- Repository Unand

advertisement
311
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT PADA TANAH
VULKANIS KABUPATEN PASAMAN BARAT DI SUMATERA BARAT
(A land evaluation model for oil palm cultivation in volcanic soils of West Pasaman Region in
West Sumatra)
Dian Fiantis *)
ABSTRACT
A land evaluation model for oil palm cultivation in
volcanic soils of West Pasaman Region in West Sumatera
was developed for evaluating climatic suitability and
estimation of radiation, climatic and land production
potential. Three methods were compared to estimate crop
evapotranspiration and results showed that the method of
Dorenbos and Pruitt (1977) provided a better estimation
of crop evapotranspiration and crop-water requirement
for oil palm. The results showed that the used of climate
in land evaluation system for oil palm cultivation would
enable a more accurate interpretation of the results for
land evaluation. Based on land production potential, soils
of volcanic origin in West Pasaman have high production
potential for oil palm.
Key words: land evaluation model, oil palm, volcanic soils
PENDAHULUAN
Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang
sangat penting artinya dalam menyediakan kebutuhan hidup manusia terutama pangan. Disamping itu juga lahan berfungsi sebagai tempat
segala aktivitas kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Setiap tahun terjadi peningkatan kebutuhan penggunaan lahan, baik untuk keperluan
pertanian ataupun nonpertanian. Semuanya ini
memerlukan informasi dan data yang cukup agar
dapat direncanakan penggunaannya yang sesuai.
Tersedianya data atau informasi sumber daya
suatu lahan yang akurat amat diperlukan dalam
merencanakan penggunaan lahan, baik itu untuk
pertanian, perkebunan, industri, perdagangan
ataupun pemukiman. Informasi ini baru dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang meliputi
survei tanah ke lapangan, analisis sifat dan ciri
tanah di laboratorium, pembuatan peta serta penilaian kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan
tertentu. Salah satu penggunaan lahan yang sedang giat dilaksanakan adalah untuk pengembangan areal perkebunan terutama kelapa sawit.
Kelapa sawit sekarang merupakan tanaman
primadona karena mempunyai banyak kegunaan
mulai dari bahan baku minyak goreng kebutuhan
rumah tangga dan pendukung industri kosmetik.
Permintaan terhadap minyak kelapa sawit tiap
*)
tahun meningkat baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun untuk diekspor. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan pasar terhadap produksi
minyak kelapa sawit, diperlukan perluasan lahan
yang memungkinkan dihasilkannya produski
yang optimal. Produksi yang maksimum dan
berkesinambungan baru dapat dicapai jika lahan
tempat tanaman ini ditanam sesuai dan tepat.
Salah satu lahan yang memungkinkan untuk
perluasan areal perkebunan kelapa sawit adalah
pada tanah berbahan induk vulkanis yang terdapat pada dataran rendah. Ini dikarenakan kelapa
sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
0 - 400 m diatas permukaan laut. Di Sumatera
Barat, areal ini terdapat di daerah Pasaman.
Tanah pada daerah ini berasal dari batuan
Andesit G. Talamau dan G. Pasaman. Tanah
daerah ini memepunyai sifat yang khas yang tak
dipunyai oleh tanah lain seperti terjadinya
fikasasi unsur fosfor yang sangat tinggi. Hasil
penelitian Fiantis (1995 dan 2000) menunjukan
fiksasi P pada tanah vulkanis G. Talamau dan G.
Pasaman dapat mencapai 99 persen. Ini merupakan kendala yang cukup serius, karena P akan
mempengaruhi produksi tanaman.
Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan digunakan model kuantitatif dari FAO yang memadukan data lingkungan, iklim dan kondisi tanah
(sifat fisika dan kimia tanah). Setiap data diberi
penilaian (rating) tersendiri dan dimasukkan ke
dalam beberapa rumus matematika sehingga
akhirnya didapatkan potensi produksi suatu lahan berdasarkan iklim (Climatic Production
Potential = CPP) secara kuantitatif. Dengan memasukkan data produksi tanaman yang sebenarnya model ini akan dapat memprediksi produksi
tanaman yang sebenarnya dari suatu lahan (Land
Production Potential = LPP). Adanya program
modelling ini, akan lebih memudahkan untuk
menyusun program perencanaan oleh pemerintah
daerah dan petani di daerah ini. Dengan mengganti beberapa variabel tertentu dari program
modelling ini, dapat juga memprediksi hasil
tanaman pada daerah lain.
Laboratorium Survey, Klasifikasi dan Pemetaan Tanah
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
312
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Penelitian ini bertujuan untuk
(1) pembuatan peta tanah berdasarkan sifat khas
tanah vulkanis;
(2) penilaian kesesuaian lahan terutama dari
bahan induk vulkanis untuk tanaman kelapa
sawit; dan
(3) pembuatan program modelling guna memprediksi potensi produksi kelapa sawit.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dibuat suatu perencanaan untuk (1) jangka pendek,
dimana dapat dihasilkan suatu indeks kualitas lahan dan peta kualitas lahan untuk pengembangan
kelapa sawit di Sumatera Barat, (2) jangka panjang dapat dibuat suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk areal pengembangan kelapa sawit
dan penyusunan model potensi produksi tanaman
ini di Sumatera Barat. Selanjutnya dengan adanya model ini, dapat digunakan untuk daerah lain
dengan hanya menukarkan parameter-parameter
yang ada pada model sesuai dengan keadaan
tanah dan lingkungan daerah itu.
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Penelitian lapangan dan pengambilan contoh
tanah
Meliputi kegiatan survey dan pengambilan
contoh tanah vulkanis dari daerah sekitar G.
