JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 6 NOMOR 2 AGUSTUS 2010 Pemodelan Kedepan(Forward Modeling) 2 Dimensi Data Magnetik Untuk Identifikasi Bijih Besi Di Lokasi X, Propinsi Sumatra Barat Deniyatno Jurusan Fisika F.MIPA Universitas Haluoleo Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Sulawesi Tenggara E-mail : [email protected], [email protected] Abstrak Penyelidikan keberadaan mineral bijih besi dengan menggunakan metoda geofisika telah dilakukan di lokasi X, dari hasil penelitian menujukkan Peta Anomali magnetik hasil perhitungan menunjukkan nilai anomali antara -2000 nT hingga 2000 nT yang diakibatkan oleh pengaruh dari adanya sifat benda magnetik. Pemodelan kedepan 2 Dimensi dilakukan dari peta anomali magnetik yang di potong (Slice) dengan arah Utara selatan yang menujukkan adanya terobosan batuan yang menpunyai sifat magnetik dengan suseptibilitas 0.2 – 0.6 (SI) yang diinterpretasikan sebagai terobosan batuan yang mengandung mineral bijih besi. mendatar dekstral (right handed wrench fault). Hubungan struktur geologi satu terhadap lainnya selain mengontrol sebaran batuan di permukaan juga menjadikan daerah ini cukup kompleks secara tektonik. Terbentuknya sejumlah struktur sesar yang cukup rapat ternyata diikuti oleh aktifitas magmatik yang menghasilkan tubuh-tubuh intrusi batuan beku. Aktifitas magmatik inilah yang membawa cebakan mineral bijih. Seluruh batuan penyusun di daerah penyelidikan telah mengalami deformasi yang kuat. Produk tektonik di daerah penyelidikan berupa struktur lipatan, kekar dan sesar. [2][6] 1. Pendahuluan Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumberdaya mineral, minyak, dan gas bumi. Sektor pertambangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan pemerintah dalam menghasilkan devisa negara sehingga dalam perkembangannya sektor ini dituntut untuk dapat memberikan hasil yang lebih optimal terutama dalam sumberdaya mineralnya. Sumberdaya mineral merupakan endapan mineral berharga yang terdapat di suatu wilayah, baik yang sudah diketahui maupun yang masih bersifat potensi, salah satunya adalah mineral bijih besi. Dalam penelitian ini, aplikasi metode magnetik diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih rinci mengenai keberadaan bijih besi di bawah permukaan bumi, yang diperkirakan berada di lokasi penelitian, sehinggadiharapkan dapat menghasilkan suatu interpretasi keberadaan bijih besi untuk dapat diestimasi dengan baik. 3. Teori Dasar Anomali Magnetik Umum Suatu volume material magnetik dapat dianggap sebagai suatu gabungan dipol-dipol magnet yang diakibatkan oleh momen magnet individual atom-atom dan dipol-dipol. Jika pada mulanya keduanya tergabungkan maka suatu benda menunjukan sifat magnet remanenn yang bergantung pada sejarah magnetik sebelumnya. 2. Geologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di pulau Sumatera dengan kondisi tektonik yang dipengaruhi oleh interaksi konvergen antara dua lempeng yang berbeda jenis. Arah gerak kedua lempeng terhadap jalur subduksi membentuk sudut lancip sehingga pembentukan struktur geologi di Pulau Sumatera didominasi oleh sesar-sesar Dalam suatu kasus, kita boleh mengganggap benda sebagai suatu distribusi dipol yang kontinu yang dihasilkan oleh suatu vektor momen dipol per satuan volume, M, dengan magnitudo M. Potensial skalar pada titik P [lihat Gbr. 1.3 dan pers. (3.13)] dari suatu dipol M (r >> l) adalah [1] 76 Pemodelan Kedepan (Forward Modeling) Data Magnetik untuk Identifikasi………..