TANGGUNGJAWABNEGARAINDONESIADALAMPERLINDUNGAN HUKUMTERHADAPTENAGAKERJAANAK UjangCharda DosenTetapFakultasHukumUniversitasSubang(UNSUB) E-mail:[email protected] Abstract Regulationoflegalprotectionagainstchildlaborwasstillaseparatedbetweenchildrenwho workedintheworkingrelationshipwiththeworkingoutsiderofemploymentrelationship,so thiswasnotinaccordancewiththeprincipleoflegalprotection,employmentlawpurposes, thenatureofemploymentlaw,aswellasthescopeofemploymentlawwhosedimensionswas notonlyrelatedtotheinterestsoflaborwill,andaftertheworkperiod,butmorethanthatall people getting jobs and a decent living for humanity without any discrimination in the implementation of the employment relationship . This has implications for the state's responsibility to provide legal protection through workforce planning which was not restrictedtotheemploymentofchildrenwhoworkedintheemploymentrelationship,butalso theprotectionofchildworkerswhoworkedoutsidetheemploymentrelationshipintheworst formsofwork. Keywords:childlabor,theworstforms,stateresponsibility. Abstrak Pengaturan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja anak masih terjadi pemisahan antaraanakyangbekerjadidalamhubungankerjadenganyangbekerjadiluarhubungan kerja, sehingga hal ini tidak sesuai dengan asas perlindungan hukum, tujuan hukum ketenagakerjaan, hakikat hukum ketenagakerjaan, serta ruang lingkup hukum dari ketenagakerjaanyangdimensinyatidakhanyaberhubungandengankepentingantenaga kerjayangakan,sedang,dansesudahmasakerja,tetapilebihjauhdariituadalahsetiap orang mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan tanpa adanya diskriminatif dalam pelaksanaan hubungan kerja. Hal ini berimplikasi pada tanggung jawab negara dalam memberikan perlindungan hukum melalui perencanaan ketenagakerjaanyangtidakhanyatertujukepadatenagakerjaanakyangbekerjadidalam hubungankerja,tetapiterhadaptenagakerjaanakyangbekerjadiluarhubungankerja padabentuk-bentukpekerjaanterburuk. KataKunci:PekerjaAnak,Bentuk-bentukTerburuk,TanggungJawabNegara A. PENDAHULUAN Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi yang tidak hanya berhubungan dengan kepentingan 1 tenaga kerja yang akan, sedang, dan 1 sesudah masa kerja, tetapi bagaimana caranya agar semua orang mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak Pasal1angka1Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 1 bagi kemanusiaan tanpa adanya diskriminatif dalam pelaksanaan hubungan kerja.2 Hak untuk bekerja (the 3 right to work) dan hak-hak dalam pekerjaan(therightsinwork)bukanhanya sebagai hak sosial ekonomi, melainkan juga merupakan hak-hak manusia yang 4 fundamental(fundamentalhumanrights). Hal tersebut berimplikasi pada tanggung jawab negara untuk memfasilitasi dan melindungi warga negaranya agar dapat memperoleh penghasilandenganstandarpenghidupan yang layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar atas 5 dasarharkatdanmartabatkemanusiaan. Oleh karena itu, dalam memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perlu perencanaan matang untuk mewujudkan tanggung jawab negara tersebut.6 Perlindunganhukumterhadaptenaga kerja tidak hanya tertuju kepada tenaga kerjaorangdewasa,tetapiterhadaptenaga kerjaanakdaribentuk-bentukeksploitasi, kekerasan,diskriminasi,pencideraanhakhak anak yang menyebabkan hidupnya terlantar dan semakin sengsara dengan jumlahnya yang terus bertambah, sementaraitusecaraumumkualitashidup anaksemakinmenurun.7Salahsatubentuk eksploitasi anak adalah secara ekonomi, misalnyamenjaditenagakerjaanak(child labour),anakjalanan(exploitationofstreet children), seperti pengemisan maupun sebagai penjualan anak (sale of children), prostitusi anak (child prostitution), keterlibatandalamlalulintasobat-obatan terlarang (drug trafficking), dan berbagai bentuk kekerasan yang menciptakan penderitaan bagi anak-anak (violence 8 againstchildren). Berdasarkan data dari Organisasi KetenagakerjaanInternasionalkerjasama 2 LihatPasal27ayat(2),Pasal28Dayat(2)Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945yangdiadopsi kedalamPasal5danPasal6Undang-UndangNomor13Tahun2003. 3 Amidhan,“TinjauanTingginyaAngkaPenganggurandariPerspektifHakAsasiManusia”,SemilokaMemetakanAkar MasalahdanSolusiTingginyaAngkaPenganggurandiIndonesia,Purwakarta,18-19Juli2005,hlm.3. 4 Hakasasimanusiamerupakanterjemahandariistilahhumanrights(Inggris)ataumensenrechten(Belanda)yang olehA.HamidS.Atamimi,bahwamemasukankataasasisangatberlebihanyangsemestinyacukupdenganistilahhakhakmanusia.Kataasasiitusendiriberasaldaripengertianfundamentalrightyangberartihukumdasar,sedangkan kata “dasar” disamaartikan dengan “asasi”, sehingga terjadi kemungkinan tasrif kata sifat “yang dasar” kemudian menjadi“yangasasi”.Sementaraitu,istilahyangdigunakanparapenyusunUUD1945memangbukanmenggunakan humanrights,melainkanhakdasar(basicrights)dalambahasaInggris,grondrechten(Belanda),grundrecht(Jerman). Pengertianhumanrightsmenyangkutperlindunganterhadapseseorangataspenindasanolehsiapapun,negaradan bukan negara, sedangkan dalam pengertian basic rights menyangkut perlindungan seorang warga negara atau pendudukdaripenindasanolehnegara.Terdapat2(dua)istilahyangprinsipildariuraiandiatas,yaknihakasasi manusiadanhakdasarmanusiayangkeduanyamemilikiperbedaan,yaitu:Pertama,istilahhakdasarmanusialebih fundamentalsifatnyadaripadahakasasimanusia.Kedua,istilahhakdasarmanusiamerupakanistilahyangdigunakan dalamdominanhukumtatanegara,sedangkanhakasasimanusiamerupakanistilahyangdigunakandalamhukum internasional.LihatA.HamidS.AtamimidalamKoesparmonoIrsan,HukumdanHakAsasiManusia,PusatKajian KepolisiandanHukum,Jakarta,2009,hlm.1. 5 Maslowmengemukakanbahwakebutuhanhidupitupadadasarnyamencakup:food,shelter,clothing;safetyofselfand property; self esteem; self actualization dan love yang kesemuanya merupakan kebutuhan kodrati manusia sebagai prasyaratuntukkondisisehatmental.LihatPurnadiPurbacaraka&SoerjonoSoekanto,PerihalKaidahHukum,Citra AdityaBakti,Bandung,1993,hlm.5.LihatjugaMalayuS.P.Hasibuan,Manajemen:Dasar,Pengertian,danMasalah,Bumi Aksara,Jakarta,2003,hlm.226-227. 6 AdrianSutedi,HukumPerburuhan,SinarGrafika,Jakarta,2009,hlm.1. 7 HamidAbidin,MenggalangDukunganMelindungiAnak,LembagaPerlindunganAnakJawaBarat,Bandung,2004,hlm. 2. 8 http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8205,aksestanggal14Mei2014,jam11:20WIB. 2 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, sedikitnya ada 4 juta dari 58,8jutaanakberusia5-17tahunterpaksa 9 bekerja. Sementara itu, data dari Understanding Children's Work (UCW) 2012menyebutkan,sebanyak2,3jutaanak Indonesiaberusia7-14adalahtenagakerja 10 anakdibawahumur18tahun. Sebanyak 1,76jutaorangdiantaranyabekerja12jam hingga 21 jam per minggu, dan dalam beberapa kajian umumnya tenaga kerja 11 anakbekerjalebihdari7jamperhari. Fenomena tenaga kerja anak yang terjadi saat ini, tersebar di daerah pedesaan lebih banyak melakukan pekerjaan bidang pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan maupun 12 kegiatanekonomidilingkungankeluarga. Sementaraitu,didaerahperkotaandapat ditemukan di perusahaan, rumah tangga (sebagai pembantu rumah tangga atau pekerja industri rumahan atau industri keluarga) maupun di jalanan sebagai penjual koran, penyemir sepatu atau pemulung.13 Beberapa di antara pekerjaan yang dilakukan anak tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk-bentuk pekerjaanterburukyangdilakukandiluar hubungan kerja, seperti perbudakan atau sejenisnya, pelacuran atau pornografi, perdagangan obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya, serta pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaannya yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, sosial, mental, atau moral anak-anak yang dapat mengancam perkembangan pemikiran anak.14 Fakta terjadinya kasus tenaga kerja anak di Indonesia, terungkap di perusahaan penangkapanikanJermaldiPantaiTimur Sumatera Utara dan kasus tenaga kerja anakdisentraindustrialaskakiCibaduyut di Kota Bandung yang sangat fenomenal dan mendapat perhatian khusus dari ILO/IPEC,karenadianggapmencerminkan kerja paksa atau perbudakan dalam pelaksanaanhubungankerja.15 Di samping kasus-kasus lain yang secara kasat mata terlihat, baik sebagai anak jalanan, pemulung, pengemis maupunsebagaipembanturumahtangga, seperti pada kasus PRT, di tahun 2013 terjadi di Tangerang Selatan–Banten, sebanyak 88 orang wanita dikurung di sebuahrumahkuranglebih2(dua)bulan oleh PT. Citra Kartini Mandiri suatu perusahaanpenyalurtenagakerjadengan modus menampung tenaga kerja wanita untuk dipekerjakan/disalurkan sebagai PRT. Dari 88 orang wanita tersebut, di antaranya ada 34 orang wanita yang usianyamasihdibawah18(delapanbelas) tahun.16MasihdiTangerangsebuahpabrik pembuatanalumuniumbalokdanpancidi KampungBayurOpak,DesaLebakWangi, 9 http://indonesia.ucanews.com/2013/04/19,akses21Mei2013,jam14:37WIB. Ibid. 11 Ibid. 12 IndrasariTjandraningsihdanPoponAnarita,PekerjaAnakdiPerkebunanTembakau,YayasanAkatiga,Bandung,2002, hlm.4. 