ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA

advertisement
ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM
REFRIGERASI KOMPRESI UAP
Oleh :
SANTI ROSELINDA SILALAHI
F14101107
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM
REFRIGERASI KOMPRESI UAP
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SANTI ROSELINDA SILALAHI
F14101107
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Santi Roselinda Silalahi. F14101107. Analisis Eksergi Penggunaan Refrigeran
pada Sistem Refrigerasi Kompresi Uap. Di bawah bimbingan : Armansyah H.
Tambunan. 2006.
RINGKASAN
Proses termodinamik reversible adalah proses yang dapat berbalik ke
keadaan semula tanpa merubah sedikitpun kondisi lingkungan. Sehingga sistem
dan lingkungannya dapat kembali ke keadaan awalnya pada akhir dari proses
balik. Jika ini terjadi maka pertukaran panas bersih dan kerja bersih antara sistem
dengan lingkungannya dapat dikatakan tidak ada (nol). Semua proses nyata adalah
tidak mampu balik (irreversible). Beberapa faktor yang menyebabkan
ketidakmampubalikan pada siklus pendingin kompresi uap adalah gesekan dan
perpindahan panas melalui perbedaan suhu batas pada evaporator, kompresor
kondensor dan pipa-pipa refrigeran, kondisi subcooling agar seluruh refrigeran
berada pada kondisi cair pada saat memasuki katup ekspansi, dan superheating
agar seluruh refrigeran berada pada kondisi uap sebelum memasuki kompresor,
dan input panas pada pipa-pipa saluran refrigeran
Prinsip hukum termodinamika pertama adalah bahwa energi dapat
dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk lain dan bersifat kekal. Untuk
mengetahui besarnya energi yang dapat dikonversikan menjadi kerja secara
cermat, mengetahui lokasi dan besarnya energi yang hilang dan tak terpakai
digunakan suatu metode analisis eksergi. Pada kenyataannya, analisis eksergi
telah menjadi suatu metoda penting dalam studi pendinginan.
Eksergi merupakan bagian energi yang dapat dikonversikan menjadi kerja.
Analisis eksergi adalah suatu metoda analisis yang merupakan penerapan dari
hukum termodinamika kedua yang digunakan untuk mengetahui efisien tidaknya
suatu proses dalam penggunaan energi. Tujuan analisis eksergi adalah untuk
mencari lokasi dalam proses yang energinya tidak efisien (Sutanto, 1985).
Untuk memudahkan pemahaman tentang siklus pendingin, pengembangan
sebuah program tentang sistem pendingin sangat diperlukan. Program ini adalah
sebuah simulasi sistem pendingin yang dibuat dengan bahasa pemrograman
Visual Basic 6 (VB. 6). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis eksergi
terhadap penggunaan berbagai refrigeran pada sistem refrigerasi kompresi uap.
Analisis eksergi pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu
memasukkan data-data yang dibutuhkan (properti termodinamika refrigeran yang
dipilih, temperatur pada kondensor, temperatur evaporator, temperatur fluida
pendingin kondensor, temperatur ruangan yang didinginkan, kapasitas refrigerasi
dan efisiensi kompressor), tahap perhitungan oleh komputer, dan tahap tampilan
hasil perhitungan. Refrigeran yang dipakai dalam analisis ini antara lain adalah
refrigeran R717, refrigeran R12, refrigeran R22, dan refrigeran R134a. Proses
analisis dan pengkajian eksergi ini dikerjakan dengan bantuan komputer
menggunakan program Visual Basic versi 6.0.
Ada dua skenario yang digunakan pada penelitian ini. Skenario pertama
suhu evaporasi berkisar antara -20°C dan -4°C sedangkan suhu kondensasi
berkisar tetap pada suhu 30°C. Kemudian skenario kedua suhu keluar kondensasi
berkisar antara 24° dan 40° C sedangkan suhu evaporasi berada pada kisaran – 4
°C. Sehingga dapat digunakan asumís untuk penentuan tingkat keadaan: 1) suhu
ruang pendingin sama dengan suhu evaporator dan suhu udara sekitar dianggap
30° C;, 2) Suhu evaporasi berkisar antara -20°C dan -4°C;, 3) Suhu keluar
kompresor adalah 80 °C;, 4) Suhu kondensasi berkisar pada suhu 30°C;, 5) Suhu
kondensasi berkisar antara 24° dan 40° C;, 6) Suhu evaporasi berada pada kisaran
– 4 °C;, 7) Beban pendinginan (Qe) sebesar 1 kW.
Desain parameter untuk alat penukar kalor yang digunakan sebagai
kondensor dan evaporator juga perla diperhatikan. Parameter untuk evaporator
dianggap sama dengan parameter untuk kondensor. Efisiensi isentropik pada
kompresor dianggap 85%. Dan prosesnya diasumsikan keadaan isentropik. Desain
alat penukar kalor (heat exchanger) dapat diuraikan sebagai berikut : diameter
luar dan diameter dalam tabung berturut-turut sebesar 16.4 mm dan 6.68
mm.Sedangkan puncak dan ketebalan fin sebesar 275 dan 0.254 mm. Rasio antara
area aliran bebas dengan area frontal 0.449 dan rasio antara area transfer panas
dengan volume total 269 m2/m3. Sedangkan rasio antara area fin dan area total
sebesar 0.83 dan untuk kecepatan udara keluar diasumsikan sebesar 5 m/detik.
Penurunan tekanan di evaporator maupun di kondensor terjadi oleh karena
proses irreversibilitas. Penurunan tekanan yang paling besar terjadi di evaporator
karena panjang pipa akan menyebabkan gesekan lebih besar. Penurunan tekanan
di evaporator menurun seiring dengan suhu evaporasi yang semakin bertambah.
Ini dikarenakan berat jenis refrigeran menurun ketika suhu refrigeran meningkat
dengan berat jenis yang lebih rendah Sedangkan penurunan tekanan di kondensor
tidak sebesar penurunan tekanan di evaporator, hal ini disebabkan suhu di
kondensor yang lebih tinggi daripada di evaporator mengakibatkan massa jenis
refrigeran di kondensor lebih kecil, sehingga koefisien gesek menurun.
COP (Coefficient of Performance) didefinisikan sebagai jumlah
pendinginan yang dapat diproduksi per satuan kerja. Nilai COP dari siklus
meningkat dengan peningkatan suhu evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi
konstan. Sebaliknya nulai COP akan mengalami penurunan pada suhu kondensasi
yang meningkat dengan asumsi suhu evaporasi dalam keadaan konstan.
Refrigeran R12 memiliki nilai COP yang paling tinggi pada suhu evaporasi dan
pada suhu kondensasi yang bervariasi, yaitu sebesar 8.047 dan 5.813. Refrigeran
R12 memiliki nilai entalpi yang paling besar daripada ketiga refrigeran lainnya
karena refrigeran ini menguap pada suhu yang lebih rendah. Refrigeran yang
memiliki nilai COP terendah pada variasi suhu evaporasi dan suhu kondensasi
adalah R134a sebesar 5.044 dan 4.39 karena refrigeran ini menguap pada suhu
yang lebih tinggi.
Efisiensi hukum II termodinamika yang dikenal dengan efisiensi eksergi
atau effectiveness dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja minimum yang
dibutuhkan terhadap input kerja aktual Efisiensi eksergi akan meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu evaporasi pada suhu kondensasi constan dan
penurunan suhu kondensasi dengan asumís suhu evaporasi dalam keadaan
konstan. Efisiensi eksergi terkecil terjadi pada refrigeran R-134a. Hal ini berarti
pada refrigeran R-134a memberikan kehilangan eksergi yang relatif besar
dibandingkan refrigeran R12, refrigeran R22 ataupun refrigeran R717.
Eksergi yang hilang dalam kondensor meningkat, sedangkan dalam
evaporator menurun seiring dengan naiknya suhu evaporator. Semakin tinggi
perbedaan suhu pada komponen kondensor dan evaporator, maka semakin tinggi
pula eksergi yang hilang. Sementara itu jumlah eksergi yang hilang di dalam
kondensor akan meningkat untuk mengganti penurunan persentase eksergi yang
hilang dalam evaporator. Yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya eksergi
yang hilang di dalam kondensor tidak diartikan sebagai penurunan eksergi yang
hilang yang terjadi di dalam evaporator karena eksergi yang hilang di dalam
komponen lainnya juga meningkat.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM
REFRIGERASI KOMPRESI UAP
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SANTI ROSELINDA SILALAHI
F14101107
Dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1984
Di Pematangsiantar
Tanggal lulus : 30 Januari 2006
Disetujui oleh :
Bogor, 3 Januari 2006
Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M. Agr
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dr. Ir. Wawan Hermawan, M. S
Ketua Departemen Teknik Pertanian
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses termodinamika reversible adalah proses yang dapat berbalik ke
keadaan semula tanpa merubah sedikitpun kondisi lingkungan. Sehingga sistem
dan lingkungannya dapat kembali ke keadaan awalnya pada akhir dari proses
balik. Jika ini terjadi maka pertukaran panas bersih dan kerja bersih antara
sistem dengan lingkungannya dapat dikatakan tidak ada (nol).
Semua proses nyata adalah tidak mampu balik (irreversible). Beberapa
faktor yang menyebabkan ketidakmampubalikan pada siklus pendingin
kompresi uap adalah gesekan dan perpindahan panas melalui perbedaan suhu
batas pada evaporator, kompresor kondensor dan pipa-pipa refrigeran, kondisi
subcooling agar seluruh refrigeran berada pada kondisi cair pada saat memasuki
katup ekspansi, dan superheating agar seluruh refrigeran berada pada kondisi
uap sebelum memasuki kompresor, dan input panas pada pipa-pipa saluran
refrigeran
Prinsip hukum termodinamika pertama adalah bahwa energi dapat
dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk lain dan bersifat kekal. Pada
kenyataannya potensial energi untuk digunakan yang terdapat dalam satu
sistem akan mengalami penurunan akibat adanya sifat irreversibilitas. Hal ini
juga berlaku dalam sistem refrigerasi. Untuk mengetahui besarnya energi yang
dapat dikonversikan menjadi kerja secara cermat, mengetahui lokasi dan
besarnya energi yang hilang dan tak terpakai digunakan suatu metode analisis
eksergi.
Dari sudut pandang hukum Termodinamika pertama, COP adalah
suatu ukuran khas untuk mengevaluasi sistem pendinginan. Namun demikian,
menurut hukum Termodinamika kedua, analisis eksergi adalah ukuran yang
umum diterapkan. Berdasarkan analisis eksergi, Yumrutas (2002) telah
mengembangkan suatu model komputasi untuk menyelidiki sistem refrigerasi
kompresi uap dengan refrigeran amonia. Pada kenyataannya, analisis eksergi
telah menjadi suatu metoda penting dalam studi pendinginan. Tujuan analisis
eksergi adalah untuk mencari lokasi dalam proses yang energinya tidak efisien
(Sutanto, 1985).
Terdapat berbagai macam sistem pendingin seperti kompresi uap,
pendingin absorpsi dan lain-lain. Salah satu sistem pendingin yang banyak
digunakan pada saat ini adalah sistem kompresi uap. Demikian pula ada
bermacam
refrigeran
(Chlorofluorocarbon),
yang
berkaitan
hidrokarbon
atau
dengan
ammonia.
itu,
seperti
Dengan
CFC
semakin
berkembangnya pemanfaatan sistem pendingin dalam kehidupan manusia,
maka diperlukan studi yang lebih baik tentang siklus pendingin. Untuk
memudahkan pemahaman tentang siklus pendingin, pengembangan sebuah
program tentang sistem pendingin sangat diperlukan.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis eksergi terhadap
penggunaan beberapa refrigeran pada sistem refrigerasi kompresi uap.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, pada tanggal 20
Mei 1984. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara
dari pasangan Bapak Maludin Silalahi dan Ibu Dinar
Panggabean. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SD RK 2 Pematangsiantar pada tahun 1995.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan lanjutan pada SLTPN 8
Pematangsiantar, dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMUN 3 Pematangsiantar dan
lulus pada tahun 2001.
Pada tahun 2001, penulis masuk IPB melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri). Penulis diterima di program studi Teknik Pertanian,
Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Pada tahun 2004, penulis mengambil Sub Program Studi (SPS) Teknik
Biosistem. Penulis melaksanakan Praktek Lapangan dengan judul “Mempelajari
Aspek Keteknikan pada Proses Produksi Daging Rajungan (Crab meat) di PT
Tonga Tiur Putra Rembang-Jawa Tengah”. Sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Eksergi Penggunaan Refrigeran pada Sistem Refrigerasi Kompresi Uap”.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Persekutuan
Mahasiswa Kristen (UKM-PMK). Pengalaman kerja penulis adalah sebagai staf
pengajar Fisika, Matematika SMP pada lembaga bimbingan belajar Kastia. Dan
pengajar les privat untuk mata pelajaran Fisika, Matematika dan Kimia SMU.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan atas karunia dan penyertaaNya
yang begitu besar kepada penulis, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul “Analisis Eksergi
Penggunaan Refrigeran pada Sistem Refrigerasi Kompresi Uap”.
Penyelesaian tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr selaku dosen pembimbing
akademik atas segala bimbingan, arahan dan nasihatnya selama
masa studi, penelitian dan penyelesaian tugas akhir.
2.
Dr. Leopold O. Nelwan, STP,MSi selaku dosen penguji atas
masukan dan nasihatnya
3.
Ir. Mohamad Solahudin, MSi selaku dosen penguji atas segala kritik
dan sarannya.
4.
Yang terkasih Papa, Mama, Abang Hendri, Evi, Patar, Ricky dan
Abang Udur atas segala kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan
moril dan material yang tiada terkira kepada penulis.
5.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas
bantuan dan dukungannya.
Mengingat keterbatasan penulis, kritik dan saran membangun sangat
penulis harapkan dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak yang membutuhkannya.
