Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum

advertisement
RPT0
RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS
BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
Konsep
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 3 : Pekerjaan Geoteknik
ICS 93.020
BIDANG SUMBER DAYA AIR
SDA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
ii
PENDAHULUAN...........................................................................................................
iii
1. RUANG LINGKUP ..................................................................................................
1
2. ACUAN NORMATIF ...............................................................................................
1
3. ISTILAH DAN DEFINISI .........................................................................................
5
4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN......................................................................
4.1. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya ................................................................
4.2. Peralatan........................................................................................................
4.3. Persyaratan Pelaksanaan..............................................................................
9
9
9
9
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ...............................................................................
5.1. Pengumpulan Data ........................................................................................
5.2. Peninjauan Lapangan ....................................................................................
5.3. Penyelidikan Geoteknik .................................................................................
5.4. Penyusunan Laporan Hasil Penyelidikan Geoteknik .....................................
11
11
11
17
56
6. PENGENDALIAN MUTU ........................................................................................
6.1. Penyelidikan Geoteknik Lapangan ................................................................
6.2. Penyelidikan Geoteknik Laboratorium (Index dan Engineering Properties)...
60
60
62
7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ....................................................................
7.1. Pengukuran....................................................................................................
7.2. Dasar Pembayaran ........................................................................................
64
64
64
BIBLIOGRAFI ...............................................................................................................
65
Lampiran – A Bagan Alir Penyelidikan Geoteknik .......................................................
66
Lampiran – B Pedoman Penyelidikan Geoteknik dan Interpretasi Geoteknik .............
68
Lampiran – C Tabulasi Rincian Biaya Pekerjan Penyelidikan Geologi Teknik ............
75
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota
panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi
anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku
kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan
komposisi yang seimbang satu sama lain.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
survey dan investigasi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif.
Pedoman ini meliputi kegiatan persiapan, pemetaan geologi teknik, pemboran inti, tes
penetrasi standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan
bangunan, sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pemboran tangan (hand
auger), dan pemasangan patok beton yang disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya Air.
Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index (berat isi, berat jenis,
kadar air, analisis butiran, batas-batas Atterberg dan hidrometer) dan engineering properties
(direct shear test, unconfined compression test, triaxial test dan consolidation test) yang
disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya
Air.
iii
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume I : Umum
Bagian – 3 : Pekerjaan Geoteknik
1.
RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, pelaksanaan pekerjaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk penyelidikan geoteknik.
Pedoman ini mencakup kegiatan pemetaan geologi teknik, pengeboran inti, tes penetrasi
standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan bangunan,
sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pengeboran tangan (hand auger) dan
pemasangan patok.
Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index properties secara
umum (berat isi, berat jenis, kadar air, batas-batas Atterberg, analisis butiran dan
hidrometer) dan engineering properties (direct shear test, unconfined compression test,
triaxial test dan consolidation test) .
2.
ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
-
SNI 03-1323-1989
SNI 03-1742-1989
SNI 03-1743-1989
SNI 03-1964-1990
SNI 03-1965-1990
SNI 03-1966-1990
SNI 03-1967-1990
SNI 03-1975-1990
:
:
:
:
:
:
:
:
- SNI 03-2411-1991
- SNI 03-2417-1991
- SNI 03-2435-1991
:
:
:
- SNI 03-2436-1991
- SNI 03-2437-1991
:
:
- SNI 03-2455-1991
- SNI 03-2486-1991
:
:
- SNI 03-2812-1992
- SNI 03-2813-1992
:
:
-
SNI 03-2814-1992
SNI 03-2815-1992
SNI 03-2824-1992
SNI 03-2825-1992
SNI 03-2826-1992
SNI 03-2827-1992
SNI 03-2832-1992
:
:
:
:
:
:
:
- SNI 03-2849-1992
:
Cara Uji Keplastisan Tanah Menurut Atterberg
Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah
Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah
Metode Pengujian Berat Jenis Tanah
Metode Pengujian Kadar Air Tanah
Metode Pengujian Batas Plastis Tanah
Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande
Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung
Agregat
Metode Pengujian Lapangan Tentang Kelulusan Air Bertekanan
Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan Air untuk
Contoh Tanah
Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti
Cara Uji Laboratorium Untuk Menentukan Parameter Sifat Fisika
Pada Contoh Batu
Metode Pengujian Triaxial A
Cara Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara
Tidak Langsung
Metode Pengujian Konsolidasi Tanah Satu Dimensi
Metode Pengujian Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi
Dengan Drainase
Cara Uji Indek Kekuatan Batuan Dengan Beban Titik
Metode Pengujian Triaxial B
Cara Uji Geser Langsung Batu
Cara Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu
Cara Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir
Metode Pengujian Untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum dengan Kadar Air Optimum
Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan
1 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- SNI 03-3405-1994
- SNI 03-3406-1994
- SNI 03-3407-1994
- SNI 03-3420-1994
- SNI 03-3422-1994
- SNI 03-3423-1994
- SNI 03-3637-1994
- SNI 03-3638-1994
- SNI 03-3968-1995
-
SNI 03-4144-1996
SNI 03-4148-1996
SNI 03-4153-1996
SNI 03-4813-1998
-
SNI 03-6371-2000
SNI 03-6473-2000
SNI 03-6790-2002
SNI 03-6796-2002
- SNI 03-6802-2002
- SNI 13-6424
: Metode Pengujian Sifat Dispersif Tanah Dengan Alat Pinhole
: Cara Uji Sifat Tahan Lekang Batu
: Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Larutan
Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
: Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung Tidak Terkonsolidasi
Tanpa Drainase
: Metode Pengujian Batas Susut Tanah
: Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat
Hidrometer
: Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan
Cetakan Benda Uji
: Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif
: Metode Pengukuran Kelulusan Air Pada Tanah Zone Tak Jenuh
Dengan Lubang Auger
: Metode Pengujian Perubahan Volume Susut Tanah
: Cara Uji Penetrasi Dengan SPT.
: Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT
: Metode Pengujian Triaksial Untuk Tanah Kohesif Dalam
Keadaan Tanpa Konsolidasi dan Drainase
: Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi Tanah
: Metode Uji Kelulusan Air dengan Perumusan Tinggi Tekan Air
: Metode Penyiapan Benda Uji dari Contoh Tanah Terganggu
: Metode Pengujian Untuk Menentukan Daya Dukung Tanah
Dengan Beban Statis Pada Pondasi Dangkal
: Tata Cara Penyelidikan dan Pengambilan Contoh Uji Tanah dan
Bahan Untuk Keperluan Teknik
: Cara Uji Potensi Pengembangan atau Penurunan Satu Dimensi
Tanah Kohesif
Pedoman Teknis :
- Pd. T-03.1-2005-A
: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 1, Penyelidikan
pendahuluan, pengeboran dan deskripsi lubang bor
- Pd. T-03.2-2005-A
: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 2, Pengujian lapangan
dan laboratorium
- Pd. T-03.3-2005-A
: Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 3, Interpretasi hasil uji
dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik
Petunjuk Teknis :
- PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986
-
ASTM D 420-87
ASTM D 422-63
ASTM D 512
ASTM D 698-78
:
:
:
:
- ASTM D 854-83
- ASTM D 1125
- ASTM D 1140-54
:
:
:
- ASTM D 1557-78
:
: Persyaratan
Teknis
Bagian
Penyelidikan Geoteknik
Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock
Test Method for Particle Size Analysis of Soils
Test Method for Chloride Content
Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 5.5-lb (2.49-kg) Rammer and 12-in (305-mm)
Drop
Test Method for Specific Gravity of Soils
Test Method for Resistivity
Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No.
200 (75μm)
Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 10-lb (4.54-kg) Rammer and 18-in (457-mm)
Drop
2 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- ASTM D 1586-84
- ASTM D 1194-72
- ASTM D 1195-64
- ASTM D 1196-64
-
ASTM D 1452-80
ASTM D 1586-84
ASTM D 1587-83
ASTM D 1883-87
- ASTM D 2113-83
- ASTM D 2166-85
- ASTM D 2434
- ASTM D 2435-90
- ASTM D 2487-90
- ASTM D 2488-90
- ASTM D 2573-72
- ASTM D 2664-86
- ASTM D 2845-90
- ASTM D 2850-87
- ASTM D 2938-86
- ASTM D 2974-87
- ASTM D 2976-71
- ASTM D 3080-90
- ASTM D 3148-86
-
ASTM D 3282
ASTM D 3385-8
ASTM D 3550-84
ASTM D 3936
- ASTM D 3967-86
- ASTM D 4015-87
-
ASTM D 4043
ASTM D 4044
ASTM D 4050
ASTM D 4220-89
ASTM D 4230
: Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling
of Soils
: Test Method for Bearing Capacity of Soil for Static Load on
Spread Footins
: Test Method for Repetitive Static Plate Load Tests of Soils and
Flexible Pavement Components for Airport and Highway
Pavements
: Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils
and Flexible Pavement Components for Use in Evaluation and
Design of Airport and Highway Pavements
: Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger Borings
: Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils
: Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils
: Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of LaboratoryCompacted soils.
: Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation
: Test Method for Unconfined Compressive Strength of Cohesive
Soil
: Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head)
: Test Method for One Dimensional Consolidation Properties of
Soils
: Test Method for Classification of Soils for Engineering Purposes
: Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual
Procedure)
: Test Method for Field Vane Shear Test in Cohesive Soil
: Test Method for Triaxial Compressive Strength of Undrained
Rock Core Specimens Without Pore Pressure Measurements
: Test Method for Laboratory Determination of Pulse Velocities
and Ultrasonic Elastic Constants of Rock
: Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive
Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression
: Test Method for Unconfined Compressive Strength of Intact Core
Specimens
: Test Methods for Moisture, Ash and Organic Matter of Peat and
Other Organic Soils
: Test Method for pH of Peat Materials
: Test Method for Direct Shear Test of Soils Under Consolidated
Drained Conditions
: Test Method for Elastic Moduli of Intact Rock Core Specimens in
Uniaxial Compression
: The Unified Soil Classification System (USCS)
: Infiltration Rate of Soils in Field Using Double Ring Infiltrometers
: Practice for Ring-Lined Barrel Sampling of Soils
: Test Method for Direct Tensile Strength of Intact Rock Core
Specimens
: Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens
: Test Methods for Modulus and Damping of Soils by the Resonant
Column Method
: Various Field Methods for Permeability Testing
: Slug Tests
: Pumping Tests
: Practices for Preserving and Transporting Soil Samples
: Test Method for Sulfate Content.
3 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- ASTM D 4318-84
- ASTM D 4341-84
- ASTM D 4405-84
-
ASTM D 4428-84
ASTM D 4429-84
ASTM D 4525-90
ASTM D 4543-85
- ASTM D 4544-86
- ASTM D 4546-90
- ASTM D 4630-86
- ASTM D 4631-86
- ASTM D 4644-87
- ASTM D 4645-87
- ASTM D 4648-87
- ASTM D 4700
- ASTM D 4719-87
- ASTM D 4750-87
- ASTM D 4767-88
- ASTM D 4879-02
- ASTM D 4959-89
- ASTM D 4972-89
- ASTM D 5079-90
- ASTM D 5084
- ASTM D 5092-90
- ASTM D 5093
- ASTM D 5126-90
- ASTM D 5333
- ASTM D 5407
- ASTM D 5607
- ASTM D 5731
- ASTM D 5777
- ASTM D 5778
: Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index if
Soils
: Test Method for Creep of Cylindrical Hard Rock Core Specimens
in Uniaxial Compression
: Test Method for Creep of Cylindrical Soft Rock Core Specimens
in Uniaxial Compression
: Test Method for Crosshole Seismic Test
: Test Method for Bearing Ratio of Soils in Place
: Test Method for Permeability of Rocks by Flowing Air
: Standard Practice for Preparing Rock Specimens and
Determining, Dimensional and Shape Tolerances
: Practice for Estimating Peat Deposit Thickness
: Test Methods for One-Dimensional Swell or Settlement Potential
of Cohesive Soils
: Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of
Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the
Constant Head Injection Test
: Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of
Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the
Pressure Pulse Technique
: Test Method for Slake Durability of Shales and Similar Weak
Rocks
: Test Method for Determination of the In-situ Stress in Rock Using
the Hydraulic Fracturing Method
: Test Method for Laboratory Miniature Vane Shear Test for
Saturated Fine-Grained Clayey Soil
: General Methods of Augering, Drilling & Site Investigation
: Test Method for Pressurmeter Testing in Soils
: Test Method for Determining Subsurface Liquid Levels in
Borehole or Monitoring Well (Observation Well)
: Test Method for Consolidated-Undrained Triaxial Compression
Test on Cohesive Soils
: Guide for Geotechnical Mapping of Large Underground Opening
in Rock
: Test Method for Determination of Water (Moisture) Content of
Soil by Direct Heating Method.
: Test Method for pH of Soils
: Practices for Preserving and Transporting Rock Core Samples
: Test Method for Measurement of Hydraulic Conductivity of
Saturated Porous Materials Using a Flexible Wall Permeameter
: Design and Installation of Ground Monitoring Wells in Aquifers
: Field Measurement of Infiltration Rate Using Double-Ring
Infiltrometer with a Sealed-Inner Ring.
: Comparison of Field Methods for Determining Hydraulic
Conductivity in the Vadose Zone
: Test Method for Measurement of Collapse Potenstial of Soils
: Test Method for Elastic Modul of Intact Rock Core in Triaxial
Compression
: Laboratory Direct Shear Strength Test for Rock Specimens
Under Constant Normal Stress
: Test Method for Determining Point Load Index ( I S )
: Guide for Seismic Refraction Method for Subsurface
Investigation
: Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils
4 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
-
ASTM D 6635
ASTM G 51
ASTM G-57-78
FHWA NHI-01-031
3.
:
:
:
:
Procedures for Flat Dilatometer Testing in Soils
Test Method for pH of Soil for Use in Corrosion Testing
Field Measurement of Soil Resistivity (Wenner Array)
Manual on Subsurface Investigations
ISTILAH DAN DEFINISI
3.1
Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu jenis tanah berubah
dari keadaan cair menjadi plastis
3.2
Batas plastis tanah adalah batas dimana suatu tanah berubah sifatnya dari
keadaan plastis menjadi semi padat
3.3
Batas susut tanah adalah kadar air batas minimum, dimana pada pengurangan
kadar air tersebut tidak akan menyebabkan perubahan volume massa tanah, mulai
terjadi penyusutan volume tanah
3.4
Batuan (rock) adalah gabungan atau kumpulan mineral alamiah padat yang
terbentuk sebagai massa yang besar atau pecahannya, atau agregat bentukan
alamiah dari mineral berupa massa yang besar atau pecahan-pecahannya.
3.4.1
Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk oleh kristalisasi massa
lelehan batu yang berasal dari gunung berapi.
3.4.2
Batuan malihan (metamorphic rock) adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat
tegangan geser yang amat besar yang terjadi pada proses orogenik yang
dipengaruhi panas dan air. Hal ini menyebabkan aliran plastis atau akibat panas
batuan leleh yang masuk ke batuan kekar dan perubahan-perubahan secara kimiawi
serta menghasilkan mineral-mineral baru.
3.4.3
Batuan sedimen (sedimentary rock) adalah batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan yang diangkut dan diendapkan. Material ini kadang-kadang sebagai
hujan kimia atau sisa-sisa tanaman dan binatang yang telah membeku akibat panas
dan tekanan yang amat besar atau reaksi kimia.
3.4.4
Batuan utuh adalah batuan atau blok batuan atau potongan batuan yang tidak
mengalami kerusakan. Sifat-sifat hidraulik dan mekaniknya dapat dikontrol dengan
uji karakteristik petrografi material yang dapat menunjukkan batuan segar atau
batuan terurai. Klasifikasinya dinyatakan dengan uji kekuatan tekan aksial tunggal
dan uji kekerasan.
3.5
Berat isi tanah adalah berat isi, dalam keadaan tanah masih mengandung air
3.6
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dengan berat
isi air suling dengan isi sama pada suhu 40C.
3.7
Cetakan benda uji adalah cetakan yang mempunyai bentuk beraturan, isi dan
beratnya dapat diukur secara tepat.
3.8
Data geologi adalah kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan,
dengan keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan
tanah, bahaya gempa bumi, dan parameter yang harus digunakan.
3.8.1
Kekar adalah diskontinuitas yang terjadi karena gaya tektonik pada batuan,
pengerasan magma menjadi batuan, namun tidak menunjukkan gejala pergeseran.
3.8.2
Pemetaan geologi adalah Pekerjaan pengumpulan data geologi terperinci setempat
(insitu) secara sistematik, yang digunakan untuk memberikan data karakteristik dan
dokumentasi kondisi massa batuan atau singkapan (yang diperlukan untuk desain
lereng galian atau stabilisasi lereng yang ada.
5 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.9
Retak-pecah (fracture) adalah istilah umum untuk segala jenis ketidaksinambungan mekanis pada batuan, atau suatu kondisi diam pada kesinambungan
mekanis badan batuan akibat tegangan yang melampaui kekuatan batuan,
contohnya sesar (faults), kekar (joints), retakan (cracks), dan lain-lain.
3.10
Data geoteknik/mekanika tanah adalah kondisi bahan fondasi, bahan konstruksi,
sumber bahan timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton,
batu belah untuk pasangan batu, dan parameter tanah yang harus digunakan.
3.11
Deskripsi kualitas batuan (Rock Quality Designation = RQD) adalah persentase
termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti utuh yang
melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Atau RQD merupakan
ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval lubang bor.
3.12
Deskripsi tanah adalah pemberian nama contoh tanah secara sistematik, tepat dan
lengkap, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.
3.13
Gradasi tanah adalah komposisi ukuran butir suatu jenis tanah
3.14
Hidrometer adalah suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah
3.15
Investigasi geologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan tanah yang berfungsi
untuk mengetahui karakteristik tanah yang diperlukan sebagai data masukan/input
untuk keperluan perencanaan bangunan.
3.16
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah
dengan berat kering tanah
3.17
Kadar air optimum adalah kadar air dimana berat isi keringnya mencapai
maksimum
3.18
Kekuatan geser tanah adalah tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat
ditahan oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu
3.19
Kekuatan geser tanah pada kondisi tanpa drainase adalah kekuatan maksimum
yang dapat ditahan oleh tanah apabila tanah digeser dengan cepat sehingga
drainase air dalam tanah tidak terjadi
3.20
Kepadatan tanah dalah perbandingan antara berat tanah terhadap volume tanah
3.21
Kerangka batang pemuntir adalah pipa pelindung yang dipasang disekeliling
batang pemuntir untuk mencegah gesekan batuan antara batang pemuntir dan
dinding lubang bor atau pipa pelindung lubang bor waktu pengujian.
3.22
Klasifikasi batuan adalah pengelompokan batuan untuk menggolongkan batuan
utuh padat dan massa batuan berdasarkan perilaku atau komposisi dan tekstur;
berdasarkan tegangan tekan dan rasio modulus; atau berdasarkan akibat
pembebanan yang diperkirakan dari pola diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah,
retakan dan bidang perlemahan.
3.23
Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah dalam kategori yang berdasarkan
atas hasil-hasil uji indeks propertis (sifat fisik) misalnya nama kelompok dan simbol.
3.23.1 Uji geoteknik insitu adalah uji lapangan yang terdiri atas metode jenis penetrasi
(SPT, CPT, CPTu, DMT, CPMT, VST) dan jenis probing (PMT, SBP), untuk
mendapatkan langsung respon tanah dasar di bawah pengaruh berbagai
pembebanan dan kondisi drainase. Uji-uji tersebut saling melengkapi dan dapat
digunakan bersama-sama dengan uji geofisik untuk mengembangkan pemahaman
sifat perlapisan tanah dan batuan di daerah lokasi proyek.
3.23.2 Uji geser baling (VST = vane shear test) atau uji baling lapangan (FV = field
vane) adalah uji lapangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kuat geser
6 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
tidak terdrainase setempat dari lempung lunak-kaku dan lanau pada interval
kedalaman 1 m (3,28 ft) atau lebih.
3.23.3 Uji penetrasi konus (CPT = Cone penetration test) atau uji sondir adalah uji
lapangan yang paling terkenal di Indonesia, karena dapat dilakukan dengan cepat,
ekonomis, dan memberikan gambaran profil lapisan tanah yang kontinu untuk
digunakan dalam evaluasi karakteristik tanah. Uji CPT dapat digunakan dalam tanah
lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi tidak memadai untuk kerikil atau
batuan.
3.23.4 Uji penetrasi standar (SPT = Standard penetration test) adalah uji yang
dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan
dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan.
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300
mm (1 ft) vertikal.
3.23.5 Uji pinhole adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi tanah lempungan
apakah bersifat mudah tergerus atau tidak (SNI-03-3405). Tanah lempung yang
mudah tergerus disebabkan karena proses pelarutan dan dikategorikan sebagai
lempung bersifat khusus yang disebut sebagai tanah dispersif (dispersive clays).
3.23.6 Uji pisokonus adalah uji penetrometer konus dengan tambahan transduser untuk
mengukur tekanan air pori selama pemasukan probe.
3.24
Koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan
tanah/batuan untuk mengalirkan air, dan dinyatakan dalam satuan panjang dibagi
satuan waktu (cm/s).
3.24.1 Sifat kelulusan air tanah/batuan adalah kemampuan tanah/batuan untuk
mengalirkan air melalui rongga antarbutiran dan atau diskontinuitas.
3.24.2 Nilai Lugeon (Lu) adalah angka yang menunjukkan kemampuan batu atau tanah
mengalirkan air, dinyatakan dalam liter per menit per meter kedalaman pada
tekanan 10 bar (1 bar = 1,0197 kg/cm2).
3.24.3 Uji kelulusan air bertekanan adalah pengujian langsung di lapangan untuk
mengetahui sifat lulus air dari batuan, dengan cara memasukkan air bertekanan ke
dalam lubang bor batuan yang diuji.
3.25
Koefisien rembesan tanah adalah koefisien yang tergantung pada beberapa faktor,
yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, distribusi ukuran butiar, angka pori,
kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah.
3.26
Kohesi tanah adalah kekuatan saling mengikat antara butir tanah
3.27
Konsolidasi adalah suatu proses perubahan volume tanah akibat keluarnya air pori
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori dalam lapisan tanah jenuh air
yang diberi beban sampai terjadi kondisi seimbang.
3.28
Terkonsolidasi adalah suatu proses dengan memberikan tekanan samping sesuai
dengan kebutuhan dan dibiarkan hingga tekanan air porinya kembali pada tekanan
semula sebelum pengujian.
3.29
Uji konsolidasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik suatu
tanah selama proses konsolidasi berlangsung dan merupakan suatu metode uji
untuk menentukan koefisien pemampatan dan kelulusan air tanah.
3.30
Kuat tekan bebas adalah besarnya beban aksial per satuan luas
3.31
Lubang uji adalah lubang bor dimana digunakan untuk melakukan uji.
7 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.32
Parit uji adalah galian yang dibuat dengan bentuk seperti parit dengan tujuan untuk
mengetahui lebih jelas geologi di permukaan, misalnya batas atau bidang kontak
lapisan-lapisan batuan, rekahan (fracture), patahan, tingkat pelapukan dan tebal
lapisan penutup (over burden)
3.33
Sumur uji (test pit) adalah sumuran uji yang dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui jenis dan tebal lapisan tanah dengan lebih jelas, baik untuk pondasi
bangunan maupun untuk bahan timbunan pada daerah sumber galian bahan
(borrow area)
3.34
Pencatatan hasil pengeboran adalah data dasar penyelidikan yang memberikan
data terperinci hasil penyelidikan dan merupakan deskripsi prosedur penyelidikan
dan kondisi geoteknik yang terjadi selama pengeboran, pengambilan contoh dan
pengeboran inti.
3.35
Pengeboran adalah suatu proses pembuatan lubang vertikal/miring/horisontal pada
tanah/batuan dengan atau tanpa menggunakan alat/mesin untuk keperluan deskripsi
tanah/batuan, biasanya dapat dilakukan bersama-sama dengan uji lapangan dan
pengambilan contoh tanah/batuan.
3.35.1 Pengeboran tangan adalah alat bor untuk mendapatkan informasi geoteknik
dangkal di lapangan yang sulit dimasuki kendaran beroda empat, dengan standar
umum lubang tipe bor auger. Untuk tanah kohesif yang stabil, bor tangan dapat
dilanjutkan untuk membantu pemeriksaan secara terperinci kondisi tanah dan
batuan dangkal dengan biaya relatif rendah.
3.35.2 Pengeboran tanpa inti (non-coring/destructive) adalah cara yang relatif cepat
dan murah dalam melanjutkan pengeboran bila tidak diperlukan contoh batuan inti,
biasanya digunakan untuk membantu menentukan bagian atas batuan dan
Mengidentifikasi rongga pelarutan di daerah karst.
3.35.3 Pipa lindung (casing) adalah pipa yang ditempatkan di lubang bor untuk
melindungi tepi lubang bor agar pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap.
3.36
Tanah adalah campuran butiran mineral tanah berbentuk tidak teratur dari berbagai
ukuran yang mengandung pori-pori di antaranya. Pori-pori ini dapat berisi air jika
tanah jenuh, air dan udara jika jenuh sebagian, dan udara saja jika keadaan kering.
Butiran itu merupakan hasil pelapukan batuan secara mekanik dan kimiawi, yang
dikenal sebagai kerikil, pasir, lanau, dan lempung.
3.36.1 Contoh tanah terganggu (disturbed samples) adalah contoh tanah yang sebagian
atau seluruh struktur asli tanah terganggu, sementara kadar airnya tetap dijaga.
3.36.2 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed samples) adalah contoh tanah yang
struktur asli tanah dan sifat/karakteristiknya dijaga tetap seperti di lapangan tanpa
gangguan; contoh ini paling cocok untuk pengujian di laboratorium terutama uji
kekuatan geser tanah.
3.36.3 Kuat geser tanah adalah sifat struktur tanah anisotropis yang meliputi kuat geser
tanah kohesif tidak terdrainase dan sudut geser tanah nonkohesif yang dipengaruhi
oleh arah tegangan utama relatif terhadap arah pengendapan.
3.37
Tegangan geser tanah adalah perlawanan tanah terhadap deformasi bila diberi
tegangan geser
3.38
Tekanan air pori adalah tekanan hidrostatik dalam ruang pori antar butir yang terisi
air
3.39
Tekanan air pori berlebihan adalah tekanan pori yang terjadi akibat peningkatan
tekanan luar secara tiba-tiba
8 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.40
Tekanan balik pada contoh tanah adalah tekanan air yang diberikan pada pori-pori
contoh agar udara tercampur dengan air, sehingga contoh menjadi jenuh
3.41
Tekanan konsolidasi adalah perbedaan tekanan antara tekanan sel dengan
tekanan pori sebelum konsolidasi dimulai
4.
KETENTUAN DAN PERSYARATAN
Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis penyelidikan
dan analisa geoteknik harus memuat:
4.1
Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Penyedia Jasa harus menyediakan
memperhatikan prinsip dasar berikut :
kantor
lapangan
dan
fasilitasnya
dengan
1) Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun Daerah.
2) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan Denah
Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program Mobilisasi, di
mana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site)
dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3) Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
bebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan.
4) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan
cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
5) Sesuai pilihan Penyedia Jasa, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari
komponen-komponen pra-fabrikasi.
6) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas pondasi yang
mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.
7) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau
bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud
pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
8) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan
sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar
keliling, dan minimum dilengkapi dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
9) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K
yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang dan bengkel.
4.2
Peralatan
Penyedia Jasa harus menyediakan semua alat ukur. Peralatan penyelidikan geologi teknik
yang akan dipergunakan harus masih dalam keadaan layak pakai (tidak rusak) dan
memenuhi syarat ketelitian yang diminta.
Semua alat penyelidikan geologi teknik harus dicek dahulu oleh Direksi Pekerjaan dan
apabila ada kerusakan Direksi berhak memerintahkan untuk mengganti alat tersebut dengan
yang layak pakai.
