10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film lebih dahulu menjadi hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop ini menjadi aktifitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. 4 Secara teoritis dan telah terbukti pula dalam praktek kebenarannya, film adalah alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa ini. Apa yang terpandang oleh mata dan didengar oleh telinga, masih lebih cepat dan lebih mudah masuk akal dari pada apa yang hanya dapat dibaca dan memerlukan lagi penghayalan untuk mendapatkan makna. Kurang lebih lima puluh tahun yang lalu medium film itu terjelma dan dengan serta merta menaklukan umat manusia yang pada dasarnya memang suka jalan yang paling enteng. Sejak waktu itu bermilyarmilyar orang telah masuk ke gedung bioskop, menghempaskan dirinya dikursi yang empuk dan membiarkan gambar hidup yang disorotkan didepan matanya dalam keadaan yang serba gelap menghanyutkan rohnya ke alam antah berantah. 4 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2005, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, Hal -143 10 11 Dia tidak perlu berpikir memecahkan otaknya, karena semuanya sudah diatur baginya. Dia Cuma tinggal menerima saja apa yang disuguhkan dihadapan matanya.5 2.1.1 Pengertian Film Film merupakan mesin waktu yang memberikan wawasan terhadap nilai dan suasana, harapan, dan impian dari sebuah era. Film merupakan sebuah barometer yang menunjukan perubahan–perubahan nilai suatu bangsa. Film telah menjadi sarana untuk memberitahukan satu sama lain tentang dunia. Film menunjukan suatu kondisi dari suatu budaya yang memproduksinya, dan apa yang ada dalam budaya itu yang menarik bagi penonton untuk melihatnya. Film berfungsi sebagai kaca dua arah : penonton dapat melihat film, dan film dapat mereflesikan penonton.6 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negative yang kemudian akan menjadi sebuah potret atau untuk gambar positif yang akan dimainkan di bioskop, dan sebuah lakon atau cerita gambar hidup.7 Pengertian lebih mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat 1 UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang perfilman dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan 5 Usmar Ismail. Mengupas Film. Sinar Harapan. Jakarta: 1983. Hal. 47 Askurifai Baskin. Membuat Film Indie itu gamoan. Jakarta : Kataris 2003. Hal 3 7 http://mind8pro.blogspot.com/p/production-house.html diakses pada tanggal 15 juli 2014 jam 14:30 6 12 direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan /atau bahan hasil penemuan teknologi lainya dalam segala bentuk,jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan/atau ditayangkan dengan sistim mekanik, elektronik, dan/atau lainya. Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.8 Ada banyak sekali keistimewaan media film. Lima diantaranya adalah : 1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penontoon dan kisah-kisah personalnya. 2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung. 3. Film dapat berkomunikasi dengan penontonnya tanpa batas menjangkau luas kedalam perspektif pemikiran. 4. Film dapat memotivasi penonton untuk perubahan. 5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui gambar. 9 2.1.2 Karakteristik Film Faktor-faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah sebagai layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.10 1. 8 Layar yang Luas/ Lebar Ibid. Panca Javadalasta, Lima Hari Mahir Bikin Film, Mumtaz Media, Jakarta. 2011, Hal. 1 10 OP Cit Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Hal -145 9 13 Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan terbuka, seperti dalam pertunjukkan musik dan sejenisnya. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film-film di bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. 3. Konsentrasi penuh Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak di depan kita layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut. Kita semua terbebas dari hiruk pikuknya suara diluar karena biasanya ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran 14 perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita juga terbawa suasana, kita akan tertawa terbahak-bahak manakala adegan film lucu, atau sedikit senyum dikulum apabila adegan yang menggelitik. 4. Identifikasi psikologis Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kitalah yang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut juga identifikasi psikologis. 