Januari 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xi
DAFTAR SIMBOL .............................................................................................xii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. TUJUAN ................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
A. MODEL SIMULASI ...............................................................................3
B. SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP ..........................................4
1. Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap ...................................6
1.a. Kompresor ......................................................................................6
1.b. Kondensor ......................................................................................7
1.c. Katup Ekspansi ..............................................................................7
1.d. Evaporator .....................................................................................7
2. Proses Evaporasi dan Kondensasi ........................................................8
2.a. Evaporasi (Penguapan) ..................................................................8
2.b. Kondensasi (Pengembunan) ..........................................................8
C. ANALISIS EKSERGI SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP ....8
D. REFRIGERAN .......................................................................................14
1. Properti Termodinamika Refrigeran ....................................................15
1.a. Refrigeran R717 ............................................................................16
1.b. Refrigeran R12 ..............................................................................16
1.c. Refrigeran R22 ..............................................................................17
1.d. Refrigeran R134a ..........................................................................17
2. Aliran Refrigeran ................................................................................18
2.a. Penurunan Tekanan (Pressure Drop) ..........................................18
2.b. Tekanan Pengembunan dan Tekanan Penguapan ........................19
E. TINJAUAN ATAS PENELITIAN SEBELUMNYA ............................20
III. METODE PENELITIAN . ........................................................... ...............23
A. PENDEKATAN TEORITIK ............................................................... 23
B. DATA MASUKAN ............................................................................... 24
C. DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN ..... ................................................25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 29
A. PROPERTI TERMODINAMIKA REFRIGERAN .............................. 29
B. ALIRAN REFRIGERAN ......................................................................34
1. Tekanan Evaporasi dan Tekanan Kondensasi .....................................34
2. Penurunan Tekanan (Pressure Drop) .................................................36
C. ANALISIS EKSERGI ............................................................................37
1 COP (Coefficient of Performance) .................................................... 39
2. Efisiensi Eksergi ............................................................................... 40
3 Kehilangan Eksergi (ExergyLoss) ..................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 45
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 45
B. SARAN ................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47
LAMPIRAN ..................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Desain standard refrigeran yang digunakan (ASHRAE, 1993)...........16
Tabel 2. Perbandingan performansi refrigeran per kilowatt refrigerasi ............19
Tabel 3. Tabel hasil penelitian Leidenfrost, 1980 pada RH (relatif Humidity)
= 65% ..................................................................................................21
Tabel 4. Tekanan evaporasi beberapa refrigeran pada variasi suhu
evaporasi yang diperoleh dari persamaan polinomial
dengan program aplikasi curve expert ……………….………….….34
Tabel 5. Tekanan kondensasi beberapa refrigeran pada variasi suhu
kondensasi yang diperoleh dari persamaan polinomial
dengan program aplikasi curve expert ………………….….….…….34
Tabel 6. Pressure Drop dari komponen mesin refrigerasi kompresi
uap pada suhu kondensasi (pada suhu evaporasi -20°C) .…….….…37
Tabel 7. Pressure Drop dari komponen mesin refrigerasi kompresi
uap pada suhu evaporasi (pada suhu kondensasi 30°C).………….…37
Tabel.8. Persamaan tekanan jenuh refrigeran …………………………......….52
Tabel 9. Persamaan entalpi gas refrigeran ………………………………........52
Tabel 10. Persamaan entalpi cairan refrigeran ……………………..............….52
Tabel 11. Persamaan entropi gas refrigeran .......................................................53
Tabel 12. Persamaan entropi cairan refrigeran ...................................................53
Tabel 13. Persamaan volume spesifik cairan refrigeran ..……….......………....53
Tabel 14. Persamaan volume spesifik gas refrigeran ……………...…......……54
Tabel 15. Persamaan panas jenis spesifik gas refrigeran ………...……………54
Tabel 16. Nilai panas jenis uap (Cpg) beberapa refrigeran ……….………..….55
Tabel 17. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-717 ..............................56
Tabel 18. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-12 ................................57
Tabel 19. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-22 ................................58
Tabel 20. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-134a ............................59
Tabel 21. Nilai COP beberapa refrigeran pada variasi suhu evaporasi
(pada suhu kondensasi 30 oC) ...........................................................60
Tabel 22. Nilai COP beberapa refrigeran pada variasi suhu kondensasi
(pada suhu evaporasi -20 oC) ...........................................................60
Tabel 23. Nilai efisiensi eksergi beberapa refrigeran pada variasi suhu
kondensasi (pada suhu evaporasi -20 oC) ..........................................61
Tabel 24. Nilai efisiensi eksergi beberapa refrigeran pada variasi suhu
evaporasi (pada suhu kondensasi 30 oC) ...........................................61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Skema sederhana siklus pendinginan kompresi uap ...................4
Gambar 2.
Kompresor ..................................................................................6
Gambar 3.
Suhu-entropi siklus pendinginan isentropik ...............................9
Gambar 4.
Diagram suhu-entropi siklus pendinginan ..................................9
Gambar 5.
Tabung refrigeran .......................................................................15
Gambar 6.
Refrigeran R22 ...........................................................................17
Gambar 7.
Persentase eksergi dan kerugian eksergi total sebagai
fungsi suhu evaporator dan suhu kondensor .............................20
Gambar 8.
Skema sederhana tahapan simulasi ...……….…………………23
Gambar 9.
Diagram alir simulasi eksergi sistem refrigerasi
kompresi uap .............................................................................25
Gambar 10.
Grafik hubungan suhu terhadap tekanan …………………...…29
Gambar 11.
Grafik hubungan suhu terhadap entalpi cairan ………………..29
Gambar 12.
Grafik hubungan suhu terhadap entalpi gas ……………...…...30
Gambar 13.
Grafik hubungan suhu terhadap entropi cairan ………....…......30
Gambar 14.
Grafik hubungan suhu terhadap entropi gas ……………..........30
Gambar 15.
Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik cairan ……....31
Gambar 16.
Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik gas …………31
Gambar 17.
Grafik hubungan suhu terhadap panas spesifik ……………….31
Gambar 18.
Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik udara …...….32
Gambar 19.
Diagram T − s refrigeran R717 ...............................................32
Gambar 20.
Diagram T − s refrigeran R12 ..................................................33
Gambar 21.
Diagram T-s Refrigeran 22 ........................................................33
Gambar 22.
Diagram T-s Refrigeran-134a ....................................................33
Gambar 23.
Diagram P − h refrigeran R717 ................................................35
Gambar 24.
Diagram P − h refrigeran R12 ..................................................35
Gambar 25.
Diagram P − h refrigeran R22 ..................................................36
Gambar 26.
Diagram P − h refrigeran R134a ..............................................36
Gambar 27.
Grafik hubungan suhu evaporasi dengan nilai COP
Beberapa refrigeran ...................................................................39
Gambar 28.
Grafik hubungan suhu kondensasi dengan nilai
COP beberapa refrigeran ...........................................................39
Gambar 29.
Grafik hubungan suhu kondensasi dengan efisiensi eksergi
menggunakan beberapa refrigeran ............................................40
Gambar 30.
Grafik hubungan suhu evaporasi dengan efisiensi eksergi
menggunakan beberapa refrigeran ............................................41
Gambar 31.
Eksergi pada T-s diagram .........................................................41
Gambar 32.
Grafik hubungan suhu evaporasi dengan exergy loss
menggunakan beberapa refrigeran ............................................42
Gambar 33.
Grafik hubungan suhu kondensasi dengan exergy loss
menggunakan beberapa refrigeran ............................................43
Gambar 34.
Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R717 .............62
Gambar 35.
Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R717 ................62
Gambar 36.
Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R12 ...............63
Gambar 37.
Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R12 ..................63
Gambar 38.
Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R22 ...............64
Gambar 39.
Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R22 ..................64
Gambar 40.
Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R134a ...........65
Gambar 41.
Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R134a ..............65
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Algoritma perhitungan analisis eksergi ....................................50
Lampiran 2.
Persaman-persamaan yang digunakan ...........................……...52
Lampiran 3.
Tabel. Nilai panas jenis uap (Cpg) beberapa refrigeran …...…55
Lampiran 4.
Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-717 ...........56
Lampiran 5.
Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-12 .............57
Lampiran 6.
Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-22 .............58
Lampiran 7.
Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-134a .........59
Lampiran 8.
Tabel hasil perhitungan dengan program .................................60
Lampiran 9.
Tampilan program saat memilih refrigeran R717 ....................62
Lampiran 10.
Tampilan program saat memilih refrigeran R12 ......................63
Lampiran 11.
Tampilan program saat memilih refrigeran R22 ......................64
Lampiran 12.
Tampilan program saat memilih refrigeran R134a ..................65
DAFTAR SIMBOL
Af / A
= rasio area fin dan area total
c ph
= panas spesifik udara, [kJ/kg.0C]
c pr
= panas spesifik refrigeran, [kJ/kg.0C]
Do
= diameter luar tabung, [mm]
Dh
= diameter dalam tabung, [mm]
fD
= faktor gesekan
G
= kecepatan aliran massa maksimum, [kg/m2.det.]
h
= entalpi refrigeran keluar dari kondensor, (kJ/kg refrigeran)
h1
= entalpi refrigeran pada saat keluar dari evaporator,(kJ/kg)
h2
= entalpi refrigeran pada saat keluar dari kompresor, (kJ/kg)
h3
= entalpi refrigeran pada saat keluar dari kondensor, (kJ/kg)
h4
= entalpi refrigeran pada saat keluar dari katup ekspansi, (kJ/kg)
L
= panjang pipa, [mm]
.
m
= laju aliran refrigeran, (kg/detik)
mi
= laju alir massa masukan, [kg/det.]
me
= laju alir massa luaran, [kg/det.]
n
= jumlah pipa terpasang paralel
p1
= tekanan refrigeran pada saat berwujud gas, (Pa)
P
= tekanan, [Pa]
ΔP
= jatuh tekanan, [Pa]
qcomp
= kerja kompresor, (kW)
qcond
= laju panas yang dipindahkan kondensor, (kW)
qe
= laju panas yang diterima evaporator, (kW)
Sgen
= entropi pembangkitan, [kJ/K]
s1
= entropi refrigeran pada saat keluar dari evaporator, (kJ/kg.K)
s2
= entropi refrigeran pada saat keluar dari kompresor, (kJ/kg.K)
s3
= entropi refrigeran pada saat keluar dari kondensor, (kJ/kg.K)
s4
= entropi refrigeran pada saat keluar dari katup ekspansi
(kJ/kg.K)
Tfan, i
= suhu udara pada masukan fan, [K]
Tfan, e
= suhu udara pada luaran fan, [K]
To
= suhu udara sisi luar, [K]
Te
= suhu penguapan, [K]
T
= suhu, [K]
T1
= suhu refrigeran pada saat keluar dari evaporator, (K)
T2
= suhu refrigeran pada saat keluar dari kompresor, (K)
T3
= suhu refrigeran pada saat keluar dari kondensor, (K)
T4
= suhu refrigeran pada saat keluar dari katup ekspansi, (K)
t
= ketebalan fin, [mm]
V
= volume ruang pembeku,(m3)
x
= fraksi massa
qe
= beban pendinginan spesifik, [kJ/kg]
qcon
= beban kondenser, [kJ/kg]
Qe
= beban pendinginan, [kJ]
s
= entropi spesifik, [kJ/kg.K]
um
= kecepatan rata, [m/det.]
Ve
= kecepatan udara pada masukan fan, [m/det.]
w
= kerja spesifik, [kJ/kg]
Wc
= kerja kompresor ideal, [kJ]
Wrev
= kerja dapat balik, [kJ]
s(gen)
= produksi entropi total, (kJ/kg.K)
s(gen)Δp
= produksi entropi dikarenakan kehilangan tekanan, (kJ/kg.K)
vo
= volume spesifik fluida di luar pipa, (L/kg)
vi
= volume spesifik fluida di dalam pipa, (L/kg)
ve
= kecepatan udara pada bagian keluar kipas, (m/s)
Ve
= kecepatan udara pada bagian ke luar pipa, (m/s)
ws
= kerja kompresor isentropik, (kJ)
w12
= kerja yang hilang pada proses kompresi, (kJ)
wm
= beberapa kerja yang hilang di kompresor, (kJ)
w23
= kerja yang hilang di kondensor, (kJ)
wf,23
= kerja karena kehilangan tekanan di kondensor, (kJ)
w34
= kerja yang hilang di katup ekspansi, (kJ)
w41
= kerja yang hilang di evaporator, (kJ)
wf,41
= kerja karena kehilangan tekanan di evaporator, (kJ)
α
= area transfer panas per volume total, [m2/m3]
ηc
= efisiensi isentropik kompresor
ρ
= rapatan, [kg/m3]
σ
= area aliran bebas per area frontal
I. PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Proses termodinamika reversible adalah proses yang dapat berbalik ke
keadaan semula tanpa merubah sedikitpun kondisi lingkungan. Sehingga sistem
dan lingkungannya dapat kembali ke keadaan awalnya pada akhir dari proses
balik. Jika ini terjadi maka pertukaran panas bersih dan kerja bersih antara
sistem dengan lingkungannya dapat dikatakan tidak ada (nol).
Semua proses nyata adalah tidak mampu balik (irreversible). Beberapa
faktor yang menyebabkan ketidakmampubalikan pada siklus pendingin
kompresi uap adalah gesekan dan perpindahan panas melalui perbedaan suhu
batas pada evaporator, kompresor kondensor dan pipa-pipa refrigeran, kondisi
subcooling agar seluruh refrigeran berada pada kondisi cair pada saat memasuki
katup ekspansi, dan superheating agar seluruh refrigeran berada pada kondisi
uap sebelum memasuki kompresor, dan input panas pada pipa-pipa saluran
refrigeran
Prinsip hukum termodinamika pertama adalah bahwa energi dapat
dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk lain dan bersifat kekal. Pada
kenyataannya potensial energi untuk digunakan yang terdapat dalam satu
sistem akan mengalami penurunan akibat adanya sifat irreversibilitas. Hal ini
juga berlaku dalam sistem refrigerasi. Untuk mengetahui besarnya energi yang
dapat dikonversikan menjadi kerja secara cermat, mengetahui lokasi dan
besarnya energi yang hilang dan tak terpakai digunakan suatu metode analisis
eksergi.
Dari sudut pandang hukum Termodinamika pertama, COP adalah
suatu ukuran khas untuk mengevaluasi sistem pendinginan. Namun demikian,
menurut hukum Termodinamika kedua, analisis eksergi adalah ukuran yang
umum diterapkan. Berdasarkan analisis eksergi, Yumrutas (2002) telah
mengembangkan suatu model komputasi untuk menyelidiki sistem refrigerasi
kompresi uap dengan refrigeran amonia. Pada kenyataannya, analisis eksergi
telah menjadi suatu metoda penting dalam studi pendinginan. Tujuan analisis
eksergi adalah untuk mencari lokasi dalam proses yang energinya tidak efisien
(Sutanto, 1985).
Terdapat berbagai macam sistem pendingin seperti kompresi uap,
pendingin absorpsi dan lain-lain. Salah satu sistem pendingin yang banyak
digunakan pada saat ini adalah sistem kompresi uap. Demikian pula ada
bermacam
refrigeran
(Chlorofluorocarbon),
yang
berkaitan
hidrokarbon
atau
dengan
ammonia.
itu,
seperti
Dengan
CFC
semakin
berkembangnya pemanfaatan sistem pendingin dalam kehidupan manusia,
maka diperlukan studi yang lebih baik tentang siklus pendingin. Untuk
memudahkan pemahaman tentang siklus pendingin, pengembangan sebuah
program tentang sistem pendingin sangat diperlukan.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis eksergi terhadap
penggunaan beberapa refrigeran pada sistem refrigerasi kompresi uap.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MODEL SIMULASI
Menurut Subagyo et al. (1986), simulasi adalah duplikasi atau
abstraksi dari persoalan dalam kehidupan nyata ke dalam model matematik.
Dalam hal ini dilakukan penyederhanaan, sehingga pemecahan dengan model
matematika bisa dilakukan. Model simulasi bisa membantu memecahkan suatu
masalah secara jauh lebih ekonomis daripada tanpa model ini, tetapi tidak
menjamin bahwa model yang disusun sudah merupakan model yang paling
tepat.
Model
simulasi
dapat
dikelompokkan
ke
dalam
beberapa
penggolongan, antara lain adalah model stokastik atau probabilistik, model
deterministik, model statik, model dinamik dan model heuristik. Model
stokastik adalah kebalkan dari model deterministik dan model statik kebalikan
dari model dinamik. Model simulasi stokastik disebut model simulasi yang
menggunakan permodelan matematik untuk mempelajari suatu sistem yang
berkarakteristik adanya kejadian acak (random events).
Menurut Muslich (1993) dalam Rahajeng (1997), tahapan atau
prosedur yang perlu dilakukan dalam melakukan simulasi adalah formulasi
masalah, menentukan kelayakan simulasi, menyusun model, memvalidasi
model, menerapkan model simulasi dan menganalisa hasil simulasi. Formulasi
masalah dilakukan untuk menentukan alternatif metode pemecahan masalah.
Pemecahan masalah yang rumit sering kali tidak dapat dilakukan dengan teknik
analisa biaya sehingga alternatif pemecahan dengan simulasi sangat
memungkinkan pemecahan yang lebih baik.
Validasi model dilakukan untuk meyakinkan bahwa model simulasi
mencerminkan sistem yang sebenarnya. Validasi dilakukan dengan cara
membandingkan hasil simulasi dengan hasil sebenarnya. Akan tetapi jika model
simulasi itu sifatnya memberikan prediksi, perbandingan hasil tersebut
dilakukan setelah validasi model dilakukan, model validasi harus dicoba
dengan memberikan nilai dan parameternya. Jika analisa keluaran dari simulasi
tersebut menunjukkan kesesuaian dengan tujuan, maka model simulasi tersebut
dapat digunakan. Akan tetapi jika tujuan tersebut tidak terpenuhi maka perlu
dilakukan perubahan desain dan formulasi model, sehingga model simulasi ini
merupakan suatu prosedur kerja trial and error (uji coba). Tujuan simulasi
secara umum yaitu untuk menyingkat waktu, untuk keselamatan (safety), dan
mengurangi biaya.
B. SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP
Perpindahan panas dari medium yang bersuhu rendah ke medium yang
bersuhu lebih tinggi akan membutuhkan peralatan khusus yang dikenal dengan
mesin pendingin (mesin refrigerasi). Mesin ini merupakan sebuah siklus yang
banyak digunakan pada mesin pendingin dan biasa disebut sebagai siklus
refrigerasi kompresi uap. Komponen dasar yang digunakan mesin ini adalah:
kondensor, evaporator, kompresor, dan pipa kapiler (katup ekspansi) dan juga
beberapa perlengkapan tambahan dan pipa-pipa penghubung (Gambar 1).
Kondensor
Kompresor
Katup Ekspansi
Evaporator
Gambar 1. Skema sederhana siklus pendinginan kompresi uap
Uap refrigeran bertekanan rendah, dihisap dari evaporator ke
kompresor menjadi uap yang bertekanan tinggi ke arah alat pengembun
(kondensor). Dengan cara mendinginkan dengan air atau udara, uap panas
bertekanan tinggi itu mengembun menjadi cairan. Panas pengembunan dibuang
dari refrigeran bersama air atau udara pendinginan kondensor.
Dari kondensor, cairan refrigeran mengumpul di dalam tangki
penerimaan sebagai cairan bertekanan tinggi. Cairan bertekanan tinggi ini
mengalir melalui katup ekspansi yang menentukan jumlah cairan refrigeran
bertekanan rendah mengaliri gulungan pipa evaporator. Di dalam evaporator,
refrigeran mendidih, memuai atau menguap. Tenaga panas untuk menguap itu
diserap dari lingkungan sekitar ruangan dan juga dari medium yang
didinginkan. Panas yang dikandung oleh uap refrigeran bertekanan rendah,
diisap melalui pipa pengisapan, ke dalam kompresor, untuk dimampatkan
menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi, dan selanjutnya diubah menjadi
refrigeran cair yang dapat lagi digunakan untuk proses refrigerasi selanjutnya.
Demikianlah diselesaikan siklus dari sistem kompresi uap untuk diulangi
seterusnya selama proses refrigerasi.
Dari hukum I thermodinamika, pengukuran kinerja dari siklus
refrigerasi ditunjukkan oleh COP (Coefficient of Performance). COP
merupakan perbandingan tingkat keluaran panas yang bermamfaat yang
dikirimkan oleh unit pompa panas yang lengkap (tergolong pengganti pemenas)
ke tingkat penyesuaian masukan energi, pada unit konsisten dan di bawah
kondisi-kondisi spesifik.
Pada siklus kompresi uap di pendingin carnot, COP didefinisikan
sebagai jumlah pendinginan yang dapat diproduksi per satuan kerja yang
digunakan yang dirumuskan dengan:
COP =
Qe
Te
=
........................................................(1)
Wnet Tc − Te
dimana Qe adalah beban pendingan, Wnet adalah input kerja bersih, Te adalah
suhu evaporator, dan Tc adalah suhu kondensor.
COP juga merupakan rasio perbandingan antara selisih entalpi di
kompresor dengan selisih entalpi di evaporator, yang dapat dinyatakan dengan
COP =
h1 − h4
..................................................................................(2)
h2 − h1
Kerja yang digunakan pada siklus aktual selalu lebih besar daripada
yang reversible dan perbedaan ini merupakan kerja yang hilang (loss work),
yang disebut juga exergy loss atau irreversibility. Exergy loss dapat diperoleh
dari perhitungan pertumbuhan entropi, yang merupakan ukuran penting dari
suatu proses yang irreversible. Pertumbuhan entropi untuk aliran yang steady
dinyatakan dengan:
S gen = ∑ me se − ∑ mi si − ∑
out
in
i
Qi
≥ 0 ………………….(3)
Ti
Pertumbuhan entropi adalah jumlah eksergi output dikurangi eksergi
input dan dikurangi laju perpindahan entropi melalui permukaan kendali
dimana suhu mutlak yang terjadi adalah Ti. Eksergi yang hilang (exergy loss)
digambarkan
sebagai
ukuran
ketidakmampubalikan
suatu
proses
termodinamika. Eksergi yang hilang dapat dihitung dengan rumus:
WL = To S gen …………………………………..………...(4)
Efisiensi hukum II termodinamika yang dikenal dengan efisiensi
eksergi atau effectiveness dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja
minimum yang dibutuhkan terhadap input kerja aktual, yaitu:
ηII =
Sedangkan,
Wrev
Wrev
=
…………………......…....….(5)
Wac Wrev + W L
⎛T
⎞
Wrev = (h1 − h3 )⎜⎜ 0 − 1⎟⎟ ……...….......(6)
⎝ Te
⎠
1. Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap
1.a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menggerakkan sistem refrigerasi
agar dapat mempertahankan suatu perbedaan tekanan rendah dan tekanan
tinggi pada sistem.
Gambar 2. Kompresor
Ada dua hal yang dilakukan kompresor dalam melaksanakan
fungsinya. Yang pertama adalah menghisap uap refrigeran dari
evaporator dan menciptakan tekanan rendah di evaporator. Dengan
demikian memungkinkan cairan refrigeran mendidih dan menguap pada
suhu rendah. Panas yang diserap dari bahan yang akan didinginkan
dibutuhkan untuk pengupan refrigeran. Yang kedua yaitu memampatkan
uap refrigeran yang diisap dari evaporator, sehingga tekanan dan suhu
refrigeran meningkat menuju kondensor untuk diembunkan menjadi
cairan oleh udara dan air di kondensor.
1.b. Kondensor
Kondensor adalah bagian refrigeran yang menerima uap panas
bertekanan tinggi dari kompresor. Kondensor berfungsi untuk mengubah
wujud refrigeran uap panas bertekanan tinggi menjadi refrigeran cair
bertekanan tinggi. Prinsipnya adalah dengan menghilangkan panas
sensibelnya yang diikuti oleh penghilangan panas laten.
1.c. Katup Ekspansi
Katup ekspansi secara umum berfungsi untuk menurunkan
tekanan tinggi refrigeran cair ke tekanan konstan yang lebih rendah
dengan cara mengubah bentuk refrigeran cair menjadi butir-butir air
ketika melewati evaporator.
1.d. Evaporator
Evaporator berfungsi untuk mengubah refrigeran cair menjadi
uap dengan menyerap panas di ruangan. Evaporator selalu berpasangan
dengan fan. Fungsi fan adalah untuk menghisap udara panas yang
melewati evaporator sekaligus mendorongkan udara dingin ke ruangan.
2. Proses Evaporasi dan Kondensasi
2.a. Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi suatu cairan berawal dan mungkin berlanjut sampai
semuanya sudah dalam bentuk uap. Selama periode ini, suhu evaporasi
pada kedaan jenuh tetap konstan pada tekanan jenuh. Panas yang
ditambahkan selama fase perubahan ini merupakan perubahan entalpi
selama evaporasi yang mengakibatkan kenaikan energi internal dan
terjadinya kerja mekanis dalam merubah cairan tersebut untuk mengatasi
tekanan konstan.
Kerja mekanis bisa mencapai 5 – 10% dari total entalpi uap dan
jumlah tersebut tergantung pada tekanan yang terjadi. Jumlah entalpi
cairan pada keadaan jenuh dan perubahan entalpi penguapan merupakan
entalpi uap jenuh.
2.b. Kondensasi (Pengembunan)
Kondensasi merupakan kebalikan dari proses evaporasi, yaitu
perubahan uap refrigeran yang mampat jenuh akan panas, mengembun
menjadi cairan. Agar proses ini terlaksana, diperlukan usaha pengeluaran
panas dari uap jenuh refrigeran itu. Dalam terminologi fisika, kecepatan
dan jarak antara molekul gas menurun diakibatkan oleh panas yang
berlangsung sehingga zat tersebut mengembun, membentuk butiran
cairan yang dinamakan embun dan berada di permukaan kondensasi.
C. ANALISIS EKSERGI SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP
Proses termodinamik reversible adalah proses yang dapat berbalik ke
keadaan semula tanpa merubah sedikitpun kondisi lingkungan. Sehingga
sistem dan lingkungannya dapat kembali ke keadaan awalnya pada akhir dari
proses balik. Jika ini terjadi maka pertukaran panas bersih dan kerja bersih
antara sistem dengan lingkungannya dapat dikatakan tidak ada (nol).
2
Kondensasi
3
Evaporasi
4
1
Gambar 3. Suhu-entropi siklus pendinginan isentropik
Semua proses nyata adalah tidak mampu balik (irreversible). Beberapa
faktor yang menyebabkan ketidakmampubalikan pada siklus pendingin
kompresi uap adalah gesekan dan perpindahan panas melalui perbedaan suhu
batas pada evaporator, kompresor kondensor dan pipa-pipa refrigeran, kondisi
subcooling agar seluruh refrigeran berada pada kondisi cair pada saat
memasuki katup ekspansi, dan superheating agar seluruh refrigeran berada
pada kondisi uap sebelum memasuki kompresor, dan input panas pada pipapipa saluran refrigeran. Siklus refrigerasi kompresi uap aktual diperlihatkan
pada Gambar 4 (Yumrutas, 2002).
Gambar 4. Diagram suhu-entropi siklus pendinginan
Eksergi merupakan bagian energi yang dapat dikonversikan menjadi
kerja. Analisis eksergi adalah suatu metoda analisis yang merupakan penerapan
dari hukum termodinamika kedua yang digunakan untuk mengetahui efisien
tidaknya suatu proses dalam penggunaan energi. Tujuan analisis eksergi adalah
untuk mencari lokasi dalam proses yang energinya tidak efisien (Sutanto,
1985).
Anggapan (asumsi) yang dibuat dalam analisis ini adalah:
(i)
steady state, aliran steady.
(ii)
kerugian tekanan diabaikan kecuali yang ada di evaporator dan
kondensor.
(iii) kompresor adiabatik dan katup ekspansi.
(iv) keadaan jenuh pada saat pengeluaran kondensor dan evaporator.
Garis a-b-c-d-a pada Gambar 4, menunjukkan siklus pendinginan
dapat balik dan garis 1-2-3-4-1 menunjukkan diagram T − s untuk siklus
pendinginan aktual. Garis 1-2S merepresentasikan proses kompresi isentropik.
Untuk kondisi ideal, refrigeran diasumsikan meninggalkan kondenser sebagai
cairan saturasi di kondisi 3’ pada tekanan luaran kompresor. Untuk kondisi
aktual, hal itu “unavoidable” guna beberapa jatuh tekanan di kondensor
sehingga luaran kondenser di kondisi 3, dan sebagai masukan katup ekspansi.
Meninggalkan katup ekspansi di kondisi 4 dan masuk ke evaporator. Siklus
lengkap sebagai refrigeran ke luar dari evaporator di kondisi 1, sebenarnya di
kondisi 1’, sebab adanya jatuh tekanan di evaporator.
Entropi pembangkitan dan kerja hilang dapat dihitung untuk proses
kompresi tak dapat balik adiabatik (irreversible-adiabatic) menggunakan
persamaan (2) dan (3):
S gen, 12 = s 2 − s1 …………………….......………………………..(7).
w12 = To ( s2 − s1 ) …………………..….......……………………..(8).
Jika dalam keadaan isentropic, maka Sgen,12 = 0 dan W12 = 0 karena S1 = S2
Daya hilang tersebut direpresentasikan oleh area b’-b-m-n-b’ dalam diagram
T − s , seperti ditunjukkan pada Gambar 4
Kerja hilang di dalam kondensor dapat diperoleh dari:
w23 = qcon + To ( s3 − s2 ) ……………….…….....……......…….(9),
dengan:
qcon = jumlah panas yang kembali dari pendinginan sebagai aliran melalui
kondensor dan dapat dihitung dari:
qcon = h3 − h2 = h2 − h3" …………….…….……….........….....(10).
Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengintegrasikan sepanjang 3”-2:
qcon
⎞
⎛2
= ⎜⎜ ∫ T ds ⎟⎟
…………………………………............(11).
⎠ P2 = cons
⎝ 3"
Mengacu ke persamaan (8) dan Gambar 2 (area 2-3’-3”-p-r-s-b’-2)
yang merepresentasikan kerja hilang akibat transfer (pindah) panas dan friksi
fluida sirkulasi di dalam kondenser. Kerja hilang yang dihasilkan dalam katup
ekspansi yang direpresentasikan oleh area t-s-r-u-t dan diperoleh dari:
w34 = To ( s 4 − s 3 ) ……………….…………………...............(12)
Gesekan akibat adanya aliran refrigeran di dalam evaporator dan
transfer panas dari ruang yang didinginkan pada suhu Tc adalah sumber
timbulnya kerja hilang dan dapat dihitung dari:
w41 = To ( s1 − s 4 ) − To
Untuk
proses
qb
………………..………..............(13).
Te
dapat
balik
dan
siklus
pendinginan
aktual
dipertimbangkan sebagai keseimbangan energi (energy balance) yang dapat
dihitung untuk beban pendinginan yang sama sebagai:
qc = qb = Tc ( s1 − sd ) = T4 ( s1" − s4 ) …………..............….(14).
Sehingga persamaan (12) menjadi:
w41 = To ( sd − s4 ) …………………………………...............…...(15),
yang dapat ditunjukkan hubungannya dengan area t-u-v-c-t. Sehingga:
w41 = (To − T4 ) ( sd − s4 ) + (Tc − T4 ) ( s1 − sd ) + Tc ( s1 − s1" ) …...(16),
seperti
ditunjukkan
pada
area
t-4-e-c-t,
e-f-a-d-e,
dan
f-1”-y-m-f.
Pembangkitan entropi yang diakibatkan rugi-rugi tekanan melalui kondenser
dapat juga ditunjukkan dengan asumsi, bahwa fluida kerja sama dengan gas
ideal di daerah superheating dengan sebuah konstatnta panas spesifik ( c pr ):
⎛ h' − h3 ⎞
⎛T ⎞
⎟⎟ − c pr ln ⎜⎜ 2 ⎟⎟ ....……(17)
( S gen, 23 ) Δp = s 3 − s 2 + 2 ⎜⎜
⎝ T2 ' ⎠
⎝ T ' − T3 ⎠
Pembangkitan entropi yang diakibatkan rugi-rugi tekanan melalui
evaporator ditunjukkan dengan:
⎛ h − h4 ⎞
⎟⎟ …………....……............…(18).
( Sgen, 41 ) Δp = s1 − s4 − 2 ⎜⎜ 1
T
T
+
⎝ 1
4⎠
Pembangkitan entropi yang diakibatkan transfer panas sama dengan
perbedaan antara produksi entropi total dan produksi entrpi yang diakibatkan
oleh rugi-rugi tekanan:
( Sgen ) q = Sgen − ( Sgen ) Δp ………………………...……..………(19).
Penghitungan kerja fan di bawah nilai konstanta panas spesifik
diasumsikan dengan:
w f = cph (Tfan, e − Tfan, i ) +
2
Ve
………………....….…..…….…(20)
2
dengan:
Ti = suhu udara masukan fan dan Te = suhu udara luaran fan. Persamaan (19)
memberikan bentuk asumsi kompresi udara isentropik:
( k −1) / k
⎤ V2
⎡⎛
Δp ⎞
⎟⎟
w f = cph T1 ⎢⎜⎜1 +
− 1⎥ + e ………….…….….…(21)
2
p1 ⎠
⎥⎦
⎢⎣⎝
Untuk kerja hilang di kompresor:
wm =
ws
ηc
− ws ……………………………………………......….…(22)
dengan:
w s = kerja kompresor isentropik yang diperoleh dari:
ws = h2 s − h1 ………………………………………..………...……(23)
Kemudian, syarat kerja aktual dari siklus pendinginan menjadi:
wac = ws + w12 + wm + w23 + w f , 23 + w34 + w41 + w f , 41 .…...(24)
Turun
tekanan
melalui
evaporator
dan
kondenser
dihitung
menggunakan persamaan:
2
ΔPD = f D
L um
ρ
………………………………...………......…...(25),
D
2
dengan persamaan faktor friksi ( f D ) yang diberikan untuk tabung “smooth”
berdasarkan Yumrutas (2002):
f D = [0,79 ln (Re D ) − 1,64] …………………..………………..….(26).