4.3
Persyaratan Pelaksanaan
1)
Program Kerja
Penyedia Jasa akan menyerahkan suatu program yang menunjukkan urut-urutan
pelaksanaan penyelidikan yang akan dilakukan. Program ini menunjukkan kegiatan9 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kegiatan untuk setiap pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Waktu maksimum yang diusulkan tidak boleh melebihi waktu maksimum yang
ditentukan dalam kontrak.
2)
Mobilisasi Personil
Penyedia Jasa harus melakukan mobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Mobilisasi Personil Penyedia Jasa yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi)
menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau
pemeliharaan rutin)
b) Mobilisasi semua staf Penyedia Jasa dan pekerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak
3)
Mobilisasi Fasilitas dan Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Jika diperlukan, maka menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek.
b) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana
peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.
4)
Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada
saat akhir Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan
dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi
seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
5)
Pematokan
Perkiraan lokasi pekerjaan ditunjukkan pada Gambar-gambar Kontrak. Lokasi yang
sebenarnya akan ditetapkan di lapangan oleh Penyedia Jasa berdasarkan peta lokasi
atau gambar-gambar selanjutnya yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Penentuan
lokasi pekerjaan secara tepat di lapangan akan sepenuhnya menjadi tanggungjawab
Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa akan melakukan pengukuran sipat datar (levelling), memberikan
elevasi-elevasi tanah yang akurat dan semua koordinat untuk setiap lubang. Elevasielevasi tersebut akan diberikan sehubungan dengan titik-titik tetap (Benchmark) yang
sudah ditetapkan di lapangan oleh Ahli Pengukuran yang akan dilakukan dan harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan (Pemberi Pekerjaan).
6)
Tenaga Kerja
Penyedia Jasa akan selalu mempekerjakan di lapangan tenaga-tenaga pengeboran
dan staf pengawas yang berpengalaman, tertib, ahli dan dalam jumlah yang cukup
termasuk insyinyur-insyinyur dan ahli-ahli geologi yang melaksanakan dan mengawasi
jalannya pengeboran, pengambilan contoh, penampangan (logging) dan pengujian di
tempat.
Penyedia Jasa harus mengganti pekerja lapangan yang menurut penilaian Pengguna
Jasa tidak kompeten atau lalai dalam melakukan tugasnya atau yang berkelakuan tidak
baik. Orang-orang seperti itu tidak akan dipekerjakan kembali di lokasi tanpa seijin
Pemberi Pekerjaan.
10 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
5.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
penyelidikan geoteknik harus memuat :
5.1
Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengkajian data diperlukan untuk perencanaan penyelidikan geoteknik.
Hasil kajian data dan informasi ini untuk penentuan lokasi dan kedalaman pengeboran,
mengetahui informasi sejarah dan geologi yang penting yang harus disajikan dalam laporan
geoteknik.
Sumber-sumber data dan informasi geologi dan historis yang penting antara lain adalah:
1) Penyelidikan geoteknik masa lampau (data historis) di atau dekat lokasi proyek;
2) Peta, laporan dan publikasi dari Direktorat Geologi;
3) Perpustakaan universitas setempat dan perpustakaan pusat dari institusi terkait;
4) Data geologi, data gempa, peta bahaya gempa, peta patahan, dan informasi dari instansi
atau institusi yang terkait (BMG, Direktorat Geologi, Pusat Litbang Sumber Daya Air).
5.2
Peninjauan Lapangan
Peninjauan lapangan ke lokasi rencana proyek diperlukan untuk memperluas informasi
geologi, geoteknik, dan kondisi jalan masuk. Data dan informasi ini untuk penyusunan
program dan rencana penyelidikan geoteknik, termasuk di dalamnya penyusunan spesifikasi.
Data dan informasi yang diperlukan untuk peninjauan lapangan adalah:
1) Rencana desain dan konstruksi serta kondisi lapangan secara umum;
2) Peninjauan geologi, geomorfologi dan kondisi jalan masuk untuk membantu transportasi
peralatan lapangan;
3) Pengaturan lalu lintas selama pekerjaan penyelidikan lapangan, lokasi prasarana yang
berada di atas dan di bawah permukaan, jenis dan kondisi fasilitas yang tersedia (jalan,
jembatan dan lain-lain), penggunaan lahan yang berdekatan (bangunan sekolah, tempat
ibadah, fasilitas penelitian dan lain-lain), pembatasan jam kerja, batasan hak melintas
lebih dulu dan persoalan lingkungan;
4) Lereng gunung yang curam, singkapan, tanda-tanda erosi, penurunan permukaan;
elevasi banjir, lalu lintas air dan jalan masuk ke lokasi pengeboran; patok dan titik
referensi lainnya untuk membantu menentukan lokasi lubang bor; tempat gudang
peralatan dan keamanan.
5.3
Penyelidikan Geoteknik
Program penyelidikan geoteknik dimodifikasi setelah penyelidikan pendahuluan dilakukan
sehubungan dengan hal-hal:
1) Adanya kendala/batasan jalan masuk ke lokasi pekerjaan;
2) Adanya perubahan kondisi geoteknik yang telah ditentukan;
3) Untuk keperluan modifikasi program penyelidikan, pengawas (tenaga ahli geoteknik atau
geologi) harus segera menunjukkan kondisi proyek, maksud penyelidikan, persyaratan
pengambilan contoh dan pengujian dan kondisi geoteknik yang mungkin terjadi;
4) Pengawas lapangan bertanggungjawab atas pemeriksaan (verifikasi) pekerjaan yang
berkaitan dengan rencana program, kemajuan komunikasi dengan tenaga ahli geoteknik
dari pihak pemberi tugas dan kelancaran komunikasi dari tenaga ahli geoteknik
mengenai kondisi geoteknik yang tidak biasa atau yang mengalami perubahan.
11 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Petunjuk umum yang harus diikuti pengawas geoteknik di lapangan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1) Memahami lingkup proyek, spesifikasi teknik dan perihal pembayaran (ada dokumentasi
satu kopi dari hasil rencana lokasi pengeboran dan spesifikasi di lapangan);
2) Memahami kondisi lapangan jalan masuk dan setiap pembatasan;
3) Mengkaji informasi geologi dan geoteknik yang tersedia;
4) Mengkaji data lapangan yang diperoleh berkaitan dengan tujuan penyelidikan secara
kontinyu;
5) Mengatur hubungan harian dengan tenaga ahli geoteknik proyek; dan memberikan
uraian ringkas berkaitan dengan kemajuan pekerjaan, kondisi, permasalahan dan lainlain;
6) Mengisi formulir tipikal secara teratur yang terdiri atas:
a) memo lapangan harian;
b) lubang bor, sumuran uji, instalasi sumur dan lain-lain;
c) laporan pengeluaran subkontrak-formulir isian harian, penandatangan dengan
petugas pengeboran.
7) Mengamati dengan seksama pekerjaan pengeboran setiap waktu dan memperhatikan
dengan cermat hal-hal sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
kedalaman rata-rata (pengukuran panjang batang dan contoh);
prosedur pengambilan contoh dan pengeboran;
adanya ketidakseragaman, kehilangan air, batang jatuh dan lain-lain;
penghitungan pukulan SPT dan pukulan pada pipa lindung (casing);
e) pengukuran kedalaman air tanah.
8) Membimbing petugas pengeboran untuk mengikuti spesifikasi;
9) Mengklasifikasi contoh-contoh tanah dan batuan, meletakkan contoh dalam tabung
contoh dan memberi label, memastikan inti batuan telah disimpan dengan baik, membuat
foto dan perlindungan contoh;
10) Memverifikasi bahwa contoh tidak terganggu telah diambil, ditangani, dilindungi (sealed),
diberi label dan diangkut dengan baik;
11) Tidak membuka rahasia informasi kepada siapa pun, kecuali kepada tenaga ahli
geoteknik atau pemberi tugas;
12) Jika ada keraguan atau timbul permasalahan, maka pekerjaan dihentikan dan
didiskusikan dengan tenaga ahli geoteknik dari pihak pemberi tugas.
1)
Penyelidikan Geoteknik Proyek Baru
a) Penyelidikan Geoteknik Pendahuluan
Penyelidikan geoteknik pendahuluan atau studi pemilihan yang dilakukan oleh
tenaga ahli geoteknik sesuai dengan perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut
(periksa daftar simak pada Lampiran B Gambar B.1):
(1) Mengidentifikasi lokasi yang terbaik dari beberapa lokasi rencana bangunan;
(2) Mengevaluasi beberapa alternatif pondasi;
(3) Tidak diperlukan penyelidikan secara terperinci;
(4) Hanya meliputi tinjauan geologi dan beberapa pengambilan contoh, identifikasi
kondisi di bawah permukaan untuk mengetahui karakteristik kondisi perlapisan
tanah/batuan secara umum, antara lain: kedalaman batuan atau tanah, ada
12 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
lubang langga (sinkholes) dan atau lubang-lubang pelarutan, endapan tanah
organik di daerah rawa, dan atau adanya timbunan tua, debris atau
pencemaran;
(5) Jika diperlukan, maka hanya beberapa uji laboratorium (yang sangat
bergantung pada deskripsi kondisi geoteknik dari lubang bor) yang disiapkan
oleh tenaga ahli lapangan dan atau ahli geologi yang berpengalaman;
(6) Jika ditemukan hal-hal yang meragukan, maka perlu mengkaji dan
memecahkan masalah kondisi pondasi yang dapat mengakibatkan biaya
pelaksanaan konstruksi yang tinggi.
b) Penyelidikan Geoteknik Rinci
Penyelidikan geoteknik rinci dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapangan
secara terperinci yang diperlukan untuk pekerjaan desain dan konstruksi.
Penyelidikan geoteknik pada tahapan desain dilaksanakan dalam dua tahap atau
lebih sebagai berikut:
(1) Penyelidikan tahap awal dilakukan secara tipikal dalam proses desain
pendahuluan sebelum
menentukan bagian-bagian
bangunan yang
direncanakan atau lokasi-lokasi khusus pondasi, timbunan atau tembok
penahan tanah. Penyelidikan tipikal ini meliputi pengeboran dan pengujian
untuk mengetahui stratigrafi umum, karakteristik tanah dan batuan, kondisi
muka air tanah dan kondisi lainnya yang penting untuk keperluan desain
pondasi;
(2) Penyelidikan tahap kedua atau tahap akhir dilaksanakan untuk mendapatkan
informasi geoteknik lapangan secara khusus pada lokasi-lokasi pondasi yang
diperlukan dalam desain dan untuk mengurangi risiko kondisi tanah yang tidak
terduga selama konstruksi;
(3) Jika terdapat perubahan desain yang signifikan atau jika terdapat keganjilan
kondisi geoteknik di lapangan (insitu), maka dapat dilakukan penyelidikan tahap
selanjutnya.
Data dan informasi dari perencana yang diperlukan oleh tenaga ahli geoteknik
sebelum perencanaan dan penyelidikan geoteknik dilaksanakan (Lampiran B Tabel
B.1), antara lain adalah:
(1) Jenis/tipe, kriteria beban dan kinerja bangunan, lokasi, geometri dan elevasi
bangunan yang direncanakan;
(2) Lokasi dan dimensi galian dan timbunan, bendungan urugan/tanggul, bendung,
tembok penahan dan bangunan pondasi yang harus diidentifikasi dengan
cermat;
(3) Lokasi bangunan air, jalan masuk dan jenis konstruksi bangunan air yang harus
disediakan secara terperinci untuk memudahkan penentuan lokasi, kedalaman,
jenis dan jumlah pengeboran yang harus dilakukan.
2)
Penyelidikan Geoteknik Proyek Rehabilitasi
a) Penyelidikan Geoteknik Pendahuluan
Penyelidikan geoteknik pendahuluan dilakukan berkaitan dengan proyek
rehabilitasi dan perbaikan fasilitas bangunan air. Sebagai contoh perbaikan akibat
bocoran lewat terowongan outlet bendungan, kerusakan akibat longsoran, stabilitas
tanggul atau timbunan, stabilisasi lereng, penurunan struktur bangunan air dan
penggantian sistem pondasi tua.
13 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
b) Penyelidikan Geoteknik Rinci
Penyelidikan geoteknik secara terperinci dilakukan untuk proyek rehabilitasi
bergantung pada faktor-faktor seperti berikut:
(1) Kondisi fasilitas/bangunan yang akan direhabilitasi;
(2) Bangunan mengalami kerusakan, misalnya kerusakan tanggul atau jalan tepi,
kerusakan yang serius, penurunan struktur, longsoran, drainase dan aliran air
serta kemungkinan kegagalan yang akan datang;
(3) Bangunan akan diperbaiki seperti keadaan aslinya dan sesuai dengan gambar
konstruksi atau akan diperbaharui misalnya penambahan lereng pada tanggul
jalan atau timbunan;
(4) Jika bangunan akan diperbaharui, maka geometri, lokasi, pembebanan dan
struktur yang direncanakan akan berubah (misalnya tanggul, gorong-gorong);
(5) Desain yang diminta diperuntukkan bagi bangunan yang direhabilitasi.
Informasi tersebut di atas diperlukan untuk membantu perencanaan suatu program
penyelidikan geoteknik yang memadai.
3)
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi adalah pekerjaan pengumpulan data geologi terperinci insitu secara
sistematik yang digunakan untuk memberikan data karakteristik dan dokumentasi
kondisi massa batuan atau singkapan. Data yang dihasilkan dari pemetaan geologi
merupakan sebagian data yang diperlukan untuk desain lereng galian atau stabilisasi
lereng yang ada. Pemetaan geologi dapat memberikan informasi lebih luas dan
biayanya lebih hemat daripada pengeboran.
a) Kegiatan pemetaan dan pengumpulan data harus dilakukan oleh seorang tenaga
ahli geologi yang berpengalaman dan terlatih serta diinformasikan kepada
supervisor lapangan yang bertanggungjawab. Langkah pertama dalam pemetaan
geologi adalah mengkaji dan memahami benar kondisi geologi dan regional
setempat berdasarkan atas laporan yang dipublikasi maupun tidak, peta dan hasil
penyelidikan. Tim pemetaan harus mempunyai pengetahuan tentang formasi dan
struktur batuan serta aspek sejarah geologi permukaan tanah secara regional;
b) Prosedur pemetaan sesuai dalam SNI 03-3405-1994 Metode Pengujian Sifat
Dispersif Tanah Dengan Alat Pinhole, Manual FHWA (1989) Manual on Subsurface
Investigations atau ASTM D 4879 Guide for Geotechnical Mapping of Large
Underground Opening in Rock;
c) Penjelasan parameter dan penyajian simbol-simbol geologi serta penyajian uraian
laporan yang diinginkan dapat dilihat dalam ASTM D 4879 Guide for Geotechnical
Mapping of Large Underground Opening in Rock. Penyajian data orientasi
diskontinuitas dapat berupa grafik dengan menggunakan proyeksi stereografi.
Metode proyeksi stereografi dapat dilihat dalam manual FHWA (Graphical
Presentation of Geological Data).
4)
Jenis Penyelidikan
Ada lima jenis metode penyelidikan geoteknik lapangan yang dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri/terpisah atau bersama-sama semuanya atau kombinasi diantaranya
selain pemetaan geologi teknik (SNI 03-2849-1992 Tata Cara Pemetaan Geologi
Teknik Lapangan) yaitu:
a) interpretasi penginderaan jarak jauh (remote sensing), dan foto udara;
b) penyelidikan geofisik;
14 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
c) pengambilan contoh terganggu;
d) pengambilan contoh tidak terganggu;
e) pengujian lapangan.
a) Interpretasi Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing) dan Foto Udara
Penginderaan jarak jauh digunakan untuk mengidentifikasi kondisi permukaan
tanah secara regional, formasi geologi, lereng gunung yang curam dan permukaan
refleksi patahan, dasar sungai terbenam, kondisi jalan masuk lokasi dan formasi
umum tanah serta batuan.
Penginderaan jarak jauh dari satelit (peta/gambar LANDSAT dari NASA), foto
udara dari USGS, dan pemetaan udara dengan menggunakan foto udara yang
tersedia digunakan untuk membantu tenaga ahli geoteknik dalam melakukan
interpretasi.
b) Penyelidikan Geofisik
Pengujian geofisik antara lain adalah resistivitas permukaan (SR = Surface
reisistivity), penetrasi tanah dengan radar (GPR = ground penetrating radar), dan
konduktivitas elektromagnit (EM). Penyelidikan ini membantu untuk hal-hal sebagai
berikut
(1) menentukan stratigrafi tanah;
(2) mendeteksi perubahan cepat dalam satuan tanah dasar, dan lokasi lubang
kavitasi bawah tanah dalam formasi karst;
(3) mengidentifikasi prasarana bawah tanah dan atau gangguan.
c) Pengambilan Contoh Tanah Terganggu
Pengambilan contoh tanah terganggu diperlukan untuk mengetahui jenis tanah,
gradasi, klasifikasi, konsistensi, kepadatan, adanya pencemaran, stratifikasi dan
lain-lain. Metode pengambilan contoh tanah berbeda-beda mulai dari cara manual,
dengan alat keruk menggunakan truck mounted auger dan cara bor putar. Jika
diperlukan, maka contoh tanah terambil dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan
alami tanah sebelum pengujian dilakukan.
d) Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu digunakan untuk menentukan kekuatan
tanah in-situ, kompresibilitas (penurunan), kadar air asli, berat volume, sifat
kelulusan air, diskontinuitas, patahan dan retakan formasi tanah dasar.
Tingkat gangguan contoh tanah tidak terganggu bergantung pada:
(1) jenis material tanah dasar;
(2) jenis dan kondisi alat yang digunakan;
(3) pengetahuan petugas pengeboran;
(4) lokasi penampungan contoh yang digunakan;
(5) metode transportasi contoh yang digunakan.
Diperlukan cara perhitungan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi tingkat
gangguan yang dapat mempengaruhi desain.
e) Pengujian Lapangan
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pengujian lapangan adalah sebagai berikut:
15 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(1) Metode uji lapangan (CPT, SPT, PMT, DMT dan VST) dan geofisik digunakan
untuk melengkapi pengeboran tanah.
(2) Uji penetrometer konus elektronik (CPT) memberikan informasi geoteknik tanah
tanpa pengaruh gangguan pengambilan contoh, dan data dikumpulkan tepat
waktu secara kontinyu, sehingga dapat diketahui karakteristik stratigrafi dan
kekuatan tanah. Demikian juga dengan uji SPT, PMT, DMT dan VST.
5)
Frekuensi dan Kedalaman Pengeboran
Lokasi dan frekuensi pengeboran bergantung pada beberapa faktor yaitu:
a) tipe dan keadaan kritis bangunan;
b) formasi tanah dan batuan;
c) perubahan stratifikasi yang diketahui;
d) beban-beban pondasi.
Petunjuk praktis penentuan jumlah minimum titik penyelidikan dan kedalaman
minimum penyelidikan untuk bangunan air diberikan dalam Lampiran B Tabel B-2. Jika
diperlukan, maka pengeboran dapat diperdalam untuk mendapatkan hal-hal sebagai
berikut.
a) Menentukan kondisi geologi lapangan;
b) Menentukan kedalaman dan karakteristik teknik lapisan tanah dasar;
c) Memastikan apakah informasi sudah cukup untuk menunjang persyaratan struktur
tanah yang belum ditentukan pada waktu pengeboran;
d) Jika pengeboran dilakukan pada batuan dan mempengaruhi kinerja pondasi, maka
panjang minimum batuan 1,5 m untuk memverifikasi bahwa pengeboran telah
mencapai batuan dasar dan bukan menembus bongkahan;
e) Jika bangunan dibangun di atas batuan, maka panjang inti batuan harus lebih
besar dari 3 m dan diperdalam jika menggunakan tiang pancang atau tiang bor;
f)
6)
Menentukan pemilihan kedalaman bor pada lokasi persilangan sungai dan saluran
dengan mempertimbangkan potensi kedalaman gerusan dasar sungai.
Lokasi dan Elevasi Pengeboran
Lokasi dan elevasi pengeboran ditentukan oleh tenaga ahli survei. Jika tenaga ahli
survei tidak ada, maka pengawas lapangan bertanggungjawab dalam penentuan lokasi
pengeboran dan elevasi muka tanah sesuai dengan kebutuhan proyek. Lokasi bor
ditandai dengan patok beton yang dapat dilihat dalam jarak 1,0 m, misalnya dengan
sistem GPS (Global Positioning System) untuk membantu dokumentasi lokasi.
Dalam penentuan elevasi pengeboran agar diperhatikan hal-hal seperti berikut:
a) Jika dilakukan survei topografi, maka elevasi bor ditentukan dengan interpolasi
antarkontur. Metode ini dapat diterima, tetapi pengawas lapangan harus
mengetahui bahwa pengukuran elevasi peka terhadap posisi horisontal
pengeboran. Jika interval kontur berubah dengan cepat, maka elevasi bor harus
ditentukan secara optik.
b) Penggunaan patok referensi (BM) harus ditunjukkan pada rencana lapangan dan
survei topografi. Jika tidak, maka perlu digunakan patok sementara (TBM) pada
struktur tanah permanen.
c) Patok sementara (TBM) harus tetap dapat berfungsi selama operasi konstruksi
selanjutnya, dan dapat disusun secara tipikal walaupun elevasi berubah-ubah
16 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(kecuali jika elevasi tanah setempat seragam). Letak patok referensi (BM) dan atau
patok sementara (TBM) yang digunakan pada rencana lapangan harus
diperlihatkan oleh pengawas lapangan.
d) Penyipat datar atau alat perata dapat digunakan untuk membantu menentukan
elevasi. Survei dengan cara penyipat datar harus dilakukan dengan teliti. Elevasi
harus diperlihatkan dengan patok pada lubang bor yang berjarak paling dekat 1/10
m, kecuali jika diarahkan lain oleh perencana. Datum elevasi harus diidentifikasi
dan dicatat.
7)
Perlengkapan Lapangan
Perlengkapan lapangan yang diperlukan untuk penyelidikan geoteknik di lapangan,
dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B-3.
8)
Perencanaan dan Spesifikasi
Penyelidikan geoteknik yang meliputi rencana lokasi dan spesifikasi teknik diperlukan
untuk mengetahui lingkup dan komunikasi pekerjaan yang akan dilakukan.
Rencana lokasi proyek harus meliputi persyaratan minimum berikut ini.
a) peta lokasi proyek;
b) bentuk umum permukaan, seperti jalan lalu lintas, sungai, bangunan dan tanaman
yang ada;
c) arah panah utara dan titik koordinat yang dipilih;
d) kontur muka tanah pada interval elevasi yang memadai;
e) lokasi rencana bangunan dan alinyemen rencana jalan lalu lintas termasuk jalur
landai;
f)
lokasi rencana pengeboran dan uji lapangan;
g) tabel yang menyajikan rencana kedalaman setiap pengeboran dan pendugaan.
Hal-hal dan pekerjaan yang harus diuraikan dengan jelas dalam spesifikasi teknik,
antara lain adalah:
a) material, peralatan dan prosedur yang digunakan untuk pengeboran dan
pengambilan contoh;
b) pelaksanaan pengujian lapangan;
c) penentuan metode pengukuran;
d) ketentuan pembayaran untuk semua jenis pekerjaan.
9)
Penyelidikan Tanah
a) Pengeboran Tanah
Pengeboran dan pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan berbagai
peralatan yang berbeda. Metode yang digunakan untuk melanjutkan pengeboran
harus sesuai dengan kondisi tanah dan air tanah, untuk memastikan bahwa
kualitas contoh tanah yang diperoleh sudah memadai. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada waktu pengeboran khususnya adalah keruntuhan tanah atau
tanah lepas dari bor sebelum pengambilan contoh.
Air pembilas diperlukan untuk menstabilkan dinding tepi dan dasar lubang bor
dalam tanah lempung lunak atau tanah nonkohesif yang berada di bawah muka air
tanah. Dasar lubang bor harus distabilisasi agar tidak mengalami penyembulan
atau dinding tepi menyusut, tidak mengalami gangguan tanah sebelum
17 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
pengambilan contoh atau tidak menyulitkan masuknya tabung sampai ke dasar
lubang bor. Dalam penyelidikan geoteknik, pengeboran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bor auger tangga putar batang menerus (solid stem continuous
flight), bor auger batang berlubang (hollow stem), atau bor putar.
b) Pengeboran Auger Tangga Putar Batang Menerus (Solid Stem Flight Augers)
Metode pengeboran ini hanya digunakan pada tanah kohesif kaku sehingga dinding
lubang bor tetap stabil di seluruh kedalaman bor. Auger berbentuk tangga putar
berfungsi sebagai sekrup pembawa yang dapat membawa potongan tanah ke
bagian atas lubang. Batang auger harus ditambah secara bertahap sampai
mencapai kedalaman tanah yang diinginkan.
Karena penggunaannya terbatas, maka alat ini kurang cocok untuk penyelidikan
yang digabung dengan pengambilan contoh. Alat ini harus digunakan dengan hatihati terhadap perlawanan penetrasi dan getaran bor agar dapat memberikan data
interpretasi kondisi geoteknik dengan baik.
Matabor berbentuk ekor ikan digunakan pada formasi lempung kaku, sedangkan
matabor jari dari carbide digunakan pada formasi lempung keras atau batuan
perselingan atau lapisan tersementasi. Berhubung matabor berbentuk jari biasanya
meninggalkan runtuhan tanah pada dasar lubang bor, maka jarang digunakan.
Bor batang masif tersedia dalam berbagai ukuran diameter luar yang berkisar
antara 102 mm (4,0 in) dan 305 mm (12,0 in), dan yang umum adalah dengan
diameter 102 mm. Pada waktu pemasangan sambungan bor batang pada alat bor
utama, digunakan pasak (cotter pins). Bor batang menerus diputar masuk ke dalam
tanah dengan suatu kecepatan dan bor ditarik kembali tanpa rotasi, untuk mengatur
bor batang dengan putaran minimum.
Metode pengeboran ini dapat membantu untuk mengidentifikasi perubahan formasi
tanah secara visual. Potongan dan reaksi bor auger harus dipantau secara teratur
untuk mengidentifikasi perubahan stratifikasi antar lokasi contoh.
c) Pengeboran Auger Tangga Putar Batang Berlubang (Hollow) Menerus
Alat ini hampir sama dengan bor auger tangga putar batang menerus, namun
mempunyai lubang besar di tengah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
(1) Jika pekerjaan pengeboran dilanjutkan, maka batang tengah (center rod) dan
matabor tengah sebagai penyumbat auger (plug) dimasukkan ke dalam lubang
batang auger. Matabor tengah yang disambung dengan matabor luar berfungsi
untuk mencegah masuknya potongan tanah ke dalam auger batang berlubang.
(2) Batang tengah yang terdiri atas batang-batang penghubung yang disambung
dari dasar matabor ke drive cap dengan drive adaptor, digunakan untuk
memastikan bahwa batang tengah dan matabor berputar bersama-sama
dengan auger.
(3) Jika elevasi pengambilan contoh sudah tercapai, maka batang dan matabor
tengah harus dicabut kembali kemudian tabung contoh dimasukkan melalui
batang berlubang untuk pengambilan contoh. Jika hal ini dilakukan pada
batuan, maka harus digunakan bor inti.
(4) Alat ini digunakan pada tanah lempung atau tanah berbutir kasar yang berada
di atas muka air tanah, yang kemungkinan dinding lubang bor tidak stabil.
Auger berfungsi sebagai pipa lindung (casing) sementara untuk mengambil
contoh tanah tidak terganggu di bawah matabor. Potongan contoh diputar
dengan gerakan ke atas dan digunakan untuk keperluan pengamatan visual.
Pada kedalaman bor yang dalam, akan terlihat deskripsi yang berbeda antara
18 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
hasil bor di atas dan di bawah permukaan lapisan dasar. Hal ini mutlak
dipahami oleh supervisor untuk keperluan identifikasi kondisi lapisan tanah
insitu.
(5) Tanah di bawah muka air tanah di dasar bor akan mengalami tekanan air
hidrostatik sehingga mengganggu tanah berbutir kasar atau lempung lunak. Hal
tersebut akan menimbulkan sembulan tanah sumbatan bor dan menghalangi
tabung untuk mencapai dasar lubang bor. Jika terjadi sembulan atau gangguan,
maka perlawanan penetrasi untuk menggerakkan tabung akan berkurang.