2.1.3 Fungsi Film Menurut Effendy ( 1981 ), tujuan khalayak menonton film terutama untuk hiburan, akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation character building.11 Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari hari secara berimbang.12 Terdapat tiga fungsi pokok yang ada dalam sebuah film, yaitu: 11 12 Op.Cit.Elvinaro Ardiaanto,dkk. Hal. 145 Ibid. Hal. 145 15 1. Hiburan Sebagai sarana untuk melepaskan penat, film merupakan salah satu media yang paling efektif kepada penonton. Dengan rangkaian cerita diiringi dengan musik dan kata-kata yang tepat, film mampu memainkan emosi seperti membuat orang tertawa terpingkal pingkal, meneteskan air mata, hingga menjerit ketakutan. 2. Pendidikan Film jelas mampu menyampaikan pesan yang mendidik dengan efektif kepada penonton. Cerita mengenai percintaan dua orang kekasih sesama jenis di era 1950-an dapat sekaligus memberikan pesan pendidikan moral mengenai resiko menjadi homoseksual. 3. Penerangan Segala macam informasi dapat dengan mudah disampaikan kepada penonton akan lebih cepat memahami informasi yang diberikan. 2.1.4 Genre Film Dari berbagai genre film, dapat disimpulkan 12 macam sebagai berikut: 1. Aksi Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat. Film aksi umumnya berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan dan aksi-aksi fisik lainnya. 16 2. Drama Film drama pada umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan yang nyata. Konflik bisa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. 3. Epik sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal. 4. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi. Film fantasi juga terkadang berhubungan dengan aspek religi. 5. Fiksi ilmiah Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajah waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah seringkali berhubungan dengan teknologi dan kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini serta berhubungan dengan karakter non-manusia atau artifisial. 6. Horor 17 Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia. 7. Komedi Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya. Film komedia biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedia juga biasanya berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending). 8. Kriminal atau Gangster Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah yanah yang bekerja di luar sistim hukum. Seringkali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. 9. Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film film dan biasanya menyatu dengan cerita. 10. Petualangan Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar 18 pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas dan berlian) dan sebagainya. 11. Perang Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang. Tidak seperti epik sejarah, perang umumnya menampilkan adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang relatif modern. 12. Western Western adalah sebuah genre film orisinil milik Amerika. Genre ini memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting seringkali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus, pertenakan serta perkampungan suku Indian. Western memiliki karakter yangkhas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff, dan lain-lain. 13 Selain itu terdapat juga genre yang bersifat non fiksi sebagai berikut: 1. Film Dokumenter Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah “documenter” pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherrty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samara Jhon Grierson, di New York Sun pada 8 februari 1926, (Wikipedia Indoensia), 2007). Diperancis istilah dokumenter digunakan untuk semua film nonfiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua 13 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Cet.ke-1, Hal.12 19 adalah film dokumenter. Orang-orang merekam kegiatan sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun dan sebagainya, (Wikipedia Indonesia, 2007). 2. Film Faktual Film faktual umumnya hanya menampilkan fakta, kamera sekedar merekam peristiwa. Film faktual dijaman sekarang tetap hadir dalam bentuk film berita (news reel ).14 2.2 HIV/AIDS AIDS sudah kita ketahui berasal dari virus yang bernama HIV, tetapi dari mana virus ini berasal mula sampai sekarang belum ada yang tahu. Konon ada virus yang pernah ditemukan pada beberapa jenis kera di afrika yang mirip dengan HIV. Juga pernah ditemukan sampel darah lama yang berasal dari Afrika pada tahun 1950-an yang tampaknya mengandung HIV. 15 2.2.1 Pengertian HIV/AIDS HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuan Perancis ( Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari penderita dengan gejala Limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenophaty Associated Virus (LAV) (Tjokronegoro,2003). HIV termasuk keluarga virus retro, yaitu virus yang memasuki materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari 14 15 Marseli Sumarno. Dasar-dasar apresiasi film, Jakarta : Grasindo 1996, hal 10 Danny I. Yatim. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. hal 17. 