Pasaman. Terdiri dari dua tahap yaitu:
(1) studi kepustakaan, meliputi penelahaan bahan-bahan referensi yang dapat mendukung
perencanaan pengambuilan sampel, pengolahan data dan pembahasan hasil serta penulisan
laporan kemajuan dan akhir.
(2) survei dan pengambilan contoh di lapangan,
Pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah
berdasarkan informasi yang didapat dari petapeta geologi, topografi, tanah dan iklim daerah yang bersangkutan. Untuk survei dan
pengambilan contoh digunakan alat-alat standar ke lapangan seperti bor, cangkul, parang,
meteran, GPS (Geographical Positioning
Satellite), Munsell Soil Color Chart, kantong
plastik, ring sampel dan lain-lainnya yang
dianggap perlu. Alat yang digunakan di labor
adalah sesuai dengan analisis yang akan
dilakukan
Di lapangan akan diamati keadaan lingkungan dan morfologi tanah dengan cara pembuatan
profil tanah dan pemboran. Contoh tanah akan
diambil contoh tanah tak terganggu untuk analisis
sifat fisika tanah dan contoh tanah terganggu
untuk analisis sifat kimia, biologi dan mineralogi
tanah. Sampel tanah kemudian dimasukkan ke
dalam kantong plastik, dilabeli dan diikat dengan
baik.
Penelitian laboratorium
Karakterisasi tanah didapatkan dengan cara
analisis:
(i) sifat fisika tanah yaitu tekstur dengan metoda
Na-resin (Bartolli et al., 1991);
(ii) kerapatan isi (bulk density), kadar air pada
berbagai macam tekanan (pF);
(iii) sifat kimia tanah yaitu pH tanah (H2O dan
KCl), kapasitas tukar kation (KTK) dan
anion (KTA), C organik, P tersedia dan P
potensial, nitrogen total;
Pembuatan peta tanah tanah
Setelah selesai proses karakterisasi, maka
data yang didapatkan akan diinput ke dalam program GS+ for Windows. Program GS+ ini adalah program analisis Geostatostika dan pemetaan
yang dapat secara cepat dan efisien mengukur
dan menggambarkan hubungan spasial 2 dan/atau
3 dimensi parameter-patameter yang diamati
dengan lingkungan pengambilan contoh tanah
sehingga akhirnya dapat dibuatkan suatu peta
dari daerah yang diteliti.
Penilaian Kesesuaian Lahan
Untuk penilaian kesesuaian lahan diperlukan
data yang terdiri atas:
(1) data iklim yaitu rata-rata jam penyinaran matahari (n, jam/hari); rata-rata suhu udara
maksimum (Tmax 0C), rata-rata suhu udara
minimum (Tmin 0C); rata-rata humiditas
harian (RH, %); rata-rata kecepatan amgin
(U, m s-1 and m hari-1), total hujan bulanan
(P, mm), dan jumlah hari hujan (RD)
(2) data lingkungan tanah seperti drainase tanah;,
kedalaman efektif tanah, periode banjir,
kemiringan lahan, batu di permukaan (Rock
outcrop);
(3) data karakteristik tanah yaitu KTK dan KTA,
pH, N total, P2O5 tersedia, K2O tersedia,
salinitas, kejenuhan alumunium, struktur,
konsistensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di
Kabupaten Pasaman
Daerah Pasaman merupakan daerah sentra
produksi kelapa sawit dengan persentase
mencapai 94% dari total areal perkebunan kelapa
sawit yang terdapat di Sumatera Barat (Badan
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
313
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
agribisnis Departemen Pertanian, 1998). Perkebunan kelapa sawit di daerah Kabupaten Pasaman dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu
jenis perkebunan kelapa sawit (1) inti yang
dikelola oleh perusahaan perkebunan baik nasional maupun swasta, yang mencapai luas 45.353
ha dan (2) plasma yang diusahakan oleh masyarakat setempat dengan luas 20.739 ha (unpublished data dari Pemda Tk. II Kabupaten Pasaman,
2001). Rata-rata produksi yang dihasilkan oleh
petani plasma ternyata lebih tinggi (12,76 ton ha 1
) bila dibandingkan dengan rata-rata produksi
dari perkebunan inti (11,28 ton ha-1). Produksi
kelapa sawit ini adalah 50% lebih rendah daripada produksi optimum kelapa sawit yang mencapai 20-25 ton TBS ha-1 tahun-1. Produksi TBS
(Tandan Buah Segar) dari kelapa sawit berumur 3
tahun adalah sekitar 4 ton ha-1 dan meningkat
hingga 20 ton ha-1 pada saat tanaman berumur 14
tahun dan setelah itu menurun sampai umur akhir
produksi yaitu setelah 25 tahun (Tim Penulis PS,
2000).
Perkebunan kelapa sawit di daerah Pasaman
ini umumnya terdapat pada tanah dengan bahan
induk abu vulkanis dari G. Pasaman dan G.
Talamau. Batuan induk tanahnya tergolong
andesit dari periode Tersier-Kwarter. Menurut
Fiantis (2000) tanah vulkanis dari G. Pasaman diklasifikasikan sebagai Andisols menurut system
Klasifikasi tanah Soil Taxonomy. Tanah yang
terbentuk menurut Subardja et al. (1990) didominasi oleh Andisols yang umumnya telah berkembang, berpenampang dalam, tekstur halus
sampai sedang dengan drainase agak cepat sampai sedang. Jenis tanah yang ada pada daerah
Pasaman Barat ini terdiri dari ordo Inceptisols
(terdiri atas great group: Tropaquepts, Eutopepts,
Humitropepts), Andisols (Hydrudands dan
Hapludands), Histosols (Tropohemists), Entisols
(Tropopsamments, Tropaquents) dan Oxisols
(Hapludox) yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Tanah Dominan pada Kabupaten Pasaman Barat
Evaluasi Keadaan Iklim untuk Pertumbuhan
dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten
Pasaman
Pertumbuhandan produksi kelapa sawit terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu
iklim dan tanah. Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kondisi geografi yang cocok untuk kelapa sawit yaitu pada daerah 150 LU – 150 LS.