Untuk itu sebaiknya digunakan metode bor putar atau tetap dengan bor hollow
yang dialiri air pembilas untuk mengimbangi tinggi tekan walaupun sulit
dilakukan.
d) Pengeboran Putar Dengan Penyemprotan (Rotary Wash Borings)
Metode pengeboran putar dengan penyemprotan merupakan metode yang paling
memadai untuk lapisan tanah yang berada di bawah muka air tanah. Tepi lubang
bor didukung pipa lindung (casing) atau dibantu dengan air pembilas. Jika
digunakan pipa lindung bor, maka pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap
dengan cara sebagai berikut:
(1) Memukul pipa lindung masuk sampai kedalaman contoh yang diinginkan;
(2) Membersihkan lubang bor sampai ke dasar pipa lindung;
(3) Memasukkan alat pengambil contoh dan mengambil contoh dari bawah pipa
lindung.
Pemilihan pipa lindung biasanya berdasarkan diameter luar alat pengambil contoh
atau alat bor inti yang dimasukkan melalui pipa lindung, faktor-faktor pengaruh lain
seperti kekakuan bor dalam badan air atau tanah sangat lunak, atau ukuran batang
pipa lindung.
Dalam penggunaan pipa lindung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Pipa lindung bor putar tipikal dilengkapi dengan diameter dalam yang berkisar
antara 60 mm (2,374 in) dan 130 mm (5,125 in);
(2) Jika pengeboran berada di bawah muka air tanah, maka penggunaan pipa
lindung harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengatur tinggi tekan air dalam
pipa lindung yang berada di atas muka air tanah. Penambahan air ke dalam
lubang juga harus dilakukan dengan hati-hati, karena batang bor kemungkinan
dapat bergeser setelah dilakukan pembersihan lubang sebelum pengambilan
contoh dilakukan. Kegagalan pada waktu penyesuaian tinggi tekan air dapat
menimbulkan hilangnya atau terjadinya sembulan contoh tanah di bawah pipa
lindung.
(3) Pipa lindung untuk lubang bor yang menggunakan air pembilas untuk
menstabilkan dinding lubang bor harus tetap ada sampai bagian atas lubang.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi runtuhan tanah karena kegiatan di
permukaan dan menyediakan sirkulasi air pembilas;
(4) Air pembilas (air, bentonit, foam/busa, hasil bor sintetik lain) berfungsi selain
untuk menstabilkan dinding lubang bor juga untuk memindahkan potongan bor
dari alat bor;
(5) Pada tanah berbutir kasar dan tanah lempung lunak, campuran bentonit atau
polimer tipikal dapat digunakan untuk menambah berat air pembilas agar dapat
mengurangi reduksi tegangan tanah di dasar bor;
(6) Lubang bor yang diperdalam dengan menggunakan air pembilas digunakan
untuk mengatur tekanan positif yang terjadi pada seluruh kedalaman bor.
19 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode bor putar adalah:
(1) Matabor terdiri atas dua jenis, matabor penahan yang biasanya digunakan
untuk lempung dan pasir lepas, sedangkan matabor roda untuk penetrasi tanah
butiran kasar padat, zona tersementasi dan batuan lunak atau lapuk;
(2) Pemeriksaan potongan yang berada dalam air pembilas akan membantu untuk
mengidentifikasi perubahan kondisi tanah antar lokasi;
(3) Saringan yang disimpan dalam air pembilas yang mengalir digunakan untuk
menyaring bahan layang. Air pembilas kembali yang berkurang atau hilang
dapat menunjukkan adanya pelipatan terbuka, retakan, kavitasi, lapisan kerikil,
zona yang sangat lulus air, dan kondisi stratigrafi lainnya yang dapat
menimbulkan hilangnya air dalam rongga secara tiba-tiba. Hal ini harus dicatat
dalam penyusunan log bor;
(4) Sifat-sifat air pembilas dan kuantitas air pompa melalui bit/potongan dapat
digunakan untuk mengetahui ukuran partikel yang dapat dipindahkan dari
lubang bor dengan sirkulasi air pembilas. Pada lapisan tanah yang
mengandung kerikil, kerakal, atau partikel lebih besar, material kasar akan
tertinggal di dasar bor. Untuk itu, kemungkinan diperlukan alat pengambil
contoh yang berdiameter lebih besar (misal OD split-barrel ukuran 76 mm (3,0
in)) untuk mengambil contoh tanah dan batuan yang representatif.
e) Pengeboran Auger Ember (Bucket Auger Borings)
Bor auger ember dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut :
(1) Mengambil contoh tanah dalam jumlah besar, misalnya untuk proyek yang
mempunyai masalah stabilitas lereng;
(2) Mengamati kondisi geoteknik yang dilakukan dengan menggunakan rekaman
video yang efektif sampai ke bawah lubang karena jika dilakukan oleh petugas
akan berbahaya bagi keselamatannya;
(3) Alat ini terdiri atas ember berdiameter 600 mm (24 in) sampai 1200 mm (48 in),
panjang ember 600 mm (24 in) sampai 900 mm (36 in) dan dilengkapi silinder
logam terbuka di bagian atas dengan satu potongan celah (slot) atau lebih di
bagian dasar untuk jalan masuk tanah dan batuan jika ember diputar. Pada
celah itu logam dasar diberi tulangan dan gerigi, atau ujung potongan runcing
yang digunakan untuk memecahkan material contoh;
(4) Ember bor yang dipasang di dasar batang Kelly terdiri atas dua sampai empat
tabung baja empat persegi yang dipasang satu pada sisi lainnya agar dapat
meneropong sampai ke dasar lubang bor. Pada setiap kemajuan pengeboran,
ember bor yang telah terisi dikosongkan di permukaan tanah yang berdekatan
dengan alat pelengkap bor;
(5) Bor ember tipikal diperdalam dengan menggunakan mesin bor yang diletakkan
di atas truk. Alat-alat perlengkapan mesin bor kecil (small skid-mounted dan
frame A) untuk hal khusus biasanya telah tersedia, seperti pengeboran pada
tebing gunung yang curam atau di bawah tinggi jagaan yang rendah atau
kurang dari 2,5 m (8 ft). Penggunaan alat ini bergantung pada ukuran alat
pelengkap bor dan kondisi geoteknik. Bor ember tipikal dapat digunakan sampai
kedalaman ≤ 30 m (100 ft), walaupun kemampuannya tersedia sampai 60 m
(200 ft) atau lebih;
(6) Alat ini memadai digunakan untuk semua jenis tanah dan batuan dasar lunak
sampai kaku. Pengeboran di bawah muka air dapat juga dilakukan pada
material kaku dan tidak mudah mengalami runtuhan besar atau infiltrasi air
20 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kemudian dilanjutkan dengan mengisi air pembilas agar dapat menimbulkan
tinggi tekan positif (tekanan yang melebihi tekanan air tanah) untuk mengurangi
potensi ketidakstabilan dinding. Untuk itu, lubang bor harus diberi pipa lindung
agar dapat dilakukan inspeksi lubang bor secara manual dan deskripsi log bor.
Pelaksanaan ini sebaiknya dilakukan oleh personil yang sudah terlatih dan
berpengalaman, serta dilengkapi dengan teknik video;
(7) Metode ini khusus digunakan pada pengeboran material kerikil dan kerakal
yang tidak dapat dilakukan dengan alat bor konvensional;
(8) Untuk material keras (pembetonan atau batuan yang lebih besar dari yang
dapat masuk ke ember), ember khusus dan perlengkapannya dapat diganti
dengan ember penggali standar. Perlengkapan khusus terdiri atas ember bor
inti dengan karbit pemotong gerigi yang tersusun sepanjang ujung dasar, ember
batuan dengan gerigi gali yang kuat dan bukaan lebar untuk mengambil
material rusak, batang penghancur tunggal yang digabungkan ke batang Kelly
dan dijatuhkan untuk menghancurkan batuan keras, dan kerangka kerang yang
digunakan untuk mengambil kerakal dan fragmen batuan besar dari dasar bor.
f)
Pengeboran Tangan
Alat ini digunakan untuk mendapatkan informasi geoteknik dangkal dari lapangan
yang sulit dimasuki dengan kendaraan beroda empat. Jenis-jenis bor tangan
tersedia dengan standar umum lubang tipe bor auger. Untuk tanah kohesif yang
stabil, bor tangan dapat dilanjutkan sampai kedalaman 8 m (25 ft).
Penggunaan lubang bor terbuka pada tanah berbutir kasar akan mengalami
kesulitan, bahkan pada kerakal dan bongkahan akan menimbulkan masalah besar.
Bor tangan dapat digunakan, tetapi transportasinya sulit untuk daerah terpencil.
Pemotong dalam laras bor (barrel) dapat disusun, dan tabung contoh juga dapat
dilanjutkan pada setiap kedalaman.
Dapat digunakan tabung contoh Shelby, dapat juga digunakan tabung berdiameter
kecil 25 mm s/d 50 mm (1,0 in s/d 2,0 in) (lihat metode pengambilan contoh lainnya
dalam ASTM D 4700 General Methods of Augering, Drilling & Site Investigation),
PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
g) Sumuran Uji / Parit Uji
Sumuran uji dan parit uji (trenches) dapat digunakan untuk membantu pemeriksaan
secara terperinci kondisi tanah dan batuan dangkal dengan biaya relatif rendah.
Parit uji merupakan bagian penting dari penyelidikan geoteknik apabila terjadi
perubahan kondisi tanah yang signifikan (horisontal dan vertikal), adanya volume
tanah yang besar dan atau material bukan tanah (bongkahan, kerakal, debris) yang
contohnya tidak dapat diambil dengan metode konvensional atau bentuk tanah
tertanam yang harus diidentifikasi dan atau diukur. Metode pelaksanaan pekerjaan
test pit dapat mengacu pada PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan parit uji adalah seperti berikut :
(1) Penggalian yang dilakukan dengan alat mekanik (backhoe, bulldozer) lebih baik
daripada dengan tangan;
(2) Kedalaman parit uji ditentukan berdasarkan penyelidikan, secara tipikal kira-kira
2 m (6,5 ft) sampai 3 m (10 ft). Di daerah yang elevasi muka air tanahnya tinggi,
kedalaman parit dibatasi oleh muka air. Galian parit uji tidak aman dan atau
tidak ekonomis untuk kedalaman lebih besar dari 5 m (16 ft) dan bergantung
pada kondisi tanah;
(3) Pada waktu penggalian, dasar parit harus dijaga agar permukaan tanahnya
relatif rata mendatar. Material galian harus ditempatkan secara teratur
21 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
berdampingan dengan parit, dan terpisah dari tumpukan material lain di
permukaan untuk memudahkan identifikasi kedalaman material. Tepi parit
dalam potongan vertikal harus dibersihkan secara kontinu atau dengan metode
lain yang memadai sehingga menampilkan permukaan batuan atau tanah yang
bersih;
(4) Survei pengontrolan parit uji harus dilakukan dengan menggunakan metode
survei optik untuk menentukan secara teliti elevasi muka tanah dan lokasi
rencana parit uji. Pengukuran harus dilakukan dan dicatat dalam dokumentasi
orientasi, ukuran rencana dan kedalaman parit serta kedalaman dan tebal
masing-masing lapisan yang muncul dalam parit;
(5) Parit uji dapat diurug kembali dengan material buangan yang dihasilkan pada
waktu penggalian. Material urugan tadi harus dipadatkan untuk mencegah
terjadinya penurunan berlebihan. Alat pemadat manual atau alat putar dapat
digunakan untuk memadatkan urugan tadi;
(6) Peraturan penggalian parit uji yang memenuhi persyaratan keselamatan harus
diikuti sebelum pelaksanaan, misalnya the U.S. Department of Labor’s
Construction Safety and Health Regulation, dan peraturan institusi pemerintah
lainnya yang berlaku.
Dalam penyusunan pencatatan (logging) harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut
(1) Prosedur pencatatan parit uji harus menggunakan skala yang sesuai dengan
kompleksitas struktur geologi tanah yang terungkap dalam parit dan ukuran
parit. Skala normal untuk logging rinci minimal 1:20 atau 1:10;
(2) Pada waktu pencatatan harus dibuat profil vertikal yang sejajar dengan salah
satu dinding parit. Bidang kontak antara formasi-formasi geologi harus
diidentifikasi dan digambarkan pada profil serta diambil contoh formasi
lapisannya (sesuai dengan saran tenaga ahli geoteknik). Selain itu, karakteristik
dan jenis tanah atau bidang litologi juga harus dicatat;
(3) Perubahan yang terjadi dalam lapisan geologi harus dideskripsi dan ditunjukkan
pada pencatatan susunan lubang parit yang bersangkutan. Lokasi contoh juga
harus ditunjukkan dalam susunan parit uji dan ditulis pada label contoh yang
berisi lokasi stasiun dan elevasi, serta muka air tanah;
(4) Setelah pencatatan dilakukan, penyesuaian dapat dipindah dan parit difoto atau
direkam dengan video berdasarkan saran tenaga ahli geoteknik. Susunan
pencatatan foto dan atau video yang dilengkapi dengan skala visual harus
ditempatkan dengan acuan lokasi proyek dan elevasi garis dasar.
h) Contoh Tanah
Contoh tanah terambil yang digunakan untuk pengujian dan analisis dibagi atas
dua kategori utama yaitu contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak
terganggu, dengan penjelasan sebagai berikut.
(1) Contoh Tanah Terganggu
Contoh diperoleh dengan menggunakan alat yang mungkin dapat
menghancurkan struktur makro tanah tetapi tidak mengganggu komposisi
mineraloginya, dan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Spesimen contoh
ini dapat digunakan untuk mengetahui perkiraan litologi umum endapan tanah,
identifikasi komponen tanah dan tujuan klasifikasi umum, ukuran butiran, batasbatas Atterberg, dan karakteristik pemadatan tanah.
(2) Contoh Tanah Tidak Terganggu
22 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Contoh diperoleh dari lapisan tanah lempung yang akan digunakan dalam uji
laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Contoh tanah tidak
terganggu dari tanah berbutir kasar dapat juga diambil dengan prosedur
khusus, seperti pembekuan atau pengisian damar/lilin (parafin) dan tabung blok
atau tabung inti. Pengambilan contoh tanah yang dilakukan dengan alat khusus
ini digunakan untuk membantu mengurangi gangguan pada struktur tanah insitu
dan kadar air tanahnya. Contoh tanah tidak terganggu dapat digunakan untuk
mengetahui kekuatan, stratifikasi, kelulusan air, kepadatan, konsolidasi, sifat
dinamik, dan sifat teknik tanah lainnya.
(3) Contoh Tanah Bongkahan (Bulk)
Tabung khusus contoh tanah dan batuan terdiri atas berbagai variasi, antara
lain metode tabung sumbatan yang dapat ditarik masuk (retractable plug),
Sherbrooke, dan tabung Laval. Metode pengambilan contoh ini digunakan
untuk tanah yang sulit dan tidak dapat dilakukan dengan metode biasa, dengan
penjelasan sebagai berikut.
(a) Contoh tanah bongkahan (bulk) dapat digunakan untuk klasifikasi tanah, uji
indeks, nilai R, pemadatan, rasio dukung California (CBR), dan uji sifat-sifat
tanah padat;
(b) Contoh tanah bongkahan dapat diambil secara manual tanpa
mempertimbangkan gangguan. Contoh dapat diambil dari dasar atau
dinding sumuran uji atau parit uji, batang bor, galian lubang dengan sekop
dan alat manual lain, backhoe, atau stockpile;
(c) Contoh harus dimasukkan ke dalam wadah yang dapat mempertahankan
semua ukuran butiran. Untuk contoh yang besar, digunakan wadah plastik
atau logam atau tabung logam. Untuk contoh yang lebih kecil, digunakan
kantong plastik, yang dapat ditutup untuk menjaga kadar air contoh;
(d) Contoh bongkahan dapat mewakili material borrow untuk urugan uji
konstruksi. Untuk uji laboratorium diperlukan contoh yang dipadatkan. Jika
material relatif homogen, maka contoh bongkahan dapat diambil secara
manual ataupun mesin. Untuk material berlapis diperlukan galian secara
manual;
(e) Dalam pengambilan contoh bongkahan perlu dipertimbangkan cara
penggalian material untuk konstruksi. Jika diinginkan material berlapis
dengan menggunakan alat keruk, maka diperlukan penggalian secara
manual untuk mencegah bercampurnya tanah. Jika material diambil dari
bidang tegak, maka pengambilan contoh dilakukan dengan cara
pencampuran yang relatif homogen seperti pada waktu penggalian daerah
borrow.
(4) Contoh Blok
Untuk proyek yang memerlukan material dengan sifat-sifat tanah tidak
terganggu dan kondisinya memungkinkan, maka diperlukan pengambilan
contoh blok yang diharapkan hanya mengalami sedikit sekali gangguan.
Hal-hal yang berkaitan dengan contoh blok dan pengambilannya adalah
sebagai berikut :
(a) Contoh blok dapat diambil dari tebing bukit, galian, sumuran uji, dinding
terowongan dan dinding tebing terbuka lainnya. Pengambilan contoh blok
tidak terganggu hanya dapat dilakukan pada tanah kohesif dan batuan.
Prosedur pengambilan contoh blok tidak terganggu berbeda-beda dan dapat
dilakukan dengan pemotongan blok tanah besar dengan menggunakan
23 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kombinasi sekop, alat tangan dan pemotong kabel, pisau kecil dan spatula
untuk memperoleh blok kecil;
(b) Ada metode khusus pengambilan contoh blok yang lebih baik dari lubang
bawah. Pada tanah kohesif dapat dilakukan dengan menggunakan tabung
Sherbrooke untuk memperoleh contoh berdiameter 250 mm (9,85 in) dan
tinggi 350 mm (13,78) (Lefebvre dan Poulin, 1979);
(c) Sebelum pengambilan contoh, dilakukan metode pembekuan di lapangan
untuk tanah berbutir kasar jenuh dan metode penggembungan damar untuk
memblok tanah insitu. Cara ini dapat menghasilkan contoh tidak terganggu
yang berkualitas tinggi tetapi memerlukan waktu lama sehingga kurang
praktis;
(d) Contoh terambil diangkut ke laboratorium dalam wadah yang memadai, lalu
dipotong dengan ukuran dan bentuk tertentu untuk keperluan pengujian.
Contoh blok harus dibungkus dengan lapisan tipis/membran plastik dan foil
yang ringan dan disimpan dalam bentuk blok serta hanya dipotong sedikit
sebelum pengujian. Setiap contoh harus diidentifikasi dengan informasi
nomor proyek, jumlah bor atau sumuran uji, jumlah contoh, kedalaman
contoh, dan orientasi.
(5) Interval Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh uji standar penetrasi (SPT) dilakukan baik pada tanah
berbutir kasar maupun tanah kohesif dan untuk tanah kohesif dilakukan dengan
menggunakan tabung dinding tipis.
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan interval pengambilan contoh dan
jenis tabung adalah sebagai berikut :
(a) Interval pengambilan contoh berbeda-beda antara proyek dan daerah
masing-masing. Pengambilan contoh tabung belah di bagian atas 3 m (10 ft)
dapat dilakukan pada interval 0,75 m (2,5 ft), dan di bagian bawah 3 m (10
ft) pada interval 1,5 m (5 ft). Pada kedalaman di bawah 30 m (100 ft) dapat
dilakukan interval contoh yang lebih besar, misalnya 3 m (10 ft). Selain itu,
diperlukan contoh menerus untuk beberapa bagian pengeboran;
(b) Untuk tanah kohesif, minimal harus diambil satu contoh tanah tidak
terganggu dari setiap lapisan yang berbeda. Jika deposit tanah kohesif
meluas sampai dalam sekali, maka diperlukan tambahan contoh tidak
terganggu yang biasanya diambil pada interval 3 m (10 ft) sampai 6 m (20
ft). Jika pengeboran dilakukan cukup luas, maka contoh tanah tidak
terganggu diambil di setiap lubang bor.
(c) Untuk bor yang terlalu dekat atau dalam deposit tanah homogen secara
lateral, contoh tanah tidak terganggu diambil hanya dalam lubang bor yang
dipilih;
(d) Dalam formasi geologi yang tidak teratur atau lapisan lempung tipis,
kadang-kadang diperlukan pengeboran secara terpisah yang berdekatan
dengan lubang bor semula. Hal ini untuk memperoleh contoh tidak tanah
terganggu dari kedalaman tertentu yang mungkin tidak terdapat pada
pengeboran pertama.
(6) Perolehan Contoh (Sample Recovery)
Pada waktu pengeboran dengan perolehan material hanya sedikit atau tidak
ada sama sekali, maka perlu segera dilakukan percobaan kedua dengan
menggunakan tabung belah atau tabung contoh terganggu jenis lain. Tabung
contoh dapat dimodifikasi dan dilengkapi dengan wadah penahan, katup
24 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
perangkap bergantung, atau alat lain untuk mempertahankan material dalam
tabung contoh.
Jika diperlukan contoh tanah tidak terganggu, maka pengeboran harus
dilanjutkan sampai dasar interval pengambilan yang telah dicoba dan
percobaan pengambilan contoh tanah diulangi oleh petugas pengeboran atas
saran supervisor lapangan.
Metode pengambilan contoh harus dikaji dan peralatannya harus diperiksa
untuk mengetahui sebab-sebab tidak diperolehnya contoh (misalnya ada
sumbatan katup bola).
Kemungkinan mengganti metode dan atau peralatan pengambilan contoh untuk
mengantisipasi hal tersebut, misalnya menunggu waktu sebelum mencabut
tabung, mencabut tabung dengan lebih perlahan dan hati-hati, dan lain-lain.
Proses ini harus diulangi atau pengeboran kedua dilanjutkan untuk
mendapatkan contoh tanah pada kedalaman yang sama.
(7) Identifikasi Contoh
Setiap contoh terambil harus diberi nomor unik yang disusun untuk penandaan
nomor atau nama proyek, jumlah bor, rangkaian nomor percobaan contoh, dan
kedalaman contoh. Jika diperoleh beberapa contoh tabung, maka setiap tabung
terganggu harus ditandai secara jelas dengan memberikan nomor identifikasi
contoh dan label pada bagian atas dan dasar contoh.
(8) Penanganan dan Pemeliharaan Contoh Tanah Tidak Terganggu
Setiap tahapan kegiatan pengambilan, pengeluaran, penyimpanan dan
pengujian contoh akan menimbulkan berbagai tingkat gangguan pada contoh
tanah. Untuk itu diperlukan metode pengambilan, penanganan, dan
penyimpanan contoh yang baik untuk mengurangi gangguan tersebut.
Gangguan yang terjadi selama tahapan pengambilan sampai pengujian contoh,
harus disadari dan diketahui oleh tenaga ahli geoteknik. Supervisor lapangan
harus peka terhadap adanya gangguan dan konsekuensinya (ASTM D 4220
Practices for Preserving and Transporting Soil Samples).
Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan dan pemeliharaan contoh
adalah sebagai berikut :
(a) Jika diperoleh beberapa contoh tabung, maka setiap tabung harus diperiksa
untuk memastikan bahwa tabung tidak bengkok, ujung-ujung potongan tidak
rusak, dan bagian dalam tabung tidak berkarat. Jika dinding tabung berkarat
atau tidak teratur atau contoh telah disimpan lama dalam tabung, maka
diperlukan tenaga untuk mengeluarkan contoh yang kadang-kadang
melebihi kuat geser contoh tanah sehingga akan menimbulkan tambahan
gangguan pada contoh;
(b) Semua contoh harus terlindungi terhadap perbedaan temperatur yang
besar, dijaga terhadap sinar matahari langsung dan ditutup dengan kain lap
basah atau bahan lain. Pada musim dingin contoh harus dicegah terhadap
terjadinya pembekuan selama penanganan, pengapalan dan penyimpanan;
(c) Secara praktis tabung contoh dinding tipis harus dijaga berdiri vertikal
dengan bagian atas contoh berada di atas. Jika memungkinkan, maka
tabung dinding tipis harus disimpan dalam alat pengangkut tersendiri. Alas
atau bantalan harus ditempatkan di bawah dan di antara tabung untuk
melindungi dan menghindari tabrakan antar tabung. Seluruh pengangkutan
harus diamankan dengan tali atau kabel ke badan kendaraan angkutan
25 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
bermotor sehingga semua kotak tidak terjadi puntiran atau gerakan berlebih
pada waktu kendaraan berjalan;
(d) Contoh tanah agar tidak dikeluarkan dari tabung di lapangan sebab dapat
menimbulkan penggelembungan contoh dan tingkat gangguan yang tinggi.
Kehilangan tegangan secara tidak terduga akan menyebabkan contoh
menjadi lunak dan mengembang sehingga lebih mudah terganggu selama
diangkut ke laboratorium;
(e) Contoh yang berkualitas tinggi dapat diperoleh jika pengeluaran contoh
tanah dilakukan di laboratorium tepat sebelum pengujian konsolidasi,
triaksial, geser langsung, kelulusan air, dan resonant column. Jika untuk
menghemat biaya contoh dikeluarkan di lapangan agar tabung dapat
digunakan kembali, maka contoh harus dibungkus dengan aluminium foil;
(f) Berdasarkan pH tanah, aluminium foil dapat bereaksi dengan permukaan
tanah dan membentuk lapisan tanah tipis yang berubah warna sehingga
menyulitkan identifikasi visual dan membingungkan serta menyebabkan
perubahan distribusi kadar air dalam contoh tanah. Untuk itu, lembaran
plastik lebih cocok sebagai pembungkus contoh tanah sebab tidak terlalu
berpengaruh dibandingkan dengan foil.
Penyimpanan contoh tanah tidak terganggu (di dalam atau di luar tabung) agar
tidak dilakukan terlalu lama. Penyimpanan yang melebihi satu bulan dapat
mengubah sifat-sifat kekuatan dan kompresibilitas tanah dari hasil uji
laboratorium.
i)
Uji Kekuatan Relatif
Alat penetrometer saku dapat digunakan untuk pengamatan konsistensi tanah
secara visual dan untuk memperkirakan kekuatan contoh tanah tidak terkekang
serta cocok untuk tanah lempung kaku sampai sangat kaku. Untuk tanah yang lebih
lunak diperlukan alat penyesuaian (adaptor) yang lebih besar.
Uji ini tidak menghasilkan nilai absolut tetapi hanya sebagai acuan perkiraan
kekuatan relatif tanah sehingga nilai kekuatan tanah yang dihasilkan tidak boleh
digunakan dalam desain. Jika diperlukan kekuatan tanah (dan sifat teknik lainnya),
maka harus dilakukan uji lapangan dan atau uji laboratorium terhadap contohcontoh tanah tidak terganggu.
Alat uji lainnya, yaitu alat uji geser baling (torvane) yang berdiameter kecil dapat
digunakan untuk memperkirakan kuat geser tanah kohesif. Baling dengan berbagai
diameter dapat digunakan untuk tanah kohesif sangat lunak sampai sangat kaku.
Nilai dari hasil uji lapangan hanya digunakan untuk perbandingan dan agar tidak
digunakan langsung dalam analisis geoteknik atau desain.
Pengujian dengan penetrometer atau torvane harus dilakukan pada tanah asli
sedekat mungkin dengan pusat ujung atas dan dasar contoh dan tidak boleh
dilakukan pada sisi luar contoh.
10)
Penyelidikan Batuan
Metode penyelidikan batuan mencakup pengeboran, sumuran uji, pemetaan geologi,
dan metode geofisik. Pengeboran inti merupakan metode penyelidikan utama yang
digunakan dalam pengambilan contoh batuan utuh bagi keperluan pengujian dan
penilaian kualitas dan struktur batuan. Metode-metode sumuran uji, bor tanpa inti, dan
geofisik digunakan untuk mengidentifikasi bagian atas batuan.