20 RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro-virus dan kemudian replikasi (Riono,1999). HIV menyerang sistim imun manusia yaitu limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 dipermukaanya. Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam system imun dan pembentukan antibody sehingga yang terganggu bukan hanya fungsi limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag, dan sebagainya dan merusak sistim imunitas. Selanjutnya bisa memudahkan infeksi oportunistik di dalam tubuh. Kondisi inilah yang kita sebut AIDS.16 AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang secara harfiah berarti kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang diperoleh. Seperti kita ketahui tubuh manusia mempunyai sistem kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar ( kuman, virus, penyakit ). AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain. 17 2.2.2 Penularan HIV/AIDS HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim 16 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125929-S-5471-Deskripsi%20dan-Literatur.pdf diakses pada tanggal 17 juli 2014 jam 14:20. 17 Danny I. Yatim. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. hal 1 21 (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.18 Beberapa cara penularan virus tersebut: 1. Ibu hamil dengan HIV (+) Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu atau sekret genitalia yang mengandung HIV selama proses kelahiran, dan post partum melalui ASI. Transmisi dapat terjadi pada 20-50% kasus. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. 2. Transfusi Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau produk darah yang berasal dari donor yang mengandung HIV. Dengan sudah dilakukannya skrining darah donor untuk HIV, maka transmisi melalui cara ini menjadi jauh berkurang. 3. Jarum suntik yang tercemar HIV Penularan melalui cara ini terutama ditemukan pada penyalah gunaan obat intravena yang menggunakan jarum suntik bersama. Sekali tertulari, maka seorang 18 http://hivaidsclinic.wordpress.com/2012/08/13/cara-penularan-hiv-aids/ diakses pada tanggal 18 juli 2014 jam 14:45. 22 pengguna akan dapat menulari pasangannya melalui hubungan seksual. Untuk mengantisipasi tersebarnya aneka penyakit melalui cara ini, di banyak negara maju sudah dilakukan program harm reduction bagi pengguna narkoba dengan membagikan jarum suntik steril pada pemakai. 4. Hubungan seksual dengan pengidap HIV Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal.19 2.2.3 Ciri ciri HIV/AIDS Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak akan tampak dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relative lama. Bisa terjadi 7 sampai 10 tahun setelah orang itu tertular HIV, baru terlihat adanya gejala. Masa ini disebut masa laten.20 Adapun tanda tanda ataupun gejala dari HIV/AIDS adalah sebagai berikut: Tanda tanda Utama ( gejala mayor): 1. 19 20 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat Ibid . Op Cit Danny I. Yatim hal. 6 23 2. Demam berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan 3. Diare berkepanjangan selama lebih dari satu bulan Tanda-tanda tambahan (gejala minor): 1. Batuk berkepanjangan selama lebih dari satu bulan 2. Kelainan kulit dan iritasi (gatal) 3. Herpes simpleks (kulit melepuh dan terasa nyeri) yang menyebar dan bertambah parah 4. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, dan 5. Pembengkakan kelenjar getah bening.21 Bila terdapat sekurang–kurangnya tiga dari sekian gejala diatas, bisa diperkirakan adanya AIDS. 22 Adapun gejala gejala lainya sebagai berikut: 1. Kelelahan 2. Pegal otot dan nyeri sendi 3. Pneumonia ( infeksi paru paru akibat jamur ) 4. Toksoplasmosis ( sejenis parasite yang menyerang otak karena immunitas tubuh menurun ) 5. Berkeringat pada malam hari ( bukan karena perubahan suhu atau melakukan aktivitas ) 6. Bingung dan sulit berkonsentrasi. 7. Menstruasi tidak teratur.23 21 22 Ibid hal 10-11 Ibid hal 11. 24 2.3 Gaya Hidup 2.3.1 Pengertian Gaya Hidup Dalam bidang sosiologi, gaya hidup adalah cara bagaimana cara seseorang hidup. Gaya hidup adalah kelompok fitur tingkah laku diri sendiri atau terhadap orang lain dalam satu waktu dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan hiburan dan berpakaian. Tingkah laku dan sikap dalam gaya hidup adalah campuran dari kebiasaan, cara yang lazim dalam membuat sesuatu dan tindakan berdasarkan logika. Gaya hidup biasanya diikuti dengan sikap, nilai dan pandangan dari seseorang. Dan gaya hidup adalah cara membentuk konsep diri dan menciptakan simbol kebudayaan yang menyatakan identitas pribadi. Namun tidak semua aspek gaya hidup bersifat sukarela sepenuhnya. Sistem-sistem sosial dan teknis yang ada disekeliling bisa membatasi gaya hidup dan simbol yang dapat digunakan untuk menampilkan gaya hidup kepada diri sendiri dan orang lain.24 Selanjutnya gaya hidup diasumsikan bahwa gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.25 23 http://ramuanboyke.com/blog/16-gejala-seseorang-terjangkit-hiv/ diakses pada tanggal 18 july 2014 jam 12:22. 