13 Ibid.LihatjugaPenjelasanPasal75Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. 14 Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional PenghapusanBentuk-bentukPekerjaanTerburukuntukAnak. 15 LampiranKeputusanPresidenRepublikIndonesiaNomor59Tahun2002. 16 SumberdiperolehdariberitaPatroliIndosiar,tanggal19Oktober2013,jam11.48WIBdanKabarPetang,TvOne,19 Oktober2013,jam17:20WIB. 10 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 3 KecamatanSepatan,KabupatenTangerang yang mempekerjakan 34 orang secara tidakmanusiawi,dan5orangdiantaranya berusia dibawaah 18 tahun yang dipekerjakanbersama-samadenganorang dewasadidalamruanganukuran8x8cm selamakuranglebih6bulantanpadiupah apalagi diperhatikan kesehatan, keselamatan,maupunjaminansosialnya.17 Kasus mempekerjakan anak sebagai tenaga kerja terjadi juga di seperti di wilayah Saradan, Santoan, Pendeuy, BabakanBandung,Patimban,LegonKulon, Cimacan Kabupaten Subang pada bentuk pekerjaan prostitusi yang mendapat dukungan dari lingkungan yang sudah terstruktur dan fenomena tersebut dianggap sesuatu yang biasa, sehingga terkesan prostitusi berkedok tradisi. Karakter tersebut juga tergambar kalau punyaanakperempuanyangseakan-akan punya toko/aset apalagi kalau anaknya janda dapat menjadi pundi-pundi bagi orangtuadalammembantuperekonomian keluarga.18 Berdasarkanfaktadandatamengenai keberadaan tenaga kerja anak, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasisebagailembagateknisyang memfokuskan pada masalah ketenagakerjaan,19sejaktahun2008telah membuat program penarikan anak yang dipekerjakansebagaitenagakerjakembali ke sekolah dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk dan berbahaya. Sampai dengan tahun 2012, telah menarik tenaga kerja anak sebanyak 21.963 orang dengan rincian pada tahun 2008 sebanyak 4.853 anak,tahun2009tidakadakegiatan,tahun 2010 sebanyak 3.000, tahun 2011 sebanyak 3.360 orang, dan tahun 2012 adalah10.750orang.20 Melalui program penarikan tersebut, rata-rata setiap tahunnya diprogramkan akanditariksekitar11.000oranganakdari 1,76 juta orang, 2 1 oleh karena itu Pemerintah Indonesia membutuhkan waktu kurang lebih 200 tahun untuk menghapus atau menarik tenaga kerja anak tersebut dengan asumsi jumlahnya tetap, tidak terus bertambah, dan pemerintah konsisten minimal setiap 22 tahunnya menarik 11.000 orang. Program penarikan ini pada tahun 2013 23 diprioritaskan di 21 provinsi dan 90 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dengan mengerahkan 503 orang pendamping di 366 rumah singgah (shelter). Dari 21 propinsi tersebut, tiga propinsi yang menjadi target terbesar penarikan tenaga kerja anak, yaitu Propinsi Jawa Barat dengan jumlah total 17 SumberdiperolehdariberitaApaKabarIndonesiaSiang,TvOne,tanggal4dan5April2013,jam12:17WIB.. HasilwawancanadenganH.WartoSoemarno,tokohmasyarakatSubangpadatanggal11November2013,jam15:06 WIBdiSubang. 19 LihatPeraturanMenteriTenagaKerjadanTransmigrasiNomorPer.12/Men/VIII/2010tentangOrganisasidanTata KerjaKementerianTenagaKerjadanTransmigrasi. 20 http://www.suarapembaruan.com/home,aksestanggal22Mei2013,jam13:39WIB. 21 http://indonesia.ucanews.com/2013/04/19,akses21Mei2013,jam14:37WIB. 22 Ibid. 23 Provinsiyangterlibatdalampenarikanpekerjaanakpadatahun2013adalahSulawesiSelatan,NusaTenggaraTimur, DKI Jakarta, Gorontalo, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bengkulu, Sumatera Barat, Lampung, SumateraUtara,SulawesiTengahdanAceh.Lihathttp://www.jurnas.com/halaman/5/2013-06-04/211200,akses2 September2013,jam09:21WIB. 18 4 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 sebanyak2.160orang,disusulJawaTimur 24 2.040,danJawaTengah1.650orang. Munculnya tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja dalam praktiknya selama ini, disebabkan oleh belumadanyaPeraturanPemerintahyang secara khusus (lex specialis) mengatur perlindungan tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja sebagai tindaklanjutdariamanatPasal75UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sehingga mewarnai hukum ketenagakerjaan yang dalam aplikasinya tidak berdaya menghadapi masalahtenagakerjaanakyangbekerjadi luar hubungan kerja. Dalam praktik kebijakan legislasi selama ini, dijumpai fenomena kebijakan formulasi hukum ketenagakerjaan yang mengandung permasalahan dan/atau kelemahan. Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, secara substansial pengaturan perlindungan terhadap tenaga kerja anak masih terjadi pemisahan pengaturan antara anak yang bekerja di dalam hubungan kerja dengan yang bekerja di luarhubungankerja. Pemisahan pengaturan antara yang bekerja di dalam dan di luar hubungan kerja dalam konteks hukum ketenagakerjaantidaksesuaidenganasas 25 perlindunganhukumketenagakerjaan. Di samping itu juga tidak sesuai dengan 26 tujuan utama hukum ketenagakerjaan, hakikat hukum ketenagakerjaan,27 sifat 28 hukum ketenagakerjaan, serta ruang lingkup hukum ketenagakerjaan yang secara gramatikal dirumuskan sebagai segala hal yang berhubungan dengan tenagakerjapadawaktusebelum,selama, dan sesudah masa kerja.29 Pembahasan Hukum Ketenagakerjaan bukan hanya menyangkutdidalamhubungankerjasaja, melainkanjugaorangyangbekerjadiluar hubungankerja.30 Penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja dalam hubungannya dengan Pasal 75 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003, belum banyaknyadilakukanpenelitiandankalau pun ada masih memfokuskan pada penelitianpekerjaanak(bekerjadidalam hubungan kerja) dengan rumusan permasalahan yang berbeda dengan Disertasipeneliti,baikdalambentuktesis ataupundalambentukdisertasi,sehingga originalitas penelitian ini dapat dipertanggungjawabkandenganhasildari penelitian ini adalah ikut serta menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah dalam merancang konsep/draft Peraturan Pemerintah tentang Penanggulangan Tenaga Kerja 24 Ibid. LihatPenjelasanPasal3Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. 26 LihatPasal4Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. 27 Maksuddarihakikathukumialahmembawaaturanyangadildalammasyarakat(rapportdudroit,inbrengvanrecht) atausemuaartilainyangmenunjukkearahinisebagaiartidasarsegalahukum.LihatTheoHuijbers,FilsafatHukum, Kanisius,Yogyakarta,1995,hlm.77. 28 UjangChardaS.,”ReorientasiReformasiModelHukumKetenagakerjaandalamKebijakanPemerintah”,JurnalIlmu HukumSyiarHukum,Vol.XIVNo.1,FakultasHukumUNISBA,Bandung,Maret2012,hlm.15. 29 UjangChardaS.,MengenalHukumKetenagakerjaanIndonesia(Sejarah,Teori&PraktiknyadiIndonesia,FHUNSUB, Subang,2014,hlm.4. 30 Koko Kosidin, “Aspek-aspek Hukum dalam Pemutusan Hubungan Kerja di Lingkungan Perusahaan Perseroan (Persero)”,Disertasi,ProgramPascasarjanaUniversitasPadjadjaran,Bandung,1996,hlm.305-306. 25 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 5 AnakyangbekerjadiLuarHubunganKerja. ekonomi, korban keserakahan, termasuk korban ketidaktahuan (ignorance), B. PEMBAHASAN sementara itu tidak ada kekuatan yang 1. Prinsip-prinsip Perlindungan dapat menghentikan tumbuh kembang anak. 33 Dengan demikian, dalam Hukum Terhadap Tenaga Kerja perlindunganinianakharusditempatkan Anak sebagai korban ekonomi, politik, sosial, Konsepsi perlindungan yang utuh, maupun korban kebijakan hukum yang menyeluruh, dan komprehensif dalam perlumendapatperlindungankhusus. perlindungan tenaga kerja anak yang Dalam meletakkan kebijakan bekerja di luar hubungan kerja perlu perlindunganhukumterhadapanakyang meletakkan kewajiban memberikan dijadikan pedoman atau standar untuk perlindungan kepada anak berdasarkan menerapkan perlindungannya adalah prinsip non diskriminasi, kepentingan instrumen hukum internasional dengan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, pendekatan yang bersifat kelangsungan hidup dan perkembangan, multidimensional dan multisektoral. serta penghargaan terhadap pendapat 31 anak. Atas prinsip-prinsip tersebut, Dengan demikian, hak-hak anak prinsip kepentingan terbaik bagi anak sebagaimana dituangkan dalam Konvensi harus diutamakan dari kepentingan yang Hak Anak bukan sekedar hak-hak anak lain, tetapi tidak dipahami sebagai dalam keadaan yang sulit atau tertindas, memberikan kebebasan kepada anak sehinggaperludilindungi,akantetapijuga untuk menentukan pandapat dan memasuki wilayah kesejahteraan anak pandangannyasendirisecaraliberal.Peran yang lebih luas, baik secara sosial, orang dewasa justru untuk ekonomi, budaya, bahkan politik. Oleh menghindarkan anak memilih suatu karenaitu,masalahyangpalingmendesak keadaan yang tidak adil dan eksploitasi, dilakukanadalahlangkahintervensiyang walaupun hal itu tidak dirasakan oleh dilakukansecarakhususterhadapkategori 32 anak. anak-anak yang berada dalam kondisi Agarperlindungananakterselenggara sulit, seperti tenaga kerja anak yang dengan baik, maka perlu dianut sebuah bekerja di luar hubungan kerja pada prinsip yang menyatakan, bahwa bentuk-bentukpekerjaanterburuk. kepentingan terbaik bagi anak harus Untuk itu, tenaga kerja anak perlu dipandang sebagai prioritas tinggi dalam mendapat perlindungan dan kesempatan setiap keputusan yang menyangkut anak. yang sama, seperti halnya anak-anak lain Prinsip kepentingan terbaik bagi anak denganseluas-luasnyauntuktumbuhdan digunakan,karenadalambanyakhalanak berkembang secara optimal, baik fisik, adalah korban, baik sebagai korban mental, maupun sosial, dan berakhlak 31 32 33 6 MuhammadJonidanZulchainaZ.Tanamas,AspekHukumPerlindunganAnakdalamPerspektifKonvensiHakAnak, CitraAdityaBakti,Bandung,1999,hlm.105. Ibid. Ibid.,hlm.106. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 mulia, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan dalam mewujudkan kesejahteraannya dengan memberikan jaminanterhadappemenuhanhak-haknya sertaadanyaperlakuantanpadiskriminasi yang didukung oleh kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapatmenjaminpelaksanaannya. Dalamperlindungantenagakerjaanak harus diperhatikan pula prinsip-prinsip perlindungan anak dalam upaya perlindungan tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja pada bentuk-bentuk pekerjaan terburuk sebagaimanadirumuskandalamKonvensi Hak-hak Anak yang telah diratifikasi Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor36Tahun1990maupunKonvensi ILO Nomor 182. Peratifikasian Hak-hak Anak maupun Konvensi ILO Nomor 182 menandakan, bahwa Indonesia sebagai bagiandarimasyarakatInternasionalyang aktif dalam pergaulan internasional dan tentunya terikat pada norma-norma internasional yang berlaku dalam 34 masyarakatinternasional. Posisitersebut tentunyamenempatkanIndonesiasebagai subjek hukum internasional, sehingga harus selalu menghormati dan mematuhi ketentuan hukum internasional yang diharapkan selalu proaktif dalam pengembangan hukum internasional dalamrangkamenciptakankeamanandan perdamaianduniasertamenjadikandunia 35 yang lebih baik lagi. Di samping itu, hendakmewujudkanperlindunganhukum atas nilai-nilai kemanusiaan, karena negara memiliki ruang otoritas yang sah dalam perannya sebagai juru damai dan pembentuk undang-undang berdasarkan 36 konstitusi. Salahsatubentukhaknegarasebagai subjek hukum internasional adalah mempertahankan kedaulatan negaranya danhak-haklainyangdijaminolehhukum internasional. Bentuk kewajiban negara sebagai subjek hukum internasional adalah tanggung jawab negara yang melekat dalam melakukan perbuatanperbuatan hukum internasional, artinya denganprinsiptanggungjawabini,segala perbuatan negara terutama perbuatan yang melanggar hukum internasional harus dipertanggungjawabkan secara 37 internasional. Prinsip tanggung jawab atau pertanggungjawaban negara terhadap perbuatanmelawanhukuminternasional, menurutOentoengWahjoepadadasarnya merupakan landasan untuk menegakan 38 hukuminternasional. Penegakanhukum internasional yang dimaksud adalah penegakan hukum sebagaimana sistem hukum internasional yang berlaku, yaitu berangkatdaritertibhukuminternasional yang koordinatif dan sesuai dengan kenyataan, bahwa tingkat integrasi masyarakat internasional berbeda jauh dengan tingkat integrasi masyarakat 39 hukum nasional. Secara eksternal, 34 OentoengWahjoe,HukumPidanaInternasional:PerkembanganTindakPidanaInternasional&ProsesPenegakannya, Erlangga,Jakarta,2011,hlm.10. 35 Ibid. 36 AmirSyarifuddin(ed.),Op.Cit.,hlm.31. 37 OentoengWahjoe,BungaRampai:PotretPenegakanHukumdiIndonesia,KomisiYudisialRepublikIndonesia,Jakarta, 2009,hlm.74. 38 Ibid.,hlm.75. 39 Ibid. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 7 peranannegara-negarasebagairuleoflaw sangat penting, karena hukum internasional tidak berfungsi tanpa negara-negara. Hukum internasional mempunyai kelemahan-kelemahan dalam penegakan hukumnya, sehingga menjadi tidak efektif dan tergantung kepada 40 kekuasaan negara. Dengan demikian, eksistensinegara-negaratetappentingdan peranannya tetap dibutuhkan dalam penegakanhukuminternasional. Menurutteorimonistis,bahwaantara hukuminternasionaldanhukumnasional merupakan dua sistem hukum yang menyatu untuk mengatur kehidupan seluruh manusia. Dengan demikian, hukuminternasionaldanhukumnasional adalah dua sistem hukum yang saling melengkapi dalam mengatur kehidupan manusia di seluruh dunia. Artinya, penegakan hukum internasional dapat dilakukan melalui instrumen hukum internasionaldanhukumnasional.41 Peratifikasian Konvensi Hak Anak maupun Konvensi ILO 182 berisi normanormahukummengenaipengakuanakan hak-hakanak(childrights)dankewajibankewajiban negara-negara peserta untuk menjamin terlaksananya hak-hak anak memiliki legitimasi kewajiban mengikat segenapanggotaPBBataswilayahnegara peserta yang telah meratifikasi, bahwa Konvensi tersebut telah mengikat secara hukum negara-negara peserta yang telah meratifikasinya dan negara peserta 40 42 43 41 8 berkewajiban hukum untuk melaksanakannya. Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional mengenai kekuatan mengikat suatu perjanjian internasional dirumuskan dalamPasal11sebagaiberikut: “Setujunya suatu negara terikat pada suatu perjanjian dinyatakan dengan penandatanganan, pertukaran instrumen yang membentuk perjanjian, ratifikasi, akseptansi (acceptance), penyetujuan (approval), atau aksesi atau oleh cara-cara lain yangdisetujui”. Esensi dari suatu perjanjian internasionalyangtelahdiikutiolehsuatu negara menimbulkan kewajibankewajibaninternasionalyangberasaldari hukum perjanjian internasional, secara factasuntservandamengikatuntukditaati dandilaksanakansebagaikeputusanluhur bersama, karena suatu perjanjian internasional merupakan jelmaan kesadaranjiwadanragadarisuatubangsa untukmentaatisecaraproaktifkewajiban internasional yang timbul dari perjanjian 42 internasionaltersebut. Secarayuridis,peratifikasianKonvensi HakAnakmenjadifaktoryangmembentuk danmengembangkanhukumnasionaldari negara peratifikasi untuk menjamin pelaksanaan hak-hak anak dan prinsipprinsipperlindungananaksebagaikaidah 43 hukumnasionalyangmeliputi: AmirSyarifuddin(ed.),Loc.Cit.hlm.31. OentoengWahjoe,Op.Cit.,hlm.108. MuhammadJoni&ZulhainaZ.Tanamas,Op.Cit.,hlm.87. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindunganAnak. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 a. Prinsip non diskriminasi (non discrimination) Negara harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin, bahwaanakdilindungidarisemuabentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status,aktivitas,pendapatyangdiutarakan atau kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga anak melalui sejumlah program aksi serta legislasi hak-hak anak, walaupun realitas nasibanakbelumbegitumenggembirakan. Kondisi anak-anak yang berada dalam situasi sulit, rentan, eksploitatif, mengalami tindakan kekerasan, penyalahgunaan, diskriminasi, dan penindasan, sehingga kelompok anaka n a k ya n g d e m i k i a n m e m e rlu ka n perlindungankhusus.44 Salah satu masalah anak yang harus memperolehperlindungankhususadalah isu tenaga kerja anak yang telah menjadi isuglobal,karenakenyataannyaisutenaga kerja anak bukan sekedar isu anak-anak menjalankan pekerjaan dengan memperoleh upah rendah, akan tetapi lekatsekalidenganeksploitasi,pekerjaan berbahaya, terhambatnya akses pendidikan dan menghambat perkembangan fisik, psikis, dan sosial anak.45 Praktik mempekerjakan anak sebagai tenaga kerja anak secara global terjadi di beberapa negara di dunia, seperti di Bangladesh anak-anak dipekerjakan di sektorindustrigarmen(pabrikkarpet),di Thailand anak dilibatkan pada praktik eksploitasi seksual komersial anak, di Philipinaanak-anakdipekerjakansebagai pembantu rumah tangga. Kasus mempekerjakananaksebagaitenagakerja di tiga negara tersebut syarat dengan eksploitasi yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, psikis, mental, maupun sosial anak. Sementara itu, kasus mempekerjakan anak terjadi juga di Indonesia dengan kondisi yang memprihatinkan dengan upah rendah dan lekat eksploitasi. Kasus upah rendah bagi tenaga kerja anak di Indonesiaterjadipadakasustenagakerja anak di Jermal hanya memperoleh upah 150.000,00 perbulan dan itu pun tidak dibayarkan sekaligus baru dibayarkan setelahbekerjatigabulandiJermal,begitu juga dengan kasus tenaga kerja anak di sentra alas kaki Cibaduyut Kota Bandung hanya diupah berkisar antara Rp. 55.000,00perminggu. Kasustenagakerjaanaklainnyamasih di Kota Bandung adalah sebagai anak jalanan,pemulung,pengemis,diTangerang diperbantukan sebagai PRT tidak diberi upah hanya diberi makan seadanya, sedangkan tenaga kerja di Kabupaten Subangyangbekerjasebagaipekerjaseks komersial dengan menerima upah Rp. 300.000,00 dan itu pun dikurangi lagi untuk Rp. 25.000,00 untuk biaya kamar, makan dan minum 100.000,00 sampai 150.000,00, kemudian dikurangi lagi denganbiaya(ongkos)untuktukangojeg sebesarRp.50.000,00,jaditotalupahyang diperoleh berkisar antara Rp. 75.000,00 sampaidengan125.000,00.46 44 Pasal2ayat(2)KonvensiHakAnak. MuhammadJoni&ZulhainaZ.Tanamas,Op.Cit.,hlm.51. 