Cornice Adhesive peningkatan nilai CBR sudah cukup baik yaitu 5,58,1% tetapi lama waktu pemeramannya tidak mempengaruhi peningkatan nilai CBR, sedangkan pada penambahan 12% dan 15% Cornice Adhesive, serta lamanya waktu pemeraman dapat mempengaruhi peningkatan nilai CBR yang baik yaitu 11,8-20 %.SUMBER: Anagnostopoulos C.A. dan Chatziangelou M, (2008), “Compressive Strength of Cement Stabilized Soils. A New Statistical Model”, Electronic Journal of Geotechnical Engineering (EJGE). STABILITAS TANAH Stabilitas tanah adalah pengubahan atau perawatan terhadap satu atau beberapa properti tanah untuk meningkatkan kondisi material tanah/butiran tanah, dan pertama dikembangkan di jaman Romawi. TUJUAN: Meningkatkan mutu tanah Memperbaiki daya dukung tanah Memperkecil penurunan Memperkecil permeabilitas tanah Mengontrol perubahan volume relatif FAKTOR PENENTU: 1. Karakteristik alat pemadat Ø Berat dan Ukuran Ø Aksi yang dihasilkan Ø Frekuensi Operasi 2. Karakteristik tanah Kepadatan awal (initial density) Jenis tanah Ukuran dan bentuk butiran 3. Prosedur pemadatan 1 . Jumlah gilasan 2. Tebal lapisan 3.Towing speed 4. TEORI DASAR Pertama kali dikembangkan oleh R.R. Proctor tahun 1920-an dengan 4 variabel : 1. Usaha Pemadatan (Energi Pemadatan) 2. Jenis tanah 3. Kadar air 4. Berat isi kering Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau gabungan pekerjaan – pekerjaan berikut : 1. Mekanis : yaitu pemadatan untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan memakai energi mekanis, seperti mesin gils, ledakan, tekanan statis dan sebagainya. stabilisasi dengan berbagai macam peralatan mekanis seperti : - mesin gilas ( roller) - benda – benda berat yang dijatuhkan (pounder) - peledakan dengan alat peledak (eksplosif) - tekanan statis - pembekuan - pemanasan - dll 2. Bahan pencampur / tambahan (additive) yaitu penambahan gamping, abu batubara dan kadang-kadang semen diterapkan pada deposit lempung terutama pada lempung yang mengalami perubahan volume yang besar yang mengakibatkan perubahan ion-ion Ca2+ untuk mengurangi kegiatan-kegiatan mineral lempung. Holtz dan Kovacs (1981), mengemukakan bahwa penggunaan bahan kimia untuk stabilisasi tanah atau meningkatkan kekuatan tanah sangat mungkin dilakukan karena adanya peristiwa pertukaran ion (ion exchange). Pertukaran ion tersebut adalah antara ion-ion negatif (anion) yang berada pada permukaan lempung dengan ion-ion positif (kation) yang ada disekitarnya. Selain karena mengandung exchange cation, efektifitas fly ash sebagai bahan tambah kimia dikarenakan mengandung senyawa silikat dan aluminat sehingga dikategorikan sebagai bahan pozzolan. Sebagai bahan pozzolan fly ash memiliki kemampuan untuk terhidrasi seperti potland cement dan melakukan sementasi pada tanah. Penggunaan fly ash disarankan antara 10 - 20 % karena penambahan fly ash lebih dari 20 % tidak memberikan pengaruh yang signifikan bahkan cenderung menimbulkan pengurangan pada kekuatan tanahnya. Penambahan fly ash sebesar 15 % akan memiliki kekuatan mengembang lebih kecil dibanding dengan tanah lempung campuran atau penambahan 5 % fly ash. Hal ini disebabkan karena struktur partikelnya lebih rapat sehingga struktur partikel lempung yang dicampur fly ash 15 % lebih berdekatan dan menghasilkan kepadatan kering lebih tinggi serta struktur atau fibrikasi partikel yang lebih kuat. Penambahan fly ash 15 % merupakan persen optimum fly ash sebagai bahan stabilisasi. Fenomena ini terjadi akibat hidrasi CaO akibat reaksi penambahan fly ash dengan menghasilkan struktur kepadatan yang lebih tinggi dan harga kepadatan kering yang lebih besar. stabilisasi dengan berbagai macam peralatan mekanis seperti : a. Kerikil untuk kohesif (lempung) b. Lempung untuk tanah berbutir kasar c. Pencampur kimiawi seperti : - semen portland (pc) - gamping / kapur - abu batu bar - dll 5.MACAM-MACAM STABILISASI LAPISAN TANAH DASAR 1. Lapisan tanah dasar yang lunak : pada umumnya lapisan tanah lunak adalah lempung atau lanau yang mempunyai nilai percobaan penetrasi stadar (standart penetrasi test = spt) n = 4 atau tanah organis seperti gambut (peat) yang mempunyai kadar air alami (natural water content) yang sangat tinggi dan juga tanah pasir lepas yang mempunyai nilai n = 10. metoda stabilisasi lapisan tanah dasar yang lunak : Perbaikan karakteristik geseran : tujuan untuk mnghindari kerusakan tanah , deformasi geseran dan pengurangan tekanan