Unsur-unsur iklim yang penting yaitu curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan
angin. Data iklim pada daerah yang diteliti disajikan pada Tabel 1.
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
314
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Tabel 1. Data Iklim pada daerah Kabupaten Pasaman
Parameters
unit
Jan.
Feb.
Mar.
Apr.
May
Jun.
Jul.
Aug.
Sep.
Oct.
Nov. Dec. Annual
Eto
Rel. Humidity
Precipitation
T mean
T max
T min
Bright sunshine
mm
%
mm
0
C
0
C
0
C
h/d
4.31
80
606
27.2
32.2
22.2
7.5
4.67
80
234
27.3
32.8
21.7
8.2
4.7
78
386
27.5
32.8
22.2
8
4.42
81
502
27.2
32.2
22.2
7.8
4.27
78
339
27.8
32.8
22.8
8
4.04
78
411
27.0
32.2
21.7
8.1
4.17
77
298
27.0
32.2
21.7
8.4
4.28
79
630
27.0
32.2
21.7
7.8
4.27
78
620
27.0
31.7
22.2
7
4.23
80
281
27.0
31.7
22.2
6.8
4.04
80
759
27.0
31.7
22.2
6.5
Climate:
Station:
Koppen: Afa
Sukamenanti
3.95
81
137
27.0
31.7
22.2
6.5
4.28
79.2
5066
27.1
32.2
22.1
7.6
180 m a.s.l 6 km SWW of site Relevance:good
Menurut Sys et al. (1993) faktor iklim yang berperan antara lain: temperatur optimum untuk
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah antara 22-300C, temperatur minimum tidak boleh lebih
rendah dari 180 C; presipitasi sebaiknya diatas 1700 mm per tahun dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun dengan bulan kering tidak melebihi 2 bulan berturut-turut. Sedangkan curah hujan
yang tinggi akan mengurangi kadar minyak pada buah kelapa sawit; untuk mendapatkan hasil yang
tinggi sinar matahari haruslah melebihi 1300 jam per tahun. Pada Tabel 10 disajikan kriteria penilaian
kesesuaian lahan berdasarkan iklim untuk kelapa sawit.
Berdasarkan data iklim pada Tabel 10, maka tanah vulkanis G. Pasaman dapat digolongkan kepada
lahan yang berpotensi sangat tinggi untuk pengembangan kelapa sawit. Potensi air untuk kebutuhan
tanaman termasuk sangat cukup, temperatur udara sesuai sehingga ordo kesesuaian lahan berdasarkan
data iklim adalah sangat sesuai (S1). Presipitasi pada daerah G. Pasaman lebih besar bila dibandingkan
dengan potensial evapotranspirasi menurut Papadakis (Tabel 2 dan Gambar 2), dengan demikian terjadi
surplus air dan tidak terdapat bulan kering yang nyata sepanjang tahun. Dengan curah hujan yang
merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsurunsur hara di dalam tanah, dengan bantuan air unsure hara tersebut menjadi tersedia bagia tanaman.
Sebaliknya bila tanah kekurangan air, akar tanaman sukar untuk menyerap unsure hara dari dalam tanah,
yang berakibat pada musim kemarau yang berkepanjangan, produksi kelapa sawit akan menurun. Pada
Tabel 3 disajikan karakteristik, diagnosis dan klasifikasi iklim berdasarkan sistem Papadakis.
Tabel 2. Potensial Evapotranspirasi (PET) menurut Papadakis untuk daerah Pasaman
Month
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Presipitasi (mm)
606
234
386
502
339
411
298
630
620
281
759
137
5066
eatmax
48.14
49.76
49.76
48.14
49.76
48.14
48.14
48.14
46.79
46.79
46.79
48.14
eatmean
36.12
36.33
36.76
36.12
37.38
35.70
35.70
35.70
35.70
35.70
35.70
35.91
ed = (eatmean . RH/100)
28.896
29.064
28.665
29.257
29.156
27.846
27.489
28.203
27.846
28.56
28.917
28.441
PET = 5.625 (eatmax – ed) (mm)
108.25
116.42
118.66
106.21
115.89
114.15
116.16
112.14
106.56
102.54
100.54
110.81
1328.33
Tabel 3. Karakteristik, diagnosis dan Klasifikasi iklim daerah Pasaman
Variabel
Jan
Feb
PET (mm month-1)
Presipitasi
Cadangan air
Humidity Index
Leaching rain
108
606
100
5.59
497
116
234
100
2.00
117
Mar
118
386
100
3.25
267
Apr
Mei
Juni
Juli
Agus
Sep
Okt
106
502
100
4.72
395
115
339
100
2.92
223
114
411
100
3.60
296
116
298
100
2.56
183
112
630
100
5.61
517
106
620
100
5.81
513
102
281
100
2.74
178
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
Nov
100
759
100
7.54
658
Des
110
137
100
1.23
26
315
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
600
mm
400
200
0
J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
Months
EP (mm)
P (mm)
Gambar 2. Precipitasi dan evaporasi pada stasiun iklim di Sukamenanti, Pasaman.
air dalam bermacam tegangan (pF 0 – 4.2) didapatkan cadangan air tersedia (available water
storage) berkisar antara 35–40% atau antara 15 –
48 mm, dengan kadar air tersedia meningkat dari
lapisan atas tanah ke lapisan bawah (Gambar 3).
