Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Dalami Anti-Aging Medicine Untuk Hambat Penuaan dan Penyalahgunaan Obat Estetika Harapan Hidup Masyarakat Indonesia Harus Meningkat! Salah satu keinginan wanita adalah selalu tampil menarik. Segala cara dilakukan agar penampilan mereka tetap pada kondisi prima dan tampil lebih muda. Namun Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, pakar Andrologi dan Anti-Aging Medicine, mendapati masih banyak orang belum paham pentingnya mengoptimalkan anti-aging medicine dalam kehidupan sehari-hari. --Wanita mana yang tidak ingin tampil cantik, menarik, dan tampak muda? Bahkan saat ini tidak hanya wanita yang mempedulikan penampilan, pria pun sama. Tak heran, industri kecantikan dengan berbagai iming-iming manfaat selalu meningkat tiap tahunnya di Indonesia. Namun kurangnya pengetahuan dan informasi tentang produk kosmetik, membuat banyak pengguna tidak cocok menggunakan produk kosmetik tertentu. Hal itu justru mengakibatkan penampilan tidak lagi menarik dilihat. “Tidak hanya masyarakat yang terkecoh. Dokter pun banyak (yang terkecoh),” ungkap Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, pakar Andrologi dan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Denpasar, Bali. Ditemui di salah satu restoran di daerah Kuta - Bali, Wimpie, sapaannya, membeberkan ilmu anti-aging medicine yang didalaminya selama ini. Mengenakan kemeja jingga cerah dan sunglasses, ayah tiga anak ini tampil energik dan semangat saat bicara tentang anti-aging. Tak ada yang menyangka bahwa pria ini sudah berusia 69 tahun. Wimpie mengakui bahwa di bidang estetika, pasar di Indonesia memang besar. “Tidak ada yang salah dengan tampil menarik dan mempedulikan estetika luar,” katanya. Namun dirinya menyayangkan produk-produk kecantikan yang diberi label “anti-aging”. Menurut Wimpie, ilmu anti-aging medicine pada dasarnya mempelajari bahwa proses penuaan bisa dihambat, bahkan bisa dikembalikan ke posisi saat masih muda. “Namun semuanya tentu perlu proses waktu yang tidak sebentar,” ujar pria berdarah Manado ini. Proses inilah yang seringkali diabaikan. “Pasien suka tidak sabar dan menginginkan hasil yang instan,” kata Wimpie. Dan menurutnya hal ini banyak dimanfaatkan oleh industri kosmetik kecantikan untuk menggaet konsumen. Wimpie menjelaskan, tubuh manusia memiliki 2 usia, usia kronologis dan usia fisiologis. Usia kronologis adalah usia yang terus bertambah sesuai dengan usia kelahiran. “Usia fisiologis bisa dipertahankan,” katanya. Hal ini kemudian menjadi masalah baru ketika orang lebih sibuk mengurus penampilan luar daripada berusaha mempertahankan usia fisiologisnya. “Memang dengan make-up, wajah bisa tampak muda. Namun akan menjadi aneh apabila usia fisiologisnya tidak terjaga,” kata Wimpie. Wimpie mencontohkan ketika usia fisiologis tidak terjaga seperti seseorang yang wajahnya cantik karena make-up tebal, namun jalannya kesulitan karena osteoporosis. “Jika usia fisiologis terjaga, otomatis wajah cerah segar tanpa harus didempul make-up,” kelakarnya. Tidak jarang dia dapati beberapa pasiennya harus merogoh kocek lebih dalam untuk memperbaiki penampilannya yang rusak akibat salah menggunakan produk kosmetik atau kecantikan. Di sinilah Wimpie membuka kesempatan agar para dokter yang tertarik di bidang estetika sebaiknya memperluas wawasannya. Apa bedanya anti-aging medicine dan aesthetic medicine? Anti-aging medicine merupakan ilmu yang mencakup tidak hanya tentang estetika, namun juga di dalamnya termasuk mempelajari hormon, nutrisi, dan olah raga. Singkatnya anti-aging medicine memperhatikan seluruh fungsi tubuh, tidak hanya estetika wajah saja. Apa yang membuat Anda tertarik mendalami anti-aging medicine? Usia harapan hidup di Indonesia termasuk