hubungan usia dengan tingkat pengetahuan tentang kanker

advertisement
HUBUNGAN USIA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG KANKER PAYUDARA DAN FAKTOR RISIKONYA DI
KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN
SEPTEMBER TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
R. Agung S. Reksoprodjo
107103001576
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 3 Oktober 2010
R. Agung S. Reksoprodjo
i
HUBUNGAN USIA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG KANKER PAYUDARA DAN FAKTOR RISIKONYA DI
KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN
SEPTEMBER TAHUN 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
R. Agung S. Reksoprodjo
NIM: 107103001576
Pembimbing
dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan ungkapan rasa syukur yang tulus kami ucapkan kepada Allah SWT.
Dia-lah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat umur kepada kita,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal riset ini.
Shalawat seiring salam kami haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Dialah utusan Allah yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman
yang penuh dengan cahaya ilmu dan keimanan.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini, seperti:
1.
Prof. Dr. (hc) dr. MK. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
2.
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Kedokteran
3.
dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed selaku pembimbing riset
4.
Para dosen yang telah memberikan bimbingannya
5.
Keluarga yang telah memberikan dukungannya
6.
Teman-teman sejawat
Akhir kata, kami berharap laporan penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Ciputat, 3 Oktober 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
………………………………………………………..
i
………………………………………………...
ii
Kata Pengantar
………………………………………………………………....
iii
Daftar Isi
………………………………………………………………...
iv
Lembar Keaslian Karya
Lembar Persetujuan Pembimbing
Daftar Tabel dan Grafik .................................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………….....
1
…………………………………………………….........
2
1.3 Hipotesis ………………………………………………………………………….
2
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………
3
………………………………………………………….
3
I.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………….
3
…………………………………………………………
3
I.5.1 Bagi peneliti
…………………………………………………………
3
I.5.2 Bagi Institusi
…………………………………………………………
3
I.5.3 Bagi Masyarakat …………………………………………………………
3
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
I.4.1 Tujuan Umum
1.5. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
……………………………………………………….
4
2.2. Payudara …………………….……………………………………………........
5
…..…………………………………..
5
2.2.2 anatomi, histologi dan fisiologi payudara ………..……….…….
6
……………………………………………………….
8
……………………………….
8
2.1. Konsep Pengetahuan
2.2.1 Definisi Payudara
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
2.3.2 Epidemiologi kanker payudara …………………………………….
9
2.3.3 Perjalanan penyakit ………………………………………………..
10
2.3.3.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker ..
10
v
………………………………..
10
2.3.3.3 Percepatan pertumbuhan sel ………………………………..
11
2.3.3.4 Invasi lokal
………………………………………………..
11
2.3.3.5 Metastasis
………………………………………………..
11
……………………………………………….
12
……………………………….
13
……………………………………….
15
2. 3.4 Gejala klinis ……………………………………………………………
17
……………………………………………….
18
……………………………………………………………….
20
2.5.1 Manifestasi klinis ……………………………………………………….
20
2.5.2 Pemeriksaan klinis ……………………………………………………….
21
……………………………………………………….
22
2.6.1 Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ……………………………….
22
……………………………………………….
22
……………………………………………………….
23
2.6.4 Diagnosis banding ……………………………………………………….
24
2.7 Kerangka konsep ……………………………………………………………….
24
2.3.3.2 Diferensiasi dan Anaplasia
2.3.3.6 Patogenesis
2.3.3.7 Penyebaran kanker payudara
2.3.3.8 Perjalanan penyakit
2.4 Faktor risiko kanker payudara
2.5 Penilaian klinis
2.6 Pemeriksaan payudara
2.6.2 Pemeriksaan penunjang
2.6.3 Penatalaksanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
……………………………………………………….
26
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
……………………………………….
26
3.3. Populasi dan Sampel
……………………………………….
26
3.4. Definisi Operasional
……………………………………………….
28
3.5. Kriteria Penelitian
………………………………………………
28
3.6. Teknik Pengolahan Data
……………………………………………....
29
3.7. Teknik Analisis Data
………………………………………………
29
3.8. Kerangka Konsep Penelitian………………………………………………
30
3.1. Desain Penelitian
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………………………
31
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………
37
………………………………………………………………
39
4.3 kesimpulan
4.4 Saran ………………………………………………………………………..
39
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
40
LAMPIRAN..................................................................................................................
41
vii
DAFTAR TABEL dan GRAFIK
Tabel 4.1
Karekteristik responden berdasarkan usia di Kompleks Taman Rempoa Indah
RW 02 di bulan September 2010
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di Kompleks Taman
Rempoa Indah di bulan September 2010
Tabel 4.3
Tabel tingkat pengetahuan berdasarkan usia
Grafik 4.1
Karekteristik responden berdasarkan usia di Kompleks Taman Rempoa Indah
RW 02 di bulan September tahun 2010
Grafik 4.2
Hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Kompleks
Taman Rempoa Indah RW 02 di bulan September tahun 2010
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2
juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari
rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama
diantara kanker lainnya pada wanita.
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Berdasarkan Survai
Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi RS tahun 2006, kanker merupakan
penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan kasus terbanyak
dari seluruh kasus kanker. (Pidato Menkes di pada peringatan hari kanker se dunia
april 2008).
Kanker payudara merupakan salah satu tumor ganas paling sering ditemukan pada
wanita, kanker payudara pada pria hanya sekitar 1% dari sekian banyak kasus kanker
payudara. Di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lain, insiden kanker payudara
menempati posisi pertama dari kanker yang sering menjangkiti kaum wanita. RRC
walaupun tergolong negara
berinsiden rendah, tapi insidennya menunjukkan tren
meningkat jelas, di Beijing, Shanghai, Tianjin, dan kota besar lain insiden kanker
payudara telah melonjak menempati posisi pertama dari berbagai kanker wanita.
Menurut statistik, setiap tahun di RRC terdapat 40.000 lebih wanita meninggal
karenanya, maka kanker payudara telah menjadi salah satu penyakit serius yang
mengancam negara kita. (Desen, Wan. 2008)
Berdasarkan data studi epidemiologi di atas telah diketahui bersama bahwa kanker
payudara merupakan salah satu kanker yang sering ditemukan di Indonesia bahkan
menduduki peringkat ke-2 jenis kanker tersering pada wanita setelah kanker serviks (
kanker leher rahim ), kanker payudara umumnya mulai ditemui pada usia setengah baya
1
dan lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20
tahun sangat jarang. Data dari China hanya menemukan 3 kasus berusia kurang dari 20
tahun. Menurut analisis data dari 6263 kasus di RS Kanker Universitas Zhongshan,
rentang usia pasien adalah 17-90 tahun, uasia median 47 tahun. Dihitung dengan selang
usia 5 tahunan pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), 40-44 tahu (15,8%), dan
54-59 tahun (15,6%). (Desen, Wan. 2008)
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas
oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium
dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila
penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life
expectancy) tinggi, berkisar antara 85-95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90%
penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam
stadium lanjut.
Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker
payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien
yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64
tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker
payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta
kurangnya olah fisik.
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor
yang mempengaruhinya dengan tingkat pendidikan dan usia di kompleks Taman Rempoa
Indah RW 02.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
pada karya tulis ilmiah ini yaitu gambaran tingkat pengetahuan wanita tahun tentang
kanker payudara dan faktor risikonya di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 tahun
2010
1.3 HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara usia dengan pengetahuan wanita terhadap faktor penyebab
dan gejala klinis kanker payudara di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02.
2
