BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia kini menjadi bagian dunia yang memegang pemeran penting
dalam perkembangan internasional. Sejak Deklarasi Kemerdekaan tahun 1945 yang
dipimpin oleh Ir. Soekarno hingga pada Pemilihan Umum tahun 2014 yang
menghasilkan terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil
Presiden ke-7, Indonesia telah berproses dan menjadi saksi serta tidak menutup
kemungkinan untuk menyertai berbagai peristiwa internasional yang melibatkan
kepentingan-kepentingan tertentu, khususnya kepentingan Indonesia dengan
kepentingan berbagai negara lainnya.
Salah satu tanda bahwa Indonesia sangat aktif dalam pergaulan dunia
internasional adalah banyaknya jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang
berada di luar negeri. Berdasarkan data statistik dari Kementerian Luar Negeri dan
Komisi Pemilihan Umum pada tahun 20141, tercatat bahwa terdapat 4,694,484
jumlah WNI yang berada di luar negeri oleh setiap Perwakilan RI di penjuru dunia.
Dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yaitu sebesar 60%, selebihnya adalah pelajar, profesional, Anak Buah Kapal
(ABK), dan WNI lainnya.
Sebaliknya, jumlah Warga Negara Asing (WNA) yang berada di wilayah
Indonesia juga cukup signifikan. Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
1
Data Agregat WNI yang Tercatat di Perwakilan RI, Komisi Pemilihan Umum, 2014, hlm 7.
(Kemenarketans) yang dikutip oleh surat kabar kabarbisnis2 pada tahun 2012
menunjukan data angka bahwa terdapat lebih dari 77,300 WNA yang berada di
Indonesia. Sebagian besar dari WNA tersebut merupakan pariwisatawan yang
mengungjungi wisata-wisata Indonesia, Tenaga Kerja Asing (TKA), pelajar asing,
dan WNA lainnya.
Banyaknya WNI di suatu negara asing dan sebaliknya, dengan jumlah
WNA yang banyak di Indonesia secara umum menunjukan bahwa hubungan baik
antara Indonesia dan negara asing tersebut sedang stabil dan tidak terhambat oleh
ketegangan hubungan diplomatik apapun. Namun dari sekian hubungan baik yang
dimiliki Indonesia dengan suatu negara asing, yang saat ini sedang berkembang
pesat secara progresif dan menunjukan hasil yang sangat menjanjikan adalah
hubungan kenegaraan antara Republik Indonesia dan Republik Perancis.
Sejak dahulu, hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis
menunjukan prospek kerjasama yang sangat positif. Indonesia sebagai negara
dengan populasi terbesar ke-4 di dunia dengan Perancis yang merupakan negara
yang memiliki pengaruh yang kuat di tingkat internasional mendorong agar kedua
negara tersebut bekerjasama sebagai mitra strategis untuk mendapatkan mutual
advantages and profits atau kelebihan dan keuntungan bersama3. Hubungan
diplomatik antara Indonesia dan Perancis saat ini dapat dibilang cukup mesra. Hal
tersebut ditunjukan dengan banyaknya kerjasama bilateral yang dimiliki oleh kedua
negara. Saat ini, untuk menunjukan keseriusan dalam hubungan strategis Indonesia
2
http://kabarbisnis.com/read/2828433 Diakses pada tanggal 11 Februari 2015.
http://www.ambafrance-id.org/Hubungan-Perancis-dan-Indonesia Diakses pada tanggal 11
Februari 2015.
3
dan Perancis, terdapat lima kesepakatan bilateral yang telah dirumuskan, disusun,
dan disepakati bersama yang kini sudah berlaku, yaitu Deklarasi Bersama Tentang
Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia4, Persetujuan Tentang Kerja
Sama Pariwisata Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik
Perancis5, Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Republik Perancis Tentang Kerja Sama di Bidang Pendidikan Tinggi6, Persetujuan
Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Perancis Tentang
Kerja Sama di Bidang Permuseuman7, Persetujuan Antara Pemerintah Republik
Perancis dan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pembebasan Visa Jangka
Pendek Bagi Pemegang Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas8.