−2
Bilangan Reynold (Re) diperoleh dari persamaan :
Re = ρd
um
μ
………………………………………………………...(27),
dengan nilai massa jenis (ρ) dan nilai kecepatan rata-rata (Um) diperoleh dari
persamaan :
1
v
ρ = .................................................................................................(28), dan
.
m
um =
...........................................................................................(29)
ρA
Turun tekanan yang tidak terkait dengan aliran yang melintasi
sekelompok “finned-tube” dihitung menggunakan persamaan:
G 2 vi ⎡
2
ΔP =
⎢1+ σ
2 ⎣⎢
(
) ⎛⎜⎜ vv
o
⎝
i
⎞
A vm ⎤
− 1⎟⎟ − f
⎥ ……..….…....(30)
A f f vi ⎥⎦
⎠
dengan:
G = ρu m ...........................................................................................(31)
vm =
vi − vo
..................................................................................(32)
2
D. REFRIGERAN
Salah satu bahan terpenting dalam refrigerasi adalah refrigeran. Jenis
refrigeran yang digunakan dalam sistem refrigerasi mempengaruhi suhu udara
yang dihembuskan dalam ruang pendingin. Refrigeran merupakan sejenis
medium atau alat untuk memindahkan atau mengambil panas dari evaporator
dan mebuangnya ke kondensor. Refrigeran juga merupakan media penghantar
yang dapat menyerap kalor pada suhu rendah (dengan cara evaporasi) dan
melepaskan kalor pada suhu dan tekanan yang tinggi (kondensasi).
Beberapa sifat dan ciri utama dari refrigeran adalah :
1. Mempunyai titik beku yang lebih rendah daripada setiap suhu yang
terdapat dalam sistem,
2. Panas laten vaporasi refrigeran harus tinggi,
3. Tekanan pengembunan rendah,
4. Perbedaan tekanan antara sisi tinggi dan sisi rendah adalah
serendah mungkin,
5. Tidak mudah terurai, tidak terbakar dan meledak dalam keadaan
gas atau cairan,
6. Tidak korosif, tidak beracun/
Secara kimia, pengelompokan refrigeran bisa dibagi atas : 1)
halocarbons (R-22, R-32, R-125, R-134a, dll); 2) azeotropes (R-507, R-503,
dll); 3) zeotropes/non-azeotropes (R-410A, R-407C, dll);4) organic compounds
(ethane, propane, butane, dll); dan 5) inorganic compounds (ammonia/R-717,
CO2/R-744).
Sedangkan kelompok halocarbons bisa dibagi atas : 1) CFC
(chlorofluorocarbon), contoh R-12; 2) HCFC (hydrochlorofluorocarbon),
contoh R-22; dan 3) HFC (hydrofluorocarbon), contoh R-134a, yang tidak
mengandung chlorine sehingga no ozone-depletion, tapi tetap menyumbang
pada global warming. Selain itu, ada juga klasifikasi sebagai berikut : 1) pure
refrigerant (R-22, R-32, R-134a); 2) mixture refrigerant (R-410A, R-407C),
yang terbagi atas azeotropic dan non-azeotropic; dan 3) natural refrigerant
(NH3, CO2)
Gambar 5. Tabung refrigeran
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemakaian/pemilihannya, selain
safety dan ramah lingkungan, adalah physical properties, contohnya sistem
pendingin yang didesain untuk R-134a tidak bisa dipakai untuk CO2, karena
pada temperatur yang sama, tekanan CO2 sekitar delapan kali lebih besar
daripada tekanan R-134a, juga vapor density CO2 sekitar enam kali lebih besar
daripada R-134a, hal ini terkait dengan kemampuan kompresor pada sistem.
Selain karakteristik fisik refrigeran yang berdampak pada kapasitas masingmasing komponen siklus refrigerasi, karakteristik kimia refrigeran juga sangat
berpengaruh terhadap kelayakan penggantian refrigeran.
Mengganti refrigeran dengan tipe yang berbeda perlu memperhatikan
grafik untuk masing-masing refrigeran tersebut, terutama nilai P dan T
evaporator saat penguapannya dan nilai P dan
T saat kondensasinya.
Juga perlu diperhatikan harga entalpi dan tekanan dalam diagram tekanan –
entalpi (P-h) dari masing-masing refrigeran, karena hal tersebut akan
menentukan kebutuhan kerja untuk kompresor, besarnya panas yang dibuang
oleh kondensor atau panas yang diserap evaporator.
1. Properti Termodinamika Refrigeran
Substansi kerja dalam sistem refrigerasi disebut refrigeran.
Refrigeran
merupakan
fluida
kerja
yang
vital
pengkondisian udara dan sistem pemompaan panas.
dalam
refrigerasi,
Tabel 1. Desain standard refrigeran yang digunakan (ASHRAE, 1993)
Nomor
Nama kimia atau
refrigeran
komponen
Formula kimia
Methana
R12
Dichlorodifluoromethane
CCl2F2
R22
Chlorodifluoromethane
CHClF2
1,1,1,2-tetrafluoroethane
CH2FCF3
Ammonia
NH3
Ethana
R134a
Senyawa
anorganik
R717
1.a. Refrigeran R717
Refrigeran R717 termasuk refrigeran yang sering digunakan baik
di kalangan industri maupun masyarakat luas. Diantara refrigeran alami
lainnya, R717 merupakan alternatif pertama sebagai pengganti R22 dan
R502. Produksi refrigeran R717 di seluruh dunia mencapai 120 juta ton dan
hanya sebagian kecil (± 5 %) digunakan dalam peralatan refrigerasi.
Refrigeran R717 tidak menyebabkan menipisnya lapisan ozon (ODP = 0) dan
tidak secara langsung menyebabkan efek rumah kaca (GWP = 0), selain itu
uap refrigeran ammonia lebih ringan daripada udara
1.b. Refrigeran R12
Refrigeran R-12 merupakan refrigeran yang sangat terkenal dan
banyak digunakan untuk memperoleh suhu yang rata-rata, Refrigeran ini
termasuk
dalam
golongan
CFC
(chlorofluorocarbon)
yang
dapat
menyebabkan kerusakan lapisan ozon yang tinggi (ODP = 1) dan pemanasan
global (GWP = 8500). Refrigeran R-12 termasuk jenis refrigeran yang
bersifat aman untuk digunakan dalam proses refrigerasi. Karakteristik dari
refrigeran ini yaitu sifat kemudahan mengalirnya yang tinggi (keadaan cair).
Selain itu, refrigeran R12 tidak menyebabkan ledakan, tidak membawa aliran
listrik dan berubah wujud di air.
1.c. Refrigeran R22
Refrigeran R22, difluorochloromethane termasuk ke dalam
golongan HCFC (hydrochlorofluorocarbon), dengan nilai ODP sebesar 0.05
dan menyebabkan pemanasan global yang tinggi dengan nilai GWP sebesar
1700. Jika dibandingkan dengan R12, refrigeran R22 tidak bagus bila
bercampur dengan oli. Koefisien pindah panas refrigeran ini selama
pendidihan dan pengembunan sebesar 25 – 30 % lebih tinggi daripada R12.
Refrigeran R22 memiliki tekanan kondensasi dan suhu keluar yang
lebih tinggi dalam mesin refrigerasi. Toleransi konsentrasi refrigeran R22 di
udara sebesar 3000 mg/m3 di bawah pencahayaan selama 1 jam. Refrigeran
ini banyak digunakan untuk mendapatkan temperatur yang rendah pada saat
proses kompresi, dalam sistem pengkondisian dan pompa panas.
Gambar 6. Refrigeran R22
1.d. Refrigeran R134a
Rumus
kimia
dari
refrigeran
R134a
adalah
CF3CFH2,
(tetrafluoroethane). Molekul refrigeran R134a lebih kecil daripada molekul
refrigeran R12 sehingga bersifat lebih aman digunakan. Refrigeran ini
termasuk dalam golongan HFC (hydrofluorocarbon)
dan bersifat tidak
beracun. Karakteristik refrigeran R134a tidak digunakan pada temperatur
yang tinggi, lebih rendah daripada refrigeran R12, yaitu hanya kira-kira 8 –
10 0C. Selain itu, refrigeran ini juga tidak digunakan pada tekanan uap jenuh
yang tinggi. Data-data energi refrigeran ini lebih buruk daripada refrigeran
R12, diantaranya volume spesifik efek refrigerasi yang lebih rendah 6% pada
suhu -180C.
2. Aliran Refrigeran
Refrigeran menyerap panas dari suatu lingkungan dan membuangnya
ke tempat yang lain yang biasanya melalui proses evaporasi dan kondensasi.
Perubahan fase muncul pada proses penyerapan dan sistem mekanisasi
kompresi uap, akan tetapi perubahan fase tersebut tidak muncul pada sistem
operasi suatu siklus gas yang menggunakan fluida seperti udara. Desain
peralatan refrigerasi sangat tergantung pada sifat-sifat refrigeran yang dipilih.
Sifat-sifat refrigeran meliputi karakteristik hubungan suhu-entropi
cairan dan uap jenuh. Kelangkaan untuk kegiatan refrigerasi diperlukan untuk
sifat-sifat termodinamika lainnya.
2a. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Aliran refrigeran selama melewati kondensor, evaporator dan pipa
saluran akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop). Juga selama
proses berlangsung akan terjadi kehilangan atau peningkatan panas,
tergantung pada perbedaan
suhu antara suhu refrigeran dan suhu
lingkungannya.
Di dalam evaporator terjadi pressure drop yang besar karena efek
kumulatif dari dua faktor. Pertama, pressure drop dalam evaporator karena
gesekan yang dinamakan pressure drop gesekan. Kedua, seiring dengan
proses penguapan maka volume akan meningkat dan kecepatan juga
meningkat. Kenaikan energi kinetik bersumber dari penurunan entalpi.
Pressure drop yang terakhir ini dinamakan disebut sebagai pressure drop
momentum.
Di dalam kondensor, pressure drop yang terjadi tidak nampak
dengan jelas karena pressure drop gesekan adalah positif , sedangkan
pressure drop momentum negatif. Kemungkinan ini terjadi karena adanya
kenaikan tekanan selama kondensasi akibat penurunan volume dan energi
kinetik.
Akibat adanya berbagai macam pressure drop, maka kapasitas
peralatan mengalami penurunan dan konsumsi tenaga per unit refrigerasi
menngkat. Atas dasar ini maka nilai COP siklus aktual menurun.
Silinder kompresor biasanya lebih panas dari lingkungan
sekitarnya sehingga terjadi kehilangan panas. Ini akan mengurangi kerja
kompresi, sehingga pendinginan di kompresor freon akan dilakukan dengan
udara melalui konveksi alami. Kompresor amonia menggunakan air untuk
tujuan pendinginan.
2b. Tekanan Pengembunan dan Tekanan Penguapan
Tekanan penguapan sebaiknya positif dan sedekat mungkin dengan
tekanan atmosfir. Jika tekanan penguapan terlalu rendah maka volume uap
pada saat pengisapan akan menjadi besar. Tekanan positif diperlukan untuk
menghilangkan kemungkinan masuknya udara dan air ke dalam sistem.
Karena itu, titik didih refrigeran harus lebih rendah dari suhu refrigerasi.
Refrigeran R717 dan R22 adalah refrigeran bertekanan tinggi bila
dibandingkan dengan refrigeran R12 dan refrigeran R134a. Rasio tekanan
menunjukkan penurunan untuk setiap penurunan titik didih. Refrigeran R12
dan R22 memiliki rasio tekanan yang hampir sama.
Tabel 2. Perbandingan performansi refrigeran per kilowatt refrigerasi (Syarief
M.A. dan Kumendong, J., 1992)
Nama
Tekanan
Tekanan
Rasio
Volume
Tenaga
Refrige-
Evaporator
konden-
kom-
spesifik
(power)
ran
(MPa)
sor
presi
suction gas
(kW)
COP
(m3/kg)
(MPa)
R717
0.236
1.164
4.94
0.5106
0.207
4.84
R12
0.183
0.745
4.07
0.0914
0.213
4.69
R22
0.296
1.192
4.03
0.0774
0.210
4.75
R134a
1.623
4.637
2.86
0.206
0.364
2.74
E. TINJAUAN ATAS PENELITIAN SEBELUMNYA
Tahun 2002, Yumrutas et al., mengembangkan suatu model komputasi
analisis eksergi untuk menyelidiki sistem refrigerasi kompresi uap dengan
refrigeran amonia. Software EES (Engineering Equation Solver) digunakan
sebagai alat perhitungan dan simulasi. Asumsi yang digunakan adalah aliran
steady state, kerugian tekanan pada kompresor dan katup ekspansi diabaikan.
Hasil yang diperoleh adalah sebagaimana Gambar 7 dibawah ini, dan dapat
dinyatakan bahwa efisiensi eksergi meningkat dengan naiknya suhu evaporator
dan menurunnya suhu kondensor.
Gambar 7. Persentase eksergi dan kerugian eksergi total sebagai fungsi suhu
evaporator dan suhu kondensor
Boelman at.al., 2004, melakukan analisis terhadap definisi efisiensi
eksergi pada alat penukar kalor sederhana untuk diterapkan pada peralatan yang
beroperasi pada suhu lingkungan (To). Ia memperkenalkan parameter T’
sebagai suhu tak berdimensi (skalar). Ia menyatakan bahwa definisi efisiensi
eksergi universal merupakan perbandingan antara jumlah eksergi yang keluar
dari sistem dengan jumlah eksergi yang masuk ke dalam sistem, dan efisiensi
eksergi fungsional adalah perbandingan antara perubahan eksergi produk
dengan perubahan eksergi sumber.
Analisis energi merupakan pendekatan mendasar dan tradisional untuk
menghitung proses konversi energi yang beragam. Analisisnya menggunakan
konsep kekekalan energi. Namun pendekatan ini sudah kurang efisien untuk
digunakan, karena mengabaikan perjalanan proses. Sebagai solusi digunakan
pendekatan modern untuk mengalisis proses yang dikenal dengan analisis
eksergi (Chengqin, 2003). Analisis eksergi pada pembekuan dapat ditinjau dari
tiga aspek yaitu dari aspek proses pembekuan (Bruttini et. al.,2000, Tambunan
et. al., 2003)), alat pembeku (Leidenfrost (1980), Yumrutas (2002)., Yang, et
al., 2005), dan analisis eksergi yang berkaitan dengan refrigeran yang
digunakan.
Untuk analisis eksergi pada alat refrigerasi dilakukan oleh Leidenfrost
(1980) dimana dilakukan analisis eksergi pada sistem refrigerasi dengan
refrigeran R-12. Metode yang digunakan adalah perhitungan dan perbandingan
efisiensi eksergi alat refrigerasi sistem kompresi uap dengan beberapa jenis
kondensor berbeda. Hasil yang diperoleh adalah sebagaimana tabel 3. Dari hasil
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa efisiensi eksergi paling besar untuk
sistem kompresi uap terjadi pada kondensor dengan pendinginan evaporatif,
dimana daya total yang digunakan sebesar 470.73 kW.
Tabel 3. Tabel hasil penelitian Leidenfrost, 1980 pada RH (relatif Humidity)
= 65%
Tipe Konden-
Kondensor dengan
sor
Perhitungan
Daya (kW)
Efisiensi eksergi
(%)
Pendingin air
Pendingin
Pendingin
udara
udara yang
lingkungan
didinginkan
634.49
617.90
524.69
470.73
29.12
29.91
35.22
39.26
dengan air
Pendinginan
dari menara
evaporatif
pendingin
Anggraheni, D. A. (2003) melakukan kajian energi pembekuan ikan
patin dan daging ayam broiler dengan metode lempeng sentuh dan vakum.
Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan untuk mencari nilai laju
pembekuan, laju konsumsi energi, besarnya eksergi pada pembekuan lempeng
sentuh dan vakum.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata laju pembekuan ikan
patin dan daging ayam broiler dengan pembekuan lempeng sentuh berturutturut sebesar 6.90 cm/jam dan 4.84 cm/jam. Sedangkan nilai rata-rata laju
pembekuan ikan patin dengan pembekuan vakum sebesar 12.41 cm/jam dan
ayam broiler sebesar 11.27 cm/jam. Besarnya laju konsumsi energi pembekuan
lempeng sentuh ikan patin berkisar antara 298.03 kJ/kg sampai 385.07 kJ/kg.