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum diketahuinya Hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang
kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan tingkat usia di
kompleks Taman Rempoa Indah RW 02
Tujuan khusus diketahuinya karakteristik koresponden Hubungan antara tingkat
pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor
– faktor yang
mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Bagi peneliti Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program
sarjana kedokteran. Melalui penelitian ini peneliti dapat memanfaatkan ilmu yang didapat
selama pendidikan dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam membuat
penelitian ilmiah. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor
– faktor yang
mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman Rempoa Indah
Bagi institusi Menjadi wadah ilmiah dalam penelitian kanker payudara dan
hubungannya dengan usia. Menjadi data dasar untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai Hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker
payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman
Rempoa Indah
Bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan dan sikap warga RW 02
Kompleks Taman Rempoa Indah secara langsung dan
masyarakat secara tidak
langsung, mengenai kanker payudara dan faktor risikonya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bahasan bab ini akan menampilkan penjelesan mengenai definisi pengetahuan, anatomi
dan fisiologi payudara, pengertian kanker payudara, epidemiologi kanker payudara, penyebab
kanker peyudara, gambaran patologi, perjalanan penyakit (patogenesis), gejala klinis dan
penanganan kanker payudara.
2.1. Konsep Pengetahuan
a. Pengetahuan
Definisi
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena
mempunyai cita, rasa dan karsa. Manusia memiliki kehendak untuk mengatahui
segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk itu manusia selalu mencari jalan untuk
memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002 : 94) bahwa pengetahun
merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran,
penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan
unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang merupakan hasil dari
tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan
kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi,
pengamatan, konsep dan fakta.
b. Konsep Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002 : 122) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan / materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
4
tentang
apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau
penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
5. Sintesis (Shyntetis)
Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasiformulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
2. 2. Payudara
2.2.1 Definisi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, bergranular
pada bagian anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi
susu untuk makanan bayi. Mammae atau glandula mammaria pada wanita merupakan
kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri dari 15 sampai 25 lobus yang berjalan
radikal ke arah puting susu dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan lemak, setiap lobus
mempunyai duktus ekskretorius (lactiferous) yang bermuara pada putting susu. Tiap
5
lobus dibagi lagi menjadi lobules, dengan duktus alveolaris dan alveoli menjadi
bagian sekresi dari kelenjar. (Hartanto, 2005)
Gambar 2.1 Anatomi normal payudara (Hall, 2007)
2.2.2 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Payudara
Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin,
usia, dan status fisiologisnya. Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari
jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi mensekresi air susu bagi neonatus.
Setiap lobus, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak
jaringan lemak, sesungguhnya merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan duktus
ekskretorius laktiferusnya sendiri. Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, bermuara
pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara, masing-masing berdiameter 0,5
mm.( Carneiro, 2007.)
6
Sebelum pubertas, kelenjar mammae terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa
cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada gadis selama pubertas, payudara
membesar dan membentuk putting susu yang mencolok. Pada anak laki-laki, kelenjar
mammae tetap datar. Pembesaran payudara selama pubertas terjadi akibat
penimbunan jaringan lemak dan jaringan ikat, dengan meningkatnya pertumbuhan
dan percabangan duktus laktiferus akibat bertambahnya jumlah estrogen ovarium.
Struktur khas kelenjar -lobus-pada wanita dewasa berkembang pada duktus
ujung terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam
satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringan ikat longgar. Suatu jaringan
ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus-lobus.
Dekat dengan muara papilla mammae, Duktus laktiferus menjadi lebar dan menjadi
sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel selapis gepeng pada muara luarnya.
Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan
duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus
sel mioepitel yang berhimpitan. Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung
banyak sel limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang
akhir kehamilan, sel ini berfungsi menyekresi immunoglobulin (IgA sekretorik) yang
memberikan kekebalan pasif pada neonatus.( Carneiro, 2007 )
Struktur histology kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus
menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini
bertepatan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya.
Bertambahnya cairan jaringan ikat pada fase pra-menstrulasi menambah besar
payudara.( Carneiro, 2007).
Papilla mammae (puting susu) berbentuk kerucut dan warnanya mungkin
merah muda, coklat muda, atau coklat tua. Bagian luar papilla ini, ditutupi epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit
didekatnya. Kulit disekitar puting susu membentuk areola mammae. Warna areola
menjadi gelap selama kehamilan, akibat akumulasi melanin setempat. Setelah
melahirkan, areola menjadi putih kembali namun jarang mencapai warna aslinya.
Epitel puting susu berada di atas selapis jaringan ikat yang banyak mengandung
serabut otot polos. Serabut-serabut ini tersusun melingkari duktus laktiferus yang
lebih dalam dan tersusun sejajar terhadap duktus ini di tempat masuknya duktus pada
puting susu. Puting susu ini banyak di persarafi oleh ujung saraf sensorik.( Carneiro,
2007)
7
2. 3. Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal
dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lemak maupun jaringan ikat payudara.
Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Kanker ini juga
termasuk dalam catatan WHO di masukkan kedalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.( Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka,
Bertiani. 2009)
2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang terdapat pada wanita
dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah
satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Kanker
payudara berasal dari parenkim atau dari stroma mamma. Penyakit ini oleh WHO
dimasukkan dalam international classification of disease (ICD) dengan nomor kode
174 (Tjahyadi, dkk. 1986).
Di Indonesia kanker payudara merupaankanker terbanyak kedua pada wanita
sesudah kanker leher rahim. Tabel berikut ini adalah hasil penelitian yang berhasil
dirangkum
oleh
pusat
penelitian
kanker
radiologi
Badan
Penelitian
dan
8
Pengembangan Kesehatan di 15 pusat Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau
RS di Indonesia pada tahun 1983 (Alisyawisya, dkk. 1992)
Tabel 2.1 Distribusi 10 Jenis Kanker terbanyak pada Wanita di 15 Pusat
Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau RS di indonesia Tahun 1983
No. ICD
Jenis Kanker
Jumlah
Persentase (%)
1.
180
Servik Uteri
1052
26,1
2.
174
Payudara wanita
755
18,7
3.
183
Ovarium
307
7,6
4.
173
Kulit
268
6,7
5.
196
Limfoma
199
4,9
6.
182
Korpus Uteri
142
3,5
7.
140
Tiroid
140
3,5
8.
147
Nasofaring
188
2,9
9.
154
Rektum
116
2,9
10.
200
Limfosarkoma
103
2,6
Sumber: Rangkuman registrasi kanker pathology based di di Indonesia 1983
Dari tabel di atas terlihat dari 10 jenis kasus kanker tersering yang menyerang
wanita, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan
jumlah penderita kanker payudara 755 orang (18,7%).
Insidens kanker payudara bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia, insidens
kanker payudara ada 22,2/100.000 setiap tahunnya. Di Amerika insidensnya paling
tinggi yaitu 71,7/100.000, di Australia 55,6/100.000, dan di Jepang insidensnya
rendah yaitu 12,1/100.000 (Tjindarbumi dkk, 1995).
Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insidens atau frekuensi
