4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spektrum Elektromagnetik

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrum Elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik dapat dikelompokkan berdasarkan
panjang
gelombangnya
atau
frekuensinya.
Semakin
pendek
panjang
gelombangnya semakin tinggi frekuensinya atau semakin panjang gelombangnya,
maka semakin rendah frekuensinya dan dapat dituliskan hubungannya sebagai
berikut (Kenneth Krane, 1992):

c
(2.1)

Keterangan:  = frekuensi (Hz)
c = kecepatan cahaya (3x108 m/s)
λ = panjang gelombang (m)
Bila dilihat energinya, maka pancaran gelombang elektromagnetik akan
menghasilkan energi dengan persamaan:
E=h
= h
c
(2.2)

Hubungan antara intensitas dengan energi dan panjang gelombang dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
I =
=
E /t
A
E
At
4
5
I =
Keterangan:
hc
At
(2.3)
E = energi (joule)
h = konstanta Planck (6,625x10-34 Js)
c = kecepatan cahaya (3x108 m/s)
λ = panjang gelombang (m)
I = intensitas (watt/m2)
A = luas permukaan (m2)
t = waktu (s)
2.2 Spektrofotometer
Teknik spektroskopik adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang
mengamati tentang interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi
elektromagnetik. Interaksi ini mengakibatkan terjadinya hamburan (scattering),
serapan (absorpsi), dan emisi (emision). Hamburan radiasi melahirkan
spektrofotometri Raman, serapan melahirkan spektrofotometri UV-Vis dan infra
merah (IR), sedangkan absorpsi yang disertai dengan emisi melahirkan
fotoluminesensi yang lebih dikenal sebagai fluoresensi dan fosforesensi.
2.3 Spektrofotometer UV-Vis
Konfigurasi dasar spektrofotometer UV-Vis adalah (Mulya, 1995):
SR
M
SC
D
A
VD
6
Keterangan:
SR
: Sumber Radiasi
M
: Monokromator
SC
: Sample Compartement (tempat sampel)
D
: Detektor
A
: Amplifier atau penguat
VD
: Visual Display

Sumber Radiasi
Pada spektrofotometer UV-Vis ada beberapa macam sumber radiasi yang
dipakai yaitu lampu deuterium, lampu tungsten, dan lampu merkuri.

Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menyeleksi cahaya
monokromatis dengan energi (intensitas) tertentu.

Sample Compartement (tempat sampel)
Merupakan tempat (kuvet) sample yang akan dianalisis. Kuvet ada dua macam
yaitu kuvet permanent yang terbuat dari bahan gelas atau leburan silika dan
kuvet disposable untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau
plastik.

Detektor
Detektor adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal radiasi yang
diterima menjadi sinyal elektronik.

Amplifier atau penguat
Penguat dalam sistem spektrofotometer UV-Vis diperlukan karena sinyal
radiasi yang diterima detektor sangat lemah.
7