Metode geofisik seperti refraksi gempa dan penetrasi radar tanah (GPR) digunakan
untuk mengetahui kedalaman batuan. Pemetaan geologi bukaan batuan atau
singkapan untuk membantu memberikan penilaian komposisi dan diskontinuitas
26 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
lapisan batuan dengan skala besar yang perlu digunakan untuk berbagai aplikasi
teknik misalnya desain lereng batuan.
a) Pengeboran dan Pengambilan Contoh Batuan
Pengeboran yang dilakukan pada lapisan batuan lapuk dan tidak lapuk, diperlukan
prosedur pengeboran dan pengambilan contoh batuan. Sebagai pedoman
terperinci pengeboran batuan, bor inti, pengambilan contoh, dan deskripsi log bor
pada massa batuan, agar mengacu pada pedoman yang berlaku SNI atau ISRM
(International Society for Rock Mechanics) Commission on Standardization of
Laboratory and Field Tests (1978, 1981).
Metode pengeboran dan pengambilan contoh batuan adalah sebagai berikut :
(1) Bagian atas batuan dari pengeboran sulit ditentukan terutama jika ada bongkah
besar di bawah profil tanah residu tidak beraturan dan dalam daerah atau
terrain karst. Penentuan bagian atas batuan harus dilakukan dengan hati-hati
sebab identifikasi batuan yang tidak tepat dapat menyebabkan perhitungan
volume galian atau panjang tiang menjadi salah;
(2) Jika lapisan terlalu keras, disarankan untuk menggunakan prosedur bor inti
untuk pengambilan contoh tanah yang berlaku (ASTM D 2113 Practice for
Diamond Core Drilling for Site Investigation). Penetrasi tabung belah yang
berdiameter 51 mm (2 in) dapat mencapai sedalam 25 mm (1 in) atau kurang
setelah dilakukan 50 pukulan dengan tenaga penetrasi standar atau kriteria lain
yang ditentukan oleh tenaga ahli geologi atau tenaga ahli teknik. Untuk itu,
metode pengambilan contoh tanah tidak cocok dilakukan tetapi diperlukan
pengeboran batuan atau bor inti;
(3) Dapat digunakan metode geofisik seperti refraksi gempa untuk membantu
mengevaluasi elevasi bagian atas batuan dengan cara yang baik dan ekonomis
serta memberikan informasi batasan antar lokasi bor.
b) Pengeboran Tanpa Inti (Non-coring / Destructive)
Metode ini harus dilakukan dengan hati-hati karena pengeboran berjalan dengan
cepat dan memotong batuan lunak dan lapuk dengan mudah sehingga sering kali
salah dalam memperkirakan elevasi bagian atas batuan atau pemancangan tiang.
Karena contoh batuan utuh tidak termasuk dalam pengeboran tanpa inti (noncoring), maka pengamatan selama pengeboran agar dicatat dengan cermat oleh
supervisor lapangan. Informasi karakteristik pengeboran yang harus dicatat pada
bagian log bor adalah sebagai berikut :
(1) kecepatan penetrasi atau kecepatan pengeboran dalam menit per 0,3 meter (1
ft);
(2) pemasukan batang bor;
(3) perubahan operasi bor oleh petugas bor (tekanan ke bawah, kecepatan rotasi
dan lain-lain);
(4) perubahan kondisi matabor (bit);
(5) kegiatan bor yang tidak biasa (gemertak, melambung, pengikatan, jatuh tibatiba);
(6) kehilangan air pembilas, perubahan warna air pembilas, atau perubahan
tekanan bor.
27 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
c) Pengeboran Inti
Jenis-jenis bor inti (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site
Investigation) dapat berupa tabung tunggal, tabung ganda, atau tabung tripel.
(a) Jika tidak ditentukan lain, maka NX adalah ukuran yang digunakan untuk
penyelidikan. Dapat juga digunakan ukuran yang lebih besar dan lebih kecil.
Ukuran inti yang lebih besar akan menghasilkan contoh yang lebih besar
dengan kerusakan mekaniknya kecil. Untuk itu, ukuran dan jenis alat bor yang
digunakan harus dicatat dengan cermat di tempat yang cocok pada log bor;
(b) Panjang setiap lubang inti harus dibatasi sampai maksimum 3 m dan dikurangi
sampai 1,5 m (5 ft).
d) Matabor Inti (Coring Bits)
Pemilihan matabor harus didasarkan atas pengetahuan umum tentang kinerja
matabor inti untuk contoh yang diinginkan dan air pembilas yang diusulkan.
Matabor dengan aliran dasar harus digunakan pada batuan inti lunak atau batuan
dengan rekahan yang terisi tanah untuk menghindari erosi inti karena air pembilas
sebelum inti memasuki laras inti.
e) Air Pembilas
Jika diperlukan lumpur bor untuk menstabilkan lubang yang runtuh atau daerah
penutup pada waktu hilangnya air pembilas, maka perencana, tenaga ahli geologi
dan geoteknik harus menentukan jenis lumpur bor. Lumpur bor dapat menyumbat
bukaan rekahan dan retakan sehingga akan mempengaruhi pengukuran kelulusan
air.
Air pembilas harus diisi dalam bagian yang menurun untuk memindahkan potongan
bor dan membuat sirkulasi ulang air pembilas. Agar dilakukan perhatian atau
penanganan khusus jika material tercemar oleh minyak atau bahan lain dan
memerlukan tempat pembuangan serta menghindari aliran air melalui permukaan
tanah.
f)
Kecepatan/Waktu Pengeboran
Kecepatan pengeboran harus dipantau dan dicatat pada log bor dalam satuan
menit per 0,3 m (1 ft). Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pengeboran
digunakan untuk menentukan kecepatan pengeboran.
g) Foto Dokumentasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi foto inti adalah seperti berikut:
(1) Setelah pemindahan dari lubang bor, contoh inti dalam tabung inti belah harus
segera difoto, dan diberi label untuk identifikasi log bor, interval kedalaman dan
jumlah bor inti;
(2) Untuk bentuk inti yang menarik agar dilakukan gambar close-up. Untuk itu,
permukaan contoh inti dibasahi dengan semprotan dan atau digosok dengan
spon sebelum pengambilan foto agar dapat memperjelas perbedaan warna
contoh inti;
(3) Pita ukur atau penggaris harus ditempatkan melintasi bagian atas atau dasar
ujung blok untuk memberikan skala dalam foto. Pita ukur harus mempunyai
panjang minimal 1 meter (3 ft) dan penandaan yang relatif besar dan sangat
mencolok harus diupayakan agar terlihat dalam foto;
28 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(4) Bagian tabung yang berwarna (untuk yang tidak ada contoh) diperlukan dalam
foto untuk memberikan indikasi pengaruh perubahan dalam umur film, proses
film, dan sumber cahaya yang masuk (ambient). Keseragaman kondisi cahaya
dari hari ke hari harus diatur oleh petugas foto dan disesuaikan dengan jenis
film yang dipilih.
h) Klasifikasi Batuan
Jenis batuan dan sifat batuan, seperti diskontinuitas, rekahan, lipatan, dan faktor
lainnya harus didokumentasi. Klasifikasi tanah, batuan dan informasi inti batuan
harus dicatat.
i)
Perolehan Inti (Core Recovery)
Panjang inti harus diukur sepanjang garis sumbu inti. Jika perolehan inti kurang dari
panjang bor inti, maka bagian yang tidak terambil harus dianggap menjadi ujung
bor kecuali jika ada alasan perkiraan lainnya (misal zona lapuk, jatuhnya batang,
penyumbatan selama pengeboran, kehilangan air pembilas, dan potongan inti
berputar atau dipotong ulang).
Non-recovery harus diberi tanda NCR (tanpa inti terambil) pada log bor dan data
masukan untuk perlapisan, retakan, atau pelapukan dalam interval tersebut tidak
perlu dibuat.
Perolehan inti terambil yang lebih besar dari 100% kemungkinan dapat terjadi jika
inti terlindungi selama pengeboran yang dilanjutkan dengan bor berikutnya. Hal ini
harus dicatat dan pengaturan data agar tidak dibuat di lapangan.
j)
Rock Quality Designation (RQD)
RQD merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval
lubang bor yang berupa persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah
panjang potongan inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang
inti. Indeks kualitas batuan tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami pelapukan
berat, lunak, retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan akan menyebabkan nilai RQD
menurun.
Korelasi asli RQD harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX
(Deere, 1963). RQD dapat dihitung berdasarkan inti yang mempunyai diameter
minimal berukuran NX (Deere dan Deere, 1989).
Inti pipa kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga diterima. Ukuran
BQ dan BX yang lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab yang lebih kecil dari NX
sangat berpotensi mengalami kerusakan dan kehilangan inti.
Prosedur pengukuran RQD, cara perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI
03-2436-1991 Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti
k) Pengukuran Panjang Potongan Inti
Potongan inti yang sama dapat diukur dengan cara sepanjang garis sumbu, dari
ujung ke ujung atau sepanjang potongan laras lingkaran penuh. Dianjurkan
mengukur panjang inti sepanjang garis sumbu. Lihat acuan the International
Society for Rock Mechanics (ISRM), Commission on Standardization of Laboratory
and Field Tests (1978, 1981).
Pengukuran sepanjang garis sumbu dapat:
(1) Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti;
(2) Menghindari ancaman serius kualitas batuan jika keadaan retakan sejajar
lubang bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.
29 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Patahan inti yang disebabkan oleh proses pengeboran harus disusun kembali dan
diperhitungkan sebagai satu potongan. Patahan akibat bor dapat terjadi karena
permukaan yang kasar. Pada batuan schistose dan batuan berlapis, kadang sulit
untuk membedakan antara patahan alami dan patahan akibat bor. Untuk itu, agar
dipertimbangkan sebagai patahan alami dalam perhitungan RQD yang konservatif
untuk berbagai keperluan. Jika RQD digunakan sebagai bagian dari perkiraan
pekerjaan pembongkaran atau pengerukan, maka perhitungan menjadi tidak
bersifat konservatif.
l)
Penilaian Kekuatan Batuan
Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat, agar tidak diperhitungkan untuk RQD
meskipun memenuhi syarat panjang 100 mm (3,94 in). Persyaratan kekuatan dapat
membantu menurunkan ketentuan syarat kualitas batuan jika batuan telah
mengalami perubahan dan perlemahan, baik karena pelapukan permukaan
ataupun kegiatan hidrothermal. Keputusan penentuan tingkat perubahan kimiawi
apakah sudah cukup atau belum harus dilakukan untuk mendapat persetujuan atau
penolakan dilakukannya potongan inti.
Prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kekuatan batuan adalah sebagai
berikut:
(1) Prosedur pertama dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti karena
adanya keraguan mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya
batasan perubahan warna atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga,
atau butiran lemah). Prosedur ini bersifat konservatif dan meragukan penilaian
kualitas batuan;
(2) Prosedur kedua dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah
persentase total RQDnya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan
kekuatan belum terpenuhi. Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi
kualitas batuan sesuai dengan tingkat retakan selama tidak kehilangan
kekuatan.
m) Kehilangan Air Pembilas (Drilling Fluid Recovery)
Kehilangan air pembilas selama melanjutkan pengeboran dapat menunjukkan
adanya bukaan rekahan/pelipatan, zona retakan atau rongga-rongga dalam massa
batuan yang sedang dibor. Untuk itu, volume air pembilas yang hilang dan interval
terjadinya harus dicatat. Jika tidak ada air pembilas yang hilang, berarti tidak ada
air yang hilang kecuali melalui lamanya rembesan dan pengisian pada ronggarongga.
Kehilangan air pembilas sebagian berarti ada air pembilas yang membalik dalam
jumlah yang lebih kecil dari jumlah air yang dipompa. Kehilangan air pembilas
penuh berarti tidak ada kehilangan air pembilas ke permukaan selama operasi
pemompaan. Untuk itu, diperlukan gabungan pendapat dari petugas lapangan dan
petugas bor agar memberikan hasil perkiraan yang terbaik.
n) Penanganan Inti dan Labeling
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan inti dan labeling adalah seperti
berikut:
(1) Inti batuan hasil penyelidikan geoteknik harus disimpan dalam kotak inti yang
kuat secara struktur, terbuat dari kayu atau kertas karton berombak yang
digosok dengan lilin/parafin (corrugated waxed cardboard). Kotak kayu harus
dikunci dan dilengkapi dengan penutup berengsel pada sisi atas kotak dan
grendel;
30 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(2) Pemindahan inti harus dilakukan dengan hati-hati dari tabung ke kotak untuk
memelihara ketidakteraturan material melintang retakan dan isian retakan.
Patahan inti yang terjadi selama atau setelah inti dipindahkan ke kotak inti
harus disusun kembali dan ditandai dengan tiga garis pendek sejajar yang
melintang alur retakan untuk menunjukkan patahan secara mekanik. Patahan
yang terjadi pada waktu penyusunan inti ke kotak inti dan waktu pemeriksaan
permukaan dalam inti agar dihindari walaupun harus ditandai pula.
(3) Inti harus ditempatkan dalam kotak dari arah kiri ke kanan dan dari atas ke
bawah. Jika bagian ruangan atas kotak diisi, bagian lebih rendah (atau
sambungan) berikutnya harus diisi. Kedalaman bagian atas dan bawah inti dan
setiap rongga yang tampak dalam formasi batuan harus ditandai secara jelas
dengan label blok pengatur jarak dari kayu;
(4) Jika ada inti bor terambil yang lebih kecil dari 100%, harus ditempatkan di kotak
inti pengatur jarak tabung bambu yang sama panjang dengan inti tidak terambil,
baik pada kedalaman inti tidak terambil ataupun pada dasar bor. Kedalaman
atau panjang inti tidak terambil harus ditandai pada pengatur jarak dengan
tanda hitam yang permanen;
(5) Label kotak inti harus dilengkapi dengan pena hitam yang tidak dapat dihapus.
Penutup kotak inti harus diberi tanda yang identik pada kedua sisi dalam dan
luar, termasuk kedua ujung luar kotak. Untuk pengeboran miring, kedalaman
yang ditandai pada kotak-kotak inti dan log bor harus merupakan hasil
pengukuran sepanjang sumbu bor. Sudut dan orientasi pengeboran harus
dicatat pula pada kotak inti dan log bor.
o) Perawatan dan Pemeliharaan Contoh Batuan
Penutupan inti dalam selimut polietilin dapat dipasang lepas sebelum inti
ditempatkan dalam kotak inti (ASTM D 5079 Practices for Preserving and
Transporting Rock Core Samples). Perawatan khusus dianggap sesuai, jika kadar
air inti batuan (terutama serpih, batulempung dan batulanau) dan sifat-sifat inti yang
terkait dapat dipengaruhi oleh bukaan batuan.
Perawatan serius agar dilakukan untuk melindungi contoh terhadap goncangan/
kejutan dan getaran atau perubahan temperatur yang besar atau keduanya. Untuk
perawatan contoh terhadap kotoran ditunjukkan dalam ASTM D 4220 Practices for
Preserving and Transporting Soil Samples.
p) Penutupan Lubang Hasil Pengeboran
Semua lubang bor harus ditutup dengan baik pada waktu penyelesaian
penyelidikan lapangan dengan pertimbangan keselamatan dan pencegahan
pencemaran lapisan tanah dan air tanah. Penutupan bor diperlukan untuk proyek
terowongan karena lubang bor terbuka akan memberi kesempatan aliran air masuk
tidak terkontrol atau jalan udara tertekan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penutupan lubang bor antara lain adalah
sebagai berikut :
(1) Penutupan lubang bor (sealing dan grouting) misalnya sesuai dengan National
Cooperation Highway Research Program Report No. 378 (1995) berjudul
“Recommended Guidelines for Sealing Geotechnical Holes”;
(2) Jika terjadi air tanah atau pencemaran, maka lubang bor harus diinjeksi dengan
menggunakan campuran tepung bentonit, semen portland dan air bersih atau
air suling. Persyaratan ini harus dipahami benar oleh tenaga ahli geoteknik dan
supervisor lapangan setempat sebelum pengeboran mulai dilaksanakan;
31 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(3) Jika diperlukan, maka semua lubang bor sebaiknya diinjeksi. Lubang-lubang
jalan dan pelat harus diisi dengan beton pasangan cepat atau beton aspal.
Pengisian kembali lubang bor agar dilakukan dengan menggunakan campuran
bahan injeksi (grout). Pada lubang bor yang diisi dengan air pembilas, grout
getar akan menempati/menggantikan air pembilas. Untuk itu, harus dilakukan
persiapan perlengkapan untuk mengumpulkan buangan dari semua air
pembilas yang dipindahkan dan buangan grout;
q) Pedoman Keselamatan Dalam Pengeboran Geoteknik
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
(1) Perlindungan minimum untuk semua personil terdiri atas topi helm, sepatu bot,
pelindung mata dan sarung tangan;
(2) Tenaga ahli geoteknik dan supervisor lapangan harus mencoba untuk
mengidentifikasi kemungkinan sumber pencemaran sebelum memulai
pekerjaan lapangan. Berdasarkan evaluasi ini, harus dibuat keputusan
mengenai rencana keselamatan lapangan;
(3) Jika ditemukan pencemaran di lokasi-lokasi penyelidikan geoteknik yang tidak
diketahui atau tidak diharapkan selama pekerjaan lapangan, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(a) Penghentian segera pengeboran dan pemberitahuan informasi kepada
tenaga ahli geoteknik yang harus dilakukan oleh supervisor lapangan,
termasuk identifikasi terjadinya pencemaran, kedalaman pencemaran dan
perkiraan kedalaman muka air. Jika produksi tingkat air pembilas terjadi
pada atau di atas muka air, pengeboran harus segera ditinggalkan dan
ditutup dengan chip bentonit dicampur air atau grout;
(b) Petugas lingkungan dari instansi pemerintah harus diberitahu oleh pemberi
tugas (pemimpin proyek), agar dapat menentukan apakah perlu
dilaksanakan protokol khusus keamanan dan keselamatan serta
demobilisasi dari lapangan.
r) Pengeboran Secara Umum
Agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Pembersihan runtuhan dan potongan dari dasar lubang bor yang kurang baik.
Contoh tidak boleh diambil dari runtuhan tetapi harus dari dalam lubang bor dan
runtuhan harus dipindahkan sebelum kegiatan pekerjaan;
(2) Pada tanah nonkohesif, pemancangan tidak boleh digunakan
melanjutkan atau mempercepat tabung belah ke dasar lubang bor;
untuk
(3) Agar dihindari kondisi contoh inti terambil yang buruk akibat penggunaan alat
atau prosedur pengambilan contoh yang tidak sesuai;
(4) Jika pengambilan contoh tanah lunak atau tanah nonkohesif dilakukan dengan
tabung dinding tipis (misal tabung Shelby), maka tidak mungkin diperoleh
contoh tidak terganggu sebab contoh tidak akan berada dalam tabung. Petugas
bor harus diberi instruksi yang jelas agar tidak menekan inti terambil dengan
pemukulan berlebihan pada waktu pengambilan tabung contoh;
(5) Agar dihindari perolehan jenis contoh yang tidak baik atau jumlah contoh tidak
cukup;
(6) Petugas bor harus diberitahu dengan jelas frekuensi contoh dan jenis contoh
yang diperlukan. Kedalaman bor pada setiap tahap penyelidikan harus diawasi
32 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
oleh supervisor lapangan untuk menentukan contoh lapisan tanah dan atau
batuan yang baik;
(7) Agar dihindari stabilisasi lubang bor yang tidak baik;
(8) Dalam pengeboran putar dengan air dan bor tangan batang hollow di bawah
muka air tanah, diperlukan tinggi tekan air yang diatur pada puncak pipa lindung
(casing) /bor tangan pada setiap waktu. Jika batang bor ditarik atau bor tangan
batang hollow yang dimasukkan, maka muka air akan cenderung turun dan
harus ditambah dengan air pembilas agar tepi lubang bor tidak runtuh atau tidak
terjadi sembulan di dasar lubang bor;
(9) Tabung contoh diturunkan ke dalam lubang bor dengan pipa terbuka dan tanpa
sumbatan. Tabung dapat berposisi miring dan memukul dinding lubang bor.
Untuk itu, tabung agar diisi dengan debris;
(10) Agar dihindari prosedur pelaksanaan yang kurang baik selama uji penetrasi
standar. Supervisor lapangan dan petugas bor harus memastikan bahwa berat
jatuh dan pemukul yang digunakan berfungsi dengan baik sehingga friksi pada
kepala dan sepanjang pukulan hammer berkurang.
11)
Deskripsi Log Bor
Pencatatan hasil pengeboran harus ditulis atau dicetak dengan jelas dan disimpan
(didokumentasi) dengan cermat dan praktis. Semua bagian pencatatan hasil
pengeboran harus dilengkapi sebelum penyelidikan lapangan selesai.
Formulir-formulir log bor, log bor inti dan log sumuran uji dapat mengacu ASCE Soil
Mechanics & Foundations Engineering Committee .
Aspek-aspek yang harus dicatat pada log bor :
a) Data survei topografi yang meliputi lokasi pengeboran dan elevasi permukaan,
serta lokasi tanda patok dan datum (jika tersedia);
b) Data akurat dari setiap deviasi lokasi bor rencana.
c) Identifikasi tanah dan batuan dasar yang terdiri atas kepadatan, konsistensi, warna,
kadar air, struktur dan sumber geologi;
d) Kedalaman berbagai lapisan tanah dan batuan secara umum;
e) Jenis tabung contoh, kedalaman, penetrasi dan contoh inti terambil (core recovery);
f)
Perlawanan pengambilan contoh sesuai dengan tekanan hidraulik atau pukulan per
kedalaman penetrasi tabung contoh, serta ukuran dan jenis hammer dan tinggi
jatuh;
g) Interval pengambilan contoh tanah dan contoh inti terambil (core recovery);
h) Jumlah bor inti batuan, kedalaman dan panjang, inti terambil (core recovery) dan
nilai kualitas batuan (RQD);
i)
Jenis operasi pengeboran yang digunakan untuk mempercepat dan menstabilkan
lubang bor;
j)
Perbandingan perlawanan terhadap pengeboran;
k) Kehilangan air pembilas;
l)
Pengamatan muka air tanah dengan tanda-tanda perubahan karena permukaan
gelombang atau turun naiknya air sungai;
m) Tanggal dan waktu pengeboran mulai, selesai dan pengukuran muka air tanah;
n) Penutupan lubang bor.
33 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
a) Informasi Proyek
Pada bagian atas log bor harus disediakan ruang untuk informasi khusus proyek,
seperti nama atau nomor proyek, lokasi proyek, kontraktor pengeboran (jika
pekerjaan pengeboran dikontrakkan ke luar), jenis alat bor, tanggal dan waktu
pekerjaan, metode pengeboran, berat palu (hammer) dan tinggi jatuh, nama
personil pengeboran, dan informasi cuaca. Semua informasi harus diberikan pada
lembaran pertama dari setiap log bor.
b) Identifikasi Stratigrafi atau Perlapisan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam identifikasi perlapisan tanah adalah sebagai
berikut:
(1) Pengamatan kondisi geoteknik contoh tanah dan potongan inti atau perkiraan
berdasarkan kinerja perlengkapan bor (misalnya gemertak alat pemukul dalam
kerikil atau tabung yang memantul kembali pada kerakal) harus dicatat dalam
kolom tengah log bor dengan label “deskripsi material” atau dalam kolom
keterangan;
(2) Komentar petugas bor diperlukan dalam persiapan log bor, penyusunan
deskripsi masing-masing contoh dan penggambaran berbagai lapisan pada log
bor. Data tersebut meliputi deskripsi masing-masing lapisan tanah dengan
batasan horisontal yang menggambarkan perbedaan lapisan yang berdekatan;
(3) Deskripsi terperinci kondisi geoteknik pada waktu pengeboran digambarkan
pada log bor lapangan. Batas-batas perlapisan harus digambarkan sesuai
dengan perubahan deskripsi, misalnya perubahan plastisitas yang agak kaku
menjadi kaku dan yang rendah menjadi tinggi;
(4) Perubahan kecil dapat dinyatakan dengan istilah pantas atau selaras. Batas
perlapisan harus digambarkan sesuai dengan perubahan material dari kondisi
geologi asli dan harus dicantumkan dalam deskripsi material atau kolom
keterangan log sedangkan batas-batas yang terputus-putus (dashed) harus
dihindari;
(5) Pengamatan perlapisan harus meliputi identifikasi urugan yang ada, topsoil dan
potongan lapisan tanah. Interval pengamatan dan pengambilan contoh khusus
agar dilakukan untuk membantu mengidentifikasi keberadaan dan ketebalan
lapisan material serta menghasilkan kesimpulan dan saran-saran studi
geoteknik yang baik;
(6) Masing-masing lapisan harus diberi tanda di tengah-tengah contoh, kecuali jika
batasan ditemui dalam contoh atau diperlukan pengukuran khusus untuk
menentukan posisi batasan yang lebih baik.
c) Informasi Contoh
Informasi jenis-jenis tabung, jadwal dan waktu pengambilan contoh, jenis contoh,
kedalaman contoh, dan perolehan inti (core recovery) harus diperlihatkan pada
setiap formulir log dengan menggunakan notasi dan sistem grafik atau sistem
singkatan (abbreviation). Masing-masing contoh uji harus diberi nomor berurutan
yang ditandai dalam kolom nomor contoh.
Jika tabung contoh dipukul, perlawanan pukulan harus dicatat pada interval yang
ditentukan dan ditandai dalam kolom perlawanan pengambilan contoh. Persentase
inti terambil harus ditentukan sebagai panjang contoh inti terambil terhadap
panjang contoh uji (contoh 550/610 mm).
34 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
12)
Deskripsi Tanah / Klasifikasi Tanah
Deskripsi / identifikasi tanah adalah pemberian nama contoh tanah secara sistematik,
tepat, dan lengkap, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan (ASTM D 2488 Practice for
Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure)). Klasifikasi tanah
adalah pengelompokan tanah dalam kategori yang berdasarkan atas hasil-hasil uji
indeks properti (sifat fisik), misalnya nama kelompok dan simbol (ASTM D 2487 Test
Method for Classification of Soils for Engineering Purposes)
Deskripsi tanah minimum harus terdiri atas:
a) konsistensi semu/apparent (untuk tanah berbutir halus), atau sifat kepadatan (untuk
tanah berbutir kasar);
b) sifat kondisi kadar air (misal kering, lembap, basah);
c) deskripsi warna;
d) nama jenis tanah minimum ditambah dengan “y” jika komponen minimum berbutir
halus < 30%, tetapi > 12%, atau komponen minimum berbutir kasar ≥ 30%;
e) gambaran sifat jenis tanah utama;
f)
sifat distribusi ukuran butiran untuk kerikil dan pasir;
g) sifat plastisitas dan tekstur tanah (lanauan atau lempungan) untuk lanau atau
lempung inorganik dan organik;
h) nama jenis tanah utama (semua huruf besar);
i)
sifat deskriptif “dengan” untuk jenis tanah minimum berbutir halus jika 5-12 % atau
untuk jenis tanah minimum berbutir kasar jika < 30 % tetapi ≥ 15 % (sebagai
catatan praktis penggunaan sifat deskriptif “banyak” dan “sedikit” untuk komponenkomponen minimum);
j)
istilah deskriptif untuk jenis-jenis tanah minor;
k) gangguan (misal pembetonan, sementasi);
l)
pengelompokan nama dan simbol menurut The Unified Soil Classification System
(USCS) (dalam tanda kurung) yang memadai untuk jenis tanah sesuai dengan
ASTM D 3282, atau ASTM D 2487 Test Method for Classification of Soils for
Engineering Purposes;
m) nama geologi (misal Holocene, Eocene, Pleistocene, Cretaceous), jika diketahui
(dalam tanda kurung atau kolom catatan).
Contoh deskripsi elemen tanah sesuai urutan seperti di atas:
Tanah berbutir halus
Tanah berbutir kasar
: lunak, basah, abu-abu, LEMPUNG berplastisitas tinggi,
dengan pasir halus; lempung gemuk (CH); (alluvium).
: padat, lembap, coklat, pasir lanauan sedang-halus, dengan
kerikil halus sampai pasir lempungan, pasir lanauan (SM),
(aluvium).