Estimasi Kebutuhan Air Tanaman (CropWater Requirements) untuk Kelapa Sawit
Metoda pendugaan kebutuhan air tanaman
digunakan karena kesulitan mendapatkan data
yang akurat di lapangan. Dari data analisis kadar
(B)
(A)
0
48
10
Gravitationnal
water
24
Hygroscopic
Water
depth (cm)
depth (cm)
0
Availabl
e
water storage (mm)
(C)
197
Available
Water
97
water storage (mm)
159
(D) 0
10
10
Gravitationnal
water
20
depth (cm)
Depth (cm)
Hygroscopic
Water
50
322
0
30
40
30
40
72
Gravitationnal
water
20
Hygroscopic
Water
30
Available
Water
50
Gravitationnal
water
20
40
Available
Water
Hygroscopic
Water
Gambar 3. Distribusi profil ketersediaan air pada tanah vulkanis G. Pasaman
water storage (mm)
108
96
water storage (mm)
175
Evapotranspirasi Referensi (ETo) pada Daerah G. Pasaman
Hasil kalkulasi besarnya evapotranspirasi untuk tanaman referensi (ETo) dengan menggunakan metoda Dorenbos and Pruitt (1977) terdapat
pada Tabel 11. ETo harian berkisar antara 5.26–
6.16 mm dan bulanan antara 157–191 mm. Nilai
ETo dengan menggunakan metoda Dorenbos and
Pruitt ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan nilai PET dengan menggu-nakan metoda
158
Papadakis (Tabel 1).
Perbedaan nilai
dikarenakan Papadakis hanya memperhi-tungkan
jumlah presipitasi dan suhu udara rata-rata dan
maksimum, sedangkan Dorenbos and Pruit
menambahkan beberapa parameter lain se-perti
kelembaban udara relatif, kecepatan angin,
lamanya penyinaran matahari, panjang hari dan
radiasi. Hasil kalkulasi Evapotranspirasi tanaman
referensi (ETo) daerah Pasaman dapat dilihat
pada Tabel 4.
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
316
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Tabel 4. Kalkulasi Evapotranspirasi referensi (ETo) pada daerah Pasaman.
Data
Tmax (0T)
Tmin (0T)
T rata (0T)
Presipitasi (mm)
RH (%)
ea
ed
ea - ed
Sunshine
Wind (km/jam)
Wind (km/hari)
f (u)
(1 – W)
W
n
N
n/N
Ra
Rns
f (ed)
f(n/N)
f(T)
Rnl
Rn
ETo (mm/hari)
ETo (mm/bulan)
Jan.
32.2
22.2
27.2
606
80
48.14
28.89
19.25
7.5
4.07
97.68
0.53
0.24
0.76
7.5
12.1
0.62
15.0
6.30
0.10
0.66
16.10
1.10
5.20
5.77
178.87
Febr.
32.8
21.7
27.3
234
80
49.76
29.06
20.70
8.2
3.63
87.12
0.51
0.24
0.76
8.2
12.1
0.68
15.50
6.85
0.10
0.71
16.10
1.18
5.67
6.15
172.33
Maret
32.8
22.2
27.5
386
78
49.76
28.66
21.10
8.0
3.53
84.72
0.50
0.24
0.76
8.0
12.1
0.66
15.70
6.84
0.10
0.70
16.10
1.17
5.67
6.16
195.10
April
32.2
22.2
27.2
502
81
48.14
29.25
18.89
7.8
3.73
89.52
0.51
0.24
0.76
7.8
12.1
0.64
15.30
6.57
0.10
0.68
16.10
1.12
5.45
5.85
175.38
Evapotranspirasi (ETc) Tanaman
Sawit pada Daerah G. Pasaman
Mei
32.8
22.8
27.8
339
78
49.76
29.15
20.61
8.0
3.70
88.80
0.51
0.24
0.76
8.0
12.1
0.66
14.40
6.27
0.10
0.70
16.10
1.15
5.12
5.75
178.32
Juni
32.2
21.7
27.0
411
78
48.14
27.85
20.29
8.1
3.40
81.60
0.49
0.24
0.76
8.1
12.1
0.67
13.90
6.10
0.11
0.70
16.10
1.22
4.88
5.47
163.96
Kelapa
Juli
32.2
21.7
27.0
298
77
48.14
27.48
20.66
8.4
3.87
92.88
0.52
0.24
0.76
8.4
12.1
0.69
14.10
6.31
0.11
0.72
16.10
1.28
5.04
5.73
177.75
Agus
32.2
21.7
27.0
630
79
48.14
28.20
19.94
7.8
3.50
84.00
0.50
0.24
0.76
7.8
12.1
0.64
14.80
6.35
0.11
0.68
16.10
1.16
5.19
5.69
176.46
Sept
31.7
22.2
27.0
620
78
46.79
27.84
18.95
7.0
3.73
89.52
0.51
0.24
0.76
7.0
12.1
0.58
15.30
6.19
0.11
0.62
16.10
1.08
5.11
5.60
167.88
Okt
31.7
22.2
27.0
281
80
46.79
28.56
18.23
6.8
3.10
74.40
0.47
0.24
0.76
6.8
12.1
0.56
15.40
6.13
0.10
0.61
16.10
1.02
5.11
5.40
167.25
Nov
31.7
22.2
27.0
759
80
46.79
28.91
17.88
6.5
3.33
79.92
0.49
0.24
0.76
6.5
12.1
0.54
15.10
5.87
0.10
0.58
16.10
0.97
4.90
5.26
157.69
Des
31.7
22.2
27.0
137
81
48.14
28.44
19.70
6.5
3.93
94.32
0.52
0.24
0.76
6.5
12.1
0.54
14.80
5.76
0.11
0.58
16.10
0.99
4.77
5.45
169.04
Penentuan Radiation-thermal
Potential (RPP) Kelapa Sawit
Koefisien tanaman (Crop coefficient = Kc)
kelapa sawit yang sudah dewasa dan telah berproduksi diestimasikan sekitar 1 dengan demikian evapotranspirasi kelapa sawit adalah sama
dengan ETo dikarenakan ETc = Kc . ETo. Nilai
ETc tahunan kelapa sawit pada daerah Pasaman
adalah 2076 mm tahun-1. Nilai ETc yang didapat
pada daerah G. Pasaman ini ternyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan ET c kelapa sawit di
Malaysia yang berkisar antara 1583 – 2003 mm
tahun-1 (Adzemi, 1999).