tanah Perbaikan kemampatan : tujuan untuk memperpendek waktu penurunan, karena konsolidasi dan menghindarkan penurunan residual. Pengurangan permeabilitas : bertujuan untuk menghindari bocoran dan sebagainya Perbaikan karakterristik : bertujuan untuk mengurangi getaran (vibrasi) dan menghindarkan pencairan (liquefaction) tegangan air pori meningkat dan tegangan efektif berkurang sewaktu terjadi gempa bumi. . Lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif : Mengingat lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif itu rumit beserta karakteristik mekanisnya yang sulit, kadang – kadang penggalian untuk pondasi bangunan itu sulit dilakasanakan . Meskipun sudah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam menghadapi pelaksanaan diatas tanah yang lunak dan kohesif diperlukan suatu persiapan yang lengkap. Metoda – metoda yang digunakan: A. Metoda perbaikan permukaan a. Metoda drainase permukaan (surface drainage methode) b. Metoda alas pasir (sand maat method) c. Metoda bahan lembaran tipis (sheed material method / geotextile. d. Metoda perpindahan (displacement method) Metoda ini dapat dibagi dalam dua macam : a. Sesudah penggalian lapisan yang lunak dengan alat berat, bahan tanah yang baik dimasukkan dan dipadatkan. b. Tanah yang lunak itu didesak dengan beban timbunan tanah yang baik atau didesak dengan ledakan. c. Metoda timbunan imbangan berat (counter – weight fill mrthod). metoda ini terutama mengimbangi sisi tanggul supaya stabil, bilamana tidak diperoleh faktor keamanan yang diperlukan terhadap longsoran selama penimbunan dilaksanakan. d. Metoda pembebanan perlahan – lahan. Metoda ini diterapkan bila kekuatan geser tanah tidak begitu besar dan cenderung akan runtuh jika timbunan dilaksanakan dengan cepat. untuk menghindari keruntuhan, maka pelakasanaan penimbunan harus diperlambat. ada dua metoda untuk memperlambat kecepatan pelaksanaan, yaitu : a. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara bertahap. b. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara kontinyu dan berangsur – angsur e. Metoda pembebanan. untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang lunak dan memperbesar gaya geser. ada 4 metoda yang perlu diketahui : a. Metoda pra pembebanan (pre loaading method) b. Metoda beban tambahan (surchage method) c. Metoda penurunan air tanah d. Metoda pembebanan tekanan atmosfir f. Metoda drainase vertikal. Metoda ini sering diterapkan bersama – sama dengan metoda pembebanan perlahan – lahan atau pembebanan. beberapa macam metoda ini sering disebut sesuai dengan bahan yang dipakai, yaitu: a. Metoda drainase pasir ( sand drain method). b. Metoda drainase sumbu kertas karton (card board wick drain method). c. Metoda drainase kertas plastik (plastik board drain method). g. Metoda tiang pasir padat Dalam metoda ini, pasir ditekan kedalam lapisan lunak dengan pemadatan atau getaran, sehingga terbentuk tiang pasir padat h. Metoda tiang kapur kapur ditempatkan dalam bentuk tiang didalam tanah kohesif sama seperti pembuatan tiang pasir i. Metoda pencampuran lapisan dalam. (deep layer mixing treatment method) pada metoda ini, kapur atau stabilisator semen dikocok – kocok dan dicampur dengan tanah kohesif pada kedalaman tanah tersebut untuk mengkonsolidasikan tanah yang bersangkutan. Metoda ini belum lama dikembangkan. 3.Lapisan tanah dasar berpasir lepas. Bilamana suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka sering tanah pasir tersebut mengalami peristiwa pencairan (liquifaksi / liquefaction) yang dapat mengakibatkan kerusakan yang berat. Karakteristik liquifaksi yang terdiri dari tanah berpasir lepas dipengaruhi oleh faktor – faktorsebagai berikut : - intensitas gempa bumi dan lamanya gempa bumi - kerapatan pasir - diatribusi gradasi pasir - beban pada pasir atau tekanan bebas (confined pressure) pasir Metoda – metoda yang digunakan Metoda tiang pasir padat. Metoda vibroflotasi (vibro floation method) pada metoda vibroflotasi , air disemprotkan kedalam lapisan tanah dengan bantuan suatu vibrator silinder. air yang disemprotkan dan bergetar itu dapat memadatkan tanah berpasir bersamaan dengan penyemprotan air juga dimasukkan kerikil yang akan mengisi rongga – rongga yang terjadi karena penyemprotan air. 4. Lapisan dangkal Ada tiga metoda utama yang digunakan untuk mengadakan peningkatan stabilitas lapisan dangkal yaitu : metoda fisik : contohnya pemadatan