46 HasilwawancaradenganErikIskandar,anggotaPolresSubangpadatanggal13Oktober2013,jam15:23WIBdiSubang. 45 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 9 Memperhatikan kasus tenaga kerja perjalananantara2sampai3jam.Tenaga anakberkaitandenganupahyangUndangkerja anak di sentra industri alas kaki Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Cibaduyut juga tereksplotasi dengan Ketenagakerjaan, bahwa setiap lingkungan dan para tenaga kerja anak pekerja/buruh berhak memperoleh tersebutmelakukanpekerjaanberbahaya, penghasilanyangmemenuhipenghidupan karena para tenaga kerja anak tersebut yang layak bagi kemanusiaan yang harus mengerjakan pekerjaan, seperti besarannya ditetapkan melalui kebijakan menggurinda, menyemir, mengepress, 47 pemerintah. Selanjutnya menurut Pasal mengecatdengantanpaalatpelindungdan 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 ditambah dengan kondisi tempat kerja Tahun 2003, diatur bahwa pengusaha yang kotor, berdebu, dan tiap hari dilarang membayar upah lebih rendah menghisap lem yang dapat merusak daripada upah minimum, karena hal itu saluran pernafasan. Masih kasus tenaga merupakanperbuatanyang kerja anak di Bandung yang bekerja dikriminalisasikan sebagai tindak pidana sebagaipengemis,pemulung,anakjalanan kejahatan yang diancam dengan sanksi yangdapatditemuidijalansimpangDago, pidana penjara paling singkat 1 (satu) Laswi – A. Yani, Gatot Subroto – Laswi, tahun dan paling lama 4 (empat) tahun Kopo – Bypass, Kiaracondong – Bypass yangjumlahnyatidakkurang75orang.49 dan/atau denda paling sedikit Kasus tenaga kerja anak di atas juga 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan bertentangan dengan Undang-Undang paling banyak 400.000.000,00 (empat 48 Nomor 13 Tahun 2003 yang filosofinya, ratusjutarupiah). bahwabekerjaitumenjaminhak-hakdasar Kasus-kasustenagakerjaanakdiatas, tenaga kerja dan menjamin kesamaan permasalahannyabukanhanyasoalupah, kesempatan serta perlakuan tanpa tetapi tenaga kerja anak yang bekerja di diskriminasi atas dasar apapun untuk luar hubungan kerja di Jermal, Sentra industrialaskakiCibaduyut,diTangerang, mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh. Di samping itu, kasus danSubangbekerjadiluarhubungankerja yang penuh eksploitasi, pekerjaan tenaga kerja anak di Jermal, di sentra berbahaya, terhambatnya akses industri alas kaki Cibaduyut, Tangerang, pendidikan dan menghambat dan Subang bertentangan dengan perkembangan fisik, psikis, dan sosial ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 anak. Para tenaga kerja anak di Jermal Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 misalnya, sangat tereksploitasi, karena dikemukakan, bahwa setiap tenaga kerja beradadilautanyangjaraknyadaripantai memiliki kesempatan yang sama tanpa 6 sampai dengan 12 mil yang dapat diskriminasi untuk memperoleh ditempuh dengan motor boat dengan pekerjaan, dan menurut Pasal 6 Undang- 47 Pasal88ayat(1)danayat(2)Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. Pasal185Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. 49 Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan : Sebuah Pendekatan Sosiokultural, Kriminologi, Hukum dan HAM, Refika Aditama,Bandung,2009,hlm.138 48 10 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. Oleh karena itu, setiap tenaga kerja (termasuk anak-anak) mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan, perlakuanyangsesuaidenganharkatdan 50 martabatmanusiasertanilai-nilaiagama. b. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak (the best interest of the child principle) Kasus tenaga kerja anak di Jermal, di sentra industri alas kaki Cibaduyut, di Tangerang, dan Subang tidak memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak. Kasus tenaga kerja anak di Jermal yangdipekerjakansebagaipenangkapikan merupakanbentukpekerjaanyangsangat ekpsloitasi, di sentra industri alas kaki Cibaduyut melakukan pekerjaan lekat dengankecelakaanyangberdampakpada terancamnya keselamatan kerja, di Tangerang sebagai PRT yang dalam praktiknya terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh pemberi kerja, sedangkan di Subang bekerja sebagai pekerja sek komersial yang merupakan bentuk pekerjaan yang tidak memperhatikan aspek-aspekkemanusiaan. Untukmenanggulangianak-anakyang bekerja, Indonesia sebagai salah satu anggota masyarakat internasional telah meratifikasiKonvensiHakAnak,tentusaja harusmematuhiprinsipdanketentuandi dalam menetapkan kebijakan-kebijakan perlindungan hak-hak anak, termasuk di dalamnya anak-anak yang terpaksa bekerja. Salah satu prinsip penting itu adalah the best interest of the child atau pengutamaan kepentingan pada anak dalam terwujudnya hak-hak yang harus diterima anak-anak tersebut sekalipun anak dalam keadaan terpaksa harus bekerja. Kaitanyangeratantaraprinsipthebest interest of the child dan anak-anak yang terpaksa bekerja adalah dengan adanya prinsip tersebut, anak-anak itu akan mendapatkan jaminan. Tidak adanya pihak-pihakyangmenjaminkelangsungan hidup dan kelayakan anak-anak yang terpaksa bekerja dengan sendirinya membuatanak-anakharusbekerja.Prinsip the best interest of the child itu sendiri adalah pengutamaan kepentingan anak selaku tenaga kerja yang perlu selalu diterapkan di dalam pengambilan setiap kebijakanterkaitkesejahteraannya. Memperhatikan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dihubungkan dengan kasustenagakerjaanakdiJermal,disentra industrialaskakiCibaduyut,diTangerang, danSubangdalampraktiknyamasihbelum dapat diwujudkan, hal ini karena dalam kasus tenaga kerja anak, bahwa anak bekerja demi kelangsungan hidupnya walaupun di sisi lain bekerja adalah hak bagi anak, akan tetapi hal ini dapat diberikan catatan, yaitu harus diikuti dengan pengaturan yang lebih jelas dan khusus mengenai perlindungan terhadapnya. 50 Pasal86ayat(1)Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 11 c. Prinsiphak-hakanakuntukhidup, bertahanhidup,danpengembangan Jaminan konstitusional, bahwa hak anak untuk hidup dan bertahan hidup belum dapat diwujudkan sepenuhnya denganmasihbanyaknyaanak-anakyang bekerjadisektorberbahaya.Kasustenaga kerjaanakdiJermal,disentraindustrialas kakiCibaduyut,diTangerang,danSubang merupakan bukti konkrit, bahwa hak hidup dan bertahan hidup belum diperhatikanolehnegara. Bagi keluarga miskin anak-anak bekerja akibat dari ketidakmampuan ekonomi keluarga, sehingga anak-anak terpaksa bekerja untuk membantu orang tuanya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga tidak ada alasanuntuktidakbekerja.Bagianak-anak bekerjaadalahsalahcarauntukbertahan hidup, karena bagi anak-anak keluarga miskin masih ada kemudahan di antara kesulitan hidup, yaitu harus bekerja walaupun dipastikan tidak memiliki keahlian. Untuk bertahan hidup dan mempertahankankehidupanuntuksetiap harinya bukan ketirnya hidup, tetapi bagaimana sekarang, esok dapat makan danbagianak-anakkeluargamiskinbukan pekerjaan yang berbahaya yang merupakanmusuh,tetapirasalapanitulah musuhyangnyata. Dalam praktiknya dasar pengaturan hakuntukhidup,bertahanhidup,danlepas dari perlakuan yang salah serta diskriminasibagianak-anakyangterpaksa bekerja tidak ada artinya apabila tanpa campur tangan negara. Apabila negara tidakmengambilsikap,makasetiaporang akan mempertahankan hidup dan kelangsungan kehidupannya sesuai 12 dengan persepsinya masing-masing, sekalipun melanggar undang-undang, karenatidakadasatupunundang-undang yangmelarangoranguntuktidaklapar. d. Prinsip menghormati pandangan anak Pasal 12 ayat (1) Konvensi Hak Anak menyatakan,bahwanegara-negarapeserta akan menjamin agar anak-anak yang memiliki pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak. Sementara itu, dalam Pasal24Undang-UndangNomor35Tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usiadantingkatkecerdasananak. Kasus tenaga kerja anak di Jermal, di sentra industri alas kaki Cibaduyut, di Tangerang, dan Subang sudah menempatkan tenaga kerja anak sebagai subordinat orang dewasa yang tidak mampu untuk menyuarakan pandangannya dan dengan mempekerjakan anak diperoleh tenaga kerja dengan upah murah, dapat dengan mudah diatur, tidak banyak menuntut. Penempatananaksebagaiminiaturjustru memperlakukananaksebagaibudakyang mesti harus tunduk sebagai anak dan dalamhubunganasimetrisantaraanakdan orang dewasa selalu diposisikan lemah, sehingga konstruksi sosial dan budaya Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 masyarakat