BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Internasional Menurut Lasswell7 komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa? (Who? Say what? In which channel? To whom? With what effect?). sedangkan menurut Everett M. Rogers8 komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Jadi dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila khalayak atau media massa (komunikan) dapat menerima dan mengolah serta memahami informasi yang disampaikan oleh humas (komunikator) sehingga tidak akan timbul salah pengertian. Pada dasarnya komunikasi merupakan proses dua arah. Komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan atau mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide atau pendapat. Komunikasi selalu mengandung unsur pengirim (komunikator) dan unsur pesan (message) yang bertujuan mengadakan persamaan dalam mengartikan pesan, serta penerima pesan (komunikan). Komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak 7 Liliweri Alo,.Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat.Citra Aditya Bakti Bandung.1991 hal 7. 8 Hafied Cangara,.Pengantar Ilmu Komunikasi.Raja Grafindo Persada Jakarta.1998 hal 20. 12 13 yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. Sedangkan konsep dari komunikasi internasional menurut Onong Uchjana Effendy dalam Shoelhi Mohammad9 adalah komunikasi yang dilakukan komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan memperoleh dukungan, bantuan, dan kerjasama melalui berbagai media komunikasi atau media massa internasional. Hal inilah yang sebenarnya coba diupayakan oleh Tony Abbott sebagai perdana menteri Australia dalam usaha pembebasan dua warga negara Australia yang menjadi terdakwa kasus pengedaran narkoba di Indonesia. Sayangnya upaya diplomasi Abbott dirasa kurang mempertimbangkan reaksi publik di Indonesia. Hal itu tercermin dari cara penyampaian serta pemilihan bahasa yang terkesan mengungkit bantuan yang pernah diupayakan pemerintah Australia untuk korban bencana Tsunami Aceh pada tahun 2008 silam. Hal ini sangat disayangkan mengingat Abbott adalah gate keeper dalam komunikasi internasional antara Indonesia dan Australia. Meski Indonesia dan Australia secara geografis merupakan tetangga dekat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia memiliki latar belakang yang sangat jauh berbeda dengan bangsa Australia. Dimana Indonesia merupakan negara berbasis multi kultural yang membuat upaya komunikasi baik 9 Sholehi Mohammad,.Diplomasi Praktik Komunikasi Internasional.Simbiosa Rekatama Media Bandung.2011 hal 44-45. 14 internal maupun eksternal menjadi begitu kompleks dan memerlukan banyak pertimbangan sebelum menyampaikan pesan yang diinginkan kepada publik di Indonesia. 2.2 Konsep Public Relations dan Diplomasi Rachmadi dalam Soleh Soemirat dan Ardianto10 mengemukakan bahwa public relations pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi, kendati agak lain dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena ciri hakiki dari komunikasi PR adalah two way communications (komunikasi dua arah/timbal balik). Arus komunikasi timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan PR, sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam PR. Lebih spesifik lagi Cutlip Center dan Brown11 mendeskripsikan public relations sebagai fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa public relations adalah sebuah komunikasi dua arah yang dilakukan sebuah organisasi untuk membentuk hubungan baik antara organisasi tersebut dengan publiknya. 10 Soemirat Soleh dan Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations.Remaja Rosdakarya Bandung.2012 hal 11. 11 Ibid.14 15 Kata diplomasi diyakini berasal dari kata Yunani diploun yang berarti melipat. Menurut Nicholson12, pada massa Kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan logam dobel, dilihat dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan logam ini disebut diplomas. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi. Karena perjanjian-perjanjian ini semakin bertumpuk, arsip kekaisaran menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dilipat dan diberikan dalam cara khusus. Oleh karena itu dirasa perlu untuk memperkerjakan seseorang yang terlatih untuk mengindeks, menguraikan dan memeliharanya. Isi surat resmi negara yang dikumpulkan, disimpan di arsip, yang berhubungan dengan hubungan internasional, dikenal pada Zaman Pertengahan sebagai diplomaticus atau diplomatique. Siapa pun yang berhubungan dengan surat-surat tersebut dikatakan sebagai milik res diplomatique atau bisnis diplomatik13. Dari peristiwa ini lama kelamaan kata diplomasi menjadi dihubungkan dengan manajemen hubungan internasional, dan siapa pun yang ikut mengatur dianggap sebagai diplomat. 12 Nicolson Harold George,. Diplomacy.Journal.Oxford University Press Oxford.1969. 13 Roy S.L,.Diplomasi.Rajawali Press Jakarta.1991 hal 1-2 16 Semenjak terjadinya perang dunia pertama, upaya-upaya studi akademik yang berkaitan dengan propaganda dan pembentukan opini publik berkembang dengan sangat pesat. Hal ini diikuti dengan kesadaran akan pentingnya soft power dalam strategi politik internasional yang dipercaya mampu meningkatkan usaha diplomasi antar negara ke arah yang lebih baik. Joseph S Nye14, seorang professor Harvard University menggambarkan pentingnya penguasaan soft power dan hard power dalam usaha diplomasi birokrasi. Dalam jurnal ilmiahnya, Nye mengungkapkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Lebih jauh lagi, Nye mengemukakan 3 cara dasar untuk mempengaruhi perilaku orang lain15: 1. Memaksa dengan gertakan 2. Mendorong dengan imbalan 3. Menarik dan melakukan usaha kooptasi Soft power sangat bergantung pada kemampuan seseorang dalam membentuk sudut pandang orang lain. Seseorang pemimpin yang baik mengetahui bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang komando, namun juga tentang cara bagaimana seseorang dapat membuat orang lain melakukan yang 14 Nye Joseph S,.Soft Power, Hard Power and Leadership.Journal.Harvard University Press Cambridge.2006 hal 2 15 Ibid. 17 kita inginkan. Singkat kata, soft power adalah kekuatan dalam menarik orang lain untuk melakukan hal yang kita inginkan. Ada beberapa cara dalam menarik perhatian orang lain antara lain adalah citra diri dan efek langsung dari cara kita berkomunikasi. Sebagai contoh, dalam kasus gerakan #KoinUntukAustralia pihak Tony Abbott lah yang pertama kali mengeluarkan “ancaman halus” berupa mengingatkan kembali bangsa Indonesia akan banyaknya bantuan yang telah dikirimkan dan diberikan oleh pemerintah Australia dalam tragedi tsunami Aceh pada tahun 2004. Abbott cenderung menggunakan ancaman dan bujukan yang diasosiasikan Thomas Schelling16 sebagai bentuk hard power. Diplomasi sendiri merupakan salah satu bentuk implementasi dari ilmu public relations dimana diplomasi pada dasarnya dilakukan guna membujuk, mengajak serta mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai apa yang diharapkan oleh pelaku diplomasi atau yang dikenal dengan sebutan diplomat. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa Tony Abbott memiliki peranan penting dalam meyakinkan publik di Indonesia untuk membebaskan dua warga negaranya yang tersangkut kasus pengedaran narkoba di Indonesia. Namun, komunikasi yang terjadi dalam upaya diplomasi antar Indonesia dan Australia mengalami beberapa distorsi yang disebabkan antara lain oleh: 16 Schelling Thomas C,.The Strategy of Conflict.Journal.Harvard University Press Cambridge.1960 18 1. Pebedaan kebudayaan antara Indonesia dan Australia 2. Perbedaan paradigma terkait nilai-nilai moral dan etika dalam berkomunikasi 3. Perbedaan kebiasaan dalam berkomunikasi (Australia cenderung straight forward sedangkan Indonesia cenderung menggunakan bahasa normatif) Distorsi inilah yang kemudian menjadi faktor pemicu kegagalan Tony Abbott dalam mengkomunikasikan gagasan dan niatan Australia dalam mencegah eksekusi mati atas dua warga negaranya kepada rakyat Indonesia. 