I 1.1. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Aktivitas kehidupan biosfer pada dasarnya digerakkan oleh tenaga dari cahaya matahari. Secara sepintas memang tidak nampak hubungan cahaya matahari dengan hewan yang dapat berlari dengan cepat. Namun, apabila diteliti dengan cermat, akan diketahui bahwa tenaga untuk berlari itu berasal dari pemecahan karbohidrat yang terkandung di dalam daun rerumputan yang dimakan oleh hewan tersebut, dan karbohidrat yang dipecah berasal dari suatu reaksi kimia didalam daun yang berlangsung dengan menggunakan energi cahaya matahari. Reaksi pembentukan karbohidrat ini dinamakan fotosintesis (Anwar, 1986). Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Selain itu, fotosintesis juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kurangnya pengetahuan tentang proses fotosintesis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan tentang fotosintesis ini. Disamping itu percobaan ini ingin membuktikan apakah benar atau tidak bahwa dalam proses fotosintesis dihasilkan Amilum dan dilepaskan oksigen. Oleh karena itu, penulis ingin mendapatkan pemahaman terhadap hal tersebut dan mencoba melakukan percobaan fotosintesis (dalam hal ini percobaan Sachs dan Ingenhousz). Semoga laporan ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terhadap pertanyaan yang dikaji. 1 1.2. RUMUSAN MASALAH a. Apakah yang dimaksud dengan fotosintetis ? b. Bagaimanakah proses fotosintetis berlangsung pada tanaman ? c. Bagaimana cara membuktikan bahwa fotosintetis menghasilkan oksigen dan amilum ? d. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses fotosintetis ? 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN a. Membuktikan bahwa fotosintetis menghasilkan amilum dan melepas oksigen b. Mengetahui dan mempelajari langkah kerja dalam menguji fotosintetis dan hasilnya c. Sebagai sumber atau acuan dalam belajar biologi d. Mengidentifikasi atau menganalisis faktor apasaja yang mempengaruhi fotosintetis 1.4. METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode pengamatan, dan literatur. 2 II METODE PENELITIAN 2.1. ALAT DAN BAHAN 2.1.1. Alat a. Fotosintetis Melepas Oksigen (Ingenhousz) Gelas kimia Corong Tabung Reaksi dan raknya b. Fotosintetis Menghasilkan Amilum ( Sachs ) Spirtus + kaki tiga Pipet tetes Cawan petri Gelas kimia (2 buah ) Penjepit 2.1.2. Bahan a. Fotosintetis Melepas Oksigen (Ingenhousz) Air Tanaman Hydrilla verticillata b. Fotosintetis Menghasilkan Amilum ( Sachs ) Alkohol (70 % ) Aquades Lugol Daun yang telah dibungkus kertas alumunium 3 2.2. LANGKAH KERJA 2.2.1. Percobaan Ingenhousz Gambar 1. Rakitan Percobaan Ingenhousz a. Merakit alat seperti pada gambar (2 rakitan alat). b. Menempatkan satu rakit di tempat kena cahaya langsung dan rakitan lainnya di dalam ruang yang tidak ada cahaya. c. Membiarkan selama 20 menit. Kemudian mengamati ada tidaknya gelembung di dalam tabung reaksi tersebut. Membandingkan jumlah gelembung pada kedua rakitan tersebut. 2.2.2. Percobaan Sachs Gambar 2. Proses Percobaan Sachs 4 a. Tutup sebagian daun tanaman kacang panjang pada pukul 05.00 WIB dengan menggunakan kertas karbon. b. Petik daun tersebut pada pukul 10.00 WIB. c. Rebus daun tersebut ke dalam air dengan tujuan agar selselnya mati. d. Masukkan daun yang telah direbus tadi ke dalam alkohol panas dengan tujuan agar klorofilnya terlarut. e. Ambil daun setelah berwarna cokelat, kemudian tetesi larutan yodium lugol. f. Amati perubahan warnanya dan catat dam tabel pengamatanmu. . . 