(Deniyatno) A M( r ) cos r2 1 r M( r ) (1) Potensial untuk semua benda di titik sebelah luar benda adalah berbeda, komponen F (ro) dalam arah Fe, FD, menjadi [Pers. (5)] FD A f A f1 2 A V 1 M(r ) r0 r Resultan medan magnet diperoleh dengan memakai persamaan (3.11) dan persamaan (3.17). Ini memberikan F(r0 ) V r0 (3) dv r f (6) dv r0 r V dimana f1 adalah suatu vektor satuan dalam arah Fe. Jika magnetisasi utamanya diinduksi oleh Fe, maka 2 FD 1 M(r ) M (2) dv 77 M f 2 2 dv V r0 kFe r f 2 V dv r0 r (7) Masalah interpretasi magnetik adalah jelas lebih kompleks daripada masalah gravitasi karena medan dipolar. Potensial magnetik A, seperti potensial gravitasi U, memenuhi persamaan Laplace dan Poisson. Lanjutkan metode yang digunakan untuk menurunkan persamaan (6) dan (7), kita dapatkan [8] 2 F Gambar 1.Anomali magnetik umum Jika M adalah suatu vektor konstan dengan arah α = li + mj + nk, kemudian operasi M M A M M l x dv V r0 m y n (4) z (5) r Medan magnet dalam persamaan (5) ada dengan kehadiran medan bumi Fe, yakni, total medan F diberikan oleh [8] F = Fe + F(ro) Dimana arah Fe dan F (ro) tidak mesti sama. Jika F (ro) lebih kecil daripada Fe atau jika benda tidak memiliki magnetis sisa, F dan Fe kira-kira arahnya akan sama. Dimana F (ro) adalah suatu fraksi Fe yang besar (katakanlah, 25 % atau lebih) dan mempunyai arah yang A 4 p p adalah kuat kutub positif per satuan volume pada suatu titik. Kita mengatakan bahwa suatu medan F menghasilkan suatu reorientasi parsial sepanjang arah medan acak dipol dasar yang terorientasi. Kasus ini, pada efeknya, suatu pemisahan kutub positif dan kutub negatif. Untuk contoh, komponen x dari F memisahkan kuat +q dan –q dengan suatu jarak ξ sepanjang sumbu x dan menyebabkan suatu kuat kutub positif (qξ) dy dz = Mx dy dz untuk mendapatkan yang tampak belakang pada gambar A.2a. Oleh karena kuat kutub melalui permukaan yang berlawanan adalah {Mx + (∂Mx/∂x) dx} dy dz, kuat kutub positif per satuan volume (p) yang dihasilkan pada suatu titik oleh medan F adalah M. Jadi,[8] 2 A 4 M(r ) (8) Dalam medium non magnetik, M = 0 dan 2 A 0 Medan Magnetik Bumi Bumi merupakan dipole magnetik yang besar dengan kutub-kutub magnetik utara dan selatan terletak kira-kira 75o lintang utara, 101o 78 JAF, Vol. 6 No. 2 (2010), 76-82 bujur barat, dan 67o lintang selatan, 143o bujur timur. Pusat dipole ini bergese kira-kira 750 mil dari pusat geometris bumi dan sumbunya miring 18o terhadap diameter kutub-kutub bumi. Medan magnet bumi dinyatakan dalam besar dan arah (vektor), dengan arahnya dinyatakan dalam dekilinasi (penyimpangan terhadap arah utara-selatan geografis) dan inkiinasi (penyimpangan terhadap arah horisontal). Kuat medan magnet yang terukur di permukaan sebagian besar berasal dari dalam bumi (internai field) mencapai lebih dari 90%, sedangkan sisanya adalah medan magnet dari kerak bumi yang merupakan target dalam eksplorasi geofisika dan medan dari luar bumi (externat field). Karena medan magnet dari dalam bumi merupakan bagian yang terbesar, maka medan ini seringjuga disebut sebagai medan utama (main field) yang dihasilkan oleh adanya aktifitas di dalam inti bumi bagian luar (outer core), dengan salah satu konsep adanya medan utama ini adalah dari teori dinamo. Magnitudo F, sudut inklinasi I, dan sudut deklinasi D mendefinisikan medan magnet utama. Selain D dan I dalam geofisika eksplorasi, medan utama sering juga dinyatakan dalam komponen vertikal Ze yang bernilai positip jika kebawah dan komponen horizontal He yang harganya selalu positip . Kompoen horizontal He memiliki komponen Xe untuk arah utara dan Ye untuk arah timur. Komponen medan magnet utama bumi diilustrasikan pada gambar 2., dan hubungan komponen-komponen ini disajikan pada persamaan 9[7] Fe 2 H e2 Z e2 X e2 Ye2 Fe cos I Ze Fe sin I Xe H e cos D Ye H e sin D Fe Fe f 1 Ye / X e tan I Asal dari medan magnet utama ini disebabkan oleh arus listrik yang mengalir berputar di dalam inti luar bumi yang membentang dari jari-jari 1300 km hingga 3500 km. Inti bumi diasumsikan merupakan campuran besi dan nikel, keduanya konduktor listrik yang baik. Sumber magnetik bumi dapat dianggap sebagai dinamo-pembangkit-sendiri (selfexcited dynamo) dalam fluida konduktif yang bergerak yang disebabkan oleh arus konveksi. Pemodelan Ke Depan 2D (Forward Modeling 2D) Z e2 He tan D Gambar 2. Unsur-unsur medan magnet Bumi (9) Ze / H e Fe (cos D cos Ii sin si D cos Ij sin si Ik ) Gambar 3. Model 2D benda poligon Pemodelan ke depan adalah pembuatan model melalui pendekatan berdasarkan intuisi geologi, berdasarkan ; medan magnet pengamatan, medan magnet teori (IGRF- Pemodelan Kedepan (Forward Modeling) Data Magnetik untuk Identifikasi………..