Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah

advertisement
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
A. Soehaimi
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung
Sari
Kajian seismogenetik menunjukkan pulau Jawa dengan sistem tektonik tunjamannya merupakan
bagian dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif (Jawa Barat bagian barat dan Sumatera) dan Satuan
Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Barat bagian barat – Jawa Tengah – Jawa Timur). Secara keseluruhan
daerah ini merupakan Daerah Rawan Gempa Bumi Indonesia No. VI, VII, VII dan IX. Di daerah ini gempa
bumi berkekuatan > 8,5 SR pernah terjadi (Jawa bagian barat), gempa bumi berkekuatan 7 SR sering
terjadi dan gempa bumi berkekuatan 5 - 6 SR umum terjadi (Jawa bagian selatan). Gempa bumi berpotensi
merusak Pulau Jawa umumnya berkekuatan > 5,6 SR dan merupakan gempa bumi lajur tunjaman selatan
Jawa yang berkedalaman dangkal < 30 km. Jarak sumber, kekuatan gempa bumi, kondisi geologi setempat
serta kepadatan penduduk dan infrastruktur sangat menentukan indeks kebencanaan dan risiko di Pulau
Jawa. Guna mewaspadai bahaya gempa bumi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, penilaian
risiko bahaya gempa bumi yang berbasiskan makrozonasi dan mikrozonasi kerentanan bencana dan risiko
gempa bumi merupakan hal utama dan mendasar yang diperlukan di berbagai wilayah tingkat provinsi,
kabupaten maupun kota yang terkait.
Kata kunci: Seismotektonik, seismogenetik, makro dan mikro zonasi, potensi bencana dan risiko
Abstract
A seismogenetic study shows the Jawa Island Arc and its subduction zone system belong to a highly active
seismotectonic arc unit (west Jawa and Sumatera) and an active seismotectonic arc unit (western part of
West Jawa – Central Jawa – East Jawa). In general, these regions are part of the Indonesian Earthquake
Hazard Zones No. VI, VII, VII and IX. The regions are characterized by the presence of rare earthquake of
magnitude > 8.5 Richter Scale (western part of Java), frequent magnitude of 7 Richter Scale and common
5 - 6 Richter Scale (Southern part of Java). The potential hazardous earthquake in Jawa that is > 5,6
Richter Scale of magnitude and shallow depth (< 30 km) is due to a subduction zone earthquake. Epicenter
distance, magnitude, geological site conditions, population, and infrastructure are the index of earthquake
hazard and risk in these regions. The earthquake hazard mitigation programme in the near future is a risk
assesment based on macro and microzonation of earthquake hazard and risk. These macrozonation and
microzonation assessments are essentially needed for provinces, districts, and cities.
Keywords: Seismotectonic, seismogenetic, macro and micro zonation, potential hazard and risk
Latar Belakang
perlu dilakukan suatu kajian mendasar seismotektonik yang berbasiskan asal-usul kejadian gempa
bumi (seismogenetik), serta menentukan wilayahwilayah potensi gempa bumi serta bahaya yang
ditimbulkan. Risiko bahaya gempa bumi sangat
ditentukan oleh kepadatan penduduk dan infrastruktur di suatu wilayah yang telah dinyatakan rawan
bencana dan risiko gempa bumi. Daerah-daerah
Pulau Jawa merupakan wilayah Indonesia yang
paling padat penduduk dan infrastrukturnya. Berdasarkan tataan seismotektoniknya, Pulau Jawa
ini merupakan bagian dari satuan seismotektonik
busur sangat aktif dan busur aktif (Gambar 1). Guna
mewaspadai bencana gempa bumi di kawasan ini
227
228
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Laut Cina Selatan
Laut Arafura
Gambar 1. Peta Satuan Seismotektonik Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2003).
yang mempunyai infrastruktur dan penduduk padat
tersebut berada di kota-kota besar sepanjang lajur
potensi bahaya gempa bumi, seperti Pelabuhanratu,
Bogor, Jakarta, Sukabumi, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Malang, Surabaya, serta kota-kota kecil lainnya sebagai penyangga kota besar tersebut.
Puslitbang Geologi (Pusat Survei Geologi) sejak
tahun 1979 telah melakukan penelitian dan pemetaan
seismotektonik di berbagai wilayah rawan bencana
gempa bumi Indonesia (Gambar 2). Selain itu, juga
telah dilakukan kajian-kajian bersifat mendasar mengenai penilaian risiko gempa bumi untuk kota-kota
besar yang dinyatakan rawan bencana/risiko gempa
bumi sebagai upaya menyiapkan data dasar mitigasi
risiko gempa bumi.
Tujuan
Tujuan upaya ini adalah melakukan kajian,
evaluasi, dan analisis terhadap kondisi seismotektonik Jawa sebagai data dasar kebencanaan gempa
bumi, serta menentukan keberadaan lajur sumber
gempa bumi yang berpotensi menimbulkan bencana
gempa bumi.