kanker payudara. Di Indonesia frekuensi kanker payudara yang tertinggi ditemukan
pada umur wanita yang produktif yaitu 40-49 tahun dan tersering adalah pada usia 40
tahun ke atas (Ramli, 1995). Di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi
ditemukan pada umur 40-50 tahun. Umur rata-rata penderita kanker payudara yang
ditemukan di Jakarta ialah 46 tahun, di Surabaya 47 tahun dan di Bombay India 53
tahun. Umur termuda penderita kanker payudara di Surabaya ialah 14 tahun yang
tertua 91 tahun (Sukardja, 1998).
9
Beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas
oleh kalangan oncologist di dunia adalah.
a. Umur lebih tua dari 39 tahun (cancer age)
b. Anak pertama lahir setelah usia 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar
c. Tidak menikah (mullipara) mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita
yang menikah dan punya anak.
d. Menarche (haid pertama) kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7 – 3,4 kali
lebih tinggi daripada wanita dengan menarche datang pada usia normal yaitu lebih
dari 12 tahun.
e. Menopause datang terlambat (lebih dari 55 tahun) risikonya 2,5 – 5 kali lebih
tinggi.
f. Pernah operasi tumor jinak payudara risikonya 2,5 kali lebih tinggi.
2. 3. 3 Perjalanan penyakit
2. 3.3.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker
Sejarah perkembangan tumor ganas dibagi dalam empat fase: perubahan yang
besar pada sel target (transformasi), pertumbuhan sel yang bertransformasi tadi, invasi
lokal dan metastasis ke seluruh tubuh. Inilah karakteristik perbedaan antara tumor
jinak dan tumor ganas.
2. 3.3.2 Diferensiasi dan anaplasia
Diferensiasi adalah sel neoplastik yang bila dibandngkan dengan sel normal
berbeda secara fungsional dan morfologi, disebut anaplasia bila sel tersebut sudah
sangat berbeda dengan sel normalnya.
Anaplasia ditandai dengan beberapa perubahan morfologi
1. Pleomorfisme. Sel ditemukan beberapa kali lebih besar dari sel tetangganya dan
kadang beberapa sel juga kadang-kadang lebih kecil
2. Morfologi inti sel yang abnormal. Nucleus membesar dan hiperkromatik sehingga
rasio terhadap sitoplasma menjadi 1:1.Terdapat anak inti yang besar di dalam inti.
3. Mitosis. Menggambarkan aktivitas sel dalam membelah diri, biarpun adanya mitosis
tidak dapat menggambarkan bahwa sel tersebut telah ganas apa tidak tetapi ada
perubahan yang morfologi yang menggambarkan sel ganas apa tidak seperti atipik,
mitosis aneh yang meproduksi tripolar atau quadripolar spindle.
10
4. Perubahan lain. Terbentuknya sel-sel tumor raksasa yang mempunyai inti yang sangat
besar atau mempunyai beberapa inti sel. Di bagian tengah sel tumor tersebut biasanya
mengalami nekrosis karena tidak mendapat suplai darah yang adekuat.
2. 3.3.3 Kecepatan pertumbuhan sel
Kecepatan pertumbuhan sel biasanya ditandai dengan 3 faktor utama:
pertumbuhan sel dua kali lebih cepat dari normal, fraksi sel tumor yang berada di
kolam replikasi, dan kecepatan dimana sel tumor bertumpuk. Umumnya, kecepatan
pertumbuhan sel tumor sangat berkorelasi dengan tingkat diferensiasi mereka dan
tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat dari tumor jinak. Biasanya sel tumor
terhenti di fase G0 atau G1.
2. 3.3.4 Invasi lokal
Semua tumor jinak tumbuh lambat dan biasanya local karena dia tidak
mempunyai kemapuan untuk infiltrasi, invasi atau metastasis. Mereka membentuk
kapsula fibrosa yang memisahkannya dari jaringan host. Biarpun dilindungi oleh
jaringan kapsul tetapi dapat terjadi hemangioma (neoplasma yang terbentuk dari
pembuluh darah yang terbentuk di sekitar tumor) biasanya manifestasinya terlihat di
kulit.
Pertumbuhan kanker bersamaan dengan infiltrasi yang progresif, invasi, dan
penghancuran jaringan sekitar. Umumnya tumor ganas sangat tidak bisa membatasi
geraknya dalam menyerang sel yang sehat. Pelan-pelan tumor yang ganas tersebut
tumbuh mendekati jaringan kapsul dan mendorong menuju jaringan yang sehat.
Pemerikaan histology massa kapsul menunjukkan barisan sel yang penetrasi dan
infiltrasi ke sel yang terdekat membentuk struktur yang tidak teratur seperti kepiting
yang menggambarkan sel kanker.
2. 3.3.5 Metastasis
Adalah penyebaran tumor ganas menuju ke rongga-rongga tubuh, pembuluh
darah dan saluran limfatik akibat sifat invasive dari tumor ganas tersebut.
1. Penyebaran ke rongga-rongga dan permukaan tubuh
Terjadi ketika tumor ganas menyerang tempat-tempat rongga tubuh yang natural.
Biasanya menyerang ke kavitas peritoneal, tetapi kavitas yang lain seperti pleural,
11
perikardial, subarakhnoid, dan persendian dapat juga terkena penyebaran dari tumor
ganas.
2. Penyebaran limfatik
Penyebaran melalui limfatik adalah jalan yang paling sering ditempuh oleh tumor
ganas. Pada kanker payudara melakukan pemeriksaan kelenjar limfatik aksilla sangat
penting untuk mengetahui progresifitas tumor dan perencanaan tata laksana
3. Penyebaran hematogen
Arteri dengan dinding yang lebih tebal dari vena lebih kuat dari penetrasi yang
dilakukan oleh tumor ganas, tumor ganas yang melewati kapiler pulmoner atau arteri
pulmoner dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli. Paru-paru dan liver
merupakan yang apling sering terkena metastasis akibat persebaran hematogen.
2.3.3.6 Patogenesis
Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum
diketahui. Namun, tiga faktor tampaknya penting: (1) perubahan genetik, (2)
pengaruh hormon, dan (3) faktor lingkungan.
Perubahan Genetik. Selain yang menyebabkan sindrom familial di atas,
perubahan genetik juga diduga berperan dalam tirnbulnya kanker payudara
sporadik. Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang memengaruhi
protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses
transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak
dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/ NEU), yang
diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini
adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi
berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog,
amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker
payudara manusia. Mutasi gen penekan tumor RBl dan TP53 juga ditemukan.
Dalam transformasi berangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi didapat.
Pengaruh Hormon. Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat,
ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Banyak faktor risiko yang
telah disebutkan: usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki
anak pertama mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi
saat haid. Tumor ovarium fungsional yang mengeluarkan estrogen dilaporkan
12
berkaitan dengan kanker payudara pada perempuan pascamenopause. Estrogen
merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal
dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron
yang secara normal terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi 'dengan
promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor a (berkaitan dengan
faktor
pertumbuhan
epitel),
platelet-derived
growth-factor,
dan
faktor
pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk
menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.
Faktor Lingkungan. Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi
kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis
homogen dan perbedaan geografik dalam prevalensi, seperti telah dibicarakan.
Faktor lingkungan lain yang penting adalah iradiasi dan estrogen eksogen.
2.3.3.7 Penyebaran Kanker Payudara.
Akhimya, terjadi penyebaran melalui saluran limf dan darah. Metastasis
ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi
sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang
ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar
biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di
kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteria
mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama
penyebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan
mamaria interna terkena. Akhirnya, terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh.
Lokasi yang disukai adalah pam, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih
jarang) otak, limpa, dan hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang dapat lolos.
Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah
terkontrol oleh terapi, kadang-kadang 15 tahun kemudian.
Penentuan Stadium Kanker Payudara. Faktor prognostik terpenting untuk
kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah
bening, dan adanya lesi di tempat jauh. Faktor prognostik lokal yang buruk adalah
invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis karsinoma peradangan.
Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan ke dalam
kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling, dan uji klinis.
13
Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh
American Joint Committee on Cancer Staging dan International Union Against