2.3. VARIABEL PENELITIAN 2.3.1. Percobaan Ingenhousz : a. Variabel Bebas : tempat meletakkan Hydrilla b. Variabel Kontrol : volume air pada gelas beaker, jenis Hydrilla, ukuran Hydrilla c. Variabel Terikat : banyaknya gelembung udara 2.3.2. Percobaan Sachs : Variabel Bebas (variabel yang mengubah) : Intensitas Cahaya Variabel Antara (variabel yang ikut berpengaruh) : Cairan lugol, dan kertas alumunium Variabel Terikat (variabel yang diubah) : Kandungan Amilum 5 2.4. PERTANYAAN DAN HIPOTESIS 2.4.1. Pertanyaan a. Perlakuan manakah yang menghasilkan gelembung paling banyak dan manakah yang paling sedikit ? Mengapa? b. Gelembung gas apakah yang dihasilkan pada percobaan tersebut ? c. Berdasarkan percobaan tersebut tentukan faktor yang mempengaruhi proses fotosintetis ? d. Berdasarkan eksperimen anda, faktor apakah yang paling efektif untuk berlangsungnya fotosintetis ? e. Bagian daun manakah yang berwarna hitam dan yang berwarna putih pucat? f. Mengapa dapat terjadi perubahan warna ? 2.4.2. Hipotesis a. Dari Pengamatan yang kami lakukan jumlah gelembung paling banyak diperoleh pada pengamatan ditempat terang, sebab proses fotosintetis pada tanaman Hydrilla dapat berlangsug optimal pada kondisi yang terang. b. Gelembung gas yang dikeluarkan oleh Hydrilla pada saat melakukan fotosintetis adalah oksigen ( O2 ) c. Dari pengamatan yang kami lakukan diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi fotosintetis antara lain yaitu : air ( H2O ), 6 intensitas cahaya, usia tumbuhan, karbndioksida ( CO2 ), suhu, dan kelembaban. d. Perlakuan yang lebih efektif dalam proses fotosintetis adalah ditempat yang memiliki intensitas cahaya matahari yang tinggi, sebab dengan adanya cahaya, maka fotosintetis dapat berlangsung optimal, dengan menjadikan cahaya sebagai bahan baku dalam kegiatan fotosintetis. e. Saat ditetesi dengan lugol bagian daun yang berubah warna adalah bagian yang tidak ditutupi kertas alumunium. f. Perubahan warna yang terjadi pada bagian daun yang tidak ditutupi membuktikan bahwa fotosintetis menghasilkan amilum, sedangkan pada bagian dau yang tidak ditutupi kertas aumunium tidak terjadi perubahan warna ( tetap berwarna putih pucat ), sebab pada bagian tersebut cahaya matahari tidak dapat diserap, akibatnya fotosintetis tidak berlangsung, dan amilum pun tidak dapat dihasilkan. 2.4.2.1. Hipotesis Ingenhousz a. Hipotesis nol : Daun akan berfotosintesis bila mendapat cahaya matahari. Karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari. b. Hipotesis alternative : Semakin tinggi intensitas cahaya maka akan semakin meningkat laju fotosintesis. 7 2.4.2.2. Hipotesis Sachs a. Hipotesis nol : Fotosintesis tidak menghasilkan amilum dan tidak dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya. b. Hipotesis alternative : Fotosintesis menghasilkan amilum dan dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya 8 III 3.1. KAJIAN PUSTAKA MENGENAL FOTOSINTETIS Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari. Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, karbohidrat yang monosakarida, paling dan sederhana. polisakarida. Monosakarida Monosakarida dapat diikat adalah secara bersamasama untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya, fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar 9 oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon. Karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang dapat ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. Meskipun masih ada langkah - langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, Seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari hasil penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah 10 “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya. Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbondioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan seperti glukosa. Fotosistem ada dua macam, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Fotosistem I tersusun oleh klorifil a dan klorifil b dengan perbandingan 12:1 dan tereksitasi secara maksimum oleh cahaya pada panjang gelombang 700 nm. Pada fotosistem II perbandingan klorofil a dan klorofil b yaitu 1:2 dan tereksitasi secara maksimum oleh cahaya pada panjang gelombang 680 nm. 11 Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan reaksinya dapat dituliskan : Gambar 3. Reaksi Fotosintesis Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi merupakan kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis. Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. 12 Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang yang memerlukan cahaya dan reaksi gelap yang tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida. Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak. 3.1.1. Percobaan Ingenhousz. Orang yang pertama kali menemukan fotosintesis adalah Jan Ingenhousz. Fotosintesis merupakan suatu proses yang penting bagi organisme di bumi, dengan fotosintesis ini tumbuhan menyediakan bagi organisme lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Jan Ingenhosz melakukan percobaan dengan memasukkan tumbuhan Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang berisi air. Bejana gelas itu ditutup dengan corong terbalik dan diatasnya diberi tabung reaksi yang diisi air hingga penuh, kemudian bejana itu diletakkan di terik matahari. 13 Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air itu yang menandakan adanya oksigen. Gas yang ada pada gelembung udara tersebut merupakan gas oksigen (O2). Gas ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan menjadi gas oksigen yang akan muncul berupa gelembunggelembung denganpersamaan reaksi sebagai berikut: 2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) 3.1.2. Percobaan Sachs. Pada tahun 1860, Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan kedalam alkohol dan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum. Pada uji Sachss ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak berfotosintesis. Percobaan ini berdasar pada ciri hidup yang hanya dimiliki oleh tumbuhan hijau yaitu kemampuan dalam menggunakan karbon dioksida dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta direspirasikan / dessimilasi bahan organik dalam tubuhnya sehingga zat organik itu bisa digunakan untuk aktivitas makhluk hidup. Berdasarkan percobaan yang dihasikan diperoleh bahwa bagian daun yang di tutupi oleh kertas amilum tidak berubah warna ( hijau pucat), 14 setelah ditetesi oleh lugol, sedangkan daun yang tidak ditutupi mengalami perubahan warna menjadi hitam, hal tersebut terjadi karena pada daun yang ditutupi kertas alumunium, mengalamai pembelokan cahaya, sehingga fotosintetis tidak dapat berlangsung, akibat dari tidak tersedianya bahan bakar ubtuk melakukan fotosintetis, beda halnya dengan bagian daun yang tidak ditutupi kertas alumunium, pada bagian tersebut tetap berlangsung proses fotosintetis, sehingga saat ditetesi lugol daun tersebut bereaksi dan mengalami perubahan warna, yang membuktikan bahwa adanya kandungan amilum, pada saat peroses fotosintetis berlangsung. 3.2. PROSES FOTOSINTETIS. Fotosintesis merupakan proses menggabungkan CO2, H2O menjadi gula dengan menggunakan energi cahaya dengan menggunakan organel yang disebut kloroplas. Proses fotosintesis dibagi menjadi dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. 