I. LATAR BELAKANG Pipa kalor merupakan alat dengan konduktivitas termal yang tinggi tanpa bagian yang bergerak, biasanya pipa kalor digunakan untuk menghantarkan panas pada temperatur dan jarak tertentu dengan input listrik yang kecil. Pipa kalor sering digunakan dalam kehidupan kita. Aplikasi pipa kalor banyak digunakan untuk alat pendinginan ataupun untuk alat menghantarkan panas. Salah satu aplikasi dari pipa kalor yaitu pada pendinginan alat – alat elektronik. Ataupun kita bisa melihat aplikasi pipa kalor pada vapor chamber ataupun heat sink fan. Dikarenakan merupakan alat yang sederhana tetapi memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari – hari, alat ini lebih disenangi oleh masyarakat. Perkembangan pipa kalor juga terus dilakukan. Hal ini dikarenakan pipa kalor tidak membutuhkan banyak biaya dalam menghantarkan sejumlah panas yang diberkan. Penggunaan pipa kalor ini menggunakan ilmu basic dari teknik mesin. Ilmu yang digunakan yaitu perpindahan panas. Dimana kita tahu alat ini digunakan untuk memindahkan panas dari 1 tempat ke tempat lain. Bagaimana caranya perpindahan panas dalam pipa kalor ini? Analisis perpindahan panas inilah yang akan dibahas dalam makalah saya. II. LANDASAN TEORI 1. Ilmu Perpindahan Panas Ilmu perpindahan panas merupakan ilmu yang mempelajari perpindahan panas dari 1 tempat ke tempat lain. Perpindahan panas terjadi ketika adanya perbedaan temperatur antara 1 tempat dengan tempat lain. Selama adanya perbedaan temperatur maka perpindahan panas akan terjadi. Terdapat 3 cara perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi Konduksi merupakan perpindahan panas yang melalui suatu medium solid ataupun melalui suatu medium fluida. Konveksi merupakan perpindahan panas yang terjadi antara suatu permukaan dengan fluida yang mengalir melalui permukaan tersebut pada saat adanya perbedaan temperatur. Sedangkan radiasi merupakan perpindahan panas antara 2 permukaan. Radiasi merupakan perpindahan panas yang dapat melalui ruang hampa. Konduksi merupakan perpindahan panas yang terjadi secara difusi. Perpindahan panas tersebut terjadi melalui pergerakan partikel – partikel molekular yang menghantarkan panas didalamnya dari 1 molekul ke molekul lainnya. Perpindahan panas secara konduksi harus melalui suatu medium seperti medium solid maupun medium fluida. Banyaknya kalor yang dihantarkan pada perpindahan panas dalam konduksi dapat dihitung dengan persamaan 1 : Q = k.A.∆T/∆L ………………………………………………… (1) Konveksi merupakan perpindahan panas seperit pada konduksi. Perpindahan panas konveksi juga terjadi karena adanya pergerakan partikel – partikel molekular yang menghantarkan panas didalamnya dari 1 molekul ke molekul lainnya. Tetapi bedanya pada konveksi juga adanya perpindahan panas atau energi melalui bulk atau melalui fluida yang bergerak. Sedangkan untuk rumus perhitungan perpindahan panas secara konveksi dapat dilihat pada persamaan 2 : Q = hA∆T ………………………………………………………(2) Radiasi merupakan perpindahan panas yang berbeda dari konveksi ataupun konduksi. Hal ini dikarenakan perpindahan panas secara radiasi dapat melalui ruang hampa. Perpindahan panas secara radiasi terjadi dari 1 permukaan menuju ke permukaan lainnya. Perpindahan panas ini terjadi melalui gelombang elektromagnetik. Persamaan untuk banyaknya kalor yang dihantarkan melalui radiasi dapat dilihat pada persamaan 3 : Q =eσ(Ts4 – Tsurface4) 2. Pipa Kalor Pipa Kalor merupakan alat yang digunakan untuk menghantarkan panas dari satu tempat ke tempat lain tanpa input listrik yang besar. Pipa kalor ini merupakan alat yang praktis untuk digunakan. Alat ini hanya terdiri dari pipa dan didalamnya mengalir fluida sebagai fluida kerja untuk menghantarkan panas. Pipa kalor biasanya merupakan pipa lurus yang di dalamnya terdapat wick dan fluida kerja seperti air pada keadaan saturasi. Pipa kalor ini terdiri dari 3 bagian penting. Bagian pertama dari pipa kalor ini merupakan evaporator. Evaporator merupakan bagian pipa kalor yang akan menerima panas. Panas tersebut akan diserap fluida kerja. Fluida kerja yang telah tersimpan sejumlah panas akan bergerak menuju daerah kondensor. Pergerakan fluida tersebut dikarenakan adanya perbedaan tekanan dan temperatur. Fluida yang mengandung sejumlah panas tersebut akan bergerak menuju bagian kondensor dari pipa kalor melalui bagian adiabatik. Bagian adiabatik dari pipa kalor hanya menjadi medium yang menyambungkan bagian evaporator dan bagian kondensor. Bagian kondensor dari pipa kalor merupakan bagian yang menghantarkan panas keluar dari pipa kalor. Pada bagian ini panas tersebut akan keluar dari fluida kerja menuju lingkungan. Fluida kerja tersebut akan melepaskan panas ke lingkungan dan bergerak kembali menuju evaporator melalui wick di dalam pipa kalor. Pada pipa kalor, tekanan kerja dan fluida kerja sangat tergantung pada temperatur yang akan digunakan. Sebagai contoh untuk fluida kerja air yang digunakan untuk menghantarkan panas pada temperatur 343 K, tekanan didalam pipa kalor harus didesain mencapai 31.2 kPa. Faktor lain yang mempengaruhi dalam desain pipa kalor adalah tegangan permukaan. Tegangan permukaan pada pipa kalor haruslah besar untuk menjaga kapilaritas dalam pipa kalor yang sesuai dengan wick pada pipa kalor. Pipa kalor sering digunakan dalam aplikasi yang berkaitan dengan penghantaran panas. Pipa kalor lebih efektif karena simple dalam penggunaannya. Pipa kalor juga termasuk dalam alat penghantaran panas yang pasif dikarenakan tidak menggunakan pompa. Pipa kalor sekarang banyak digunakan dalam aplikasi pemanas air ataupun dalam aplikasi untuk energi surya seperti solar collector. III. PEMBAHASAN IV. KESIMPULAN