(film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual
di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film
televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada
lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film lebih dahulu menjadi
hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop ini menjadi
aktifitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. 4
Secara teoritis dan telah terbukti pula dalam praktek kebenarannya, film
adalah alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa ini. Apa yang
terpandang oleh mata dan didengar oleh telinga, masih lebih cepat dan lebih
mudah masuk akal dari pada apa yang hanya dapat dibaca dan memerlukan lagi
penghayalan untuk mendapatkan makna. Kurang lebih lima puluh tahun yang lalu
medium film itu terjelma dan dengan serta merta menaklukan umat manusia yang
pada dasarnya memang suka jalan yang paling enteng. Sejak waktu itu bermilyarmilyar orang telah masuk ke gedung bioskop, menghempaskan dirinya dikursi
yang empuk dan membiarkan gambar hidup yang disorotkan didepan matanya
dalam keadaan yang serba gelap menghanyutkan rohnya ke alam antah berantah.
4
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2005, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
Bandung,
Simbiosa Rekatama Media, Hal -143
10
11
Dia tidak perlu berpikir memecahkan otaknya, karena semuanya sudah diatur
baginya. Dia Cuma tinggal menerima saja apa yang disuguhkan dihadapan
matanya.5
2.1.1 Pengertian Film
Film merupakan mesin waktu yang memberikan wawasan terhadap nilai
dan suasana, harapan, dan impian dari sebuah era. Film merupakan sebuah
barometer yang menunjukan perubahan–perubahan nilai suatu bangsa. Film telah
menjadi sarana untuk memberitahukan satu sama lain tentang dunia. Film
menunjukan suatu kondisi dari suatu budaya yang memproduksinya, dan apa yang
ada dalam budaya itu yang menarik bagi penonton untuk melihatnya. Film
berfungsi sebagai kaca dua arah : penonton dapat melihat film, dan film dapat
mereflesikan penonton.6
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, film
adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negative yang
kemudian akan menjadi sebuah potret atau untuk gambar positif yang akan
dimainkan di bioskop, dan sebuah lakon atau cerita gambar hidup.7
Pengertian lebih mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat 1 UU
Nomor 8 Tahun 1992 tentang perfilman dimana disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan film adalah karya seni dan budaya yang merupakan media komunikasi
massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan
5
Usmar Ismail. Mengupas Film. Sinar Harapan. Jakarta: 1983. Hal. 47
Askurifai Baskin. Membuat Film Indie itu gamoan. Jakarta : Kataris 2003. Hal 3
7
http://mind8pro.blogspot.com/p/production-house.html diakses pada tanggal 15 juli 2014 jam
14:30
6
12
direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan /atau bahan hasil
penemuan teknologi lainya dalam segala bentuk,jenis, dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronika, atau proses lainya, dengan atau tanpa suara, yang
dapat dipertunjukan dan/atau ditayangkan dengan sistim mekanik, elektronik,
dan/atau lainya. Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan
diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di
Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.8
Ada banyak sekali keistimewaan media film. Lima diantaranya adalah :
1.
Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup
menghubungkan penontoon dan kisah-kisah personalnya.
2.
Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung.
3.
Film dapat berkomunikasi dengan penontonnya tanpa batas menjangkau
luas kedalam perspektif pemikiran.
4.
Film dapat memotivasi penonton untuk perubahan.
5.
Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan
pengalaman yang terpampang melalui gambar. 9
2.1.2 Karakteristik Film
Faktor-faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah sebagai layar
lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.10
1.
8
Layar yang Luas/ Lebar
Ibid.
Panca Javadalasta, Lima Hari Mahir Bikin Film, Mumtaz Media, Jakarta. 2011, Hal. 1
10
OP Cit Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Hal -145
9
13
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan film
adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran
jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan
terbuka, seperti dalam pertunjukkan musik dan sejenisnya. Layar film yang luas
telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang
disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film-film
di bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah
melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.
2.
Pengambilan gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot
dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan
panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut
dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga
film menjadi lebih menarik.
3.
Konsentrasi penuh
Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di
bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu
ditutup, lampu dimatikan, tampak di depan kita layar luas dengan gambar-gambar
cerita film tersebut.