Metodologi
Metodologi yang diterapkan dalam kajian ini
adalah sebagai berikut:
• Kajian, evaluasi dan analisis data sekunder geologi (struktur geologi aktif) wilayah yang dikaji,
geofisika (kegempaan) sebagai paramerter dasar
bidang seismotektonik
• Pembuatan peta makro dan mikrozonasi kerentanan bencana dan risiko gempa bumi daerah rawan
bahaya gempa bumi (data dasar mitigasi).
Geologi Regional
Empat data dasar kondisi geologi regional Jawa
yang sangat berperan dalam kajian ini, yakni tektonik regional, bentang alam regional, kondisi dan
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
229
Gambar 2. Peta rawan bencana gempa bumi Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2004).
sebaran batuan, serta struktur geologi, khususnya
struktur geologi aktif.
Tektonik Regional
Tektonik regional wilayah Jawa dikontrol oleh
tektonik tunjaman selatan Jawa. Akibat tunjaman
tersebut terbentuk struktur-struktur geologi regional di wilayah daratan Jawa. Struktur tersebut
dapat diamati di daratan Jawa bagian barat hingga
Jawa bagian timur, di antaranya Sesar Banten,
Sesar Cimandiri, Sesar Citarik, Sesar Baribis, Sesar
Citanduy, Sesar Bumiayu, Sesar Kebumen – Semarang - Jepara, Sesar Lasem, Sesar Rawapening,
Sesar Opak, Sesar Pacitan, Sesar Wonogiri, Sesar
Pasuruan, dan Sesar Jember.
Bentang Alam
Bentang alam regional yang juga dikenal sebagai
lajur fisiografi Jawa secara umum dapat dibagi atas
tiga bagian. Untuk wilayah Jawa Barat dikenal sebagai Lajur Pegunungan Selatan Jawa Barat, Lajur
Bentang alam Jawa Barat, Palung Bogor, Dataran
Pantai Utara Jawa Barat serta Kubah Bayah. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah dan Timur dikenal
sebagai Lajur Pegunungan Selatan Jawa Tengah dan
Timur, Lajur Bentang alam Jawa Tengah dan Timur,
Depresi Solo, Lajur Pegunungan AntiklinoriumSinklinorium Kendeng dan Rembang, Lajur Depresi
Randublatung serta Lajur Pantai Utara Jawa Tengah
-Timur. Batas masing - masing lajur tersebut kadangkadang merupakan batas struktur geologi regional,
misalnya batas selatan Lajur Depresi Randublatung dan utara Lajur Pegunungan AntiklinoriumSinklinorium Kendeng. Diduga kontak antara
keduanya sebagai kontak struktur regional Jawa
yang disebut sebagai terusan Sesar Busur Belakang
Bali, ke arah barat disebut sebagai Sesar Baribis.
Selain lajur - lajur utama tersebut di atas dikenal
230
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
juga cekungan-cekungan, seperti Cekungan Jakarta,
Cekungan Bandung, Cekungan Citanduy, Cekungan
Gajahmungkur, dan lain lain.
Litologi
Batuan penyusun wilayah Jawa berdasarkan
peta geologi Lembar Jawa bagian Barat (Ratman
drr., 1998), Lembar Jawa bagian Tengah (Amin
drr., 1999) dan Lembar Jawa bagian Timur (Gafoer drr., 1999), terdiri atas batuan sedimen laut,
batuan malihan, batuan beku dan batuan rombakan.
Batuan sedimen laut dapat dijumpai di Palung Bogor, Jawa Barat, Lajur Pegunungan AntiklinoriumSinklinorium Kendeng dan Rembang, serta Depresi
Randubelatung. Sementara batuan bentang alam
umumnya dijumpai di sepanjang lajur bentang alam
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Batuan
terobosan dan malihan dijumpai pada lajur-lajur
lemah sepanjang sesar dan bentang alam. Batuan
rombakan berupa kolovium dan aluvium dijumpai
di kaki dan lereng bentang alam atau gawir-gawir
sesar, dataran pantai selatan dan utara Jawa. Selain
itu, batuan serupa dapat dijumpai pada cekungancekungan pengendapan Kuarter, seperti Cekungan
Bandung, Cekungan Jakarta, Cekungan Citanduy,
Cekungan Gajahmungkur, Dataran Semarang, dan
Dataran bentukan delta seperti Mauk, Kendal, dan
Citarum.
Kegempaan Regional
Kegempaan regional wilayah Jawa dapat dibagi
atas dua kelompok kegempaan, yakni kegempaan
U
Gambar 3. Blok diagram morfologi kedalaman gempa bumi Lajur Penunjaman Selatan Jawa - Bali.