(Deniyatno) International Geomagnetic Reference Field), medan magnet harian dapat dilakukan interpretasi (analisis) berupa pemodelan bawah pemukaan. Dalam interpretasi geofisika dicari suatu model yang menghasilkan respon yang cocok atau fit dengan data pengamatan. Dengan demikian, model tersebut dianggap mewakili kondisi bawah permukaan. benda anomali dengan geometri dan harga kemagnetan tertentu. Untuk memperoleh data kesesuaian antara data teoritis (respon model) dengan data lapangan dapat dilakukan dengan proses coba-coba (trial and error) dengan mengubah harga parameter model.[3] Anomali benda 2 dimensi poligon ditentukan dengan menggunakan metoda Talwani. Besarnya anomali magnetik dua dimensi dari benda poligon ( gbr 3) adalah :[3] Pemodelan ke depan (forward modeling) data magnetik dilakukan dengan membuat 2 2 T (0) 2M (c (cos i sin 2 2 sin i cos i sin x2 zx 1 )2 2d d )2 (z ln ( x 2 2 ssin i) 79 s 2 2M(1 cos c 2 ln ( x ) 2 2 2 2 c 2 cos i ) cos (z ) 2 1 2 x2 s 2 sin z x (10) d d s Persamaan menujukkan bahwa anomali magnet bergantung pada; geometri benda, suseptibilitas, inklinasi, deklinasi serta medan magngnet bumi n T (0) 2M (1 cos2 ccos2 i ) k 1 Bentuk persamaan numerik untuk anomali magnet total dua dimensi adalah 1 a 2 k ( A)(B) (C)(D) 1 (11) Dimana: A B a k cos 2 sin s 2 (1 a k2 ) z k2 1 (1 a k2 ) z k2 C a k sin 2 D tan 1 2a k bk z k 2a k bk z k bk2 bk2 cos c 2 (1 ak2 ) z k bk 4. Metodologi Koreksi Variasi Harian Koreksi variasi harian dimaksudkan untuk mendapatkan anomali magnetik yang tidak dipengaruhi efek medan luar (aktivitas 1 1 ak tan 1 (1 ak2 ) z k1 bk ak matahari). Aktivitas sinar matahari pada siang hari menyebabkan terionisasinya elektronelektron yang ada di atmosfir sehingga akan timbul medan magnet sekunder yang terdeteksi oleh sensor alat, saat dilakukan survei 80 JAF, Vol. 6 No. 2 (2010), 76-82 inklinasi, deklinasi dan informasi geologi dari magnetik. Koreksi variasi harian dilakukan dengan mengurangkan data pengukuran medan lokasi penelitian. magnet di lapangan dengan pengukuran medan 5. Hasil Penelitian magnet di titik ikat yang diukur secara berkala. Peta anomali magnetik total Harga pembacaan medan magnet di titik ikat Dari data yang diperoleh dilapangan dilakukan diinterpolasi agar sesuai dengan waktu pengolahan data untuk membuat peta anomali pembacaan medan magnet di lapangan. magnetik total berikut: Konstanta harga variasi harian ditentukan 9992400 B dengan cara mengambil harga rata-rata dari 9992300 keseluruhan harga pembacaan di titik ikat. nT Koreksi IGRF D 9992200 F Koreksi IGRF dilakukan dengan cara mengurangkan data nilai medan magnet utama 9992100 bumi di daerah penelitian yang didapat melalui 9992000 C pendekatan matematis dari intensitas magnet 9991900 utama bumi atau IGRF (International E Geomagnetik Refference Field) terhadap 9991800 medan magnet bumi total di titik pengamatan. 9991700 Data IGRF diperoleh melalui 9991600 www.ngdc.noaa.gov yang diperbaiki setiap lima tahun sekali. Persamaan matematisnya 9991500 A adalah sebagai berikut : 9991400 624600 624800 625000 625200 625400 HOb = HAn - HVH - HIGRF 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 -200 -400 -600 -800 -1000 -1200 -1400 -1600 -1800 -2000 dimana : HOb = Medan magnet terukur (medan magnet total bumi) HAn = Medan anomali magnetik batuan HVH = Medan magnet luar (pengaruh variasi harian) HIGRF = Medan magnet utama bumi Pemodelan kedepan (forward modeling) Untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan (subsurface) lokasi penelitian