Kita semua terbebas dari hiruk pikuknya suara diluar karena biasanya
ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran
14
perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita juga
terbawa suasana, kita akan tertawa terbahak-bahak manakala adegan film lucu,
atau sedikit senyum dikulum apabila adegan yang menggelitik.
4.
Identifikasi psikologis
Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah
membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena
penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita
menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran
dalam film itu, sehingga seolah-olah kitalah yang berperan. Gejala ini menurut
ilmu jiwa sosial disebut juga identifikasi psikologis.
2.1.3 Fungsi Film
Menurut Effendy ( 1981 ), tujuan khalayak menonton film terutama untuk
hiburan, akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif,
bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk
pembinaan generasi muda dalam rangka nation character building.11
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari
kehidupan sehari hari secara berimbang.12
Terdapat tiga fungsi pokok yang ada dalam sebuah film, yaitu:
11
12
Op.Cit.Elvinaro Ardiaanto,dkk. Hal. 145
Ibid. Hal. 145
15
1.
Hiburan
Sebagai sarana untuk melepaskan penat, film merupakan salah satu media
yang paling efektif kepada penonton. Dengan rangkaian cerita diiringi dengan
musik dan kata-kata yang tepat, film mampu memainkan emosi seperti membuat
orang tertawa terpingkal pingkal, meneteskan air mata, hingga menjerit ketakutan.
2.
Pendidikan
Film jelas mampu menyampaikan pesan yang mendidik dengan efektif
kepada penonton. Cerita mengenai percintaan dua orang kekasih sesama jenis di
era 1950-an dapat sekaligus memberikan pesan pendidikan moral mengenai resiko
menjadi homoseksual.
3.
Penerangan
Segala macam informasi dapat dengan mudah disampaikan kepada
penonton akan lebih cepat memahami informasi yang diberikan.
2.1.4 Genre Film
Dari berbagai genre film, dapat disimpulkan 12 macam sebagai berikut:
1.
Aksi
Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,
menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat. Film aksi umumnya
berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan,
berpacu dengan waktu, ledakan dan aksi-aksi fisik lainnya.
16
2.
Drama
Film drama pada umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting,
karakter, serta suasana yang memotret kehidupan yang nyata. Konflik bisa dipicu
oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam. Kisahnya seringkali menggugah
emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya.
3.
Epik sejarah
Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan
latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau
kisah biblikal.
4.
Fantasi
Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang
tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri
dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi. Film fantasi juga terkadang
berhubungan dengan aspek religi.
5.
Fiksi ilmiah
Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa
luar, percobaan ilmiah, penjelajah waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi
ilmiah seringkali berhubungan dengan teknologi dan kekuatan yang berada diluar
jangkauan teknologi masa kini serta berhubungan dengan karakter non-manusia
atau artifisial.
6.
Horor
17
Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan,
serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya
sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan
biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia.
7.
Komedi
Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa
penontonnya. Film komedia biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan
aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedia juga biasanya berakhir
dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending).
8.
Kriminal atau Gangster
Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal
seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan,
persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah yanah yang bekerja di luar
sistim hukum. Seringkali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal
besar yang diinspirasi dari kisah nyata.
9.
Musikal
Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari
(dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi
sepanjang film film dan biasanya menyatu dengan cerita.
10.
Petualangan
Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi
ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar
18
pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang,
mineral (emas dan berlian) dan sebagainya.
11.
Perang
Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan
oleh aksi perang. Tidak seperti epik sejarah, perang umumnya menampilkan
adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang
relatif modern.
12.
Western
Western adalah sebuah genre film orisinil milik Amerika. Genre ini
memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting
seringkali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api,
pohon kaktus, pertenakan serta perkampungan suku Indian. Western memiliki
karakter yangkhas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff, dan lain-lain. 13
Selain itu terdapat juga genre yang bersifat non fiksi sebagai berikut:
1.
Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah
“documenter” pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert
Flaherrty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samara Jhon Grierson, di New
York Sun pada 8 februari 1926, (Wikipedia Indoensia), 2007). Diperancis istilah
dokumenter digunakan untuk semua film nonfiksi, termasuk film mengenai
perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua
13
Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Cet.ke-1, Hal.12
19
adalah film dokumenter. Orang-orang merekam kegiatan sehari-hari, misalnya
kereta api masuk ke stasiun dan sebagainya, (Wikipedia Indonesia, 2007).
2.
Film Faktual
Film faktual umumnya hanya menampilkan fakta, kamera sekedar
merekam peristiwa. Film faktual dijaman sekarang tetap hadir dalam bentuk film
berita (news reel ).14
2.2 HIV/AIDS
AIDS sudah kita ketahui berasal dari virus yang bernama HIV, tetapi dari
mana virus ini berasal mula sampai sekarang belum ada yang tahu. Konon ada
virus yang pernah ditemukan pada beberapa jenis kera di afrika yang mirip
dengan HIV. Juga pernah ditemukan sampel darah lama yang berasal dari Afrika
pada tahun 1950-an yang tampaknya mengandung HIV. 15
2.2.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuan
Perancis ( Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari penderita
dengan
gejala
Limfadenopati,
sehingga
pada
waktu
itu
dinamakan
Lymphadenophaty Associated Virus (LAV) (Tjokronegoro,2003). HIV termasuk
keluarga virus retro, yaitu virus yang memasuki materi genetiknya ke dalam sel
tuan rumah ketika melakukan infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari
14
15
Marseli Sumarno. Dasar-dasar apresiasi film, Jakarta : Grasindo 1996, hal 10
Danny I. Yatim. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. hal 17.
20
RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro-virus dan kemudian replikasi (Riono,1999). HIV menyerang
sistim imun manusia yaitu limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4
dipermukaanya. Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia
yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain
dalam system imun dan pembentukan antibody sehingga yang terganggu bukan
hanya fungsi limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag, dan sebagainya
dan merusak sistim imunitas. Selanjutnya bisa memudahkan infeksi oportunistik
di dalam tubuh. Kondisi inilah yang kita sebut AIDS.16
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
secara harfiah berarti kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang
diperoleh. Seperti kita ketahui tubuh manusia mempunyai sistem kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar ( kuman, virus, penyakit ). AIDS melemahkan
atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah
berbagai jenis penyakit lain. 17
2.2.2 Penularan HIV/AIDS
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu.Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
16
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125929-S-5471-Deskripsi%20dan-Literatur.pdf diakses
pada tanggal 17 juli 2014 jam 14:20.
17
Danny I. Yatim. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. hal 1
21
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.18
Beberapa cara penularan virus tersebut:
1.
Ibu hamil dengan HIV (+)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi
yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal.
Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada
waktu bayi terpapar dengan darah ibu atau sekret genitalia yang mengandung HIV
selama proses kelahiran, dan post partum melalui ASI. Transmisi dapat terjadi
pada 20-50% kasus. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim
(in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan
saat persalinan.
2.
Transfusi
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau
produk darah yang berasal dari donor yang mengandung HIV. Dengan sudah
dilakukannya skrining darah donor untuk HIV, maka transmisi melalui cara ini
menjadi jauh berkurang.
3.
Jarum suntik yang tercemar HIV
Penularan melalui cara ini terutama ditemukan pada penyalah gunaan obat
intravena yang menggunakan jarum suntik bersama. Sekali tertulari, maka seorang
18
http://hivaidsclinic.wordpress.com/2012/08/13/cara-penularan-hiv-aids/ diakses pada tanggal 18
juli 2014 jam 14:45.
22
pengguna akan dapat menulari pasangannya melalui hubungan seksual. Untuk
mengantisipasi tersebarnya aneka penyakit melalui cara ini, di banyak negara
maju sudah dilakukan program harm reduction bagi pengguna narkoba dengan
membagikan jarum suntik steril pada pemakai.
4.