Hubungan baik yang berkembang antara Indonesia dan Perancis membuat
masing-masing warga negara untuk saling mengunjungi. Berdasarkan data dari
Kementerian Luar Negeri RI dan Komisi Pemilihan Umum RI, dan Kedutaan Besar
RI di Paris, pada tahun 2014 terdapat sebanyak 3,685 WNI yang berada di Perancis9
dan berdasarkan data statistik statistiques mondiales menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 3,564 Warga Negara Perancis yang berada di Indonesia pada tahun
201110.
Namun, hubungan baik tidak selalu memberikan dampak yang baik.
Walaupun banyak Warga Negara Perancis yang berada di Indonesia, terdapat
4
Diluncurkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 2011.
Ditandatangani di Jakarta pada tanggal 1 Juli 2011.
6
Ditandatangani di Jakarta pada tanggal 1 Juli 2011.
7
Ditandatangani di Jakarta pada tanggal 1 Juli 2011.
8
Ditandatangani di Paris pada tanggal 24 Januari 2014.
9
Op Cit, Komisi Pemilihan Umum, 2014, hlm 3.
10
http://www.statistiques-mondiales.com/indonesie.htm Diakses pada tanggal 12 Februari 2015.
5
sebagian dari mereka yang melakukan tindak pidana dan menjadi narapidana di
Lembaga Permasyarakatan (Lapas) RI. Semua warga Perancis yang melakukan
tindak pidana di Indonesia adalah pelaku kejahatan narkotika. Sampai saat ini telah
tercatat bahwa terdapat sebanyak 9 Warga Negara Perancis yang terlibat kasus
narkotika di Indonesia, yaitu Michael Blanc11, Serge Areski Atlaoui12, Gerard
Debetz13, Vincent Roger Petrone14, David Alexander Guigles15, Thierry Claude
Joseph Verchere16, François Giuily17, Rayan Jawad Hendri Bitar18, dan seorang
Warga Negara Perancis berinisial J.L.19. Warga Negara Perancis pelaku tindak
pidana yang menjadi sorotan publik di Indonesia adalah Michael Blanc, yang
merupakan Warga Negara Perancis pertama yang dijatuhkan hukuman pidana oleh
Pengadilan RI dan Serge Atlaoui, pengedar narkoba yang dijatuhkan hukuman
pidana mati oleh Pengadilan Tinggi Banten20, hasil ini menimbulkan protes besar
masyarakat Perancis terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada warga negaranya.
11
http://www.lemonde.fr/international/article/2014/01/20/indonesie-michael-blanc-libereapres-14-ans-de-prison_4350754_3210.html Diakses pada tanggal 12 Februari 2015
12
http://www.antaranews.com/berita/485743/prancis-terus-berjuang-untuk-atlaoui Diakses
pada tanggal 14 Februari 2015.
13
http://news.detik.com/read/2013/04/02/150538/2209434/10/pesan-sabu-5-kg-wn-irandipenjara-seumur-hidup Diakses pada tanggal 14 Februari 2014.
14
http://www.antaranews.com/berita/356006/warga-prancis-kedapatan-selundupkan-narkobayang-ditelan Diakses pada tanggal 14 Februari 2014.
15
http://news.detik.com/read/2013/07/31/181545/2320522/10/ Diakses pada tanggal 14
Februari 2014
16
http://thejakartaglobe.beritasatu.com/news/frenchman-facing-1-year-bali-cocaine-case/
Diakses pada tanggal 14 Februari 2014
17
http://www.lemonde.fr/asie-pacifique/article/2014/07/23/un-francais-condamne-a-15-ansde-prison-pour-trafic-de-drogue-en-indonesie_4461467_3216.html Diakses pada tanggal 14
Februari 2015.
18
http://www.thejakartapost.com/news/2014/08/21/bali-police-arrest-seven-including-frenchnational-during-drug-raids.html Diakses pada tanggal 14 Februari 2015.
19
http://news.detik.com/read/2014/12/08/232044/2771430/10/ Diakses pada tanggal 14
Februari 2015.
20
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/03/150310_eksekusi_prancis Diakses
pada tanggal 11 Maret 2015.