3.2.1. Reaksi Terang. Reaksi terang merupakan langkah-langkah mengubah energy matahari menjadi energy kimia. Cahaya yang diserap oleh klorofil menggerakkan transport electron dan hydrogen dari air ke penerima ( aseptor ) yang disebut NADP+ yang berfungsi sebagai pembawa electron dalam respirasi seluler. Reaksi terang menggunakan tenaga matahari untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan cara menambahkan sepasang electron bersama dengan nucleus hydrogen atau H+. Reaksi terang juga 15 menghasilkan ATP dengan memeberi tenaga bagi penambahan gugus fosfat yang pada ADP, proses ini disebut fotofosforilasi. Reaksi terang terjadi di grana, persisnya di membran tilakoid. Reaksi terang menggunakan 2 fotosistem yang berhubungan. Fotosistem I menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm maka disebut P700, berfungsi untuk menghasilkan NADPH. Fotosistem II menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm maka disebut P680, berfungsi untuk membuat potensial oksidasi cukup tinggi sehingga bisa memecah air. Bila bekerja bersama, 2 fotosistem ini melakukan proses fotofosforilasi nonsiklik yang menghasilkan ATP dan NADPH. Fotosistem I mentransfer elektron ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Kehilangan elektron digantikan oleh elektron dari fotosistem II. Fotosistem II dengan potensial oksidasinya yang tinggi dapat memecah air untuk menggantikan elektron yang ditransfer ke fotosistem I. Kedua fotosistem ini dihubungkan oleh kompleks pembawa elektron yang disebut sitokrom/komplek b6-f. Kompleks ini menggunakan energi dari pemindahan elektron untuk memindahakan proton dan mengaktifkan gradien proton yang digunakan oleh enzim ATP sintase. Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680 teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom oksigen dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk melengkapi oksidasi 2 molekul air 16 dan mengahsilkan 1 oksigen. Elektron yang tereksitasi dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f. Kehadiran elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid, kemudian elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I. Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi. ”Lubang” yang ditinggal elektron segera ditempatin olek elektron dari Fotosistem II, sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditanggap oleh ferredoxin. Ferredoxin tereduksi membawa elektron dengan potensial yang tinggi kemudian ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim NADPH reduktase. Enzim ATP sintase menggunakan gradien proton yang tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi. 3.2.2. Reaksi Gelap Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang terjadi di stroma. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada siang hari laju reaksi gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang. Reaksi gelap dimulai dengan pengikatan atau fiksasi 6 molekul CO2 ke 6 molekuk gula 5 karbon yaitu ribulosa 1,5 bifosfat, dikatalisis oleh enzim ribulosa bifosfat karboksilase/oksigenase(rubisco) yang kemudian membentuk 6 molekul gula 6 karbon. Molekul 6 karbon ini tidak stabil maka pecah menjadi 12 molekul 3 karbon yaitu 3 fosfogliserat. 3 fosfogliserat kemudian difosforilasi oleh 12 ATP membentuk 1,3 17 bifosfogliserat. 1,3 bifosfogliserat difosforilasi lagi oleh 12 NADPH membentuk 12 molekul gliseradehida 3 fosfat/PGAL. 2 PGAL digunakan untuk membentuk 1 molekul glukosa atau jenis gula lainnya, sedangkan 10 molekul lainnya difosforilasi oleh 6 ATP untuk kembali membentuk 6 molekul Ribulosa 1,5 bifosfat. Proses pengikatan CO2 ke RuBP disebut fiksasi, proses pemecahan molekul 6 karbon menjadi molekul 3 karbon disebut reduksi dan proses pembentukan kembali RuBP dari PGAL disebut regenerasi. Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3. Kebanyakan tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3. Untuk beberapa tumbuhan, mereka terpaksa melakukan fotosintesis dengan cara yang sedikit berbeda karena kondisi lingkungan. RuBP, alih-alih mengikat CO2, justru mengikat O2 sehingga berubah menjadi glikolat dan terurai. Proses ini disebut fotorespirasi. Saat fiksasi karbon, CO2 dan O2 berkompetisi untuk berikatan dengan RuBP. Pada kondisi normal bersuhu 25 C, 20% fiksasi karbon untuk fotosintesis hilang karena fotorespirasi. Kemungkinan makin meningkat saat kondisi panas, kering dan stomata menutup di siang hari untuk menyimpan air. Kondisi ini menyebabkan CO2 tidak bisa masuk dan O2 tidak bisa keluar sehingga terjadi fotorespirasi. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka tanaman mengikatkan CO2 ke fosfoenolpiruvat (PEP), dikatalisis oleh PEP 18 karboksilase dan membentuk senyawa 4 karbon, biasanya oksaloasetat. Mekanisme ini disebut mekanisme C4. Pengikatan ini terjadi di sel mesofil. Oksaloasetat kemudian berubah menjadi malat yang memasuki sel seludang dan disanalah malat melepaskan CO2 untuk memulai siklus Calvin. Mala berubah menjadi piruvat yang keluar menuju sel mesofil, berubah menjadi PEP untuk berikatan lagi dengan CO2. 3.3 HASIL FOTOSINTETIS 3.3.1. Fotosintetis menghasilkan Oksigen Untuk menguji dan membuktikan bahwa fotosintetis menghasilkan amilum, dapati dilakukan dengan Percobaan Ingenhousz, dan tumbuhan Hydrilla verticilata sebagai bahan dasar percobaan. Hydrilla dimasukkan ke dalam gelas beaker yang terlebih dahulu telah dilengkapi dengan corong penutup dan gelas kimia, kemudian dimasukkan air yakinkan pada saat air memenuhi gelas beaker dan masuk kedalam gelas kimia tidak terdapat gelembung udara dari luar. Gelas beaker yang berisi air ini diletakkan di 2 tempat yang berbeda kadar cahaya yang bertujuan untuk memperoleh hasil gelembung yang berbeda pula jumlahnya sehingga didapatkan hubungan antara jumlah gelembung dengan kadar cahaya yang ada. Gelembung udara yang dihasilkan menandakan bahwa proses fotosintesis pada Hydrilla verticilata menghasilkan Berdasarkan hasil pengamatan jumlah gelembung oksigen. udara yang 19 dihasilkan pada tempat terang lebih banyak dibandingkan dengan tempat yang tidak ada cahaya walaupun waktu yang digunakan sama. Hal ini membuktikan bahwa intensitas cahaya sangat mempengaruhi proses fotosintesis. Intensitas cahaya yang optimum sangat baik untuk proses fotosintesis, sebaliknya dengan intensitas cahaya yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat berlangsungnya proses fotosintesis. Selain intensitas cahaya dan kadar CO2, juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah temperatur, kadar 02, kadar air dan unsur mineral yang ada. Laju pembentukan oksigen dapat digunakan sebagai suatu petunjuk untuk laju fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan. Adapun hasil pengamatan kami dapat dilihat dari tabel berikut : Gambar 4. Penampakan Gelas Beker 20 Tabel 1. Data Pengamatan Kelompok 1 (+substrat) Produksi Gelembung Oleh Tanaman No. Terkena sinar Tidak terkena sinar langsung Keterangan langsung 2 gelembung, 1 di 1. 528 tali 1 naik 2. 569 Tetap + substrat 5ml, 3. 971 tambah 1 gelembung naik 4. 1501 Tetap 21 Tabel 2. Data Pengamatan Kelompok 2 (+ substrat) Produksi Gelembung No. Keterangan Terkena sinar Tidak terkena sinar langsung langsung 12 (mulai ada Jumlah lain 5 helai Panjang Hydrilla sp. 9 cm Waktu adaptasi 2 menit 1 gelembung pada 1. pada menit kemenit ke-4 6) 590 (vol air 2. sedikit Tidak ada berkurang) Ada 1 gelembung yang menempel 668 (+ pada tali tidak NaHCO3) keluar (berada pada 3. ujung corong) + NaCO3 1403 (volume air berkurang 4. Tidak ada lebih banyak 0,5 ml) 22 Tabel 3. Data Pengamatan Kelompok 3 Produksi Gelembung Oleh Tanaman No. langsung langsung 1 gelembung di atas, 4 gelembung 1. Keterangan Terkena sinar Tidak terkena sinar Tangkai Hydrilla sp. dalam keadaan ditekuk 426 di sekitar dinding tabung reaksi 1 gelembung di atas, 2 gelembung 2. 