Total
5066
68.28
2076
Production
Kelapa sawit dikelompokan kedalam tanaman Group II dan untuk menentukan laju fotosintesis maksimim (Pm) kelapa sawit dan Leaf Area
Index digunakan gambar yang terdapat pada
Gambar 4 dan Lampiran 3. Adapun sifat dan
cirri kelapa sawit yang dinilai terdapat pada
Tabel 11. Sedangkan hasil kalkulasi RPP kelapa
sawit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Perhitungan RPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman
Parameter
Tmin
Tmax
Tmean
RH
n
N
Ac
bc
bo
f
1-f
Bgm
c30
ct
L
KLAI
Bn
Hi
RPP
Satuan
ºC
ºC
ºC
%
hrs
hrs
cal cm-2 day-1
cal cm-2 day-1
cal cm-2 day-1
kg CH2O ha-2 H-1
days
kg CH2O ha-2 H-1
kg TBB month-1
Jan
32.2
22.2
27.2
80
7.5
12.1
343
413
319
0.62
0.38
339
0.011
0.01
31
0.883
3343
0.20
669
Feb
32.8
21.7
27.3
80
8.2
12.1
360
424
226
0.68
0.32
360
0.011
0.01
28
0.883
3206
0.20
641
Mar
32.8
22.2
27.5
78
8.0
12.1
369
429
230
0.66
0.34
362
0.011
0.01
31
0.883
3563
0.20
713
Apr
32.2
22.2
27.2
81
7.8
12.1
364
426
228
0.64
0.36
356
0.011
0.01
30
0.883
3391
0.20
678
May
32.8
22.8
27.8
78
8.0
12.1
349
417
221
0.66
0.34
351
0.011
0.01
31
0.883
3455
0.25
691
Data
Jun
Jul
32.2
32.2
21.7
21.7
27.0
27.0
78
77
8.1
8.4
12.1
12.1
337
342
410
413
216
218
0.67
0.69
0.33
0.31
341
353
0.011 0.011
0.01
0.01
30
31
0.883 0.883
3298 3482
0.20
0.20
660
696
Aug
32.2
21.7
27.0
79
7.8
12.1
357
422
225
0.64
0.36
352
0.011
0.01
31
0.883
3469
0.20
694
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
Sep
31.7
22.2
27.0
78
7.0
12.1
368
429
230
0.58
0.42
345
0.011
0.01
30
0.883
3291
0.20
658
Oct
31.7
22.2
27.0
80
6.8
12.1
365
427
228
0.56
0.44
340
0.011
0.01
31
0.883
3349
0.20
670
Nov
31.7
22.2
27.0
80
6.5
12.1
349
418
222
0.54
0.46
327
0.011
0.01
30
0.883
3121
0.20
624
Dec
31.7
22.2
27.0
81
6.5
12.1
337
410
216
0.54
0.46
320
0.011
0.01
31
0.883
3151
0.20
631
317
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Gambar 5.
Hubungan antara Leaf Area Index (LAI)
dan Laju Pertumbuhan Maksimum dengan
LAI 5 (Sys et al. 1991)
Penentuan Climatic
(CPP) Kelapa Sawit
Gambar 4:
Production
Potential
Hasil penghitungan CPP ditampilkan pada
Tabel 6. Ternyata dari hasil kalkulasi parameter
iklim yang terdiri dari presipitasi, suhu udara
maksimum, minimum dan rata-rata, lama penyinaran matahari dan panjang hari, kecepatan angin
dan kelembaban udara, maka potensi produksi
kelapa sawit berdasarkan iklim adalah termasuk
kelas S1(sangat sesuai). Berdasarkan penghitungan indeks kesesuaian (suitability rating index)
dari methoda Storie dan Square Root, maka
tingkat indeks kesesuaian daerah Pasaman adalah
85 dan 92.
Penentuan Leaf Area Index, Hubungan
antara laju fotosintensis daun (Pm laju
maksimum pada keadaan cuaca baik) pada
suhu optimum dan radiasi fotosintesis aktif
(PAR) untuk jenis tanaman Group I, II, III
dan IV (FAO 1981 cited in Sys et al. 1991)
Tabel 6. Hasil Perhitungan CPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman
Parameter
Tmin
Tmax
Tmean
RH
ETo
RPP
CPP
CPP
Satuan
ºC
ºC
ºC
%
Mm bulan-1
kg TBB bulan-1
Kg btg-1 ha-1
Ton ha-1
Jan
32.2
22.2
27.2
80
178
669
1234
18
Feb
32.8
21.7
27.3
80
172
641
1183
18
Mar
32.8
22.2
27.5
78
195
713
1315
19
Apr
32.2
22.2
27.2
81
175
678
1252
19
Penentuan Land Production Potential (LPP)
Kelapa Sawit
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan
cara ‘matching’ antara kualitas atau karakteristik
lahan dengan syarat tumbuh kelapa sawit.
Parameter penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit yang merupakan hasil ’matching’ antara kriteria dengan
sifat dan ciri tanah disajikan pada Tabel 7.