24 Spaargaren, G., and B. VanVliet. 2000. ‘Lifestyle, Consumption and the Environment: The Ecological Modernisatuon of Domestic Consumption.’ Environmental Politics. 9(1): 50-75. 25 David Chaney, 1996,Lifestyles:sebuah pengantar komprehensif, Yogyakarta, Jalasutra, Hal. 40 25 Gaya hidup itu sendiri dijelaskan lagi adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain.26 Oleh sebab itu, gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.27 Sedangkan menurut Sobel adalah setiap cara kehidupan yang khas, dan karena itu dapat dikenali (1981:1).28 Kesimpulannya adalah gaya hidup merupakan suatu cara yang menunjukkan identitas seseorang yang khas didasari dengan pola-pola tindakan yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari sehingga seseorang dapat dibedakan berdasarkan identitas yang dimiliki. Menurut David Chaney dalam buku Lifestyle, terdapat tiga tema utama dalam gaya hidup yang di kemukakannya yaitu: penampakan luar (Surface), kedirian (selves), dan sensibilitas (sensibilities). 2.3.2 Tema-tema Dalam Gaya Hidup 1. Penampakan Luar ( Surface ) “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Dalam ungkapan Chaney, “penampakan luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi lebih penting dari pada subtansi. Gaya dan desain menjadi lebih penting dari pada fungsi. Gaya akan menggantikan 26 Ibid Hal.40. Ibid Hal. 40-41. 28 Ibid Hal 50 27 26 subtansi. Kulit akan menggantikan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan,hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar gaya hidup.29 Maka penampakan luar merupakan apa saja yang dapat dilihat atau sebuah visual dari objek, orang dan ruang. Mengapa visualisasi dijadikan kata kunci dalam penampakan luar karena visualisasi telah menjadi sumber daya sentral untuk mengkomunikasikan dan mengangkat makna. 2. Kedirian ( Self ) Gaya hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dalam menginvertariskan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik; tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.30 Menurut Giddens (Chaney:1996) identitas diri adalah suatu proyek yang diwujudkan, yang dipahami oleh para individu dengan cara-cara pendirian mereka sendiri, dan cara-cara menceritakan,tentang identitas personal dan biografi. 31 Sehingga kedirian dapat disimpulkan yaitu cara mengekspresikan diri individu untuk memperlihatkan perbedaan dan kekhasan mereka bila dibandingkan dengan orang lain. 3. Sensibilitas ( Sensibilities ) Sensibilitas adalah cara mengikatkan diri dengan tatanan budaya lingkungan yang mereka tanamkan secara mendalam. Sensibilitas atau kepekaan merupakan suatu cara dalam merespon peristiwa, tindakan, atau fenomena yang 29 Ibid. Hal. 16. Ibid. Hal 92. 31 Ibid. Hal 149. 30 27 memiliki pola atau koherensi tertentu dan dapat menjelaskan atau meramalkan respon tentang situasi baru.32 2.4 Semiotika 2.4.1 Pengertian Semiotika Menurut Van Zoest, semiotika adalah ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Dick Hartoko mengungkapkan, semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.33 Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirine mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran disudut kota.34 Sementara, istilah semiotika atau semiotic, yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsup aliran Pragmatic Amerika, Charles Sanders Peirce. Merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Hal yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda;tak hanya bahasa dan sisitem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun, sejauh terkait dengan pikiran manusia, seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena 32 Ibid. Hal 46. Mahi M. Hikmat, 2011, Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, Yogyakarta, Graha Ilmu, Hal 106 34 Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika komunikasi. Mitra Wacana Media, Jakarta. 