rendah, hanya sekitar 60-70 tahun. Coba bayangkan di negara-negara maju lainnya seperti Jepang bisa mencapai 90 tahun. Saya kira usia panjang tidak hanya milik negara maju saja, tetapi di Indonesia pun bisa. Harapan saya sederhana, agar masyarakat Indonesia memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang, lebih sehat, dan produktif. Dengan menerapkan ilmu anti-aging medicine, hal tersebut bukannya tidak mungkin tercapai. Apa saja tantangan yang seringkali dihadapi di bidang ini? Tantangan paling jelas adalah karena masyarakat Indonesia masih banyak yang belum paham pentingnya menjaga keseimbangan hormon. Padahal banyak penyakit yang awalnya bisa dihindari dengan menjaga hormon tubuh tetap seimbang. Misalnya diabetes dan obesitas. Dalam hal menjaga penampilan pun masyarakat kita juga cenderung ingin yang serba instan. Akhirnya sangat mudah termakan iklan produk kecantikan yang diberi embel-embel “anti-aging”. Padahal penanganan yang kurang tepat bisa menyebabkan komplikasi lainnya. Tidak hanya itu, banyak dokter yang juga terkecoh dengan produk-produk kecantikan dari luar negeri. Sebaiknya para dokter lebih cermat untuk memperhatikan produk kecantikan yang akan disarankan kepada pasien. Tidak semua produk kecantikan cocok untuk dipakai oleh pasien. Bagaimana caranya mengetahui produk tersebut cocok digunakan atau tidak? Perlu diketahui oleh para dokter bahwa tidak semua produk kesehatan mendapatkan approval dari Food and Drug Administration (FDA). Produk-produk seperti kosmetik, herbal, suplemen, healthy food, dan susu formula memang dijual bebas di pasaran. Artinya jika terjadi efek samping tertentu, FDA tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, baiknya dokter harus rajin mencari informasi dari sumber yang benar tentang sebuah produk yang akan ditawarkan kepada pasien, sehingga menghindari adanya malpraktik dan efek samping yang membahayakan kesehatan pasien di kemudian hari. Di mana para dokter bisa menambah wawasan mengenai anti-aging medicine? Tentunya jangan malas mencari informasi dari sumber yang benar dan terakreditasi. Dari buku-buku ilmiah, misalnya. Saya sendiri sudah menerbitkan banyak buku yang berkaitan dengan anti-aging medicine. Ikuti juga berbagai pelatihan intensif anti-aging medicine. Inipun sebaiknya perlu dicari informasi apakah seminar dan pelatihan yang diikuti memiliki sertifikasi dan pengakuan internasional? Sebab cukup banyak seminar ilmiah yang diadakan di luar negeri, tetapi belum tentu dari lembaga yang diakui dunia. Jika ingin memiliki klinik ekstetika, bagaimana langkahnya? Siapapun sebenarnya bisa memiliki klinik ekstetika. Khususnya untuk para dokter yang ingin membuka klinik estetika, tentunya harus memiliki kemampuan yang mumpuni. Harus ada dasar pendidikan yang jelas dan sertifikat dari pelatihan anti-aging medicine. Perlukah tergabung dalam sebuah organisasi tertentu agar memiliki payung hukum yang jelas? Menurut saya sudah tergabung di IDI saja sudah cukup. Namun jika diperlukan bisa bergabung di PERDESTI juga jika ingin fokus ke bidang estetika. Tindakan apa saja yang menjadi kewenangan dokter umum yang mendalami estetika? Seperti yang sudah tertera dalam kode etik, dokter umum yang ingin melakukan tindakan media di bidang estetika hanya sebatas injeksi, operasi minor, dan infus. Jika seandainya Anda bisa memutar waktu kembali, apakah ada bidang ilmu lain yang ingin Anda pelajari? Tidak. Sekalipun mengulang waktu saya akan tetap mendalami ilmu ini. Karena segala kehidupan manusia berawal dari hormon. Mulai dari kelahiran, tumbuh dewasa, perubahan tubuh, sampai mengalami penurunan fungsi tubuh juga dipengaruhi oleh hormon. Sehingga mempelajari ilmu ini sangatlah menarik seperti mempelajari siklus hidup manusia.