Jika terjadi perubahan dalam lapisan tanah yang sama, seperti perubahan dalam
kepadatan nyata, pencatatan/log bor harus menunjukkan deskripsi perubahan, seperti
“sama, kecuali sangat padat”.
a) Konsistensi dan Sifat Kepadatan Semu (apparent)
35 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Konsistensi tanah berbutir halus dan kepadatan semu tanah berbutir kasar, dapat
diperkirakan dari jumlah pukulan (nilai N) yang diperoleh dari uji penetrasi standar
(ASTM D 1586 Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils).
Disarankan sebagai alat bantu dalam penentuan konsistensi tanah berbutir halus,
alat mekanik, seperti penetrometer saku (hand penetrometer), dan uji indeks di
lapangan (uji smear, uji kekuatan kering, uji benang/thread).
Jika memungkinkan, nilai N dari semua jenis tanah dikoreksi untuk efisiensi tenaga
(ASTM D 4633).
Catatan : nilai N disarankan tidak digunakan langsung untuk menentukan
parameter desain kekuatan tanah berbutir halus.
b) Kadar Air
Jumlah air yang ada dalam contoh tanah atau sifat kadar air harus dinyatakan
dalam keadaan kering, lembap, atau basah.
c) Warna
Warna harus diuraikan setelah contoh dikembalikan (retrived) pada kadar air
contoh tanah asli. Warna-warna utama yaitu coklat, abu-abu, hitam, hijau, putih,
kuning, merah, dan warna antara, digambarkan dengan menggunakan dua warna
dasar misalnya abu-abu - hijau.
Jika tanah ditandai sesuai dengan tempat/lokasi warna, maka digunakan istilah
titik-titik (mottled). Tanah yang bertekstur homogen tetapi mengalami perubahan
pola warna dan tidak diperhitungkan sebagai titik-titik agar digambarkan sebagai
goresan/garis (streaked).
d) Jenis Tanah
Bagian-bagian penting dari jenis tanah ditentukan berdasarkan tekstur ukuran butir,
untuk menentukan pemisahan tanah berbutir kasar, berbutir halus dan tanah
dengan kadar organik tinggi.
e) Tanah Berbutir Kasar (Kerikil dan Pasir)
Komponen kerikil dan pasir ditentukan berdasarkan atas ukuran butir.
Pengujian-pengujian yang perlu diperhatikan.
(1) Uji Sedimentasi;
(2) Karakteristik Visual;
f)
Tanah Berbutir Halus
Bahan halus terdiri atas lanau dan lempung inorganik atau organik, seperti
ditentukan dalam grafik plastisitas.
g) Keterkaitan (Inclusions)
Keterkaitan tambahan atau karakteristik contoh dapat digambarkan dengan
menggunakan istilah “dengan” dan deskripsi yang dijelaskan di atas.
Sebagai contoh:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
dengan bau bahan bakar,
dengan material organik,
dengan material asing (akar, batu bata, dan lain-lain),
dengan fragmen serpih,
dengan mika,
dengan pemisahan, lipatan, dan lain-lain dari deskripsi lengkap tanah yang
diberikan.
36 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
h) Tanah Berlapis
Tanah dengan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam perlapisan tanah
dengan berbagai tebal. Tiap lapisan diuraikan seolah-olah berupa tanah tidak
berlapis dengan menggunakan urutan deskripsi tanah yang diuraikan di atas. Tebal
dan bentuk lapisan dan tipe geologi perlapisan dicatat dengan menggunakan istilah
deskriptif. Tebal jenis lapisan, sebelum atau pada akhir deskripsi ditentukan dengan
tanda kurung, dan dipilih yang mana yang lebih memadai.
i)
Nama Geologi
Deskripsi tanah mencakup hasil penilaian supervisor lapangan termasuk asal usul
satuan tanah dasar dan nama secara geologi (jika diketahui), yang ditempatkan
dalam tanda kurung atau dalam kolom catatan lapangan dari log bor.
j)
Prosedur Pencatatan Hasil Pengeboran Inti
Pencatatan hasil pengeboran tanah dan batuan (inti) harus dilakukan selengkap
mungkin sesuai dengan kondisi lapangan, singkat dan jelas.
13)
Deskripsi Batuan
Deskripsi batuan harus disusun dengan menggunakan istilah geologi teknik yang
benar, meskipun istilah setempat dalam penggunaan umum dapat diterima untuk
menggambarkan karakteristik yang berbeda. Pencatatan hasil pengeboran inti harus
dilakukan segera pada kondisi asli, khususnya untuk warna dan konsistensi.
Prosedur log bor inti dapat mengacu pada “International Society for Rock Mechanics
Commission on Standardization of Laboratory and Field Tests”(1978, 1981).
Deskripsi litologi batuan minimum meliputi butir-butir berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
jenis batuan,
warna,
ukuran dan bentuk butiran,
tekstur (perlapisan/foliasi),
komposisi mineral,
pelapukan dan perubahan,
kekuatan,
catatan lainnya.
Berbagai elemen deskripsi batuan harus dinyatakan dalam urutan seperti tabel di atas.
Sebagai contoh “batugamping, abu-abu terang, butiran sangat halus, lapisan tipis, tidak
lapuk, kuat”. Deskripsi batuan harus meliputi identifikasi diskontinuitas dan ciri-ciri serta
gambar retakan alami dan hancuran secara mekanik.
a) Jenis Batuan
Batuan digolongkan menurut asal usulnya ke dalam tiga kelompok utama, yaitu
beku (igneous), sedimen, dan malihan (metamorfik).
b) Warna
Warna harus konsisten dengan bagan warna Munsell, dan kondisi basah maupun
kering yang memadai juga harus dicatat.
c) Ukuran dan Bentuk Butiran
Deskripsi ukuran butiran harus diklasifikasi dengan menggunakan istilah-istilah
untuk deskripsi bentuk butiran.
d) Stratifikasi / Foliasi
37 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Ciri-ciri struktur utuh yang signifikan harus diuraikan dengan tebal lapisan dan
istilahnya, serta orientasi perlapisan/foliasi.
e) Komposisi Mineral
Komposisi mineral harus diidentifikasi oleh tenaga ahli geologi berdasarkan atas
pengalaman dan referensi yang tepat. Daftar urut mulai dari batuan dengan mineral
yang paling berlebihan dan diikuti dengan batuan yang kadar mineralnya kurang.
f)
Pelapukan dan Perubahan
Istilah dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan pelapukan atau
perubahan.
g) Kekuatan
Penilaian kekuatan kualitatif umum pada waktu pemetaan atau logging inti
pendahuluan pada lokasi perlengkapan dengan menggunakan palu dan pisau
saku. Perkiraan lapangan harus dikonfirmasi dengan perbandingan pada uji
laboratorium yang terpilih.
h) Kekerasan
Deskripsi dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan kekerasan batuan.
i)
Diskontinuitas Batuan
Simbol-simbol untuk jenis diskontinuitas massa batuan.
Jika tidak diitentukan lain, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
(1) Pedoman untuk mendeskripsi jarak diskontinuitas;
(2) Istilah-istilah untuk mendeskripsi celah;
(3) Istilah lebar, sempit dan rapat digunakan untuk menggambarkan lebar
diskontinuitas, seperti tebal lapisan, pengisian patahan, atau bukaan lipatan.
(4) Patahan atau geseran yang tidak cukup tebal untuk mewakili log bor, harus
dicatat tebal terukurnya secara numerik dalam milimeter.
(5) Ciri-ciri untuk membedakan diskontiunitas.
(6) Karakteristik jumlah dan lebar isian. Kekuatan setiap material isian sepanjang
permukaan diskontinuitas. Untuk isian material nonkohesif, identifikasi isian
dapat dilaksanakan secara kualitatif (misal pasir halus).
j)
Deskripsi Retakan
Lokasi setiap retakan alami dan patahan mekanik dituliskan dalam kolom retakan
dari log inti batuan, diberi nomor dan diuraikan dengan menggunakan istilah
diskontinuitasnya, seperti dijelaskan di atas.
Penjelasan retakan adalah sebagai berikut :
(1) Retakan harus digambarkan secara sket dalam kolom gambar. Sudut dip
retakan harus diukur dengan menggunakan busur derajat dan ditandai pada
log. Untuk bor miring, sudutnya harus diukur dan ditandai seolah-olah bor
berdiri tegak. Jika batuan pecah dalam beberapa potongan yang panjangnya
kurang dari 25 mm, log tidak perlu digunakan dalam interval itu, atau retakan
diperlihatkan secara skematik.
(2) Jumlah retakan alami yang diamati dalam setiap 0,5 m inti harus dicatat dalam
kolom frekuensi retakan. Patahan/retakan mekanik yang mungkin terjadi karena
pengeboran, tidak diperhitungkan.
38 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
14)
Uji Geoteknik di Lapangan (Insitu Testing)
a) Uji Penetrasi Standar (SPT = Standard Penetration Test)
Uji penetrasi standar (SPT) dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk
mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh
terganggu dengan teknik penumbukan. Metode pelaksanaan pekerjaan standart
penetration test dapat mengacu pada SNI 03-4153-1996 Metode Pengujian
Penetrasi Dengan SPT dan PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji SPT ialah sebagai berikut :
(1) Jika tabung contoh tidak dapat dipukul sampai 450 mm (3 tahap), jumlah
pukulan per masing-masing tahap setebal 150 mm dan masing-masing bagian
tahap harus dicatat pada pencatatan log bor. Untuk sebagian tahap, kedalaman
penetrasi harus dicatat sebagai tambahan pada jumlah pukulan (misalnya tahap
2 sebesar 50 pukulan/ 5 cm penetrasi);
(2) Uji SPT dilakukan di dasar lubang bor yang telah disiapkan. Jika tidak
ditentukan lain, Pengujian dilakukan setiap 0,76 m (2,5 ft) pada kedalaman
kurang dari 3 m (10 ft), dan setiap interval 1,5 m (5,0 ft) pada kedalaman
selanjutnya. Tinggi tekan air dalam lubang bor harus diatur berada di atas muka
air tanah untuk menghindari masuknya aliran air yang dapat menimbulkan
ketidakstabilan lubang bor;
(3) Setiap alat uji SPT yang digunakan harus dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya
untuk memperoleh standar efisiensi tenaga yang lebih teliti ASTM D-4633;
(4) Uji SPT dapat dihentikan bila telah tercapai 100 pukulan atau jumlah pukulan
melebihi 50 pukulan dalam setiap tahap 150 mm atau tabung gagal dimasukkan
lebih lanjut selama 10 pukulan berurutan. Uji SPT dihentikan bila perlawanan
penetrasi sudah melebihi 100 pukulan per 51 mm (100/2”);
(5) Jika ditemukan batuan dasar atau rintangan seperti bongkah, pengeboran
dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode bor inti atau bor putar tanpa
inti (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation) atas
saran tenaga ahli geoteknik. Dalam hal tertentu, kriteria uji SPT dapat
digunakan untuk menentukan permukaan batuan dasar dalam susunan geologi
khusus termasuk bongkah.
b) Uji Penetrasi Konus (CPT = Cone Penetration Test)
Metode pelaksanaan pekerjaan CPT dapat mengacu pada SNI 03-2827-1992
Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir dan PT-03, SK DJ Pengairan No.
185/KPTSA/A/1986.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji CPT ialah sebagai berikut.
(1) Uji dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik konvensional (SNI 032827 Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir, ASTM D-3441) atau
alat dengan sistem elektronik (ASTM D 5778 Test Method for Electronic Cone
Penetration Testing of Soils);
(2) Uji dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat,
tetapi tidak untuk kerikil atau batuan. Uji tidak dapat digunakan untuk
pengambilan contoh uji. Untuk itu, hasilnya untuk melengkapi hasil pengeboran
dengan pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT.
(1) Uji Penetrasi Pisokonus (PCPT atau CPTu)
Dalam uji penetrasi pisokonus perlu diperhatikan hal-hal berikut elemen porus
dan celah-celah pada konus harus disiapkan dengan cermat hingga benar39 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
benar jenuh agar dapat diandalkan pada waktu pengukuran tekanan air pori
berlebih Δu. Batu filter porus harus terbuat dari batu, keramik, baja tiruan
(sintered steel), kuningan, tembaga atau plastik. Bila ada permasalahan
penyumbatan atau pelumasan, sebaiknya bahan diganti dengan polypropylene.
Walaupun air dapat digunakan untuk penjenuhan, namun gliserin atau silikon
akan lebih baik digunakan pada zona tidak jenuh untuk menghindari hilangnya
tingkat kejenuhan konus sebelum mencapai muka air tanah.
(2) Pembacaan Nol (Baseline)
Sebelum dan sesudah uji CPT elektrik dilakukan, perlu dicatat pembacaan nol
pada saluran yang terpisah.
Nilai signal elektrik dapat berubah sebelum atau selama pendugaan karena
pengaruh panas (udara, air, kelembapan, tekanan barometrik, suhu tanah, atau
friksi) maupun gangguan tenaga atau pengaruh elektromagnetik. Untuk itu
operator harus melakukan pemantauan dan pencatatan pembacaan nol dengan
teliti menggunakan penyeimbang nol dari saluran khusus.
(3) Operasi Rutin CPTu
Hasil pencatatan kalibrasi, pemeliharaan dan operasi rutin dari sistem
penetrometer konus harus disimpan oleh tenaga ahli atau teknisi uji lapangan.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
(a) Satu hari sebelum pengujian, elemen filter harus bersih dan benar-benar
jenuh (sebaiknya dengan gliserin). Bagian konus dan filter harus dipasang
dengan hati-hati dan diisi dengan gliserin tepat sebelum pengujian;
(b) Sebelum (dan sesudah) pengujian dilakukan, agar dicatat pembacaan nol
yang stabil di buku lapangan. Pengujian baru dapat dilanjutkan bila semua
saluran berada dalam keadaan stabil pada nilai bacaan nol (rentang nilai
bacaan nol biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat). Setelah pengujian
dilakukan dan konus dikeluarkan dari tanah, bacaan nol/awal dan akhir
harus dibandingkan untuk memverifikasi apakah nilainya hampir sama; jika
tidak, maka diperlukan penyesuaian data yang tercatat;
(c) Peralatan harus dikelola dengan baik untuk memperoleh data yang
berkualitas dan handal. Sebelum penggunaan peralatan, sistem
penetrometer harus diperiksa oleh tenaga ahli atau teknisi lapangan (ASTM
D 5778 Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils dan
Lunne dkk, 1997).
(4) Profil CPT
Hal-hal yang harus diperhatikan ialah contoh tanah tidak dapat diperoleh
dengan uji CPT sehingga penilaian perilaku jenis tanah diduga secara tidak
langsung dengan menggunakan hasil pembacaan.
c) Uji Geser Baling (VST = Vane Shear Test)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji geser baling ialah sebagai berikut.
(1) Pada tanah lempung sangat lunak, diperlukan kotak pelindung khusus yang
melingkupi baling bila tidak ada lubang bor dan baling dapat dipasang dengan
mendorong alat pelengkap sampai kedalaman uji yang diinginkan untuk
menempatkan baling.
(2) Untuk koreksi pengaruh friksi antara batang dengan tanah dapat dilakukan
dengan mendorong dua pendugaan berdampingan (satu dengan baling, yang
lain hanya dengan batang). Kemudian, hasil friksi batang berikutnya dikurangi
dari pembacaan pertama untuk memperoleh pembacaan baling. Alternatif ini
40 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
harus diwaspadai karena pembacaan friksi batang yang berubah-ubah
bergantung pada inklinasi dan keadaan posisi tegak batang, dan jumlah rotasi,
sehingga menghasilkan data yang tidak dapat dipercaya (tidak handal) dan
meragukan.
Kuat geser dari hasil uji geser baling agar dikoreksi sebelum digunakan dalam
analisis stabilitas bendungan (timbunan) di atas tanah lunak, daya dukung dan
galian pada lempung lunak.
d)
e)
f)
g)
15)
Uji Dilatometer (DMT)
Uji Pressuremeter (PMT)
Uji Lapangan Khusus
Metode Geofisik
(1) Gelombang Mekanik
(2) Uji Refraksi Seismik (SR)
(3) Uji Crosshole (CHT)
(4) Uji Downhole (DHT)
(5) Gelombang Permukaan
(6) Metode Gelombang Elektromagnetik
(a) Penetrasi Tanah dengan Radar (GPR)
(b) Pengukuran Resistivitas Elektrik (ER) atau Metode Resistivitas Permukaan
(c) Teknik Elektromagnetik
(d) Pengukuran Magnetik
Penyelidikan Air Tanah
a) Pengukuran Tekanan dan Elevasi Muka Air Tanah
Identifikasi kondisi elevasi muka air tanah harus sesuai dengan kondisi elevasi
muka air tanah yang diperoleh dari deskripsi tanah dan contoh.
Pengukuran aliran air yang masuk selama pengeboran dan pengukuran elevasi
muka air tanah minimal dilakukan sekali setelah pengeboran.
Informasi terperinci yang berkaitan dengan observasi elevasi muka air tanah dapat
mengacu pada ASTM D 4750, “Standard Test Method for Determining Subsurface
Liquid Levels in a Borehole or Monitoring Well” dan ASTM D 5092 “Design and
Installation of Groundwater Wells in Aquifers”.
Muka air tanah dalam sumur utama harus diukur pada setiap kali penghentian
pekerjaan dan minimal 12 jam (dapat 24 jam) setelah pengeboran selesai.
Pengukuran elevasi muka air tambahan harus dilakukan pada waktu penyelidikan
lapangan selesai dan pada waktu yang ditentukan oleh tenaga ahli. Kemudian data
dan waktu pengamatan harus dicatat.
Jika lubang bor mengalami keruntuhan, maka kedalaman daerah runtuh harus
dicatat dan dilaporkan sebagai data pengeboran akibat kondisi elevasi muka air
tanah.
b) Uji kelulusan Air di Lapangan
Uji kelulusan air di laboratorium dilakukan pada benda uji tanah asli atau batuan
yang tidak terganggu, atau pada benda uji tanah yang dicetak ulang (remolded),
yang akan digunakan sebagai bahan urugan pada bendungan atau tanggul urugan
tanah. Uji kelulusan air di lapangan dilakukan pada tanah asli (dan batuan) dengan
beberapa metode, termasuk tinggi tekan turun sederhana, packer (uji bertekanan),
pemompaan (kondisi surut), uji slug (impul dinamik) dan uji disipasi.
(1) Uji Kelulusan Air
41 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji kelulusan air dalam lubang antara lain
ialah sebagai berikut :
(a) Metode tinggi tekan naik atau tinggi tekan turun digunakan pada tanah
dengan kelulusan air cukup rendah untuk mendeteksi perubahan elevasi
muka air secara akurat. Dalam uji tinggi tekan turun, rembesan air mengalir
dari lubang bor ke tanah sekelilingnya dan membahayakan terjadinya
penyumbatan pori tanah oleh sedimen. Bahaya ini tidak terjadi dalam uji
tinggi tekan naik yang airnya mengalir dari tanah sekeliling masuk ke lubang
bor. Pada metode tinggi tekan naik, kemungkinan ada bahaya tanah dasar
di ujung lubang bor menjadi lepas jika gradien hidrauliknya terlalu tinggi;
(b) Jika digunakan uji tinggi tekan naik, maka pengujian harus diikuti dengan
pendugaan dasar lubang dengan batang-batang bor untuk menentukan
kemungkinan terjadinya penyembulan dasar. Jika kelulusan air cukup tinggi
dan tidak mungkin dilakukan pengukuran elevasi muka air naik atau turun
dengan akurat, maka digunakan uji tinggi tekan tetap.
(c) Lubang bor untuk uji kelulusan air harus dibor dengan menggunakan hanya
air jernih sebagai pembilas. Hal ini dapat mengakibatkan formasi lumpur
pada dinding lubang atau penyumbatan pori tanah oleh lumpur bor. Jika
lubang bor mencapai tingkat uji yang diinginkan, maka lubang dibersihkan
dengan pengurasan menggunakan air jernih yang dipompa melalui alat bor
dengan pancaran yang terlindung atau yang dibelokkan ke atas.
Pengurasan diteruskan sampai diperoleh permukaan material tidak
terganggu yang bersih di dasar lubang. Kemudian diuji kelulusan airnya
dengan salah satu prosedur di bawah ini.
(d) Data yang dicatat dari setiap uji tanpa mempertimbangkan jenis uji yang
dilakukan terdiri atas:
i) kedalaman permukaan tanah sampai muka air tanah baik sebelum
maupun sesudah pengujian,
ii) diameter dalam pipa lindung,
iii) tinggi pipa lindung di atas muka tanah,
iv) panjang pipa lindung pada penampang uji,
v) diameter lubang bor di bawah pipa lindung,
vi) kedalaman sampai dasar pengeboran dari puncak pipa lindung,
vii) kedalaman sampai muka air tanah konstan dari puncak pipa lindung,
viii) deskripsi material uji.
i)
Metode Uji Muka Air Turun
Dalam uji ini, pipa lindung diisi dengan air yang dapat merembes ke
dalam tanah. Kecepatan turunnya muka air dalam pipa lindung diamati
dengan mengukur kedalaman muka air di bawah puncak pipa lindung
pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit setelah pengujian mulai dilakukan
dan pada interval waktu 5 menit berikutnya. Pengamatan dilakukan
sampai kecepatan turunnya muka air dapat diabaikan atau hasil
pembacaan sudah cukup untuk menentukan kelulusan air tanah.
ii) Metode Uji Muka Air Naik
Metode ini mengacu pada metode time-lag (US Army Corps of
Engineers, 1951) yang terdiri atas menimba air keluar dari pipa lindung
dan melakukan pengamatan secara kontinu terhadap kecepatan
naiknya muka air dalam pipa lindung pada interval-interval waktu sampai
kenaikan muka air dapat diabaikan. Kecepatan diamati dengan
mengukur waktu yang terlewati dan kedalaman muka air di bawah
42 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
puncak pipa lindung. Interval-interval waktu yang diperlukan dalam
pembacaan bervariasi sesuai dengan kelulusan air tanah.
Pembacaan data agar sering dilakukan untuk menentukan diagram
persamaan. Untuk semua keadaan dan pengujian dilakukan lebih dari 5
menit. Uji muka air naik agar diikuti dengan pendugaan dasar lubang bor
untuk menentukan apakah uji ini menyebabkan terjadinya keruntuhan di
ujung lubang bor.
iii) Metode Uji Muka Air Tetap
Dalam metode ini, air diisikan ke dalam pipa lindung hingga mencapai
elevasi puncak atau dekat puncak. Dalam pengujian, elevasi air dijaga
tetap konstan dengan kecepatan pengisian konstan dalam waktu
pengujian minimal 10 menit. Pengisian air dapat dilakukan dengan
menggunakan wadah yang dikalibrasi atau pemompaan melalui alat
ukur air. Pencatatan harus dilakukan dengan mencatat jumlah air yang
diisikan ke dalam pipa lindung pada interval waktu 5 menit setelah uji
mulai dilakukan dan interval waktu 5 menit berikutnya sampai jumlah air
yang diisikan menjadi tetap.
(2) Uji Kelulusan Air Bertekanan (Packer Test)
Pengujian dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam batuan
melalui dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer. Hasil pengujian
berupa koefisien kelulusan air batuan yang digunakan sebagai parameter untuk
analisis rembesan air dan perkiraan pemilihan tipe injeksi untuk menurunkan
koefisien kelulusan air batuan atau untuk meningkatkan kuat geser batuan.
Panjang packer minimal harus lima kali diameter lubang dan berupa jenis alat
yang berkembang secara pneumatik, hidraulik atau mekanik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah seperti berikut :
(a) Jika digunakan packer pneumatik atau hidraulik, maka peralatan harus
dilengkapi dengan sumber tekanan udara atau air yang dihubungkan
melalui alat ukur tekanan ke packer melalui pompa bertekanan tinggi;
(b) Sistem pipa pada packer dirancang agar pengujian dapat dilakukan baik di
ruang antara dua packer (atas dan bawah) maupun ruang di bawah packer
bagian bawah;
(c) Packer agar dipasang secara terpisah antara 0,6;1,5 atau 3 m untuk
memberikan fleksibilitas uji dan mempunyai rangkaian dengan adanya
perbedaan jarak packer, sehingga berlaku uji dengan perbedaan panjang
lubang. Jarak yang lebih besar digunakan untuk batuan yang lebih
homogen, dan jarak yang lebih pendek digunakan untuk uji masing-masing
patahan yang dapat menyebabkan kehilangan air yang tinggi kecuali pada
lapisan yang rapat;
(d) Metode berikut ini agar dilakukan pada batuan yang tidak berpotensi
mengalami pelekukan (cave-in). Setelah lubang bor selesai dibuat, lalu
dibilas dan dicuci dengan air jernih. Kemudian, alat uji dimasukkan ke dalam
lubang sampai puncak packer berada pada puncak batuan yang akan diuji.
Lalu kedua packer dikembangkan dan air bertekanan disuntikkan ke dinding
batuan antara packer dan di bawah packer bagian bawah;
(e) Pengamatan terhadap hubungan antara waktu dengan volume air pompa
pada tekanan yang berbeda harus dicatat. Untuk penyelesaian uji, alat
diturunkan pada jarak sama dengan jarak antara packer dan uji yang
diulangi. Prosedur ini dilanjutkan sampai seluruh panjang lubang telah diuji
43 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam lubang di bawah packer
bawah;
(f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan
dilakukan setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama
dengan panjang batuan maksimum tidak terlindung (unsupported) yang
diijinkan atau jarak antara packer dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal ini,
pengujian hanya berlaku pada zona antara packer;
(g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar
dijaga tidak melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan
overburden pada packer bagian atas. Batasan ini untuk menjaga
kemungkinan penyembulan dan kerusakan pada fondasi. Setiap tekanan
harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai kecepatan aliran
seragam (diambil yang lebih lama);
(h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan,
maka batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik.
Kuantitas aliran untuk setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2
dan 5 menit dan untuk setiap interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk
penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan 300 kPa harus dikurangi pada
200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran dan waktu kejadian
harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama;
(i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka
hal ini menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex)
menunjukkan adanya bukaan tersumbat;
(j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan
(hal ini penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat
menunjukkan bocoran sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling
packer bawah akan diperlihatkan oleh air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,
ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah,
x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah,
xi) deskripsi material uji.
(3) Uji Pemompaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji pemompaan ialah sebagai
berikut :
(a) Sepanjang masing-masing garis
sumur, yang paling dalam harus
observasi yang terluar harus
terpengaruh kondisi surut, dan
ditempatkan agar kurva kondisi
sesuai dengan perkiraan;
radial minimum harus ada empat buah
berjarak 7,5 m dari sumuran uji. Sumur
ditempatkan pada batas yang masih
sumur observasi bagian tengah harus
surut dapat digambarkan dengan baik
(b) Pompa uji ini harus mempunyai kapasitas 1,5 - 2 kali aliran maksimum yang
mungkin terjadi dan harus dapat menghasilkan garis aliran yang cukup
panjang untuk mencegah kemungkinan aliran air kembali ke lapisan yang
44 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
sedang diuji. Garis udara, lengkap dengan alat uji pressuremeter, pompa
tangan dan katup pemeriksa harus dikencangkan sekali pada waktu
pemompaan air, jika tidak, maka harus kurang dari 0,6 m di luar ujung garis
hisapan. Alat ukur aliran harus berupa jenis visual seperti sebuah lengkung
(orifice);
(c) Data dasar sumuran uji yang harus dicatat ialah sebagai berikut :
i) lokasi, elevasi puncak dan kedalaman sumur;
ii) ukuran dan panjang semua pipa lindung kosong dalam sumur;
iii) diameter, panjang, dan lokasi semua saringan pipa lindung yang
digunakan, serta jenis dan ukuran lubang saringan dan material/bahan
saringan;
iv) jenis filter yang digunakan, jika ada;
v) elevasi air dalam sumur sebelum pengujian;
vi) lokasi dasar garis udara.