Input energi pada pembekuan vakum lebih besar, karena diperlukan energi
untuk menurunkan tekanan oleh pompa vakum. Eksergi maksimum yang
didapat selama proses pembekuan lempeng sentuh dan vakum ikan patin secara
berurutan adalah 81.34 kJ/kg dan 93.57 kJ/kg, sedangkan untuk ayam broiler
secara berurutan adalah 77.27 kJ/kg dan 81.36 kJ/kg. Eksergi pada pembekuan
vakum lebih tinggi daripada lempeng sentuh, karena pada penghitungan eksergi
pembekuan vakum dilibatkan besarnya tekanan yang telah dapat yang
diturunkan.
III. METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN TEORITIK
Analisis eksergi merupakan suatu metoda analisis yang merupakan
penerapan dari hukum termodinamika kedua yang digunakan untuk
mengetahui efisien tidaknya suatu proses dalam penggunaan energi. Tujuan
analisis eksergi adalah untuk mencari lokasi dalam proses yang energinya tidak
efisien (Sutanto, 1985).
Analisis eksergi pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu memasukkan data-data yang dibutuhkan (properti termodinamika
refrigeran yang dipilih, suhu pada kondensor, temperatur evaporator,
temperatur fluida pendingin kondensor, temperatur ruangan yang didinginkan,
kapasitas refrigerasi dan efisiensi kompressor), tahap perhitungan oleh
komputer, dan tahap tampilan hasil perhitungan. Refrigeran yang dipakai
dalam analisis ini antara lain adalah refrigeran R717, refrigeran R12, refrigeran
R22, dan refrigeran R134a.
KAJIAN
EKSERGI
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Pemakaian refrigeran yang berbeda
(R717, R12, R22, R134a)
Thermal Properties dari refrigeran yang dipilih
Pengaruh suhu evaporasi dan suhu kondensasi
Kehilangan eksergi di setiap komponen mesin
refrigerasi
Kehilangan eksergi total, efisiensi eksergi dan nilai COP
Gambar 8. Skema sederhana tahapan simulasi
B. DATA MASUKAN
Proses analisis dan pengkajian eksergi ini dikerjakan dengan bantuan
komputer menggunakan program Visual Basic versi 6.0. Model perhitungan
yang berdasarkan pada analisis eksergi ini dilakukan untuk menyelidiki
pengaruh perbedaan refrigeran terhadap eksergi yang hilang dan efisiensi
hukum II thermodinamika daur refrigerasi sistem kompresi uap. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa jenis refrigeran mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap kehilangan eksergi total maupun eksergi dalam kompresor, katup
ekspansi, evaporator dan kondensor.
Analisis eksergi pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap,
memasukkan data input yang dibutuhkan (properti termodinamika refrigeran,
temperatur pada kondensor, temperatur evaporator, temperatur fluida
pendingin kondensor, temperatur ruangan yang didinginkan, kapasitas
refrigerasi dan effisiensi kompressor), tahap perhitungan oleh komputer, dan
tahap tampilan hasil perhitungan. Refrigeran yang dipakai dalam simulasi ini
antara lain adalah refrigeran R717, refrigeran R12, refrigeran R22, dan
refrigeran R134a.
Pada simulasi ini digunakan data-data dari sifat thermal properties dari
setiap refrigeran yang digunakan (R717, R12, R22, R134a) yang diperoleh dari
berbagai sumber, diantaranya internet, buku-buku yang terkait dan jurnal (dapat
dilihat pada lampiran). Data-data tersebut diolah dan dimasukkan ke program
aplikasi curve expert kemudian dibuat menjadi persamaan polynomial.
Persaman-persamaan tersebut dimasukkan ke dalam program Visual Basic (VB
6.0) sehingga menjadi suatu simulasi scocastic (perkiraan).
C. DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN
Mulai
Pilih refigeran (R717, R12, R22, R134a)
Sifat-sifat termal (Thermal properties) dari
refrigeran yang dipilih
Masukkan suhu evaporasi (Tev) dan suhu kondensasi
(Tcond yang diinginkan dan dikonversikan ke satuan
Kelvin (TevapK dan TcondK)
Tekanan di evaporator Pev (kPa)
Tekanan di kondensor Pcd (kPa)
Suhu yang keluar dari kompresor (Tcp-e)
Entalpi pada saat keluar kondensor h3 (kJ/kg)
Entalpi menuju evaporator berwujud cair h4-f (kJ/kg)
Entalpi pada saat keluar dari evaporator h1 (kJ/kg)
Panas jenis refigeran dalam bentuk gas (Cpg)
Entropi pada saat keluar evaporator S1 (kJ/kg.K)
Entropi pada saat keluar kondensor S3 (kJ/kg.K)
Massa jenis refrigeran di kondensor (rho23)
Massa jenis refrigeran evaporator (rho41)
Massa jenis refrigeran (rho)
Volume spesifik di dalam pipa (vi)
volume spesifik di luar pipa (vo)
s
= entropi spesifik
.sd = entropi pada saat keadaan
Entalpi pada saat keadaan super jenuh (h2s)
Entalpi pada saat keluar dari katup ekspansi (h4), kJ/kg
Entalpi pada saat keluar dari kompresor (h2), kJ/kg
a
a
Tebal produk (x ), cm
Molekul relatif (mr)
Entropi pada saat keluar kompresor (s2), kJ/kg.K
Entropi menuju evaporator berwujud cair (s4f), kJ/kg.K
Entropi pada saat keluar dari katup ekspansi (s4), kJ/kg.K
entalpi menuju evaporator berwujud cair h4-f (kJ/kg)
Kecepatan rata-rata aliran refrigeran (vm)
(Persamaan. 32)
Entropi pembangkitan pada proses kompresi(Sgen12)
(Persamaan 7)
Kerja yang hilang pada proses kompresi(w12)
(Persamaan 8)
Beban kondensor (qcon)
(Persamaan 10)
Kerja yang hilang di kondensor (w23)
(Persamaan 11)
Kerja yang hilang di katup ekspansi (w34)
(Persamaan 12)
Beban kompresor (qc)
(Persamaan 14)
Kerja yang hilang di evaporator (w41)
(Persamaan 15)
Kerja kompresor isentropik (ws)
(Persamaan 23)
Beberapa kerja yang hilang di kompresor (wm)
(Persamaan 22)
b
b
Kecepatan rata-rata di kondensor (um23)
(Persamaan 29)
Bilangan Reynold aliran refrigeran di kondensor (Re23)
(Persamaan 27)
Koefisien gesekan(friction) aliran refrigeran di kondensor (fD23)
(Persamaan 26)
Kecepatan aliran massa maksimum di kondensor (G23)
(Persamaan 31)
Kecepatan rata-rata di evaporator (um41)
(Persamaan 29)
Bilangan Reynold aliran refrigeran di evaporator (Re41)
(Persamaan 27)
Koefisien gesekan(friction) aliran refrigeran di evaporator (fD41)
(Persamaan 26)
Kecepatan aliran massa maksimum di evaporator (G41)
(Persamaan 31)
Jatuh tekanan di evaporator (∆P41)
(Persamaan 30)
Jatuh tekanan di kondensor (∆P23)
(Persamaan
29)di tumpukan pipa (um)
Kecepatan
rata-rata
(Persamaan 29)
Bilangan Reynold aliran refrigeran di tumpukan pipa(ReD)
(Persamaan 27)
Koefisien gesekan(friction) aliran refrigeran di tumpukan pipa (fD)
(Persamaan 26)
Kecepatan aliran massa maksimum di tumpukan pipa (GD)
(Persamaan 31)
c
c
Jatuh tekanan di tumpukan pipa (∆PD)
(Persamaan 30)
Kerja karena kehilangan tekanan di kondensor (Wf23)
(Persamaan 21)
Kerja karena kehilangan tekanan di evaporator (Wf41)
(Persamaan 21)
Kerja aktual (Wac)
(Persamaan 24)
Kerja dapat balik (Wrev)
(Persamaan 6)
Kehilangan eksergi (Wl)
(Persamaan 4)
Koefisien performansi (COP)
(Persamaan 2)
Efisiensi eksergi (ηII)
(Persamaan 5)
Selesai
Gambar 9. Diagram alir simulasi eksergi sistem refrigerasi kompresi uap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROPERTI TERMODINAMIKA REFRIGERAN
Refrigeran merupakan substansi kerja dalam sistem refrigerasi. Setiap
refrigeran memiliki properti termodinámika yang berbeda dengan lainnya.
Dalam penelitian ini, beberapa data properti termodinámika refrigeran
dimasukkan ke dalam grafik program aplikasi curve expert sehingga dapat
diperoleh persamaan-persamaan. Kemudian persamaan tersebut disusun ke
dalam program analisis eksergi dengan menggunakan program Visual Basic.6
(VB. 6.0).
P (kPa)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap tekanan (P)
beberapa refrigeran
11000
10000
9000
R717
R12
8000
R22
R134a
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
T (K)
Gambar 10. Grafik hubungan suhu terhadap tekanan
hf (kJ/kg)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap entalpi cairan
(hf) beberapa refrigeran
950
850
R717
R12
750
R22
R134a
650
550
450
350
250
150
50
-50
180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
T (K)
Gambar 11. Grafik hubungan suhu terhadap entalpi cairan
hg (kJ/kg)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap entalpi gas (hg)
beberapa refrigeran
1500
1300
1100
R717
R12
900
R22
R134a
700
500
300
100
203 223 243 263 283 303 323 343 363 383 403
T (K)
Gambar 12. Grafik hubungan suhu terhadap entalpi gas
sf (kJ/kg.K)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap entropi cairan
(sf) beberapa refrigeran
3.45
2.95
2.45
1.95
1.45
0.95
0.45
-0.05
203
R717
R22
223 243
R12
R134a
263 283
303
323 343
363 383
403
T (K)
Gambar 13. Grafik hubungan suhu terhadap entropi cairan
sg (kJ/kg.K)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap entropi gas (sg)
beberapa refrigeran
7
6
5
4
3
2
1
0
200
R717
R22
220
240
260
280
300
R12
R134a
320
340
360
380
400
T (K)
Gambar 14. Grafik hubungan suhu terhadap entropi gas
Grafik hubungan suhu (T) terhadap volume spesifik
cairan (vf) beberapa refrigeran
vf (L/kg)
0.0035
0.0025
R717
R22
R12
R134a
0.0015
0.0005
200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
T (K)
Gambar 15. Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik cairan
vg( L/kg)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap volume spesifik
gas (vg) beberapa refrigeran
5.01
4.51
4.01
3.51
3.01
2.51
2.01
R717
R12
1.51
R22
R134a
1.01
0.51
0.01
150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450
T (K)
Gambar 16. Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik gas
cpg (kJ/kg.K)
Grafik hubungan suhu (T) terhadap panas spesifik
(cpg) beberapa refrigeran
7
6
5
4
3
2
1
0
R717
R22
R12
R134a
170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390 410
T (K)
Gambar 17. Grafik hubungan suhu terhadap panas spesifik
Grafik hubungan suhu (T) terhadap v olume spesifik udara
9
0.9
volumespesifik(L/kg)
3
0.9
7
0.8
1
0.8
5
0.7
9
0.6
3
0.6225.2
241.2
257.1
273.1
289.1
305.1
321.1
T (K)
Gambar 18. Grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik udara
Dari grafik hubungan suhu terhadap volume spesifik udara (vu),
seperti yang terlihat pada Gambar 18 diperoleh persamaan polinomial orde 4
sebagai berikut vu = 19.882016 – (0.30710868 * T) + (0.0018130993 * T2) –
(4.7192999 * 10-6 * T3) + (4.6139788 *10-9 * T4)
Refrigeran R717, refrigeran R12, refrigeran R22 dan refrigeran R134a
merupakan refrigeran yang dapat digunakan pada siklus kompresi uap seperti
yang digambarkan dalam Gambar 1 dan 2. Data properti refrigeran-refrigeran
ini juga dapat diperoleh dari software Refrigerant Properties yang
dikembangkan oleh software NIST (National Institute of Standards and
Technology). Bentuk kurva keadaan jenuh refrigeran akan mempengaruhi
besarnya eksergi yang dapat diperoleh.
Gambar 19. Diagram T − s refrigeran R717
Gambar 20. Diagram T − s refrigeran R12
Gambar 21. Diagram T-s Refrigeran 22
Gambar 22. Diagram T-s Refrigeran-134a
B. ALIRAN REFRIGERAN
1. Tekanan Evaporasi dan Tekanan Kondensasi
Tekanan evaporasi (penguapan) sebaiknya positif dan sedekat
mungkin dengan tekanan atmosfir. Jika tekanan penguapan terlalu rendah
maka volume uap pada saat pengisapan akan menjadi besar. Tekanan positif
diperlukan untuk menghilangkan kemungkinan masuknya udara dan air ke
dalam sistem. Karena itu, titik didih refrigeran harus lebih rendah dari suhu
refrigerasi.
Tabel 4. Tekanan evaporasi beberapa refrigeran pada variasi suhu
evaporasi yang diperoleh dari persamaan polinomial dengan
curve expert
Tekanan Evaporasi (kPa)
Suhu
evaporasi
(C)
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
R717
181.72
200.01
219.69
240.82
263.42
287.55
313.24
340.56
369.55
R12
150.89
163.05
175.95
189.61
204.06
219.33
235.45
252.44
270.35
R22
246.03
265.77
286.66
308.72
332.02
356.58
382.46
409.70
438.34
R134a
540.83
559.45
578.93
599.29
620.56
642.79
666.01
690.26
715.58
Tabel 5. Tekanan kondensasi beberapa refrigeran pada variasi suhu
kondensasi yang diperoleh dari persamaan polinomial dengan
curve expert
Suhu
kondensasi
(C)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
Tekanan Kondensasi (kPa)
R717
985.05
1046.83
1111.41
1178.90
1249.37
1322.93
1399.68
1479.71
1563.12
R12
634.29
669.73
706.61
744.97
784.86
826.31
869.36
914.05
960.42
R22
1015.06
1070.98
1129.18
1189.71
1252.65
1318.06
1385.99
1456.53
1529.74
R134a
1206.92
1253.73
1302.40
1352.96
1405.49
1460.04
1516.68
1575.46
1636.45
Diagram tekanan-entalpi (P-h) merupakan alat grafis yang biasa
digunakan untuk menyatakan sifat refrigeran. Pada prakteknya entalpi
merupakan salah satu sifat terpenting yang harus diketahui, sehingga tekanan
akan lebih mudah ditentukan. Diagram rangka entalpi dapat dilihat pada
gambar, dengan tekanan sebagai ordinat, dan entalpi sebagai absis. Grafik ini
diperoleh dari software Refrigerant Properties yang dikembangkan oleh
NIST (Nasional Institute of Standards and Technology).
Gambar 23. Diagram P − h refrigeran R717
Gambar 24. Diagram P − h refrigeran R12
Gambar 25. Diagram P − h refrigeran R22
Gambar 26. Diagram P − h refrigeran R134a
2. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Penurunan tekanan di evaporator maupun di kondensor terjadi oleh
karena proses irreversibilitas. Penurunan tekanan yang paling besar terjadi di
evaporator karena panjang pipa akan menyebabkan gesekan lebih besar.
Penurunan tekanan di evaporator menurun seiring dengan suhu evaporasi
yang semakin bertambah. Ini dikarenakan berat jenis refrigeran menurun
ketika suhu refrigeran meningkat dengan berat jenis yang lebih rendah
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
adalah diameter pipa, dimana penurunan tekanan berbanding terbalik dengan
diameter pipa, makin besar diameter pipa maka makin kecil penurunan
tekanannya.
Sedangkan penurunan tekanan di kondensor tidak sebesar
penurunan tekanan di evaporator, hal ini disebabkan suhu di kondensor yang
lebih tinggi daripada di evaporator mengakibatkan massa jenis refrigeran di
kondensor lebih kecil, sehingga koefisien gesek menurun.