Hubungan seksual dengan pengidap HIV
Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV
karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik
terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyakit menular
seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan
pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga
karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada
semen dan sekresi vaginal.19
2.2.3 Ciri ciri HIV/AIDS
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak akan tampak dari penampilan
luar. Orang yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukan gejala apapun dalam
jangka waktu yang relative lama. Bisa terjadi 7 sampai 10 tahun setelah orang itu
tertular HIV, baru terlihat adanya gejala. Masa ini disebut masa laten.20
Adapun tanda tanda ataupun gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
Tanda tanda Utama ( gejala mayor):
1.
19
20
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
Ibid .
Op Cit Danny I. Yatim hal. 6
23
2.
Demam berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan
3.
Diare berkepanjangan selama lebih dari satu bulan
Tanda-tanda tambahan (gejala minor):
1.
Batuk berkepanjangan selama lebih dari satu bulan
2.
Kelainan kulit dan iritasi (gatal)
3.
Herpes simpleks (kulit melepuh dan terasa nyeri) yang menyebar dan
bertambah parah
4.
Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan
5.
Pembengkakan kelenjar getah bening.21
Bila terdapat sekurang–kurangnya tiga dari sekian gejala diatas, bisa
diperkirakan adanya AIDS. 22
Adapun gejala gejala lainya sebagai berikut:
1.
Kelelahan
2.
Pegal otot dan nyeri sendi
3.
Pneumonia ( infeksi paru paru akibat jamur )
4.
Toksoplasmosis ( sejenis parasite yang menyerang otak karena immunitas
tubuh menurun )
5.
Berkeringat pada malam hari ( bukan karena perubahan suhu atau
melakukan aktivitas )
6.
Bingung dan sulit berkonsentrasi.
7.
Menstruasi tidak teratur.23
21
22
Ibid hal 10-11
Ibid hal 11.
24
2.3 Gaya Hidup
2.3.1 Pengertian Gaya Hidup
Dalam
bidang sosiologi, gaya hidup adalah cara bagaimana cara
seseorang hidup. Gaya hidup adalah kelompok fitur tingkah laku diri sendiri atau
terhadap orang lain dalam satu waktu dan tempat, termasuk hubungan sosial,
penggunaan hiburan dan berpakaian. Tingkah laku dan sikap dalam gaya hidup
adalah campuran dari kebiasaan, cara yang lazim dalam membuat sesuatu dan
tindakan berdasarkan logika. Gaya hidup biasanya diikuti dengan sikap, nilai dan
pandangan dari seseorang. Dan gaya hidup adalah cara membentuk konsep diri
dan menciptakan simbol kebudayaan yang menyatakan identitas pribadi. Namun
tidak semua aspek gaya hidup bersifat sukarela sepenuhnya. Sistem-sistem sosial
dan teknis yang ada disekeliling bisa membatasi gaya hidup dan simbol yang
dapat digunakan untuk menampilkan gaya hidup kepada diri sendiri dan orang
lain.24
Selanjutnya gaya hidup diasumsikan bahwa gaya hidup merupakan ciri
sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas. Maksudnya adalah
siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan
tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang
lain.25
23
http://ramuanboyke.com/blog/16-gejala-seseorang-terjangkit-hiv/ diakses pada tanggal 18 july
2014 jam 12:22.
24
Spaargaren, G., and B. VanVliet. 2000. ‘Lifestyle, Consumption and the Environment: The
Ecological Modernisatuon of Domestic Consumption.’ Environmental Politics. 9(1): 50-75.
25
David Chaney, 1996,Lifestyles:sebuah pengantar komprehensif, Yogyakarta, Jalasutra, Hal. 40
25
Gaya hidup itu sendiri dijelaskan lagi adalah pola-pola tindakan yang
membedakan antara satu orang dengan orang yang lain.26 Oleh sebab itu, gaya
hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan gaya
hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat
dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.27 Sedangkan
menurut Sobel adalah setiap cara kehidupan yang khas, dan karena itu dapat
dikenali (1981:1).28
Kesimpulannya adalah gaya hidup
merupakan suatu cara yang
menunjukkan identitas seseorang yang khas didasari dengan pola-pola tindakan
yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari sehingga seseorang dapat
dibedakan berdasarkan identitas yang dimiliki.
Menurut David Chaney dalam buku Lifestyle, terdapat tiga tema utama
dalam gaya hidup yang di kemukakannya yaitu: penampakan luar (Surface),
kedirian (selves), dan sensibilitas (sensibilities).