yang demikian itu memberi ruang masalah bagi anak untuk dapat hidupdalamlingkunganyanglayak. Berdasarkanprinsip-prinsiptersebut, bahwa perlindungan hukum terhadap tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja pada bentuk-bentuk pekerjaanterburuksampaisaatinibelum diatursecarakhusus,tetapimasihbersifat umumdanbelummemperhatikanprinsipprinsipperlindungananak,sepertiprinsip non diskriminasi, prinsip kepentingan terbaik bagi anak, prinsip hak hidup dan mempertahankan penghidupan, serta prinsippenghormatanterhadappendapat anak.Prinsip-prinsiptersebutseharusnya menjadisaranadalamupayapencegahan, penanggulangan,danpenghapusandalam perlindungan hukum terhadap tenaga kerjaanakyangbekerjadiluarhubungan kerja atas bentuk-bentuk pekerjaan terburuk yang berkaitan dengan perlindunganekonomis,sosial,danteknis, normakerja,polahubungankerja,bentuk pekerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja, pengupahan, waktu kerja, tempat kerja,danjaminansosial.51 2. Tanggung Jawab Negara Indonesia d a l a m Pe r l i n d u n g a n H u ku m TerhadapTenagaKerjaAnak Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dalam rangka mewujudkantujuandancita-citanasional yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) sebagaimana dirumuskan dalam alinea keempat PembukaanUUD1945sebagaiberikut: “… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi,dankeadilansosial …”. Alinea keempat tersebut merupakan arah pembangunan nasional Indonesia dalam mengisi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar NegaraRepublikIndonesiayangterbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat sebagaiatributnegarayangmembedakan negara dari persekutuan-persekutuan 52 lainnya. Hakikat negara melekat pada kedaulatan, tanpa kedaulatan tidak ada negara, 53 oleh karenanya pemerintah sebagaipimpinanorganisasidibentukdan ditentukan oleh yang berdaulat, yaitu rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya (volunte generale)54 dan kedaulatan itu merupakan suatu kekuasaan tertinggi yang dijalankan oleh 55 negara atas nama pemegangnya, yaitu rakyat sebagaimana dirumuskan dalam UUD 1945, bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut 51 ZainalAsikinet.al.,Dasar-dasarHukumPerburuhan,RajaGrafindoPersada,Jakarta,2002,hlm.75. A.MuktiFajar,TipeNegaraHukum,Banyumedia,Malang,2005,hlm.13. 53 Ibid. 54 Ibid.,hlm.18. 55 PrajudiAtmosudirdjo,HukumAdministrasiNegara,GhaliaIndonesia,Jakarta,1988,hlm.74. 52 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 13 Undang-Undang Dasar, 56 dan Negara 57 Indonesiaadalahnegarahukum sebagai bingkainya. Indonesia sebagai negara hukum, apabila dicermati dan ditelusuri dari substansiPembukaanmaupunpasal-pasal dalam UUD 1945, bahwa model negara yang dianut Indonesia adalah negara hukum dalam arti materiil atau diistilahkandengannegarakesejahteraan (welfarestate)ataunegarakemakmuran58 atau negara hukum pengurus (verzorgingstaat)59 atau dengan meminjamistilahGiddenssebagainegara investasi sosial (social investment state)60 yang tercipta atas berkat rahmat serta ridha Allah Yang Maha Kuasa (baldatun thayibatun warabun ghaffur) dan dengan didorong oleh keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan, kebangsaan yang bebas, 61 merdeka berdasarkan suatu 62 ketertibanmenujukesejahteraan sebagai tujuannasional. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, menurutMochtarKusumaatmadja,bahwa tujuan hukum tersebut pada akhirnya diarahkan untuk memberikan perlindungan kepada kepentingan manusia, yaitu kepentingan dalam melangsungkandanmemenuhikebutuhan 63 hidupyanglayaktanpadiskriminasi. Oleh karenanya, melalui hukum ini hendak diwujudkan berlakunya tujuan hukum menjadi kenyataan 6 4 dengan hukum sebagaisarananyauntukmerekayasaumat manusia menuju tujuan yang baik dan 65 benar dalam ridho Allah SWT, sebagaimana dikemukakan oleh Mochtar 66 Kusumaatmadjasebagaiberikut: ”Hukum merupakan sarana pembangunan(atoolofdevelopment), yakni hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum yang difungsikan sebagai alat (pengatur) atau sarana yang mengatur pembangunan dalam penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan. Dengan demikian, dalam suasana pembangunan tersebut, hukum berfungsi bukan hanyasekedarasatoolofsocialcontrol dalam arti sebagai alat yang hanya berfungsi untuk mempertahankan stabilitas,67 tetapi juga sebagai alat 56 Pasal1ayat(2)UUD1945. Pasal1ayat(3)UUD1945. 58 WiratniAhmadi,PerlindunganHukumbagiWajibPajakdalamPenyelesaianSengketaPajak,RefikaAditama,Bandung, 2006,hlm.2. 59 MariaFaridaIndrati,IlmuPerundang-undangan(Dasar-dasardanPembentukannya),Kanisius,Yogyakarta,l998,hlm. 1. 60 AnthonyGiddensdalamDawamRahardjo,EvaluasidanDampakAmandemenUUD1945,UNISIA,Yogyakarta,2003,hlm. 243. 61 LihatAlineaKetigaPembukaanUndang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945. 62 Moh.BusyroMuqoddas,et.al.(ed.),PolitikPembangunanHukumNasional,UIIPress,Yogyakarta,1992,hlm.43.Lihat AbuDaudBusroh&AbubakarBusro,Asas-asasHukumTataNegara,GhaliaIndonesia,1991,hlm.109-110. 63 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Binacipta, Bandung, TanpaTahun,hlm.3 64 MochtarKusumaatmadja,Hukum,MasyarakatdanPembinaanHukumNasional,Binacipta,Bandung,1976,hlm.15. 65 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Lathifah Press bekerjasama dengan Fakultas Syari'ah IAILM Suryalaya, Tasikmalaya,2004,hlm.75. 66 MochtarKusumaatmadja,Fungsi…Loc.Cit.,hlm.3. 67 Hukumdilihatdalamkaitannyadengankerangkadasarpembangunannasional,menampakkandirinyadalamdua wajah. Di satu pihak hukum memperhatikan diri sebagai objek pembangunan nasional. Dalam arti hukum perlu 57 14 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 pembaharuanmasyarakat(asatoolof 68 socialengineering)”. Apabilahaltersebutdilihatdarisudut sejarahhukum,fungsihukumbagibangsa Indonesia adalah sebagai sarana untuk 69 mensejahteraan rakyat yang ditandai dengan berkembangnya hukum yang 70 melindungi pihak yang lemah. Pada periode ini negara mulai memperhatikan perlindungan konsumen dan perlindungan tenaga kerja dalam menyelenggarakan kemakmuran warganya untuk kepentingan seluruh 71 rakyatdannegara, sehinggafungsinegara dan pemerintah makin luas,72 baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan kultural.73 Perhatiannegaradalamperlindungan hukum terhadap tenaga kerja sebagai warga negara atas hak pekerjaan, berarti negara ditakdirkan untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial melalui perencanaan pembangunan nasionaldibidangketenagakerjaan.Salah satuhalyangmenjadipusatperhatiandari program perencanaan pembangunan nasional diarahkan pada kebijakan pengaturan dan perlindungan terhadap 68 70 69 71 72 73 74 75 anak yang dipekerjakan sebagai tenaga kerja atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi74dalamruanglingkuphukum ketenagakerjaan yang mengandung dimensi tidak hanya dengan kepentingan tenagakerjaselama,sebelum,dansesudah masa kerja, tetapi keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, pekerja,danmasyarakat.75 Program perencanaan perlindungan tenaga kerja anak tersebut lebih lanjut ditandaidenganlahirnyaUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang ditujukan sebagai upaya perlindungan demi terciptanya kesejahteraan dan kebahagiaan tenaga kerja anak, di samping tercapainya kepastian hukum. Terbentuknya UndangUndangNomor13Tahun2003tentang Ketenagakerjaan merupakan langkah dalammelakukanpembaruanmasyarakat yangmelibatkanseluruhkomponenguna mewujudkan ketertiban, keadilan, dan kepastian yang pada akhirnya harus mengarahpadakesejahteraananak. Dilihat dari sisi pendekatan mendapatprioritasdalamusahapenegakan,pengembangan,danpembinaannya,sedangkandilainpihakhukumitu harusdipandangsebagaisuatualat(tool)dansaranapenunjangyangakanmenentukanusaha-usahapembangunan nasional.MochtarKusumaatmadja,Konsep-konsepHukumdalamPembangunan,Alumni,Bandung,2002,hlm.88. LihatjugaAbdurrahman,AnekaMasalahHukumdalamPembangunandiIndonesia,Alumni,Bandung,1979,hlm. 19. RoscoePound,PengantarFilsafatHukum,terjemahanMohamadRadjab,Bharatara,Jakarta,1954,hlm.47. BudionoKusumohamidjojo,KetertibanyangAdil:ProblematikaFilsafatHukum,Grasindo,Jakarta,1999,hlm.133. Erman Radjagukguk, “Hukum Ekonomi Indonesia : Menjaga Persatuan Bangsa, Memulihkan Ekonomi, dan MemperluasKesejahteraanSosial”,JurnalHukumBisnis,Volume22No.5,YayasanPengembanganHukumBisnis, Jakarta,2003,hlm.25. Ibid.LihatjugaPhilipusM.Hadjon,PerlindunganHukumBagiRakyatdiIndonesia,BinaIlmu,Surabaya,1987,hlm.65. Setiapnegaratidakterlepasdariideologinyamenyelenggarakanbeberapaminimumfungsiyangmutlakperlu,yaitu: 1.Melaksanakanketertiban(lawandorder);2.Menghendakikesejahteraandankemakmurandaripadarakyatnya;3. Pertahanan;4.Menegakkankeadilan.LihatMoh.Kusnardi&BintanR.Saragih,IlmuNegara,GayaMediaPratama, Jakarta,2008,hlm.224-233. A.MukhtieFadjar,Op.Cit.,hlm.28. Ibid. PenjelasanUmumUndang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 15 perlindunganterhadaptenagakerjaanak, dikenal 3 (tiga) model, yaitu abolisionis, proteksionis, 7 7 dan pemberdayaan. 