1334 di sekitar dinding tabung reaksi 1 gelembung di atas, 4 gelembung 3. 1754 di sekitar dinding tabung reaksi 4. 1718 2 gelembung di atas 23 Tabel 4. Data Pengamatan Kelompok 4 Produksi Gelembung Oleh Tanaman No. Keterangan Terkena sinar Tidak terkena sinar langsung langsung 1. 756 31 Tidak ada waktu adaptasi 2. 3552 4 Yang diamati gelembung 3. 3050 1 yang keluar dari patahan di 4. 2385 4 pangkal tangkai langsung Tabel 5. Data Pengamatan Kelompok 5 Produksi Gelembung Oleh Tanaman No. Terkena sinar Tidak terkena sinar langsung langsung 1. 238 – 2. 622 1 3. 960 1 4. 2635 1 Keterangan 24 Tabel 6. Data Pengamatan Kelompok 6 Produksi Gelembung Oleh Tanaman No. Terkena sinar Tidak terkena sinar langsung langsung 1 gelembung besar sampai 1. Keterangan 298 di atas 1 gelembung agak besar 2. panjang 8 cm Pada waktu 6 menit 482 tidak ke atas 3. Tangkai Hydrilla sp. terakhir terjadi 6 gelembung kecil pengurangan intensitas menempel cahaya pada percobaan 622 terkena cahaya 4 gelembung kecil 4. langsung karena 1704 menempel tertutup pepohonan 25 Tabel 7. Analisis Data Terkena sinar matahari Tidak terkena sinar matahari Kelompok 7 menit 7 menit 7 menit 7menit 7 menit 7 menit 7 menit 7 menit pertama kedua ketiga keempat pertama kedua ketiga keempat 1 528 569 971 1501 2 – 1 – 2 12 590 668 1403 1 – 1 – 3 426 1334 1754 1718 1 1 1 2 4 756 3552 3050 2385 31 4 1 4 5 238 622 960 2635 – 1 1 1 6 298 482 622 1704 1 1 6 4 3.3.2. Fotosintetis menghasilkan Amilum Untuk menguji dan membuktikan bahwa fotosintetis menghasilkan amilum, dapat filakukan dengan Percobaan Sachs, caranya yaitu dengan menyiapkan daun yang akan dijadikan sebagai bahan uji coba, kemudian membungkus daun tersebut dengan kertas alumunium. Tujuannya agar bagian daun yang dibungkus dengan kertas aluminium tersebut tidak mendapatkan cahaya sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintetis. Terbukti ketika setelah daun yang telah direbus selama 30 menit tersebut, dibilas dengan air dan di tetesi lugol, maka bagian daun yang tidak ditutupi alumunium tersebut, mengalami perubahan warna menjadi hitam. Hal tersebut menandakan bahwa bagian daun yang tidak ditutupi kertas alumunium tersebut tetap melakukan fotosintetis, sehingga keika 26 bereaksi dngan lugol, bagian daun itu mengalami perubahan warna menjadi hitam, yang menandakan bahwa proses fotosintetis menghasilkan amilum / karbohidrat. Dari Percobaan Sachs yang kami lakukan dapat diperoleh hasil sesuai pada tabel berikut : Gambar 5. Penampakan Daun Setelah Percobaan Tabel 8. Penjelasan Perubahan Warna Pada Daun Hasil Uji lugol No. Bagian daun yang ditutup Bagian daun yang Keterangan tidak ditutup Bagian yang berwarna biru kehitaman menunjukkan adanya Berwarna putih Berwarna biru pucat kehitaman 1. amilum, sedangkan yang berwarna putih pucat menunjukkan tidak adanya amilum. 27 Tabel 9. Hasil Percobaan Sachs Warna daun Keadaan daun Direbus dalam Direbus dalam air alkohol Hijau Hijau tua Biru kehitaman Hijau pucat Hijau muda Putih / pucat Ditetesi lugol Daun yang terkena sinar matahari Daun yang ditutupi dengan kertas perak 3.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FOTOSINTETIS Fotosintesis merupakan aktivitas kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal menyangkut kondisi jaringan/organ fotosintetik, kandungan klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologi yang lain seperti transpirasi, respirasi dan adaptasi fisiologis yang lain yang saling kait mengkait. Faktor eksternal meliputi faktor klimatik seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, hujan, dan juga faktor cahaya, konsentrasi CO2, O2, kompetitor, dan organisme patogen. Selain itu juga faktor penyebab timbulnya stress seperti ketersediaan air, ada polutan biosida dan zat-zat beracun lain. Kondisi excess pada berbagai factor yang dibutuhkan dari lingkungan juga berpengaruh terhadap fotosintesis. Misal, logam-logam berat beracun, biosida , SO2 dan juga O2. 