311 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT PADA TANAH VULKANIS KABUPATEN PASAMAN BARAT DI SUMATERA BARAT (A land evaluation model for oil palm cultivation in volcanic soils of West Pasaman Region in West Sumatra) Dian Fiantis *) ABSTRACT A land evaluation model for oil palm cultivation in volcanic soils of West Pasaman Region in West Sumatera was developed for evaluating climatic suitability and estimation of radiation, climatic and land production potential. Three methods were compared to estimate crop evapotranspiration and results showed that the method of Dorenbos and Pruitt (1977) provided a better estimation of crop evapotranspiration and crop-water requirement for oil palm. The results showed that the used of climate in land evaluation system for oil palm cultivation would enable a more accurate interpretation of the results for land evaluation. Based on land production potential, soils of volcanic origin in West Pasaman have high production potential for oil palm. Key words: land evaluation model, oil palm, volcanic soils PENDAHULUAN Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting artinya dalam menyediakan kebutuhan hidup manusia terutama pangan. Disamping itu juga lahan berfungsi sebagai tempat segala aktivitas kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Setiap tahun terjadi peningkatan kebutuhan penggunaan lahan, baik untuk keperluan pertanian ataupun nonpertanian. Semuanya ini memerlukan informasi dan data yang cukup agar dapat direncanakan penggunaannya yang sesuai. Tersedianya data atau informasi sumber daya suatu lahan yang akurat amat diperlukan dalam merencanakan penggunaan lahan, baik itu untuk pertanian, perkebunan, industri, perdagangan ataupun pemukiman. Informasi ini baru dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang meliputi survei tanah ke lapangan, analisis sifat dan ciri tanah di laboratorium, pembuatan peta serta penilaian kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Salah satu penggunaan lahan yang sedang giat dilaksanakan adalah untuk pengembangan areal perkebunan terutama kelapa sawit. Kelapa sawit sekarang merupakan tanaman primadona karena mempunyai banyak kegunaan mulai dari bahan baku minyak goreng kebutuhan rumah tangga dan pendukung industri kosmetik. Permintaan terhadap minyak kelapa sawit tiap *) tahun meningkat baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar terhadap produksi minyak kelapa sawit, diperlukan perluasan lahan yang memungkinkan dihasilkannya produski yang optimal. Produksi yang maksimum dan berkesinambungan baru dapat dicapai jika lahan tempat tanaman ini ditanam sesuai dan tepat. Salah satu lahan yang memungkinkan untuk perluasan areal perkebunan kelapa sawit adalah pada tanah berbahan induk vulkanis yang terdapat pada dataran rendah. Ini dikarenakan kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 400 m diatas permukaan laut. Di Sumatera Barat, areal ini terdapat di daerah Pasaman. Tanah pada daerah ini berasal dari batuan Andesit G. Talamau dan G. Pasaman. Tanah daerah ini memepunyai sifat yang khas yang tak dipunyai oleh tanah lain seperti terjadinya fikasasi unsur fosfor yang sangat tinggi. Hasil penelitian Fiantis (1995 dan 2000) menunjukan fiksasi P pada tanah vulkanis G. Talamau dan G. Pasaman dapat mencapai 99 persen. Ini merupakan kendala yang cukup serius, karena P akan mempengaruhi produksi tanaman. Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan digunakan model kuantitatif dari FAO yang memadukan data lingkungan, iklim dan kondisi tanah (sifat fisika dan kimia tanah). Setiap data diberi penilaian (rating) tersendiri dan dimasukkan ke dalam beberapa rumus matematika sehingga akhirnya didapatkan potensi produksi suatu lahan berdasarkan iklim (Climatic Production Potential = CPP) secara kuantitatif. Dengan memasukkan data produksi tanaman yang sebenarnya model ini akan dapat memprediksi produksi tanaman yang sebenarnya dari suatu lahan (Land Production Potential = LPP). Adanya program modelling ini, akan lebih memudahkan untuk menyusun program perencanaan oleh pemerintah daerah dan petani di daerah ini. Dengan mengganti beberapa variabel tertentu dari program modelling ini, dapat juga memprediksi hasil tanaman pada daerah lain. Laboratorium Survey, Klasifikasi dan Pemetaan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 312 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Penelitian ini bertujuan untuk (1) pembuatan peta tanah berdasarkan sifat khas tanah vulkanis; (2) penilaian kesesuaian lahan terutama dari bahan induk vulkanis untuk tanaman kelapa sawit; dan (3) pembuatan program modelling guna memprediksi potensi produksi kelapa sawit. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dibuat suatu perencanaan untuk (1) jangka pendek, dimana dapat dihasilkan suatu indeks kualitas lahan dan peta kualitas lahan untuk pengembangan kelapa sawit di Sumatera Barat, (2) jangka panjang dapat dibuat suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk areal pengembangan kelapa sawit dan penyusunan model potensi produksi tanaman ini di Sumatera Barat. Selanjutnya dengan adanya model ini, dapat digunakan untuk daerah lain dengan hanya menukarkan parameter-parameter yang ada pada model sesuai dengan keadaan tanah dan lingkungan daerah itu. BAHAN DAN METODA PENELITIAN Penelitian lapangan dan pengambilan contoh tanah Meliputi kegiatan survey dan pengambilan contoh tanah vulkanis dari daerah sekitar G. Pasaman. Terdiri dari dua tahap yaitu: (1) studi kepustakaan, meliputi penelahaan bahan-bahan referensi yang dapat mendukung perencanaan pengambuilan sampel, pengolahan data dan pembahasan hasil serta penulisan laporan kemajuan dan akhir. (2) survei dan pengambilan contoh di lapangan, Pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah berdasarkan informasi yang didapat dari petapeta geologi, topografi, tanah dan iklim daerah yang bersangkutan. Untuk survei dan pengambilan contoh digunakan alat-alat standar ke lapangan seperti bor, cangkul, parang, meteran, GPS (Geographical Positioning Satellite), Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, ring sampel dan lain-lainnya yang dianggap perlu. Alat yang digunakan di labor adalah sesuai dengan analisis yang akan dilakukan Di lapangan akan diamati keadaan lingkungan dan morfologi tanah dengan cara pembuatan profil tanah dan pemboran. Contoh tanah akan diambil contoh tanah tak terganggu untuk analisis sifat fisika tanah dan contoh tanah terganggu untuk analisis sifat kimia, biologi dan mineralogi tanah. Sampel tanah kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, dilabeli dan diikat dengan baik. Penelitian laboratorium Karakterisasi tanah didapatkan dengan cara analisis: (i) sifat fisika tanah yaitu tekstur dengan metoda Na-resin (Bartolli et al., 1991); (ii) kerapatan isi (bulk density), kadar air pada berbagai macam tekanan (pF); (iii) sifat kimia tanah yaitu pH tanah (H2O dan KCl), kapasitas tukar kation (KTK) dan anion (KTA), C organik, P tersedia dan P potensial, nitrogen total; Pembuatan peta tanah tanah Setelah selesai proses karakterisasi, maka data yang didapatkan akan diinput ke dalam program GS+ for Windows. Program GS+ ini adalah program analisis Geostatostika dan pemetaan yang dapat secara cepat dan efisien mengukur dan menggambarkan hubungan spasial 2 dan/atau 3 dimensi parameter-patameter yang diamati dengan lingkungan pengambilan contoh tanah sehingga akhirnya dapat dibuatkan suatu peta dari daerah yang diteliti. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk penilaian kesesuaian lahan diperlukan data yang terdiri atas: (1) data iklim yaitu rata-rata jam penyinaran matahari (n, jam/hari); rata-rata suhu udara maksimum (Tmax 0C), rata-rata suhu udara minimum (Tmin 0C); rata-rata humiditas harian (RH, %); rata-rata kecepatan amgin (U, m s-1 and m hari-1), total hujan bulanan (P, mm), dan jumlah hari hujan (RD) (2) data lingkungan tanah seperti drainase tanah;, kedalaman efektif tanah, periode banjir, kemiringan lahan, batu di permukaan (Rock outcrop); (3) data karakteristik tanah yaitu KTK dan KTA, pH, N total, P2O5 tersedia, K2O tersedia, salinitas, kejenuhan alumunium, struktur, konsistensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Pasaman Daerah Pasaman merupakan daerah sentra produksi kelapa sawit dengan persentase mencapai 94% dari total areal perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Sumatera Barat (Badan ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 313 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 agribisnis Departemen Pertanian, 1998). Perkebunan kelapa sawit di daerah Kabupaten Pasaman dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu jenis perkebunan kelapa sawit (1) inti yang dikelola oleh perusahaan perkebunan baik nasional maupun swasta, yang mencapai luas 45.353 ha dan (2) plasma yang diusahakan oleh masyarakat setempat dengan luas 20.739 ha (unpublished data dari Pemda Tk. II Kabupaten Pasaman, 2001). Rata-rata produksi yang dihasilkan oleh petani plasma ternyata lebih