fg 3 – sistem respirasi dan kardiovaskular

advertisement
Sistem Respirasi dan Kardiovaskular
A. SISTEM RESPIRASI
Bernapas adalah bagian yang sangat penting dari aktivitas makhluk hidup. Fungsi
utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh
dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Fungsi sistem pernapasan, yaitu :
1. Pertukaran gas antara atmosfer dan darah.
2. Regulasi homeostasis pH tubuh.
3. Proteksi dari patogen & iritan yang terhirup.
4. Membantu proses vokalisasi.
5. Ekskresi air dan panas tubuh.
6. Membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa).
7. Mengeluarkan, memodifikasi, aktivasi/inaktivasi bahan/materi yang melalui peredaran
darah paru.
Dalam fisiologi, pernapasan memiliki makna :
1. Respirasi Internal :Proses metabolisme intrasel di dalam mitokondria.
2. Respirasi Ekternal :Keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalampertukaran O 2
dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Empat langkah pernapasan eksternal :
1. Ventilasi antara atmosfer dan alveolus di paru
S. Paru
2. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara di alveolus dan darah
3. Transportasi O2 dan CO2 antara paru dan jaringan
4. Pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan jaringan
Sistem ini juga melakukan fungsi non respirasi :
1. Menyediakan jalan untuk mengeluarkan air dan panas.
S. Sistematik
2. Meningkatkan aliran balik vena. Aktivitas pernapasan tekanan dalam rongga dada 5
mmHg
dibawah tekanan atmosfer, sedangkan sistem vena tungkai & abdomen =
tekanan atmosfer.
3. Berperan dalam memelihara keseimbangan asam basa normal.
4. Memungkinkan berbicara, menyanyi & vokalisasi lain.
5. Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing.
6. Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan atau menginaktifkan berbagai bahan yang
melewati sirkulasi paru.
SISTEM PERNAPASAN ATAS
SISTEM PERNAPASAN BAWAH
INSPIRASI

Sebelum inspirasi, otot-otot pernapasan relaks; tek.intraalveol = tek.atm

Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory group/DRG di formasio
retikularis med.oblongata)

mengirimkan impuls dari neuron I-DRG mll n.phrenic ke otot2 inspirasi; dan ke
neuron E-VRG (ventral respiratory group)

Diafragma & m.external intercostal berkontraksi  rongga thorak membesar 
tek.transmural (intrapleura & intraalveol) meningkat jaringan paru membesar 
tek.intraalveolar  udara masuk ke alveolus.

Napas dalam melibatkan otot inspirasi tambahan: m.sternocleidomastoideus &
m.scalenus.
EKSPIRASI

Pada akhir inspirasi, otot2 inspirasi relaks  tek.transmural (intrapleura & atm)
menurun  dinding dada menekan jaringan paru  tek.intraalvolar meningkat 
udara keluar

Impuls dari neuron E-VRG menghambat neuron I-DRG sehingga menghenitikan
aktivitasnya dengan penglepasan rangsangan inhibisi.

Ekspirasi tenang tidak melibatkan otot-otot ekspirasi.

Ekspirasi
aktif
melibatkan
otot-otot
ekspirasi:
m.abdominalis.
MEKANISME PERNAPASAN (VENTILASI PULMONAR)
m.internal
intercostal
&
A. Prinsip Dasar
1. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara di sekeliling paru-paru yang
terbuka ke atmosfer hanya melalui jalur system pernapasan.
2. Pernapasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-paru dan
ekspirasi (ekhalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
3. Sebelum inspirasi di mulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760mmHg) sama
dengan tekanan udara dalam alveoli yang di sebut sebagai tekanan intraalveolar (intrapulmonar).
4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan
sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
5. Peningkatan aatau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan
intrapleura
dan
intra-alveolar
yang
secara
mekanik
menyebabkan
pengembangan atau pengempisan paru-paru.
6. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya.
Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
B. Elastisitas jaringan paru

Compliance  kemudahan jaringan paru untuk diregangkan (‘kembang’)

Daya elastic recoil  kemampuan jaringan paru untuk kembali ke bentuk semula
setelah diregangkan (‘kempis’); bergantung pada:
1) elastisitas jaringan paru
2) tegangan permukaan alveoli  daya kohesi molekul air