2013 hal7 33 28 manusia tidak akan bisa menjalin hubunganya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan system tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda non-verbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian , serta beraneka praktik sosial konvensional lainya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi. 35 Lebih jelas lagi, kita banyak mengenal tanda-tanda dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Misalnya, bila disekitar rumah kita ada tetangga yang memasang janur maka itu pertanda ada ‘hajatan’ perkawinan, tetapi bila terpasang bendera warna kuning didepan rumah dan sudut jalan maka itu pertanda ada kematian. Atau kita sudah mengalami masa masa sekolah kita dengan pakaian yang berbeda, merah untuk anak SD, biru tua untuk SMP, dan biru muda panjang untuk pakaian anak SMA. Jadi dengan melihat warna yang dipakai dan ukuran panjang pendeknya saja kita sudah bisa mengetahui strata pendidikan orang berada pada masa SD-SMA. 2.5 Semiotika Charles Sanders Peirce Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari AS yang sangat tertarik pada persoalan lambing-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, Peirce menggunakan istilah respresentamen yang tak lain adalah lambang (sign) yang diartikan oleh Matterlart dan Matterlant 35 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 13 29 (1998) sebagai something which stand to somebody for something in some respect or capacity atau sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam sesuatu hal atau kapasitas. Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa bagi Peirce, lambang mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isyarat bahasa tubuh, music, dan lukisan.36 Charles Sanders Peirce secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda yang maju dan sebuah meta bahasa untuk membicarakanya, tetapi semiotiknya dipahami sebagai perluasan logika dank arena sebagian kerjanya dalam semiotic memandang linguistic melebihi kecanggihan logika.37 Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasanya bersifat menyeluruh, deskripsi structural dari semua system penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. 38 Sebuah tanda atau respresentamen menurut peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu, oleh Peirce disebut Interpretant, dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada giliranya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian, menurut peirce sebuah tanda atau representamen memiliki relasi “triadic” langsung dari interpretant dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan 36 Pawito. Penelitian komunikasi kualitatif. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta:Yogyakarta. 2007. Hal. 158-160 37 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.2001. hal 96 38 Ibid. Hal 97 30 proses “semiosis” merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai Signifikasi.39 Menurut Hamad (2000), semiotika untuk studi media massa ternyata tak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun juga bias sebagai metode analisa. Kita dapat menjadikan tori segitiga makna (triangle meaning) Peirce yang terdiri atas Sign (tanda), Object (acuan tanda), dan Interpretant (pengguna tanda). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Menurut Fiske (1990), hubungan segitiga makna Peirce lazimnya sebagai tampak dalam gambar berikut ini. 40 Gambar Element makna Peirce Sign Interpretant 39 Object Indiawan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi: Aplikasi bagi penelitian skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media:Jakarta. 2011. Hal. 13-14 40 Ibid. Hal 115 31 Hubungan antara tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant) dapat dijelaskan sebagai berikut.41 1. Tanda adalah sesuatu yang bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia, dan merupakan sesuatu yang mempresentasikan hal ini diluar tanda sendiri, maka acuan tanda tersebut disebut objek. 2. Objek atau acuan tanda merupakan konteks social yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk oleh tanda atau objek tertentu. 3. Interpretan adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya kesuatu makna tertentu. Dengan kata lain, makna yang terdapat dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda tertentu. Menurut Charles Sanders Peirce, sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut Ground. Konsekuensinya, tanda ( sign atau representamen ) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign,, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu 41 Rosady Ruslan. Metode Penelitian: Pulic Relation dan Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2008. Hal 227 32 lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.42 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon ( ikon ), index ( indeks ), dan symbol ( simbol ). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda atau petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petandanya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi ( perjanjian ) masyarakat.43 Berdasarkan interpretan, tanda di bagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita sakit mata, atau mata kemasukan insekta atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau decisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang enyatakan bahwa 42 43 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 41. Ibid. Hal. 41-42. 33 disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.44 44 Ibid. Hal. 42.