tinggi (12,76 ton ha 1 ) bila dibandingkan dengan rata-rata produksi dari perkebunan inti (11,28 ton ha-1). Produksi kelapa sawit ini adalah 50% lebih rendah daripada produksi optimum kelapa sawit yang mencapai 20-25 ton TBS ha-1 tahun-1. Produksi TBS (Tandan Buah Segar) dari kelapa sawit berumur 3 tahun adalah sekitar 4 ton ha-1 dan meningkat hingga 20 ton ha-1 pada saat tanaman berumur 14 tahun dan setelah itu menurun sampai umur akhir produksi yaitu setelah 25 tahun (Tim Penulis PS, 2000). Perkebunan kelapa sawit di daerah Pasaman ini umumnya terdapat pada tanah dengan bahan induk abu vulkanis dari G. Pasaman dan G. Talamau. Batuan induk tanahnya tergolong andesit dari periode Tersier-Kwarter. Menurut Fiantis (2000) tanah vulkanis dari G. Pasaman diklasifikasikan sebagai Andisols menurut system Klasifikasi tanah Soil Taxonomy. Tanah yang terbentuk menurut Subardja et al. (1990) didominasi oleh Andisols yang umumnya telah berkembang, berpenampang dalam, tekstur halus sampai sedang dengan drainase agak cepat sampai sedang. Jenis tanah yang ada pada daerah Pasaman Barat ini terdiri dari ordo Inceptisols (terdiri atas great group: Tropaquepts, Eutopepts, Humitropepts), Andisols (Hydrudands dan Hapludands), Histosols (Tropohemists), Entisols (Tropopsamments, Tropaquents) dan Oxisols (Hapludox) yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Tanah Dominan pada Kabupaten Pasaman Barat Evaluasi Keadaan Iklim untuk Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Pasaman Pertumbuhandan produksi kelapa sawit terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu iklim dan tanah. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kondisi geografi yang cocok untuk kelapa sawit yaitu pada daerah 150 LU – 150 LS. Unsur-unsur iklim yang penting yaitu curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan angin. Data iklim pada daerah yang diteliti disajikan pada Tabel 1. ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 314 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Tabel 1. Data Iklim pada daerah Kabupaten Pasaman Parameters unit Jan. Feb. Mar. Apr. May Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Annual Eto Rel. Humidity Precipitation T mean T max T min Bright sunshine mm % mm 0 C 0 C 0 C h/d 4.31 80 606 27.2 32.2 22.2 7.5 4.67 80 234 27.3 32.8 21.7 8.2 4.7 78 386 27.5 32.8 22.2 8 4.42 81 502 27.2 32.2 22.2 7.8 4.27 78 339 27.8 32.8 22.8 8 4.04 78 411 27.0 32.2 21.7 8.1 4.17 77 298 27.0 32.2 21.7 8.4 4.28 79 630 27.0 32.2 21.7 7.8 4.27 78 620 27.0 31.7 22.2 7 4.23 80 281 27.0 31.7 22.2 6.8 4.04 80 759 27.0 31.7 22.2 6.5 Climate: Station: Koppen: Afa Sukamenanti 3.95 81 137 27.0 31.7 22.2 6.5 4.28 79.2 5066 27.1 32.2 22.1 7.6 180 m a.s.l 6 km SWW of site Relevance:good Menurut Sys et al. (1993) faktor iklim yang berperan antara lain: temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah antara 22-300C, temperatur minimum tidak boleh lebih rendah dari 180 C; presipitasi sebaiknya diatas 1700 mm per tahun dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dengan bulan kering tidak melebihi 2 bulan berturut-turut. Sedangkan curah hujan yang tinggi akan mengurangi kadar minyak pada buah kelapa sawit; untuk mendapatkan hasil yang tinggi sinar matahari haruslah melebihi 1300 jam per tahun. Pada Tabel 10 disajikan kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan iklim untuk kelapa sawit. Berdasarkan data iklim pada Tabel 10, maka tanah vulkanis G. Pasaman dapat digolongkan kepada lahan yang berpotensi sangat tinggi untuk pengembangan kelapa sawit. Potensi air untuk kebutuhan tanaman termasuk sangat cukup, temperatur udara sesuai sehingga ordo kesesuaian lahan berdasarkan data iklim adalah sangat sesuai (S1). Presipitasi pada daerah G. Pasaman lebih besar bila dibandingkan dengan potensial evapotranspirasi menurut Papadakis (Tabel 2 dan Gambar 2), dengan demikian terjadi surplus air dan tidak terdapat bulan kering yang nyata sepanjang tahun. Dengan curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsurunsur hara di dalam tanah, dengan bantuan air unsure hara tersebut menjadi tersedia bagia tanaman. Sebaliknya bila tanah kekurangan air, akar tanaman sukar untuk menyerap unsure hara dari dalam tanah, yang berakibat pada musim kemarau yang berkepanjangan, produksi kelapa sawit akan menurun. Pada Tabel 3 disajikan karakteristik, diagnosis dan klasifikasi iklim berdasarkan sistem Papadakis. Tabel 2. Potensial Evapotranspirasi (PET) menurut Papadakis untuk daerah Pasaman