2.3 Konsep Opini Publik Gagasan utama terkait opini publik17 pertama muncul dari traktat Rousseau yang memperkenalkan sebuah konsep general will yang sering dikaitkan dengan l’opinion publique atau yang biasa kita sebut dengan opini publik. Gagasan utama Rousseau ini adalah bahwa sebuah pemerintahan secara etis dianggap sah jika penyelenggaraan pemerintah berangkat dari kehendak umum atau general will. Dalam kaitannya dengan perkembangan sistem pemerintahan, general will ini kemudian menjadi acuan bagaimana suatu negara kemudian memilih mode politiknya. Menurut Cutlip Center dalam Sastropoetro18 opini merupakan suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversional, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Dimana opini tersebut berasal 17 18 Ambardi Dodi,.Opini Publik: Teori, Aplikasi dan Kontroversi.Komunitas Salihara Jakarta.2010 hal 1. Sastropoetro Santoso,.Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial.Remaja Rosda Karya Bandung. 1990 hal 70. 19 dari opini individual yang diungkapkan oleh para anggota sebuah kelompok yang pandangannya bergantung pada pengaruh yang dilancarkan kelompok tersebut. Seorang peneliti perilaku komunikasi dan media massa, Barelson19 mengemukakan bahwa opini publik dalam ilmu komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan issu dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik dinilai sebagai salah satu bentuk komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dengan bentuk atau cara tertentu dapat membawa efek tertentu pula. Lebih jauh lagi, Barelson20 mengemukakan bahwa efek langsung dari gejala yang ditimbulkan oleh pembicaraan yang diperlihatkan Pemerintah menunjukkan beberapa opini negatif dimana opini negatif ini cenderung menghasilkan reaksi tertentu. Pada umumnya opini publik terbentuk dan berkembang karena adanya pemberitaan melalui media massa. Dalam kasus gerakan #KoinUntukAustralia ini, opini publik terbentuk melalui media sosial twitter karena adanya sebuah kasus kontroversional yakni kegagalan perdana menteri Australia, Tony Abbott dalam upaya diplomasi untuk membebaskan dua warga negara Australia yang terancam hukuman mati akibat terjerat kasus perdagangan narkotika. Dimana strategi diplomasi yang digunakan oleh Abbott malah menjadi boomerang dan membuat citra negaranya menjadi negatif di mata masyarakat Indonesia. 19 Barelson Bernard Reuben,.Reader in Public Opinion and Communication.The Free Press Illinois.1950. 20 Ibid. 20 Dijelaskan oleh George Carslake Thompson21 dalam bukunya tentang opini publik bahwa publik tertentu yang menghadapi isu yang kontroversial dapat mengeluarkan reaksi yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kondisi yang juga berlainan. Dimana perbedaan reaksi tersebut disebabkan oleh 3 hal, yakni: 1. Perbedaan pandangan terhadap fakta 2. Perbedaan perkiraan tentang cara mencapai tujuan 3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan Dari tiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan tersebutlah yang merupakan noise atau distorsi utama dalam upaya diplomasi antara Australia dan Indonesia. Dimana noise atau distorsi ini kemudian membentuk persepsi tertentu tentang Australia bahwa pernyataan Tony Abbott menggambarkan bentuk pamrih hingga kemudian tercetuslah inisiatif masyarakat untuk menggagas gerakan #KoinUntukAustralia melalui media sosial. 