3.4.1. Intensitas Cahaya Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis, namun demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan 28 berbeda. Tidak pada setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan meningkatnya laju fotosintesis. Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan cahaya, terutama antara tumbuhan tipe C3 dan C4. Pada tumbuhan C3 terjadi kondisi yang disebut titik jenuh cahaya. Pada kondisi tersebut, laju fotosintesis telah mencapai maksimum, dan tidak meningkat lagi lajunya walau intensitas cahayanya bertambah. Fotosintesis tumbuhan tipe C4 semakin efektif pada intensitas yang semakin tinggi. Bahkan pada kisaran intensitas dimana bagi tumbuhan C-3 telah mencapai titik jenuh, pada tumbuhan C-4 justru masih mengalami peningkatan yang signifikan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tumbuhan C-4 lebih toleran hidup pada daerah dengan tingkat intensitas cahaya yang tinggi. Pada tumbuhan C-3, 3.4.2. Suhu Sifat lain tumbuhan C-4 adalah lebih toleran di lingkungan dengan suhu yang panas. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis tumbuhan C-4 lebih tinggi daripada tumbuhan C-3. untuk fotosintetik : 20 – 26oC (pada C3) dan 35 – 40oC (pada C4) Kisaran suhu optimum untuk fotosintetik : 20 – 26oC (pada C3) dan 35 – 40oC (pada C4). 3.4.3. Umur jaringan dan fotosintesis Selain faktor intensitas cahaya, umur daun sangat menentukan produktivitas daun dalam aktivitas fotosintesisnya. Kapasistas kemampuan 29 daun melakukan fortosintesis berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan daun mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimalnya. Pada fase awal pertumbuhannya, daun muda masih menggatungkan asimilat dari daun dewasa lainnya (mengimpor). Pada saat daun mencapai laju pertumbuhan optimum, produktivitasnya telah jauh meningkat, dan sebagian fotosintatnya telah mulai diekspor ke jaringan lain yang membutuhkan. Kapasitas fotosintesis ini terus meningkat bersamaan dengan pencapaian kedewasaan organ daun. Terdapat hubungan interaktif antara perkembangan struktural daun (anatomi - morfologi) dan intensitas cahaya dengan perkembangan kapasitas fotosintetiknya. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi, daun berkembang dengan memadai, sehingga kapasitas fotosintetiknya juga lebih besar. 3.4.4. CO2 Konsentrasi CO2 sebagai salah satu prekursor atau bahan dasar asimilasi karbon tentu akan sangat berpengaruh pada produktivitas fotosintesisnya. Tumbuhan menunjukkan kemampuannya dalam memfiksasi CO2 yang berbeda - beda. Perbedaan ini sangat menyolok antara tumbuhan tipe C3 dengan C4. Pada konsentrasi CO2 lingkungan yang sama (330 ppm), jagung (Zeamayz) sebagai contoh dari tumbuhan C4 memiliki laju fotosintesis yang jauh lebih tinggi dibanding dengan kacang, bahkan dengan tumbuhan kacang yang diberi suplai CO2 1000 ppm sekalipun. Hal ini menunjukkan 30 bahwa tumbuhan C4 memiliki kemampuan yang sangat efisien dalam memfiksasi CO2. Pada tumbuhan C4, CO2 diikat oleh PEP karboksilase dan menggabung kan dengan PEP menjadi asam oksalo asetat (OAA). OAA ini menjadi timbunan sumber CO2 di vakuola. Selanjutnya, OAA akan dikonversi menjadi asam malat atau aspartat tergantung jenis tumbuhannya, yang kemudian ditranspor ke seludang berkas (bundle sheat = Kranzanatomy). Selanjutnya, malat atau aspartat akan didekarboksilasi dan CO2 yang terlepas akan diikat oleh enzim Rubis Co untuk asimilasi karbon pada siklus Calvin. 