HUBUNGAN USIA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DAN FAKTOR RISIKONYA DI KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN SEPTEMBER TAHUN 2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : R. Agung S. Reksoprodjo 107103001576 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 3 Oktober 2010 R. Agung S. Reksoprodjo i HUBUNGAN USIA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DAN FAKTOR RISIKONYA DI KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN SEPTEMBER TAHUN 2010 Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh R. Agung S. Reksoprodjo NIM: 107103001576 Pembimbing dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M ii iii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu`alaikum Wr. Wb. Segala puji dan ungkapan rasa syukur yang tulus kami ucapkan kepada Allah SWT. Dia-lah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat umur kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal riset ini. Shalawat seiring salam kami haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Dialah utusan Allah yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan cahaya ilmu dan keimanan. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulisan makalah ini, seperti: 1. Prof. Dr. (hc) dr. MK. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Kedokteran 3. dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed selaku pembimbing riset 4. Para dosen yang telah memberikan bimbingannya 5. Keluarga yang telah memberikan dukungannya 6. Teman-teman sejawat Akhir kata, kami berharap laporan penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah. Wassalamu`alaikum Wr.Wb. Ciputat, 3 Oktober 2010 Penulis iv DAFTAR ISI ……………………………………………………….. i ………………………………………………... ii Kata Pengantar ……………………………………………………………….... iii Daftar Isi ………………………………………………………………... iv Lembar Keaslian Karya Lembar Persetujuan Pembimbing Daftar Tabel dan Grafik ................................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..... 1 ……………………………………………………......... 2 1.3 Hipotesis …………………………………………………………………………. 2 1.4. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………… 3 …………………………………………………………. 3 I.4.2 Tujuan Khusus …………………………………………………………. 3 ………………………………………………………… 3 I.5.1 Bagi peneliti ………………………………………………………… 3 I.5.2 Bagi Institusi ………………………………………………………… 3 I.5.3 Bagi Masyarakat ………………………………………………………… 3 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah I.4.1 Tujuan Umum 1.5. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 4 2.2. Payudara …………………….……………………………………………........ 5 …..………………………………….. 5 2.2.2 anatomi, histologi dan fisiologi payudara ………..……….……. 6 ………………………………………………………. 8 ………………………………. 8 2.1. Konsep Pengetahuan 2.2.1 Definisi Payudara 2.3 Kanker Payudara 2.3.1 Definisi Kanker Payudara 2.3.2 Epidemiologi kanker payudara ……………………………………. 9 2.3.3 Perjalanan penyakit ……………………………………………….. 10 2.3.3.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker .. 10 v ……………………………….. 10 2.3.3.3 Percepatan pertumbuhan sel ……………………………….. 11 2.3.3.4 Invasi lokal ……………………………………………….. 11 2.3.3.5 Metastasis ……………………………………………….. 11 ………………………………………………. 12 ………………………………. 13 ………………………………………. 15 2. 3.4 Gejala klinis …………………………………………………………… 17 ………………………………………………. 18 ………………………………………………………………. 20 2.5.1 Manifestasi klinis ………………………………………………………. 20 2.5.2 Pemeriksaan klinis ………………………………………………………. 21 ………………………………………………………. 22 2.6.1 Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ………………………………. 22 ………………………………………………. 22 ………………………………………………………. 23 2.6.4 Diagnosis banding ………………………………………………………. 24 2.7 Kerangka konsep ………………………………………………………………. 24 2.3.3.2 Diferensiasi dan Anaplasia 2.3.3.6 Patogenesis 2.3.3.7 Penyebaran kanker payudara 2.3.3.8 Perjalanan penyakit 2.4 Faktor risiko kanker payudara 2.5 Penilaian klinis 2.6 Pemeriksaan payudara 2.6.2 Pemeriksaan penunjang 2.6.3 Penatalaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………………………. 26 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………. 26 3.3. Populasi dan Sampel ………………………………………. 26 3.4. Definisi Operasional ………………………………………………. 28 3.5. Kriteria Penelitian ……………………………………………… 28 3.6. Teknik Pengolahan Data …………………………………………….... 29 3.7. Teknik Analisis Data ……………………………………………… 29 3.8. Kerangka Konsep Penelitian……………………………………………… 30 3.1. Desain Penelitian vi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ……………………………………………………………………… 31 4.2 Pembahasan ……………………………………………………………… 37 ……………………………………………………………… 39 4.3 kesimpulan 4.4 Saran ……………………………………………………………………….. 39 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 40 LAMPIRAN.................................................................................................................. 41 vii DAFTAR TABEL dan GRAFIK Tabel 4.1 Karekteristik responden berdasarkan usia di Kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 di bulan September 2010 Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di Kompleks Taman Rempoa Indah di bulan September 2010 Tabel 4.3 Tabel tingkat pengetahuan berdasarkan usia Grafik 4.1 Karekteristik responden berdasarkan usia di Kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 di bulan September tahun 2010 Grafik 4.2 Hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 di bulan September tahun 2010 viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Berdasarkan Survai Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi RS tahun 2006, kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan kasus terbanyak dari seluruh kasus kanker. (Pidato Menkes di pada peringatan hari kanker se dunia april 2008). Kanker payudara merupakan salah satu tumor ganas paling sering ditemukan pada wanita, kanker payudara pada pria hanya sekitar 1% dari sekian banyak kasus kanker payudara. Di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lain, insiden kanker payudara menempati posisi pertama dari kanker yang sering menjangkiti kaum wanita. RRC walaupun tergolong negara berinsiden rendah, tapi insidennya menunjukkan tren meningkat jelas, di Beijing, Shanghai, Tianjin, dan kota besar lain insiden kanker payudara telah melonjak menempati posisi pertama dari berbagai kanker wanita. Menurut statistik, setiap tahun di RRC terdapat 40.000 lebih wanita meninggal karenanya, maka kanker payudara telah menjadi salah satu penyakit serius yang mengancam negara kita. (Desen, Wan. 2008) Berdasarkan data studi epidemiologi di atas telah diketahui bersama bahwa kanker payudara merupakan salah satu kanker yang sering ditemukan di Indonesia bahkan menduduki peringkat ke-2 jenis kanker tersering pada wanita setelah kanker serviks ( kanker leher rahim ), kanker payudara umumnya mulai ditemui pada usia setengah baya 1 dan lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat jarang. Data dari China hanya menemukan 3 kasus berusia kurang dari 20 tahun. Menurut analisis data dari 6263 kasus di RS Kanker Universitas Zhongshan, rentang usia pasien adalah 17-90 tahun, uasia median 47 tahun. Dihitung dengan selang usia 5 tahunan pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), 40-44 tahu (15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%). (Desen, Wan. 2008) Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik. Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan tingkat pendidikan dan usia di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu gambaran tingkat pengetahuan wanita tahun tentang kanker payudara dan faktor risikonya di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 tahun 2010 1.3 HIPOTESIS Terdapat hubungan antara usia dengan pengetahuan wanita terhadap faktor penyebab dan gejala klinis kanker payudara di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02. 