Visual Display
Visual display merupakan tampilan hasil pengukuran berupa nilai absorban
(penyerapan) pada energi (intensitas) tertentu yang dapat langsung dicetak
dengan printer.
2.4 Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga,
dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi makanan (nutrisi) dengan
memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari
energi yang dihasilkan dari fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat
penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian
besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan
energi melalui fotosintesis disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah
satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat
(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Berikut persamaan
reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa (Jones dkk, 2003):
6H2O + 6CO2 + cahaya
C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Pada
respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.
8
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil
terdapat pada organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang
akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan
yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi
dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang
mengandung setengah juta kloroplas dalam setiap millimeter perseginya. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian
besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin
yang bersifat anti air yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar
matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah
daun, tepatnya pada bagian stroma. Tetapi secara umum, semua sel yang memiliki
kloroplas
berpotensi
untuk
melangsungkan
reaksi
fotosintesis.
Klorofil
mengandung beberapa pigmen seperti klorofil-a terutama menyerap cahaya biruviolet (400 nm-500 nm) dan merah (650 nm-700 nm) serta klorofil-b yang
menyerap cahaya biru dan oranye (600 nm-650 nm). Klorofil-a berperan langsung
dalam reaksi terang (reaksi yang memerlukan cahaya) sedangkan klorofil-b tidak
secara langsung berperan dalam reaksi terang.
Reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu, reaksi
terang (memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbondioksida). Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan
ATP (adenosine triphosphate), satuan pertukaran energi dalam sel dan mereduksi
9
NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate). Reaksi ini memerlukan
molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya pada warna biru (400-450
nm) dan merah (650-700 nm) dibandingkan hijau (500-600 nm). Cahaya hijau ini
akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi
bahwa daun berwarna hijau. Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi reaksi yang
membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH) yang
disebut siklus Calvin. Energi yang digunakan dalam siklus Calvin berasal dari
reaksi terang.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk
dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang
berfungsi aktif sebagai pusat reaksi (fotosistem) yaitu fotosistem II dan fotosistem
I. Fotosistem II terdiri dari molekul-molekul klorofil yang menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 680 nm, sedangkan fotosistem I menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 700 nm. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara
simultan dalam fotosintesis.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada
fotosistem II yang menyebabkan molekul tersebut melepaskan elektron, yang
akan ditransfer sepanjang rantai transport elektron. Energi dari elektron ini
digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi
dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami kekurangan elektron
yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini
dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan
10
ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Pada saat yang
sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I,
melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transport elektron yang
akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH
Kebanyakan daun menyerap lebih dari 90% cahaya ungu dan biru,
demikian juga untuk cahaya jingga dan merah. Grafik penyerapan cahaya untuk
kisaran panjang gelombang tertentu disebut spektrum serapan. Spektrum serapan
untuk klorofil-a,b dan korotenoid ditunjukkan pada Gambar 2.1. Laju fotosintesis
pada kisaran panjang gelombang tertentu seperti pada Gambar 2.2
Gambar 2.1 Spektrum serapan klorofil-a, b dan karotenoid
11
Gambar 2.2 Spektrum aksi fotosintesis.
Berdasarkan Gambar 2.1 dan 2.2 ditunjukkan bahwa klorofil-a akan
menyerap cahaya paling besar pada panjang gelombang 470 nm dan 680 nm,
sedangkan laju fotosintesis maksimum terjadi pada panjang gelombang sekitar
430 nm dan 650 nm.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menentukan laju
fotosintesis:
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya yang diserap oleh
tumbuhan. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya
maka semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil, sehingga
laju fotosintesis meningkat. Tetapi, apabila intensitas cahaya terlalu tinggi
fotosintesis akan menurun dan bahkan berhenti. Misalnya, tumbuhan di
12
bawah cahaya matahari yang terlalu terik, stomata menutup dan persediaan
karbondioksida menurun.
2. Konsentrasi karbondioksida
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan
yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja
pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambat penyerapan karbondioksida sehingga mangurangi laju
fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan
naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak
energi dan makanan untuk tumbuh.
13
2.5 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi
2.5.1 Klasifikasi
Tanaman padi termasuk keluarga/famili rumput-rumputan (gramineae)
dengan daur hidup berkisar antara 110-210 hari. Klasifikasi tanaman padi adalah
sebagai berikut (Trully, 2009):
Divisi
: Spermatophyta
Anak divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Graminales
Famili
: Gramineae
Genus
: Oryza
Spesies
: Sativa
Padi memiliki dua varietas yaitu:
1. Varietas padi unggul, seperti C4, IR50, dan IR64.
2. Varietas padi lokal, seperti cicih, ijo gading, bengawan, dll.
2.5.2 Morfologi
Padi merupakan tanaman semusim. Tanaman padi terdiri dari dua bagian
yaitu bagian vegetatif (akar, batang dan daun) dan bagian generatif yang berupa
malai dan bunga (Trully,2009).
Akar padi tergolong akar serabut. Akar ini berkembang pesat pada saat
mulai bertunas (kira-kira umur 15 hari). Akar adalah bagian tanaman yang
14
berfungsi menyerap air dan hara dari dalam tanah, kemudian terus kebagian atas
tanaman.
Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang
tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih
pendek dari padi jenis lokal yaitu antara 80 – 120 cm, sedangkan jenis padi yang
tumbuh di tanah rawa ukuran batangnya bisa lebih panjang yaitu antara 2-6 meter.
Daun padi terdiri dari helai daun, pelepah daun, dan lidah daun. Helai daun
terletak pada batang padi, bentuknya tergantung pada varietas padi. Pelepah daun
merupakan bagian daun yang menyelubungi batang. Lidah daun letaknya melekat
pada batang, dengan demikian dapat mencegah masuknya air hujan di antara
batang dan ujung daun. Keadaan ini dapat mencegah infeksi dari penyakit.
Malai terdiri dari bulir yang timbul dari buku yang paling atas dan tiap-tiap
bulir terdapat bunga padi. Panjang malai suatu varietas, tergantung pada
banyaknya cabang tiap malai dan jumlah bulir tiap-tiap cabang tergantung dari
varietas padi yang ditanam.
Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah,
enam buah benang sari dengan tangkai sari pendek. Ada dua kantong serbuk sari
serta putik yang terdiri dari dua tangkai beserta kepala putik yang berwarna putih
dan ungu.
Biji padi sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh
lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah terjadinya penyerbukan dan pembuahan.
Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian paling luar disebut
epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium, dan bagian dalam disebut
15
endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat
tepung, lemak, serta zat-zat anorganik dan sebagian lagi ditempati oleh embryo
(lembaga) yang terletak dibagian lemma.
Tanaman padi memerlukan penyinaran cahaya merah yang optimal,
dimana pigmen klorofil lebih banyak menyerap cahaya merah dan biru.
Kekurangan cahaya merah dapat menyebabkan tanaman padi mudah terserang
penyakit. Intensitas cahaya merah sangat penting dalam pembentukan vitamin C
dan karoten.
Padi memiliki struktur biji sebagai berikut:
Gambar 2.3 Struktur biji
Keterangan :
a = Kulit biji
b = Endosperma
c = Kotiledon (daun biji)
d = hipokotil (batang embrio)
Sebuah biji pada umumnya mempunyai tiga bagian dasar yaitu; embrio,
endosperma, dan kulit biji. Proses perkembangan biji dimulai dengan fertilisasi
ganda dan melibatkan fusi inti sel telur dan sperma menjadi zigot. Tepat setelah
pembuahan endosperm primer membelah dengan cepat untuk membentuk
jaringan endosperma. Endosperma merupakan tempat menyimpan makanan
16
cadangan yang akan digunakan untuk perkecambahan atau berkembang menjadi
kulit biji yang keras.
cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu intensitas
cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang cahaya) dan fotoperiodisitas
(panjang hari).
a. Intensitas cahaya: cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan
perkecambahan
pada
biji-biji
yang
positively
photoblastic
yaitu
perkecambahan pada biji dipercepat oleh cahaya.
b. Kualitas cahaya (panjang gelombang): cahaya yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum, yaitu 650-680 nm.
Sedangkan sinar infra merah 730 nm menghambat perkecambahan. Biji
mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam kondisi
alternatif) yaitu Phytochrome 680 dan Phytochrome 730. Phytochrome
adalah suatu reseptor cahaya yang digunakan tumbuhan untuk mendeteksi
cahaya. Phytocrome terangsang oleh cahaya merah dan infra merah. Jika biji
diberikan cahaya merah 680 nm, maka pigmen P680 dirubah menjadi P730.
P730 ini akan menjadi aktif dan memicu perkecambahan. Sebaliknya apabila
biji diberikan cahaya infra merah 730 nm, maka pigmen P730 dirubah
menjadi P680. P680 ini akan menjadi tidak aktif dan menghambat
perkecambahan biji.
c. Fotoperiodisitas: pemberian kebutuhan cahaya merah pada biji tanaman
dengan intensitas tertentu atau waktu penyinaran yang berubah-ubah
(Ildahshiro, 2009).
17
2.5.3 Syarat Tumbuh
Padi memiliki beberapa syarat untuk tumbuh yaitu:
 Dapat tumbuh baik di daerah yang berhawa panas dan mengandung
banyak uap air.
 Dapat tumbuh di dataran tinggi dan rendah.
 Waktu tanam yang baik adalah pada awal musim kemarau.
 Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 23°C
2.5.4 Fase-fase Kehidupan Tanaman Padi
 Fase pembibitan: tanaman berumur 0-15 hari.
 Fase vegetatif: tanaman berumur 15-30 hari.
 Fase generatif: tanaman berumur 30-80 hari.
Download