May
32.8
22.8
27.8
78
178
691
1275
19
Data
Jun
Jul
32.2
32.2
21.7
21.7
27.0
27.0
78
77
163
177
660
696
1217 1285
18
19
Aug
32.2
21.7
27.0
79
176
694
1280
19
Sep
31.7
22.2
27.0
78
167
658
1214
18
Oct
31.7
22.2
27.0
80
167
670
1236
18
Nov
31.7
22.2
27.0
80
157
624
1151
17
Dec
31.7
22.2
27.0
81
169
631
1164
17
Kriteria penilaiannya menggunakan metoda FAO
/UNESCO (Sys et al., 1993). Performa klasifikasi
kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit pada
daerah Penelitian terdapat pada Tabel 8. Nilai
LPP dan CPP dapat dilihat pada Tabel 9.
Dari hasil kalkulasi ‘rating index’ menurut
metoda Storie dan Square Root maka daerah
Penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 jenis
yaitu: (1) S2 (sesuai) untuk daerah perkebunan
plasma 3 di Lembah Binuang, (2) S3 (agak
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
318
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
sesuai) untuk daerah Pujorahayu yang terletak diluar areal perkebunan dan (3) N (tidak sesuai)
untuk daerah diluar kawasan perkebunan di
Lembah Binuang. Kendala yang dihadapi untuk
peningkatan produksi pada areal perkebunan
plasma kelapa sawit adalah reaksi tanah (pH)
yang kurang optimum untuk kelapa sawit (< 5.8)
dan tekstur tanah. Sedangkan factor penghambat
pada areal di luar perkebunan kelapa sawit adalah
reaksi tanah yang masam dan KTK tanah yang
rendah. Sedangkan faktor pendukung propduksi
kelapa sawit yang optimum di daerah Pasaman
adalah tersedianya bahan organik yang cukup
tinggi dan iklim yang sesuai.
Tabel 7. Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993)
Kualitas Lahan
Lereng (%)
Bahaya Banjir
Drainase
Porositas (%)
Ketersediaan Air (%)
Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1)
Mg (cmolckg-1)
K (cmolckg-1)
CEC (cmolckg-1)
ACEC (cmolckg-1)
C-Org (%)
Kej. Basa (%)
pH (H2O)
Sifat Fisika Tanah
Tekstur
Kedalam tanah (cm)
Konsistensi
Pujorahayu
0(100, S1)
0(F0, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
Rating dan Kesesuaian Profil Tanah
Lembah Binuang
Plasma 3 T
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
Plasma 3 U
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
0(100, S1)
1(85, S1)
0(100, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
1(85, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
0(100, S1)
1(85, S1)
0(100, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
1(85, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
0(100, S1)
2(60, S2)
2(60, S2)
1(85, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
0(100, S1)
1(85, S1)
0(100, S1)
2(60, S2)
1(85, S1)
3(40, S3)
2(60, S2)
1(85, S1)
3(40, S3)
2(60, S2)
1(85, S1)
3(40, S3)
2(60, S2)
1(85, S1)
3(40, S3)
2(60, S2)
1(85, S1)
Tabel 8. Performa klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO untuk kelapa sawit pada daerah Pasaman
Parameter Iklim
c
c
c
c
c
Presipitasi (mm)
Suhu rata-rata
Suhu max
Suhu min
n/N
Indeks Iklim
Rating Iklim
Kelas Iklim
Value
Kelas
5066
27.1
32.2
22.1
0.62
S1
S1
S1
S1
S1
Storie method / Square Root Method
Storie method / Square Root Method
S1 / S1
Level Limitasi
Value
Kelas
Rating
0
0
0
0
1
100
100
100
100
85
75/78
85/92
S1
Level Limitasi
Rating
0
0
1
1
2
2
2
3
0
94
100
80
85
86.5
63.5
60
34
100
26 / 52
Lokasi: Pujorahayu
Parameter lahan
t
Lereng
3
S1
Bahaya banjir
0
S1
w
drainase
Well-drained
S1
Tekstur / Struktur
SiCL
S1
s
Kedalaman tanah (cm)
82
S2
Kation Basa (cmolckg-1)
3.03
S1
ACEC (cmolckg-1)
13.28
S2
f
pH (H2O)
4.81
S3
C-Organik
5.92
S1
Indeks Lahan
Storie method / Square Root Method
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya
S3f / S2f
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
319
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Lokasi: Lembah Binuang
Parameter lahan
Value
Kelas
Lereng
3
S1
Bahaya banjir
0
S1
drainase
Well-drained
S1
Tekstur / Struktur
SiCL
S1
s
Kedalaman tanah (cm)
82
S2
Kation Basa (cmolckg-1)
1.10
S3
ACEC (cmolckg-1)
15
S2
f
pH (H2O)
4.68
N1
C-Organik
7.02
S1
Indeks Lahan
Storie method / Square Root Method
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya
Level Limitasi
0
0
1
1
2
3
2
4
0
T
w
Rating
94
100
80
85
86.5
40
60
25
100
17 / 16
Ns,f
Lokasi: Plasma 3 T
Parameter lahan
Value
Kelas
Level Limitasi
Lereng
1
S1
0
Bahaya banjir
0
S1
0
Drainase
Well-drained