2 1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum diketahuinya Hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan tingkat usia di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 Tujuan khusus diketahuinya karakteristik koresponden Hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 1.5 MANFAAT PENELITIAN Bagi peneliti Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran. Melalui penelitian ini peneliti dapat memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman Rempoa Indah Bagi institusi Menjadi wadah ilmiah dalam penelitian kanker payudara dan hubungannya dengan usia. Menjadi data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan antara tingkat pengetahuan wanita tentang kanker payudara dan faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan usia di kompleks Taman Rempoa Indah Bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan dan sikap warga RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah secara langsung dan masyarakat secara tidak langsung, mengenai kanker payudara dan faktor risikonya. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bahasan bab ini akan menampilkan penjelesan mengenai definisi pengetahuan, anatomi dan fisiologi payudara, pengertian kanker payudara, epidemiologi kanker payudara, penyebab kanker peyudara, gambaran patologi, perjalanan penyakit (patogenesis), gejala klinis dan penanganan kanker payudara. 2.1. Konsep Pengetahuan a. Pengetahuan Definisi Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena mempunyai cita, rasa dan karsa. Manusia memiliki kehendak untuk mengatahui segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk itu manusia selalu mencari jalan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002 : 94) bahwa pengetahun merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang merupakan hasil dari tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi, pengamatan, konsep dan fakta. b. Konsep Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002 : 122) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan / materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu 4 tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain. 4. Analisa (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan. 5. Sintesis (Shyntetis) Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasiformulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) 2. 2. Payudara 2.2.1 Definisi Payudara Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, bergranular pada bagian anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi susu untuk makanan bayi. Mammae atau glandula mammaria pada wanita merupakan kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri dari 15 sampai 25 lobus yang berjalan radikal ke arah puting susu dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan lemak, setiap lobus mempunyai duktus ekskretorius (lactiferous) yang bermuara pada putting susu. Tiap 5 lobus dibagi lagi menjadi lobules, dengan duktus alveolaris dan alveoli menjadi bagian sekresi dari kelenjar. (Hartanto, 2005) Gambar 2.1 Anatomi normal payudara (Hall, 2007) 2.2.2 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Payudara Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status fisiologisnya. Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi mensekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak, sesungguhnya merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan duktus ekskretorius laktiferusnya sendiri. Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, bermuara pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara, masing-masing berdiameter 0,5 mm.( Carneiro, 2007.) 6 Sebelum pubertas, kelenjar mammae terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada gadis selama pubertas, payudara membesar dan membentuk putting susu yang mencolok. Pada anak laki-laki, kelenjar mammae tetap datar. Pembesaran payudara selama pubertas terjadi akibat penimbunan jaringan lemak dan jaringan ikat, dengan meningkatnya pertumbuhan dan percabangan duktus laktiferus akibat bertambahnya jumlah estrogen ovarium. Struktur khas kelenjar -lobus-pada wanita dewasa berkembang pada duktus ujung terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringan ikat longgar. Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus-lobus. Dekat dengan muara papilla mammae, Duktus laktiferus menjadi lebar dan menjadi sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel selapis gepeng pada muara luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan. Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung banyak sel limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang akhir kehamilan, sel ini berfungsi menyekresi immunoglobulin (IgA sekretorik) yang memberikan kekebalan pasif pada neonatus.( Carneiro, 2007 ) Struktur histology kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini bertepatan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan ikat pada fase pra-menstrulasi menambah besar payudara.( Carneiro, 2007). Papilla mammae (puting susu) berbentuk kerucut dan warnanya mungkin merah muda, coklat muda, atau coklat tua. Bagian luar papilla ini, ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit didekatnya. Kulit disekitar puting susu membentuk areola mammae. Warna areola menjadi gelap selama kehamilan, akibat akumulasi melanin setempat. Setelah melahirkan, areola menjadi putih kembali namun jarang mencapai warna aslinya. Epitel puting susu berada di atas selapis jaringan ikat yang banyak mengandung serabut otot polos. Serabut-serabut ini tersusun melingkari duktus laktiferus yang lebih dalam dan tersusun sejajar terhadap duktus ini di tempat masuknya duktus pada puting susu. Puting susu ini banyak di persarafi oleh ujung saraf sensorik.( Carneiro, 2007) 7 2. 3. Kanker Payudara 2.3.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lemak maupun jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Kanker ini juga termasuk dalam catatan WHO di masukkan kedalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.( Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009) 2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang terdapat pada wanita dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Kanker payudara berasal dari parenkim atau dari stroma mamma. Penyakit ini oleh WHO dimasukkan dalam international classification of disease (ICD) dengan nomor kode 174 (Tjahyadi, dkk. 1986). Di Indonesia kanker payudara merupaankanker terbanyak kedua pada wanita sesudah kanker leher rahim. Tabel berikut ini adalah hasil penelitian yang berhasil dirangkum oleh pusat penelitian kanker radiologi Badan Penelitian dan 8 Pengembangan Kesehatan di 15 pusat Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau RS di Indonesia pada tahun 1983 (Alisyawisya, dkk. 1992) Tabel 2.1 Distribusi 10 Jenis Kanker terbanyak pada Wanita di 15 Pusat Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau RS di indonesia Tahun 1983 No. ICD Jenis Kanker Jumlah Persentase (%) 1. 180 Servik Uteri 1052 26,1 2. 174 Payudara wanita 755 18,7 3. 183 Ovarium 307 7,6 4. 173 Kulit 268 6,7 5. 196 Limfoma 199 4,9 6. 182 Korpus Uteri 142 3,5 7. 140 Tiroid 140 3,5 8. 147 Nasofaring 188 2,9 9. 154 Rektum 116 2,9 10. 200 Limfosarkoma 103 2,6 Sumber: Rangkuman registrasi kanker pathology based di di Indonesia 1983 Dari tabel di atas terlihat dari 10 jenis kasus kanker tersering yang menyerang wanita, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan jumlah penderita kanker payudara 755 orang (18,7%). Insidens kanker payudara bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia, insidens kanker payudara ada 22,2/100.000 setiap tahunnya. Di Amerika insidensnya paling tinggi yaitu 71,7/100.000, di Australia 55,6/100.000, dan di Jepang insidensnya rendah yaitu 12,1/100.000 (Tjindarbumi dkk, 1995). Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insidens atau frekuensi kanker payudara. Di Indonesia frekuensi kanker payudara yang tertinggi ditemukan pada umur wanita yang produktif yaitu 40-49 tahun dan tersering adalah pada usia 40 tahun ke atas (Ramli, 1995). Di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun. Umur rata-rata penderita kanker payudara yang ditemukan di Jakarta ialah 46 tahun, di Surabaya 47 tahun dan di Bombay India 53 tahun. Umur termuda penderita kanker payudara di Surabaya ialah 14 tahun yang tertua 91 tahun (Sukardja, 1998). 9 Beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan oncologist di dunia adalah. a. Umur lebih tua dari 39 tahun (cancer age) b. Anak pertama lahir setelah usia 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar c. Tidak menikah (mullipara) mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan punya anak. d. Menarche (haid pertama) kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7 – 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche datang pada usia normal yaitu lebih dari 12 tahun. e. Menopause datang terlambat (lebih dari 55 tahun) risikonya 2,5 – 5 kali lebih tinggi. f. Pernah operasi tumor jinak payudara risikonya 2,5 kali lebih tinggi. 2. 3. 3 Perjalanan penyakit 2. 3.3.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker Sejarah perkembangan tumor ganas dibagi dalam empat fase: perubahan yang besar pada sel target (transformasi), pertumbuhan sel yang bertransformasi tadi, invasi lokal dan metastasis ke seluruh tubuh. Inilah karakteristik perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas. 2. 3.3.2 Diferensiasi dan anaplasia Diferensiasi adalah sel neoplastik yang bila dibandngkan dengan sel normal berbeda secara fungsional dan morfologi, disebut anaplasia bila sel tersebut sudah sangat berbeda dengan sel normalnya. Anaplasia ditandai dengan beberapa perubahan morfologi 1. Pleomorfisme. Sel ditemukan beberapa kali lebih besar dari sel tetangganya dan kadang beberapa sel juga kadang-kadang lebih kecil 2. Morfologi inti sel yang abnormal. Nucleus membesar dan hiperkromatik sehingga rasio terhadap sitoplasma menjadi 1:1.Terdapat anak inti yang besar di dalam inti. 3. Mitosis. Menggambarkan aktivitas sel dalam membelah diri, biarpun adanya mitosis tidak dapat menggambarkan bahwa sel tersebut telah ganas apa tidak tetapi ada perubahan yang morfologi yang menggambarkan sel ganas apa tidak seperti atipik, mitosis aneh yang meproduksi tripolar atau quadripolar spindle. 10 4. Perubahan lain. Terbentuknya sel-sel tumor raksasa yang mempunyai inti yang sangat besar atau mempunyai beberapa inti sel. Di bagian tengah sel tumor tersebut biasanya mengalami nekrosis karena tidak mendapat suplai darah yang adekuat. 2. 3.3.3 Kecepatan pertumbuhan sel Kecepatan pertumbuhan sel biasanya ditandai dengan 3 faktor utama: pertumbuhan sel dua kali lebih cepat dari normal, fraksi sel tumor yang berada di kolam replikasi, dan kecepatan dimana sel tumor bertumpuk. Umumnya, kecepatan pertumbuhan sel tumor sangat berkorelasi dengan tingkat diferensiasi mereka dan tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat dari tumor jinak. Biasanya sel tumor terhenti di fase G0 atau G1. 2. 3.3.4 Invasi lokal Semua tumor jinak tumbuh lambat dan biasanya local karena dia tidak mempunyai kemapuan untuk infiltrasi, invasi atau metastasis. Mereka membentuk kapsula fibrosa yang memisahkannya dari jaringan host. Biarpun dilindungi oleh jaringan kapsul tetapi dapat terjadi hemangioma (neoplasma yang terbentuk dari pembuluh darah yang terbentuk di sekitar tumor) biasanya manifestasinya terlihat di kulit. Pertumbuhan kanker bersamaan dengan infiltrasi yang progresif, invasi, dan penghancuran jaringan sekitar. Umumnya tumor ganas sangat tidak bisa membatasi geraknya dalam menyerang sel yang sehat. Pelan-pelan tumor yang ganas tersebut tumbuh mendekati jaringan kapsul dan mendorong menuju jaringan yang sehat. Pemerikaan histology massa kapsul menunjukkan barisan sel yang penetrasi dan infiltrasi ke sel yang terdekat membentuk struktur yang tidak teratur seperti kepiting yang menggambarkan sel kanker. 2. 3.3.5 Metastasis Adalah penyebaran tumor ganas menuju ke rongga-rongga tubuh, pembuluh darah dan saluran limfatik akibat sifat invasive dari tumor ganas tersebut. 1. Penyebaran ke rongga-rongga dan permukaan tubuh Terjadi ketika tumor ganas menyerang tempat-tempat rongga tubuh yang natural. Biasanya menyerang ke kavitas peritoneal, tetapi kavitas yang lain seperti pleural, 11 perikardial, subarakhnoid, dan persendian dapat juga terkena penyebaran dari tumor ganas. 2. Penyebaran limfatik Penyebaran melalui limfatik adalah jalan yang paling sering ditempuh oleh tumor ganas. Pada kanker payudara melakukan pemeriksaan kelenjar limfatik aksilla sangat penting untuk mengetahui progresifitas tumor dan perencanaan tata laksana 3. Penyebaran hematogen Arteri dengan dinding yang lebih tebal dari vena lebih kuat dari penetrasi yang dilakukan oleh tumor ganas, tumor ganas yang melewati kapiler pulmoner atau arteri pulmoner dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli. Paru-paru dan liver merupakan yang apling sering terkena metastasis akibat persebaran hematogen. 2.3.3.6 Patogenesis Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Namun, tiga faktor tampaknya penting: (1) perubahan genetik, (2) pengaruh hormon, dan (3) faktor lingkungan. Perubahan Genetik. Selain yang menyebabkan sindrom familial di atas, perubahan genetik juga diduga berperan dalam tirnbulnya kanker payudara sporadik. Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang memengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/ NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog, amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker payudara manusia. Mutasi gen penekan tumor RBl dan TP53 juga ditemukan. Dalam transformasi berangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi didapat. Pengaruh Hormon. Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat, ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Banyak faktor risiko yang telah disebutkan: usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat haid. Tumor ovarium fungsional yang mengeluarkan estrogen dilaporkan 12 berkaitan dengan kanker payudara pada perempuan pascamenopause. Estrogen merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi 'dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor a (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel), platelet-derived growth-factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor. Faktor Lingkungan. Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan geografik dalam prevalensi, seperti telah dibicarakan. Faktor lingkungan lain yang penting adalah iradiasi dan estrogen eksogen. 2.3.3.7 Penyebaran Kanker Payudara. Akhimya, terjadi penyebaran melalui saluran limf dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteria mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Akhirnya, terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh. Lokasi yang disukai adalah pam, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih jarang) otak, limpa, dan hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang dapat lolos. Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah terkontrol oleh terapi, kadang-kadang 15 tahun kemudian. Penentuan Stadium Kanker Payudara. Faktor prognostik terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi di tempat jauh. Faktor prognostik lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis karsinoma peradangan. Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan ke dalam kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling, dan uji klinis. 