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
231
lajur tunjaman selatan Jawa dan kegempaan lajur
sesar aktif Jawa. Gempa bumi lajur tunjaman Jawa
dijumpai berkedalaman dangkal hingga dalam
(0 – 400 km) (Gambar 3). Gempa bumi di lajur
tunjaman ini umumnya tercatat berkekuatan >4
SR. Gempa bumi berkekuatan besar di wilayah
Jawa ini dapat mencapai 8,5 SR, terutama di Jawa
bagian barat, sedangkan yang berkekuatan 5 – 6 SR
sering terjadi di wilayah Jawa bagian selatan (NEIC,
USGS, 2006). Wilayah Jawa ini merupakan daerah
rawan bencana gempa bumi Indonesia No. VI, VII,
VIII, dan IX (Puslitbang Geologi, 2004). Gempa
bumi lajur tunjaman ini umumnya memperlihatkan
mekanisme gempa bumi sesar naik, gempa bumi
bermekanisme sesar normal dapat juga terjadi pada
lajur ini, terutama pada kedalaman >300 km di
sebelah utara Jawa. Gempa bumi dengan mekanisme
normal tersebut disebabkan oleh proses peregangan
(extension) pada lajur di bawah rumpang gempa
bumi (seismic gap).
Gempa bumi berkedalaman dangkal (< 30 km)
yang berpusat pada lajur sesar aktif memperlihatkan mekanisme sesar naik, geser, dan normal.
Gempa bumi bermekanisme sesar naik telah terjadi
pada lajur Sesar Cimandiri pada peristiwa gempa
bumi Gandasoli Sukabumi (1982) dan gempa
bumi Cibadak Sukabumi (2000). Gempa bumi
Majalengka 1990 bermekanisme sesar naik telah
terjadi pada lajur sesar naik Baribis. Gempa bumi
bermekanisme sesar mendatar menganan telah
terjadi di lajur sesar geser Bumiayu pada peristiwa
gempa bumi Bumiayu (1995). Demikian pula halnya pada peristiwa gempa bumi Yogyakarta (2006)
yang memperlihatkan mekanisme sesar mendatar
mengiri.
selatan Jawa ini merupakan bagian dari Lempeng
tektonik Samudra Hindia – Australia yang menunjam di bawah bagian Lempeng tektonik Benua
Asia – Eropa. Berdasarkan penampakan morfologi
kedalaman kegempaannya, lajur tunjaman selatan
Jawa ini dapat dibagi atas enam lajur, yakni Lajur
Selat Sunda, Lajur Jawa Barat Bagian Barat, Lajur
Jawa Barat Bagian Timur - Jawa Tengah Bagian Barat, Lajur Jawa Tengah Bagian Timur-Jawa Timur
Bagian Barat, Lajur Jawa Timur Bagian Timur
- Madura, dan Lajur Bali. Batas antara lajur satu
dengan lajur lainnya diperlihatkan oleh perbedaan
sudut kemiringan tunjamannya dari satu tempat
ke tempat lainnya dan disebut sebagai rumpang
gempa bumi mendatar. Dari wilayah Jawa bagian
barat hingga Jawa bagian timur sudut tunjaman
tersebut makin tegak. Rumpang gempa bumi tegak
pada lajur tunjaman ini juga dapat ditemui pada
kedalaman bervariasi antara 250 - 350 km. Lajur
seismotektonik sesar aktif daratan Jawa berkaitan
erat dengan keberadaan struktur sesar aktif, di
antaranya lajur seismotektonik sesar aktif Banten,
lajur seismotektonik sesar aktif Cimandiri, lajur
seismotektonik sesar aktif Citarik, lajur seismotektonik sesar aktif Baribis, lajur seismotektonik sesar
aktif Citanduy, Lajur seismotektonik sesar aktif Bumiayu, Lajur seismotektonik Kebumen – Semarang
- Jepara, lajur seismotektoniksesar aktif Lasem,
lajur seismotektonik sesar aktif Rawapening, lajur
seismotektonik sesar aktif Opak, lajur seismotektonik sesar aktif Pacitan, lajur seismotektonik
sesar aktif Wonogiri, lajur seismotektonik sesar
aktif Pasuruan, dan lajur seismotektonik sesar aktif
Jember. Peta seismotektonik Jawa diperlihatkan
dalam Gambar 4.
Seismotektonik Regional
Transek Seismotektonik Jawa
Seismotektonik merupakan ilmu pegetahuan
yang mempelajari tentang hubungan antara tektonik, khususnya struktur geologi dengan kejadian
gempa bumi (seismogenetik) serta bahaya ikutannya (Pavoni, 1987). Berdasarkan kondisi hubungan
antara tektonik dan kegempaannya, Pulau Jawa
dapat dibagi menjadi dua lajur seismotektonik,
yakni lajur seismotektonik tunjaman selatan Jawa
dan lajur seismotektonik sesar sesar aktif daratan
Jawa. Karakteristik lajur seismotektonik tunjaman
Transek seismotektonik Jawa ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi kegempaan Jawa, dengan
tujuan mendapatkan gambaran mengenai ancaman
bahaya gempa bumi yang berasal dari sumber
gempanya (lajur sumber gempa bumi tunjaman
dan sesar aktif) terhadap tempat-tempat tertentu
dan terpilih di Jawa, seperti ibu kota provinsi dan
kabupaten serta kota-kota kecil penyangga di sekitarnya. Dalam kajian ini telah dibuat sistem seismotektonik transek Pelabuhanratu – Bogor – Jakarta
232
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Skala 1 : 2.750.000
Gambar 4. Peta Seismotektonik Jawa dan Bali (Pusat Survei Geologi, 2005).