7 8 Pendekatanpertamabersifatkontradiktif dengan dua pendekatan lainnya, karena padapendekatanabolisionis,tenagakerja anakdianggapsebagaisuatumasalahyang sama sekali tidak dapat ditoleransi, dan karenanyaharusdihapuskansepenuhnya. Berbeda dengan pendekatan abolisionis, pendekatan proteksionis bertolak dari suatu anggapan, bahwa menghapuskan samasekalitenagakerjaanakmerupakan suatu hal yang tidak mungkin, karena dalam praktik sulit untuk direalisasi dan apabila dipaksakan, hasilnya justru akan merugikan kepentingan anak itu sendiri. Di dalam perkembangan berikutnya, muncul pendekatan pemberdayaan yang didasarkankepadaasumsi,bahwapekerja anak menjadi bermasalah ketika tidak mempunyai keberdayaan untuk mengorganisasikandiri(selforganization) dan membela hak-hak serta kepentingannya.79 Untuk itu, perlu dilakukan langkahlangkahstrategiyangkonkrit,konsekuen, dan berkesinambungan untuk mencegah, menanggulangi, maupun mempercepat menghapus tenaga kerja anak dengan menjalankan mengimplementasikan rencana aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak melalui program aksi sebagai misi besar bangsa. Oleh karena itu, adanya Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan TerburukUntukAnakmerupakanlangkah strategi dalam mencegah dan meminimalisiranakmasukkeduniakerja sebelumwaktunya. Dalamperlindunganhukumterhadap tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja, jika dikaitkan dengan konsep welfare state yang dianut oleh Indonesiamenghendakikemakmurandan kesejahteraan bagi setiap warga negaranya.Untukitu,pemerintahdituntut untuk bersifat aktif dalam rangka mewujudkan tujuan dari konsep negara welfare state tersebut, salah satunya dengan kebijakan-kebijakan yang dapat pemerintah wujudkan dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan hukum bagi warga negara tanpa diskriminasi, termasuk perlindungan terhadap hak tenaga kerja anak yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,pemerintahdannegara. Bentuk-bentukperlindunganterhadap tenagakerjaanakdaripekerjaanterburuk tersebut secara formal dapat diimplementasikan ke dalam peraturan perundang-undangansebagaiupayauntuk mewujudkan terciptanya keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dan sekaligus manifestasi dari tujuan campur 76 UjangChardaS.,KebijakanHukumKetenagakerjaan:SebuahKajianTerhadapRealitaPolitikHukumKetenagakerjaan Indonesia,BungoAbadi,Bandung,2008,hlm.18. 77 DediHaryadi&IndrasariTjandraningsih,BuruhAnak&DinamikaIndustriKecil,Akatiga,Bandung,1995,hlm.34. 78 MuhadjirDarwin,“PenghapusanatauPemanusiaanPekerjaAnak?”,PaperdisampaikandalamSemilokaRefleksidan EvaluasiProspekZonaBebasPekerjaAnakdiKutaiKartanegara,HotelSinggasanaTenggarong,KutaiKartanegara- KalimantanTimur,20Juni2006,hlm.3. 79 Ibid.,hlm.4. 16 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 t a n ga n n e ga ra d a l a m h u ku m ketenagakerjaan melalui pembentukan peraturan untuk menempatkan anak sebagai manusia yang utuh, karena menyangkutkeselamatan,kesehatan,upah yanglayakdansebagainya. Menurut teori kenegaraan, negara m e m p u nya i t u j u a n u t a m a d a l a m mewujudkan kesejahteraan yang merata, karenanya negara yang bertipe kesejahteraandengantitikberatnyapada pemerataan, maka negara dituntut untuk campur tangan dan berperan aktif dalam menciptakan kesejahteraan. Campur tangan negara dalam lapangan hukum ketenagakerjan merupakan pelaksanaan darisalahsatufungsinegarakesejahteraan dan campur tangan tersebut yang secara korporatis bertujuan untuk mewujudkan kehidupan ketenagakerjaan yang baik serta dapat mendorong terciptanya kehidupanmasyarakatyangsejahtera. M o d e l ko r p o ra t i s d a r i h u ku m ketenagakerjaan yang dianut Indonesia, t u j u a n nya h e n d a k m e n u m b u h k a n h a r m o n i m o d e l b u ka n h a nya menempatkan para pihak (pengusaha/pemberi kerja dan tenaga ke r j a ) t i d a k m e m i l i k i ke b e b a s a n melainkan dikuasai oleh pemerintah melaluiketentuan-ketentuanhukumyang bersifat represif, tetapi juga konsensus (kerjasama)diharuskandenganmelarang terjadinya konflik (pemogokan) dan penyelesaian perselisihan hubungan 80 81 82 83 industrial digunakan cara damai dan 80 melarangpenggunaancara-carapaksaan. Negara kesejahteraan perannya semakin besar dalam memberikan pelayanan sosial secara universal, 81 komprehensif, responsif, dan korporatis dalam mengelola dan mengorganisasikan perekonomian, sehingga mampu menjalankan tanggung jawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warganya. Konsep ini dipandang sebagai bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan rakyat setelah mencuatnya bukti-bukti empirik mengenai kegagalan pasar pada masyarakatkapitalisdankegagalannegara 82 padamasyarakatsosialis. Permasalahan yang dihadapi negara hukum kesejahteraan dalam bidang ketenagakerjaanadalahberkaitandengan hubungan antara pekerja dengan pengusahaataudisebutdenganhubungan kerja, saat ini tidak lagi merupakan masalah yang terkait antara kedua belah pihaksaja,tetapimasuknyaperannegara yang disebut hubungan industrial83 yang dipengaruhi situasi dan kondisi negara, baik dari aspek ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan, bahkan budaya. Masuknya negara dalam pengaturan hubungankerja,berartitidaksemata-mata hubungan keperdataan tetapi sudah diintervensi dengan hukum publik, yaitu UjangChardaS.,Op.Cit.,hlm.14. SpickerdalamEdiSuharto,KebijakanSosialsebagaiKebijakanPublik,Alfabeta,Bandung,2008,hlm.57. Ibid. Pasal1angka16Undang-UndangNomor13Tahun2003menyatakan,bahwahubunganindustrialadalahsuatusistem hubunganyangterbentukantaraparapelakudalamprosesproduksibarangdan/ataujasayangterdiridariunsur pengusaha,pekerja/buruh,danpemerintahyangdidasarkanpadanilai-nilaiPancasiladanUndang-UndangDasar NegaraRepublikIndonesiaTahun1945. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 17 hukum administrasi negara dan hukum pidana. Hal ini disebabkan banyaknya urusandalampelaksanaanhubungankerja yang berhubungan dengan kepentingan publik dan turut campurnya pemerintah 84 dalam urusan privat. Hal ini, menurut Philipus M. Hadjon, bahwa hukum ketenagakerjaan merupakan disiplin fungsional, karena memiliki karakter campuran,yaituhukumpublikdanhukum privat,85 atau menurut Aloysius Uwiyono 86 berada di persimpangan jalan yang diperlukan sebagai pendekatan yang mampu menciptakan hukum ketenagakerjaanyangakomodatif. Hubungannya dengan hukum ketenagakerjaanyangmengaturhubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha, telah mengalami perkembangan yang membawa konsekuensi pada perubahan sifat dari hukum privat menjadi hukum publik yang ditandai dengan turut campurnyanegaradalamlapanganhukum ketenagakerjaan sebagai pihak yang tampilmemberikanperlindungandengan hukum sebagai sarananya. Perubahan hukum ketenagakerjaan dari semula bersifat privat menjadi bersifat publik membawakonsekuensi,bahwahubungan kerja dalam lapangan hukum ketenagakerjaan tidak lagi menjadi hubungan antar individu semata, namun telahmelibatkanpihakdiluartenagakerja danpengusaha,yaitunegara.87 Intervensi negara dalam lapangan hukumketenagakerjaandibidangregulasi ditandai dengan pembuatan peraturan perundang-undangan yang telah membawa perubahan mendasar, yakni menjadikan sifat hukum ketenagakerjaan 88 menjadi ganda (privat dan publik). Dengandemikian,padahakikatnyasemua peraturan di bidang ketenagakerjaan bersifatmemberikanperlindungankepada pihak tenaga kerja sebagai pihak yang lemah, terhadap pihak 89 pengusaha/pemberikerja. Pemerintahsebagaipihakyangterkait langsung dalam hubungan kerja diharapkan dapat berperan netral guna memberikanperlindungankepadatenaga kerja dan sekaligus juga menjaga agar prosesproduksidapatberkesinambungan. MenurutAloysiusUwiyono,bahwafungsi pemerintah dalam hubungan kerja tersebutmeliputihal-halsebagaiberikut:90 1. Menyusun / membuat peraturan/kebijakan. 2. Mengawasipelaksanaanperaturan. 3. Memberikanpelayanan. 4. Menyelenggarakan peradilan dan tindakan terhadap pelanggaran 84 Pemisahanhukumpublikdanhukumprivatmerupakanbentukdaripembagianperannegaraterhadapberbagaiaspek kehidupan penduduknya, tetapi kepentingan individu dengan individu pun menjadi perhatian negara. Jika dalam hukumpublik,negarabersifataktif,sedangkandihukumprivatnegarahanyabersifatpasif,mengawasiataupunhanya memfasilitasi.LihatTotoTohirSuriaatmadja,“AspekPerlindunganHukumdalamHukumKetenagakerjaan”,Makalah SeminarNasionalyangDiselenggarakanProgramDoktorIlmuHukumPascasarjanaUNISBA,SavoyHomannBidakara Hotel,Bandung,23November2013,hlm.2. 85 PhilipusM.Hadjon&TutiekSriDjatmiati,ArgumentasiHukum,UGMPress,Yogyakarta,2005,hlm.41. 