13 Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh American Joint Committee on Cancer Staging dan International Union Against Cancer, seperti terlihat berikut ini. Harapan hidup 5 tahun untuk perempuan berkisar dari 92% untuk penyakit stadium a hingga 13% untuk penyakit stadium IV. American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma : Stadium 0 DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening negatif Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif Stadium lIB Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar (kelenjar) getah bening positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening Stadium IlIA Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria intema ipsilateral Stadium IV Metastasis ke tempat jauh 2.3.3.8 Perjalanan Penyakit. Kanker payudara sering ditemukan oleh pasien atau doktemya sebagai massa yang tunggal, diskret, tidak nyeri, dan dapat digerakkan. Pada tahap ini, karsinoma biasanya berukuran 2 hingga 3 cm, dan terkenanya kelenjar getah bening regional (umumnya ketiak) sudah terdapatpada sekitar separuh pasien. Dengan perrieriksaan penapisan mamografik, karsinoma sering terdeteksi sebelum dapat diraba. Ukuran rerata karsinoma invasif yang ditemukan pada pemeriksaan penapisan adalah sekitar 1 cm, dan hanya 15% yang telah bermetastasis ke kelenjar getah bening. Selain itu, pada banyak perempuan DCIS terdeteksi sebelum berkembang menjadi karsinoma invasif. Seiring dengan 14 pertambahan usia, jaringan fibrosa payudara diganti oleh lemak, dan pemeriksaan penapisan menjadi lebih sensitif karena meningkatnya derajat radiolusen payudara dan meningkatnya insidensi keganasan. Silang pendapat yang terjadi saat ini mengenai kapan saat yang paling tepat untuk memulai pemeriksaan penapisan mamografi harus mempertimbangkan perbandingan antara manfaat bagi sebagian perempuan terhadap morbiditas pada sebagian besar perempuan yang akan dibuktikan mengidap kelainan jinak. Prognosis dipengaruhi oleh variabel berikut: 1. Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih kecil daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak memerlukan terapi sistemik. 2. Keterlibatan kelenjar getnh bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih. Biopsi kelenjar sentinel diperkenalkan sebagai prosedur altematif yang tidak terlalu menyakitkan untuk menggantikan diseksi aksila total. Satu atau dua kelenjar getah bening pertama diidentifikasi dengan menggunakan suatu zat wama, penjejak radioaktif, atau keduanya. Kelenjar getah bening sentinel yang negatif merupakan isyarat kuat tidak adanya metastasis karsinoma ke kelenjar getah bening sisanya. Kelenjar getah bening sentinel dapat diperiksa dengan prosedur yang lebih ekstensif, rnisalnya pemotongan serial atau pemeriksaan imunohistokirnia untuk sel positif-sitokeratin. Namun, makna klinis ditemukannya mikrometastasis (didefinisikan sebagai deposit metastatik yang ukurannya kurang dari 0,2 cm) tidak diketahui. 3. Derajat karsinoma. Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker payudara mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat nukleus, dan angka mitotik untuk memilah karsinoma menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik merniliki prognosis yang secara berrnakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya 15 merniliki prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk karsinoma yang berdiferensiasi buruk. 4. Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis yang sedikit banyak lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus ("karsinoma duktus") 5. Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar tumor primer merupakan faktor prognostik yang buruk, terutama jika tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening. Invasi limfovaskular dermis berkaitan dengan gambaran klinis berupa karsinoma inflamasi dan memiliki prognosis sangat buruk. 6. Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron. Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik. Narnun, alasan untuk menentukan keberadaan reseptor tersebut adalah untuk memperkirakan respons terhadap terapi. Angka tertinggi respons (sekitar 80%) terhadap terapi antiestrogen (ooforektorni atau tamoksifen) ditemukan pada pasien yang tumomya merniliki reseptor estrogen dan progesteron. Angka respons yang lebih rendah (25% hingga 45%) ditemukan jika hanya terdapat salah satu reseptor. Jika kedua reseptor tidak ada, sangat sedikit (kurang dari 10%) pasien yang diperkirakan berespons. 7.Laju proliferasi kanker. Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotik, flow cytometry, atau dengan penanda imunohistokimia untuk protein siklus sel. Hitung mitotik merupakan bagian dari sistem penentuan derajat. Metode optimal untuk mengevaluasi proliferasi belum diketahui pasti. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk. 8.Aneuploidi. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi) memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal. 9.Ekspresi berlebihan ERBB2. Ekspresi berlebihan protein terbungkus membran ini hampir selalu disebabkan oleh amplifikasi gen. Oleh karena itu, ekspresi berlebihan dapat ditentukan dengan irnunohistokimia (yang mendeteksi protein di potongan jaringan) atau dengan fluorescence in situ hybridization (yang mendeteksi jurnlah salinan gen). Ekspresi berlebihan berkaitan 16 dengan prognosis yang buruk. namun, makna evaluasi ERBB2 adalah untuk memperkirakan respons terhadap antibodi monoklonal terhadap gen ini ("Herceptin"). Ini adalah salah satu contoh awal pengembangan terapi antibodi antitumor yang didasarkan pada kelainan gen spesifik yang terdapat di tumor. Hasil akhir pada kasus individual sulit diperkirakan walaupun semua indikator prognostik tersebut telah dipertimbangkan. Yang menyedihkan, hanya waktu yang akan menentukan. Angka harapan hidup 5 tahun keseluruhan untuk kanker stadium adalah 87%; untuk stadium II, 75%; untuk stadium III, 46%; dan untuk stadium IV, 13%. Perlu dicatat bahwa kekambuhan mungkin timbul belakangan, bahkan setelah 10 tahun, dan untuk setiap tahun yang berlalu tanpa penyakit menyebabkan prognosis semakin baik. Mengapa beberapa kanker berespons terhadap terapi sementara yang lain gagal masih merupakan misteri. Yang jelas, tumor yang tampak serupa mungkin memiliki sedikit perbedaan genetik yang saat ini belum dapat dideteksi. Namun, hal ini tampaknya akan berubah, karena teknologi chip DNA (microarray analysis) memungkinkan kita membandingkan ekspresi ribuan gen di setiap tumor. Microarray analysis DNA semacam ini telah berhasil mengungkapkan adanya perbedaan pada tumor payudara. Hal ini memungkinkan dikembangkannya terapi yang secara spesifik ditujukan pada kelainan genetik di suatu tumor. 2.3.4. Gejala klinis Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa perdarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), menjadi mengkerut atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah 17 besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. (Handoyo, 1990) 2.4. Faktor risiko kanker payudara Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun terdapat beberapa keadaan yang dianggap dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Meskipun demikian, tidak berarti mereka yang tidak memiliki faktor resiko, tidak dapat terkena kanker payudara. Dalam evaluasi klinik, klinisi harus mempertimbangkan dan menanyakan beberapa faktor risiko kanker payudara yang spesifik, yaitu: • Usia Mueler 1978 menyatakan bahwa 50% dari penderita kanker payudara umur 21-50 tahun akan meninggal dalam masa 11,4 tahun dan 50% kelompok umur 51-70 akan meninggal setelah 7,2 tahun. Pada kelompok umur 70 tahun dalam stadium I 50% diantaranya akan meninggal setelah 6 tahun dan 90% setelah 12 tahun. Menurut Baum 1976 hampir seluruh pasien kanker payudara (90-95%) akan meninggal dikarenakan penyakitnya (kanker payudara) dan 5-10 % meninggal karena seluruh penyebab. Pendidikan Tingkat pendidikan sering dihubungkan dengan tingkat pengetahuan individu. Individu yang mempunyai banyak pengetahuan cenderung bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya. Begitu juga halnya dalam perilaku kesehatan terutama dalam menanggapi penyakit dan akibat dari penyakit tersebut. Menurut Rosenstoc (1974) dalam Notoadmodjo (1993) sesorang akan melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit jika ia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak maka ia tidak akan melakukan apa-apa. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan informasi yang banyak tentang suatu penyakit tentu akan melakukan tindakan yang positif dalam menanggapi kesehatannya seperti cepatnya mencari pengobatan dan mengobati penyakitnya sesuai dengan metode kesehatan yang berlaku. • Genetik – Riwayat keluarga merupakan suatu faktor risiko. Risiko meningkat sampai lebih dari 4 kali jika ibu dan saudara perempuan terkena. Beberapa karakteristik riwayat keluarga yang mendukung peningkatan faktor risiko kanker payudara, diantaranya: 18 • Terdapat dua anggota keluarga atau lebih yang terkena kanker payudara atau kanker ovarium • Terdapat kanker payudara yang terjadi pada usia kurang dari 50 tahun • Keluarga yang terkena kanker payudara maupun kanker ovarium • Terdapat seorang ataupun beberapa orang anggota keluarga dengan 2 jenis kanker. (payudara dan ovarium maupun dua kanker payudara yang terpisah) • Terdapat anggota keluarga laki-laki yang terkena kanker payudara – Seseorang dari keturunan Yahudi Ashkenazi memiliki faktor risiko dua kali lipat lebih besar. – Wanita-wanita Jepang dan Taiwan memiliki risiko seperlima lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita Amerika. – Mutasi BRCA1 and BRCA2 berhubungan dengan peningkatan risiko. – Penderita Ataxia telangiectasia heterozygote memiliki 4 kali peningkatan faktor risiko. • Korelasi dengan penyakit lain – Risiko meningkat jika didapatkan adanya kanker payudara sebelumnya, kanker ovarium, kanker endometrium, ductal carcinoma in situ, hiperplasia (kecuali kalau ringan), fibroadenoma kompleks, radial scar, papillomatosis, adenosis sklerosis, dan adenosis mikroglandular. – Risiko menurun jika terdapat kanker serviks. • Usia menstruasi – Beberapa faktor yang meningkatkan lamanya siklus menstruasi akan meningkatkan risiko, kemungkinan karena adanya peningkatan efek hormon estrogen endogen – Beberapa faktor termasuk (1) nulliparity, (2) hamil pertama saat usia lebih dari 30 tahun, (3) awal menstruasi saat usia kurang dari 13 tahun (risiko 2 kali lipat), (4) menopause saat usia lebih dari 50 tahun, dan (5) tidak menyusui. • Obesitas: peningkatan risiko tampaknya terjadi karena konversi jaringan adiposa dari hormon androgen menjadi estrogen. • Kelas sosial ekonomi: Insidensi meningkat pada individu dengan kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi. • Faktor-faktor eksogen – Terapi hormon meningkatkan risiko (1.35 kali untuk 5 tahun atau lebih masa penggunaan, biasanya 5 tahun setelah penghentian pemakaian). 19 – Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko (1.24 kali untuk 10 tahun masa penggunaan, biasanya 10 tahun setelah berhenti). Penggunaan pil progesteron tunggal tidak menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan risiko. – Penggunaan diethylstilbestrol akan meningkatkan risiko. – Konsumsi alkohol dihubungkan dengan peningkatan risiko, utamanya karena dapat meningkatkan kadar estrogen. – Irradiasi, terutama pada waktu dekade pertama, dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. – Paparan dichlorodiphenyldichloroethylene, suatu metabolit insektisida dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), meningkatkan risiko. – Paparan terhadap agen-agen virus (contohnya: mouse mammary tumor virus) dihubungkan dengan peningkatan risiko. 2.5. PENILAIAN KLINIS 2.5.1. Manifestasi Klinis Stadium awal beberapa kanker payudara mungkin tidak menunjukkan gejala, terutama jika keadaan tersebut didapatkan selama program skrining payudara. Jika pasien tidak melihat atau menyadari adanya benjolan, maka beberapa gejala di bawah ini bisa terlihat dan mengindikasikan adanya kemungkinan kanker payudara, yaitu: • Perubahan pada ukuran dan bentuk payudara • Retraksi kulit (Skin dimpling) • Inversi 20utting atau perubahan kulit baru-baru ini (Recent nipple inversion or skin change) • Keluarnya cairan dari payudara pada satu duktus, terutama jika disertai darah (Single-duct discharge, particularly if bloodstained) • Terdapat benjolan di sekitar ketiak (Axillary lump) Merasa sakit atau tidak nyaman pada payudara tidak selalu harus ada pada pada gejala kanker payudara. Klinisi harus mewapadai adanya gejala-gejala metastasis, diantaranya: • Merasa sulit untuk bernapas • Nyeri tulang • Gejala-gejala hiperkasemia • Distensi abdomen • Jaundice 20 • Gejala neurologis fokal (terlokalisasi) • Perubahan fungsi kognitif 2.5.2. Pemeriksaan Klinis Berikut adalah pemeriksaan nonmedis ketika seseorang dianjurkan untuk memeriksa payudaranya secara mandiri. Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksaan juga mencakup bagian belakang ketiak yang juga sangat penting. Beberapa pasien mungkin terlalu cemas memeriksa payudara sendiri dan sulit untuk melakukannya. Dalam keadaan seperti ini, peran klinisi dibutuhkan untuk membimbing pasien dan waspada terhadap perubahan pada payudara pasien, terutama jika perubahan dan pemeriksaan berlangsung selama siklus normal menstruasi, biasanya sering lebih mudah. Temuan yang harus diperhatikan : • Terdapat benjolan atau perubahan kontur • Retraksi kulit • Nipple inversion • Pelebaran vena-vena • Ulserasi • Paget disease • Edema atau peau d'orange Pada umumnya, benjolan-benjolan yang teraba sangat susah untuk ditentukan secara klinis, namun kecurigaan harus meningkat dan harus diperhatikan apabila terdapat halhal sebagai berikut: • Benjolan teraba keras • Tidak teratur • Benjolan bernodul lokal (Focal nodularity) • Adanya asimetri payudara satu dengan yang lainnya • Terfiksasi pada kulit atau otot Untuk mendeteksi adanya perubahan kecil pada kontur payudara dan retraksi kulit, pemeriksaan harus dilakukan dengan keadaan pasien tegak dan tangan terangkat. Pemeriksaan dilakukan dengan memfiksasi otot saat menggerakan benjolan ke arah garis serat otot pectoralis dan saat itu pasien menguatkan keadaan lengan terhadap pinggulnya. Pemeriksaan yang sempurna juga melakukan penilaian pada daerah aksila dan fossa supraklavikular, pemeriksaan terhadap ada atau tidaknya sakit dada dan rasa nyeri di tulang, dan pemeriksaan abdomen serta neurologis. 21 2.6. Pemeriksaan Payudara Untuk deteksi adanya kanker payudara dilakukan: 2.6.1 SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi (7-10 hari setelah menstruasi hari pertama), payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Caranya : a. Lihat adanya kelainan pada payudara seperti: Adanya benjolan Kulit bersisik sekitar puting Puting susu keluar darah/cairan lain Cekungan pada kulit payudara/seperti kulit jeruk Perubahan bentuk/ukuran b. Jika tidak terlihat kelainan, lakukan pemeriksaan lagi dengan cara: Pemeriksaan Medik, Pemeriksaan Payudara secara berkala oleh tenaga medis (dokter) 2.6.2. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan payudara dengan alat-alat penunjang seperti mamografi, USG, biopsi Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan suatu alat dan merupakan suatu cara pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit saja. Saat terbaik untuk menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah selesai menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2 lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri ke kanan. Hasil foto ini akan diperiksa oleh dokter ahli radiologi. Sebuah benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mamogram. Wanita usia 40-49 tahun sebaiknya diperiksa setiap 2 tahun sekali, sedangkan usia >50 tahun sebaiknya diperiksa secara berkala tiap tahun. USG : pemeriksaan USG pada payudara, bukan untuk tujuan skrining, melainkan untuk lebih meyakinkan. Alat USGnya pun harus khusus. Biopsi adalah operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan dari benjolan, kemudian diperiksa di bawah mikroskop laboratorium patologi anatomi Prognosis 22 Yang disebut dengan prognosis adalah gambaran berat ringannya suatu penyakit. Terdapat beberapa faktor yang menentukan baik buruknya prognosis pada kanker payudara. Antara lain: Stadium kanker Status nodus Gambaran histologi Status menopausal, dan reseptor hormonal 2.6.3. Penatalaksanaan Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif. Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu: Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi radikal Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simpleks yang harus diliputi radiasi tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N 1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal di daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan radiasi pada rantai KGB regional. Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast Conserving Therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorektomi), ditambah diseksi aksila dan radiasi kuratif (ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat tertentu. Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, reseksi segmental, reseksi parsial, kwadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB aksila secara total. Syarat teknik ini adalah: Tumor primer tidak lebih dari 2 cm III b kurang dari 2 cm Belum ada metastasis jauh Tidak ada tumor primer lainnya Payudara kontralateral bebas kanker Payudara bersangkutan belum pemah mendapat pengobatan sebelumnya (kecuali lumpektomi) Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak 23 terlalu menonjol Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan, atau mastektorni simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB regional. Pada stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan: 1. Mempertahankan kualitas bidup pasien agar tetap baik/tinggi dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal. 2. Tidak mempercepat atau menunda kematian. 3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang rnengganggu. Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu: Pada stadium Illb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada, tunggu. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan kemoterapi. Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal sebagaiberikut: a. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. b. Pada pasien sudah 1.-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Bila positif, lakukan seperti (a). Bila· negatif, lakukan seperti (e). Observasi selama 6 - 8 minggu. Bila respons baik, teruskan terapi, tetapi bila respons negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6 minggu. c. Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal inhibitif pada stadium IV d. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Bila respons positif, berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila relaps/respons negatif, berikan kemoterapi CMFICAF. e. Pada pasien sudah 1 - 5 tahun menopause, periksa efek estrogen. Efek estrogen dapat diperiksa dengan estrogenlprogesteron reseptor (ERlPR). Bila positif, lakukan seperti (a). Bila negatif, lakukan seperti (c). f. Pada pasien pascamenopause berikan obat-obat hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid. Keterangan: C= cyclophosphamide, M= methotrexate, F= 5-fluourasil. 2.6.4 Diagnosis Banding 1. Fibroadenoma mamae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa 24 terdapat pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas, tidak nyeri, dan mobil. Terapi pada tumor ini cukup dengan eksisi. 2. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi padat kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya bilateral/multi pel. Terapi tumor ini dengan medikamentosa simtomatis. 3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong, berbatas tegas, mobil, dengan ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Terapi tumor ini dengan mastektorni simpel. 4. Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya saluran! duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru/sedang menyusui. 5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yang menyusui. 2.7 kerangka konsep Dari studi literatur, pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang kanker payudara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Akan tetapi karena keterbatasan peneliti baik dalam dana, tenaga, maupun waktu, maka peneliti membatasi penelittian hanya pada tingkat pengetahuan wanita usia 11-50 tahun di Rw. 02 Kompleks Taman Rempoa Indah seperti dipaparkan: VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN Pekerjaan Lingkungan Intelegensi Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan dan faktor risiko kanker payudara Usia 1120 Kurang Usia 2130 cukup Usia 31 keatas baik Penghasilan Usia Sosial budaya Media informasi Pengalaman 25 Keterangan: Yang dicetak tebal : diteliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang dipilih adalah penelitian cross sectional terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu, dimana informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Setiadi, 2007:131). 3.2 TEMPAT DAN WAKTU Tempat penelitan ini dilaksanakan adalah di kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 Waktu penelitian ini dilaksanakan adalah di bulan September tahun 2010 3.3 POPULASI DAN SAMPEL. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1998:57). Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua wanita remaja sampai dewasa yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah, dengan jumlah populasi 357 orang. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1998:57). Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua wanita yang berusia 20-40 tahun yang tinggal di Rw.02 Kompleks Taman Rempoa Indah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sample Random sampling, untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut : n1 = Z2 .p.q 26 L2 n1 : jumlah sampel awal Z : 1.96 P : keadaan yang akan dicari = 0.19 Disebabkan karena belum ada data tentang hal tersebut sebelumnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maka diambil angka : q = 100%-p = 100%-50% = 50% L = derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam hal ini digunakan 10 % n1 Z2 .p.q = L2 (1,96)2 x 0,5 x 0,5 = (0,1)2 = 96,04 = 96 sampel Jumlah sample awal di atas perlu dikoreksi terhadap jumlah populasi yang ada untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang tidak berhasil ditemui, maka jumlah responden ditambah menjadi 100 orang untuk mengindari adanya data yang kurang valid. Dari 100 responden yang didapat dialokasikan dalam 2 lokal dengan menggunakan rumus (Sugiono, 1997) : nh = NH n N Keterangan : nh : sampel terpilih N : total sampel yang terpilih NH : jumlah warga terpilih n : total sampel Tabel 3.1 Pembagian Jumlah Sampel Setiap Rt di Wilayah Rw.02 yang Akan Diteliti Tahun 2010 No. Data Jumlah Warga Wanita Jumlah sampel 1. Rt. 06 209 orang 59 orang 2. Rt. 07 148 orang 41orang 357 orang 100 orang Jumlah 27 3.4 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. (Setiadi, 2007) Tabel.1.1 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kuesioner Skala Hasil ukur Pengetahuan Jumlah jawaban Menjawab Ordinal Tinggi: tentang responden yang benar pertanyaan kanker terhadap 10 pertanyaan Sedang : payudara mengenai kanker payudara (skor 10- (skor >20) 20) Rendah : (skor 1-10) No. Variabel Definisi Cara Ukur Usia Mengetahui tinggi Menjawab responden rendahnya pengetahuan pertanyaan Alat Ukur Kuesioner Skala Hasil ukur Ordinal Tinggi: (31 tahun responden dengan keatas) menjawab 10 pertanyaan Sedang : mengenai kanker payudara (Usia 21-30 tahun) Rendah : (Usia 11-20 tahun) 3.5 Kriteria Penelitian Kriteria responden yang layak untuk diteliti: a) Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Wanita usia 11-60 tahun yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah 2. Bisa membaca dan menulis 28 3. Bersedia untuk menjadi responden 4. Kooperatif b) Kriteria Eksklusi 1. Wanita yang tinggal di Rw.02 Kompleks taman Rempoa Indah yang tidak bersedia menjadi responden dengan berbagai alasan. 