(Gambar 5), seismotektonik transek Sindangbarang
– Bandung – Purwakarta (Gambar 6), seismotektonik transek Cilacap – Bumiayu (Gambar 7),
seismotektonik transek Yogyakarta – Semarang
(Gambar 8), dan seismotektonik transek Jember –
Surabaya (Gambar 9). Pada kelima sistem transek
seismotektonik Jawa ini terlihat adanya hubungan
antara sebaran pusat-pusat gempa bumi dengan sistem tektonika dan struktur geologi untuk masingmasing wilayah. Mekanisme fokal sejumlah gempa
bumi berkekuatan > 5 SR berasosiasi dengan lajur
tunjaman selatan Jawa, maupun mekanisme fokal
gempa-gempa yang berasosiasi dengan sesar-sesar
aktif di daratan Jawa. Gempa-gempa lajur tunjaman
pada sistem transek Jawa ini umumnya memperlihatkan mekanisme fokal sesar naik (gempa bumi
tunjaman antarlempeng). Beberapa di antaranya
terlihat mempunyai mekanisme fokal sesar normal
(gempa bumi tunjaman dalam lempeng). Selain itu,
gempa bumi bermekanisme fokal sesar normal ini
dapat dijumpai berasosiasi dengan lajur tunjaman
di bawah rumpang gempa bumi sistim tunjaman
Jawa. Gempa bumi bermekanisme sesar mendatar
jarang dijumpai pada sistem tunjaman ini. Pada
lajur lajur sesar aktif daratan Jawa di sistem transek
ini dijumpai bermekanisme sesar naik dan sesar
geser (NEIC, USGS, 2006). Mekanisme fokal sesar
naik dimiliki gempa bumi Gandasoli (1982) dan
gempa bumi Majalengka (1990). Mekanisme sesar
mendatar dimiliki gempa bumi Bumiayu (1994)
dan gempa bumi Yogyakarta (2005).
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
-5,50N
106,40E
106,50E
106,60E
106,70E
106,80E
106,90E
107,00E
107,10E
-5,60N
-5,50N
-5,60N
0
-5,7 N
-5,70N
-5,80N
-5,80N
-5,90N
-5,90N
LEGENDA
GEOLOGI
1
2
3
4
5
1. Endapan Dataran Banjir
2. Endapan Rawa
3. Endapan Laut Dangkal
4. Endapan Pantai
5. Endapan Sungai Muda
Aluvium Pantai
Gosong Pantai Utara Jakarta
Endapan Pantai Citanglar
Teras Sungai
Muda
Gosong Pantai
Selatan
Fluvial G. Gede, G. Pangrango, G. Salak
-6,00N
-6,00N
-6,10N
-6,10N
Lava Holosen G. Gede
Breksi Lahar Holosen G. Gede
-6,20N
Lahar Holosen Pangrango
Andesit Holosen Hornblenda G. Endut
Lahar - Lava Holosen Pangrango
Lava Holosen G. Salak
Lava Basalt Plistosen G. Geger Bentang
Lahar Plistosen G. Salak
Breksi Plistosen G. Kencana - Limo
Tuf Plistosen G. Salak
Tuf batuapung Plistosen G. Gede Tua
-6,20N
-6,30N
-6,30N
-6,40N
-6,40N
Breksi Plistosen G. Kencana
Breksi - Lava Plistosen Tidak Teruraikan
G. Kencana
Batupasir Tufaan ?
Lava Plistosen Komplek Gunung Besar
Breksi Gunungapi Tua ?
Batuan Sedimen laut Tersier
-6,50N
-6,50N
-6,60N
-6,60N
-6,70N
-6,70N
-6,80N
-6,80N
Batuan Metamorfik Pra Tersier
0
-6,9 N
0
-6,9 N
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur Lipatan
Tunjaman Tua Kapur Awal (di duga)
Lajur Sesar
Tunjaman Selatan Jawa
Sesar Geser
Kawah
Sesar Naik
Percepatan Tanah Maksimum Pada
Batuan Periode 100 Tahun
Sesar Normal
-7,00N
-7,00N
-7,10N
-7,10N
-7,20N
-7,20N
-7,30N
-7,30N
KEGEMPAAN
Kecil mb < 5
Dangkal < 30 Km
Sedang 6 > mb < 5
Sedang 31 < 99 Km
Besar mb < 6
Gempa Merusak
-7,40N
-7,40N
-7,50N
-7,50N
-7,60N
-7,60N
-7,70N
-7,70N
-7,80N
-7,80N
-7,90N
-7,90N
-8,00N
-8,00N
-8,10N
-8,10N
-8,20N
-8,20N
-8,30N
-8,30N
-8,40N
-8,40N
-8,50N
-8,50N
Dalam > 100 Km
Mekanisme Fokal
KETERANGAN
Ibukota Negara
Ibukota Kabupaten/Kota
Kota Lain
Jalan Tol
Jalan Utama
Jalan Lain
Jalan Kereta
Sungai
0
-8,6 N
-8,60N
-8,70N
-8,70N
0
-8,8 N
-8,80N
-8,90N
-8,90N
-9,00N
-9,00N
-9,10N
-9,10N
-9,20N
-9,20N
0
-9,3 N
-9,30N
-9,40N
-9,40N
-9,50N
-9,50N
-9,60N
PENAMPANG GEMPA BUMI SELATAN - UTARA
SKALA
1 : 400.000
-9,60N
106,40E
106,50E
106,60E
106,70E
106,80E
106,90E
107,00E
107,10E
Gambar 5. Peta seismotektonik daerah Pelabuhanratu - Bogor - Jakarta (Soehaimi drr., 2007).