Surfaktan  fosfolipid yang disekresi oleh sel alveolar tipe II  menurunkan
tegangan permukaan alveol mencegah alveol kolaps.
C. Volume dan kapasitas paru-paru
1. Tidal volume (TV): Volume udara yang masuk / keluar paru selama 1 kali bernapas.
Nilai rata2 : 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI):Volume tambahan yang dapat maksimal dihirup
melebihi tidal volume istirahat. Nilai rata2 : 3000 ml
3. Kapasitas inspirasi (KI):Volume maksimum udara yg dapat dihirup pada akhir
ekspirasi normal tenang (KI = TV + VCI)Nilai rata2: 3500 ml
4. Volume cadangan ekspirasi (VCE)Volume tambahan udara yang dapat secara aktif
dikeluarkanoleh kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif
pada akhir tidal volume. Nilai rata2: 1000 ml
5. Volume residual (VR): Volume minimum udara yang tersisa di paru setelah ekspirasi
maksimum. Nilai rata2: 1200 ml
6. Kapasitas residual fungsional(KRF) Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif
normal. Nilai rata2 : 2200 ml
7. Kapasitas vital (KV): Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu
kali bernapas setelah inspirasi maksimum (KV = VCI + TV + VCE). Nilai rata2: 4500 ml
8. Kapasitas paru total (KPT): Volume udara maksimum yang dapat ditampung paru.
Nilai rata2: 5700 ml
9. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik(FEV1)Volume udara yang dapat diekspirasi
selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV.
PERTUKARAN GAS

O2 masuk dan CO2 keluar dari darah di paru secara pasif mengikuti penurunan
gradien tekanan parsial.

Melintasi kapiler paru :Gradien tekanan parsial O2 dari alveolus ke darah : 60
mmHgGradien tekanan parsial CO2 dari darah ke alveolus : 6 mmHg

Melintasi kapiler sistemik :Gradien tekanan parsial O 2 dari darah ke sel jaringan :
60 mmHgGradien tekanan parsial CO2 dari sel jaringan ke darah : 6 mmHg

Metode transportasi gas dalam darah :
O2: Larut secara fisik 1,5 %
Terikat ke hemoglobin 98,5 %
CO2: Larut secara fisik 10 %
Terikat ke hemoglobin 30 %
Sebagai bikarbonat60 %

O2darah ditransport oleh Hemoglobin, karena itu penting diketahui Hubungan
PO2dan % saturasi hemoglobin
2 TEMPAT PERTUKARAN GAS
1) Di paru-paru
 Oxygen memiliki tekanan tinggi di dalam paru-paru dan mengalir ke dalam darah
 CO2 memiliki tekanan tinggi di dalam darah dan akan mengalir keluar
2) Di jaringan
 Oksigen berpindah menuju jaringan
 CO2 pindah ke dalam darah
MEKANISME PERTUKARAN OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui prose difusi.
Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Oksigen masuk ke dalam
tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus oksigen
mengalami difusi ke kapiler arteri pori-pori. Masuknya oksigen dari luar (lingkungan)
menyebabkan tekanan parsial oksigen di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan parsial di kapiler arteri paru-paru. Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit
yang mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial
oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin darah.
Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiri dari bagian yang
disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan
oksigen, sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen
berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara
reversible yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu suhu, PH, konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida, serta tekanan parsial. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan
tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan proses
respirasi.
PERSARAFAN PADA SALURAN PERNAPASAN