2. Wanita usia di bawah 10 tahun dan di atas 60 tahun yang tinggal di Rw.02 Kompleks Taman Rempoa Indah. c) Besar Sampel Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki peneliti, sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi terjangkau. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini 100 orang. 3.6. Teknik Pengolahan Data Data yang dikumpulkan diolah secara manual melalui beberapa tahap, yaitu: c. Pengkodean (coding) Memberi kode jawaban atau hasil pernyataan pada lembar kuesioner. d. Pengolahan data (editing) Isian lembaran kuesioner diteliti kembali e. Pemasukan data (entry) Data yang telah di coding kemudian dimasukkan ke dalam tabel. f. Pembersihan data (cleaning) Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan. 3.7. Teknik Analisa Data Selanjutnya setelah data diolah maka dilakukan analisis data yaitu dengan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan distribusi frekuensi terhadap hasil kuesioner dan dijadikan dalam bentuk tabel atau grafik. 29 3.8. KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN sampling Penentuan sampel dengan ktiteria inklusi Penentuan Populasi Pengumpulan data: Membagikan Questionare kepada responden Meminta responden untuk menjawab pertanyaan pada lembar Questionare Pengolahan dan analisa data: Editing Koding Sorting Entry data Cleaning Penyajian data Laporan awal Seminar hasil Pembuatan laporan akhir 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian mengenai usia wanita terhadapa tingkat pengetahuan kanker payudara dan faktor risikonya di Rw. 02 Kompleks Taman Rempoa Indah Ciputat Tangerang. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada bulan September tahun 2010. 4.1 HASIL analisis univariat Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan usia di Taman Rempoa Indah RW 02 bulan September No Usia N % 1 11-20 28 28 2 21-30 28 28 3 >31 44 44 Total 100 100 31 Grafik 4.1. karakteristik responden berdasarkan usia di Taman Rempoa Indah RW 02 bulan September Berdasarkan tabel diatas karakteristik responden ditinjau berdasarkan usia yaitu 28 % responden berusia 11 -20 tahun, 28 % responden berusia 21-30 tahun dan 44 % responden berusia lebih dari 31 tahun. Tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Taman Rempoa Indah RW 02 bulan September No Pengetahuan N % 1 Rendah 0 0 2 Sedang 28 28 3 Tinggi 72 72 Total 100 100 32 Berdasarkan tabel diatas, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai kanker payudara. Namun terdapat 28 % responden yang berpengetahuan sedang tentang kanker payudara dan 72 % responden yang berpengetahuan tinggi tentang kanker payudara. Tabel 4.3 tabel tingkat pengetahuan pertanyaan berdasarkan usia No. Soal 1 N % 1. Benar 61 61.0 2. Mendekati Benar/ragu- 31 31.0 salah 8 8.0 Total 100 100 ragu 3. No. Soal 2 N % 1. Benar 62 62.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 22 22.0 3. Salah 16 16.0 Total 100 100 No. Soal 3 N % 1. Benar 55 55.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 37 37.0 3. Salah 8 8.0 Total 100 100 No. Soal 4 N % 1. Benar 34 34.0 2. Mnedekati benar/ragu-ragu 25 25.0 3. Salah 39 39.0 Total 100 100 N % No. Soal 5 33 1. Benar 46 46.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 33 33.0 3. Salah 21 21.0 Total 100 100 N % No. Soal 6 1. Benar 29 29.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 45 45.0 3. Salah 26 26.0 Total 100 100 N % No. Soal 7 1. Benar 35 35.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 46 46.0 3. Salah 19 19.0 Total 100 100 No. Soal 8 N % 1. Benar 66 66.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 25 25.0 3. Salah 9 9.0 Total 100 100 No. Soal 9 N % 1. Benar 51 51.0 2. Mendekati benar/ragu-ragu 32 32.0 3. Salah 17 17.0 Total 100 100 No. Soal 10 N % 1. Benar 21 21 2. Mendekati benar/ragu-ragu 14 14 3. Salah 65 65 34 Total 100 100 Analisis bivariat Tabel 4.4 hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Taman Rempoa Indah RW 02 bulan September Pengetahuan Usia Responden Rendah Sedang Tinggi Total N % n % N % 11-20 0 0 6 21,4 22 78,6 100 % 21-30 0 0 12 42,9 16 57,1 100 % 0 0 10 22,7 34 77,3 100 % Total 0 0 28 28 72 72 100 % >31 P value 0.118 35 Grafik 4.2 hubungan usia dengan pengetahuan kanker payudara responden di Taman Rempoa Indah RW 02 bulan September Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tidak ada responden yang memiliki pengetahuan rendah mengenai kanker payudara baik responden yang berusia 11sampai 20 tahun, 21 sampai 30 tahun, maupun responden yang berusia lebih dari 31 tahun. Dari uji statistic diperoleh Pvalue 0,118 artinya pada α 5 % tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan responden. 36 4.2 PEMBAHASAN Karakteristik responden yang mempengaruhi pengetahuan sikap dan perilaku seseorang. Diantaranya adalah, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan Seseorang dengan pendidikan tinggi diharapkan mempunyai pengetahuan sikap dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pengetahuannya lebih rendah. (Effendi,1996). Pengetahuan dan perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) mempunyai banyak waktu untuk mendapatkan informasi, sehingga diharapkan memiliki pengetahun, sikap dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja. (Effendi,1996) Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang maka semakin besar kebutuhannya terhadap informasi. Hal ini diikuti oleh pengetahuan, sikap, perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah. Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang atau petugas yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan,sikap,perilaku. Sumber informasi dari petugas kesehatan sesuai dengan kriteria diatas sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu tanda perkembangan sekunder bagi wanita adalah pertumbuhan payudara. Dengan adanya pertumbuhan payudara merupakan suatu tanda kedewasaan wanita untuk menjaga kesehatan payudara agar terhindar dari kanker payudara dimana sekarang mulai menjangkit pada usia muda maka untuk mencegah perlu pengetahuan yang cukup tentang penyebab terjadinya kanker payudara dan tanda gejala awal kanker payudara mulai usia sedini mungkin sehingga untuk selanjutnya dapat melakukan pencegahan terhadap kanker payudara. Usia yang semakin tinggi dari responden menunjukkan kemampuan dalam berpikir dan memahami semakin bertambah dan dalam mengambil keputusan sesuai apa yang dikehendaki dan menurut mereka benar serta sesuai dengan realita sesuai dengan pengalaman yang mereka peroleh. Hubungan antara ibu dan anak juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden karena peneliti juga memberikan kuesioner untuk dijawab kepada ibu dan anaknya, jika pengetahuan ibu akan kanker payudara baik, maka pengetahuan anak tersebut tentang kanker payudara juga akan baik karena ibunya memberikan edukasi kepada anaknya 37 tentang penyebab kanker payudara dan gejala tanda awal kanker payudara sehingga hasil jawaban termasuk memuaskan. Salah satu peran atau pencapaian tahap perkembangan dewasa awal bagi responden adalah menikah atau mulai hidup dengan pasangan. Menikah dan pernah mempunyai atau menyusui anak merupakan suatu stimulus untuk mempelajari tentang penyebab kanker payudara dan tanda gejala awal kanker payudara. Faktor sosial ekonomi yang bagus juga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden karena mereka akan langsung membeli majalah-majalah seputar kesehatan reproduksi khususnya payudara atau langsung ikut seminar tentang kesehatan reproduksi atau langsung periksakan diri mereka ke dokter spesialis bila terjadi sesuatu yang tidak biasa pada dirinya khususnya payudara. Seseorang yang kurang pergaulan, tidak suka membaca dan tidak pernah melihat acara-acara kesehatan. Terutama masalah kultur yang merasa tabu apabila melihat acara yang terkait dengan alat reproduksi misalnya payudara. Kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka terutama tentang penyebab kanker payudara dan tanda gejala awal kanker payudara. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan semakin tinggi usia semakin tinggi tingkat pengetahuan terhadap faktor penyebab kanker payudara sesuai dengan dasar teori yang ada tetapi tidak sesuai dengan hipotesis. Pengetahuan Usia Responden Rendah Sedang Tinggi Total N % N % N % 11-20 0 0 6 21,4 22 78,6 100 % 21-30 0 0 12 42,9 16 57,1 100 % 0 0 10 22,7 34 77,3 100 % Total 0 0 28 28 72 72 100 % >31 P value 0.118 Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan sikap dan perilaku bervariasi. Pada umumnya seseorang yang berusia lanjut sulit untuk menerima informasi baru sebagai penambah pengetahuan. Sebaliknya pada usia muda (20-40) lebih mudah menerima suatu informasi. (Effendi,1996). 38 4.3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil Hubungan Usia dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Faktor Risikonya di Kompleks Taman Rempoa Indah RW 02 Pada Bulan September Tahun 2010 terhadap 100 responden dapat ditarik kesimpulan bahwa: – 44 % wanita yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah berusia lebih dari 31 tahun. – 42,9 % wanita berusia 21-30 yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Faktor Risiko Kanker Payudara – 77,3 % wanita berusia lebih dari 31 tahun yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang Faktor Risiko Kanker Payudara – Persentase wanita yang tinggal di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah yang berusia lebih dari 31 tahun memiliki pengetahuan yang tinggi tentang Faktor Risiko Kanker Payudara (77,3 %) lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berusia 21-30 tahun yang memiliki pengetahuan tinggi tentang Faktor Risiko Kanker Payudara (57,1 %) – Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan pengetahuan wanita tentang faktor risiko kanker payudara di RW 02 Kompleks Taman Rempoa Indah. 4.4.SARAN Tingkat pengetahuan responden akan kanker payudara sudah termasuk baik akan tetapi pengetahuan tentang kanker payudara harus terus dijaga dan ditingkatkan agar angka kejadian kanker payudara di Indonesia khususnya di komplek taman rempoa indah dapat dikurangi. Adapun cara-caranya dapat dilakukan sebagai berikut: puskesmas kecamatan rempoa harus sering melakukan penyuluhan tentang kanker payudara agar pengetahuan masyarakat meningkat. Bagi seorang dokter kepala puskesmas ini merupakan suatu tantangan untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat rempoa tentang kanker payudara dan setiap ibu yang sudah mengetahui tentang bahaya kanker payudara harus memberikan edukasi kepada anak perempuannya sejak dini bahwa kanker payudara harus diwaspadai dan dicegah. 39 DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi V , Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 25 2. Arthur CG, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997. 3. Hartanto, Huriawati: Kamus Kedokteran Dorlan, EGC, Jakart, 2005. 4. Junquera LC,Carneiro J:.Histologi Dasar Teks dan Atlas, Edisi 10, EGC, Jakarta, 2007, p447-50 5. Kumar,V. Abbas: Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, 7th edition. Elseviers Saunders, China, 2006, p 75 6. Notoatmodjo, S: Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 32 7. Notoatmojo, S: Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 27 8. Prawirohardjo, S: Ilmu Kandungan, Edisi. 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2008, p486 9. Price, SA: Patofisiologi konsep klinis proses-proses perjalanan penyakit, edisi 6, Volume 2, EGC, Jakarta, 2006, p 1303 10. Ramli, M: Deteksi Dini Kanker, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002, p34 11. Underwood, JCO: Patologi Umum dan Sistematik, edisi 2, EGC, Jakarta, 1999. 12. Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007.Stanley L, Robbins. Buku Ajar Patologi.7th ed. Jakarta; EGC. 40 LAMPIRAN KUESIONER No. formulir : LAMPIRAN LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENGISI KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN WANITA DI KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH Rw.02 TENTANG FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA, PEMERIKSAAN DINI SERTA TANDA DAN GEJALANYA. Bersamaan lembar pernyataan ini, kami mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Pendidikan Dokter), sedang melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan wanita di kompleks taman rempoa indah Rw.02 tentang factor risiko kanker payudara , pemeriksaan dini, tanda dan gejalanya. Untuk mendapatkan data penelitian ini, kami mengharapkan kesediaannya dalam menjawab pertanyaan/kuisioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman Anda. Semua yang tercantum akan tertulis dalam kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. DATA UMUM IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Alamat Status Pernikahan Jumlah anak Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah 4. Tamat SMU 3. Tamat SD 5. Tamat Perguruan Tinggi 4. Tamat SMP 6. ..................................... 1. Ibu rumah tangga 4. Bidan/petugas kesehatan 2. Karyawan 5. Wiraswasta 3. Guru/Dosen 6. ......................................... Pengahasilan 1. Di bawah Rp. 500.000 4. Rp 5-10 juta keluarga/bulan 2. Rp 1- 2 Juta 5. Di atas Rp 10 juta 3. Rp 2- 5 Juta 6. Pekerjaan ....................................... 41 Pengahasilan 1. Suami keluarga/bulan 2. Istri 3. Anggota keluaraga lain DATA KHUSUS A. Pengertian dan penyebab kanker Payudara 1. Pengertian kanker adalah.. a. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu yang tidak terkendali b. Tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan organ tertentu c. Sel-sel abnormal akan berhenti tumbuh dengan sendirinya 2. Menurut anda, bagaimana kanker payudara ini dapat terjadi? a. Faktor Keturunan b. Adanya Pengaruh Hormon (zat tertentu dalam tubuh) c. Tertular oleh penderita lain B. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena kanker payudara. 3. Apakah ibu sudah tahu tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker payudara? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 4. Pada usia berapakah kanker payudara biasa terjadi? a. Usia > 30 Tahun b. Usia < 20 Tahun c. Usia Lanjut 5. Apakah memiliki keluarga yang menderita/pernah menderita kanker payudara dapat menjadi faktor yang menimbulkan kanker payudara? a. Ya b. Tidak 42 c. Ragu-ragu 6. Apakah wanita yang mendapat haid pertama pada usia muda (di bawah 10 tahun) dapat menjadi faktor yang menimbulkan kanker payudara? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 7. Apakah wanita yang tidak memiliki anak/ anak pertama lahir sesudah usia 30 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 8. Golongan usia manakah yang tersering menderita kanker payudara? a. Menengah (antara 30-50 tahun ) b. Muda (di bawah 30 tahun) c. Tua (di atas 50 tahun) 9. Menurut anda, apakah kanker payudara dapat mempengaruhi berat badan? a. Iya, berat badan menurun b. Iya, berat badan meningkat c. Tidak mempengaruhi berat badan 10. Status sosial ekonomi manakah yang lebih sering terkena penyakit kanker payudara? a. Sosial ekonomi menengah ke atas b. Sosial ekonomi menengah ke bawah c. Semua golongan 43