233
234
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
1070 E
-5,50 S
107,50 E
1080 E
-5,50 S
LEGENDA
GEOGRAFI
0
Kota
Provinsi
Jalan
Tol
Jalan
Lain
Danau
Kota
Kabupaten/Kota
Jalan
Utama
Jalan
Kereta
Gunung
Kota Lain
Jalan
Raya
Sungai
-6,0 S
0
-6,0 S
GEOLOGI
BATUAN
-6,50 S
-6,50 S
Endapan Aluvium Sungai (Holosen)
1. Endapan Pantai (Holosen)
2. Endapan Gosong Pantai (Holosen)
3. Endapan Delta (Holosen)
Endapan Limbah Banjir
(Kuarter-Holosen)
Endapan Fluvial
Gunungapi Tangkuban Perahu
(Kuarter-Holosen)
-7,00 S
-7,00 S
Endapan Undak Sungai Tua
(Kuarter-Holosen)
Endapan Kipas
Runtuhan Gunungapi
(Kuarter-Holosen)
Endapan Danau
Bandung
(Kuarter-Holosen)
Endapan Gunungapi Sunda
teruraikan
(Kuarter Atas)
Endapan Gunungapi
Sunda Tua
(Kuarter Bawah)
Endapan Gunungapi Tertua (Kuarter Bawah)
Breksi Tuf
(Plistosen)
Sedimen Laut
(Miosen)
-7,50 S
-7,50 S
STRUKTUR GEOLOGI
Lipatan dan
Stuktur Antiklin
Sesar Naik
Gawir Kawah Tua
Gunungapi
Sesar Geser
Sesar Normal
Tunjaman
0
-8,0 S
0
-8,0 S
KEGEMPAAN
Kompresi
Kecil
Mb < 5
Dangkal
< 30 km
Sedang
6 > mb > 5
Sedang
31 - 100 km
Besar
Mb > 6
Dalam
> 130 km
Mekanisme Fokal
-8,50 S
-8,50 S
Delatasi
Pusat Gempabumi
Merusak
PENAMPANG GEMPABUMI SELATAN - UTARA
-9,00 S
-9,00 S
-9,50 S
-9,50 S
-10,00 S
-10,00 S
,
U
B
T
S K A LA
1 : 470.000
Centimeter
Kilometer
S
1070 E
107,50 E
1080 E
Gambar 6. Peta seismotektonik Lajur Sindangbarang - Bandung - Purwakarta (Soehaimi & Setianegara, 2007).
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
1090 30’ 0”
1100 00’ 0”
1100 30’ 0”
1110 00’ 0”
-50 00’ 0”
LEGENDA
GEOLOGI
Aluvium Holosen (Endapan Pantai, Rawa, dan Sungai)
Endapan Gosong Pantai
Selatan jawa
Endapan Gunungapi Holosen
G. Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Dieng dan Slamet
Endapan Gunungapi Plistosen (G. Dieng)
Endapan Sedimen Laut Tersier
Batuan Aneka (Bancuh) Pra-Tersier
STRUKTUR GEOLOGI
Lipatan
Tunjaman Tua Kapur Awal
(diduga)
Lajur Sesar
Tunjaman Tua Kapur Akhir
(diduga)
Sesar Geser
Tunjaman Selatan Jawa
(sekarang)
Sesar Naik
Sesar Normal
KEGEMPAAN
Kecil Mb < 5
Dangkal < 30 km
Sedang 6 > mb > 5
Sedang 30 - 99 km
Besar Mb > 6
Dalam > 100 km
Gempa Merusak
Mekanisme Fokal
PENAMPANG GEMPABUMI SELATAN - UTARA
,
U
B
T
S
S K A L A 1 : 470.000
Kilometer
Gambar 7. Peta seismotektonik Transek Yogyakarta - Semarang (Soehaimi drr., 2006).