Pada dasarnya, seseorang yang berada di dalam wilayah suatu negara
secara otomatis harus tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam
wilayah negara tersebut21. Warga Negara Perancis yang berada di wilayah
Indonesia tetap harus tunduk pada hukum dan menaati segala ketentuan yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Begitu juga sebaliknya,
ketika seorang WNI berada di Perancis atau di negara asing manapun, ia harus
menghormati dan tunduk hukum negara dimana ia berada. Namun Oppenheim
berpendapat bahwa “although aliens fall at once under territorial supremacy of the
State they enter, they remain, nevertheless, under the protection of their home
State”, yang berarti meskipun warga negara asing harus tunduk pada ketentuan
yang berlaku di negara tempat ia berada, mereka tetap berada dalam perlindungan
negara asalnya22.
Oleh karena itu hubungan antara Negara dengan warga negaranya sangat
erat, khususnya dalam lingkup perlindungan. Wilayah territorial negara asing tidak
mebatasi suatu negara untuk melindungi warga negaranya apabila ia berada di
negara tersebut.
Negara memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk melindungi dimana
pun warga negaranya berada. Semangat perlindungan ini sebagai contoh dapat
ditemukan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
21
B Ser, 1965, A Diplomat’s Handbook on International Law and Practice, The Hague: Martinus
Nijhof, hlm 279.
22
L. Oppenheim, 1967, International Law, a Treatise, Volume I, Peace, Longmans, London, hlm
686.
mengamatkan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia berkewajiban
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia23.
Semangat serupa juga ditemukan dalam Pembukaan Konstitusi Republik
Perancis yang menegaskan bahwa Negara menjamin perlindungan individu dan
keluarga serta segala kebutuhan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan mereka24.
Hak untuk melindungi warga negara yang berada di wilayah negara lain
merupakan hak dimiliki negara yang dijamin oleh hukum internasional atau
keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara negara dengan negara dan negara dengan subjek
hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain25. Hak
tersebut juga diperkuat oleh pendapat Oppenheim yang menjelaskan bahwa hak
yang dimiliki oleh setiap negara untuk melindungi segenap warga negaranya diakui
secara universal oleh hukum kebiasaan internasional26.
Warga negara yang mendapatkan hukuman di negara asing juga berhak
mendapatkan perlindungan dari negara asalnya. Namun hambatan utama agar
negara dapat melindungi warga negaranya di luar negeri adalah kedaulatan yang
dimiliki oleh negara asing tersebut. Prinsip teritorial dalam hukum internasional
23
“…untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”. Lihat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, alinea IV.
24
“La Nation assure à l'individu et à la famille les conditions nécessaires à leur développement”.
Lihat Préambule de la Constitution du 27 octobre 1946, alinea X.
25
Kusumaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Bandung, Bina Cipta, 1990, hlm 3.
26
L. Oppenheim, Op Cit, hlm 686
berlaku untuk menentukan yurisdiksi suatu negara27, baik yurisdiksi untuk
menggunakan hukum setempat dan menjatuhkan hukuman.
Sangat kesulitan untuk Pemerintah Perancis melindungi warga negaranya
yang dijatuhkan hukuman Indonesia ketika berada di wilayah Indonesia, karena
ketika Perancis tetap bertindak secara spihak untuk melindungi warga negaranya,
hal tersebut akan dipandang sebagai intervensi yang mencederai kedaulatan
Indonesia dan tidak akan efektif karena akan bertentangan dengan yurisdiksi yang
dimiliki Indonesia.
Kondisi di atas mendorong Pemerintah Perancis untuk menawarkan usulan
kerjasama pada Pemerintah Indonesia untuk memindahkan warga negaranya yang
dihukum di Indonesia agar menjalani hukuman atau sisa hukuman di negara
asalnya, sebagai salah satu bentuk perlindungan kepada warga negara. Kerjasama
tersebut dalam hukum internasional dikenal dengan Transfer of Sentenced Person
(TSP) atau transfer/pemindahan narapidana. Upaya Pemerintah Perancis untuk
memperjuangkan kerjasama pemindahan narapidana dimulai sejak warga
negaranya yang pertama kali diadili di Indonesia, Michaël Blanc, mendapatkan
vonis hukuman pidana seumur hidup pada tanggal 16 November 2000 oleh
Pengadilan Negeri Denpasar.