S1
1
Tekstur / Struktur
SiCL
S1
1
s
Kedalaman tanah (cm)
92
S2
2
Kation Basa (cmolckg-1)
10
S1
0
ACEC (cmolckg-1)
30.44
S1
0
f
pH (H2O)
5.57
S1
1
C-Organik
10.04
S1
0
Indeks Lahan
Storie method / Square Root Method
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya
S2f / S2f
Rating
98
100
80
85
94
100
100
85.6
100
70 / 65
T
w
Lokasi: Plasma 3 U
Parameter lahan
Value
Kelas
Lereng
2
S1
Bahaya banjir
0
S1
drainase
Well-drained
S1
Tekstur / Struktur
SiCL
S1
s
Kedalaman tanah (cm)
93
S2
Kation Basa (cmolckg-1)
4.23
S2
ACEC (cmolckg-1)
24.72
S1
f
pH (H2O)
5.61
S1
C-Organik
7.38
S1
Indeks Lahan
Storie method / Square Root Method
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya
Level Limitasi
0
0
1
1
2
2
0
1
0
t
w
Rating
96
100
80
85
95
78
100
86.7
100
54 / 65
S2s
Tabel 9. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per bulan pada
daerah Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya
(ton ha-1)
Pujorahayu
12.76
Lb. Binuang
12.76
Plasma 3 T
12.76
Plasma 3 U
12.76
RPP
(ton ha-1)
9.90
9.90
9.90
9.90
CPP
(ton ha-1)
18.26
18.26
18.26
18.26
Indeks
Manajemen (My)
1.82
2.92
0.67
1.50
Indeks Tanah (Sy)
0.38
0.24
1.00
0.47
LPP
(ton ha-1)
12.63
12.80
12.23
12.87
Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per Tahun pada Daerah
Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya
(ton ha-1 tahun-1)
Pujorahayu
153.12
Lb. Binuang
153.12
Plasma 3 T
153.12
Plasma 3 U
153.12
RPP
(ton ha-1)
118.8
118.8
118.8
118.8
CPP
(ton ha-1)
219.12
219.12
219.12
219.12
Indeks
Manajemen (My)
21.84
34.95
8.39
17.94
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
Indeks Tanah
(Sy)
4.61
2.88
12
5.62
LPP
(ton ha-1 tahun-1)
22061
22055
22061
22092
320
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
Tabel 10. Kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993)
Kualitas Lahan
S1
0
95
0–4
F0
Well-drained
1
100
Lereng (%)
Bahaya Banjir
Drainase
Porositas (%)
Ketersediaan Air (%)
Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1)
Mg (cmolckg-1)
K (cmolckg-1)
CEC (cmolckg-1)
ACEC (cmolckg-1)
C-Org (%)
Kej. Basa (%)
pH (H2O)
Sifat Fisika Tanah
Tekstur
Kedalam tanah (cm)
Konsistensi
Kelas iklim, limitasi dan rating
S2
S3
N1
2
3
60
40
N2
4
25
0
85
8 – 16
Imperfectly
drained
19 - 15
70 - 60
16 – 30
F2
Poor and
aerated
14-Okt
60 - 50
30 - 50
F3
Poorly drained
> 50
F4
Very poorly
> 25
> 85
5–9
F1
Mod-welldrained
24 - 20
85 - 70
09-Jun
< 50
<6
-
> 2.6
> 0.6
> 0.2
> 10.0
> 5.0
> 2.0
> 35
5.8 – 5.5
5.8 – 6.0
2.5 – 1.5
0.6 – 0.4
0.2 – 0.1
10.0 – 8.0
5 – 3.5
1.9 – 1.0
35 – 20
5.5 – 5.0
6.0 – 6.5
< 1.5
< 0.4
< 0.1
8.0 – 6.0
3.5 – 2.0
< 1.0
< 20
5.0 – 4.2
6.5 – 7.0
< 6.0
< 2.0
4.2 – 3.5
7.0 – 7.5
< 3.5
-
> 7.5
C – SiCs
SiCL, Co, CL,
SCL
SL, Lfs
SC, L
> 150
150 – 100
100 – 50
50 – 25
Sangat Gembur Gembur Keras – sangat Sangat keras
keras
keras
-
Cm, SiCm, LS,
LcS, fS, S, cS
< 25
massive
Tabel 11. Sifat dan Ciri Tanaman Kelapa Sawit (Sys et al., 1993)
Periode Pertumbuhan
(hari)
Periode Pembentukan Hasil
75 - 89
90 - 119
120 - 149
150 - 179
180 - 209
210 - 239
240 - 269
270 - 299
300 - 329
330 - 364
365 365 +
0
0
0
0
0
0 – 29
30 – 59
60 – 89
90 – 119
120 – 149
150
150
Sifat dan Ciri Tanaman
Leaf Area Index
maksimum
1.2 – 1.5
1.5 – 2.0
2.0 – 2.5
2.5 – 3.0
3.0 – 3.4
3.4 – 3.9
3.9 – 4.4
4.4 – 4.9
4.9 – 5.4
5.4 – 6.0
6.0
6.0
Indeks Panen (Harvest
Index)
0
0
0
0
0
0 – 0.04
0.04 – 0.08
0.08 – 0.12
0.12 – 0.15
0.15 – 0.20
0.20
0.20
KESIMPULAN DAN SARAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Secara fisiografis dan iklim daerah G.
Pasaman sangat sesuai untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit. Tingkat kesesuaian iklim
untuk pengembangan kelapa sawit adalah pada
kelas S1. Kelas kesesuaian lahan dan tanah berada dibawah kelas kesesuaian iklim yaitu S2, S3
dan N. Kendala yang utama dihadapi pada tingkat agak sesuai dan tidak sesuai adalah pH tanah
pada lapisan atas dibawah 5 dan ketersediaan
hara yang rendah. Faktor penunjang untuk peningkatan produksi kelapa sawit adalah ketersediaan bahan organik yang cukup tinggi dan sifat
Fisika tanah yang relatif baik.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas
atas terlaksananya penelitian ini melalui bantuan
dana dalam Proyek Penelitian Dana Rutin tahun
2001 dengan kontrak No. 01/Rutin/V/2001.