(d) Informasi yang diperlukan untuk setiap sumur observasi adalah
i)
ii)
iii)
iv)
v)
vi)
lokasi, elevasi puncak, dan kedalaman sumur;
ukuran dan elevasi dasar pipa lindung (setelah pemasangan sumur);
lokasi semua bagian pipa lindung kosong;
pabrik pembuat, tipe, ukuran pipa, dan lain-lain;
kedalaman dan elevasi sumur;
muka air dalam sumur sebelum pengujian.
(e) Data uji kondisi surut yang dicatat untuk setiap kecepatan aliran terdiri atas
debit aliran dan kondisi surut dari sumur uji dan masing-masing sumur
observasi pada interval waktu.
(f) Pembacaan dilanjutkan sampai muka air kembali ke muka air pemompaan
awal atau sampai diperoleh data yang cocok. Kurva hubungan antara
kondisi surut dan waktu menggambarkan garis lurus setelah beberapa
menit pemompaan pertama. Jika kondisi keseimbangan sebenarnya dapat
ditentukan, kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu akan menjadi
horisontal.
16)
Uji Laboratorium Tanah dan Jaminan Mutu
a) Uji Laboratorium
Tenaga ahli geoteknik harus mengenal dan memahami permasalahan yang ada di
proyek sehingga dapat mengoptimasi program pengujian terutama uji tegangan
dan konsolidasi.
(1) Pemilihan dan Penentuan Uji
Pertimbangan uji laboratorium seperti bilamana, jumlah, dan jenis uji hanya
dapat ditentukan oleh tenaga ahli geoteknik yang berpengalaman. Kriteria
minimal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lingkup program uji
laboratorium adalah sebagai berikut :
(a) jenis proyek (bangunan air, bendungan, rehabilitasi, gedung, dan lain-lain);
(b) ukuran proyek;
(c) beban yang bekerja pada tanah fondasi;
(d) jenis beban (misal statik, dinamik, dan lain-lain);
(e) toleransi kritis untuk proyek (misal batasan penurunan);
45 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(f) perubahan horisontal dan vertikal dalam profil tanah, seperti ditentukan dari
pencatatan pengeboran dan identifikasi visual jenis tanah dalam
laboratorium;
(g) ditemukan tanah bersifat khusus atau dicurigai pada lokasi proyek (misal
tanah mengembang, tanah kolapsibel, organik dan lain-lain);
(h) adanya pengamatan intrusi, cermin sesar, rekahan dan lain-lain secara
visual.
(2) Identifikasi Visual Tanah
Prosedur uji adalah sebagai berikut:
(a) Prosedur uji dilakukan dengan cara pengujian visual secara manual yang
harus dilakukan dengan tepat untuk mengetahui baik persentase bahan
halus, persentase relatif kerikil, pasir, lanau dan lempung maupun unsur
pokok dan komposisinya;
(b) Penjelasan uji
i)
Sebelum menentukan uji laboratorium, semua contoh tanah yang
diserahkan ke laboratorium harus dilakukan uji visual dan identifikasi.
Tenaga ahli geoteknik hadir dan memahami selama pembukaan contoh
untuk keperluan inspeksi visual. Selain itu, tenaga ahli geoteknik harus
tetap berhubungan dengan laboratorium, agar dapat memberikan
bantuan yang bermanfaat dalam memperkirakan hasil uji tanah.
ii) Contoh terganggu
Uji visual contoh terganggu terbatas pada warna, kadar (misalnya kerikil,
pasir dan lain-lain) dan konsistensi, contoh harus disimpan dalam kaleng
tertutup atau plastik sehingga kadar air dapat dijaga mendekati atau
sama dengan kondisi di lapangan. Jika diperoleh lebih dari satu contoh
dari deposit yang sama, maka keseragaman atau kekurangan contoh
harus ditentukan pada tahap ini.
iii) Contoh tidak terganggu
9Contoh tidak terganggu harus dibuka pada waktu uji satu contoh pada
suatu waktu. Sebelum pembukaan, nomor contoh, kedalaman dan
tanda identifikasi lain yang ditempatkan pada tabung contoh atau
pembungkus harus diperiksa terhadap catatan pengeboran lapangan.
Contoh harus diletakkan dengan sisi-sisinya pada permukaan meja
yang bersih. Untuk contoh lunak, harus didukung oleh tempat contoh
yang ukurannya cocok dan tidak boleh diuji pada permukaan meja
datar.
9Contoh harus diperiksa dalam ruang lembab, jika memungkinkan atau
dalam ruang dengan temperatur tidak terlalu panas atau dingin. Jika
contoh tidak dibungkus, maka teknisi, tenaga ahli geoteknik atau
geologi dapat menguji identitas contoh dari warna, jenis tanah,
perubahan dan diskontinuitas yang tampak dari bentuk permukaan,
seperti lapisan lanau dan pasir, jejak/bekas organik, celah, serpih,
mika, mineral lain, dan ciri-ciri penting lainnya.
9Kuat geser relatif yang dapat ditentukan dengan penetrometer manual,
agar dicatat selama proses berlangsung. Contoh harus ditangani
dengan sangat hati-hati untuk menghindari gangguan pada material.
Pengujian harus dilakukan dengan cepat sebelum terjadi perubahan
kadar air alami.
(3) Sifat Fisik Tanah
(a) Kadar Air
46 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Uji kadar air bertujuan untuk mengukur jumlah air yang ada dalam tanah
sesuai dengan berat keringnya, untuk memperoleh karakteristik kuat geser,
penurunan dan parameter lainnya secara korelasi empirik. Uji dapat
dilakukan dengan standar uji SNI 03-1976, SNI 03-1965-1990 Metode
Pengujian Kadar Air Tanah atau
ASTM D 4959 Test Method for
Determination of Water (Moisture) Content of Soil by Direct Heating Method.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mengeringkan tanah dalam oven pada
temperatur 110 ± 50 C dengan berat tetap (penguapan air bebas) yang
dilakukan selama 12 jam sampai dengan 18 jam.
(b) Berat Jenis
Tujuan uji berat jenis adalah untuk mengukur berat jenis butiran tanah. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-1964-1990
Metode Pengujian Berat Jenis Tanah / ASTM D 854 Test Method for
Specific Gravity of Soils, PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mengukur berat jenis sebagai rasio
berat dengan volume tertentu bahan padat tanah pada temperatur tertentu
terhadap berat air suling dengan volume yang sama pada temperatur
tersebut, yang diambil dalam temperatur udara.
(c) Berat Volume
Pengukuran berat volume contoh tanah tidak terganggu di laboratorium,
dilakukan secara sederhana dengan menimbang bagian contoh tanah dan
membaginya dengan volume (SNI-03-3637-1994 Metode Pengujian Berat
Isi Tanah Berbutir Halus Dengan Cetakan Benda Uji). Kadar air harus
dihasilkan pada waktu yang sama untuk memberikan konversi yang
diperlukan dari berat volume total hingga berat volume kering.
Jika contoh tidak terganggu tidak tersedia, maka berat volume dievaluasi
dari hubungan berat volume antara kadar air dan atau angka pori maupun
derajat kejenuhan yang diasumsi atau yang teruji.
(d) Analisis Saringan
Uji analisis saringan dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI
03-1975-1990 Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah
Mengandung Agregat, SNI 03-3423-1994 Metode Pengujian Analisis
Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer, ASTM D 422 Test Method for
Particle Size Analysis of Soils atau ASTM D 1140 Test Method for Amount
of Material in Soils Finer than the No. 200 (75μm). Tujuan uji analisis
saringan adalah untuk mengukur persentase berbagai ukuran butir.
Distribusi ukuran butir digunakan untuk menentukan klasifikasi tekstur tanah
(misal kerikil, pasir, lempung lanauan dan lain-lain) yang akan digunakan
dalam evaluasi karakteristik teknik seperti kelulusan air, kekuatan dan
potensi swelling.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mencuci contoh yang representatif dan
disiapkan melalui serangkaian saringan. Jumlah material yang tertahan
pada masing-masing saringan dikumpulkan dalam keadaan kering dan
ditimbang untuk mengukur persentase material yang melewati ukuran
saringan itu.
(e) Analisis Hidrometer
Uji analisis hidrometer dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut Tanah atau ASTM D
47 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
1140 Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No. 200
(75μm).
Tujuan uji ini adalah untuk mengukur distribusi (persentase) ukuran butiran
yang lebih kecil dari saringan No.200 (<0,075 mm) dan mengidentifikasi
persentase lanau, lempung dan koloida dalam tanah.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mencampur tanah yang melewati
saringan No. 200 dengan dispersant dan air suling, lalu ditempatkan dalam
gelas ukur dalam keadaan suspensi cair. Berat jenis campuran diuji secara
berkala dengan menggunakan hidrometer, yang dikalibrasi untuk mengukur
laju penurunan butiran tanah. Ukuran relatif dan persentase butiran halus
diukur berdasarkan hukum Stokes yaitu untuk pengendapan butiran bulat.
(f) Batas-Batas Atterberg
Uji batas-batas Atterberg dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-1966-1990 Metode Pengujian Batas Plastis Tanah, SNI 03-19671990 Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande, SNI 03-19751990 Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung
Agregat, SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut Tanah, PT-03,
SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 atau ASTM D 4318 Test Method
for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index if Soils.
Untuk menggambarkan konsistensi dan plastisitas tanah berbutir halus
dengan perubahan derajat kadar air diperlukan uji batas-batas Atterberg.
(g) Uji Kompaksi (Hubungan Antara Kadar Air dan Kepadatan)
Uji kompaksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 031742-1989 Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah atau ASTM
D 698 Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 5.5-lb (2.49-kg) Rammer and 12-in (305-mm) Drop, SNI 031743-1989 Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah atau D 1557
Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate Mixtures
Using 10-lb (4.54-kg) Rammer and 18-in (457-mm) Drop.
Tujuan uji adalah untuk mengetahui kepadatan kering maksimum yang
diperoleh di bawah tenaga pemadatan nominal tertentu untuk suatu tanah
dan kadar air optimum sesuai dengan kepadatan.
(h) Klasifikasi Tanah
Tujuan uji klasifikasi tanah adalah untuk memberikan informasi ringkas jenis
dan karakteristik dasar tanah, manfaatnya sebagai material konstruksi
bangunan atau fondasi, unsur pokok dan lain-lain. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2487 Test Method for
Classification of Soils for Engineering Purposes dan D 3282 The Unified Soil
Classification System (USCS).
Pengelompokan tanah dikategorikan berdasarkan hasil-hasil uji sifat fisik
tanah. Nama kelompok dan simbol disusun sesuai dengan The Unified Soil
Classification System (USCS) )-ASTM D 3282 atau ASTM D 2487 Test
Method for Classification of Soils for Engineering Purposes.
Deskripsi/klasifikasi tanah dinyatakan dengan aspek-aspek yang terdiri atas:
i)
Konsistensi nyata (untuk tanah berbutir halus) atau sifat kepadatan
(untuk tanah berbutir kasar), sifat kadar air, deskripsi warna.
48 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
ii) Nama jenis tanah mineral ditambah dengan “y” yaitu komponen mineral
butiran halus <30%, tetapi >12% atau komponen mineral butiran kasar ≥
30%.
iii) Gambaran sifat jenis tanah utama, sifat distribusi ukuran butiran kerikil
dan pasir, sifat plastisitas dan tekstur tanah (lanauan atau lempungan)
untuk lanau atau lempung inorganik dan organik.
iv) Nama jenis tanah utama (semua huruf besar), sifat deskriptif “dengan”
untuk jenis tanah mineral berbutir halus sebesar 5 - 12% atau untuk
jenis tanah mineral berbutir kasar sebesar < 30% tetapi ≥ 15%, dan
istilah deskriptif untuk jenis-jenis tanah mineral.
v) Gangguan misalnya pembetonan, sementasi.
vi) Pengelompokan nama dan simbol mengikuti USCS.
vii) Nama geologi jika diketahui ditulis dalam tanda kurung atau kolom
catatan.
(i) Korosivitas Tanah
Tujuan uji korosivitas tanah adalah untuk mengetahui sifat agresif dan
korosivitas tanah, pH, kadar sulfat dan klorida tanah. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM G 51 Test Method for pH of Soil
for Use in Corrosion Testing, D 512 Test Method for Chloride Content, D
1125 Test Method for Resistivity, D 2976 Test Method for pH of Peat
Materials, D 4230 Test Method for Sulfate Content, D 4972 Test Method for
pH of Soils.
(j) Resistivitas Tanah
Tujuan uji resistivitas tanah adalah untuk mengukur potensi korosi tanah. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM G 57 Field
Measurement of Soil Resistivity (Wenner Array).
(k) Kadar Organik Tanah
Tujuan uji kadar organik tanah adalah untuk membantu penggolongan
tanah dan identifikasi karakteristik teknik tanah. Uji ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2974 Test Methods for
Moisture, Ash and Organic Matter of Peat and Other Organic Soils.
(4) Sifat Teknis Tanah
Sifat teknik tanah ditentukan dengan melakukan uji-uji yang terdiri atas uji kuat
geser, analisis tegangan total dan efektif, uji kuat geser tanah terkekang, uji
kekuatan triaksial, uji kuat geser langsung, uji resonant column, dan uji geser
baling mini (miniature vane). Parameter-parameter yang diperoleh dari hasil uji
tersebut digunakan untuk analisis dan desain pondasi dan timbunan pada
bangunan air dan bendungan, serta bangunan pelengkapnya.
(a) Uji Kuat Geser
Kuat geser harus ditentukan berdasarkan gabungan uji lapangan dan
laboratorium. Hasil uji laboratorium memberikan parameter kuat geser
acuan dengan batasan dan pembebanan yang terkontrol.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
i)
Untuk lempung, digunakan uji laboratorium yang mencakup uji tekan
tidak terkekang (UC=unconfined compression) atau uji tidak
terkonsolidasi tidak terdrainase (UU).
ii) Contoh tidak terganggu maupun contoh yang dicetak ulang (remolded)
atau yang dipadatkan dapat digunakan untuk uji kuat geser. Untuk uji
49 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kuat geser tanah terganggu dan tanah dicetak ulang, benda uji harus
dipadatkan atau distabilkan pada kadar air dan kepadatan tertentu. Jika
pengambilan contoh tidak terganggu tidak praktis (misal tanah pasiran
dan tanah kerikilan), maka perlu disiapkan benda uji cetak ulang yang
mendekati kepadatan dan kadar air alami untuk pengujian.
(b) Uji Kuat Geser Tanah Terkekang (Unconfined Compression Strength
UCS)
=
Tujuan uji kuat geser tanah terkekang adalah untuk mengukur kuat geser
tidak terdrainase (cu) lempung dan lempung lanauan. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji SNI 03-3638 Metode Pengujian Kuat
Tekan Bebas Tanah Kohesif atau ASTM D 2166 Test Method for
Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil.
(c) Uji Kekuatan Triaksial
Uji kekuatan triaksial bertujuan untuk mengetahui karakteristik kekuatan
tanah yang mencakup informasi rinci pengaruh tekanan lateral, tekanan air
pori, drainase dan konsolidasi. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji SNI 03-4813 Metode Pengujian Triaksial Untuk Tanah Kohesif
Dalam Keadaan Tanpa Konsolidasi dan Drainase, SNI 03-2455 Metode
Pengujian Triaxial A, SNI 03-2815-1992 Metode Pengujian Triaxial B atau
ASTM D 2850 Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive
Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression, D 4767 Test Method for
Consolidated-Undrained Triaxial Compression Test on Cohesive Soils.
(d) Uji Kuat Geser Langsung
Uji kuat geser langsung mempunyai tujuan untuk mengukur kuat geser
tanah sepanjang permukaan bidang datar yang telah ditentukan
sebelumnya (horisontal). Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
uji SNI 03-3420-1994 Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung Tidak
Terkonsolidasi Tanpa Drainase atau ASTM D 3080 Test Method for Direct
Shear Test of Soils Under Consolidated Drained Conditions.
(e) Uji Resonant Column
Tujuan uji resonant column adalah untuk menentukan karakteristik modulus
geser (Gmax atau G0) dan redaman (D) tanah pada regangan kecil sebagai
akibat adanya gaya-gaya dinamik, khususnya akibat goncangan gempa
pada tanah dan fondasi mesin. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji ASTM D 4015 Test Methods for Modulus and Damping of Soils
by the Resonant Column Method.
(f) Uji Geser Baling Mini (Miniature Vane)
Tujuan uji geser baling mini adalah untuk menentukan kuat geser tidak
terdrainase (su) dan sensitivitas (St) lanau dan lempung jenuh. Uji dapat
dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM D 4648 Test Method for
Laboratory Miniature Vane Shear Test for Saturated Fine-Grained Clayey
Soil.
(5) Kelulusan Air
Tujuan uji kelulusan air adalah untuk menentukan potensi aliran air melalui
tanah. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2434
Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head) (tanah butiran),
D 5084 Test Method for Measurement of Hydraulic Conductivity of Saturated
Porous Materials Using a Flexible Wall Permeameter (semua jenis tanah), SNI
50 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
03-2435-1991 Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan Air untuk
Contoh Tanah dan PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
(6) Konsolidasi
(a) Uji Konsolidasi Satu Dimensi
Tujuan uji konsolidasi satu dimensi adalah untuk menentukan sifat-sifat
tegangan prakonsolidasi, karakteristik tekanan, rayapan, kekakuan, dan laju
aliran dari tanah akibat pembebanan. Uji dapat dilakukan dengan mengacu
pada standar uji SNI 03-2812 Metode Pengujian Konsolidasi Tanah Satu
Dimensi atau ASTM D 2435 Test Method for One Dimensional
Consolidation Properties of Soils. Uraian prosedur dan penjelasan uji adalah
sebagai berikut.
(b) Uji Potensi Pengembangan (Swelling) Tanah Lempung
Tujuan uji potensi pengembangan adalah untuk memperkirakan potensi
pengembangan (swell) tanah ekspansif. Uji dapat dilakukan dengan
mengacu pada standar uji SNI 12-6423 atau ASTM D 4546 Test Methods
for One-Dimensional Swell or Settlement Potential of Cohesive Soils.
(c) Uji Potensi Kolapsibel Untuk Tanah (Collapse Potential of Soils)
Tujuan uji kolapsibel tanah adalah untuk memperkirakan potensi
kolaps/runtuhnya tanah. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
uji ASTM D 5333 Test Method for Measurement of Collapse Potenstial of
Soils.
(7) Uji Pinhole
Tujuan uji pinhole (SNI-03-3405 Metode Pengujian Sifat Dispersif Tanah
Dengan Alat Pinhole) adalah untuk mengidentifikasi tanah lempungan yang diuji
apakah bersifat mudah tergerus atau tidak. Tanah lempung yang mudah
tergerus disebabkan karena proses pelarutan dan dikategorikan sebagai
lempung bersifat khusus yang disebut sebagai tanah dispersif (dispersive
clays).
b) Jaminan Mutu Uji Laboratorium
Kemampuan mengatur kualitas contoh sangat bergantung pada program jaminan
mutu yang harus diikuti oleh staf lapangan dan laboratorium. Perubahan sifat-sifat
material tanah yang signifikan dapat diakibatkan karena penyimpanan yang tidak
memadai, transportasi dan penanganan contoh hasil uji yang tidak baik, yang
kemudian akan berpengaruh pada desain.
(1) Penyimpanan
Contoh tanah tidak terganggu harus diangkut dan disimpan dengan baik,
sehingga struktur dan kadar airnya terjaga dan sedapat mungkin mendekati
kondisi alami (ASTM D 4220 Practices for Preserving and Transporting Soil
Samples dan D 5079 Practices for Preserving and Transporting Rock Core
Samples). Benda uji yang disimpan dalam wadah khusus tidak boleh
ditempatkan dalam pengaruh langsung sinar matahari, meskipun untuk
sementara waktu. Contoh tanah tidak terganggu harus disimpan dalam posisi di
atas dengan puncak pada bagian atas.
Jika tidak ditentukan lain, ada berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam
penyimpanan contoh uji adalah sebagai berikut.
51 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(a) Penyimpanan contoh tanah jangka panjang harus dalam keadaan
temperatur yang terkontrol. Kelembapan relatif tanah dengan penyimpanan
secara normal harus dijaga pada 90 % atau lebih tinggi;
(b) Contoh tanah tidak disimpan dalam tabung contoh untuk jangka panjang,
sebab tabung contoh dapat mengalami korosi. Selain itu adanya adhesi
tanah menyebabkan tabung dapat berinteraksi dan mengalami proses
ekstrusi sehingga tanah mengalami keruntuhan internal. Keruntuhan ini
tidak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi dengan melalui grafik radio
sinar-X(ASTM D 4452). Jika contoh ini diuji sebagai benda uji tidak
terganggu, maka hasilnya akan keliru;
(c) Penyimpanan contoh untuk jangka panjang, walaupun dalam keadaan baik,
tetap dapat menyebabkan perubahan karakteristik contoh. Contoh tanah
yang disimpan lebih dari 15 hari akan mengalami perubahan besar dalam
karakteristik kekuatan. Contoh tanah yang disimpan dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan kualitas benda uji menurun dan sering kali hasil
ujinya tidak dapat dipercaya (tidak handal). Relaksasi tegangan, perubahan
temperatur dan bukaan yang telah berlangsung lama akibat pengaruh
lingkungan dapat berdampak serius pada karakteristik contoh.
(2) Penanganan Contoh
Penanganan contoh tanah tidak terganggu yang tidak hati-hati dapat
menimbulkan gangguan besar dengan risiko yang serius pada desain dan
konstruksi. Contoh harus selalu ditangani oleh personil yang berpengalaman
dengan cara yang telah ditentukan sehingga selama persiapan contoh akan
terjaga integritas strukturalnya dan kondisi kadar airnya. Gergaji dan pisau yang
digunakan untuk memotong tanah harus bersih dan tajam.
Waktu persiapan harus dijaga seminimum mungkin, terutama jika pemeliharaan
kadar air menjadi faktor penting/serius. Selama persiapan, benda uji tidak boleh
terbuka atau terpengaruh langsung sinar matahari atau hujan. Jika contoh
dijatuhkan pada waktu masuk atau keluar dari kontainer, maka dapat dipastikan
contoh akan terganggu. Contoh tersebut tidak boleh digunakan untuk uji khusus
(misal modulus elastis, triaksial) yang memerlukan benda uji tidak terganggu.
(3) Pemilihan Benda Uji
Benda uji yang dipilih agar merupakan lapisan tanah yang mewakili untuk
pengujian.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh teknisi laboratorium senior, tenaga ahli
geologi dan atau tenaga ahli geoteknik adalah studi log bor, pemahaman
keadaan geologi setempat, dan pengujian visual contoh sebelum pemilihan
benda uji dilakukan.
Contoh harus dipilih berdasarkan warna, penampilan fisik dan bentuk
strukturnya. Benda uji agar dipilih yang dapat menggambarkan semua jenis
tanah setempat/insitu yang ada di lokasi pada waktu keadaan baik atau buruk.
Contoh dengan diskontinuitas dan intrusi dapat menyebabkan potensi
runtuh/kolaps awal dalam laboratorium walaupun tidak terjadi di lapangan.
Kolaps/runtuhnya tanah itu harus dicatat tetapi tidak merupakan representasi
deposit lapisan tanah secara keseluruhan.
Jika tidak ditentukan lain, ada berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam
penanganan contoh, persiapan, dan prosedur uji laboratorium yang memadai
adalah sebagai berikut :
- Lindungi contoh terhadap perubahan kadar air dan gangguan struktural;
52 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- Pada waktu mengeluarkan contoh, maka contoh harus didukung dengan baik,
dan hati-hati;
- Hindari penyimpanan contoh tanah jangka panjang dalam tabung Shelby;
- Beri nomor dan identifikasi contoh dengan baik;
- Simpan contoh dalam keadaan terkontrol dengan baik;
- Periksa secara visual dan identifikasi contoh tanah setelah dikeluarkan dari
tabung terhadap pengaruh gesekan dengan permukaan tabung;
- Gunakan penetrometer saku atau baling mini untuk menghasilkan kuat geser
tanah;
- Pilih dengan hati-hati benda uji yang tepat untuk pengujian;
- Jumlah contoh harus cukup untuk pemilihan;
- Periksa catatan hasil pengeboran untuk pemilihan benda uji yang memadai.
- Kenali gangguan akibat pengambilan contoh, adanya pemotongan, lumpur
bor atau material asing lainnya, dan hindari selama pemilihan benda uji;
- Jangan
bergantung sepenuhnya pada identifikasi visual tanah untuk
klasifikasi;
- Lakukan selalu uji kadar organik bila mengklasifikasi tanah gambut atau tanah
organik. Klasifikasi visual tanah organik kemungkinan mengalami kesalahan;
- Keringkan tanah dalam oven dengan temperatur (1100 ± 50C), jangan terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah;
- Ganti alat yang sudah kurang berfungsi, misalnya saringan yang sudah tua
terutama saringan halus (< No.40) yang perlu sering diperiksa dan diganti,
mold kompaksi atau palu yang rusak (kesalahan dalam volume mold
kompaksi dikalikan dengan 30 bila dikonversikan ke satuan volume) harus
diperiksa dan diganti jika diperlukan;
- Kinerja batas-batas Atterberg memerlukan tinggi jatuh alat batas cair yang
ditentukan dengan hati-hati dan penggulungan benda uji batas plastis yang
tepat;
- Jangan menggunakan air keran dalam pengujian jika telah ditentukan dengan
air suling;
- Lakukan perawatan (curing) dan stabilisasi benda uji dengan sebaik mungkin;
- Jangan mengasumsi bahwa semua contoh yang diterima adalah jenuh;
- Penjenuhan harus dilakukan dengan menggunakan tekanan balik bertahap
yang memadai;
- Gunakan cincin-O terpasang, membran dan lain-lain yang cocok dalam uji
triaksial atau kelulusan air;
- Potong dengan rata ujung dan tepi contoh tidak terganggu;
- Lakukan identifikasi cermin sesar dan rongga/celah alami dengan hati-hati,
dan buat laporannya;
- Jangan melakukan kesalahan identifikasi keruntuhan akibat cermin sesar
seperti keruntuhan geser;
- Jangan menggunakan hasil uji tekanan tidak terkekang
regangan) untuk menentukan modulus elastis;
53 dari 75
(kurva tegangan-
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- Beban tambahan untuk uji konsolidasi hanya dilakukan setelah penyelesaian
masing-masing tahap konsolidasi primer;
- Gunakan kecepatan pembebanan yang tepat untuk uji kekuatan;
- Jangan mengestimasi kurva e-log p dari uji konsolidasi yang dipercepat dan
tidak lengkap;
- Hindari benda uji tanah yang rusak, terganggu oleh pengambilan contoh atau
penanganan, untuk uji tanah tidak terganggu;
- Beri label dengan benar pada benda uji di laboratorium;
- Jangan mengambil jalan pintas dengan menggunakan alat yang tidak standar
atau prosedur uji yang tidak standar;
- Lakukan kalibrasi secara berkala semua alat uji atau prosedur uji yang tidak
standar;
- Lakukan uji pada sejumlah benda uji dengan cukup, untuk mendapatkan hasil
uji yang representatif dari tanah yang berbeda.
(4) Kalibrasi Alat
Semua alat uji laboratorium harus diperiksa secara berkala untuk verifikasi
sehingga memenuhi toleransi yang ditentukan oleh prosedur uji SNI dan ASTM.
Saringan, oven, mold kompaksi, sel triaksial dan kelulusan air harus diperiksa
secara berkala untuk memastikan bahwa telah memenuhi toleransi ukuran
bukaan, temperatur dan volumetrik.
Alat uji tekanan atau tarikan yang mencakup cincin proving dan transduser
harus diperiksa per bagian dan dikalibrasi minimal satu kali setahun dengan
menggunakan alat yang telah diakreditasi oleh instansi berwenang. Timbangan
khususnya jenis elektronik harus diperiksa minimal satu kali setiap hari untuk
memastikan bahwa alat tersebut telah ditempatkan dan ditentukan dengan
memadai. Alat elektronik dan perangkat lunak harus diperiksa secara berkala
(misal per bagian) untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.