2.4 New Media Twitter Dalam buku Keajaiban Sosial Media, Sulianta22 mendefinisikan twitter sebagai jejaring sosial microblog yang dinamakan demikian karena pembatasan 21 Thompson George Carslake,.Public Opinion and Lord Beaconsfield.Vol II.Macmillan & co London.1886 22 Sulianta Feri,.Keajaiban Sosial Media.PT Elex Media Komputindo Jakarta.2015 hal 62-63 21 jumlah karakter dalam tweet-nya. Umumnya pengguna internet mengakses twitter dengan tujuan23 sebagai berikut: 1. Untuk berkomunikasi satu sama lain dan bertukar ide 2. Mencari informasi dan melihat tren 3. Menyebarkan informasi 4. Memperluas pertemanan Sesuai tujuan tersebut di atas beberapa opinion leader memanfaatkan media sosial ini untuk menyebarkan informasi, berkomunikasi serta bertukar ide terkait pandangan mereka terhadap pernyataan Tony Abbott tentang bantuan pemerintah Australia atas korban bencana tsunami Aceh pada tahun 2008. Karena media sosial ini bersifat umum dan antar penggunanya bebas untuk melihat dan dilihat satu sama lain, maka informasi atas ide yang dilontarkan oleh opinion leader tersebut dengan cepat berkembang menjadi opini publik. Gerakan #KoinUntukAustralia yang berawal dari twitter ini pun dengan cepat menyita perhatian internasional. Bahkan sempat menjadi topik pembahasan yang paling banyak dibicarakan di twitter atau yang dikenal dengan sebutan Trending Topic WorldWide (TTWW). 2.5 Model Agenda Setting Dalam kaitannya dengan penyebaran informasi maupun upaya komunikasi melalui media, peneliti menemukan bahwa kecenderungan media 23 Ibid.65-66 22 (baik itu cetak, elektronik, maupun jejaring sosial) dalam perkembangannya telah menjadi sarana pengalihan issu nomor wahid, dimana media mampu dengan mudahnya mengarahkan masyarakat untuk lebih memperhatikan issu tertentu dan mengabaikan issu lainnya. Masyarakat cenderung akan lebih mengetahui suatu hal apabila hal tersebut diberitakan atau diperbincangkan melalui media massa, lebih lanjut lagi media massa secara eksplisit telah menjadi dalang yang mampu mengatur prioritas masyarakat dalam memilih berita mana yang penting dan mana yang tidak24. McCombs & Shaw25 dalam sebuah jurnal ilmiah terbitan International Communication Association mengaitkan agenda setting sebagai sebuah ide terkait korelasi yang kuat antara bagaimana media massa menekankan sebuah issu dengan pentingnya masyarakat berhubungan dengan issu ini. Dalam penelitian ini, peneliti ingin membuktikan bahwa saat ini eksistensi media sosial telah dapat disetarakan dengan media massa dalam hal penerapan konsep agenda setting, pada khususnya twitter. Melalui penerapan tampilan 10 topik yang paling sering di bicarakan, khususnya topik pembicaraan yang memiliki tanda tagar (#) atau yang secara umum disebut sebagai Trending Topic World Wide (TTWW) twitter mengembangkan fungsi sebuah media sosial dari yang hanya berfungsi sebagai sebuah situs jejaring sosial yang menghubungkan satu akun 24 Effendi Onong Ucjana,.Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.PT Rosdakarya Bandung.2000 hal 288 25 Scheufele D.A. and Tewksbury,.Model of Media Effects.Journal.International Communication Association USA. 2007 hal 11 23 dengan akun lainnya melalui interaksi di dunia maya, menjadi sebuah media yang mampu mengembangkan sebuah issu menjadi hal yang penting diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat hingga terbentuklah opini dari masyarakat terkait issu tersebut. Bahkan, dewasa ini banyak media massa yang mencomot berita melalui topik-topik yang ada di twitter. Hal ini juga yang membuat gerakan #KoinUntukAustralia kemudian mudah untuk menjadi bahan pembicaraan tidak hanya dalam lingkup Indonesia saja namun juga dalam lingkup internasional mengingat topik ini sempat menjadi Trending Topic World Wide (TTWW) di twitter. 