235
236
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
1080 30’
1080 45’
1090 00’
1090 15’
1090 30’
- 60 15’
LEGENDA
- 60 30’
GEOLOGI
Aluvium Holosen (Endapan Pantai, Rawa, dan Sungai)
Lahar Gunungapi Muda Holosen
(G. Slamet)
- 60 45’
Lava Gunungapi Muda Holosen
(G. Slamet)
Endapan Teras Sungai Serayu
Endapan Beting Pantai
Breksi tidak Teruraikan
- 70 00’
Breksi Gunungapi Tua Plistosen (G. Dieng)
Endapan sedimen Laut Tersier
- 70 15’
STRUKTUR GEOLOGI
- 70 30’
Lipatan
Tunjaman Tua Kapur
Awal (diduga)
Lajur Sesar
Tunjaman Selatan
Jawa
Sesar Geser
Sesar Naik
- 70 45’
Sesar Normal
KEGEMPAAN
- 80 00’
- 80 15’
Mb < 5
Dangkal < 30 km
6 > mb > 5
Sedang 30 - 99 km
Mb > 6
Dalam > 100 km
Gempa Merusak
Mekanisme Fokal
- 80 30’
- 80 45’
PENAMPANG GEMPABUMI SELATAN - UTARA
- 90 00’
Samudera Indonesia
Pulau Jawa
- 90 15’
Kedalaman Dalam Km
- 90 30’
- 90 45’
- 100 00’
,
U
B
S K A L A 1 : 350.000
T
S
- 100 15’
Gambar 8. Peta seismotektonik Transek Cilacap - Bumiayu (Soehaimi drr., 2007).
Laut Jawa
1130 12’
1130 00’
1120 45’
1120 30’
1120 15’
1120 00’
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
- 50 30’
LEGENDA
- 50 45’
GEOLOGI
Aluvium Pantai, Sungai, Rawa (Holosen)
- 60 00’
Sedimen Gunungapi Kelut (Holosen)
- 60 15’
Sedimen Gunungapi (Kuarter/Pleistosen)
Sedimen Laut (Tersier/Pliosen)
- 60 30’
Sedimen Laut (Tersier/Miosen)
- 60 45’
- 70 00’
STRUKTUR GEOLOGI
- 70 15’
Lipatan
Tunjaman Tua Kapur
Awal (diduga)
Lajur Sesar
Tunjaman Selatan
Jawa
Sesar Geser
- 70 30’
Sesar Naik
Sesar Normal
- 70 45’
- 80 00’
KEGEMPAAN
- 80 15’
- 80 30’
Mb < 5
Dangkal < 30 km
6 > mb > 5
Sedang 30 - 99 km
Mb > 6
Dalam > 100 km
Gempa Merusak
Mekanisme Fokal
- 80 45’
- 90 00’
- 90 15’
- 90 30’
PENAMPANG GEMPABUMI SELATAN - UTARA
- 90 45’
- 100 00’
- 100 15’
- 100 30’
- 100 45’
- 110 00’
,
U
- 110 15’
B
S K A L A 1 : 500.000
T
S
- 110 30’
Gambar 9. Peta seismotektonik Transek Surabaya Jember (Soehaimi drr., 2007).
237
238
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Peringatan Dini Bahaya Gempa Bumi
Peringatan dini bahaya gempa bumi adalah
suatu upaya yang dapat dilakukan sebelum terjadi
bahaya gempa bumi. Upaya tersebut berupa suatu
upaya tindakan nyata berupa kajian-kajian yang
mendasar terhadap fenomena alam gempa bumi,
yakni penelitian seismotektonik yang berbasiskan
asal-usul kejadian gempa bumi (seismogenetic) di
suatu daerah yang telah dinyatakan sebagai daerah
rawan bencana gempa bumi untuk tingkat provinsi
dan kabupaten.
Penelitian seismotektonik di tingkat provinsi
dan kabupaten ditekankan pada penelitian terhadap
struktur geologi aktif yang bersifat regional dan lokal
di suatu kawasan yang mempunyai catatan gempa
bumi merusak masa lalu dan bertindak sebagai lajur
sumber gempa bumi. Penelitian tersebut sebaiknya
ditekankan pada hubungan antara kondisi geologi
(tektonik, bentang alam, struktur geologi, batuan
dan tanah) dengan kegempaan wilayah (episentrum,
-110015’
-110020’
-110025’
kedalaman, kekuatan, mekanisme fokal, intensitas
dan percepatan serta respons tanah setempat terhadap getaran alami). Sementara evaluasi bencana
dan penilaian risiko berbasiskan pada kepadatan
penduduk dan infrastuktur serta tata guna lahan
yang ada. Untuk tingkat kota, dibutuhkan parameter
yang sama, namun dilakukan dalam skala yang lebih
terperinci.
Pembagian wilayah (zonasi) berdasarkan
karakteristik daya dukung lahan terhadap bencana
dan risiko gempa bumi (makro dan mikrozonasi)
merupakan hal pokok dan mendasar dalam antisipasi secara dini. Selain itu, sosialisasi mengenai
feno-mena alam gempa bumi dan bahaya yang
ditimbulkannya serta penyelamatan diri bila terjadi
gempa bumi merupakan hal pokok dan mendasar
untuk dilakukan, khususnya di daerah rawan bencana gempa bumi. Contoh peta mikrozonasi serta
matriks kerentanan bencana dan risiko gempa bumi
wilayah Yogyakarta masing-masing ditampilkan
dalam Gambar 10 dan Tabel 1.