sistem saraf parasimpatik: reseptor muskarinik
respon bronkokonstriksi, vasodilatasi pulmonar, dan sekresi kelenjar mukus.
sistem saraf simpatik: reseptor adrenergik a dan b (epithelium bronkus, paru-paru,
otot dan sel mast) � bronkodilatasi, vasokonstriksi pulmonar, dan berkurangnya
sekresi kelenjar mukus.
sistem saraf nonkolinergik non adrenergik (NANC) pada bronkiolus : melibatkan
berbagai mediator seperti ATP, oksida nitrat, substance P, dan VIP (vasoactive
intestinal peptide)
respon penghambatan, meliputi bronkodilatasi, dan diduga berfungsi sebagai
penyeimbang terhadap fungsi pemicuan oleh sistem kolinergik.
serabut saraf aferen:
 reseptor peregangan(strech), di trakea dan bronkus bagian atas 
bronkodilatasi dan peningkatan denyut jantung
 reseptor iritan, di bagian atas saluran nafas  batuk, bronkokonstriksi, dan
sekresi mukus.
 Serabut C (reseptor jukstakapiler), yaitu serabut tidak bermielin yang
berujung di parenkim paru dan dinding bronkus  berespon terhadap
stimulus mekanis maupun kimiawi  pola nafas shallow yang cepat,
sekresi mukus, batuk, dan melambatnya denyut jantung.
Kontrol Pernapasan
•Otot pernapasan merupakan otot rangka, sehingga memerlukan rangsangan saraf agar
berkontraksi.
•Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah yaitu :
1. Faktor yang bertanggung jawab menghasilkan irama inspirasi / ekspirasi bergantian
2. Faktor yang mengatur kekuatan ventilasi sesuai kebutuhan tubuh
3. Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain
Pola bernapas ritmik ditentukan oleh pusat pernapasan di batang otak (pons & medula)
1. DRG (Dorsal Respiratory Group)
Terdiri dari neuron inspirasi yang memperlihatkan aktivitas pemacu dan secara repetitive
menghasilkan potensial aksi spontan. DRG sebagai penentu irama dasar ventilasi.
2. VRG (Ventral Respiratory Group)
Terdiri dari neuron inspirasi dan ekspirasi yang tetap inaktif selama bernapas tenang.
VRG diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme overdrive selama periode tertentu. VRG
penting pada ekspirasi aktif.
-pusat di Pons :
1. Pneumotaksik :
mengirim impuls ke DRG yang membantu switch offneuron inspirasi sehingga durasi
inspirasi dibatasi
2. Apnustik
mencegah neuron inspirasi dari proses switch offsehingga menambah dorongan inspirasi
Pusat Pneumotaksik lebih dominan
Refleks Hering-Breuer dipicu untuk mencegah
pengembangan paru berlebihan
Faktor kimia yang berperanan dalam penentuan besarnya ventilasi : PCO2, PO2dan
H+darah arteri.
PO2arteri dipantau oleh kemoreseptor perifer (Badan karotis & Badan aorta)
•Keadaan-keadaan Respirasi yang penting secara klinis :
1. Apnu : Penghentian bernapas sesaat
2. Dispnu : sulit bernapas
3. Eupnu : bernapas normal
4. Hiperpnu : Peningkatan ventilasi paru menyamai kebutuhanmetabolik
5. Respiratory arrest: penghentian permanen bernapas
6. Asfiksia : jaringan kekurangan O2
7. Hiperkapnia : Kelebihan CO2dalam darah arteri
8. Hipoventilasi : Kurangnya ventilasi dibandingkan kebutuhan metabolik, sehingga terjadi
peningkatan PCO2dan asidosis respiratorik
9. Hipoksia : Insufisiensi O2ditingkat sela. Hipoksia anemik : penurunan kemampuan
darah mengangkut O2b. Hipoksia hipoksik : PO2 darah arteri rendah yang disertai saturasi
Hb yang tidak adekuatc. Hipoksia histotoksik : sel tidak mampu menggunakan O2yang
adad. Hipoksia sirkulasi : Darah beroksigen yang mengalir ke jaringanterlalu sedikit
10. Sianosis : Kebiruan pada kulit akibat insufisiensi darah beroksigen di arteri
11. Sufokasi : Kekurangan O2akibat ketidakmampuan menghirup udara beroksigen
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM/COPD) :
1.Asma : obstruksi saluran pernapasan disebabkan oleh :
a. Konstriksi berlebihan saluran pernapasan halus karena spasme otot polos di dinding
saluran pernapasan
b. Penyumbatan saluran pernapasan oleh sekresi berlebihan mukus yang sangat kental
c. Penebalan dinding saluran pernapasan akibat peradangandan edema yang diinduksi
oleh histamin.
2. Bronkitis kronik  Peradangan kronik saluran pernapasan bagian bawah akibatpajanan
berulang ke asap rokok, udara berpolusi atau alergen. Saluran pernapasan menyempit
disertai produksi berlebihan mukus yang kental, sering terjadi infeksi bakteri
3. Emfisema  Kolapsnya saluran pernapasan halus dan rusaknya dinding alveolus akibat
:a. Pengeluaran berlebihan enzim destruktif contoh Tripsinb. Ketidakmampuan genetik
membentuk antitripsin α1
Kelainan saluran pernapasan akibat peningkatan ketebalan sawar pemisah udara dan
darah :
1.Edema paru  penimbunan berlebihan cairan interstitium diantara alveolus & kapiler
paru akibat peradangan paru atau gagal jantung kongestif
2.Fibrosis paru  penggantian jaringan paru oleh jaringan fibrosa tebal sebagai respons
terhadap iritasi kronik
3.Pneumonia  penimbunan cairan peradangan didalam atau disekitar alveolus yg
disebabkan infeksi bakteri atau virus dan aspirasi secara tidak sengaja makanan, atau
bahan kimiawi.
B. SISTEM KARDIOVASKULAR
Sistem kardiovaskular merupakan penghubung antara lingkungan eksternal dan
lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas ke semua sel,
jaringan, organ, dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolik keluar darinya.
Sistem ini merupakan sistem transportasi dalam tubuh dan merupakan bagian dari sistem
sirkulasi.
Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen
dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses
metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah
dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan
adekuat. Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan
mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh
adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Tiga komponen dasar pada sistem kardiovaskular :
1.
Jantung
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua
paru-paru di bagian tengah rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang
dada disebelah anterior dan vetebra (tulang pungung) disebelah posterior. Jantung berukuran
kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Bentuknya seperti kerusut tumpul. Fungsi
jantung adalah memompa darah.
Jantung dilapisi perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Bagian-bagian perikardium :
i. Lapisan luar adalah lapisan fibrosa tersusun dari serabut kolagen yang membentuk lapisan
jaringan ikat rapat untuk melindungi jantung.
ii. Lapisan dalam adalah lapisan serosa, yang terdiri dari :