2.6 Teori Interaksional Simbolik Soedjarwi dalam Shoelhi Mohammad26 mengungkapkan bahwa interaksi simbolik menekankan pada kemempuan individu untuk berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol dan memaksakan realitas subjektif diri sendiri terhadap realitas sosial yang dihadapi. Sementara Judistira27 mengatakan bahwwa interaksi simbolik memfokuskan perhatian pada aktifitas sosial yang dinamis dalam kehidupan. Seorang professor filsafat di Universitas Chicago, George Herbert Mead28 berpendapat bahwa interaksi simbolik terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. Pikiran (mind) 26 27 28 Shoelhi Mohammad,. Diplomasi Praktik Komunikasi Internasional.Simbiosa Rekatama Media Bandung.2011 hal 147 Ibid. Ibid. 24 2. Diri (self) 3. Masyarakat (society) Masih menurut Mead, proses interaksi pikiran manusia adalah bentuk interaksi dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.Untuk melakukan interaksi simbolik dengan dirinya dan orang lain, manusia menggunakan pikiran dan simbol. Shoelhi29 juga menyimpulkan 3 aspek penting dalam interaksi simbolik yaitu: 1. Kata atau bahasa yang digunakan oleh komunitas masyarakat dalam melakukan interaksi sosial dengan komunitaas lain 2. Perilaku yang diwujudkan ketika melakukan ketika melakukan interaksi sosial. 3. Masyarakat dibentuk oleh individu-individu yang melakukan interaksi Agar sebuah pesan dalam proses interaksi simbolik dapat diterima dengan baik oleh mitra dialognya, maka seorang komunikan harus menguasai bahasa yang digunakan serta menguasai simbol-simbol budaya mitra dialog agar komunikasi yang dilakukan belangsung dengan efektif. Berdasarkan penjabaran diatas peneliti menyimpulkan bahwa interaksi simbolik merupakan sebuah proses interaksi sosial yang mempertukarkan simbol-simbol tertentu yang nantinya akan diproses dalam pikiran berdasarkan 29 Ibid. 128 25 pembelajaran diri dan hasil dari pemikiran tersebutlah yang akan menjadi simbol diri seseorang di mata masyarakat. Contoh interaksi simbolik dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya Tony Abbott dalam mengkomunikasikan tentang bantuan yang telah diberikan pemerintah Australia dalam bencana Tsunami Aceh yang kemudian disimbolkan sebagai sebuah pernyataan pamrih oleh masyarakat Indonesia. Hal ini karena adanya simbol-simbol komunikasi dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Asia, pada khususnya Indonesia bahwa ketika seseorang pernah melakukan sebuah kebaikan maka kebaikan tersebut hendaknya tidak diungkit lagi dikemudian hari, dan jika kebaikan tersebut diungkit maka kebaikan tersebut disimbolkan sebagai sebuah kebaikan yang tidak tulus atau pamrih. Berbeda dengan masyarakat Australia yang menganut budaya barat dimana salah satu interaksi simbolik yang populer adalah “go dutch” yang berkembang pasca perang dunia ke-II dimana beberapa warga Belanda bermigrasi ke Australia dan menetap disana30. Dalam hal ini percampuran budaya go dutch juga menjadi salah satu kebudayaan yang menyebar di kalangan masyarakat Australia. Budaya go dutch sendiri merupakan representasi dari perilaku diamana masing-masing individu bertanggung jawab membayar pengeluaran masing-masing dalam kesehariannya (contoh: saat makan di sebuah rumah makan beramai-ramai namun masing-masing membayar sesuai dengan 30 Jennifer Leigh,. Dutch Cultural Profile:An initiative for HACC Multicultural Advisory Services. Diversicare Australia. 2012 page 9 26 apa yang dibeli). Jika melihat dari simbol kebudayaan tersebut maka pernyataan Tony Abbott bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Sayangnya pernyataan ini disampaikan melalui media dan menjadi konsumsi internasional. Terlebih pernyataan ini secara spesifik disampaikan kepada masyarakat di Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat usaha diplomasi pemerintah Australia malah menjadi boomerang yang membuat nama Australia menjadi kurang baik dimata masyarakat Indonesia.