-110030’
LEGENDA
Geografi
Skala 1 : 85.000
Garis
Kontur
U
B
Jalan
Endapan Teras Sungai
(Holosen)
Geologi
-7050’
Aluvium Holosen
Endapan Teras Sungai
(Holosen)
Endapan Gosong Pantai
(Holosen)
Endapan Rombakan
(Detris/Holosen)
Endapan Gunung Api
Merapi(Kuarter)
Satuan Tuf(Formasi
Sambiputu/Tersier)
Endapan Batugamping
Formasi Sentolo/Tersier
Satuan Breksi Formasi
Ngalangan/Tersier
Satuan Breksi Andesit
Formasi Kebobuntak/Tersier)
Satuan Napal-BatugampingFormasi Kepek/
Satuan Batugamping TerumbuFormasi Wonosari/Tersier)
Struktur Geologi
-7055’
T
S
Sungai
-7045’
Satuan Tuf
(Formasi Semilir/Tersier)
Neotektonik
Sesar Naik
Gosong Pantai
Sesar Mendatar
Teras Sungai
Sesar Normal
Analisis Karbon
Lajur Sesar
Sesar Gempa
Gawir Sesar
Pebukitan
Jurus dan Kemiringan
Batuan
Longsoran Gempa
Analisis Struktur
Geologi
Cekungan Depresi Sesar
(Full Apart Basin)
Kegempaan
-8000’
Pusat Gempabumi
27 Mei 2006
Stasiun Pengamatan Gempa Bumi
Pusat Survei geologi
Pusat Gempa bumi Susulan
dan Gempa bumi Makro
Mekanismepokal
Rusuk Berat
Rusuk Sedang
-8005’
Rusuk Ringan
Gempa bumi Susulan (Hasil
Pengamatan Stasiun P3G)
Klasifikasi Bencana dan Risiko Gempa Bumi Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya
< 0,1 Detik (stabil)
0,1 - 0,2 Detik (Kerentanan
Rendah)
0,2 - 0,3 Detik
(Kerentanan Sedang)
0,3 - 0,4 Detik (Kerentanan
Tinggi)
> 0,4 Detik (Kerentanan Sangat Tinggi)
Gambar 10. Peta mikrozonasi kerentanan bencana dan risiko gempa bumi wilayah Yogyakarta dan sekitarnya (Marjiyono
drr., 2006).
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi)
239
Tabel 1. Matriks Bencana dan Risiko Gempa Bumi Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya (Marjiyono drr., 2006)
BENTANG
ALAM
BATUAN DAN
SIFAT FISIK
KEGEMPAAN
TATA GUNA LAHAN
KERENTANAN
SANGAT
TINGGI
Umumnya
dataran
lembah
Sungai dan
Lereng Bukit
Endapan Gunungapi
Merapi, aluvium s.
opak dan rombakan.
bersifat lepas, mudah
digali.
Intensitas
maksimum
vii – viii, mmi,
perioda dominan
> 0,4 detik
50% pemukiman penduduk,
40% persawahan, 10%
perkebunan, kecamatan
Piyungan, Pleret, Sewon,
Jetis, Imogiri, Bambang,
Lipuro, Pundong, Kretek,
Kota Gede, Pajangan.
Guncangan
tanah kuat,
sesar gempa,
retakan
tanah, serta
pelulukan
Pengerasan lahan fondasi,
fondasi kuat pada tanah
keras, rumah tahan gempa
menjauhi tebing dan
lembah terjal.
KERENTANAN
TINGGI
Dataran,
lembah
sungai dan
lereng bukit
Endapan Gunungapi
Merapi, aluvium s.
Opak, rombakan dan
Breksi. mudah digali,
sukar digali.
Intensitas
maksimum vii,
mmi, perioda
dominan 0,3 0,4 detik
40% pemukiman penduduk,
30% persawahan, 30%
perkebunan, kecamatan
Piyungan, Pleret, Sewon,
Jetis, Imogiri, Bambang,
Lipuro, Pundong, Kretek,
Kota Gede, Pajangan.
Guncangan
tanah kuat,
sedang
retakan
tanah, serta
pelulukan
Pengerasan lahan fondasi,
fondasi kuat pada tanah
keras dan batuan dasar
(breksi), rumah tahan
gempa menjauhi tebing dan
lembah terjal.
kERENTANAN
SEDANG
Dataran dan
lereng bukit
Endapan Gunungapi
Merapi, aluvium
s. Opak, rombakan
dan breksi serta
batugamping. mudah
digali, sukar digali.
Intensitas
maksimum v - vi,
mmi, perioda
dominan 0,2 0,3 detik
40% pemukiman penduduk,
40% persawahan, 20%
perkebunan, kecamatan
Piyungan, Pleret, Sewon,
Jetis, Imogiri, Bambang,
Lipuro, Pundong, Kretek,
Kota Gede, Pajangan.
Guncangan
tanah
sedang,
retakan
tanah.
pengerasan lahan fondasi,
fondasi kuat pada tanah
keras dan batuan dasar
(breksi, batu gamping),
rumah tahan gempa
menjauhi tebing terjal.