Month Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Presipitasi (mm) 606 234 386 502 339 411 298 630 620 281 759 137 5066 eatmax 48.14 49.76 49.76 48.14 49.76 48.14 48.14 48.14 46.79 46.79 46.79 48.14 eatmean 36.12 36.33 36.76 36.12 37.38 35.70 35.70 35.70 35.70 35.70 35.70 35.91 ed = (eatmean . RH/100) 28.896 29.064 28.665 29.257 29.156 27.846 27.489 28.203 27.846 28.56 28.917 28.441 PET = 5.625 (eatmax – ed) (mm) 108.25 116.42 118.66 106.21 115.89 114.15 116.16 112.14 106.56 102.54 100.54 110.81 1328.33 Tabel 3. Karakteristik, diagnosis dan Klasifikasi iklim daerah Pasaman Variabel Jan Feb PET (mm month-1) Presipitasi Cadangan air Humidity Index Leaching rain 108 606 100 5.59 497 116 234 100 2.00 117 Mar 118 386 100 3.25 267 Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt 106 502 100 4.72 395 115 339 100 2.92 223 114 411 100 3.60 296 116 298 100 2.56 183 112 630 100 5.61 517 106 620 100 5.81 513 102 281 100 2.74 178 ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 Nov 100 759 100 7.54 658 Des 110 137 100 1.23 26 315 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 600 mm 400 200 0 J F M A M J J A S O N D Months EP (mm) P (mm) Gambar 2. Precipitasi dan evaporasi pada stasiun iklim di Sukamenanti, Pasaman. air dalam bermacam tegangan (pF 0 – 4.2) didapatkan cadangan air tersedia (available water storage) berkisar antara 35–40% atau antara 15 – 48 mm, dengan kadar air tersedia meningkat dari lapisan atas tanah ke lapisan bawah (Gambar 3). Estimasi Kebutuhan Air Tanaman (CropWater Requirements) untuk Kelapa Sawit Metoda pendugaan kebutuhan air tanaman digunakan karena kesulitan mendapatkan data yang akurat di lapangan. Dari data analisis kadar (B) (A) 0 48 10 Gravitationnal water 24 Hygroscopic Water depth (cm) depth (cm) 0 Availabl e water storage (mm) (C) 197 Available Water 97 water storage (mm) 159 (D) 0 10 10 Gravitationnal water 20 depth (cm) Depth (cm) Hygroscopic Water 50 322 0 30 40 30 40 72 Gravitationnal water 20 Hygroscopic Water 30 Available Water 50 Gravitationnal water 20 40 Available Water Hygroscopic Water Gambar 3. Distribusi profil ketersediaan air pada tanah vulkanis G. Pasaman water storage (mm) 108 96 water storage (mm) 175 Evapotranspirasi Referensi (ETo) pada Daerah G. Pasaman Hasil kalkulasi besarnya evapotranspirasi untuk tanaman referensi (ETo) dengan menggunakan metoda Dorenbos and Pruitt (1977) terdapat pada Tabel 11. ETo harian berkisar antara 5.26– 6.16 mm dan bulanan antara 157–191 mm. Nilai ETo dengan menggunakan metoda Dorenbos and Pruitt ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai PET dengan menggu-nakan metoda 158 Papadakis (Tabel 1). Perbedaan nilai dikarenakan Papadakis hanya memperhi-tungkan jumlah presipitasi dan suhu udara rata-rata dan maksimum, sedangkan Dorenbos and Pruit menambahkan beberapa parameter lain se-perti kelembaban udara relatif, kecepatan angin, lamanya penyinaran matahari, panjang hari dan radiasi. Hasil kalkulasi Evapotranspirasi tanaman referensi (ETo) daerah Pasaman dapat dilihat pada Tabel 4. ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 316 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Tabel 4. Kalkulasi Evapotranspirasi referensi (ETo) pada daerah Pasaman. Data Tmax (0T) Tmin (0T) T rata (0T) Presipitasi (mm) RH (%) ea ed ea - ed Sunshine Wind (km/jam) Wind (km/hari) f (u) (1 – W) W n N n/N Ra Rns f (ed) f(n/N) f(T) Rnl Rn ETo (mm/hari) ETo (mm/bulan) Jan. 32.2 22.2 27.2 606 80 48.14 28.89 19.25 7.5 4.07 97.68 0.53 0.24 0.76 7.5 12.1 0.62 15.0 6.30 0.10 0.66 16.10 1.10 5.20 5.77 178.87 Febr. 32.8 21.7 27.3 234 80 49.76 29.06 20.70 8.2 3.63 87.12 0.51 0.24 0.76 8.2 12.1 0.68 15.50 6.85 0.10 0.71 16.10 1.18 5.67 6.15 172.33 Maret 32.8 22.2 27.5 386 78 49.76 28.66 21.10 8.0 3.53 84.72 0.50 0.24 0.76 8.0 12.1 0.66 15.70 6.84 0.10 0.70 16.10 1.17 5.67 6.16 195.10 April 32.2 22.2 27.2 502 81 48.14 29.25 18.89 7.8 3.73 89.52 0.51 0.24 0.76 7.8 12.1 0.64 15.30 6.57 0.10 0.68 16.10 1.12 5.45 5.85 175.38 Evapotranspirasi (ETc) Tanaman Sawit pada Daerah G. Pasaman Mei 32.8 22.8 27.8 339 78 49.76 29.15 20.61 8.0 3.70 88.80 0.51 0.24 0.76 8.0 12.1 0.66 14.40 6.27 0.10 0.70 16.10 1.15 5.12 5.75 178.32 Juni 32.2 21.7 27.0 411 78 48.14 27.85 20.29 8.1 3.40 81.60 0.49 0.24 0.76 8.1 12.1 0.67 13.90 6.10 0.11 0.70 16.10 1.22 4.88 5.47 163.96 Kelapa Juli 32.2 21.7 27.0 298 77 48.14 27.48 20.66 8.4 3.87 92.88 0.52 0.24 0.76 8.4 12.1 0.69 14.10 6.31 0.11 0.72 16.10 1.28 5.04 5.73 177.75 Agus 32.2 21.7 27.0 630 79 48.14 28.20 19.94 7.8 3.50 84.00 0.50 0.24 0.76 