Tabel 6. Pressure Drop dari komponen mesin refrigerasi kompresi
uap pada suhu kondensasi (suhu evaporasi -20 oC)
TKond
(C)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
Pressure
drop di
Kondensor
(Pa)
1.30
1.33
1.36
1.39
1.42
1.45
1.48
1.52
1.55
Pressure
Drop di
Evaporator
(Pa)
141.28
144.59
148.01
151.53
155.16
158.90
162.77
166.75
170.87
Tabel 7. Pressure Drop dari komponen mesin refrigerasi kompresi
uap pada suhu evaporasi (suhu kondensasi 30 oC)
Tevap
(C)
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
C. ANALISIS EKSERGI
Pressure
Drop di
Kondensor
(Pa)
1.39
1.38
1.38
1.37
1.37
1.37
1.36
1.36
1.36
Pressure
Drop di
Evaporator
(Pa)
369.55
340.56
313.24
287.55
263.41
240.82
219.69
200.01
181.72
Analisis energi mempergunakan hukum termodinamika pertama untuk
merumuskan energi. Hukum termodinamika pertama merupakan hukum
konservasi energi. Energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan, hanya
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Jumlah total energi adalah
konstan, energi yang masuk ke dalam sistem sama dengan energi yang keluar
dari sistem. Tetapi selanjutnya dalam implementasi, ide konservasi energi tidak
cukup untuk menggambarkan aspek-aspek penting dari penggunaan sumber
energi.
Eksergi yang hilang (exergy loss) digambarkan sebagai unsur dari
ketidakmampubalikan proses termodinámika. Analisis eksergi adalah suatu
metoda analisis yang merupakan penerapan dari hukum termodinamika kedua
yang digunakan untuk mengetahui efisien tidaknya suatu proses dalam
penggunaan energi. Tujuan analisis eksergi adalah untuk mencari lokasi dalam
proses yang energinya tidak efisien (Sutanto, 1985).
Ada dua skenario yang digunakan pada penelitian ini. Skenario
pertama suhu evaporasi berkisar antara -20°C dan -4°C sedangkan suhu
kondensasi berkisar tetap pada suhu 30°C. Kemudian skenario kedua suhu
keluar kondensasi berkisar antara 24° dan 40° C sedangkan suhu evaporasi
berada pada kisaran – 4 °C. Sehingga dapat digunakan asumís untuk penentuan
tingkat keadaan: 1) suhu ruang pendingin sama dengan suhu evaporator dan
suhu udara sekitar dianggap 30° C;, 2) Suhu evaporasi berkisar antara -20°C
dan -4°C;, 3) Suhu keluar kompresor adalah 80 °C;, 4) Suhu kondensasi
berkisar pada suhu 30°C;, 5) Suhu kondensasi berkisar antara 24° dan 40° C;,
6) Suhu evaporasi berada pada kisaran – 4 °C;, 7) Beban pendinginan (Qe)
sebesar 1 kW.
Desain parameter untuk alat penukar kalor yang digunakan sebagai
kondensor dan evaporator juga perla diperhatikan. Parameter untuk evaporator
dianggap sama dengan parameter untuk kondensor. Efisiensi isentropik pada
kompresor dianggap 85%. Dan prosesnya diasumsikan keadaan isentropik.
Desain alat penukar kalor (heat exchanger) dapat diuraikan sebagai berikut :
diameter luar dan diameter dalam tabung berturut-turut sebesar 16.4 mm dan
6.68 mm.Sedangkan puncak dan ketebalan fin sebesar 275 dan 0.254 mm.
Rasio antara area aliran bebas dengan area frontal 0.449 dan rasio antara area
transfer panas dengan volume total 269 m2/m3. Sedangkan rasio antara area fin
dan area total sebesar 0.83 dan untuk kecepatan udara keluar diasumsikan
sebesar 5 m/detik.
1. COP (Coefficient of Performance)
COP didefinisikan sebagai jumlah pendinginan yang dapat
diproduksi per satuan kerja. Nilai COP pada variasi suhu evaporasi dan suhu
kondensasi beberapa refrigeran dapat dilihat pada Gambar 27 dan Gambar
28. Nilai COP dari siklus meningkat dengan peningkatan suhu evaporasi
dengan asumsi suhu kondensasi konstan. Sebaliknya nulai COP akan
mengalami penurunan pada suhu kondensasi yang meningkat dengan asumsi
suhu evaporasi dalam keadaan konstan. Nilai COP dihitung dengan membagi
nilai panas yang dipindahkan ruang pendingin dengan input kerja aktual
kompresor.
10
8
COP
6
4
R717
R22
R12
R134a
2
0
-20
-18
-16
-14
-12
-10
Suhu evaporasi (C)
-8
-6
-4
Gambar 27. Grafik hubungan suhu evaporasi dengan nilai COP beberapa
refrigeran
8
R717
R22
COP
6
R12
R134a
4
2
0
24
26
28
30
32
34
36
38
40
Suhu Kondensasi (C)
Gambar 28. Grafik hubungan suhu kondensasi dengan nilai COP
beberapa refrigeran
Refrigeran R12 memiliki nilai COP yang paling tinggi pada suhu
evaporasi dan pada suhu kondensasi yang bervariasi, yaitu sebesar 8.047 dan
5.813. Refrigeran R12 memiliki nilai entalpi yang paling besar daripada
ketiga refrigeran lainnya karena refrigeran ini menguap pada suhu yang lebih
rendah. Refrigeran yang memiliki nilai COP terendah pada variasi suhu
evaporasi dan suhu kondensasi adalah R134a sebesar 5.044 dan 4.39 karena
refrigeran ini menguap pada suhu yang lebih tinggi.
Suhu evaporasi yang semakin meningkat mengakibatkan nilai COP
juga semakin naik. Hal ini dapat kita lihat dari trendline yang semakin
meningkat. Nilai COP yang semakin tinggi ini dipengaruhi oleh selisih
entalpi di evaporator dan selisih entalpi di kompresor. Dengan suhu
evaporasi yang semakin besar maka selisih entalpi di evaporator semakin
besar sedangkan selisih entalpi di kompresor semakin kecil dengan asumsi
suhu kondensasi konstan.
2. Efisiensi Eksergi
Efisiensi hukum II termodinamika yang dikenal dengan efisiensi
eksergi atau effectiveness dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja
minimum yang dibutuhkan terhadap input kerja aktual Efisiensi eksergi akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu evaporasi dengan asumsi suhu
kondensasi konstan dan penurunan suhu kondensasi dengan asumsi suhu
Efisiensi eksergi (%)
evaporasi konstan.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
24
26
28
30
32
R717
R12
R22
R134a
34
36
38
40
Suhu kondensasi (C)
Gambar 29. Grafik hubungan suhu kondensasi dengan efisiensi eksergi
menggunakan beberapa refrigeran
Efisiensi Eksergi (%)
14
12
10
8
6
R717
R22
R12
R134a
4
2
0
-20
-18
-16
- 14
- 12
-10
-8
-6
-4
Suhu evaporasi (C)
Gambar 30. Grafik hubungan suhu evaporasi dengan efisiensi eksergi
menggunakan beberapa refrigeran
Dari Gambar 29 tersebut terlihat bahwa efisiensi eksergi terkecil
terjadi pada refrigeran R-134a. Hal ini berarti pada refrigeran R-134a
memberikan kehilangan eksergi yang relatif besar dibandingkan refrigeran
R12, refrigeran R22 ataupun refrigeran R717. Hal ini disebabkan beberapa
hal, salah satunya adalah bentuk kurva keadaan jenuh refrigeran. Bentuk
kurva tersebut akan mempengaruhi besarnya eksergi yang dapat diperoleh,
karena luas persegi panjang yang berada di dalam kurva tersebut adalah
ekserginya, sehingga semakin gemuk bentuk kurvanya, maka akan semakin
memperluas kerja yang berguna dalam bentuk eksergi. Refrigeran R134a
memiliki luas persegi panjang yang lebih besar dibandingkan ketiga
refrigeran lainnya. Selain itu, Asumsi suhu keluar kompresor akan
mempengaruhi eksergi yang hilang dari kompresor, semakin tinggi
penentuan suhu yang keluar dari kompresor maka akan meningkatkan
eksergi yang hilang sehingga menurunkan efisiensi eksergi.
eksergi
Gambar 31. Eksergi pada T-s diagram
Eksergi yang hilang dalam kondensor meningkat, sedangkan dalam
evaporator menurun seiring dengan naiknya suhu evaporasi dengan asumsi
suhu kondensasi konstan. Semakin tinggi perbedaan suhu pada komponen
kondensor dan evaporator, maka semakin tinggi pula eksergi yang hilang.
Sementara itu jumlah eksergi yang hilang di dalam kondensor akan
meningkat untuk mengganti penurunan persentase eksergi yang hilang dalam
evaporator. Yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya eksergi yang
hilang di dalam kondensor tidak diartikan sebagai penurunan eksergi yang
hilang yang terjadi di dalam evaporator karena eksergi yang hilang di dalam
komponen lainnya juga meningkat.
3. Kehilangan Eksergi (Exergy Loss)
Kecenderungan kerugian eksergi (exergy loss) dalam penurunan
suhu evaporasi dapat dijelaskan dengan melihat kenyataan bahwa perbedaan
suhu rata-rata antara evaporator dan ruang pendingin menurun seiring dengan
dengan suhu evaporator yang meningkat. Semakin tinggi perbedaan suhu,
maka semakin tinggi pula kerugian eksergi.
350
Exergy loss (kJ)
300
250
200
150
100
R717
R22
R12
R134a
50
0
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
Suhu evaporasi (C)
Gambar 32. Grafik hubungan suhu evaporasi dengan exergy loss total
menggunakan beberapa refrigeran
400
Exergy loss (kJ)
350
300
250
200
150
100
R717
R22
50
R12
R134a
0
24
26
28
30
32
34
36
38
40
Suhu kondensasi (C)
Gambar 33. Grafik hubungan suhu kondensasi dengan exergy loss total
menggunakan beberapa refrigeran
Pada Gambar 32 dan Gambar 33 dapat dilihat bahwa refrigeran
R134a memilki nilai exergi loss yang lebih besar dibandingkan tiga jenis
refrigeran lainnya. Semakin tinggi suhu kondensasi, maka nilai exergy loss
refrigeran tersebut juga semakin tinggi dengan asumsi suhu evaporasi
konstan.
Nilai eksergi di evaporator semakin meningkat dengan kenaikan
suhu evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi konstan. Sedangkan pada
kenaikan suhu kondensasi nilai eksergi di evaporator akan semakin turun
dengan asumsi suhu evaporasi konstan.
Kondensor memiliki nilai eksergi yang semakin menurun dengan
kenaikan suhu evaporasi pada suhu kondensasi konstan, akan tetapi akan
mengalami kenaikan dengan suhu kondensasi yang semakin meningkat pada
suhu evaporasi dalam keadaan konstan.
Exergy loss di kondensor menurun dan di evaporator menurun
dengan meningkatnya suhu kondensasi dengan diasumsikannya suhu
evaporasi dalam keadaan konstan. Parameter-parameter lainnya juga
meningkat untuk mengejar penurunan exergy loss di kondensor. Peningkatan
suhu evaporasi menyebabkan besar exergy loss di kondensor meningkat dan
yang di evaporator menurun dengan asumsi suhu kondensasi konstan.
Kecenderungan bahwa exergy loss di evaporator menurun dengan
suhu evaporasi dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa perbedaan suhu
rata-rata diantara suhu evaporator dengan ruang pendingin menurun dengan
meningkatnya suhu evaporasi. Semakin besar perbedaan suhunya maka
semakin besar pula exergy loss. Sementara itu, exergy loss di kondensor
harus bertambah untuk mengejar penurunan persentasi exergy loss di
evaporator. Peningkatan exergy loss di kondensor tidak dinyatakan sebagai
penurunan exergy loss di evaporator karena besar exergy loss di komponen
lainnya juga meningkat.
Kehilangan eksergi (Exergy loss) juga terjadi karena penurunan
tekanan (pressure drop) yang besar. Dari Tabel 6 dan Tabel 7 dapat dilihat
bahwa nilai pressure drop di evaporator jauh lebih besar daripada pressure
drop di kondensor. Hal ini dikarenakan volume spesifik refrigeran di
evaporator jauh lebih besar daripada di kondensor. Dalam hal ini ukuran
panjang evaporator diasumsikan sama dengan ukuran panjang kondensor.
Kerja yang hilang di kondensor terlihat jauh lebih besar daripada di
evaporator. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa refrigeran hampir
melalui proses panas tambahan isotermal selama pergantian fase di
evaporator dengan perbedaan suhu yang relatif kecil diantara evaporator dan
ruang dingin. Di kondensor, hanya sebagian dari panas yang dibuang
berlangsung selama proses pergantian fase dengan perbedaan suhu yang
besar diantara kondensor dan udara luar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Model perhitungan berdasarkan analisis eksergi pada penelitian ini
dilakukan untuk menyelidiki pengaruh suhu evaporasi dan kondensasi pada
kehilangan tekanan, kehilangan eksergi, hukum kedua efisiensi (efisiensi
eksergi), dan COP dari siklus refrigerasi kompresi uap dengan
menggunakan refrigeran R717, refrigeran R12, refrigeran R22 dan
refrigeran R134a.
2. Suhu evaporasi dan kondensasi memiliki pengaruh besar pada kehilangan
eksergi di evaporator dan kondensor, dan hukum kedua efisiensi serta COP
dari siklus, akan tetapi sedikit pengaruhnya untuk kehilangan eksergi
(exergy loss) komponen lainnya.
3. COP didefinisikan sebagai jumlah pendinginan yang dapat diproduksi per
satuan kerja. Suhu evaporasi yang semakin meningkat mengakibatkan nilai
COP juga semakin naik dengan asumsi suhu kondensasi konstan. Namun
sebaliknya untuk suhu kondensasi dengan suhu evaporasi yang konstan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh selisih entalpi di evaporator dan selisih entalpi di
kompresor. Nilai COP yang tertinggi juga dimiliki oleh refrigeran R12 yaitu
sebesar 5.813 pada suhu 24 oC sedangkan refrigeran R134a memiliki nilai
COP terendah sebesar 4.39. Pada suhu evaporasi yang bervariasi, refrigeran
R12 memiliki nilai COP yang paling tinggi yaitu sebesar 8.047 pada suhu
evaporasi -4 oC. Refrigeran yang memiliki nilai COP terendah pada variasi
suhu evaporasi adalah R134a sebesar 5.044.
4. Efisiensi hukum II termodinamika atau efisiensi eksergi dapat didefinisikan
sebagai perbandingan kerja minimum yang dibutuhkan terhadap input kerja
aktual. Efisiensi eksergi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi konstan dan penurunan suhu
kondensasi dengan suhu evaporasi dalam keadaan tetap. Refrigeran R717
memiliki nilai efisiensi eksergi yang tertinggi sebesar 14.2 % pada suhu
kondensasi 24 oC. Refrigeran R717 memiliki nilai efisiensi yang paling
besar daripada tiga refrigeran lainnya yaitu sebesar 13.5 % pada suhu -20oC.
5. Refrigeran R12 memiliki nilai COP yang lebih tinggi daripada refrigeran
R717 akan tetapi refrigeran R717 memiliki nilai efiensi eksergi yang
tertinggi daripada refrigeran R12
6. Refrigeran R134a memiliki nilai exergi loss yang lebih besar dibandingkan
tiga jenis refrigeran lainnya. Semakin tinggi suhu kondensasi, maka nilai
exergy loss refrigeran tersebut juga semakin tinggi dengan asumsi suhu
evaporasi dalam keadaan konstan.
7. Exergy loss di kondensor menurun dan di evaporator menurun dengan
meningkatnya
suhu
kondensasi.