86 Agusmidah,DilematikaHukumKetenagakerjaanTinjauanPolitikHukum,Sofmedia,Medan,2011,hlm.265-266. 87 Agusmidah,HukumKetenagakerjaanIndonesia:Dinamika&KajianTeori,GhaliaIndonesia,Bogor,2010,hlm.10-11. 88 Ibid. 89 Aloysius Uwiyono et.al., Asas-asas Hukum Perburuhan,RajaGrafindo Persada bekerjasama dengan FH-UI, Jakarta, 2014,hlm.80. 90 Ibid.,hlm.70. 18 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 peraturanperundang-undangan. 5. Pembinaanhubunganindustrial. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, dilaksanakanolehorganpemerintah,baik di tingkat pusat maupun di daerah. Keikutsertaan pemerintah, baik langsung maupun tidak langsung dalam organisasi di bidang ketenagakerjaan, seperti dalam LembagaKerjaSamaTripartitadalahguna terkait dengan pelaksanaan fungsinya. Dengan demikian, kehadiran pemerintah harusmemerankantigafungsi,yaitufungsi perlindungan (protector), pembimbing 91 (guide), dan penengah (arbitrator). Dalam hal ini, pemerintah merupakan pelindung komunitas serta mitra dalam proses produksi, memang seharusnya hubungan kemitraan terbangun secara internal antara perusahaan dengan organisasi (pekerja). Hal ini lebih mencerminkan keguyuban rumah tangga perusahaan, namun kehadiran pihak ketiga (pemerintah) penting untuk menjadi katalisator bila terjadi kebekuan hubungankeduanya.92 Berdasarkan uraian di atas, bahwa hukum ketenagakerjaan memiliki sifat privatmelekatpadaprinsipdasaradanya hubungan kerja yang ditandai dengan perjanjian kerja antara tenaga kerja dengan pengusaha, tetapi memiliki sifatsifat yang publik dari hukum ketenagakerjaan,yaitu:93 1. Adanya sanksi terhadap pelanggaran atautindakpidana. 2. Menetapkan syarat-syarat menyakut tenaga kerja asing, tenaga kerja Indonesia. 3. Ikutcampurdalamstandarupah. 4. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial. 5. Standarmempekerjakanpekerjaanak. Oleh karena, salah satu pihaknya adalahnegara,makadalamhalterjadinya pelanggaran ketentuan-ketentuan hukum ketenagakerjaan,negaradapatmelakukan penegakan hukumnya. Proses penegakan hukum ketenagakerjaan diawali dengan proses penetapan/pembuatan hukum ketenagakerjaan terlebih dahulu oleh badanpembuatundang-undang.Tahapini dapat disebut sebagai tahap kebijakan legislatif/formulatif. Dilihat dari keseluruhan proses penegakan hukum ketenagakerjaan, tahap kebijakan legislatif/ formulatif merupakan tahap yang paling strategis. Oleh karena itu, kesalahan/kelemahan kebijakn legislatif merupakankesalahanstrategisyangdapat menghambat upaya penegakan hukum pada tahap berikutnya, yaitu tahap aplikasi/kebijakan yudikatif dan tahap 94 eksekusi/kebijakanadministratif. Dengan demikian, hukum ketenagakerjaan memiliki sifat-sifat hukum publik yang menonjol, sehingga menyebabkan hukum ketenagakerjaan memuat ketentuan-ketentuan yang 95 bersifat memaksa, dan hanya dengan campur tangan pemerintah hukum 91 93 94 Ibid. Ibid. Agusmidah,Hukum….Op.Cit.,hlm.11. Dwidja Priyatno, Kebijakan Legislasi tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Indonesia, Utomo, Bandung,2004,hlm.8. 95 Hari Supriyanto, Perubahan Hukum Privat ke Hukum Publik : Studi Hukum Perburuhan di Indonesia, Universitas Atmajaya,Yogyakarta,2004,hlm.73. 92 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 19 ketenagakerjaan dapat ditegakkan mengingat posisi tenaga kerja memiliki dayatawaryanglemah. Campur tangan negara dalam perlindungan hukum terhadap tenaga kerjasecarafilosofis,bahwaperlindungan tersebut dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnyadanpembangunanmasyarakat Indonesia seluruhnya dalam upaya meningkatkanharkat,martabat,danharga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan 96 merata baik materiil maupun spiritual yang ditandai dengan semakin berperannya tenaga kerja sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan 97 pembangunan, di samping berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Olehkarenanya,kepadatenagakerjaanak perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat mendukung keberhasilan pembangunannasional.98 Sementara itu, secara sosiologis perlindungan terhadap tenaga kerja, karenatidakbebasdantidakmempunyai bekal hidup selain tenaganya dan terkadang terpaksa untuk menerima pekerjaan dari pengusaha atau pemberi kerjameskipunmemberatkannyasendiri, lebih-lebihsekaranginidenganbanyaknya jumlahtenagakerjayangtidaksebanding denganlapanganpekerjaanyanglayakdan tersedia.Akibatnyatenagakerjaseringkali diperas dengan upah relatif kecil dan ditempatkan di bawah pihak yang menguasai pihak yang lemah yang dapat diibaratkan sebagai homo homini lupus, sehinggasangatsulittercapaitujuandari hukumketenagakerjaan.99 Olehsebabitu,kelemahanposisitawar tenagakerjadilihatdarisisisosialmaupun ekonomis, dipandang perlu dari segi yuridis adanya campur tangan negara untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan guna melindungi tenaga kerja dari kekuasaan pengusaha dengan menempatkannya pada kedudukan yang layak sesuai harkat dan martabatmanusia.Disampingsegiyuridis, negara juga bertanggung jawab dalam memberikanperlindungandarisegisosial, ekonomi, maupun dari segi teknis (keselamatankerja).100 Pemerintah selaku pemegang kedaulatan sudah seharusnya memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kerja, khususnya terhadap tenaga kerja anak dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan kebijakan publikmengingatkedudukantenagakerja anak lebih rendah daripada pengusaha, maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk memberikan perlindunganhukumnya.Ketidaksetaraan ekonomi antara tenaga kerja dengan pengusaha mengakibatkan suatu kontrak yang semu dan seringkali tenaga kerja 96 Pasal2Undang-UndangNomor13Tahun2003tentangKetenagakerjaan. B.SiswantoSastrohadiwiryo,ManajemenTenagaKerjaIndonesia:PendekatanAdministratifdanOperasional,Bumi Aksara,Jakarta,2002,hlm.3. 98 HerryHeriawanSaleh,PersainganTenagaKerjadalamEraGlobalisasi(antaraPerdagangandanMigrasi),Pustaka SinarHarapan,Jakarta,2005,hlm.1. 99 Ibid.,hlm.7. 100 ZainalAsikin,Op.Cit.,hlm.77. 97 20 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 dipandangsebagaiobjekdansubordinat.101 dengan materi muatan yang diusulkan, Wujudperlindunganhukumterhadap meliputi : Ketentuan Umum, Bentuk dan tenaga kerja anak dalam Undang-Undang Jenis Pekerjaan Terburuk untuk Anak, Nomor13Tahun2003mengatur2(dua) Pencegahan, Penanggulangan, dan hal, yaitu : pembatasan dan pelarangan. Rehabilitasi,PenghapusanBentuk-bentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pekerjaan Terburuk Untuk Tenaga Kerja tentangKetenagakerjaan,selainmembuat Anak yang Bekerja di Luar Hubungan regulasipembatasandanpelarangan,juga Kerja,Program-programPenyelenggaraan membuat ketentuan tentang Perlindungan Tenaga Kerja Anak yang penanggulangan yang secara khusus (lex Bekerja di Luar Hubungan Kerja Pada specialis)ditujukanterhadaptenagakerja Bentuk Pekerjaan Terburuk, Pembinaan anakyangbekerjadiluarhubungankerja dan pengawasan, Pendampingan, Peran sebagaimanadirumuskandalamPasal75, sertamasyarakat,Pembiayaan,Ketentuan bahwa pemerintah berkewajiban Penutup. melakukan upaya penanggulangan anak Sehubungan dengan uraian di atas, yang bekerja di luar hubungan kerja mengenaiperlindungantenagakerjaanak, dengan lebih lanjut diatur dengan setidaknyaada2(dua)aspekyangterkait Peraturan Pemerintah. Makna dari di dalamnya, yaitu aspek yang terkait ketentuan Pasal 75 Undang-Undang dengan kebijakan peraturan perundangNomor 13 Tahun 2003 tentang undangan yang mengatur mengenai Ketenagakerjaaniniadalahmelaranganak perlindungantenagakerjaanak,danaspek bekerjadisektorinformalsebagaimanadi yang berkaitan dengan pelaksanaan dari dalampenjelasannyadikemukakan,bahwa kebijakan perundang-undangan tersebut. penanggulangananakyangbekerjadiluar Mengenaiaspekpertama,sampaisaatini hubungan kerja dimaksudkan untuk telah cukup undang-undang yang menghapuskan atau mengurangi anak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan yang bekerja di luar hubungan kerja. perlindungantenagakerjaanak,walaupun Namun makna tersebut tidak masihadaperaturanteknisnyayangbelum ditindaklanjuti secara segera, terencana, ditindaklanjuti, seperti Peraturan terpadu, dan terkoordinasi dengan Pemerintah yang mengatur tenaga kerja instansi terkait dengan diterbitkannya anakyangbekerjadiluarhubungankerja PeraturanPemerintah. yangdiamanatkanolehPasal75UndangSehubungan dengan hal tersebut, Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang melaluipenelitianinidiusulkanrancangan Ketenagakerjaan.Aspekyangkeduaadalah peraturan pemerintah yang diamanatkan apakahdengantelahtersedianyaberbagai oleh Pasal 75 Undang-Undang Nomor 13 perangkat undang-undang tentang hakTahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hak anak telah dengan sendirinya usahadengan draf sebagaimana tercantum usaha untuk mewujudkan hak-hak anak dalam lampiran penulisan disertasi ini dan upaya penghapusan praktik-praktik 101 AsriWijayanti,MenggugatKonsepHubunganKerja,LubukAgung,Bandung,2011,hlm.1. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 21 pelanggaran hukum terhadap anak yang dipekerjakan dan pengabaian terhadap hak-hak anak sebagaimana dikehendaki dapatdiakhiri. Kedua aspek ini merupakan bahan pemikiran yang perlu upaya cerdas dan kerja keras dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja anak di Indonesia sebagai “misi besar bangsa” dalammembangunsumberdayamanusia yang berkualitas, mandiri, dan berdaya saing sebagai jawaban atas “visi besar bangsa”,yaknimelindungisegenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kerja keras ini tentunya membutuhkanpoliticalwilldankomitmen yang kuat dari negara dan seluruh komponen bangsa dengan strategi serta program kerja yang konkrit, integratif, komprehensif, cepat, dan tepat dalam menuju negara bebas tenaga kerja anak yangbekerjadiluarhubungankerjapada bentuk-bentukpekerjaanterburuk. C. PENUTUP Perlindunganhukumterhadaptenaga kerjaanakyangbekerjadiluarhubungan kerja pada bentuk-bentuk pekerjaan terburuk sampai saat ini belum diatur secara khusus, kalaupun ada masih bersifatumumdanbelummemperhatikan prinsip-prinsipperlindungananak,seperti prinsip non diskriminasi, prinsip kepentinganterbaikbagianak,prinsiphak hidupdanmempertahankanpenghidupan, serta prinsip penghormatan terhadap pendapatanak.Olehkarenaitu,tanggung jawab negara Indonesia terhadap tenaga kerjaanakyangbekerjadiluarhubungan 22 kerja pada bentuk-bentuk pekerjaan terburuk dapat diwujudkan melalui pembentukan peraturan perundangundangan mulai dari tahap formulasi, tahap penetapan sampai pada tahap penegakan yang tujuannya untuk melengkapi regulasi dalam perlindungan terhadap tenaga kerja anak, di samping bentuk tanggung jawab lain, seperti program penarikan anak dari bentukbentukpekerjaanterburuk,pembinaandi rumah singgah, program pendidikan, program zona bebas tenaga kerja anak, maupun program pemberdayaan dan perbaikanekonomikeluarga. DAFTARPUSTAKA Buku-buku: A. Mukti Fajar, Tipe Negara Hukum, Banyumedia,Malang,2005. Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni,Bandung,1979. AbuDaudBusroh&AbubakarBusro,Asasasas Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia,1991. Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika,Jakarta,2009. Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Dinamika & Kajian Teori, GhaliaIndonesia,Bogor,2010. _____, Dilematika Hukum Ketenagakerjaan Tinjauan Politik Hukum, Sofmedia, Medan,2011. AloysiusUwiyonoet.al.,Asas-asasHukum Perburuhan, RajaGrafindo Persada Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 bekerjasama dengan FH-UI, Jakarta, 2014. Asri Wijayanti, Menggugat Konsep Hubungan Kerja, Lubuk Agung, Bandung,2011. B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia : Pendekatan Administratif dan Operasional, Bumi Aksara,Jakarta,2002. Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban yang Adil : Problematika Filsafat Hukum,Grasindo,Jakarta,1999. Dawam Rahardjo, Evaluasi dan Dampak Amandemen UUD 1945, UNISIA, Yogyakarta,2003. DediHaryadi&IndrasariTjandraningsih, BuruhAnak&DinamikaIndustriKecil, Akatiga,Bandung,1995. Dwidja Priyatno, Kebijakan Legislasi tentang Sistem Pertanggungjawaban PidanaKorporasidiIndonesia,Utomo, Bandung,2004. Edi Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2008. Hamid Abidin, Menggalang Dukungan Melindungi Anak, Lembaga Perlindungan Anak Jawa Barat, Bandung,2004. HariSupriyanto,PerubahanHukumPrivat ke Hukum Publik : Studi Hukum Perburuhan di Indonesia, Universitas Atmajaya,Yogyakarta,2004. HerryHeriawanSaleh,PersainganTenaga Kerja dalam Era Globalisasi (antara Perdagangan dan Migrasi), Pustaka SinarHarapan,Jakarta,2005. Indrasari Tjandraningsih dan Popon Anarita, Pekerja Anak di Perkebunan Tembakau,YayasanAkatiga,Bandung, 2002. Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Lathifah Press bekerjasama dengan Fakultas Syari'ah IAILM Suryalaya, Tasikmalaya,2004. KoesparmonoIrsan,HukumdanHakAsasi Manusia, Pusat Kajian Kepolisian dan Hukum,Jakarta,2009. MalayuS.P.Hasibuan,Manajemen:Dasar, Pengertian,danMasalah,BumiAksara, Jakarta,2003. Maria Farida Indrati, Ilmu Perundangundangan (Dasar-dasar dan Pembentukannya), Kanisius, Yogyakarta,l998. Moh.BusyroMuqoddas,et.al.(ed.),Politik Pembangunan Hukum Nasional, UII Press,Yogyakarta,1992. Moh. Kusnardi & Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2008. Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Binacipta, Bandung,TanpaTahun. _____,Hukum,MasyarakatdanPembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, 1976. Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 23 _____, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002. Terhadap Realita Politik Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bungo Abadi,Bandung,2008. Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas,AspekHukumPerlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999. _____, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia(Sejarah,Teori&Praktiknya diIndonesia,FHUNSUB,Subang,2014. OentoengWahjoe,BungaRampai:Potret Penegakan Hukum di Indonesia, Komisi Yudisial Republik Indonesia, Jakarta,2009. _____, Hukum Pidana Internasional : Perkembangan Tindak Pidana Internasional&ProsesPenegakannya, Erlangga,Jakarta,2011. Wiratni Ahmadi, Perlindungan Hukum bagi Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Refika Aditama, Bandung,2006. Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan : Sebuah Pendekatan Sosiokultural, Kriminologi,HukumdanHAM,Refika Aditama,Bandung,2009. Zainal Asikin et. al., Dasar-dasar Hukum Perburuhan, RajaGrafindo Persada, Jakarta,2002. PhilipusM.Hadjon,PerlindunganHukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,1987. PeraturanPerundang-undangan: _____ & Tutiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum,UGMPress,Yogyakarta,2005. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun1945. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum AdministrasiNegara,GhaliaIndonesia, Jakarta,1988. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan. Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto,PerihalKaidahHukum,Citra AdityaBakti,Bandung,1993. RoscoePound,PengantarFilsafatHukum, terjemahan Mohamad Radjab, Bharatara,Jakarta,1954. Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta,1995. Ujang Charda S., Kebijakan Hukum Ketenagakerjaan : Sebuah Kajian 24 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndangNomor23Tahun2002tentang PerlindunganAnak. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untukAnak. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per. 12/ Men / VI I I / 2010 ten t a n g Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 OrganisasidanTataKerjaKementerian TenagaKerjadanTransmigrasi. Sumberlain: Amidhan, “Tinjauan Tingginya Angka Pengangguran dari Perspektif Hak Asasi Manusia”, Semiloka Memetakan Akar Masalah dan Solusi Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia, Purwakarta,18-19Juli2005. Erman Radjagukguk, “Hukum Ekonomi Indonesia:MenjagaPersatuanBangsa, Memulihkan Ekonomi, dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, JurnalHukumBisnis,Volume22No.5, YayasanPengembanganHukumBisnis, Jakarta,2003. KokoKosidin,“Aspek-aspekHukumdalam Pemutusan Hubungan Kerja di Lingkungan Perusahaan Perseroan (Persero)”, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung,1996. Muhadjir Darwin, “Penghapusan atau Pemanusiaan Pekerja Anak?”, Paper disampaikandalamSemilokaRefleksi dan Evaluasi Prospek Zona Bebas Pekerja Anak di Kutaikartanegara, Hotel Singgasana Tenggarong, Kutai Kartanegara - Kalimantan Timur, 20 Juni2006. November2013. Ujang Charda S., ”Reorientasi Reformasi ModelHukumKetenagakerjaandalam Kebijakan Pemerintah”, Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hukum, Vol. XIV No. 1, Fakultas Hukum UNISBA, Bandung, Maret2012. AksesInternet: http://www.wikimu.com/News/DisplayN ews. aspx? id=8205, akses tanggal 14 Mei2014,jam11:20WIB. http://indonesia.ucanews.com/2013/04/ 19,akses21Mei2013,jam14:37WIB. http://www.suarapembaruan.com/home, aksestanggal22Mei2013,jam13:39 WIB. http://indonesia.ucanews.com/2013/04/ 19,akses21Mei2013,jam14:37WIB. http://www.jurnas.com/halaman/5/201 3-06-04/211200, akses 2 September 2013,jam09:21WIB. To t o To h i r S u r i a a t m a d j a , “A s p e k Perlindungan Hukum dalam Hukum Ketenagakerjaan”, Makalah Seminar Nasional yang Diselenggarakan Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana UNISBA, Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 23 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014 25