tidak cukup hanya dengan pengolahan kualitatif, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan kuantitatif untuk memastikan kondisi bawah permukaan berdasarkan model magnetik dan geologi. Pengolahan kuantitatif dilakukan dengan cara pemodelan ke depan (forward modeling) menggunakan perangkat lunak Geomodel untuk pemodelan 2 dimensi dengan menggunakan informasi parameter IGRF, Gambar 4. Peta Anomali magnetik lokasi penelitian. Garis merah tegas adalah lintasan profill 2D, garis biru putus-putus adalah intrepretasi posisi bijih besi dan (•) adalah stasion pengukuran Peta anomaly megnetik total menujukkan pola yang mengindikasikasikan keberadaan tubuh magnetik yang mengandung bijih besi, sehingga untuk menggambarkan kondisi bawah pemukaan, maka setiap lokasi yang mengindkasikan keberadaan tubuh bijih besi dibuat profil lintasan untuk pemodelan kedepan 2 dimensi; Pemodelan kedepan Pemodelan kedepan akan menghasilkan profil bawah permukaan dari peta anomaly magnetik total Pemodelan Kedepan (Forward Modeling) Data Magnetik untuk Identifikasi………..(Deniyatno) S 81 N Gambar 5 Profil anomali magnetik lintasan AB selatan – utara, suseptibilitas k= 0.013 emu N S Gambar 6 Profil anomali magnetik lintasan CD selatan – utara, suseptibilitas k= 0.013 emu S N Gambar 7 Profil anomali magnetik lintasan EF selatan – utara, suseptibilitas k= 0.013 emu Profil lintasan berarah Selatan-Utara yang dibuat dari peta anomali magnetik total secara visual menunjukkan adanya anomali yang merupakan intrusi tubuh magnetik yang mengandung mineral-mineral besi Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi dilokasi penelitian berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pramineralisasi dan peristiwa magmatik. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar. Struktur sesar ini merupakan zona lemah yang 82 JAF, Vol. 6 No. 2 (2010), 76-82 memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitik terhadap Formasi diatasnya merupakan batuan gamping yang berumur Perem. Peristiwa ini biasanya disebut kontak metasomatisme, yang diikuti proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.[4] Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai juga dengan peristiwa metamorfosa. Kontak metasomatisme juga melibatkan batuan samping dalam hal ini merupakan batuan gamping Perem yang berada di sebelah selatan lokasi penelitian, sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung mineral bijih membentuk suatu endapan bijih yang disebut endapan skarn.[5] 6. Kesimpulan Peta anomaly magnetic total dan profil 2D hasil pemodelan kedepan menujukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat sumber daya alam mineral bijih besi yang bedasarkan peta geologi regional menujukkan bahwa keberadaan tubuh bijih besi merupakan terobosan batuan granitik yang berumur Miosen Tengah dengan komposisi granitik dan diorite kuarsa yang arahnya mengikuti pola tektonik utama pulau sumatera yaitu sesar mayor berarah Baratlaut-Tenggara. Daftar Pustaka [1].Blakely.R.J, 1996, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Cambridge University Press. [2].Dickinson, W.R.,1971, Plate Tectonic in Geology History:science 174, 107-13. [3].Grant, F.S.& West, G.F., (1965), Interpretation Theory in Applied Geophysics, McGraw-Hill, New York. [4].Hutchison, C.S, 1996, Geological Evolution Of South-East Asia, Geological Society Of Malaysia [5].John M. Guilbert and Charles F. Park Jr., 1986, Ore Deposit., W.H Freeman and Company, New York. [6].Katili, J. A., 1973, Geologi Indonesia, Memoir 60 th J. A. Katili, IAGI. Koesoemadinata, R. P., 1980, Geologi Minyak dan Gasbumi Edisi Kedua, 296 halaman, Penerbit ITB. [7].Merril, Ronald T., McElhinny Michael W., Mcfadden, Phillip L., 1983, The Magnetic Field of Earth, 523 halaman, Academic Press. [8] Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics: edisi kedua, 770 halaman, Cambridge University Press.