2.3.2 Tema-tema Dalam Gaya Hidup
1.
Penampakan Luar ( Surface )
“Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok
untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya
industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Dalam
ungkapan Chaney, “penampakan luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi
gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi lebih penting dari pada subtansi.
Gaya dan desain menjadi lebih penting dari pada fungsi. Gaya akan menggantikan
26
Ibid Hal.40.
Ibid Hal. 40-41.
28
Ibid Hal 50
27
26
subtansi.
Kulit
akan
menggantikan
isi.
Pemasaran
penampakan
luar,
penampilan,hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar
gaya hidup.29 Maka penampakan luar merupakan apa saja yang dapat dilihat atau
sebuah visual dari objek, orang dan ruang. Mengapa visualisasi dijadikan kata
kunci dalam penampakan luar karena visualisasi telah menjadi sumber daya
sentral untuk mengkomunikasikan dan mengangkat makna.
2.
Kedirian ( Self )
Gaya
hidup
selanjutnya
merupakan
cara-cara
terpola
dalam
menginvertariskan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial
atau simbolik; tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan
identitas.30 Menurut Giddens (Chaney:1996) identitas diri adalah suatu proyek
yang diwujudkan, yang dipahami oleh para individu dengan cara-cara pendirian
mereka sendiri, dan cara-cara menceritakan,tentang identitas personal dan
biografi. 31 Sehingga kedirian dapat disimpulkan yaitu cara mengekspresikan diri
individu
untuk
memperlihatkan
perbedaan
dan
kekhasan
mereka
bila
dibandingkan dengan orang lain.
3.
Sensibilitas ( Sensibilities )
Sensibilitas adalah cara mengikatkan diri dengan tatanan budaya
lingkungan yang mereka tanamkan secara mendalam. Sensibilitas atau kepekaan
merupakan suatu cara dalam merespon peristiwa, tindakan, atau fenomena yang
29
Ibid. Hal. 16.
Ibid. Hal 92.
31
Ibid. Hal 149.
30
27
memiliki pola atau koherensi tertentu dan dapat menjelaskan atau meramalkan
respon tentang situasi baru.32
2.4 Semiotika
2.4.1 Pengertian Semiotika
Menurut Van Zoest, semiotika adalah ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Dick
Hartoko mengungkapkan, semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh
para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.33
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang mewakili
sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang
menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirine
mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran disudut kota.34
Sementara, istilah semiotika atau semiotic, yang dimunculkan pada akhir
abad ke-19 oleh filsup aliran Pragmatic Amerika, Charles Sanders Peirce.
Merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Hal yang menjadi dasar
dari semiotika adalah konsep tentang tanda;tak hanya bahasa dan sisitem
komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun,
sejauh terkait dengan pikiran manusia, seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena
32
Ibid. Hal 46.
Mahi M. Hikmat, 2011, Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,
Yogyakarta, Graha Ilmu, Hal 106
34
Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika komunikasi. Mitra Wacana Media, Jakarta. 2013 hal7
33
28
manusia tidak akan bisa menjalin hubunganya dengan realitas. Bahasa itu sendiri
merupakan system tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan
tanda-tanda non-verbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian , serta
beraneka praktik sosial konvensional lainya, dapat dipandang sebagai sejenis
bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan
berdasarkan relasi-relasi. 35
Lebih jelas lagi, kita banyak mengenal tanda-tanda dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat. Misalnya, bila disekitar rumah kita ada tetangga
yang memasang janur maka itu pertanda ada ‘hajatan’ perkawinan, tetapi bila
terpasang bendera warna kuning didepan rumah dan sudut jalan maka itu pertanda
ada kematian. Atau kita sudah mengalami masa masa sekolah kita dengan pakaian
yang berbeda, merah untuk anak SD, biru tua untuk SMP, dan biru muda panjang
untuk pakaian anak SMA. Jadi dengan melihat warna yang dipakai dan ukuran
panjang pendeknya saja kita sudah bisa mengetahui strata pendidikan orang
berada pada masa SD-SMA.