Membran viseral (epikardium) menutup permukaan jantung.

Membran parietal melapisi permukaan bagian dalam fibrosa perikardium.
Pada jantung ada rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal.
Didalamnya ada cairan perikardial disekresi lapisan serosa untuk melumasi membrane dan
mengurangi friksi atau gesekan anatar lapisan-lapisan perikardium ketika jantung berdenyut.
Dinding Jantung, terbagi 3 yaitu :
a. Epikardium (luar), tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial.
b. Miokardium (tengah), terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah. Berkas-berkas serat otot jantung saling menjalin dan tersusun secara
spiral melingkari jantung, disebabkan oleh pemutaran-pemutaran kompleks yang terajadi
pada jantung semasa perkembangan mudigah. Akibatnya, sewaktu ventrikel berkontraksi
dan memendek garis tengah bilik ventrikel berkurang sekaligus disertai penarikan apeks
ke atas ke arah bagian atas jantung dengan gerakan memutar. Hal ini menimbulkan efek
memeras yang secara efisien meinmbulkan tekanan pada darah di dalam bilik tertutup
dan mengarahkannya ke atas lubang masuk arteri-arteri besar yang keluar ke pangkal
ventrikel.
Tiap-tiap sel otot jantung saling berhubungan untuk membentuk serat yang bercabangcabang, dengan sel-sel yang berdekatan dihubungkan ujung-ujung pada struktur khusus
yang dikenal sebagai diskus interkalatus.
c. Endokardium (dalam), tersusun dari lapisan endotelial.
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu : atrium kanan dan kiri dipisahkan oleh septum
intratrial; dan ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh septum interventrikular.
a. Atrium kanan, letaknya bagian dalam superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh
jaringan kecuali paru-paru.
b. Atrium kiri, dibagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi
dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
c. Ventrikel kanan, terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak yang pendek ke
paru-paru.
d. Ventrikel kiri, terletak di bagian inferior kiri apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal
dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke
seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
Katup pada jantung fungsinya untuk memastikan bahwa darah mengalir dalam arah yang
sesuai melalui jantung. Ada tiga, katup jantung yaitu :
1. Katup trikuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup ini memiliki tiga
daun katup jaringan ikat fibrosa irregular yang dilapisi endokardium.
Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan darah di atrium kiri,
daun katup trikuspid terbuka dan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan.
Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari darah di atrium kanan, daun
katup akan menutup dan mencegah aliran balik ke dalam atrium kanan.
2.
Katup bikuspid terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini melekat pada
chordae tendineae dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi katup trikuspid.
3.
Katup semilunar aorta dan pulmonar terletak di jalur keluar ventrikular jantung sampai
aorta dan trunkus pulmonar. Kedua katup ini lebih dikenal sebagai katup semilunar, yang
terdiri dari tiga kuspis berbentuk sabit, yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam
pembuluh darah. Tepi bebasnya memanjang ke dalam lumen pembuluh. Katup semilunar
pulmonar terletak antara ventrikel kanan dan trunkus pulmonar. Katup semilunar aorta
terletak anatara ventrikel kiri dan aorta. Perubahan tekanan dalam ventrikel, dalam aorta,
dan dalam pembuluh pulmonar menyebabkan darah hanya mengalir ke dalam pembuluh
dan mencegah aliran balik ke dalam ventrikel.
Aliran darah ke jantung, dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan sirkuitnya yaitu :
1. Sirkuit pulmonar (untuk menuju dan meninggalkan paru-paru)
atrium kanan → katup trikuspid → ventrikel kanan → katup semilunar → trunkus pulmonar
→ arteri pulmonar kanan dan kiri → kapilar paru → vena pulmonar
→ atrium kiri
2. Sirkuit sistemik ( menuju dan meninggalkan bagian tubuh)
atrium kiri → katup bikuspid → ventrikel kiri → katup semilunar → trunkus aorta