Parameter-parameter
lainnya
juga
meningkat untuk mengejar penurunan exergy loss di kondensor. Persentasi
exergy loss yang paling besar terjadi di evaporator dan kondensor. Semakin
tinggi perbedaan suhu rata-rata antara evaporator dan ruang pendingin,
maka semakin tinggi pula kerugian eksergi
8. Kehilangan tekanan di evaporator meningkat sedangkan di kondensor
menurun dengan meningkatnya suhu kondensasi dengan asumsi suhu
evaporasi tetap. Kehilangan
tekanan yang paling besar terjadi di
evaporator. Kehilangan tekanan di evaporator menurun seiring dengan suhu
evaporasi yang semakin bertambah dengan suhu kondensasi konstan
B. SARAN
1. Untuk meminimalkan nilai kehilangan eksergi di evaporator maka perlu
diperhatikan ukuran evaporator dan kondensor, yaitu ukuran panjang pipa
evaporator lebih kecil daripada ukuran panjang kondensor dan juga
diameter pipa evaporator lebih besar daripada diameter pipa di kondensor.
2. Untuk mengetahui nilai eksergi pada proses refrigerasi, maka disarankan
melakukan kajian eksergi sampai ke proses pembekuan. Dengan demikian,
kan diketahui jumlah eksergi total dari keseluruhan sistem dan proses
refrigerasi.
DAFTAR PUSTAKA
ASHRAE. 1993. Fundamentals Handbook.
Bruttini, at al., 2000. Exergy Analysis for the Freezing Stage of the Freeze Drying
Process, Journal of Drying Technology, 19(9), 2303-3213
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan.The Technology of Food
Preservation. Terjemahan M. Muljoharjo. UI Press., Jakarta.
Desrosier, N. W dan Tressler D.K. 1977. Fundamentals of Food Freezing. The
AVI Publishing Company INC., USA.
Diks, M.E. 2004. Teknik Pendinginan dan Reparasinya. Bumi Aksara, Jakarta.
Fellows, P. J. 1992. Food Processing Technology (Principles and Practice). Ellis
Horwood Limited, England.
Heldman, D. R. dan R. P. Singh. 1981. Food Process Engineering. The AVI Pub.
Co. Inc. Westport
Leidenfrost., at al., 1980. Conservation of Energy Estimated by Second Law
Analysis of a Power Consuming Process, Energy Journal, Vol 5. pp 47-61.
Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Properties of Foods and Agricultural Materials.
Gordon and Breach Pub., New York, USA.
Moran, M. J., dan Shapiro, H. N. 1988. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. John Wiley and Sons, Inc., Canada, USA.
Rahajeng, E. 1997. Simulasi Komputer untuk Mempelajari Karakteristik
Pengeringan Beku Daging Sapi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Stoecker, W.F. dan Jones, J.W. 1982. Refrigeration and Air Conditioning.
Terjemahan H. Supratman. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutanto. 1985. Termodinamika Pencairan Gas Alam. UI Press., Jakarta.
Sutjiatmo, B. dan Nurhadi, I. 1980. Kompresor. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Syarief, M.A. dan Kumendong, J. 1992. Petunjuk Laboratorium Penyimpanan
Dingin. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subagyo et al. 1996. Dasar-dasar Operations Research. BPFE. Yogyakarta.
Tambunan, A. H. 2001. Teknik Pendinginan. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wulandani, D., Hartulistiyoso, E., Nelwan, L., dan Tambunan, A.H. 2002.
Pengembangan Metode Pembekuan Vakum Untuk Produk Pangan.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yumrutas at. al., 2002. Exergy Analysis of Vapor Compression Systems. Exergy,
an International Journal 2. pp 266-272.
Lampiran 1. Algoritma perhitungan analisis eksergi
1. Pev = Ps (TevapK)
2. Pcd = Ps (TcondK)
3. Tcp − e
⎛P
= (Tev + 273.15)x⎜⎜ cd
⎝ Pev
⎞
⎟⎟
⎠
((γ −1) / γ − 273.15 )
4. PcpeK = Ps (TcpeK)
5. h3 = hf(TcondK)
6. h4 = h3
7. h4f = hf(TevapK)
8. h1 = hg(TevapK)
9. Cp= cp(TevapK)
10. hg = hg(TcondK)
11. h2 = h1 * mol weight * cpg(Tcd) * mol weight * (Tcp-e – Tcd)/mol weight
Form2.h2 = (0.0069 * (Tcond.Text) + 2.4355) * (Form2.TcpeK - TcondK.Text) +
Val(Form2.hg)
12. x = (h4-h4f)/(h1-h4f)
13. mr = Qe/(h1-h4)
14. s1 = sg (TevapK)
15. s2 =s1
16. sgen12 = s2 - s1
17. s3 = sf(TcondK)
18.s4f= (s3/mol weight + cp(-20oC)*mol weight * log((Tev+273.15)/(Tcd+273.15)) – R *
Log(Pev/Pcd)/mol weight
19. s4 = x * (s1 – s4f) + s4f
20. Rho23a = 1 / vg(TcondK)
21. Rho23b = 1 / vf(tedeK)
22. rho23 = Rho23a + Rho23b/ 2
23. um23 = mr / (rho23) * (3.1415 / 4 * D^ 2)) …
24. G23 = rho23 * um23 ...(Persamaan 31)
25. Re23 = rho23 * D * um23 /miu ....(Persamaan 27)
26. fD23 = (0.79 * Log(Re23) - 1.64) ^ (-2) ....(Persamaan 26)
27. Rho41a = 1 / vf(TevapK)
28. Rho41b = 1 / vg(teveK)
29. rho41 = (Rho41a + Rho41b) / 2
30. um41 = …(Persamaan 29)
31. Re41 = .. (Persamaan 27)
32. fD41 =.. (Persamaan 26)
33. G41 =..... (Persamaan 31)
34. rho = 1 / vg(teveK)
35. um = …(Persamaan 29)
36. ReD =... (Persamaan 27)
37. fD =... (Persamaan 26)
38.ReD..(Persamaan 27)
39.fD = (Persamaan 26)
40. vi = vu(TcondK)
41. vo = vu(tedeK)
42. vm = (vi + vo) / 2
43. w12 = Persamaan 8
44. qcon = Persamaan 10
45. w23 = Persamaan 7
46. w34 = Persamaan 12
47. sd = sg(teceK)
48. qc = Persamaan 14
49. w41 = Persamaan 13
50.dPD Persamaan 25
52. dP23....Persamaan 30
53. dP41....Persamaan 30
54. wf23....Persamaan 21
55. wf41 = Persamaan 21
56. ws = Persamaan 23
57. wm = Persamaan 22
58. Wac = Persamaan 24
59. WL = Persamaan 4
60. COP = Persamaan 2
61. EFE = Persamaan 5
Lampiran 2. Persamaan-persamaan yang digunakan
Tabel.8. Persamaan tekanan jenuh refrigeran
Nama
Persamaan Tekanan jenuh (Ps, kPa) refrigeran terhadap Suhu (T, K)
Refrigeran
Refrigeran
Ps =
21410.917 – (324.11384 * T) + (1.9190933 * T2) – (0.0053606575
* T3) + (6.0390763 *10-6 * T4)
R717
Refrigeran
Ps =
-336.00937 - (1.6952812 * T) + (0.084123965 * T2) –
(0.00055730075 * T3) + (1.1118245 * 10-6 * T4)
R12
Refrigeran
Ps =
3741.2916 – (67.155783 * T) + (0.49287375 * T2) –
(0.0017616185 * T3) + (2.5562887 * 10-6 * T4)
R22
Refrigeran
P=
5470.6815 – (96.669524 * T) + (0.67181672 * T2) – (0.002190048
* T3) + (2.8272358 * 10-6 * T4)
R134a
Tabel 9. Persamaan entalpi gas refrigeran
Nama
Persamaan entalpi gas (hg, kJ/kg) refrigeran terhadap Suhu (T, K)
Refrigeran
Refrigeran
hg =
-24338.559 + (351.13731 * T) – (1.790461 * T2) + (0.0040460615
* T3) – (3.41342 * 10-6 * T4)
R717
Refrigeran
hg =
-1110.7396 + (18.895901 * T) – (0.10709233 * T2) +
(0.00027299108 * T3) – (2.5825968 * 10-7 * T4)
R12
Refrigeran
hg =
-3263.0239 + (51.913668 * T) – (0.29059427 * T2) +
(0.00072444712 * T3) – (6.7393171 * 10-7 * T4)
R22
Refrigeran
hg =
-2122.863 + (34.015419 * T) – (0.18843766 * T2) +
(0.00046927098 * T3) – (4.36013 * 10-7 * T4)
R134a
Tabel 10. Persamaan entalpi cairan refrigeran
Nama
Persamaan entalpi cairan (hg, kJ/kg) refrigeran terhadap Suhu (T, K)
Refrigeran
Refrigeran
hf =
* T3) + (1.4490627 * 10-6 * T4)
R717
Refrigeran
hf =
hf =
R134a
2583.8038 – (41.549815 * T) + (0.23858652 * T2) –
(0.00058994751 * T3) + (5.4491581 * 10-7 * T4)
R22
Refrigeran
613.75983 – (11.953414 * T) + (0.074523307 * T2) –
(0.00019052633 * T3) + (1.8157716 * 10-7 * T4)
R12
Refrigeran
10063.138 – (147.42976 * T) + (0.77202631 * T2) – (0.0017311084
hf =
1484.9766 – (24.497833 * T2) – (0.00033875697 * T3) +
(3.0907653 * 10-7 * T4)
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel 11. Persamaan entropi gas refrigeran
Nama
Persamaan entropi gas (sg, kJ/kg.K) refrigeran terhadap Suhu (T, K)
Refrigeran
Refrigeran
sg =
-40.30543 + (0.7059791 * T)
- (0.0038588944 * T2) +
(9.0253156 * 10-6 * T3) - (7.7631107* 10-9 * T4)
R717
Refrigeran
sg =
-0.024103299 + (0.021537214 * T) – (0.00016455281 * T2) +
(4.8557414 * 10-7 * T3) – (5.0012398 * 10-10 * T4)
R12
Refrigeran
sg =
-4.9782397 + (0.10432151 * T) – (0.00064110751 * T2) +
(1.676716 * 10-6 * T3) – (1.6046277 * 10-6 * T4)
R22
Refrigeran
sg =
-2.3427063 + (0.060464936 * T) – (0.00038371814 * T2) +
(1.0254738 * 10-6 * T3) – (9.9330232 * 10-10 * T4)
R134a
Tabel 12. Persamaan entropi cairan refrigeran
Nama
Persamaan entropi cairan (sf, kJ/kg.K) refrigeran terhadap Suhu (T,
Refrigeran
K)
Refrigeran
21.288908 – (0.34040596 * T) + (0.0018666906 * T2) – (4.2579808
sf =
* 10-6 * T3) + (3.5759572* 10-9 * T4)
R717
Refrigeran
0.39411913 – (0.019632658 * T) + (0.00015242757 * T2) –
sf =
(4.2045218 *10-7 * T3) + (4.1468306 * 10-10 * T4)
R12
Refrigeran
5.8553847 – (0.10239485 * T) + (0.00061251244 * T2) –
sf =
(1.5383365 * 10-6 * T3) + (1.4269702 * 10-9 * T4)
R22
Refrigeran
3.1707115 – (0.060469308 * T) + (0.00036716119 * T2) –
sf =
(9.0498161* 10-7 * T3) + (8.247612 * 10-10 * T4)
R134a
Tabel 13. Persamaan volume spesifik cairan refrigeran
Nama
Persamaan volume spesifik cairan (vg, L/kg) refrigeran terhadap
Refrigeran
Suhu (T, K)
Refrigeran
vf =
(1.0066904 * 10-8 * T3) + (8.5597775 * 10-12 * T4)
R717
Refrigeran
vf =
vf =
R134a
0.054516302 – (0.0008190765 * T) + (4.6171182 * 10-6 * T2) –
(1.1439829 * 10-8 * T3) + (1.05405 * 10-11 * T4)
R22
Refrigeran
0.022697218 – (0.00034654091* T) + (2.0000447 * 10-6 * T2) –
(5.0393248 * 10-9 * T3) + (4.7022875 * 10-12 * T4)
R12
Refrigeran
0.062367794 - (0.00085224292 * T) + (4.4163369* 10-6 * T2) –
vf =
0.030667344 – (0.00045660154 * T) + (2.573327 * 10-6 * T2) –
(6.3733819 * 10-9 * T3) + (5.8797855 * 10-12 * T4)
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel 14. Persamaan volume spesifik gas refrigeran
Nama
Persamaan volume spesifik gas (vg, L/kg) refrigeran terhadap Suhu
Refrigeran
(T, K)
Refrigeran
vg =
233.06665 – (2.818712 * T) + (0.012735921 * T2) – (2.5458111*
10-6 * T3) + (1.8985771* 10-8 * T4)
R717
Refrigeran
vg =
211.57789 – (2.850324 * T) + (0.014258052 * T2) - (3.1376773 *
10-5 * T3) + (2.563051 * 10-8 * T4)
R12
Refrigeran
vg =
78.985471 – (1.0426749 * T) + (0.005141932 * T2) – (1.1216339
* 10-5 * T3) + (9.1262933 * 10-9 * T4)
R22
Refrigeran
vg =
172.35436 – (2.2790698 * T) + (0.011243296 * T2) – (2.4509952
* 10-5 * T3) + (1.9914627 * 10-8 * T4)
R134a
Tabel 15. Persamaan panas jenis spesifik gas refrigeran
Nama
Persamaan panas spesifik gas (vg, kJ/kg.K) refrigeran terhadap Suhu
Refrigeran
(T, K)
Refrigeran
R717
Refrigeran
R12
Refrigeran
R22
Refrigeran
R134a
cpg = -104.22523 + (1.5619136* T) – (0.0080277311* T2) + (1.7778906
* 10-5 * T3) – (1.4573325 * 10-8 * T4)
cpg = 16.907011 – (0.26594549 * T) + (0.0016256855 * T2) –
(4.3412384 * 10-6 * T3) + (4.440478 * 10-9 * T4)
cpg = 3.7642249 – (0.010578622 * T) - (5.4963267 * 10-5 * T2) +
(3.1054491 * 10-7 * T3) – (4.2233754 * 10-10 * T4)
cpg = 3.7642249 – (0.010578622 * T) - (5.4963267 * 10-5 * T2) +
(3.1054491 * 10-7* T3) – (4.2233754 * 10-10 * T4)
Lampiran 3. Nilai panas jenis uap (Cpg) beberapa refrigeran
Tabel 16. Nilai panas jenis uap (Cpg) beberapa refrigeran
T(C)
T (K)
R-717,
(kJ/kg.K)
R-12,
(kJ/kg.K)
R-22,
(kJ/kg.K)
R-134a,
(kJ/kg.K)
-50
-40
-34
-33
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
223.15
5.887475
1.28394707
1.521686
1.036523
233.15
5.949003
1.32877111
1.41365
1.000219
239.15
5.727242
1.37389511
1.316334
0.965044
240.15
5.691193
1.42179104
1.227763
0.931346
243.15
5.58429
1.47007255
1.146376
0.898622
253.15
5.242465
1.52052696
1.070849
0.867217
263.15
4.920388
1.57236025
1.007021
0.836658
273.15
4.615449
1.62665406
1.000214
0.807283
283.15
4.325305
1.68254476
0.93358
0.778263
293.15
4.047894
1.74123377
0.870314
0.750326
303.15
3.781098
1.8029703
0.809918
0.72268
313.15
3.52288
1.86677852
0.751821
0.696027
323.15
3.270989
1.9340847
0.695603
0.66961
333.15
3.022933
2.00521921
0.64073
0.643762
343.15
2.775725
2.07907801
0.586739
0.618455
353.15
2.525499
2.0589428
0.532908
0.59299
363.15
2.266804
2.24389341