17)
Uji Laboratorium Batuan dan Jaminan Mutu
Uji laboratorium batuan dilakukan untuk menentukan kekuatan dan sifat elastis benda
uji batuan utuh dan potensi degradasi dan disintegrasi batuan. Parameter batuan yang
dihasilkan digunakan dalam desain urugan batuan, lereng galian, fondasi dangkal dan
dalam, terowongan, dan perkiraan material pelindung kemiringan tanah (rip-rap).
Parameter deformasi dan kekuatan dari benda uji utuh akan membantu dalam evaluasi
massa batuan dengan skala lebih besar yang dikontrol secara signifikan dengan ciri-ciri
adanya retakan, rekahan dan diskontinuitas (jarak, kekasaran, orientasi, isian), tekanan
air dan keadaan tegangan geostatik.
a) Uji Laboratorium
(1) Uji Kekuatan Batuan
(a) Indeks Beban Titik (Kekuatan)
Tujuan uji indeks beban titik adalah untuk menentukan klasifikasi kekuatan
batuan dengan uji indeks. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji SNI 03-2814 Cara Uji Indek Kekuatan Batuan Dengan Beban
Titik atau ASTM D 5731 Test Method for Determining Point Load Index
( I S ).
(b) Uji Tekan Uniaksial (UCS = Uniaxial Compression Strength)
54 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tujuan uji tekan uniaksial adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial
batuan (qu = σu = σc). Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-2825 Cara Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu atau ASTM D 2938 Test
Method for Unconfined Compressive Strength of Intact Core Specimens.
(c) Uji Tarik Belah Batuan Utuh Tidak Langsung (Splitting Tensile Test =
Brazilian Test)
Tujuan uji tarik belah batuan utuh tidak langsung adalah untuk
mengevaluasi geser tarik inti batuan utuh secara tidak langsung, σT. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji atau SNI 06-2486 Cara
Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara Tidak Langsung
atau ASTM D 3967 Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens.
(d) Uji Kuat Geser Langsung Batuan (Direct Shear Strength)
Tujuan uji kuat geser langsung batuan adalah untuk mengetahui
karakteristik kuat geser batuan sepanjang bidang perlemahan. Uji dapat
dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 06-2486 Cara Uji
Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara Tidak Langsung atau
ASTM D 3967 Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens.
(2) Uji Ketahanan
(a) Uji Tahan Lekang Batuan (Slake Durability Tests)
Tujuan uji tahan lekang batuan adalah untuk mengetahui ketahanan serpih
atau batuan lunak lainnya yang mengalami siklus pembasahan dan
pengeringan. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 033406 Cara Uji Sifat Tahan Lekang Batu atau ASTM D 4644 Test Method for
Slake Durability of Shales and Similar Weak Rocks.
(b) Keawetan Riprap (Soundness)
Tujuan uji keawetan riprap adalah untuk menentukan keawetan batuan
yang mengalami erosi. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
uji ASTM D 5240.
(3) Karakteristik Deformasi Batuan Utuh
(a) Uji Modulus Elastistas
Tujuan uji modulus elastistas adalah untuk mengetahui karakteristik
deformasi batuan utuh dengan regangan antara dan perbandingan yang
memadai dengan jenis batuan utuh lainnya. Uji dapat dilakukan dengan
mengacu pada standar uji ASTM D 3148 Test Method for Elastic Moduli of
Intact Rock Core Specimens in Uniaxial Compression.
(b) Uji Ultrasonik
Tujuan uji ultrasonik adalah untuk mengukur kecepatan pulsa gelombang
tekan dan geser dalam batuan utuh dan konstanta elastis ultrasonik dari
batuan isotropik. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
ASTM D 2845 Test Method for Laboratory Determination of Pulse Velocities
and Ultrasonic Elastic Constants of Rock.
b) Jaminan Mutu Uji Laboratorium Batuan
Pedoman penanganan dan penyimpanan inti batuan yang memadai dapat
mengacu pada ASTM D 5079 (Practices for Preserving and Transporting Rock
Core Samples).
55 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Jika tidak ditentukan lain, acuan umum penanganan contoh dan uji laboratorium
batuan dapat dijelaskan sebagai berikut.
(1)
Contoh harus dilindungi untuk mencegah hilangnya kelembapan dan
gangguan struktural;
(2)
Beri penomoran dan identifikasi contoh yang cocok dengan jelas;
(3)
Penyimpanan contoh dikontrol terhadap lingkungan untuk mencegah
pengeringan, pemanasan berlebih, dan pembekuan;
(4)
Jaga dengan baik penanganan dan pemilihan benda uji yang memadai;
(5)
Periksa catatan hasil pengeboran di lapangan pada waktu pemilihan benda
uji;
(6)
Pahami gangguan dan retakan akibat prosedur pengeboran inti;
(7)
Pemeliharaan peralatan cetak dan uji dalam kondisi operasi yang baik;
(8)
Gunakan fittings, platens, o-rings, dan membran yang memadai dalam uji
triaksial, uniaksial, dan geser;
(9)
Berikan toleransi yang baik dalam pencetakan bagian ujung dan tepi inti utuh;
(10) Buat dokumentasi frekuensi, jarak, kondisi, dan isian rekahan dan
diskontinuitas;
(11) Lakukan kalibrasi berkala untuk alat-alat ukur beban, defleksi, suhu dan
waktu;
(12) Gunakan kecepatan pembebanan yang ditentukan dengan baik untuk uji
kekuatan;
(13) Buat foto dokumentasi contoh inti, pola retakan dan benda uji untuk laporan;
(14) Hati-hati mengarahkan dan meratakan semua benda uji dalam arah
pembebanan alat dan kerangka uji;
(15) Catat garis dasar awal, offset dan eksentrisitas sebelum pengujian;
(16) Amankan potongan batuan yang rusak (remnant) setelah pelaksanaan uji
uniaksial, triaksial, dan geser langsung;
(17) Lakukan uji yang tidak merusak (misalnya porositas, berat volume, ultrasonik)
sebelum uji kekuatan yang dapat merusak batuan (tekanan, tarik, geser).
5.4
Penyusunan Laporan Hasil Penyelidikan Geoteknik
1) Jenis-Jenis Laporan
Dalam rangka penyelesaian program penyelidikan lapangan dan pengujian
laboratorium, tenaga ahli geoteknik harus mengkompilasi, mengevaluasi dan
menginterpretasi data dan melakukan analisis untuk desain fondasi, galian,
bendungan (urugan), dan bangunan lain yang diperlukan. Selain itu, tenaga ahli
geoteknik bertanggung jawab dalam pembuatan laporan penyelidikan geoteknik
dan rekomendasi teknik khusus.
Pada umumnya harus disiapkan satu atau lebih dari tiga jenis laporan, yaitu
laporan penyelidikan geoteknik (buku data), laporan desain geoteknik, atau laporan
lingkungan tanah. Pemilihan jenis laporan bergantung pada ketentuan perwakilan
(pemilik) proyek dan kesepakatan antara tenaga ahli geoteknik dan perencana
bangunan. Kebutuhan berbagai jenis laporan pada proyek utama bergantung pada
ukuran proyek, tahapan dan kompleksitasnya.
56 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
a) Laporan Penyelidikan Geoteknik
Laporan penyelidikan geoteknik menyajikan data khusus lapangan dan
mencakup tiga komponen utama sebagai berikut :
(1) Latar belakang informasi
Bagian laporan pendahuluan merangkum penjelasan tenaga ahli
geoteknik, fasilitas pelaporan yang akan disiapkan dan tujuan penyelidikan
geoteknik. Bagian ini mencakup informasi persyaratan beban, deformasi
dan tambahan kinerja, deskripsi umum kondisi lapangan, bentuk (ciri-ciri)
dan sifat geologi, drainase, lapisan penutup tanah dasar dan kemampuan
jalan masuk, serta setiap keganjilan di lapangan yang dapat
mempengaruhi pekerjaan desain.
(2) Lingkup pekerjaan
Bagian kedua dari laporan penyelidikan memuat dokumentasi yang
melingkupi program penyelidikan dan prosedur khusus yang digunakan
untuk melaksanakan penyelidikan. Bagian ini menguraikan identifikasi
jenis-jenis metode penyelidikan, jumlah, lokasi dan kedalaman
pengeboran, sumuran uji dan uji setempat, jenis dan frekuensi
pengambilan contoh, tanggal penyelidikan lapangan, sub kontraktor
pelaksana pekerjaan, jenis dan jumlah uji laboratorium, standar uji, dan
setiap perubahan dari prosedur konvensional.
(3) Presentasi data
Bagian laporan ini umumnya memuat lampiran-lampiran, penyajian data
yang diperoleh dari program penyelidikan lapangan dan uji laboratorium,
yang mencakup log bor akhir, sumuran uji, dan pemasangan pisometer
atau sumuran, pembacaan elevasi muka air, plotting data dari setiap
lubang uji setempat, tabel rangkuman dan formulir masing-masing data uji
laboratorium, foto bor inti, lembaran data pemetaan geologi dan plot
rangkuman, profil geoteknik yang dikembangkan dari data uji lapangan dan
uji laboratorium maupun rangkuman, serta interpretasi dan rekomendasi
data geoteknik secara statistik. Biasanya laporan penyelidikan akan
mencakup salinan (copy) informasi yang ada, seperti data log bor atau
data uji laboratorium dari penyelidikan pendahuluan di lokasi proyek.
Laporan penyelidikan geoteknik dimaksudkan sebagai dokumentasi
penyelidikan yang dilakukan dan penyajian data yang terdiri atas
rangkuman data geoteknik lapangan dan laboratorium, serta interpretasi
dan rekomendasi parameter geoteknik tanah dan batuan.
Laporan penyelidikan geoteknik kadang-kadang digunakan jika pekerjaan
penyelidikan lapangan dibuat secara sub kontrak kepada konsultan
geoteknik, tetapi interpretasi data dan pekerjaan desain dilaksanakan oleh
pemilik atau konsultan dengan staf geotekniknya sendiri. Contoh isi
laporan penyelidikan geoteknik diperlihatkan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Summary
Pendahuluan
Lingkup pekerjaan
Deskripsi lapangan
Program penyelidikan lapangan dan pengujian setempat
Uji kelulusan air lapangan
Pembahasan uji laboratorium yang dilakukan
Informasi kondisi lapangan, susunan geologi dan topografi
Rangkuman kondisi geoteknik dan profil tanah
57 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
10. Pembahasan interpretasi dan rekomendasi
10.1 Umum
10.1.1 Jenis tanah/batuan lapisan dasar dan fondasi
10.1.2 Sifat-sifat tanah/batuan
10.2 Kondisi/pengamatan air tanah
10.3 Topik khusus (misal sifat-sifat dinamik, kegempaan, lingkungan)
10.4 Analisis kimiawi
11. Kesimpulan dan saran-saran
Daftar pustaka
Daftar Lampiran
Lampiran A Rencana lokasi bor dan profil geoteknik
Lampiran B Log bor uji dan log inti dengan foto-foto inti
Lampiran C Pendugaan uji penetrasi konus
Lampiran D Hasil-hasil uji dilatometer, alat ukur tekanan, geser baling
Lampiran E Data survei geofisik
Lampiran F Hasil-hasil uji kelulusan air lapangan dan uji pemompaan
Lampiran G Hasil-hasil uji laboratorium
Lampiran H Informasi yang tersedia
Daftar gambar
Daftar tabel
b) Laporan Desain Geoteknik
Laporan desain geoteknik khususnya memberikan penilaian/penaksiran
kondisi geoteknik yang ada di lokasi proyek, penyajian, pembahasan dan
rangkuman prosedur dan penyelidikan dari hasil analisis geoteknik yang
dilakukan, dan pembahasan desain dan konstruksi fondasi, bangunan
penahan tanah, urugan atau bendungan, galian dan bangunan lain yang
diperlukan. Jika laporan penyelidikan (buku data) telah dibuat secara terpisah,
laporan desain geoteknik akan mencakup dokumentasi dari setiap
penyelidikan geoteknik yang dilakukan dan penyajian data hasil penyelidikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
(1) Karena ruang lingkup, kondisi lapangan dan persyaratan desain/konstruksi
dari setiap proyek bersifat khusus, laporan utama geoteknik juga harus
disusun masing-masing untuk setiap proyek. Untuk mengembangkan
laporan ini, penyusun harus mempunyai pengetahuan bangunan yang luas.
Pada umumnya, laporan utama geoteknik harus menunjukkan semua hasil
penyelidikan geoteknik yang mungkin terjadi pada suatu proyek.
(2) Laporan harus mengidentifikasi setiap satuan tanah dan batuan yang
signifikan, dan harus memberikan parameter desain satuan tanah yang
dianjurkan. Oleh karena itu, diperlukan rangkuman dan analisis dari semua
data asli untuk menentukan parameter indeks dan parameter geoteknik
yang disarankan. Kondisi air tanah khususnya diperlukan untuk desain dan
konstruksi, sehingga diperlukan penilaian dan pembahasan secara hatihati. Untuk setiap proyek, kondisi geoteknik yang tercakup dalam
penyelidikan lapangan harus dibandingkan dengan susunan geologi agar
dapat dipahami lebih dalam sifat-sifat deposit dan diperkirakan tingkat
perubahan antara pengeboran.
(3) Setiap hasil desain geoteknik harus diperlihatkan sesuai dengan
metodologi yang diuraikan dalam modul pelatihan secara berurutan, dan
hasil-hasil studi juga diuraikan dengan singkat dan jelas dalam laporan.
Oleh karena itu, penaksiran dampak dari kondisi geoteknik yang ada pada
pengoperasian konstruksi, tahapan dan jadwal waktu merupakan bagian
yang penting. Penunjukan butir-butir tersebut secara jelas dan baik dalam
58 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
laporan akan memberikan masukan sebagai bahan
perubahan persyaratan/ketentuan desain.
pertimbangan
(4) Aspek-aspek yang perlu ditinjau.
- batas-batas vertikal dan lateral penggalian dan pemindahan yang
disarankan dari setiap deposit permukaan dangkal yang tidak cocok
(gambut, muck, top soil dan lain-lain);
- persyaratan penggalian dan pemotongan (misal lereng yang aman untuk
galian terbuka atau keperluan sheeting atau shoring);
- fluktuasi muka air tanah yang mungkin terjadi sesuai dengan risiko muka
air tanah tinggi pada galian;
- pengaruh bongkah pada pemancangan tiang atau pengeboran fondasi
dalam; dan
- kekerasan batuan pada kemampuan perlengkapan.
Pembahasan yang harus disajikan dimaksudkan sebagai bahan
pertimbangan untuk pemecahan masalah yang mungkin terjadi.
(5) Hasil-hasil di atas perlu diperlihatkan dalam laporan utama geoteknik.
Untuk membantu tenaga ahli dalam pengkajian laporan geoteknik, telah
disiapkan daftar pemeriksaan kajian dan pedoman teknik. Salah satu
tujuan utama dokumentasi adalah menyusun standar/kriteria geoteknik
minimum untuk memperlihatkan kepada institusi transportasi dan konsultan
mengenai informasi geoteknik dasar yang harus disediakan dalam laporan
geoteknik maupun laporan perencanaan dan spesifikasi (FHWA, 1995).
(6) Kedua pedoman laporan teknik tersebut harus disediakan sebagai
informasi umum penyelidikan lapangan pada laporan penyelidikan
geoteknik serta informasi dasar dan pembahasan desain geoteknik khusus.
Daftar pemeriksaan disajikan dalam bentuk format pertanyaan dan
jawaban.
(7) Ciri-ciri geoteknik khusus terdiri atas:
-
sumbu galian dan timbunan,
urugan di atas tanah dasar lunak,
koreksi longsoran,
tembok penahan,
fondasi bangunan (fondasi dengan kaki menyebar, tiang pancang dan
tiang bor/turap),
lokasi material borow.
2) Presentasi atau Penyajian Data
a)
Rencana Lokasi Uji
Rencana lokasi uji harus disiapkan sebagai acuan pada skala regional atau
lokal, dengan menggunakan peta-peta daerah atau jalan kota atau peta
topografi USGS. Informasi topografi dapat diperoleh dari Bakorsurtanal atau
instansi terkait.
Lokasi uji lapangan, pengambilan contoh, dan penyelidikan harus diperlihatkan
dengan jelas pada peta berskala rencana penyelidikan lapangan khusus.
Sebaiknya rencana itu harus berupa peta topografi dengan kontur-kontur
elevasi yang digambarkan jelas dan baik dengan benchmark dan arah utara
(magnetik atau sebenarnya) yang telah ditentukan.
Sistem informasi geografi (GIS) dapat digunakan pada proyek untuk
dokumentasi lokasi-lokasi uji sebagai acuan bangunan-bangunan yang ada,
termasuk semua bangunan bawah tanah dan di atas tanah maupun jalan lalu
59 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
lintas, gorong-gorong, gedung atau bangunan lain. Kini telah dikembangkan
alat ukur portable yang menggunakan sistem positioning global (GPS) untuk
menentukan dengan cepat dan mendekati koordinat lokasi uji dan
pemasangan alat.
Jika digunakan beberapa jenis metode penyelidikan, legenda pada rencana
lokasi uji lapangan harus menunjukkan dengan jelas perbedaan jenis
pendugaan, dan skala horisontal. Gambar 70 memperlihatkan denah lokasi uji
yang diusulkan untuk gabungan bor uji tanah dengan SPT, pendugaan uji
penetrasi konus (CPT), dan uji dilatometer (DMT).
b)
Profil geoteknik
Laporan geoteknik biasanya dilengkapi dengan penyajian profil geoteknik yang
dikembangkan dari data hasil uji lapangan dan laboratorium. Profil memanjang
secara khusus dikembangkan sepanjang alinyemen bangunan, jalan lalu lintas
atau jembatan, dan sejumlah profil bangunan yang merupakan acuan lokasilokasi seperti fondasi bangunan jembatan utama, lereng galian atau timbunan
yang tinggi. Profil ini akan memberikan rangkuman informasi geoteknik yang
efektif dan menggambarkan hubungan dari berbagai lokasi penyelidikan. Profil
geoteknik, yang dipertimbangkan berdasarkan keputusan teknik dan
pemahaman susunan geologi, akan membantu tenaga ahli geoteknik dalam
memberikan interpretasi kondisi geoteknik antarlokasi penyelidikan.
Profil geoteknik harus disajikan dengan skala yang cocok dari kedalaman bor,
frekuensi pengeboran dan pendugaan, dan seluruh panjang penampang
melintang. Pada umumnya digunakan skala yang lebih besar dari 1(V):10(H)
atau 1(V):20(H).
Profil geoteknik dapat disajikan dengan ketelitian dan keterbatasan sesuai
dengan lokasi-lokasi pengeboran. Pada umumnya pemilik dan perencana
mengharapkan tenaga ahli geoteknik dapat menyajikan profil geoteknik yang
kontinu dan menunjukkan interpretasi lokasi, pengembangan dan sifat satuan
tanah dan batuan atau deposit antarlubang bor. Di lokasi yang profil tanah atau
batuannya sangat berbeda antarlokasi bor, hasil penyajiannya akan
meragukan. Oleh karena itu, tenaga ahli geoteknik harus benar-benar
mengawasi penyajian data tersebut. Penyajian tersebut harus memberi
peringatan sederhana dan menggambarkan profil yang kurang lengkap
namun dapat dipercaya. Karena diperlukan adanya profil geoteknik menerus
yang dapat diandalkan, tenaga ahli geoteknik harus meningkatkan frekuensi
pengeboran dan atau penggunaan metode geofisik untuk menentukan
kontinuitas atau kekosongan kondisi geoteknik.
6.
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis penyelidikan
geoteknik harus memuat :
6.1
Penyeldikan Geoteknik Lapangan
a) Ketelitian
1) Pemetaan Geologi
Peta yang akan digunakan sebagai acuhan atau referensi dalam pemetaan
harus mempunyai skala detail
2) Pengeboran Inti
(a) Kuantitas air pembilas
60 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(1) Disesuaikan sesuai dengan kondisi batuan
(2) Air yang keluar dari lubang bor harus sesuai dengan air yang diberikan
(b) Kualitas air pembilas yang digunakan harus bersih
(c) Kedudukan mesin bor harus diam
(d) Posisi core barrel harus konsentris
3) Standar Penetration Test (SPT)
(a)
(b)
(c)
(d)
Tinggi jatuh palu pemukul tidak boleh melebihi 75 cm
Palu pemukul topi lindung harus mempunyai berat 63,5 kg
Alat pengambil contoh harus bersih dan sedikit dilumasi oli
Penyimpanan sampel pada peti yang kedap udara
4) Permeability Test
(a) Packer Test (lugeon test)
(1) Digunakan untuk lapisan batuan yang keras
(2) Pengujian dilakukan sekurang-kurangnya 30 menit
(3) Setiap pengujian dilakukan 5 kali pengamatan dengan bervariasi; 33%,
66%, 100%, 66% dan 30% Pmaks,
(4) Air injeksi harus bersih tanpa mengandung butiran
(5) Untuk batuan keras sedikit rekah/rongga dipakai tekanan maksimum
sebesar 0,21 kg/cm2, untuk batu banyak rekah/rongga tekanan 0,11
kg/cm2 untuk setiap kemajuan 1,0 m
(b) Open End (constant head dan falling head)
(1) Constant head
- Casing pada pada lubang bor diturunkan sampai batas bagian atas
yang akan di tes
- Pemasukkan air pada pipa lindung harus dengan cara dikocorkan
(2) Falling Head
- Dilakukan apabila metode constant head mengalami kesulitan oleh
karena air sukar dikocorkan
- Penurunan air di dalam pipa lindung jangan melebihi dari 5 cm
5) Sumur Uji (Test Pit)
(a) Potongan melintang sebuah sumur uji harus mempunyai dimensi yang
memungkinkan untuk pekerjaan galian
(b) Dasar sumuran uji harus dibuat horisontal
6) Pengambilan Sampel
Penyimpanan contoh tanah asli dihindarkan pada suhu yang cukup panas
Pengambilan contoh tanah asli diusahakan agar karakter tanah asli tidak hilang
Pengambilan contoh tanah tidak asli sebanyak ± 30,0 kg
7) Uji Sondir
(a) Pemasangan angker perlu diperhatikan agar perlengkapan sondir dapat
berdiri kokoh/stabil
(b) Membuat lubang bagi penusukan konus pertama dengan ukuran ± 5 cm
(c) Kedudukan rangka, batang casing dan stang sondir berdiri dalam keadaan
vertikal ± 2%
(d) Pembacaan manometer dan penusukan rod dilakukan setiap interval 20 cm
(e) Pekerjaan akan dihentikan bila mencapai kedalaman 20 m atau pada qc =
100 kg/cm2
61 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
8) Bor Tangan (Hand Bor)
(a) Diameter lubang bor antara 12 cm sampai 15 cm
(b) Kedalaman tanah maksimal 10 m
b) Pengawasan
1) Pengawasan tentang mutu pekerjaan harus dilakukan oleh Direksi Pekerjaan
secara ketat
2) Pengawasan progress pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui tentang
kuantitas dan kualitas mutu pekerjaan
6.2
Penyelidikan Geoteknik Laboratorium (Index dan Engineering Properties)
a) Ketelitian
1) Berat Jenis Tanah
(a) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(b) Termometer dengan ketelitian 0,1oC
(c) Saringan No. 4, 10, 40 harus dalam keadaan baik
2) Berat Isi Tanah
Cetakan benda uji berukuran 50 mm diameter, tinggi 28 mm dan tebal 3 mm.
3) Kadar Air
(a) Timbangan amempunyai ketelitian 0,01 gram
(b) Pelaksanaan oven dilakukan selama 24 jam
4) Batas Plastis Tanah
(a) Timbangan mempunyai ketelitian 0,01 gram
(b) Kecepatan penggelengan benda uji sekitar 80-90 giling per menit
5) Batas Cair
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Mangkok pengaduk terbuat dari porselin
Pengeringan benda uji dilakukan pada suhu (110±5)oC
Tinggi jatuh mangkok cair 1,0 cm
Kecepatan putar mangkok 2 rotasi per detik
Jumlah pukulan diambil 2 titik di atas 25 pukulan dan 2 titik di bawah 25
pukulan sehingga diperoleh 4 titik
6) Batas Susut Tanah
(a) Gelas ukur kapasitas 25 ml
(b) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(c) Oven dengan kapasitas (110±5)oC
7) Gradasi Butiran
(a) Dengan Ayakan
(1) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(2) Alat pengering tidak lebih dari 60oC
(b) Hidrometer
(1) Tabung gelas ukuran 1000 ml
(2) Hidrometer dengan skala konsentrasi 5-60 gr/liter
(3) Larutan Natrium Silikat mempunyai berat jenis 1,023
8) Triaxial Test
62 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(a) Triaxial A (Tanah)
(1) Alat ukur beban aksial mempunyai ketelitian ± 1,0 %
(2) Kecepatan gerak vertikal mempunyai ketelitian ± 0,1 %
(3) Piston harus dijaga agar tetap sentri dengan penyimpangan tidak
melebihi 1,3 mm
(4) Alat ukur perubahan volume mempunyai ketelitian ukur ± 0,05 %
(5) Ketelitian alat ukur deformasi ± 0,02 %
(6) Ketelitian alat ukur panjang dan diameter tanah ± 0,1 %
(7) Ketelitian timbangan ± 0,05% dari massa contoh
(b) Triaxial B (Batu)
(1) Kecepatan pembebanan tidak boleh berdeviasi lebih dari 10% dari
kecepatan yang ditentukan
(2) Kecepatan pembebanan untuk uji tekan satu arah harus dipilih antara 2
dan 15 menit
(3) Ketelitian alat ukur deformasi dan regangan minimal 0,0025 mm
9) Tes Konsolidasi
(a) Ketelitian arloji ukur ± 0,5 %
(b) Tinggi benda uji minimal 13 mm dan tidak boleh kurang dari 10 kali diameter
butir terbesar
(c) Perbandingan minimum antara diameter dan tinggi benda uji adalah 2,5
(d) Ketelitian diameter dalam cincin 0,1 mm
(e) Ketelitian massa cincin 0,01 gram
10) Uji Gaya Geser Langsung
(a) Batu pori mempunyai kelulusan air ± 0,5 – 1 mm/detik
(b) Ketelitian alat pembeban gaya vertikal ± 1 %
(c) Ketelitian alat ukur deformasi tebal benda uji 0,002 mm dan mengukur
regangan 0,02 mm
(d) Ruang pelembab dalam menyimpan kadar air selama 0,5 %
11) Uji Permeabilitas
Ketelitian pembacaan manometer 1 kPa – 5 kPa
12) Uji Pemadatan
(a) Ringan
(1) Tinggi jatuh alat penumbuk 304,8±1,524 mm
(2) Oven bersuhu ± 60oC
(3) Pencatatan kadar air optimum harus dengan ketelitian 0,5 %
(4) Jumlah tumbukan pada masing-masing lapisan sebanyak 56 tumbukan
(b) Berat
(1) Tinggi jatuh alat penumbuk 457,2±1,524 mm
(2) Oven bersuhu 110± 5oC
(3) Pencatatan kadar air optimum harus dengan ketelitian 0,5 %
(4) Jumlah tumbukan pada masing-masing lapisan sebanyak 56 tumbukan
b) Pengawasan
1) Pengawasan Persiapan
Dalam kegiatan ini pengawasannya meliputi program kerja, pengecekan
peralatan yang dipakai, pengecekan personil laboran serta forum-forum buat
pencatatan hasil laboratorium
63 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
2) Pengawasan Cara-Cara Pengujian
Pengawasan dilakukan mengenai cara-cara pengujian. Pekerjaan pengukuran
harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
3) Pengawasan Cara-Cara Perhitungan
Data hasil uji laboratorium harus diperiksa dan hasil-hasil perhitungannya harus
memenuhi persyaratan ketelitian seperti yang telah ditentukan di atas.
7.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
penyelidikan geologi teknik harus memuat :
7.1
Pengukuran
a) Penyelidikan Geoteknik Lapangan
Kuantitas untuk pekerjaan penyelidikan geoogi teknik diukur berdasarkan item
pekerjaan penyelidikan geologi teknik, keterlibatan personil serta pekerjaaan
persiapan yang telah dimasukkan dalam biaya penawaran.
b) Penyelidikan Geoteknik Laboratorium
Kuantitas untuk pekerjaan analisis geoteknik diukur berdasarkan jumlah pengujian
dan sampel, keterlibatan personil yang telah dimasukkan dalam biaya penawaran.