→ regia dan organ tubuh (otot, ginjal, otak, dll).
Sistem pengaturan kinerja jantung, terdiri dari :
o
Serabut purkinje yakni serabut otot jantung khusus yang mampu menghantarkan impuls
dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
o
Nodus sinotrial (nodus S-A) adalah suatu massa jaringan otot khusus yang terletak di
dinding posterior atrium kanan tepat dibawah pembukan vena kava superior. Kinerjanya
dipengaruhi oleh saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Fungsi nodus S-A ini adalah untuk
mengatur frekuensi irama jantung.
o
Nodus atrioventrikular (nodus A-V) terletak di bawah dinding posterior atrium kanan.
Fungsinya untuk menunda impuls sepeseratus detik, sampai ejeksi darah atrium selesai
sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
o
Berkas A-V (berkas His) adalah sekelompok besar serabut purkinje yang berasal dari nodus
A-V dan membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel. Ada
percabangan berkas kanan dan kiri.
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)
jantung sampai akhir sistole dan distole berikutnya.
a.
Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung
dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta
aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
b. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memiliki tekanan atrium dan ventrikular yang
berbeda, sisi tersebut berkontraksi dan berelaksasi bersamaan serta secara serempak
mengeluarkan volume darah yang sama.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung, terdiri dari tiga kejadian penting, diantaranya
adalah :
1. Pembentukan aktivitas listrik sewaktu jantung secara otoritmis mengalami depolarisasi
dan repolarisasi.
2. Aktivitas mekanis yang terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan) dan diastol
(relaksasi dan pengisian) berganti-ganti, yang dicetuskan oleh siklus listrik yang berirama.
3. Arah aliran darah melintasi bilik-bilik jantung, yang ditentukan oleh pembukaan dan
penutupan katup-katup akibat perubahan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas mekanis.
Bunyi jantung ada beberapa macam, seperti :
a. Lup-dup. Lup mengacu pada saat katup A-V menutup. Dup mengacu pada saat katup
semilunar menutup. Dapat didengar menggunakan stetoskop.
b. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi pada dinding jantung saat darah mengalir
dengan cepat ke dalam ventrikel.
c. Murmur adalah bunyi jantung yang tidak wajar dikarenakan penyempitan yang
menghambat aliran darah ke depan atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan
aliran balik darah.
Frekuensi jantung yang normal berkisar 60 s/d 100 denyut per menit dan tidak normal
seperti takikardia, frekuensinya melebihi 100 denyut per menit, dan bradikardia, frekuensinya
kurang dari 60 denyut per menit.
Pengaturan frekuensi jantung dilakukan oleh :
a. Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf
otonom.
b. Impuls eferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung yang berasal dari reseptor di
berbagai sistem kardiovaskular.
Hal lain yang mempengaruhi frekuensi jantung, diantaranya :
a. Stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin dan
sentuhan atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
b. Bergantung pada keseimbangan elektrolit berdasarkan kadarnya, meningkat atau
berkurang.
Curah jantung atau volume jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Volume normalnya untuk laki-laki adalah 5 L per menit dan 4 L per menit pada
perempuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung, diantaranya :
a. Efek sistem saraf otonom
Daerah yang terpengaruh
Nodus SA
Efek stimulasi parasimpatis
Efek stimulasi simpatis
Penurunan kecepatan denyut
Peningkatan kecepatan denyut jantung
jantung
Nodus AV
Peningkatan perlambatan
Penurunan perlambatan nodus AV
nodus AV
Jalur penghantar
-
Meningkatkan hantaran melalui berkas
His dan sel purkinje
ventrikel
Otot atrium
Penurunan kontraktilitas
Otot ventrikel
-
Medula adrenal
-
Memperkuat kontraksi
Mendorong sekresi epinefrin (hormon
yang memperkuat efek sistem saraf
simpatis pada jantung)
Vena
-
Meningkatkan aliran balik vena
sehingga meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung
b. Dipengaruhi aliran balik vena dan aktivitas saraf simpatis
Jumlah darah yang di pompa keluar oleh tiap-tiap ventrikel dipengaruhi dua
jenis kontrol, yaitu :
1. Kontrol intrinsik, yang berkaitan dengan seberapa banyak aliran balik vena. Kontrol
ini bergantung pada hubungan panjang-tegangan oto jantung, yang serupa degan
yang terdapat di oto rangka. Peningkatan serat otot jantung, dengan bergerak
mendekati panjang optimum, meningkatkan ketegangan kontraksi jantung pada
sistol yang akhirnya memeengaruhi curah jantung.
2. Kontrol ekstrinsik, yang berkaitan dengan tingkat stiulasi simpatis pada jantung.
Stimulasi simpatis dan epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang
mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diatolik akhir; dengan
kata lain, jantung berkontraksi lebih kuat dan memeras lebih banyak darah yang
dikandungnya,sehingga ejeksi lebih sempurna, apabila mendapat stimulasi
simpatis.
c. Pengaruh tambahan lainnya, seperti : hormon medular adrenal, ion, usia dan ukuran
tubuh, maupun penyakit kardiovaskular.
2. Pembuluh Darah
Struktur Pembuluh Darah
Sifat-sifat structural dari setiap bagian system pembuluh darah sistemik menentukan
peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi kardiovaskuler.
Dinding pembuluh darah arteri terdiri dari tiga lapis:
1.
Lapisan luar disebut tunika advensia : tersusun dari jaringan ikat dan mengandung
serabut syaraf, pembuluh darah yang mempengaruhi dinding arteri (vasavasorum).
2.
Lapisan tengah disebut tunika media : terdiri dari kolagen, serat otot polos dan
elastis damn mempertahankan elastisitas dan ketegangan arteri juga berfungsi sebagai
penyokong primer dari arteri.
3.
Lapisan dalam disebut tunika intima: lapisan mulus sel-sel endotel yang
menyediakan permukaan non trombogenik untuk aliran darah.
Dinding pembuluh darah vena juga teridiri dari tiga lapisan yang sama dengan arteri tapi
lebih tipis.
Sirkulasi sistemik terdiri dari :
Arteri
Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan. Karena itu
system arteri mempunyai dinding yang kuat dan darah mengalir dengan cepat menuju
jaringan. Dinding aorta dan arteri relative mengandung banyak jaringan elastis. Dinding
tersebut teregang waktu sistol dan mengadakan recoil pada saat diastole.
Arteriol
Adalah cabang terujung dari system arteri dan berfungsi sebagai katup pengontrol untuk
mengatur pengaliran ke kapiler. Arteriol merupakan tempat utama resistensi aliran darah
dan perubahan kecil pada diameternya menyebabkan perubahan yang besar pada
resistensi perifer.
Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang
interstitial.
Venula
Dinding venul hanya sedikit lebih tebal daripada kapiler. Berfungsi menampung darah dari
kapiler dan secara bertahap bergabung kedalam vena yang lebih besar.
Vena
Berfungsi sebagai jalur transformasi dari jaringan kembali ke jantung. Karena tekanan
vena sangat rendah maka dinding vena tipis, walaupun demikian dinding vena berotot
dan ini memungkinkan vena untuk berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk
menyimpan atau menampung darah dalam jumlah kecil atau tergantung dari kebutuhan
tubuh
Perbedaan ukuran pembuluh darah
Tebal dinding
Diameter lumen
Luas penampang
Aorta
2 mm
2,5 mm
4,5 mm
Arteri
1 mm
0,4 cm
20 cm
Arteriol
20 mikron
30 mikron
400 cm
Kapiler
1 mikron
5 mikron
4.500 cm
Venul
1 mikron
20 mikron
4000 cm
Vein
0,5 mm
5 mm
40 cm
Vena cava
3,5 mm
3 cm
18 cm
Segmen vaskuler
a.
Arteri dan arteriole
Arteri merupakan perpanjangan dari aorta, mempunyai jaringan yang elastic dapat melebar atau
menyempit. Pada saat terjadi ejeksi ventrikel arteri menjadi membesar karena tekanan yang lebih
tinggi dan ketika katup aorta menutup dan ejeksi berhenti, regangan jaringan elastic menjadi
menurun.
b. Vena dan venula
Merupakan saluran untuk mengalirkan darah dari perifer dan amsuk ke aliran sistemik. Otot polos
venula dipersarafi oleh system saraf simpatetik.
Vena mempunyai volume yang besar dan tekanannya lebih rendah. Vasokontriksi vena
dipengaruhi oleh saraf simpatik yang mempersarafi otot polos vena sehingga darah dapat
terdorong ke jantung. Aliran darah ke jantung juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