0.478354
0.568036
373.15
1.99113
2.3344697
0.421702
0.543242
383.15
1.682657
2.43317793
0.360688
0.518601
393.15
1.30309
2.54113419
0.290188
0.493478
403.15
0.656877
2.65748355
0.192868
0.468204
Lampiran 4. Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-717
Tabel 17. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-717
T(C)
-50
-45
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
P (kPa)
40.8
54.4
71.5
92.9
119.3
151.3
190
236.2
290.9
355.2
430.2
516.9
616.6
730.5
859.8
1006
1170.2
1353.9
1558.6
1785.5
2036.3
2312.4
2615.6
2947.3
3309.5
3703.9
4132.6
4597.7
5101.6
5646.9
6236.6
6874.2
7563.6
8309.8
9119
10000.1
10967.2
hf
(kJ/kg)
-41.8
-21.1
-0.05
21.35
43.08
65.14
87.52
110.21
133.18
156.42
179.92
203.66
227.62
251.79
276.15
300.69
325.41
350.28
375.31
400.51
425.86
451.39
477.12
503.06
529.26
555.78
582.69
610.08
638.11
666.95
696.89
728.34
761.29
798.72
840.89
894.04
978.7
hg
(kJ/kg)
1373.98
1382.52
1390.82
1398.84
1406.57
1413.98
1421.06
1427.79
1434.14
1440.1
1445.65
1450.77
1455.46
1459.69
1463.44
1466.71
1469.46
1471.67
1473.32
1474.38
1474.8
1474.54
1473.54
1471.73
1469.03
1465.33
1460.49
1454.32
1446.6
1437.01
1425.1
1410.21
1391.33
1366.67
1332.55
1277.92
1071.65
sf
(kJ/kg.K)
-0.183
-0.0914
-0.0002
0.0905
0.1806
0.2702
0.3593
0.4477
0.5355
0.6227
0.7091
0.7947
0.8795
0.9635
1.0466
1.1288
1.2101
1.2904
1.3699
1.4484
1.5261
1.603
1.6791
1.75463
1.8295
1.904
1.9784
2.0528
2.1276
2.2034
2.2807
2.3606
2.4447
2.5355
2.6381
2.7665
2.9708
sg
(kJ/kg.K)
6.1615
6.0608
5.9653
5.8746
5.7882
5.7058
5.627
5.5516
5.4793
5.4098
5.3428
5.2783
5.2158
5.1554
5.0967
5.0396
4.9839
4.9295
4.8762
4.8238
4.7721
4.7209
4.67
4.6192
4.5682
4.5165
4.464
4.41
4.354
4.2951
4.2322
4.1638
4.0874
3.9987
3.8887
3.7306
3.2013
vf (L/kg)
0.001426
0.001438
0.00145
0.001463
0.001476
0.00149
0.001504
0.001519
0.001534
0.00155
0.001566
0.001583
0.001601
0.001619
0.001639
0.001659
0.00168
0.001703
0.001726
0.001751
0.001777
0.001805
0.001835
0.001867
0.001902
0.001939
0.001979
0.002024
0.002073
0.002128
0.00219
0.002263
0.002349
0.002455
0.002595
0.002803
0.00323
vg (L/kg)
2.63467
2.01268
1.55744
1.21965
0.96579
0.77269
0.62416
0.50871
0.41806
0.34624
0.28882
0.24254
0.20495
0.17418
0.14883
0.1278
0.11024
0.09549
0.08304
0.07245
0.06342
0.05566
0.04897
0.04317
0.03812
0.03369
0.0298
0.02636
0.0233
0.02057
0.0181
0.01586
0.0138
0.01187
0.01001
0.00804
0.00436
Lampiran 5. Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-12
Tabel 18. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-12
T (C )
-90
-80
-70
-60
-50
-45
-40
-35
-30
-29.8
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
112
P
(kPa)
2.8
6.2
12.3
22.6
39.1
50.4
64.2
80.7
100.4
101.3
123.7
150.9
182.6
219.1
261
308.6
362.6
423.3
491.4
567.3
651.6
744.9
847.7
960.7
1084.3
1219.3
1366.3
1525.9
1698.8
1885.8
2087.5
2304.6
2538
2788.5
3056.9
3344.1
3650.9
3978.5
4116.8
hf
(kJ/kg)
-43.29
-34.73
-26.13
-17.49
-8.78
-4.4
0
4.42
8.86
9.04
13.32
17.81
22.33
26.87
31.44
36.05
40.69
45.37
50.09
54.87
59.7
64.59
69.55
74.58
79.71
84.93
90.27
95.74
101.36
107.15
113.15
119.39
125.93
132.83
140.23
148.31
157.51
169.53
181.68
hg
(kJ/kg)
146.46
151.02
155.63
160.29
164.95
167.27
169.59
171.9
174.2
174.29
176.47
178.73
180.97
183.19
185.37
187.53
189.65
191.74
193.78
195.78
197.73
199.62
201.45
203.2
204.87
206.45
207.92
209.26
210.46
211.48
212.29
212.83
213.04
212.8
211.94
210.13
206.58
198.01
184.55
sf
(kJ/kg.K)
-0.2087
-0.1631
-0.1198
-0.0783
-0.0384
-0.0191
0
0.0187
0.0371
0.0378
0.0552
0.073
0.0906
0.1079
0.125
0.1419
0.1586
0.1752
0.1915
0.2077
0.2239
0.2399
0.2559
0.2718
0.2877
0.3036
0.3197
0.3358
0.3521
0.3686
0.3854
0.4026
0.4204
0.4388
0.4583
0.4793
0.5028
0.5333
0.5644
sg
(kJ/kg.K)
0.8273
0.7984
0.7749
0.7557
0.7401
0.7334
0.7274
0.7219
0.717
0.7169
0.7126
0.7087
0.7051
0.7019
0.6991
0.6965
0.6942
0.6921
0.6902
0.6884
0.6868
0.6853
0.6839
0.6825
0.6811
0.6797
0.6782
0.6765
0.6747
0.6726
0.6702
0.6672
0.6636
0.6591
0.6531
0.6449
0.6326
0.6076
0.5718
vf (L/kg)
0.000608
0.000617
0.000627
0.000637
0.000648
0.000654
0.000659
0.000666
0.000672
0.000672
0.000679
0.000685
0.000693
0.0007
0.000708
0.000716
0.000724
0.000733
0.000743
0.000752
0.000763
0.000774
0.000786
0.000798
0.000811
0.000826
0.000841
0.000858
0.000877
0.000897
0.00092
0.000946
0.000976
0.001012
0.001056
0.001113
0.001197
0.001364
0.001723
vg
(L/kg)
4.41735
2.13911
1.12763
0.63809
0.3832
0.30275
0.24196
0.19544
0.15941
0.15814
0.13119
0.10887
0.09103
0.07666
0.06497
0.0554
0.04749
0.04092
0.03542
0.03078
0.02686
0.02351
0.02064
0.01817
0.01603
0.01417
0.01254
0.01111
0.00985
0.00873
0.00772
0.00682
0.00601
0.00526
0.00456
0.0039
0.00324
0.00246
0.00183
Lampiran 6. Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-22
Tabel 19. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-22
T (C)
-70
-65
-60
-55
-50
-45
-40.8
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
P
(kPa)
20.5
28
37.5
49.5
64.4
82.7
101.1
104.9
131.6
163.4
200.9
244.7
295.6
354.2
421.2
497.4
583.6
680.5
788.9
909.6
1043.6
1191.5
1354.3
1533
1728.5
1941.7
2173.7
2425.8
2699
2994.9
3315
3661.1
hf
(kJ/kg)
-30.61
-25.66
-20.65
-15.59
-10.46
-5.26
-0.85
0
5.33
10.73
16.19
21.73
27.33
33.01
38.76
44.59
50.49
56.46
62.52
68.67
74.91
81.25
87.7
94.27
100.98
107.85
114.91
122.18
129.73
137.63
145.99
155.01
hg
(kJ/kg)
218.82
221.27
223.7
226.12
228.51
230.87
232.83
233.2
235.49
237.73
239.92
242.06
244.13
246.15
248.09
249.95
251.73
253.43
255.02
256.51
257.88
259.12
260.22
261.15
261.9
262.43
262.61
262.69
262.28
261.4
259.89
257.49
sf
(kJ/kg.K)
-0.1401
-0.1161
-0.0924
-0.0689
-0.0457
-0.0227
-0.0036
0
0.0225
0.0449
0.067
0.089
0.1107
0.1324
0.1538
0.1751
0.1963
0.2173
0.2382
0.259
0.2797
0.3004
0.321
0.3417
0.3624
0.3832
0.4042
0.4255
0.4472
0.4695
0.4927
0.5173
sg
(kJ/kg.K)
1.0876
1.0701
1.054
1.039
1.0251
1.0122
1.002
1.0002
0.9889
0.9784
0.9685
0.9593
0.9505
0.9422
0.9344
0.9269
0.9197
0.9129
0.9062
0.8997
0.8934
0.8871
0.8809
0.8746
0.8682
0.8615
0.8546
0.8472
0.8391
0.8302
0.8198
0.8075
vf (L/kg)
0.00067
0.000676
0.000682
0.000689
0.000695
0.000702
0.000708
0.000709
0.000717
0.000725
0.000733
0.000741
0.00075
0.000759
0.000768
0.000778
0.000789
0.0008
0.000812
0.000824
0.000838
0.000852
0.000867
0.000884
0.000902
0.000922
0.000944
0.000969
0.000997
0.00103
0.001069
0.001118
vg (L/kg)
0.94092
0.70546
0.53714
0.41482
0.32455
0.25699
0.21305
0.20574
0.1664
0.13584
0.11186
0.09284
0.07762
0.06534
0.05534
0.04713
0.04035
0.03471
0.02999
0.026
0.02262
0.01974
0.01727
0.01513
0.01328
0.01167
0.01025
0.009
0.00789
0.00689
0.00598
0.00515
85
90
95
96
4035.5
4441.1
4881.9
4974.8
165.09
177.2
196.35
209.91
253.69
247.24
231.31
218.52
0.5445
0.5767
0.6273
0.6637
0.7918
0.7695
0.7223
0.687
0.001183
0.001282
0.001521
0.001829
0.00436
0.00356
0.00255
0.00208
Lampiran 7. Tabel sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-134a
Tabel 20. Sifat-sifat cairan dan uap jenuh refrigeran R-134a
T(C)
-70
-65
-60
-55
-50
-45
-40
-35
-30
-26.3
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
P
(kPa)
8.4
11.8
16.3
22.3
29.9
39.5
51.6
66.5
84.7
100.5
106.6
132.9
164.1
200.7
243.4
292.9
349.8
414.8
488.7
572.1
665.8
770.6
887.4
1016.9
1160
1317.7
1490.9
1680.6
1888
2114.4
2361.2
2630.1
2923
3242.6
3592.4
3978.9
hf
(kJ/kg)
-32.04
-26.99
-21.83
-16.56
-11.16
-5.65
-0.01
5.74
11.61
16.02
17.59
23.68
29.89
36.21
42.63
49.16
55.79
62.53
69.36
76.3
83.34
90.48
97.74
105.1
112.59
120.21
127.98
135.92
144.07
152.46
161.17
170.31
180.05
190.77
203.34
222.57
hg
(kJ/kg)
204.02
207.13
210.25
213.38
216.5
219.62
222.73
225.82
228.89
231.14
231.93
234.94
237.92
240.86
243.75
246.6
249.39
252.12
254.79
257.39
259.91
262.34
264.67
266.89
268.98
270.92
272.68
274.23
275.51
276.47
276.99
276.93
276.04
273.81
269
253.77
sf
(kJ/kg.K)
-0.1467
-0.1222
-0.0977
-0.0733
-0.0488
-0.0244
-0.0001
0.0243
0.0486
0.0666
0.0729
0.0972
0.1214
0.1455
0.1695
0.1935
0.2174
0.2412
0.265
0.2886
0.3121
0.3356
0.359
0.3824
0.4057
0.429
0.4524
0.4759
0.4995
0.5235
0.548
0.5732
0.5997
0.6284
0.6616
0.712
sg
(kJ/kg.K)
1.0152
1.0026
0.9911
0.9807
0.9714
0.9629
0.9553
0.9484
0.9422
0.9381
0.9367
0.9317
0.9272
0.9232
0.9196
0.9163
0.9134
0.9108
0.9085
0.9063
0.9044
0.9025
0.9008
0.899
0.8973
0.8954
0.8934
0.891
0.8883
0.8849
0.8807
0.8752
0.8677
0.8571
0.84
0.7956
vf (L/kg)
0.000667
0.000673
0.000679
0.000685
0.000692
0.000698
0.000705
0.000713
0.00072
0.000726
0.000728
0.000736
0.000745
0.000753
0.000762
0.000772
0.000782
0.000793
0.000804
0.000816
0.000828
0.000842
0.000856
0.000871
0.000888
0.000906
0.000926
0.000949
0.000974
0.001003
0.001036
0.001077
0.001127
0.001195
0.001298
0.001544
vg
(L/kg)
1.964
1.42277
1.04815
0.78439
0.59558
0.45833
0.35712
0.28147
0.22423
0.19072
0.18039
0.14646
0.11993
0.09897
0.08227
0.06884
0.05797
0.04908
0.04178
0.03573
0.03068
0.02645
0.02287
0.01984
0.01724
0.01501
0.01308
0.01141
0.00994
0.00865
0.00749
0.00646
0.00551
0.00462
0.00373
0.00257
Lampiran 8. Tabel hasil perhitungan dengan program
Tabel 21. Nilai COP beberapa refrigeran pada variasi suhu evaporasi
(pada suhu kondensasi 30 oC)
COP
T evaporasi
(C)
R717
4.128
4.42
4.736
5.08
5.455
5.864
6.314
6.809
7.358
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
R12
4.956
5.229
5.525
5.848
6.203
6.593
7.026
7.507
8.047
R22
3.901
4.135
4.387
4.663
4.964
5.295
5.662
6.07
6.526
R134a
3.539
3.666
3.805
3.96
4.131
4.322
4.535
4.774
5.044
Tabel 22. Nilai COP beberapa refrigeran pada variasi suhu
kondensasi (pada suhu evaporasi -20 oC)
COP
T Kondensasi
(C)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
R717
4.802
4.559
4.335
4.128
3.936
3.758
3.592
3.438
3.293
R12
5.813
5.502
5.217
4.956
4.716
4.494
4.290
4.100
3.923
R22
4.542
4.309
4.096
3.901
3.723
3.558
3.406
3.265
3.135
R134a
4.39
4.077
3.795
3.539
3.305
3.092
2.897
2.717
2.552
Lampiran 8. (lanjutan)
Tabel 23. Nilai efisiensi eksergi beberapa refrigeran pada variasi
kondensasi (pada suhu evaporasi -20 oC)
suhu
Efisiensi eksergi (ηII)
(%)
T Kondensasi
(C)
24
26
28
30
32
34
36
38
40
R717
14.2
13.9
13.7
13.5
13.3
13.5
12.8
12.6
12.4
R12
12.7
12.5
12.3
12.1
11.9
11.8
11.6
11.4
11.2
R22
12.6
12.4
12.2
11.9
11.8
11.6
11.4
11.2
11.0
R134a
9.6
9.2
8.9
8.5
8.2
7.8
7.5
7.1
6.8
Tabel 24. Nilai efisiensi eksergi beberapa refrigeran pada variasi
evaporasi (pada suhu kondensasi 30 oC)
suhu
Efisiensi eksergi (ηII)
(%)
T Evaporasi
(C)
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
R717
9.7
10.2
10.7
11.2
11.7
12.2
12.6
13.1
13.5
R12
8.6
9.0
9.5
9.9
10.4
10.8
11.3
11.7
12.1
R22
8.6
9.0
9.5
9.9
10.4
10.8
11.2
11.6
11.9
R134a
6.4
6.7
6.9
7.3
7.5
7.8
8.0
8.3
8.5
Lampiran 9. Tampilan program saat memilih refrigeran R717
Gambar 34. Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R717
Gambar 35. Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R717
Lampiran 10. Tampilan program saat memilih refrigeran R12
Gambar 36. Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R12
Gambar 37. Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R12
Lampiran 11. Tampilan program saat memilih refrigeran R22
Gambar 38. Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R22
Gambar 39. Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R22
Lampiran 12. Tampilan program saat memilih refrigeran R134a
Gambar 40. Tampilan pertama saat memilih jenis refrigeran R134a
Gambar 41. Tampilan kedua saat memilih jenis refrigeran R134a
Download
Study collections