7.2
Dasar Pembayaran
Kuantitas pengukuran dan pemetaan yang diukur menurut ketentuan di atas, akan
dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
ini, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan termasuk persiapan dan pelaporan.
Nomor Mata
Pembayaran
1.
2.
Uraian
Satuan
Pengukuran
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Penyelidikan Geoteknik :
Persiapan
Remunerasi Tenaga Kerja
Pemetaan Geologi Permukaan
Pengeboran Inti
Standard Penetration Test
Sumuran Uji
Bor Tangan
Sondir
Pengambilan Contoh Tanah Asli
Pengambilan Contoh Tanah Terganggu
Laporan
Lump Sum
Orang Bulan
ha
Meter
Test
Buah
Titik
Titik
Tabung
Sampel
Eksemplar
Analisis Geoteknik :
1) Remunerasi Laboran
2) Uji Laboratorium
Orang Bulan
Buah
64 dari 75
3)
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Bibliografi
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, PT-02, Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geologi Teknik, Jakarta.
Sosrodarsono, S. Ir. Dr., 1980, Mekanika Tanah dan teknik Pondasi, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Sub dinas Bina Teknik, 2005, Laporan Invetigasi
Geologi Teknik-Perencanaan Waduk Sukahurip di Kabupaten Ciamis, Kwarsa
Hexagon-Bandung
65 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran A
(normatif)
Bagan Alir Penyelidikan Geoteknik
Mulai
Penyelidikan Geoteknik untuk desain dan konstruksi pondasi Bangunan Air
Kumpulkan dan periksa / pelajari data-data yang tersedia
a) Nota desain dan penyelidikan geoteknik awal pada ptoyek atau yang dapat terkumpul dekat lokasi Proyek.
b) Permasalahan konstruksi dan metode konstruksi di lokasi Proyek atau yang berdekatan
c) Peta topografi dan geologi, publikasi dari Direktorat Geologi, data kegempaan, peta zona gempa, peta patahan dan
informasi lainnya.
d) Foto udara dan pemetaan jarak jauh dan lain-lain
Tentukan permasalahan Geoteknik yang dihadapi
a) Fondasi dangkal, tiang pancang, tiang bor, tubuh dan fondasi urugan, galian dan pemotongan lereng,
dinding isi dan perkuatan tanah
b) Informasi tentang parameter geoteknik yang dibutuhkan untuk analisis geoteknik sesuai permasalahan
pada a).
Susun program penyelidikan geoteknik dan lakukan peninjauan lapangan
a) Tentukan pemetaan geologi permukaan rinci pada bangunan air .
b) Tentukan jenis-jenis penyelidikan lapangan dan laboratorium sesuai dengan permasalahan geoteknik yang dihadapi.
(Tabel I Vol I, kolom uji lapangan dan laboratorium)
c) Tentukan tata letak dan kedalaman pengeboran sesuai Tabel 2 sebagai pertimbangan awal
d) Lakukan peninjauan lapangan bersama-sama dengan pendesain untuk mengevaluasi program penyelidikan yang telah
disusun dan lakukan perubahan bila ditemukana adanya deviasi dari perkiraan sebelumnya.
Pemetaan geologi
permukaan secara rinci
Pengeboran, uji lapangan dan lubang
bor dan pengambilan contoh tidak
terganggu
Uji lapangan
a) Uji CPT
b) Uji DMT
c) Uji geofisik
a) Lakukan pencatatan lubang bor untuk deskripi perlapisan
tanah dan batu sesuai dengan Vol. I.
b) Lakukan uji lapangan dalam lubang bor seperti SPT, PMT
, VST, uji geofisik dan kelulusan air sesuai dengan cara
yang tercantum dalam Vol. II pada interval yang telah
ditentukan.
c) Lakukan pengambilan contoh tanah / batuan tidak
Tidak
Apkah hasil
sesuai perkiraan
awal ?
Ya
Lakukan evaluasi ulang terhadap objektif desain dan penyelidikan awal
Tidak
A
Apakah dibutuhkan
data tambahan ?
66 dari 75
Ya
1
RPT0-Pd T-xx-xxxx
A
1
Pilih contoh tanah/ batuan yang representatif untuk uji laboratorium
a) Untuk tanah uji kadar air, berat volume, spesifik graviti, kadar organik , batas-batas Atterberg, analisis pembagian butir,
konsolidasi, kuat geser triaksial UU dan CU, kuat geser langsung CD, konsolidasi dan pengembangan, kelulusan air,
kolapsibel dan lain-lain sesuai kebutuhan
b) Untuk batuan utuh uji kadar air, berat volume, spesifik gravity, indeks beban titik, tekan uniaksial , tarik belah (Brazilian),
geser langsung UU, slake durabilii, soundness, kelulusan air ,modulus elastisitas dan ultrasonic dan lain-lain sesuai
kebutuhan.
c) Dalam pengujian tanah dan batuan harus mengikuti ketentuan yang dipersyaratkan dalam uji mutu dalam laboratorium
dari pedoman.
Lakukan uji laboratorium
Lakukan pemeriksaan terhadap kualitas uji laboratorium dan buatkan ikhtisar hasil penyelidikan.
Tidak
Apakah hasil uji
memenuhi syarat
mutu ?
Ya
Apakah
penyelidikan fase
ke 2 dibutuhkan ?
Ya
Tidak
Lakukan interpretasi terhadap hasil penyelidikan lapangan dan laboratorium
a) Plot hubungan kedalaman dengan kadar air, batas plastis, batas cair dan indeks plastisitas
b) Plot hubungan antara kedalaman dengan hasil uji CPT, SPT, DMT, PMT, VST dan geofisik
c) Plot hubungan antara kedalaman dengan hasil uji konsolidasi (Cr, Cc, σ’p).
d) Plot hubungan antara kedalaman dengan kuat geser UU dan CU ( φUU, φ’CU, cUU , c’CU)
e) Plot hubungan antara kedalaman dengan kelulusan air
f) Plot hubungan antara kedalaman dengan kuat geser tidak terkekang
g) Plot hubungan antara kedalaman dengan modulus elastisitas.
h) Buatkan persamaan-persamaan empiris hubungan antara hasil uji lapangan dengan hasil uji laboratorim
dan bandingkan dengan persamaan empirik yang dapat diperoleh di dalam literatur
i) Buatkan profil perlapisan tanah melewati titik-titik pengeboran dan tentukan parameter desain dari
masing-masing lapisan dengan mencantumkan nilai rata-rata dan deviasi standar dari masing-masing
parameter geoteknik yang diperoleh dari a) sampai dengan g)
j) Tentukan parameter untuk setiap perlapisan untuk permasalahan yang dihadapi.
Pelaporan hasil penyelidikan
Selesaikan desain dan konstruksi bangunan air
Selesai
67 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran – B
(Informatif)
Pedoman Penyelidikan Geoteknik dan Interpretasi Geoteknik
Tabel B.1a Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan
Geoteknik
Analisis Untuk Desain
Informasi yang Dibutuhkan Untuk Analisis
Uji Lapangan*
Uji Laboratorium*
Pondasi dangkal
•
•
•
•
Daya dukung
Penurunan (besaran dan kecepatan)
Rembesan (bangunan penahan air)
Penyusutan dan pengembangan tanah
(tanah asli atau timbunan)
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah
terhadap beton
• Penggerusan akibat air terutama
bangunan di sungai
• Beban yang serius (gempa dan banjir)
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan
batuan)
• Parameter kuat geser
• Parameter kompresibilitas (termasuk konsolidasi,
sifat pengembangan dan penyusutan, dan
modulus elastisitas)
• Sejarah tegangan (tegangan vertikal efektif masa
lalu dan sekarang)
• Parameter koefisien kelulusan air
• Komposisi kimiawi tanah
• Kedalaman perubahan kelembapan pengaruh
cuaca)
• Berat volume
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi
dan karakteristik diskontinuitas batuan.
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji geser baling
• Uji SPT (tanah
berbutir kasar)
• Uji CPT
• Uji dilatometer
• Uji pressure meter
• Uji kelulusan air
• Inti batuan (RQD)
• Uji nuclear density
• Uji beban pelat
• Uji geofisik
Uji kadar air
Uji berat volume
Uji kadar organik
Uji resistivitas pH
Uji pembagian butir
Uji Atterberg
Uji konsolidasi 1-D
Uji geser langsung
Uji geser triaxial
Uji kelulusan air
Uji potensi pengembangan
tanah (collapsible)
• Uji kompresi uniaksial dan
modulus elastisitas batuan
utuh.
Pondasi tiang
pancang
•
•
•
•
•
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan
batuan)
• Parameter kuat geser
• Koefisien tekanan tanah horisontal
• Parameter friksi pada bidang pemisah (interface)
antara tanah dan tiang
• Parameter kompresibilitas
• Parameter koefisien kelulusan air
• Komposisi kimiawi tanah/ batuan
• Berat volume
• Ada tanah yang mengembang/menyusut yang
mengurangi tahanan friksi tiang
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi
dan karakteristik diskontinuitas batuan.
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji SPT (tanah
berbutir kasar)
• Uji beban tiang (tarik
dan tekan)
• Uji CPT
• Uji geser baling
• Uji dilatometer
• Uji kelulusan air
• Pengukuran muka
air tanah
• Inti batuan (RQD)
• Uji geofisik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tahanan ujung tiang (end bearing)
Tahanan friksi tiang (pile skin friction)
Penurunan
Rembesan (bangunan penahan air)
Tarikan ke bawah (down-drag) pada
tiang
Tekanan tanah lateral
Kompatibilitas sifat kimiawi tanah
terhadap beton
Kemampuan pemancangan
(drivability)
Ada bongkah batuan/lapisan keras
Penggerusan akibat air terutama pada
bangunan di sungai
Kerusakan akibat vibrasi/
penyembulan (heave).
Beban ekstrim (gempa & banjir)
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
* Pengujian disesuaikan dengan kebutuhan dan perlapisan tanah
68 dari 75
Uji kadar air
Uji berat volume
Uji kadar organik
Uji resistivitas pH
Uji pembagian butir
Uji Atterberg
Uji geser triaxial
Uji friksi bidang pemisah
(interface)
Uji kelulusan air
Uji konsolidasi 1-D
Uji potensi pengembangan
tanah (collapsible)
Uji kompresi uniaksial dan
modulus elastisitas batuan
utuh.
Uji beban titik (point load)
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.1b Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan
Geoteknik
Pondasi tiang bor
Analisis Untuk Desain
Informasi yang Dibutuhkan Untuk Analisis
Uji Lapangan*
Tahanan ujung tiang bor
Tahanan friksi tiang bor
Metode konstruksi
Tarikan ke bawah (down-drag) pada
tiang bor
Kualitas batuan sebagai soket
(angker)
Tekanan tanah lateral
Penurunan (besaran dan kecepatan)
Rembesan air tanah/pematusan
(dewatering)
Kompatibilitas sifat kimiawi tanah
terhadap beton
Ada bongkah batuan/lapisan keras
Pengerusan akibat air terutama pada
bangunan di sungai
Beban ekstrim (gempa & banjir)
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan
batuan)
• Parameter kuat geser
• Parameter friksi pada bidang pemisah (interface)
antara tanah dan tiang
• Parameter kompresibilitas
• Koefisien tekanan tanah horisontal
• Komposisi kimiawi tanah/ batuan
• Berat volume
• Parameter koefisien kelulusan air
• Ada tekanan air artesis
• Ada tanah mengembang/menyusut yang
mengurangi tahanan friksi tiang
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi
dan karakteristik diskontinuitas batuan.
• Degradasi kuat geser batuan, karena pengaruh
air atau udara (misalnya pada shale sebagai
soket).
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji SPT (tanah
berbutir kasar)
• Uji beban tiang bor
(tarik dan tekan)
• Uji CPT
• Uji geser baling
• Uji dilatometer
• Uji kelulusan air
• Pisometer
• Inti batuan (RQD)
• Uji geofisik
Penurunan (besaran dan kecepatan)
Daya dukung
Stabilitas lereng
Tekanan tanah lateral
Kestabilan internal
Rembesan (bangunan penahan air)
Evaluasi ketersediaan material
urugan (kuantitas dan kualitas
bahan)
• Kebutuhan perkuatan tanah
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan
batuan)
• Parameter kuat geser
• Parameter kompresibilitas (termasuk konsolidasi,
sifat pengembangan dan penyusutan dan
modulus elastisitas)
• Sejarah tegangan (tegangan vertikal efektif masa
lalu dan sekarang)
• Parameter koefisien kelulusan air
• Parameter friksi antara bidang pemisah (interface
friction)
• Parameter tahanan tarik
• Komposisi kimiawi tanah
• Berat volume
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi
dan karakteristik diskontinuitas batuan
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji nuclear density
• Uji beban pelat
• Uji penimbunan (test
fill)
• Uji CPT
• Uji SPT (tanah
berbutir kasar)
• Uji dilatometer
• Uji geser baling
• Uji kelulusan air
• Inti batuan (RQD)
• Uji geofisik
• Uji geser langsung
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tubuh dan fondasi
urugan
(tanggul,
bendung,
bendungan tipe
urugan dan beton)
•
•
•
•
•
•
•
69 dari 75
Uji Laboratorium*
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Uji kadar air
Uji berat volume
Uji resistivitas pH
Uji pembagian butir
Uji Atterberg
Uji kadar organik
Uji konsolidasi 1-D
Uji geser triaxial
Uji friksi bidang pemisah
(interface)
Uji kelulusan air
Uji potensi pengembangan
tanah (collapsible)
Uji kompressi uniaksial dan
modulus elastisitas batuan
utuh.
Uji beban titik (point load)
Uji ketahanan lekang (slake
durability)
Uji kadar air
Uji berat volume
Uji kadar organik
Uji pembagian butir
Uji Atterberg
Uji konsolidasi 1-D
Uji geser langsung
Uji geser triaxial
Uji kelulusan air
Uji kompaksi
Uji karakteristik geosintetik
Uji potensi
pengembangan/penyusutan
tanah
• Uji kompresi uniaksial dan
mod.elas. batuan utuh.
• Uji tahan lekang batuan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.1c Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan
Geoteknik
Analisis Untuk Desain
Informasi yang Dibutuhkan Untuk
Analisis
Uji Lapangan*
Uji Laboratorium*
Galian dan
pemotongan lereng
(slope cuts)
•
•
•
•
•
•
•
Stabilitas lereng
Penyembulan dasar
Likuifaksi
Pematusan (dewatering)
Tekanan tanah lateral
Kestabilan internal
Perlemahan tanah & keruntuhan
progresif
• Tekanan air pori
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah
dan batuan)
• Parameter kuat geser tanah & batuan
• Parameter kompresibilitas (termasuk
konsolidasi, sifat pengembangan dan
penyusutan dan modulus elastisitas)
• Sejarah tegangan (tegangan vertikal
efektif masa lalu dan sekarang)
• Parameter koefisien kelulusan air
• Parameter friksi antara bidang pemisah
(interface friction)
• Berat volume
• Pemetaan geologi untuk mengetahui
orientasi dan karakteristik diskontinuitas
batuan
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji pemotongan lereng
untuk mengetahui waktu
berdirinya lereng (standup
time)
• Pisometer
• Uji CPT
• Uji SPT (tanah berbutir
kasar)
• Uji dilatometer
• Uji geser baling
• Uji kelulusan air
• Inti batuan (RQD)
• Uji geser langsung batuan
• Uji geofisik
• Uji kadar air
• Uji berat volume
• Uji pembagian butir
• Uji Atterberg
• Uji geser langsung
• Uji geser triaxial
• Uji kelulusan air
• Uji potensi
pengembangan/penyusutan
tanah
• Uji kompresi uniaksial dan
modulus elastisitas batuan
utuh.
• Uji tahan lekang batuan
• Uji beban titik (point load)
Dinding isi (Fill
walls), perkuatan
tanah (reinforced
soil)
•
•
•
•
•
•
• Profil bawah permukaan (tanah, air tanah
dan batuan)
• Koefisien tekanan tanah horisontal
• Kuat geser bidang pemisah dinding
dengan tanah
• Parameter kompresibilitas (termasuk
konsolidasi, sifat pengembangan dan
penyusutan dan modulus elastisitas)
• Komposisi kimiawi tanah dan pondasi
• Parameter kecepatan penurunan tanah
• Pemetaan geologi untuk mengetahui
orientasi dan karakteristik diskontinuitas
batuan
• Pengeboran dan
pengambilan contoh
• Uji SPT (tanah berbutir
kasar)
• Uji CPT
• Uji dilatometer
• Uji geser baling
• Uji kelulusan air
• Uji pembebanan (testfill)
• Pengukuran tinggi muka
air
• Uji kepadatan lapangan
(nuclear density)
• Uji pullout (MSEW / RSS)
• Inti batuan (RQD)
• Uji geofisik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Stabilitas internal
Stabilitas eksternal
Penurunan
Deformasi horisontal
Daya dukung
Kompatibilitas sifat kimiawi tanah
terhadap beton
• Tekanan air pori di belakang dinding
• Evaluasi ketersediaan material
urugan (kuantitas dan kualitas
bahan)
* Pengujian disesuaikan dengan kebutuhan dan perlapisan tanah
70 dari 75
Uji kadar air
Uji berat volume
Uji pembagian butir
Uji Atterberg
Uji kadar organik
Uji konsolidasi 1-D
Uji geser langsung
Uji geser triaxial
Uji kelulusan air
Uji kompaksi
Uji karakteristik geosintetik
Uji potensi pengembangan
tanah / penusutan tanah
• Uji kompresi uniaksial dan
modulus elastisitas batuan
utuh.
• Uji tahan lekang batuan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.2a
Petunjuk Penentuan Jumlah Minimum Titik dan Kedalaman Minimum Penyelidikan Geoteknik Untuk Bangunan Air
Aplikasi Untuk Tipe
Bangunan
Jumlah Minimum Titik Penyelidikan dan Lokasi
Kedalaman Minimum Penyelidikan
Tembok penahan
(tanah dan air)
• Minimum 1 titik penyelidikan untuk setiap tembok penahan. Lebih dari satu titik • Lakukan penyelidikan di bawah dasar tembok sedalam
penyelidikan dapat dilaksanakan untuk tembok penahan dengan panjang lebih dari
minimum 1 sampai 2 kali tinggi tembok atau minimum 3,0 m di
30 m, dengan ketentuan jarak antara titik berkisar antara 30-60 m dan ditempatkan
bawah lapisan keras (batuan).
di sebelah dalam atau luar tembok.
• Penyelidikan harus cukup dalam, sehingga menembus
• Untuk tembok penahan yang diperkuat dengan penjangkaran, diperlukan
lapisan tanah lunak dengan kompresibilitas tinggi (misalnya
tambahan titik penyelidikan dengan jarak 30-60 m ditempatkan pada zona jangkar.
gambut, tanah lanau organik, tanah lempung lunak) sampai
masuk ke dalam tanah dengan daya dukung memadai
• Untuk tembok dengan paku tanah (soil nailing), diperlukan tambahan titik
(misalnya tanah lempung kaku sampai keras, tanah berbutir
penyelidikan berjarak antara 1,0 sampai 1,5 kali tinggi tembok ditempatkan di
kasar yang padat, atau batuan dasar).
belakang tembok dan berjarak 30-60 m satu terhadap yang lainnya.
• Untuk tembok penahan air (bendung), diperlukan tambahan titik penyelidikan yang
ditempatkan pada setiap tembok pangkal.
Pondasi urugan
tanah/batu
• Pada as urugan, diperlukan minimum 1 titik penyelidikan pada setiap jarak 60 m • Penyelidikan harus dilakukan sedalam minimum 1,5 - 2 kali
(kondisi tidak homogen) atau 120 m (kondisi homogen).
tinggi urugan, kecuali ditemukan lapisan keras.
• Pada lokasi-lokasi kritis (misalnya pada daerah urugan dengan tinggi maksimum • Jika masih ditemukan perlapisan tanah lunak di bawah 1,5-2
atau dengan ketebalan tanah lunak maksimum), diperlukan tambahan minimum 3
kali tinggi urugan, lanjutkan penyelidikan sampai cukup dalam
titik penyelidikan yang ditempatkan pada arah melintang urugan untuk mengetahui
menembus perlapisan tanah lunak dan menemukan
kondisi perlapisan tanah yang akan digunakan untuk analisis stabilitas lereng dan
perlapisan tanah yang kuat (misalnya tanah lempung kaku
analisis rembesan.
sampai keras, tanah berbutir kasar yang padat atau batuan
dasar).
• Untuk bendungan tipe urugan, diperlukan tambahan minimum 1 titik penyelidikan
yang ditempatkan pada setiap abutment atau tembok pangkal.
Pemotongan lereng
(cut slope)
• Pada as pemotongan lereng, diperlukan minimum 1 titik penyelidikan pada setiap • Penyelidikan harus dilakukan sedalam minimum 1,5 - 2 kali
jarak 60 m (kondisi tidak homogen) atau 120 m (kondisi homogen).
kedalaman galian, kecuali telah ditemukan lapisan keras.
• Pada lokasi-lokasi kritis (misalnya pada daerah pemotongan terdalam, pada • Jika masih ditemukan perlapisan tanah lunak di bawah 1,5-2
daerah ketebalan tanah lunak maksimum), diperlukan tambahan minimum 3 titik
kali dalam galian, penyelidikan dilanjutkan sampai cukup
penyelidikan dalam arah melintang pemotongan lereng, untuk mengetahui kondisi
dalam menembus perlapisan tanah lunak dan menemukan
perlapisan tanah yang akan digunakan untuk analisis stabilitas lereng.
perlapisan tanah kuat (misalnya tanah lempung kaku sampai
keras, tanah berbutir kasar yang padat atau batuan dasar).
71 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.2b
Petunjuk Penentuan Jumlah Minimum Titik dan Kedalaman Minimum Penyelidikan Geoteknik Untuk Bangunan Air
Aplikasi Untuk Tipe
Bangunan
Jumlah Minimum Titik Penyelidikan dan Lokasi
Kedalaman Minimum Penyelidikan
Pondasi dangkal
• Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya abutment atau pier) Kedalaman penyelidikan yang harus dilaksanakan:
dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m, diperlukan minimum • Cukup dalam, sehingga melewati perlapisan tanah yang tidak stabil
satu titik penyelidikan untuk setiap bangunan.
(misalnya gambut, lanau organik, tanah lempung lunak) dan menembus
perlapisan tanah dengan daya dukung yang memadai.
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00
• Paling sedikit harus mencapai kedalaman tanah dengan peningkatan
m, diperlukan minimum 2 titik penyelidikan.
tegangan akibat beban struktur yang diperkirakan mencapai 10% dari
• Tambahan titik penyelidikan, diperlukan bila ditemukan perlapisan
tegangan vertikal efektif (overburden) yang ada.
tanah dengan kondisi luar biasa.
• Jika ditemukan perlapisan batuan dasar sebelum mencapai kedalaman
yang ditentukan pada penjelasan sebelumnya, penyelidikan dihentikan
setelah menembus 3,00 m kedalaman perlapisan batuan dasar. Namun,
penyelidikan mekanika batuan terhadap material isian yang ditemukan
pada bidang diskontinuitas harus diperbanyak untuk mengetahui sifat
kompresibilitasnya.
Pondasi dalam
• Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya abutment atau • Pada perlapisan tanah, kedalaman penyelidikan harus mencapai 6,00 m
pier/tiang) dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m,
di bawah ujung tiang pancang / tiang bor yang diperkirakan atau minimum
diperlukan minimum satu titik penyelidikan untuk setiap bangunan.
dua kali dimensi maksimum dari grup tiang. Dipilih yang terdalam.
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00 • Semua titik pengeboran harus melewati perlapisan tanah yang tidak
m, diperlukan minimum 2 titik penyelidikan.
menguntungkan, seperti urugan yang tidak dipadatkan, gambut, material
dengan kadar organik tinggi, tanah lempung lunak, tanah berbutir kasar
• Tambahan titik penyelidikan, diperlukan jika ditemukan perlapisan
yang lepas dan menembus sebagian dari perlapisan tanah yang keras
tanah dengan kondisi luar biasa.
atau padat.
• Untuk tiang yang ujungnya terletak di atas batuan dasar, penyelidikan
harus menembus minimum 3,00 m pada setiap titik penyelidikan, untuk
memperoleh inti batuan yang dapat digunakan sebagai verifikasi tidak
terletak di atas bongkah (boulders).
• Untuk tiang bor yang terletak di atas batuan dasar atau menembus
sebagian ke dalam batuan dasar, penyelidikan harus menembus
minimum 3,00 m di bawah perlapisan batuan untuk tiang yang terisolasi
(isolated) atau dua kali dimensi maksimum dari grup tiang bor; dipilih yang
terdalam untuk mengetahui karakteristik perlapisan batuan.
72 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.3
Peralatan
Daftar Perlengkapan Lapangan
Keterangan
Formulir kerja
Rencana lapangan, spesifikasi teknik, lembaran instruksi lapangan, formulir
memorandum lapangan harian, formulir isian deskripsi lubang bor, formulir untuk uji
khusus (geser baling, kelulusan air, dan lain-lain), label isian contoh atau tape, kopi surat
izin yang diperlukan, buku lapangan (anti basah), rencana keselamatan dan keamanan,
panduan lapangan, formulir pengeluaran sub kontraktor.
Alat pengambil
contoh
Alat pengambilan contoh, tabung kosong dan lain-lain, pisau pemotong contoh, alat ukur
(sampai bagian 1 cm), dan 25 m tape/pita dengan pelampung dasar yang rata pada
ujungnya, agar dapat digunakan untuk pengukuran muka air, alat penyipat datar, kain lap,
tempat contoh dan boks inti, boks contoh untuk pengapalan (jika perlu), keranjang
dengan penutup jika diperlukan contoh bongkahan (bulk), wadah setengah lingkaran,
sikat kawat.
Alat
pengaman/personil
Topi keras/baja, sepatu pengaman, kaca mata pengaman (jika bekerja dengan alat
pemukul atau pahat), sepatu karet, perlengkapan hujan, sarung tangan kerja.
Alat lain
Papan jepit (clipboard), pensil, penghapus, alat cap (felt markers), alat skala dan
penggaris, jam, kalkulator, kamera, kompas, botol cuci dan atau tabung uji, penetrometer
saku dan atau torvane, alat komunikasi (radio dua arah, telpon selular).
73 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Gambar B.1
Daftar Simak Aspek-Aspek yang Merupakan Bahan Pembahasan Pada Peninjauan Lapangan
74 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran – C
(Informatif)
Tabulasi Rincian Biaya Pekerjan Penyelidikan Geologi Teknik
LOKASI RENCANA :
PROPINSI
:
WAKTU
:
NO.
bulan
URAIAN
SATUAN
1.
BIAYA PERSIAPAN
2.
GAJI
- Proyek Manager
- Sarjana Sipil
- Sarjana Geologi
- Sarjana Muda Sipil
- Sarjana Muda Geologi
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
UANG LAPANGAN
- Proyek Manager
- Sarjana Sipil
- Sarjana Geologi
- Sarjana Muda Sipil
- Sarjana Muda Geologi
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
Man-Mounth
3.
4.
5.
6.
L.S
PEKERJAAN LAPANGAN
1. Pemboran Inti
2. Standart Penetration Test
3. Permeability Test
4. Sumuran Uji
5. Pemboran Tangan
6. Sondir
7. Pemetaan Geologi Permukaan
8. Pengambilan Contoh (Sampling)
- Tanah Asli (undisturbed)
- Tanah Terganggu (disturbed)
Meter
Test
Test
Buah
Titik
Titik
Ha
tabung
karung
TRANSPORTASI
1. Team (Persoinl)
2. Peralatan
3. Sampel tanah ke Laboratorium
L.S
L.S
L.S
LAPORAN
75 dari 75
VOLUME
ATAU
BANYAKNYA
HARGA
SATUAN
(Rp)
JUMLAH
HARGA
(Rp)
Download