3.4.5. Oksigen dan Fotosintesis Oksigen merupakan salah satu produk samping dari fotosintesis, dari hasil fotolisis air. Namun demikian, kadar oksigen yang tinggi pada jaringan fotosintetik akan menghambat laju fotosintesis. Pada kondisi kadar oksigen yang semakin tinggi, laju fotosintesisnya secara signifikan menjadi semakin rendah. Tampak kecenderungan adanya efek interaksi antara konsentrasi CO2 dan O2 terhadap laju fotosintesisnya. Namun, tingkat penghambatan ini saangat berbeda antara kelompok tumbuhan C3 dan C4. Tingkat hambatan fotosintesis oleh adanya oksigen jauh lebih besar terjadi pada tanaman kacang dibanding pada jagung. Tingkat penghambatan fotosintesis yang begitu besar oleh keberadaan O2 pada kacang terkait erat dengan intensitas fotorespirasinya. Pada Tumbuhan C3, laju fotorespirasi sangat intensif. Sebaliknya, pada tumbuhan C4 sangat 31 rendah. Rendahnya laju fotorespirasi tumbuhan C4 diduga disebabkan karena pada jaringan fotosintetiknya, rasio CO2 / O2 cukup besar. Dengan tingginya CO2 jaringan, mengurangi peluang terikatnya oksigen pada sisi aktif enzim Rubis CO. Khusus pada tumbuhan C4 yang mentransport timbunan CO2 dalam bentukasam amino Aspartat (asam C4 dalam bentuk Aspartat), laju fotosintesisnya memiliki hubungan erat dengan penyerapan N dari tanah. 32 IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN a. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Adapun persamaan reaksi fotosintesis yaitu: 6CO2 + 6H2O cahaya matahari + klorofil C6H12O6 + 6O2 + Energi b. Dari hasil percobaan Ingenhousz dapat disimpulkan bahwa dalam proses fotosintesis dilepaskan oksigen. c. Dari hasil percobaan Sachs dapat disimpulkan bahwa dalam proses fotosintesis dihasilkan glukosa/ amilum. d. percobaan yang berkaitan dengan fotosintesis: Ingenhousz, T.W Engelmann, J.V. Sachs, Robert Hill, Blackman e. Proses fotosintesis terdiri dari dua reaksi, yaitu reaksi gelap dan reaksi terang. f. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis: Intensitas cahaya, Konsentrasi karbon dioksida, Suhu, Kadar air, Kadar fotosintat (hasil fotosintesis), dan Tahap pertumbuhan. Peranan cahaya dalam fotosintesis adalah sebagai sumber energy ( foton ). 33 4.2. SARAN a. Waktu yang diberikan dalam melakukan uji coba ada kalanya dibiarkan lebh lama b. Ketika melakukan Percobaan Ingenhousz usahkan dalam menyusun daun hydrilla tidak terbalik, karena kemungkinan hasil dari percobaanya akan mengalami kegagalan c. Jika tidak yakin dengan langkah kerja yang diberikan atau masih ragu, tanyakanlah pada guru atau pembina 34 DAFTAR PUSTAKA Hidayati,Sri.2007.Biologi.Jakarta:PT Bumi Aksara Rochimah, Siti Nur, Sri Widayati, dan Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XII. Jakarta. PT. Pustaka Insan Madani. Campbell dan Reece. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Ellis, Nihayati. 1986. Anatomi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta. Kimball, John. W. 1992. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB. Santoso.2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu : Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Bekantan, Smart.2009.Laporan Praktikum Fotosintesis.[Online] diakses pada tanggal tanggal 1 Januari 2012. Online, Sinau.2010. Laporan Praktikum Fotosintesis. [Online] diakses pada tanggal 1 Januari 2012. Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta. http://www.sms.si.edu/irlspec/hydrilla_verticillata.htm http://metabolismelink.freehostia.com http://id.wikipedia.org/wiki/fotosintesis http://smartbekantan.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan-1_12.html http://ayosinauonline.blogspot.com/2010/05/laporan-praktikum-fotosintesissachs.html 35