Cancer, seperti terlihat berikut ini. Harapan hidup 5 tahun untuk perempuan
berkisar dari 92% untuk penyakit stadium a hingga 13% untuk penyakit stadium
IV. American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma :
Stadium 0
DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS
Stadium I
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar
getah bening negatif
Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai
metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif
Stadium lIB Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm dengan kelenjar (kelenjar) getah bening positif atau karsinoma
invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening
Stadium IlIA Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah bening
atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berukuran garis tengah
lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi
Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau
setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria intema
ipsilateral
Stadium IV Metastasis ke tempat jauh
2.3.3.8 Perjalanan Penyakit.
Kanker payudara sering ditemukan oleh pasien atau doktemya sebagai
massa yang tunggal, diskret, tidak nyeri, dan dapat digerakkan. Pada tahap ini,
karsinoma biasanya berukuran 2 hingga 3 cm, dan terkenanya kelenjar getah
bening regional (umumnya ketiak) sudah terdapatpada sekitar separuh pasien.
Dengan perrieriksaan penapisan mamografik, karsinoma sering terdeteksi
sebelum dapat diraba. Ukuran rerata karsinoma invasif yang ditemukan pada
pemeriksaan penapisan adalah sekitar 1 cm, dan hanya 15% yang telah
bermetastasis ke kelenjar getah bening. Selain itu, pada banyak perempuan DCIS
terdeteksi sebelum berkembang menjadi karsinoma invasif. Seiring dengan
14
pertambahan usia, jaringan fibrosa payudara diganti oleh lemak, dan pemeriksaan
penapisan menjadi lebih sensitif karena meningkatnya derajat radiolusen
payudara dan meningkatnya insidensi keganasan. Silang pendapat yang terjadi
saat ini mengenai kapan saat yang paling tepat untuk memulai pemeriksaan
penapisan mamografi harus mempertimbangkan perbandingan antara manfaat
bagi sebagian perempuan terhadap morbiditas pada sebagian besar perempuan
yang akan dibuktikan mengidap kelainan jinak.
Prognosis dipengaruhi oleh variabel berikut:
1. Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih kecil
daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat
keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak memerlukan terapi
sistemik.
2. Keterlibatan kelenjar getnh bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena
metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup
5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap
kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi kurang dari 50% jika
kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih. Biopsi kelenjar sentinel
diperkenalkan sebagai prosedur altematif yang tidak terlalu menyakitkan
untuk menggantikan diseksi aksila total. Satu atau dua kelenjar getah
bening pertama diidentifikasi dengan menggunakan suatu zat wama,
penjejak radioaktif, atau keduanya. Kelenjar getah bening sentinel yang
negatif merupakan isyarat kuat tidak adanya metastasis karsinoma ke
kelenjar getah bening sisanya. Kelenjar getah bening sentinel dapat
diperiksa dengan prosedur yang lebih ekstensif, rnisalnya pemotongan
serial atau pemeriksaan imunohistokirnia untuk sel positif-sitokeratin.
Namun, makna klinis ditemukannya mikrometastasis (didefinisikan
sebagai deposit metastatik yang ukurannya kurang dari 0,2 cm) tidak
diketahui.
3. Derajat karsinoma. Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk
kanker payudara mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat
nukleus, dan angka mitotik untuk memilah karsinoma menjadi tiga
kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik merniliki prognosis yang
secara berrnakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang
berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya
15
merniliki prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati
angka untuk karsinoma yang berdiferensiasi buruk.
4. Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus,
medular, lobulus, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis yang sedikit
banyak lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus ("karsinoma
duktus")
5. Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar
tumor primer merupakan faktor prognostik yang buruk, terutama jika
tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening. Invasi limfovaskular
dermis berkaitan dengan gambaran klinis berupa karsinoma inflamasi dan
memiliki prognosis sangat buruk.
6. Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron.
Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik.
Narnun, alasan untuk menentukan keberadaan reseptor tersebut adalah
untuk memperkirakan respons terhadap terapi. Angka tertinggi respons
(sekitar 80%) terhadap terapi antiestrogen (ooforektorni atau tamoksifen)
ditemukan pada pasien yang tumomya merniliki reseptor estrogen dan
progesteron. Angka respons yang lebih rendah (25% hingga 45%)
ditemukan jika hanya terdapat salah satu reseptor. Jika kedua reseptor
tidak ada, sangat sedikit (kurang dari 10%) pasien yang diperkirakan
berespons.
7.Laju proliferasi kanker. Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotik, flow
cytometry, atau dengan penanda imunohistokimia untuk protein siklus sel.
Hitung mitotik merupakan bagian dari sistem penentuan derajat. Metode
optimal untuk mengevaluasi proliferasi belum diketahui pasti. Laju
proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk.
8.Aneuploidi. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi)
memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal.
9.Ekspresi berlebihan ERBB2. Ekspresi berlebihan protein terbungkus membran
ini hampir selalu disebabkan oleh amplifikasi gen. Oleh karena itu, ekspresi
berlebihan dapat ditentukan dengan irnunohistokimia (yang mendeteksi
protein di potongan jaringan) atau dengan fluorescence in situ hybridization
(yang mendeteksi jurnlah salinan gen). Ekspresi berlebihan berkaitan
16
dengan prognosis yang buruk. namun, makna evaluasi ERBB2 adalah untuk
memperkirakan respons terhadap antibodi monoklonal terhadap gen ini
("Herceptin"). Ini adalah salah satu contoh awal pengembangan terapi
antibodi antitumor yang didasarkan pada kelainan gen spesifik yang
terdapat di tumor.
Hasil akhir pada kasus individual sulit diperkirakan walaupun semua
indikator prognostik tersebut telah dipertimbangkan. Yang menyedihkan,
hanya waktu yang akan menentukan. Angka harapan hidup 5 tahun
keseluruhan untuk kanker stadium adalah 87%; untuk stadium II, 75%; untuk
stadium III, 46%; dan untuk stadium IV, 13%. Perlu dicatat bahwa
kekambuhan mungkin timbul belakangan, bahkan setelah 10 tahun, dan
untuk setiap tahun yang berlalu tanpa penyakit menyebabkan prognosis
semakin baik.
Mengapa beberapa kanker berespons terhadap terapi sementara yang lain
gagal masih merupakan misteri. Yang jelas, tumor yang tampak serupa
mungkin memiliki sedikit perbedaan genetik yang saat ini belum dapat
dideteksi. Namun, hal ini tampaknya akan berubah, karena teknologi chip
DNA (microarray analysis) memungkinkan kita membandingkan ekspresi
ribuan gen di setiap tumor. Microarray analysis DNA semacam ini telah berhasil
mengungkapkan adanya perbedaan pada tumor payudara. Hal ini memungkinkan dikembangkannya terapi yang secara spesifik ditujukan pada
kelainan genetik di suatu tumor.
2.3.4. Gejala klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau
eksema puting susu, atau berupa perdarahan pada puting susu. Umumnya berupa
benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama
makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), menjadi mengkerut atau
timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan
mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah
17
besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. (Handoyo, 1990)
2.4. Faktor risiko kanker payudara
Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun terdapat beberapa keadaan
yang dianggap dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Meskipun
demikian, tidak berarti mereka yang tidak memiliki faktor resiko, tidak dapat terkena
kanker payudara.
Dalam evaluasi klinik, klinisi harus mempertimbangkan dan menanyakan beberapa
faktor risiko kanker payudara yang spesifik, yaitu:
• Usia
Mueler 1978 menyatakan bahwa 50% dari penderita kanker payudara umur 21-50
tahun akan meninggal dalam masa 11,4 tahun dan 50% kelompok umur 51-70 akan
meninggal setelah 7,2 tahun. Pada kelompok umur 70 tahun dalam stadium I 50%
diantaranya akan meninggal setelah 6 tahun dan 90% setelah 12 tahun. Menurut
Baum 1976 hampir seluruh pasien kanker payudara (90-95%) akan meninggal
dikarenakan penyakitnya (kanker payudara) dan 5-10 % meninggal karena seluruh
penyebab.