2.5 Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari AS yang sangat
tertarik pada persoalan lambing-lambang. Ia melakukan kajian mengenai
semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi
terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, Peirce menggunakan istilah respresentamen
yang tak lain adalah lambang (sign) yang diartikan oleh Matterlart dan Matterlant
35
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 13
29
(1998) sebagai something which stand to somebody for something in some respect
or capacity atau sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam sesuatu hal
atau kapasitas. Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa bagi Peirce, lambang
mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan,
isyarat bahasa tubuh, music, dan lukisan.36
Charles Sanders Peirce secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi
tentang tanda-tanda yang maju dan sebuah meta bahasa untuk membicarakanya,
tetapi semiotiknya dipahami sebagai perluasan logika dank arena sebagian
kerjanya dalam semiotic memandang linguistic melebihi kecanggihan logika.37
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasanya bersifat
menyeluruh, deskripsi
structural dari semua system penandaan. Peirce ingin
mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua
komponen dalam struktur tunggal. 38
Sebuah tanda atau respresentamen menurut peirce adalah sesuatu yang bagi
seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu
yang lain itu, oleh Peirce disebut Interpretant, dinamakan sebagai interpretant dari
tanda yang pertama, pada giliranya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan
demikian, menurut peirce sebuah tanda atau representamen
memiliki relasi
“triadic” langsung dari interpretant dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan
36
Pawito. Penelitian komunikasi kualitatif. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta:Yogyakarta. 2007.
Hal. 158-160
37
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.2001. hal 96
38
Ibid. Hal 97
30
proses “semiosis” merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa
representamen) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh
Peirce disebut sebagai Signifikasi.39
Menurut Hamad (2000), semiotika untuk studi media massa ternyata tak
hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun juga bias sebagai metode analisa.
Kita dapat menjadikan tori segitiga makna (triangle meaning) Peirce yang terdiri
atas Sign (tanda), Object (acuan tanda), dan Interpretant (pengguna tanda).
Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Menurut Fiske (1990),
hubungan segitiga makna Peirce lazimnya sebagai tampak dalam gambar berikut
ini. 40
Gambar Element makna Peirce
Sign
Interpretant
39
Object
Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi: Aplikasi bagi penelitian skripsi
komunikasi. Mitra Wacana Media:Jakarta. 2011. Hal. 13-14
40
Ibid. Hal 115
31
Hubungan antara tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant)
dapat dijelaskan sebagai berikut.41
1.
Tanda adalah sesuatu yang bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca
indera manusia, dan merupakan sesuatu yang mempresentasikan hal ini diluar
tanda sendiri, maka acuan tanda tersebut disebut objek.
2.
Objek atau acuan tanda merupakan konteks social yang menjadi referensi
dari tanda atau sesuatu yang dirujuk oleh tanda atau objek tertentu.
3.
Interpretan adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkannya kesuatu makna tertentu. Dengan kata lain, makna yang
terdapat dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda
tertentu.
Menurut Charles Sanders Peirce, sesuatu yang digunakan agar tanda bisa
berfungsi, oleh Peirce disebut Ground. Konsekuensinya, tanda ( sign atau
representamen ) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object,
dan interpretant. Atas hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda
yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign,, dan
legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata
kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi actual benda atau
peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada
urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu
41
Rosady Ruslan. Metode Penelitian: Pulic Relation dan Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta, 2008. Hal 227
32
lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan
manusia.42
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon ( ikon ), index (
indeks ), dan symbol ( simbol ). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda
atau petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan,
misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petandanya yang bersifat kausal atau
hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.
Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Simbol adalah
tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya.
Hubungan
diantaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan
konvensi ( perjanjian ) masyarakat.43
Berdasarkan interpretan, tanda di bagi atas rheme, dicent sign atau dicisign
dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja
menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita sakit mata, atau
mata kemasukan insekta atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau
decisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika suatu jalan sering terjadi
kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang enyatakan bahwa
42
43
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 41.
Ibid. Hal. 41-42.
33
disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung
memberikan alasan tentang sesuatu.44
44
Ibid. Hal. 42.
Download