Terima kasih juga diucapkan kepada Sdr. Adrian,
Ledy Fitrisia dan Ari Prima Wahyudi mahasiswa
Jurusan Tanah Faperta Unand yang telah membantu mendapatkan data iklim dan produksi kelapa sawit di daerah Pasaman..
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
321
Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004
DAFTAR PUSTAKA
Adzemi, M. A. 1999. Land Evaluation System for Elaeis
Guineensis Jacq Cultivation in Peninsular Malaysia.
Ph.D. Thesis Universiti Putra Malaysia. Serdang,
Selangor Malaysia. 583 p.
Ahmad, F., I. N. Dt. R. Imbang, E. Farda, D. Fiantis. 1994.
Peranan Mineral Liat Non Kristalin Dalam Pembentukan
Tanah Berbahan Induk Abu Vulkanis Pada Toposequen
G. Merapi dan G. Talamau di Sumatera Barat. Lembaga
Penelitian Universitas Andalas. Padang. 56 p.
Allen, B. L. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in
Soil Environments. In : J.B. Dixon and S. B. Weed.
Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp.
199-277.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan
Peluang Investasi Agribisnis Provinsi Sumatera Barat.
Penerbit Kanisius. Yokyakarta. 54 p.
Bartoli, F., G. Burtin and A. J. Herbillon. 1991. Disggregation and clay dispersion of Oxisols: Na resin, a
recommended methodology. Geoderma, 40:301-317.
Blakemore, L.C., P.L. Scarle, and B. K. Daly. 1987. Soil
Bureau Laboratory Methods for chemical analysis of
soil. New Zealand Soil Bureau. Soil Rep. 10A.
DSIRO. New Zealand.
Brawell, J. M., A.C. Campbell, and B. D. Mitchell. 1970. An
Assignment of some thermal & chemical technique used
in the study of the poorly ordered aluminosilicates in
soil clays. Clay Mineralogy 8 : 325-335.
Egawa, T. 1977. Properties of Soil Derived from Volcanic
Ash Soils. In K. H. Tan (ed.). 1984. Andosols. Van
Nostrand Reinhold Comp. New York. pp. 249-302.
FAO-ISRIC-ISSS. 1998. World Reference Base for Soil
Resources. World Soil Resources Reports No. 84. FAO
of UN. Rome.
Farmer, V. C., W. J. McHardy, F. Palmieri, A. Violante, and
P. Violante. 1991. Syntethic allophanes formed in
calcareous environments; Nature, conditions of formation and transformations. SSSA Journal Vol. 55: 11621166.
Fiantis, D. 1995. Properties of Volcanic Ash Soils from the
Marapi and Talamau Volcanoes in West Sumatera
(Indonesia). M. Sc. thesis. Univ. of Gent. 131 p.
Fiantis, D. 1997. Hubungan antara sifat muatan permukaan
dan mineralogi tanah vulkanis di Sumatera Barat.
Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang.
Fiantis, D. 2000. Colloid-Surface Characteristics and Amelioration Problems of some volcanic soils in West
Sumatra, Indonesia. Ph. D. Thesis. Universiti Putra
Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. 315 p.
Fiantis, D., E. Van Ranst and J. Shamshuddin. 1998.
Mineralogical and charge properties of volcanic ash soils
from West Sumatra, Indonesia. Malaysian J. of Soil Sci.
2:45-57.
Jackson, 1965. Free Oxides, ydroxides and amorphous
aluminosilicates. In Black (ed.) Methods of soil analysis
Part I. Physical and Mineralogical Properties. Amer.
Soc. of Agronomy. Madison.
Parfitt, R. L., and T. Henmi. 1982. Comparison of an
oxalate-extraction method and an infrared spectroscopic
method for determining allophane in soil clays. Soil Sci.
Plant Nutr., 28:183-190.
Parfitt, R. L., and A. D. Wilson. 1985. Estimation of
Allophane anf Halloysite in three sequences of volcanic
ash soils New Zealand. In E. Fernandez Caldas and
D.H. Yaolan (editors). Volcanic Soils. Catena Suppl.
7:1-8.
Shoji, S., M. Nanzyo, and R. Dahlgren. 1993. Volcanic Ash
Soils. Elsevier. Amsterdam. 288 p.
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. A Basic system of
Soil Classification for Making and Interpreting Soil
Surveys. 2nh ed. USDA, NRCS. Washington. 846 p.
Subardja, A., K. Djuanda, Y. Hadian, CD. Samdan, Y.
Muljadi, W. Supriatna dan J. Dal. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Lubuk
Sikaping (076) Sumatera. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor. 301 p.
Subardja, D., A. Priyono dan rasta. 1994. Potensi Sumberdaya lahan Sumatera Barat. Dalam H. H. Djohar (editor).
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Sumberdaya
Lahan Di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor. hal:1-6.
Sys, C., E. Van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993.
Land Evaluation, part III, Crop Requirements.
Agricultural Publications No. 7. General Administration
for Development Cooperations. Brussels, Belgium. 199
p.
Tan, K.H. 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Company. New York. 418 p.
Tan, K.H. 1992. Principle of Soil Chemistry (2nd ed.).
Marcell Dekker. New York. 352 p.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penerbit Swadaya. Jakarta. 218 p.
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia, vol.
I A. Martinus Nijhoff. The Hague.
Van Ranst, E. 1991. Land Evaluation. Lecture Notes. ITC
for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent.
512 p.
Van Ranst, E. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC
for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent.
287 p.
Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In : J.B. Dixon
and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA.
Madison. pp. 1051-1087.
Wann, S. S., and G. Uehara. 1978. Surface charge
manipulation of constant surface potential soil colloids.
I. Relation to sorbed phosphorus, Soil Sci. Soc. Am. J.
42:565-570
------------------------------oo0oo------------------------------
ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002
Download