Pendidikan
Tingkat pendidikan sering dihubungkan dengan tingkat pengetahuan individu.
Individu yang mempunyai banyak pengetahuan cenderung bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pengetahuannya. Begitu juga halnya dalam perilaku kesehatan terutama
dalam menanggapi penyakit dan akibat dari penyakit tersebut. Menurut Rosenstoc
(1974) dalam Notoadmodjo (1993) sesorang akan melakukan pencegahan terhadap
suatu penyakit jika ia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak
maka ia tidak akan melakukan apa-apa. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan
informasi yang banyak tentang suatu penyakit tentu akan melakukan tindakan yang
positif dalam menanggapi kesehatannya seperti cepatnya mencari pengobatan dan
mengobati penyakitnya sesuai dengan metode kesehatan yang berlaku.
• Genetik
– Riwayat keluarga merupakan suatu faktor risiko. Risiko meningkat sampai lebih dari
4 kali jika ibu dan saudara perempuan terkena. Beberapa karakteristik riwayat
keluarga yang mendukung peningkatan faktor risiko kanker payudara, diantaranya:
18
• Terdapat dua anggota keluarga atau lebih yang terkena kanker payudara atau
kanker ovarium
• Terdapat kanker payudara yang terjadi pada usia kurang dari 50 tahun
• Keluarga yang terkena kanker payudara maupun kanker ovarium
• Terdapat seorang ataupun beberapa orang anggota keluarga dengan 2 jenis
kanker. (payudara dan ovarium maupun dua kanker payudara yang terpisah)
• Terdapat anggota keluarga laki-laki yang terkena kanker payudara
– Seseorang dari keturunan Yahudi Ashkenazi memiliki faktor risiko dua kali lipat
lebih besar.
– Wanita-wanita Jepang dan Taiwan memiliki risiko seperlima lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wanita Amerika.
– Mutasi BRCA1 and BRCA2 berhubungan dengan peningkatan risiko.
– Penderita Ataxia telangiectasia heterozygote memiliki 4 kali peningkatan faktor
risiko.
• Korelasi dengan penyakit lain
– Risiko meningkat jika didapatkan adanya kanker payudara sebelumnya, kanker
ovarium, kanker endometrium, ductal carcinoma in situ, hiperplasia (kecuali
kalau ringan), fibroadenoma kompleks, radial scar, papillomatosis, adenosis
sklerosis, dan adenosis mikroglandular.
– Risiko menurun jika terdapat kanker serviks.
• Usia menstruasi
– Beberapa
faktor
yang
meningkatkan
lamanya
siklus
menstruasi
akan
meningkatkan risiko, kemungkinan karena adanya peningkatan efek hormon
estrogen endogen
– Beberapa faktor termasuk (1) nulliparity, (2) hamil pertama saat usia lebih dari 30
tahun, (3) awal menstruasi saat usia kurang dari 13 tahun (risiko 2 kali lipat), (4)
menopause saat usia lebih dari 50 tahun, dan (5) tidak menyusui.
• Obesitas: peningkatan risiko tampaknya terjadi karena konversi jaringan adiposa
dari hormon androgen menjadi estrogen.
• Kelas sosial ekonomi: Insidensi meningkat pada individu dengan kelas sosial
ekonomi yang lebih tinggi.
• Faktor-faktor eksogen
– Terapi hormon meningkatkan risiko (1.35 kali untuk 5 tahun atau lebih masa
penggunaan, biasanya 5 tahun setelah penghentian pemakaian).
19
– Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko (1.24 kali untuk 10 tahun masa
penggunaan, biasanya 10 tahun setelah berhenti). Penggunaan pil progesteron
tunggal tidak menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan risiko.
– Penggunaan diethylstilbestrol akan meningkatkan risiko.
– Konsumsi alkohol dihubungkan dengan peningkatan risiko, utamanya karena
dapat meningkatkan kadar estrogen.
– Irradiasi, terutama pada waktu dekade pertama, dihubungkan dengan peningkatan
risiko kanker payudara.
– Paparan
dichlorodiphenyldichloroethylene,
suatu
metabolit
insektisida
dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), meningkatkan risiko.
– Paparan terhadap agen-agen virus (contohnya: mouse mammary tumor virus)
dihubungkan dengan peningkatan risiko.
2.5. PENILAIAN KLINIS
2.5.1. Manifestasi Klinis
Stadium awal beberapa kanker payudara mungkin tidak menunjukkan gejala,
terutama jika keadaan tersebut didapatkan selama program skrining payudara. Jika
pasien tidak melihat atau menyadari adanya benjolan, maka beberapa gejala di bawah
ini bisa terlihat dan mengindikasikan adanya kemungkinan kanker payudara, yaitu:
• Perubahan pada ukuran dan bentuk payudara
• Retraksi kulit (Skin dimpling)
• Inversi 20utting atau perubahan kulit baru-baru ini (Recent nipple inversion or skin
change)
• Keluarnya cairan dari payudara pada satu duktus, terutama jika disertai darah
(Single-duct discharge, particularly if bloodstained)
• Terdapat benjolan di sekitar ketiak (Axillary lump)
Merasa sakit atau tidak nyaman pada payudara tidak selalu harus ada pada pada gejala
kanker payudara. Klinisi harus mewapadai
adanya gejala-gejala metastasis,
diantaranya:
• Merasa sulit untuk bernapas
• Nyeri tulang
• Gejala-gejala hiperkasemia
• Distensi abdomen
• Jaundice
20
• Gejala neurologis fokal (terlokalisasi)
• Perubahan fungsi kognitif
2.5.2. Pemeriksaan Klinis
Berikut adalah pemeriksaan nonmedis ketika seseorang dianjurkan untuk memeriksa
payudaranya secara mandiri. Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksaan juga mencakup
bagian belakang ketiak yang juga sangat penting. Beberapa pasien mungkin terlalu
cemas memeriksa payudara sendiri dan sulit untuk melakukannya. Dalam keadaan
seperti ini, peran klinisi dibutuhkan untuk membimbing pasien dan waspada terhadap
perubahan pada payudara pasien, terutama jika perubahan dan pemeriksaan
berlangsung selama siklus normal menstruasi, biasanya sering lebih mudah. Temuan
yang harus diperhatikan :
• Terdapat benjolan atau perubahan kontur
• Retraksi kulit
• Nipple inversion
• Pelebaran vena-vena
• Ulserasi
• Paget disease
• Edema atau peau d'orange
Pada umumnya, benjolan-benjolan yang teraba sangat susah untuk ditentukan secara
klinis, namun kecurigaan harus meningkat dan harus diperhatikan apabila terdapat halhal sebagai berikut:
• Benjolan teraba keras
• Tidak teratur
• Benjolan bernodul lokal (Focal nodularity)
• Adanya asimetri payudara satu dengan yang lainnya
• Terfiksasi pada kulit atau otot
Untuk mendeteksi adanya perubahan kecil pada kontur payudara dan retraksi kulit,
pemeriksaan harus dilakukan dengan keadaan pasien tegak dan tangan terangkat.
Pemeriksaan dilakukan dengan memfiksasi otot saat menggerakan benjolan ke arah
garis serat otot pectoralis dan saat itu pasien menguatkan keadaan lengan terhadap
pinggulnya. Pemeriksaan yang sempurna juga melakukan penilaian pada daerah aksila
dan fossa supraklavikular, pemeriksaan terhadap ada atau tidaknya sakit dada dan rasa
nyeri di tulang, dan pemeriksaan abdomen serta neurologis.
21
2.6. Pemeriksaan Payudara
Untuk deteksi adanya kanker payudara dilakukan:
2.6.1 SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi (7-10 hari setelah menstruasi hari pertama), payudara agak membengkak
sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Caranya :
a. Lihat adanya kelainan pada payudara seperti:

Adanya benjolan

Kulit bersisik sekitar puting

Puting susu keluar darah/cairan lain

Cekungan pada kulit payudara/seperti kulit jeruk

Perubahan bentuk/ukuran
b. Jika tidak terlihat kelainan, lakukan pemeriksaan lagi dengan cara:
Pemeriksaan Medik, Pemeriksaan Payudara secara berkala oleh tenaga medis
(dokter)
2.6.2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan payudara dengan alat-alat penunjang seperti mamografi, USG, biopsi
Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan suatu alat dan merupakan suatu
cara pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit
saja. Saat terbaik untuk menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah
selesai menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2
lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri ke
kanan. Hasil foto ini akan diperiksa oleh dokter ahli radiologi. Sebuah benjolan
sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mamogram. Wanita usia 40-49 tahun
sebaiknya diperiksa setiap 2 tahun sekali, sedangkan usia >50 tahun
sebaiknya
diperiksa secara berkala tiap tahun.
USG : pemeriksaan USG pada payudara, bukan untuk tujuan skrining, melainkan
untuk lebih meyakinkan. Alat USGnya pun harus khusus.
Biopsi adalah operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan dari benjolan, kemudian
diperiksa di bawah mikroskop laboratorium patologi anatomi
Prognosis
22
Yang disebut dengan prognosis adalah gambaran berat ringannya suatu penyakit.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan baik buruknya prognosis pada kanker
payudara. Antara lain:

Stadium kanker

Status nodus

Gambaran histologi

Status menopausal, dan reseptor hormonal
2.6.3. Penatalaksanaan
Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa. Sedangkan terapi
pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif.
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu:
Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi
radikal Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi
regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simpleks yang
harus diliputi radiasi tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N 1 dilakukan
mastektomi radikal dan radiasi lokal di daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk
setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan
radiasi pada rantai KGB regional.
Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast Conserving
Therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorektomi),
ditambah diseksi aksila dan radiasi kuratif (ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat
tertentu. Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, reseksi segmental, reseksi parsial,
kwadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB aksila secara
total. Syarat teknik ini adalah:

Tumor primer tidak lebih dari 2 cm

III b kurang dari 2 cm

Belum ada metastasis jauh

Tidak ada tumor primer lainnya

Payudara kontralateral bebas kanker

Payudara bersangkutan belum pemah mendapat pengobatan sebelumnya
(kecuali lumpektomi)

Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak
23
terlalu menonjol

Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu
Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan, atau
mastektorni simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB regional.
Pada stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan:
1. Mempertahankan kualitas bidup pasien agar tetap baik/tinggi dan menganggap
bahwa kematian adalah proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang rnengganggu.
Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu:
Pada stadium Illb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada,
tunggu. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan kemoterapi.
Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal
sebagaiberikut:
a. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral.
b. Pada pasien sudah 1.-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Bila positif,
lakukan seperti (a). Bila· negatif, lakukan seperti (e). Observasi selama 6 - 8
minggu. Bila respons baik, teruskan terapi, tetapi bila respons negatif
dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6
minggu.
c. Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal inhibitif pada stadium
IV
d. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Bila respons
positif, berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila relaps/respons negatif,
berikan kemoterapi CMFICAF.
e. Pada pasien sudah 1 - 5 tahun menopause, periksa efek estrogen. Efek
estrogen dapat diperiksa dengan estrogenlprogesteron reseptor (ERlPR). Bila
positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti (c).
f. Pada pasien pascamenopause berikan obat-obat hormonal seperti tamoksifen,
estrogen, progesteron, atau kortikosteroid.
Keterangan: C= cyclophosphamide, M= methotrexate, F= 5-fluourasil.
2.6.4 Diagnosis Banding
1. Fibroadenoma mamae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa
24
terdapat pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas
tegas, tidak nyeri, dan mobil. Terapi pada tumor ini cukup dengan eksisi.
2. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi
padat kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran
membesar,
biasanya
bilateral/multi
pel.
Terapi
tumor
ini
dengan
medikamentosa simtomatis.
3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong,
berbatas tegas, mobil, dengan ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Terapi tumor
ini dengan mastektorni simpel.
4. Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
saluran! duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru/sedang
menyusui.
5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan
dapat berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yang menyusui.
2.7 kerangka konsep
Dari studi literatur, pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang kanker payudara dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Akan tetapi karena
keterbatasan peneliti baik dalam dana, tenaga, maupun waktu, maka peneliti membatasi
penelittian hanya pada tingkat pengetahuan wanita usia 11-50 tahun di Rw. 02 Kompleks
Taman Rempoa Indah seperti dipaparkan:
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Pekerjaan
Lingkungan
Intelegensi
Tingkat pendidikan
Tingkat pengetahuan dan faktor
risiko kanker payudara
Usia 1120
Kurang
Usia 2130
cukup
Usia 31
keatas
baik
Penghasilan
Usia
Sosial budaya
Media informasi
Pengalaman
25
Keterangan:
Yang dicetak tebal
: diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang dipilih adalah penelitian cross sectional terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu, dimana
informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan
hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Setiadi, 2007:131).
3.2 TEMPAT DAN WAKTU
Tempat penelitan ini dilaksanakan adalah di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02
Waktu penelitian ini dilaksanakan adalah di bulan September tahun 2010
3.3 POPULASI DAN SAMPEL.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1998:57).
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua wanita remaja sampai
dewasa yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah, dengan jumlah populasi 357
orang.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 1998:57). Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua
wanita yang berusia 20-40 tahun yang tinggal di Rw.02 Kompleks Taman Rempoa
Indah.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sample Random sampling, untuk
menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut :
n1
=
Z2 .p.q
26
L2
n1
: jumlah sampel awal
Z
: 1.96
P
: keadaan yang akan dicari = 0.19
Disebabkan karena belum ada data tentang hal tersebut sebelumnya di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maka diambil angka :
q = 100%-p = 100%-50% = 50%
L = derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam hal ini digunakan 10 %
n1
Z2 .p.q
=
L2
(1,96)2 x 0,5 x 0,5
=
(0,1)2
=
96,04 = 96 sampel
Jumlah sample awal di atas perlu dikoreksi terhadap jumlah populasi yang ada untuk
menjaga adanya kemungkinan responden yang tidak berhasil ditemui, maka jumlah
responden ditambah menjadi 100 orang untuk mengindari adanya data yang kurang
valid.
Dari 100 responden yang didapat dialokasikan dalam 2 lokal dengan menggunakan
rumus (Sugiono, 1997) :
nh = NH n
N
Keterangan :
nh
: sampel terpilih
N
: total sampel yang terpilih
NH
: jumlah warga terpilih
n
: total sampel
Tabel 3.1
Pembagian Jumlah Sampel Setiap Rt di Wilayah Rw.02 yang Akan Diteliti Tahun 2010
No.
Data
Jumlah Warga Wanita
Jumlah sampel
1.
Rt. 06
209 orang
59 orang
2.
Rt. 07
148 orang
41orang
357 orang
100 orang
Jumlah
27
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca
dalam mengartikan makna penelitian. (Setiadi, 2007)
Tabel.1.1 Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Kuesioner
Skala
Hasil ukur
Pengetahuan
Jumlah jawaban
Menjawab
Ordinal Tinggi:
tentang
responden yang benar
pertanyaan
kanker
terhadap 10 pertanyaan
Sedang :
payudara
mengenai kanker payudara
(skor 10-
(skor >20)
20)
Rendah :
(skor 1-10)
No.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Usia
Mengetahui tinggi
Menjawab
responden
rendahnya pengetahuan
pertanyaan
Alat Ukur
Kuesioner
Skala
Hasil ukur
Ordinal Tinggi:
(31 tahun
responden dengan
keatas)
menjawab 10 pertanyaan
Sedang :
mengenai kanker payudara
(Usia 21-30
tahun)
Rendah :
(Usia 11-20
tahun)
3.5 Kriteria Penelitian
Kriteria responden yang layak untuk diteliti:
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti.
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Wanita usia 11-60 tahun yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah
2. Bisa membaca dan menulis
28
3. Bersedia untuk menjadi responden
4. Kooperatif
b) Kriteria Eksklusi
1. Wanita yang tinggal di Rw.02 Kompleks taman Rempoa Indah yang tidak
bersedia menjadi responden dengan berbagai alasan.
2. Wanita usia di bawah 10 tahun dan di atas 60 tahun yang tinggal di Rw.02
Kompleks Taman Rempoa Indah.
c) Besar Sampel
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki peneliti,
sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi terjangkau. Oleh karena itu
peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini 100 orang.
3.6. Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah secara manual melalui beberapa tahap, yaitu:
c. Pengkodean (coding)
Memberi kode jawaban atau hasil pernyataan pada lembar kuesioner.
d. Pengolahan data (editing)
Isian lembaran kuesioner diteliti kembali
e. Pemasukan data (entry)
Data yang telah di coding kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
f. Pembersihan data (cleaning)
Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan.
3.7. Teknik Analisa Data
Selanjutnya setelah data diolah maka dilakukan analisis data yaitu dengan analisis
univariat dan bivariat dengan menggunakan distribusi frekuensi terhadap hasil
kuesioner dan dijadikan dalam bentuk tabel atau grafik.
29
3.8. KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN
sampling
Penentuan sampel dengan
ktiteria inklusi
Penentuan Populasi
Pengumpulan data:

Membagikan Questionare
kepada responden
Meminta responden untuk
menjawab pertanyaan pada
lembar Questionare

Pengolahan dan analisa data:






Editing
Koding
Sorting
Entry data
Cleaning
Penyajian data
Laporan awal
Seminar hasil
Pembuatan laporan akhir
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian mengenai usia wanita terhadapa
tingkat pengetahuan kanker payudara dan faktor risikonya di Rw. 02 Kompleks Taman
Rempoa Indah Ciputat Tangerang. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada
bulan September tahun 2010.
4.1 HASIL
analisis univariat
Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan usia di Taman Rempoa Indah RW 02
bulan September
No
Usia
N
%
1
11-20
28
28
2
21-30
28
28
3
>31
44
44
Total
100
100
31
Grafik 4.1. karakteristik responden berdasarkan usia di Taman Rempoa Indah RW 02
bulan September
Berdasarkan tabel diatas karakteristik responden ditinjau berdasarkan usia yaitu 28 %
responden berusia 11 -20 tahun, 28 % responden berusia 21-30 tahun dan 44 % responden
berusia lebih dari 31 tahun.
Tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Taman Rempoa Indah RW 02
bulan September
No
Pengetahuan
N
%
1
Rendah
0
0
2
Sedang
28
28
3
Tinggi
72
72
Total
100
100
32
Berdasarkan tabel diatas, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai
kanker payudara. Namun terdapat 28 % responden yang berpengetahuan sedang tentang
kanker payudara dan 72 % responden yang berpengetahuan tinggi tentang kanker payudara.
Tabel 4.3 tabel tingkat pengetahuan pertanyaan berdasarkan usia
No.
Soal 1
N
%
1.
Benar
61
61.0
2.
Mendekati Benar/ragu-
31
31.0
salah
8
8.0
Total
100
100
ragu
3.
No.
Soal 2
N
%
1.
Benar
62
62.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
22
22.0
3.
Salah
16
16.0
Total
100
100
No.
Soal 3
N
%
1.
Benar
55
55.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
37
37.0
3.
Salah
8
8.0
Total
100
100
No.
Soal 4
N
%
1.
Benar
34
34.0
2.
Mnedekati benar/ragu-ragu
25
25.0
3.
Salah
39
39.0
Total
100
100
N
%
No.
Soal 5
33
1.
Benar
46
46.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
33
33.0
3.
Salah
21
21.0
Total
100
100
N
%
No.
Soal 6
1.
Benar
29
29.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
45
45.0
3.
Salah
26
26.0
Total
100
100
N
%
No.
Soal 7
1.
Benar
35
35.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
46
46.0
3.
Salah
19
19.0
Total
100
100
No.
Soal 8
N
%
1.
Benar
66
66.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
25
25.0
3.
Salah
9
9.0
Total
100
100
No.
Soal 9
N
%
1.
Benar
51
51.0
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
32
32.0
3.
Salah
17
17.0
Total
100
100
No.
Soal 10
N
%
1.
Benar
21
21
2.
Mendekati benar/ragu-ragu
14
14
3.
Salah
65
65
34
Total
100
100
Analisis bivariat
Tabel 4.4 hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Taman Rempoa
Indah RW 02 bulan September
Pengetahuan
Usia
Responden
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
N
%
n
%
N
%
11-20
0
0
6
21,4
22
78,6
100 %
21-30
0
0
12
42,9
16
57,1
100 %
0
0
10
22,7
34
77,3
100 %
Total 0
0
28
28
72
72
100 %
>31
P value
0.118
35
Grafik 4.2 hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Taman Rempoa
Indah RW 02 bulan September
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tidak ada responden yang memiliki pengetahuan
rendah mengenai kanker payudara baik responden yang berusia 11sampai 20 tahun, 21
sampai 30 tahun, maupun responden yang berusia lebih dari 31 tahun.
Dari uji statistic diperoleh Pvalue 0,118 artinya pada α 5 % tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara usia dengan pengetahuan responden.
36
4.2 PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang mempengaruhi pengetahuan sikap dan perilaku
seseorang. Diantaranya adalah, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan
Seseorang dengan pendidikan tinggi diharapkan mempunyai pengetahuan sikap
dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pengetahuannya lebih rendah. (Effendi,1996).
Pengetahuan dan perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Seseorang
yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) mempunyai banyak waktu untuk mendapatkan
informasi, sehingga diharapkan memiliki pengetahun, sikap dan perilaku yang lebih baik
bila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja. (Effendi,1996)
Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang maka semakin besar kebutuhannya
terhadap informasi. Hal ini diikuti oleh pengetahuan, sikap, perilaku yang lebih baik bila
dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah.
Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan sikap dan perilaku
seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh
orang atau petugas yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh
seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan,sikap,perilaku. Sumber
informasi dari petugas kesehatan sesuai dengan kriteria diatas sehingga mudah diterima
oleh masyarakat.
Salah satu tanda perkembangan sekunder bagi wanita adalah pertumbuhan
payudara. Dengan adanya pertumbuhan payudara merupakan suatu tanda kedewasaan
wanita untuk menjaga kesehatan payudara agar terhindar dari kanker payudara dimana
sekarang mulai menjangkit pada usia muda maka untuk mencegah perlu pengetahuan
yang cukup tentang penyebab terjadinya kanker payudara dan tanda gejala awal kanker
payudara mulai usia sedini mungkin sehingga untuk selanjutnya dapat melakukan
pencegahan terhadap kanker payudara. Usia yang semakin tinggi dari responden
menunjukkan kemampuan dalam berpikir dan memahami semakin bertambah dan dalam
mengambil keputusan sesuai apa yang dikehendaki dan menurut mereka benar serta
sesuai dengan realita sesuai dengan pengalaman yang mereka peroleh. Hubungan antara
ibu dan anak juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden
karena peneliti juga memberikan kuesioner untuk dijawab kepada ibu dan anaknya, jika
pengetahuan ibu akan kanker payudara baik, maka pengetahuan anak tersebut tentang
kanker payudara juga akan baik karena ibunya memberikan edukasi kepada anaknya
37
tentang penyebab kanker payudara dan gejala tanda awal kanker payudara sehingga hasil
jawaban termasuk memuaskan. Salah satu peran atau pencapaian tahap perkembangan
dewasa awal bagi responden adalah menikah atau mulai hidup dengan pasangan. Menikah
dan pernah mempunyai atau menyusui anak merupakan suatu stimulus untuk mempelajari
tentang penyebab kanker payudara dan tanda gejala awal kanker payudara. Faktor sosial
ekonomi yang bagus juga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden karena mereka
akan langsung membeli majalah-majalah seputar kesehatan reproduksi khususnya
payudara atau langsung ikut seminar tentang kesehatan reproduksi atau langsung
periksakan diri mereka ke dokter spesialis bila terjadi sesuatu yang tidak biasa pada
dirinya khususnya payudara.
Seseorang yang kurang pergaulan, tidak suka membaca dan tidak pernah melihat
acara-acara kesehatan. Terutama masalah kultur yang merasa tabu apabila melihat acara
yang terkait dengan alat reproduksi misalnya payudara. Kesemuanya itu akan
berpengaruh terhadap pengetahuan mereka terutama tentang penyebab kanker payudara
dan tanda gejala awal kanker payudara.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas didapatkan hasil bahwa tidak
terdapat hubungan semakin tinggi usia semakin tinggi tingkat pengetahuan terhadap
faktor penyebab kanker payudara sesuai dengan dasar teori yang ada tetapi tidak sesuai
dengan hipotesis.
Pengetahuan
Usia
Responden
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
N
%
N
%
N
%
11-20
0
0
6
21,4
22
78,6
100 %
21-30
0
0
12
42,9
16
57,1
100 %
0
0
10
22,7
34
77,3
100 %
Total 0
0
28
28
72
72
100 %
>31
P value
0.118
Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan sikap dan perilaku bervariasi. Pada
umumnya seseorang yang berusia lanjut sulit untuk menerima informasi baru sebagai
penambah pengetahuan. Sebaliknya pada usia muda (20-40) lebih mudah menerima suatu
informasi. (Effendi,1996).
38
4.3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Hubungan Usia dengan Tingkat Pengetahuan Tentang
Kanker Payudara dan Faktor Risikonya di Kompleks Taman Rempoa Indah RW 02
Pada Bulan September Tahun 2010 terhadap 100 responden dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
– 44 % wanita yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah berusia
lebih dari 31 tahun.
– 42,9 % wanita berusia 21-30 yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman
Rempoa Indah memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Faktor Risiko
Kanker Payudara
– 77,3 % wanita berusia lebih dari 31 tahun yang tinggal di RW 02 Kompleks
Taman Rempoa Indah memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang Faktor
Risiko Kanker Payudara
– Persentase wanita yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah
yang berusia lebih dari 31 tahun memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
Faktor Risiko Kanker Payudara (77,3 %) lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang berusia 21-30 tahun yang memiliki pengetahuan tinggi tentang
Faktor Risiko Kanker Payudara (57,1 %)
– Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan pengetahuan wanita
tentang faktor risiko kanker payudara di RW 02 Kompleks Taman Rempoa
Indah.
4.4.SARAN
Tingkat pengetahuan responden akan kanker payudara sudah termasuk baik
akan tetapi pengetahuan tentang kanker payudara harus terus dijaga dan ditingkatkan
agar angka kejadian kanker payudara di Indonesia khususnya di komplek taman
rempoa indah dapat dikurangi. Adapun cara-caranya dapat dilakukan sebagai berikut:
puskesmas kecamatan rempoa harus sering melakukan penyuluhan tentang kanker
payudara agar pengetahuan masyarakat meningkat. Bagi seorang dokter kepala
puskesmas ini merupakan suatu tantangan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
masyarakat rempoa tentang kanker payudara dan setiap ibu yang sudah mengetahui
tentang bahaya kanker payudara harus memberikan edukasi kepada anak
perempuannya sejak dini bahwa kanker payudara harus diwaspadai dan dicegah.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi V , Rineka Cipta,
Jakarta, 2002, p 25
2. Arthur CG, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1997.
3. Hartanto, Huriawati: Kamus Kedokteran Dorlan, EGC, Jakart, 2005.
4. Junquera LC,Carneiro J:.Histologi Dasar Teks dan Atlas, Edisi 10, EGC, Jakarta,
2007, p447-50
5. Kumar,V. Abbas: Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, 7th edition.
Elseviers Saunders, China, 2006, p 75
6. Notoatmodjo, S: Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 32
7. Notoatmojo, S: Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p
27
8. Prawirohardjo, S: Ilmu Kandungan, Edisi. 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta, 2008, p486
9. Price, SA: Patofisiologi konsep klinis proses-proses perjalanan penyakit, edisi 6,
Volume 2, EGC, Jakarta, 2006, p 1303
10. Ramli, M: Deteksi Dini Kanker, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002, p34
11. Underwood, JCO: Patologi Umum dan Sistematik, edisi 2, EGC, Jakarta, 1999.
12. Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007.Stanley L, Robbins. Buku Ajar Patologi.7th ed.
Jakarta; EGC.
40
LAMPIRAN KUESIONER
No. formulir :
LAMPIRAN
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENGISI KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA DI KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH
Rw.02 TENTANG FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA, PEMERIKSAAN DINI
SERTA TANDA DAN GEJALANYA.
Bersamaan lembar pernyataan ini, kami mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(Program Studi Pendidikan Dokter), sedang melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan wanita di kompleks taman rempoa indah Rw.02 tentang factor risiko kanker
payudara , pemeriksaan dini, tanda dan gejalanya.
Untuk mendapatkan data penelitian ini, kami mengharapkan kesediaannya dalam menjawab
pertanyaan/kuisioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman Anda. Semua yang tercantum akan tertulis dalam kuesioner ini dijamin
kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Atas kesediaan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
DATA UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Umur
Alamat
Status Pernikahan
Jumlah anak
Pendidikan
1. Tidak pernah sekolah
4. Tamat SMU
3. Tamat SD
5. Tamat Perguruan Tinggi
4. Tamat SMP
6. .....................................
1. Ibu rumah tangga
4. Bidan/petugas kesehatan
2. Karyawan
5. Wiraswasta
3. Guru/Dosen
6. .........................................
Pengahasilan
1. Di bawah Rp. 500.000
4. Rp 5-10 juta
keluarga/bulan
2. Rp 1- 2 Juta
5. Di atas Rp 10 juta
3. Rp 2- 5 Juta
6.
Pekerjaan
.......................................
41
Pengahasilan
1. Suami
keluarga/bulan
2. Istri
3. Anggota keluaraga lain
DATA KHUSUS
A. Pengertian dan penyebab kanker Payudara
1. Pengertian kanker adalah..
a. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu yang tidak terkendali
b. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu
c. Sel-sel abnormal akan berhenti tumbuh dengan sendirinya
2. Menurut anda, bagaimana kanker payudara ini dapat terjadi?
a. Faktor Keturunan
b. Adanya Pengaruh Hormon (zat tertentu dalam tubuh)
c. Tertular oleh penderita lain
B. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena kanker
payudara.
3. Apakah ibu sudah tahu tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker
payudara?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
4. Pada usia berapakah kanker payudara biasa terjadi?
a. Usia > 30 Tahun
b. Usia < 20 Tahun
c. Usia Lanjut
5. Apakah memiliki keluarga yang menderita/pernah menderita kanker payudara dapat
menjadi faktor yang menimbulkan kanker payudara?
a. Ya
b. Tidak
42
c. Ragu-ragu
6. Apakah wanita yang mendapat haid pertama pada usia muda (di bawah 10 tahun)
dapat menjadi faktor yang menimbulkan kanker payudara?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
7. Apakah wanita yang tidak memiliki anak/ anak pertama lahir sesudah usia 30 tahun
memiliki resiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
8. Golongan usia manakah yang tersering menderita kanker payudara?
a. Menengah (antara 30-50 tahun )
b. Muda (di bawah 30 tahun)
c. Tua (di atas 50 tahun)
9. Menurut anda, apakah kanker payudara dapat mempengaruhi berat badan?
a. Iya, berat badan menurun
b. Iya, berat badan meningkat
c. Tidak mempengaruhi berat badan
10. Status sosial ekonomi manakah yang lebih sering terkena penyakit kanker payudara?
a. Sosial ekonomi menengah ke atas
b. Sosial ekonomi menengah ke bawah
c. Semua golongan
43
Download