metoda kimia : contohnya pencampuran atau penyuntikan (grouting) dengansemen , kapur dll metoda pembekuan 6. MACAM-MACAM STABILISASI LAPISAN DANGKAL A. Dengan pemadatan pemadatan adalah merupakan metoda dasar untuk stabilisasi tanah. penerapan dengan metoda – metoda lainpun tanpa terkecuali selalu diikuti dengan metoda pemadatan. tujuan pemadatan tanah pada umumnya untuk : menaikkan kekuatan daya dukung tanah mepertkecil pemampatan (compressibility) Ada dua cara untuk melakukan percobaan pemadatan yaitu : - percobaan dilaboratorium - percobaan dilapangan Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan tanah ialah : - menghamparkan bahan secara merata dan tipis - mengatur kadar air bahan timbunan secara tepat - memilih mesin pemadat yang sesuai untuk memadatkan hasil yang baik - menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan air atau infiltrasi air hujan B. Dengan penyesuaian gradasi Tujuan stabilisasi dengan metoda ini adalah untuk memperoleh stabilitas jangka panjang Stabilisasi dengan metoda penyesuaian gradasi telah dikembangkan terutama untuk menaikkan daya dukung lapisan dasar badan jalan atau landasan C. Stabilisasi dengan kapur atau semen Kapur yang digunakan untuk stabilisasi lapisan yang dangkal, mempunyai efek terutama pada tanah kohesif Sedangkan semen mempunyai efek pada tanah berpasir atau kerikil yang mengandung sedikit tanah berbutir halus Metoda pencampuran untuk stabilisasi dengan kapur atau semen ada 3 macam : - metoda campuran terpusat : tanah dicampur dengan bahan stabilisasi pada suatu tempat, kemudian diangkut ke tempat pekerjaan. Untuk itu diperlukan mesin penvampur - metoda campuran dalam galian : bahan stabilisasi dicampur dengan tanah di lubang galian tanah, lalu diangkut ke tempat pekerjaan. * bahan stabilisasi dapat dipancangkan kedalam tanah dalam bentuk tiang,kemudian digali bersama – sama dan dicampur * atau bahan stabilisasi ditaburkan diatas tanah sehingga pada penggalian terjadi pencampuran - metoda pencampuran di tempat pekerjaan : tanah dihamparkan di tempat pekerjaan, kemudian ditaburi bahan stabilisasi dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu digaruk dan dicampur dengan bahan stabilisasi D. Stabilisasi dengan grouting Tujuan : - memperkuat daya dukung tanah pondasi - membendung air rembesan - mencegah deformasi tanah pondasi disekeliling - memperkuat bangunan – bangunan yang lama E. Stabilisasi dengan pembekuan Metoda ini menggunakan sekolompok pipa baja yang ditanam dalam tanah pondasi yang disebut dengan pipa pembekuan. Pipa – pipa diisi dengan cairan bersuhu rendah, sehingga air pori dalam tanah pondasi disekeliling pipa menjadi beku Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda ini dapat diterapkan sebagai tindakan sementara untuk konstruksi terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran pada pipa air minum dan pipa pembuangan kotoran. Metoda ini dapat diterapkan meskipun berada dalam keadaan lingkungan yang sangat buruk, misalnya aliran air tanah yang besar yang tidak dapat diselesaikan dengan metoda – metoda lain Bahan cairan dengan suhu rendah yang dimasukkan kedalam pipa adalah : - larutan kalsium chlorida yang didinginkan hingga mencapai suhu – 20oc s/d -30oc - atau gas cairan bersuhu rendah , misalnya nitrogen cair (untuk pekerjaan berskala kecil 7. STABILISASI LAPISAN LEMPUNG MENGEMBANG Pengembangan lempung terjadi ketika kadar air bertambah dari nilai referensinya, dan penyusutan terjadi ketika kadar air berada dibawah nilai referensinya sampai kepada batas susut Termasuk lempung mengembang apabila : ll > 40 dan ip > 15 Ada beberapa prosedur untuk menstabilisasi lempung mengembang : - dicampur dengan kapur biasanya 2 % - 4 % - dipadatkan pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 % - 4 %). Hal ini menjamin terdapatnya sruktur tanah lempung yang cukup terpencar dan pada saat yang sama menghasilkan kepadatan kering yang rendah. Terlihat bahwa kepadatan kering lempung mengembang merupakan parameter yang penting. - mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya (kadar air pada saat lempung itu akhirnya digunakan sebagai pendukung pondasi). 8. STABILISASI DENGAN BAHAN BUATAN Menambah kekuatan/ daya dukung tanah dengan geotextile Tanah dengan perkuatan geotextile disebut tanah yang diperkuat (reinforced earth). SUMBER: http://vem-pait92.blogspot.com/2013/11/makalah-stabilisasi-tanah.html SELESAI.