3. Darah
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam
plasma. Lebih berat dan lebih kental dibanding air. Mempunyai bau khas, dengan pH 7,4.
Warna merah pada darah dipengaruhi oleh jumlah oksigen didalamnya. Volume darah
total sekitar 5l pada laki-laki dewasa, pada perempuan dewasa kurang dari 5l.
Komponen darah, yaitu :
1.
Plasma darah
Cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma
terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik.
a. Protein plasma
Jumlahnya mencapai 7%, tidak dapat menembus membran kapilar untuk mencapai
sel. 3 jenis protein plasma, yaitu :
-
Albumin
Protein plasma terbanyak, jumlahnya 55-60%, ukurannya paling kecil. Albumin
disintesis dalam protein untuk tekanan osmotik koloid darah. Koloid adalah zat
berdiameter kurang dari 1 nm. Plasma mengandung koloid dan kristaloid.
Tekanan osmotik koloid ditentukan oleh jumlah koloid dalam larutan.
-
Globulin
Membentuk sekitar 30% plasma. Alfa dan beta globulin disintesis dihati, fungsi
utamanya sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormon, berbagai
substrat, dan zat penting bagi tubuh lainnya. Gamma globulin disebut juga
imunoglobulin. Ada 5 jenis imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan
berfungsi dalam imunitas.
-
Fibrinogen
Membentuk 4% protein plasma, disintesis dihati dan merupakan komponen
esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
b. Plasma darah juga mengandung nutrien (meliputi asam amino, gula, lipid yang
diabsorbsi dari saluran pencernaan), gas darah (meliputi O2, CO2, dan N), elektrolit
plasma (meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium bikarbonat,
fosfat, dan ion sulfat), mineral, hormon, vitamin, dan zat-zat tersisa.
2.
Elemen pembentuk darah
Terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.
Hematopoises elemen pembentuk darah pertama kali berlangsung dalam kantong kuning
telur dan berlanjut dihati, limfa, nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang
sedang berkembang. Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam
sumsum semua tulang. Pada orang dewasa, sel darah hanya dibentuk dalam sumsum
tulang merah dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia
girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk kesirkulasi utama dadri sumsum
tulang melalui vena rangka.
Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas pada sumsum tulang, dibagi
menjadi :
-
Proeritoblas
Mengalir melalui sejumlah tahapan dari eritoblas basofilik, eritoblas kromatofilik,
normoblas, sampai retikulosit, dan setelah matang menjadi eritrosit. Selama
perkembangan eritrosit mensintesis hemoglobin, dan melepas organelnya. Nukleus
mengecil dan keluar dari sel. Setelah nukleus hilang, eritrosit tetap dalam sumsum
tulang selama beberapa hari hingga matang kemudian dilepaskan kedalam sirkulasi.
-
Mieloblas
Merupakan sel promielosit yang mengalami penyimpangan dalam perkembangannya
dan menjadi tiga jenis sel darah yang disebut granulosit (terdiri dari neutrofil,
eosinofil, dan basofil).
-
Limfoblas dan monoblas
Limfoblas merupakan asal limfosit, sedangkan monoblas adalah asal monosit.
Keduanya disebut agranulosit.
-
Megakarioblas
Membentuk megakariosit, yang merupakan asal dari trombosit.
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Terbungkus dalam membran sel dengan
permeabilitas tinggi, elastis, dan fleksibel sehingga dapat menembus kapilar. Jumlah
eritrosit pada pria 4,2-5,5 juta sel per mm3, sementara pada perempuan 3,2-5,2 juta sel
per mm3. Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang
volumenya mencapai sepertiga sel.
Hemoglobin tersusun dari protein globin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida yang
melekat pada 4 gugus hem yang mengandung zat besi dan berperan dalam pewarnaan
darah. Pada orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dua rantai alfa dan dua
rantai beta yang identik. Pada janin (HgF), terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai
gamma. Afinitas HgF terhadap oksigen lebih tinggi daripada HgA.
Hemoglobin berfungsi untuk membawa O2, saat terjadi pertukaran oksigen dalam
sel hemoglonbin akan membawa CO2 dan membentuk karbaminohemoglobin yang