7.8 12.1 0.64 14.80 6.35 0.11 0.68 16.10 1.16 5.19 5.69 176.46 Sept 31.7 22.2 27.0 620 78 46.79 27.84 18.95 7.0 3.73 89.52 0.51 0.24 0.76 7.0 12.1 0.58 15.30 6.19 0.11 0.62 16.10 1.08 5.11 5.60 167.88 Okt 31.7 22.2 27.0 281 80 46.79 28.56 18.23 6.8 3.10 74.40 0.47 0.24 0.76 6.8 12.1 0.56 15.40 6.13 0.10 0.61 16.10 1.02 5.11 5.40 167.25 Nov 31.7 22.2 27.0 759 80 46.79 28.91 17.88 6.5 3.33 79.92 0.49 0.24 0.76 6.5 12.1 0.54 15.10 5.87 0.10 0.58 16.10 0.97 4.90 5.26 157.69 Des 31.7 22.2 27.0 137 81 48.14 28.44 19.70 6.5 3.93 94.32 0.52 0.24 0.76 6.5 12.1 0.54 14.80 5.76 0.11 0.58 16.10 0.99 4.77 5.45 169.04 Penentuan Radiation-thermal Potential (RPP) Kelapa Sawit Koefisien tanaman (Crop coefficient = Kc) kelapa sawit yang sudah dewasa dan telah berproduksi diestimasikan sekitar 1 dengan demikian evapotranspirasi kelapa sawit adalah sama dengan ETo dikarenakan ETc = Kc . ETo. Nilai ETc tahunan kelapa sawit pada daerah Pasaman adalah 2076 mm tahun-1. Nilai ETc yang didapat pada daerah G. Pasaman ini ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan ET c kelapa sawit di Malaysia yang berkisar antara 1583 – 2003 mm tahun-1 (Adzemi, 1999). Total 5066 68.28 2076 Production Kelapa sawit dikelompokan kedalam tanaman Group II dan untuk menentukan laju fotosintesis maksimim (Pm) kelapa sawit dan Leaf Area Index digunakan gambar yang terdapat pada Gambar 4 dan Lampiran 3. Adapun sifat dan cirri kelapa sawit yang dinilai terdapat pada Tabel 11. Sedangkan hasil kalkulasi RPP kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan RPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman Parameter Tmin Tmax Tmean RH n N Ac bc bo f 1-f Bgm c30 ct L KLAI Bn Hi RPP Satuan ºC ºC ºC % hrs hrs cal cm-2 day-1 cal cm-2 day-1 cal cm-2 day-1 kg CH2O ha-2 H-1 days kg CH2O ha-2 H-1 kg TBB month-1 Jan 32.2 22.2 27.2 80 7.5 12.1 343 413 319 0.62 0.38 339 0.011 0.01 31 0.883 3343 0.20 669 Feb 32.8 21.7 27.3 80 8.2 12.1 360 424 226 0.68 0.32 360 0.011 0.01 28 0.883 3206 0.20 641 Mar 32.8 22.2 27.5 78 8.0 12.1 369 429 230 0.66 0.34 362 0.011 0.01 31 0.883 3563 0.20 713 Apr 32.2 22.2 27.2 81 7.8 12.1 364 426 228 0.64 0.36 356 0.011 0.01 30 0.883 3391 0.20 678 May 32.8 22.8 27.8 78 8.0 12.1 349 417 221 0.66 0.34 351 0.011 0.01 31 0.883 3455 0.25 691 Data Jun Jul 32.2 32.2 21.7 21.7 27.0 27.0 78 77 8.1 8.4 12.1 12.1 337 342 410 413 216 218 0.67 0.69 0.33 0.31 341 353 0.011 0.011 0.01 0.01 30 31 0.883 0.883 3298 3482 0.20 0.20 660 696 Aug 32.2 21.7 27.0 79 7.8 12.1 357 422 225 0.64 0.36 352 0.011 0.01 31 0.883 3469 0.20 694 ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 Sep 31.7 22.2 27.0 78 7.0 12.1 368 429 230 0.58 0.42 345 0.011 0.01 30 0.883 3291 0.20 658 Oct 31.7 22.2 27.0 80 6.8 12.1 365 427 228 0.56 0.44 340 0.011 0.01 31 0.883 3349 0.20 670 Nov 31.7 22.2 27.0 80 6.5 12.1 349 418 222 0.54 0.46 327 0.011 0.01 30 0.883 3121 0.20 624 Dec 31.7 22.2 27.0 81 6.5 12.1 337 410 216 0.54 0.46 320 0.011 0.01 31 0.883 3151 0.20 631 317 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Gambar 5. Hubungan antara Leaf Area Index (LAI) dan Laju Pertumbuhan Maksimum dengan LAI 5 (Sys et al. 1991) Penentuan Climatic (CPP) Kelapa Sawit Gambar 4: Production Potential Hasil penghitungan CPP ditampilkan pada Tabel 6. Ternyata dari hasil kalkulasi parameter iklim yang terdiri dari presipitasi, suhu udara maksimum, minimum dan rata-rata, lama penyinaran matahari dan panjang hari, kecepatan angin dan kelembaban udara, maka potensi produksi kelapa sawit berdasarkan iklim adalah termasuk kelas S1(sangat sesuai). Berdasarkan penghitungan indeks kesesuaian (suitability rating index) dari methoda Storie dan Square Root, maka tingkat indeks kesesuaian daerah Pasaman adalah 85 dan 92. Penentuan Leaf Area Index, Hubungan antara laju fotosintensis daun (Pm laju maksimum pada keadaan cuaca baik) pada suhu optimum dan radiasi fotosintesis aktif (PAR) untuk jenis tanaman Group I, II, III dan IV (FAO 1981 cited in Sys et al. 1991) Tabel 6. Hasil Perhitungan CPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman Parameter Tmin Tmax Tmean RH ETo RPP CPP CPP Satuan ºC ºC ºC % Mm bulan-1 kg TBB bulan-1 Kg btg-1 ha-1 Ton ha-1 Jan 32.2 22.2 27.2 80 178 669 1234 18 Feb 32.8 21.7 27.3 80 172 641 1183 18 Mar 32.8 22.2 27.5 78 195 713 1315 19 Apr 32.2 22.2 27.2 81 175 678 1252 19 Penentuan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara ‘matching’ antara kualitas atau karakteristik lahan dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Parameter penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit yang merupakan hasil ’matching’ antara kriteria dengan sifat dan ciri tanah disajikan pada Tabel 7. May 32.8 22.8 27.8 78 178 691 1275 19 Data Jun Jul 32.2 32.2 21.7 21.7 27.0 27.0 78 77 163 177 660 696 1217 1285 18 19 Aug 32.2 21.7 27.0 79 176 694 1280 19 Sep 31.7 22.2 27.0 78 167 658 1214 18 Oct 31.7 22.2 27.0 80 167 670 1236 18 Nov 31.7 22.2 27.0 80 157 624 1151 17 Dec 31.7 22.2 27.0 81 169 631 1164 17 Kriteria penilaiannya menggunakan metoda FAO /UNESCO (Sys et al., 1993). Performa klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit pada daerah Penelitian terdapat pada Tabel 8. Nilai LPP dan CPP dapat dilihat pada Tabel 9. Dari hasil kalkulasi ‘rating index’ menurut metoda Storie dan Square Root maka daerah Penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu: (1) S2 (sesuai) untuk daerah perkebunan plasma 3 di Lembah Binuang, (2) S3 (agak ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 318 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 sesuai) untuk daerah Pujorahayu yang terletak diluar areal perkebunan dan (3) N (tidak sesuai) untuk daerah diluar kawasan perkebunan di Lembah Binuang. Kendala yang dihadapi untuk peningkatan produksi pada areal perkebunan plasma kelapa sawit adalah reaksi tanah (pH) yang kurang optimum untuk kelapa sawit (< 5.8) dan tekstur tanah. Sedangkan factor penghambat pada areal di luar perkebunan kelapa sawit adalah reaksi tanah yang masam dan KTK tanah yang rendah. Sedangkan faktor pendukung propduksi kelapa sawit yang optimum di daerah Pasaman adalah tersedianya bahan organik yang cukup tinggi dan iklim yang sesuai. Tabel 7. Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993) Kualitas Lahan Lereng (%) Bahaya Banjir Drainase Porositas (%) Ketersediaan Air (%) Ketersediaan Hara Ca (cmolckg-1) Mg (cmolckg-1) K (cmolckg-1) CEC (cmolckg-1) ACEC (cmolckg-1) C-Org (%) Kej. Basa (%) pH (H2O) Sifat Fisika Tanah Tekstur Kedalam tanah (cm) Konsistensi Pujorahayu 0(100, S1) 0(F0, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) Rating dan Kesesuaian Profil Tanah Lembah Binuang Plasma 3 T 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) Plasma 3 U 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 1(85, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 2(60, S2) 2(60, S2) 1(85, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 2(60, S2) 1(85, S1) 3(40, S3) 2(60, S2) 1(85, S1) 3(40, S3) 2(60, S2) 1(85, S1) 3(40, S3) 2(60, S2) 1(85, S1) 3(40, S3) 2(60, S2) 1(85, S1) Tabel 8. Performa klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO untuk kelapa sawit pada daerah Pasaman Parameter Iklim c c c c c Presipitasi (mm) Suhu rata-rata Suhu max Suhu min n/N Indeks Iklim Rating Iklim Kelas Iklim Value Kelas 5066 27.1 32.2 22.1 0.62 S1 S1 S1 S1 S1 Storie method / Square Root Method Storie method / Square Root Method S1 / S1 Level Limitasi Value Kelas Rating 0 0 0 0 1 100 100 100 100 85 75/78 85/92 S1 Level Limitasi Rating 0 0 1 1 2 2 2 3 0 94 100 80 85 86.5 63.5 60 34 100 26 / 52 Lokasi: Pujorahayu Parameter lahan t Lereng 3 S1 Bahaya banjir 0 S1 w drainase Well-drained S1 Tekstur / Struktur SiCL S1 s Kedalaman tanah (cm) 82 S2 Kation Basa (cmolckg-1) 3.03 S1 ACEC (cmolckg-1) 13.28 S2 f pH (H2O) 4.81 S3 C-Organik 5.92 S1 Indeks Lahan Storie method / Square Root Method Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S3f / S2f ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 319 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Lokasi: Lembah Binuang Parameter lahan Value Kelas Lereng 3 S1 Bahaya banjir 0 S1 drainase Well-drained S1 Tekstur / Struktur SiCL S1 s Kedalaman tanah (cm) 82 S2 Kation Basa (cmolckg-1) 1.10 S3 ACEC (cmolckg-1) 15 S2 f pH (H2O) 4.68 N1 C-Organik 7.02 S1 Indeks Lahan Storie method / Square Root Method Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya Level Limitasi 0 0 1 1 2 3 2 4 0 T w Rating 94 100 80 85 86.5 40 60 25 100 17 / 16 Ns,f Lokasi: Plasma 3 T Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Lereng 1 S1 0 Bahaya banjir 0 S1 0 Drainase Well-drained S1 1 Tekstur / Struktur SiCL S1 1 s Kedalaman tanah (cm) 92 S2 2 Kation Basa (cmolckg-1) 10 S1 0 ACEC (cmolckg-1) 30.44 S1 0 f pH (H2O) 5.57 S1 1 C-Organik 10.04 S1 0 Indeks Lahan Storie method / Square Root Method Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S2f / S2f Rating 98 100 80 85 94 100 100 85.6 100 70 / 65 T w Lokasi: Plasma 3 U Parameter lahan Value Kelas Lereng 2 S1 Bahaya banjir 0 S1 drainase Well-drained S1 Tekstur / Struktur SiCL S1 s Kedalaman tanah (cm) 93 S2 Kation Basa (cmolckg-1) 4.23 S2 ACEC (cmolckg-1) 24.72 S1 f pH (H2O) 5.61 S1 C-Organik 7.38 S1 Indeks Lahan Storie method / Square Root Method Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya Level Limitasi 0 0 1 1 2 2 0 1 0 t w Rating 96 100 80 85 95 78 100 86.7 100 54 / 65 S2s Tabel 9. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per bulan pada daerah Pasaman Lokasi Profil Produksi Sebenarnya (ton ha-1) Pujorahayu 12.76 Lb. Binuang 12.76 Plasma 3 T 12.76 Plasma 3 U 12.76 RPP (ton ha-1) 9.90 9.90 9.90 9.90 CPP (ton ha-1) 18.26 18.26 18.26 18.26 Indeks Manajemen (My) 1.82 2.92 0.67 1.50 Indeks Tanah (Sy) 0.38 0.24 1.00 0.47 LPP (ton ha-1) 12.63 12.80 12.23 12.87 Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per Tahun pada Daerah Pasaman Lokasi Profil Produksi Sebenarnya (ton ha-1 tahun-1) Pujorahayu 153.12 Lb. Binuang 153.12 Plasma 3 T 153.12 Plasma 3 U 153.12 RPP (ton ha-1) 118.8 118.8 118.8 118.8 CPP (ton ha-1) 219.12 219.12 219.12 219.12 Indeks Manajemen (My) 21.84 34.95 8.39 17.94 ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 Indeks Tanah (Sy) 4.61 2.88 12 5.62 LPP (ton ha-1 tahun-1) 22061 22055 22061 22092 320 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Tabel 10. Kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993) Kualitas Lahan S1 0 95 0–4 F0 Well-drained 1 100 Lereng (%) Bahaya Banjir Drainase Porositas (%) Ketersediaan Air (%) Ketersediaan Hara Ca (cmolckg-1) Mg (cmolckg-1) K (cmolckg-1) CEC (cmolckg-1) ACEC (cmolckg-1) C-Org (%) Kej. Basa (%) pH (H2O) Sifat Fisika Tanah Tekstur Kedalam tanah (cm) Konsistensi Kelas iklim, limitasi dan rating S2 S3 N1 2 3 60 40 N2 4 25 0 85 8 – 16 Imperfectly drained 19 - 15 70 - 60 16 – 30 F2 Poor and aerated 14-Okt 60 - 50 30 - 50 F3 Poorly drained > 50 F4 Very poorly > 25 > 85 5–9 F1 Mod-welldrained 24 - 20 85 - 70 09-Jun < 50 <6 - > 2.6 > 0.6 > 0.2 > 10.0 > 5.0 > 2.0 > 35 5.8 – 5.5 5.8 – 6.0 2.5 – 1.5 0.6 – 0.4 0.2 – 0.1 10.0 – 8.0 5 – 3.5 1.9 – 1.0 35 – 20 5.5 – 5.0 6.0 – 6.5 < 1.5 < 0.4 < 0.1 8.0 – 6.0 3.5 – 2.0 < 1.0 < 20 5.0 – 4.2 6.5 – 7.0 < 6.0 < 2.0 4.2 – 3.5 7.0 – 7.5 < 3.5 - > 7.5 C – SiCs SiCL, Co, CL, SCL SL, Lfs SC, L > 150 150 – 100 100 – 50 50 – 25 Sangat Gembur Gembur Keras – sangat Sangat keras keras keras - Cm, SiCm, LS, LcS, fS, S, cS < 25 massive Tabel 11. Sifat dan Ciri Tanaman Kelapa Sawit (Sys et al., 1993) Periode Pertumbuhan (hari) Periode Pembentukan Hasil 75 - 89 90 - 119 120 - 149 150 - 179 180 - 209 210 - 239 240 - 269 270 - 299 300 - 329 330 - 364 365 365 + 0 0 0 0 0 0 – 29 30 – 59 60 – 89 90 – 119 120 – 149 150 150 Sifat dan Ciri Tanaman Leaf Area Index maksimum 1.2 – 1.5 1.5 – 2.0 2.0 – 2.5 2.5 – 3.0 3.0 – 3.4 3.4 – 3.9 3.9 – 4.4 4.4 – 4.9 4.9 – 5.4 5.4 – 6.0 6.0 6.0 Indeks Panen (Harvest Index) 0 0 0 0 0 0 – 0.04 0.04 – 0.08 0.08 – 0.12 0.12 – 0.15 0.15 – 0.20 0.20 0.20 KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH Secara fisiografis dan iklim daerah G. Pasaman sangat sesuai untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit. Tingkat kesesuaian iklim untuk pengembangan kelapa sawit adalah pada kelas S1. Kelas kesesuaian lahan dan tanah berada dibawah kelas kesesuaian iklim yaitu S2, S3 dan N. Kendala yang utama dihadapi pada tingkat agak sesuai dan tidak sesuai adalah pH tanah pada lapisan atas dibawah 5 dan ketersediaan hara yang rendah. Faktor penunjang untuk peningkatan produksi kelapa sawit adalah ketersediaan bahan organik yang cukup tinggi dan sifat Fisika tanah yang relatif baik. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas atas terlaksananya penelitian ini melalui bantuan dana dalam Proyek Penelitian Dana Rutin tahun 2001 dengan kontrak No. 01/Rutin/V/2001. Terima kasih juga diucapkan kepada Sdr. Adrian, Ledy Fitrisia dan Ari Prima Wahyudi mahasiswa Jurusan Tanah Faperta Unand yang telah membantu mendapatkan data iklim dan produksi kelapa sawit di daerah Pasaman.. ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002 321 Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 DAFTAR PUSTAKA Adzemi, M. A. 1999. Land Evaluation System for Elaeis Guineensis Jacq Cultivation in Peninsular Malaysia. Ph.D. Thesis Universiti Putra Malaysia. Serdang, Selangor Malaysia. 583 p. Ahmad, F., I. N. Dt. R. Imbang, E. Farda, D. Fiantis. 1994. Peranan Mineral Liat Non Kristalin Dalam Pembentukan Tanah Berbahan Induk Abu Vulkanis Pada Toposequen G. Merapi dan G. Talamau di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. 56 p. Allen, B. L. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in Soil Environments. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 199-277. Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan Peluang Investasi Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Penerbit Kanisius. Yokyakarta. 54 p. Bartoli, F., G. Burtin and A. J. Herbillon. 1991. Disggregation and clay dispersion of Oxisols: Na resin, a recommended methodology. Geoderma, 40:301-317. Blakemore, L.C., P.L. Scarle, and B. K. Daly. 1987. Soil Bureau Laboratory Methods for chemical analysis of soil. New Zealand Soil Bureau. Soil Rep. 10A. DSIRO. New Zealand. Brawell, J. M., A.C. Campbell, and B. D. Mitchell. 1970. An Assignment of some thermal & chemical technique used in the study of the poorly ordered aluminosilicates in soil clays. Clay Mineralogy 8 : 325-335. Egawa, T. 1977. Properties of Soil Derived from Volcanic Ash Soils. In K. H. Tan (ed.). 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Comp. New York. pp. 249-302. FAO-ISRIC-ISSS. 1998. World Reference Base for Soil Resources. World Soil Resources Reports No. 84. FAO of UN. Rome. Farmer, V. C., W. J. McHardy, F. Palmieri, A. Violante, and P. Violante. 1991. Syntethic allophanes formed in calcareous environments; Nature, conditions of formation and transformations. SSSA Journal Vol. 55: 11621166. Fiantis, D. 1995. Properties of Volcanic Ash Soils from the Marapi and Talamau Volcanoes in West Sumatera (Indonesia). M. Sc. thesis. Univ. of Gent. 131 p. Fiantis, D. 1997. Hubungan antara sifat muatan permukaan dan mineralogi tanah vulkanis di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. Fiantis, D. 2000. Colloid-Surface Characteristics and Amelioration Problems of some volcanic soils in West Sumatra, Indonesia. Ph. D. Thesis. Universiti Putra Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. 315 p. Fiantis, D., E. Van Ranst and J. Shamshuddin. 1998. Mineralogical and charge properties of volcanic ash soils from West Sumatra, Indonesia. Malaysian J. of Soil Sci. 2:45-57. Jackson, 1965. Free Oxides, ydroxides and amorphous aluminosilicates. In Black (ed.) Methods of soil analysis Part I. Physical and Mineralogical Properties. Amer. Soc. of Agronomy. Madison. Parfitt, R. L., and T. Henmi. 1982. Comparison of an oxalate-extraction method and an infrared spectroscopic method for determining allophane in soil clays. Soil Sci. Plant Nutr., 28:183-190. Parfitt, R. L., and A. D. Wilson. 1985. Estimation of Allophane anf Halloysite in three sequences of volcanic ash soils New Zealand. In E. Fernandez Caldas and D.H. Yaolan (editors). Volcanic Soils. Catena Suppl. 7:1-8. Shoji, S., M. Nanzyo, and R. Dahlgren. 1993. Volcanic Ash Soils. Elsevier. Amsterdam. 288 p. Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. A Basic system of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. 2nh ed. USDA, NRCS. Washington. 846 p. Subardja, A., K. Djuanda, Y. Hadian, CD. Samdan, Y. Muljadi, W. Supriatna dan J. Dal. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Lubuk Sikaping (076) Sumatera. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 301 p. Subardja, D., A. Priyono dan rasta. 1994. Potensi Sumberdaya lahan Sumatera Barat. Dalam H. H. Djohar (editor). Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Sumberdaya Lahan Di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. hal:1-6. Sys, C., E. Van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation, part III, Crop Requirements. Agricultural Publications No. 7. General Administration for Development Cooperations. Brussels, Belgium. 199 p. Tan, K.H. 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Company. New York. 418 p. Tan, K.H. 1992. Principle of Soil Chemistry (2nd ed.). Marcell Dekker. New York. 352 p. Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penerbit Swadaya. Jakarta. 218 p. Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia, vol. I A. Martinus Nijhoff. The Hague. Van Ranst, E. 1991. Land Evaluation. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 512 p. Van Ranst, E. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 287 p. Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 1051-1087. Wann, S. S., and G. Uehara. 1978. Surface charge manipulation of constant surface potential soil colloids. I. Relation to sorbed phosphorus, Soil Sci. Soc. Am. J. 42:565-570 ------------------------------oo0oo------------------------------ ISSN 0853-3776 AKREDITASI DIKTI No. 52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002