Sejak kasus Michaël Blanc, Pemerintah Perancis dan Pemerintah
Indonesia telah melakukan berbagai perundingan dan negosiasi untuk mewujudkan
kerjasama TSP. Dan karena kasus yang sama pula, terjadi pemicu wacana
Pemerintah Indonesia dan Perancis untuk melakukan kerjasama di bidang hukum
27
Shaw Malcolm N., International Law
pidana lainnya seperti mutual legal assistance dan extradisi. Namun nihil hasil,
negosiasi dan perundingan antara kedua negara masih belum menemukan titik
terang dan terus berjalan hingga saat ini.
Apabila suatu hari kerjasama tersebut terwujud, tentu bentuknya akan
berupa perjanjian internasional yang bersifat bilateral antara kendua negara.
Klasifikasi suatu perjanjian yang sifatnya bilateral dapat dianalogikan, dalam
hukum nasional, sebagai perjanjian kontrak antara dua pihak, dimana hal yang
ditekankan adalah hak dan kewajiban masing-masing pihak pada perjanjian dan
berlaku asas resiprositas kepada kedua pihak yang terikat28. Artinya bahwa
ketentuan dalam perjanjian yang mengikat antara kedua negara akan berlaku vice
versa sesuai dengan prinsip resiprositas.
Maka berdasarkan prinsip resiprositas suatu perjanjian bilateral, salah satu
dampak dari adanya kerjasama pemindahan narapidana yang dimohonkan oleh
Pemerintah Perancis untuk dapat memulangkan warga negara mereka yang menjadi
narapidana di Indonesia agar bias menjalankan sisa hukuman di negara asalnya
adalah berlakunya ketentuan yang sama untuk WNI yang dihukum dan
menjalankan hukuman di penjara Perancis.
Kerjasama tersebut tentunya akan memberikan hasil yang berpengaruh
pada masing-masing negara. Hasil yang dapat memberikan keuntungan, dan
memungkinkan juga untuk menimbulkan kerugian.
28
Carreau Dominique dan Marrella Fabrizio, Droit International, 11ème Edition, Pedone, 2012, hlm
149.
Untuk Pemerintah Perancis, pastinya akan sangat menguntungkan apabila
warga negaranya yang terpidana dan menjalankan hukuman di Indonesia dapat
dipulangkan untuk menjalankan sisa hukuman di negeri asalnya, mengingat adanya
jumlah Warga Negara Perancis yang dihukum dan ditempatkan di Lapas hingga
yang menduduki daftar deathrow untuk di hukum mati. Sedangkan di Perancis
sendiri, sampai saat ini belum ada satu pun WNI yang melakukan tindak pidana di
Perancis sehingga harus dijatuhkan hukuman pidana atau yang sedang menjalankan
hukuman pidana disana.
Lalu sekiranya apakah memungkinan bagi Indonesia untuk melakukan
kerjasama TSP dengan Pemerintah Perancis? Apakah Indonesia saat ini
membutuhkan adanya perjanjian pemindahan narapidana, khususnya dengan
Perancis? Mengapa Indonesia harus mempertimbangkan membuat perjanjian
kerjasama TSP dengan Perancis? Akankah kerjasama tersebut berpotensial untuk
memberikan manfaat bagi Indonesia?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dan adanya rencana besar antara
Pemerintah Republik Perancis dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk
membuat perjanjian kerjasama TSP memantik dan mendorong Penulis untuk
menyusun Penulisan Hukum dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Prospek
Strategis Perjanjian Bilateral Antara Republik Indonesia Dan Republik
Perancis Tentang Pemindahan Narapidana”
RUMUSAN MASALAH
Penelitian dalam Penulisan Hukum ini dilakukan untuk mencari jawaban
terhadap manfaat dan implikasi kerjasama bilateral tentang Transfer of Sentenced
Person atau pemindahan narapidana antara Republik Perancis dan Perancis bagi
kedua negara dari segi hukum, yang akan diuraikan ke dalam rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah urgensi Republik Indonesia dan Republik Perancis untuk
membentuk perjanjian bilateral tentang pemindahan narapidana?
2. Bagaimana posisi dan persiapan Indonesia dan Perancis dalam menyambut
wacana kerjasama perjanjian bilateral tentang pemindahan narapidana?