KERENTANAN
RENDAH
Dataran,
lembah
sungai, dan
lereng Bukit
Endapan Gunungapi
Merapi, breksi dan
Batugamping. mudah
digali, sukar digali.
Intensitas
maksimum v,
mmi, perioda
dominan 0,1 0,2 detik
40% pemukiman penduduk,
30% perkebunan dan hutan,
kecamatan Kashian, Sanden,
Pandak, Pajangan.
Guncangan
tanah
sedang,
retakan
tanah.
Fondasi kuat pada tanah
keras dan batuan dasar
(breksi, batugamping,
endapan gunungapi
merapi), rumah tahan
gempa, menjauhi tebing
terjal.
KERENTANAN
SANGAT
RENDAH /
STABIL
Dataran,
Lereng
Bukit, Dan
Perbukitan
Endapan Gunungapi
Merapi, breksi dan
Batugamping. mudah
digali, sukar digali.
Intensitas
maksimum iv,
mmi, perioda
dominan < 0,1
detik
20% pemukiman penduduk,
50% persawahan, 30% hutan,
kecamatan Gadean, Ngaglik,
Depok, Brebah, Piyungan,
Patuk, Dlingo, Karangrejo,
Parang Teritis, Sanden.
Guncangan
tanah sedang
– ringan.
Rumah sederhana tahan
gempa, menjauhi tebing
dan lembah berdindinga
terjal.
LAJUR
Kesimpulan
1. Pulau Jawa dengan sistem tektonik tunjamannya
merupakan bagian dari Satuan Seismotektonik
Busur Sangat Aktif (Jawa Barat bagian barat) dan
Satuan Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Barat
bagian barat – Jawa Tengah – Jawa Timur).
2. Pulau Jawa merupakan Daerah Rawan Gempa
bumi Indonesia VI, VII, VIII dan IX (Puslitbang Geologi, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, 2004). Di daerah ini gempa bumi
berkekuatan > 8,5 SR pernah terjadi, gempa bumi
berkekuatan 7 SR sering terjadi dan gempa bumi
berkekuatan 5 – 6 SR umum terjadi (Jawa).
3. Gempa bumi berpotensi merusak pulau Jawa
umumnya berkekuatan > 5,6 SR dan merupakan gempa bumi lajur tunjaman selatan Jawa
berkedalaman dangkal < 30 km. Jarak sumber,
kekuatan gempa bumi, kondisi geologi setem-
BENCANA
/ Risiko
REKOMENDASI
pat serta kepadatan penduduk dan infrastruktur
sangat menentukan indeks kebencanaan dan
risikonya.
4. Guna mewaspadai bahaya bencana gempa bumi
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang,
penilaian risiko bahaya gempa bumi yang berbasiskan makrozonasi dan mikrozonasi kerentanan
bencana dan risiko gempa bumi merupakan hal
pokok dan mendasar untuk segera dilakukan
untuk tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Ucapan Terima Kasih---Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan Y. Sopyan,
Marjiyono, dan R. Setianegara atas segala masukan dan
diskusi yang sangat berharga selama proses penyusunan
makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Kepala Pusat Survei Geologi atas izinnya untuk
menerbitkan makalah ini di dalam Jurnal Geologi Indonesia,
Badan Geologi.
240
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Acuan
Marjiyono, Soehaimi. A., dan Djuanda, A., 2006. Peta Zonasi
Kerentanan Bencana Gempa Bumi Daerah Yogyakarta
dan sekitarnya, skala 1 : 65.000. Pusat Survei Geologi,
Bandung.
Pavoni, N., 1987. Guidelines for the Construction of Seismotectonic maps, European Seismological Commission
(E.S.C.), Genoa, Italy.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2004. Peta
Rawan Bencana Gempa Bumi, Skala 1:10.000.000.
Soehaimi. A., Sopyan, Y., 2005. Peta Seismotektonik Jawa
dan Bali, skala 1:2.750.000. Pusat Survei Geologi,
Bandung.
Soehaimi. A., Sopyan, Y., dan Marjiyono, 2006. Peta
Naskah diterima : 23 Maret 2008
Revisi terakhir : 26 November 2008
Seismotektonik Daerah Jogyakarta - Semarang, skala
1:450.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.
Soehaimi. A., Setianegara, R., dan Marjiyono, 2006. Peta
Seismotektonik Daerah Pelabuhan Ratu - Bogor
- Jakarta, skala 1:400.000. Pusat Survei Geologi,
Bandung.
Soehaimi. A., Setianegara, R., 2006. Peta Seismotektonik
Lajur Sindangbarang - Bandung - Purwakarta, skala
1:400.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.
Soehaimi. A., Setianegara, R., dan Kamawan, 2007. Peta
Seismotektonik Daerah Cilacap - Bumiayu, skala
1:350.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.
Soehaimi. A., Sopyan, Y., dan Setianegara, R., 2007. Peta
Seismotektonik Daerah Surabaya - Jember, skala
1:500.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.
Download