membawa 20% CO2 dalam darah, sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
Fungsi eritrosit adalah mentranspor O2 keseluruh jaringan melalui pengikatan
hemoglobin terhadap O2. Eritrosit berperan penting dalam pengaturan pH darah karena
ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa.
Pengaturan produksi eritrosit dilakukan oleh eritropoietin, yaitu hormon
glikoprotein yang terutama diproduksi oleh ginjal. Hormon lain seperti kortison, tiroid,
dan pertumbuhan juga membantu produksi eritrosit.
Eritrosit bersirkulasi selama 120 hari sebelum rapuh dan pecah. Eritrosit tidak
mempunyai nuklei, mitokondria, dan RE, namun enzim sitoplasmanya mampu
menghasilkan ATP. Fragmen eritrosit yang rusak akan mengalami fagositosis oleh
makrofag dalam limfa, hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain. Globin HgA
terdegradasi menjadi asam amino yang diperbahartui untuk sintesis protein selular. Hem
diubah menjadi biliverdin dan kemudian menjadi bilirubin yang dilepas kedalam plasma
yang kemudian diserap hati dan disekresi dalam empedu. Sebagian besar zat besi yang
dilepas oleh hem diambil untuk diperbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.
Leukosit atau sel darah putih. Jumlah normal leukosit adalah 7.000-9.000 per mm3.
Infeksi pada jaringan menyebabkan peningkatan jumlah total leukosit.
Fungsi leukosit untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing. Sebagian
besar aktivitasnya berlangsung dalam jaringan bukan dalam darah. Hal ini karena leukosit
bersifat diapedesis yaitu kemampuan menembus pori membran kapilar dan masuk
kedalam jaringan. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid. Pelepasan zat
kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak kemotaksis. Semua
leukosit adalah fagositosit, terutama neutrofil dan monosit.
Leukosit bertahan selama satu hari dalam sirkulasi setelah diproduksi disumsum
tulang sebelum masuk ke jaringan. Lama leukosit bertahan dalam jaringan bergantung
pada jenisnya.
Leukosit diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Granulosit (mempunyai granula sitoplasma)
a. Neutrofil
- Jumlahnya mencapai 60%.
- Mempunyai granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya.
- Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang terhubung dengan kromatin.
- Berdiameter 9-12 µm.
- Neutrofil sangat aktif dan fagositik sehingga berfungsi untuk menyerang benda
asing pada jaringan yang terinfeksi.
b. Eosinofil
- Mempunyai granula sitoplasma yang kasar dan besar.
- Nukleusnya berlobus 2.
- Berdiameter 12-15 µm.
- Sifat fagositiknya lemah.
- Berfungsi dalam detoksifikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan
yang cedera saat inflamasi berlangsung.
- Mengandung peroksidase dan fosfatase yang mampu menguraikan protein.
c. Basofil
- Mencapai kurang dari 1% leukosit.
- Mempunyai sejumlah granula sitoplasma besar tidak beraturan.
- Berdiameter 12-15 µm.
Mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah kejaringan yang
cedera, antikoagulan heparin untuk membantu mencegah penggumpalan
darah intravaskular.
2. Agranulosit (tanpa granula sitoplasma)
a. Limfosit
- Mencapai 30% jumlahnya.
- Rentang hidupnya mencapai beberapa tahun.
- Mengandung nukleus berwarna biru gelap, bulat dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma.
- Berdiameter 5-8 µm.
- Berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah yang melnjutkan diferensiasi
dan proliferasi dalam organ lain.
- Berfungsi dalam reaksi imunologis.
b. Monosit
- Jumlahnya mencapai 3-8%.
- Berdiameter 12-18 µm.
- Nukleusnya besar berbentuk seperti telur dikelilingi sitoplasma berwarna biru
pucat.
- Sangat fagositik dan aktif.
- Jika telah meninggalkan aliran darah, monosit menjadi histiosit jaringan
(makrofag tetap).
-
Trombosit atau keping darah berjumlah 250.000-400.000 per mm3. Merupakan
fragmen tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam
sumsum tulang. Ukurannya mencapai setengah ukuran eritrosit. Sitoplasmanya
terbungkus membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan
dengan proses koagulasi darah. Berfungsi dalam homeostasis dan perbaikan pembuluh
nadi yang robek.
Download