3. Bagaimana prospek keuntungan, manfaat, kelemahan dan tantangan serta
potensi lainnya ketika perjanjian bilateral antara Republik Perancis dan
Repiblik Indonesia terlaksana?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada latar belakan dan rumusan
masalah, tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Tujuan objektif
a. Untuk mengetahui akibat hukum dan implikasi perjanjian bilateral antara
Republik Indonesia dengan Republik Perancis tentang TSP.
b. Untuk mengetahui kesiapan Republik Indonesia dan Republik Perancis
dalam melaksanakan kerjasama pemindahan narapidana apabila perjanjian
bilateral tentang TSP antara kedua negara berlaku.
c. Untuk mengetahui potensi dan tantangan dalam mempersiapkan dan
mewujudkan perjanjian kerjasama tentang Transfer on Sentenced Person
antara Republik Indonesia dengan Republik Perancis.
d. Untuk membantu memberikan pandangan kepada Pemerintah Indonesia
terhadap posisi dan kepentingan Indonesia ketika dihadapkan pada
persiapan pembentukan perjanjian bilateral tentang TSP dengan Republik
Perancis sebagai peran Warga Negara Indonesia yang baik.
2. Tujuan subjektif
Untuk memperoleh pengetahuan, informasi, data, dan bahan yang relevan
dengan tema dan judul yang diteliti dalam rangka penelitian dan penyusunan
Penulisah Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H.) pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
KEASILAN PENELITIAN
Sepanjang pengetahuan Penulis, Penulisan Hukum yang membahas
tentang pengaruh dampak suatu perjanjian internasional bilateral terhadap negara
dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Prospek Strategis Perjanjian
Bilateral Antara Republik Indonesia Dan Republik Perancis Tentang
Pemindahan Narapidana”
Meskipun terdapat tulisan-tulisan ilmiah dan penulisan hukum yang
membahas tentang pengaruh suatu konvensi atau perjanjian internasional, antara
lain dengan judul:
1. “Pengaruh Ratifikasi The Internasional Convenant on Civil and
Political Rights dalam Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi
Manusia di Indonesia Tahun 2005-2007”, disusun oleh Ardaon Apryan
Umboh, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada angkatan
2002 dengan tahun kelulusan 2008.
2. “Pengaruh Ratifikasi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights
of the Child 1989) dalam Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak
(Studi Kasus : Home Industry Pembuatan Shuttlecock di Kabupaten
Sukoarjo”, disusun oleh Yokhebed Arumdika Probosambodo, mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada angkatan 2006 dengan tahun
kelulusan 2010.
3. “Pengaruh United Nations Convention on Jurisdiction Immunities of
States and Their Property 2004 Terhadap Imunitas Negara”, disusun
oleh Utama Yudhistira, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada angkatan 2007 dengan tahun kelulusan 2011.
4. “Pengaruh Ratifikasi The International Convention on Civil and
Political Rights (ICCPR) terhadap Perlindungan Hak Atas Kebebasan
Berpendapat di Indonesia dalam Praktik Pelrangan Buku 19632010”, disusun oleh Lia Padma Puspa Sari, mahasiswi Fakultas Hukum
Universitan Gadjah Mada angkatan 2008 dengan tahun kelulusan 2013.
5. “Prospek Ratifikasi Indonesia Terhadap International Convention for
the Protection of All Persons from Enforced Disappearance Ditinjau
dari Sistem Penegakkan Hukum Indonesia”, disusun oleh Aulia Nur
Rachmi, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada angkatan
2010 dengan tahun kelulusan 2014.
Dari tulisan-tulisan ilmiah tersebut diatas, tidak ada yang membahas
tentang posisi strategis dan potensi yang dapat dimiliki Republik Indonesia ketika
membuat perjanjan internasional tentang kerjasama pemindahan narapidana
dengan Republik Perancis. Penelitian hukum ini akan lebih akan mengkaji secara
dalam dan keseluruhan dampak berjalannya perjanjian Republik Indonesia dengan
Republik Perancis tentang Transfer of Sentenced Person.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian yang disusun diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan akademis dan kepentingan praktis.
1. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu
hukum pada khususnya.
2. Memberikan pandangan kepada Pemerintah Indonesia terhadap posisi dan
kepentingan Indonesia ketika dihadapkan pada persiapan pembentukan
perjanjian
bilateral
tentang
TSP
dengan
Republik
Perancis.
Menyampaikan hasil penelitian berupa prospek strategis terhadap manfaat
dan potensi perjanjian bilateral tentang TSP antara Rapublik Indonesia dan
Republik Perancis ke masyarakat Indonesia.
Download