PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP TINGKAT LEVERAGE PERUSAHAAN DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Skripsi) Oleh: Nama NPM Pembimbing I PembimbingII : Yakobintius : 0411031131 : Ki Agus Andi, S.E, M.Si., Akt : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 ABSTRAK PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP TINGKAT LEVERAGE PERUSAHAAN DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Oleh YAKOBINTIUS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap tingkat hutang dengan set kesempatan investasi dan profitabilitas sebagai variabel modeating. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah purposive judgment sampling, yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan membagikan dividen secara berturut-turut selama periode 2007-2009. Kebijakan dividen dihitung dengan rasio pembayaran dividen, leverage dihitung dengan rasio hutang pada ekuitas, profitabilitas dihitung dengan rasio pengembalian atas asset, dan Set Kesempatan Investasi dihitung dengan menggunakan proksi set kesempatan investasi yang berbasis pada harga. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model uji interaksi dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Hasil dari penelitian ini membuktikan secara empiris bahwa set kesempatan investasi dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan dengan kebijakan dividend dan leverage. Atau dengan kata lain, Set Kesempatan Investasi dan Profitabilitas adalah variable moderasi. Kata kunci: Kebijakan Dividen, Leverage, Set Kesempatan Investasi, Profitabilitas. Nama : Yakobintius NPM : 0411031131 Telpon : 081511187723 E-Mail : [email protected] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dilain pihak perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memberikan kesejahteraan pemegang saham. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak pemegang saham (shareholder) yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan, yang disebut manajer. Manajer sebagai pengelola perusahaan diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang pada akhirnya dapat dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Dalam menjalankan operasional perusahaan seringkali tindakan manajer bukannya memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, melainkan sering tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang disebabkan oleh adanya pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency conflict. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah keagenan disebut biaya keagenan (Keown,2000). Konflik keagenan juga muncul karena perusahaan menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) yang sangat besar. Konflik kepentingan terjadi ketika manajer menginginkan kas tersebut diinvestasikan kembali pada aset-aset perusahaan, sedangkan pemegang saham menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen. Peningkatan kepemilikan manajerial (insider ownership) dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan (Keown,2000). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggungjawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan manajerial kecil. Kepemilikan manajerial yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno,2003). Dividen merupakan sebagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, oleh karenanya kebijakan dividen sangat tergantung pada tingkat profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Sartono, 2001). Terdapat kontroversi tentang dividen yang seharusnya dibagikan. Ada pihak yang berpendapat bahwa dividen seharusnya dibayarkan setinggi-tingginya, ada yang berpendapat dividen dibayarkan serendah-rendahnya, dan dividen dibayarkan setelah semua kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan didanai. Sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti mengenai berapakah besarnya proporsi dividen yang menguntungkan bagi pemegang saham maupun bagi perusahaan. Penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan dan diantara penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-beda, Sunarto (2004) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa kepemilikan manjerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, namun Hatta (2002) mengungkapkan bahwa kepemilikan manjerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Sumarto (2007) menguji tingkat likuiditas yang diproksikan dengan current ratio terhadap dividend payout ratio, mengungkapkan bahwa variabel current ratio berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Namun berbeda pada penelitian Damayanti dan Fatchan (2006) yang menghasilkan pengaruh negatif tidak signifikan pada variabel current ratio terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian variabel profitabilitas terhadap dividend payout ratio juga menghasilkan kesimpulan yang berbeda- beda. Dafit (2008) menyimpulkan profitabilitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, penelitian Budiarti (2009) menghasilkan simpulan berbeda bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Rosdini (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan dividen menemukan bahwa arus kas bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hasil penelitian Endang dan Minaya (2004) menemukan bahwa arus kas bebas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari fenomena dan teori yang diungkapkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh kepemilikan manjerial, profitabilitas, likuiditas, dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” . 1.2 Permasalahan 1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manjerial terhadap kebijakan dividen? 2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen? 3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen? 4. Bagaimana pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan dividen? 1.2.2 Batasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai ruang lingkup yang jelas dan terarah, berdasarkan uraian yang telah disajikan sebelumnya maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Kebijakan dividen kas yang diteliti diukur dari jumlah dividen kas yang dibayar perusahaan. 2. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu; kepemilikan manjerial, profitabilitas,likuiditas, dan arus kas bebas. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Menunjukkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manjerial terhadap kebijakan dividen. 2. Menunjukkan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. 3. Menunjukkan bukti empiris mengenai pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen. 4. Menunjukkan bukti empiris mengenai pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan terhadap jumlah pembagian dividen tunai. 2. Sebagai referensi dan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan akademisi pihak yang tertarik terhadap kebijakan dividen. 3. Memberikan masukan kepada investor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi. II. LANDASAN TEORI II.1 Kebijakan Dividen Nugroho (2010) menjelaskan yang dimaksud kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, manajer keuangan harus mengingat tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan tersebut. Jika dividen meningkat, makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan menjadi rendah untuk masa yang akan datang. Maka dibutuhkan kebijakan dividen optimal, yaitu kebijakan dividen yang dapat menciptakan keseimbangan antara saat ini dengan pertumbuhan pada masa mendatang yang memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham dan Houston, 2001). Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividend” disebut “ dividend pay out ratio”. (Bambang Riyanto 1995:265). Menurut Robert Ang (1997:623) dalam (Lestrianingsih, 2007) Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Semakin tingginya dividen pay out ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. II.2 Leverage Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibayar dengan utang. Tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan disebut Leverage (Houston & Brigham 1989), menyiratkan tiga hal penting. 1 Dengan menaikkan dana melalui utang, pemilik dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan sengan investasi yang terbatas. 2 Kreditor mensyaratkan adanya ekuitas, atau dana yang disediakan oleh pemilik (owner supplied funds), sebagai marjin pengamanan. Jika pemilik dana hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan dipikul terutama oleh kreditornya. 3 Jika perusahaan memperoleh tingkat laba yang lebih tinggi atas dana pinjamannya daripada tingkat bunga yang dibayarkan atas dana tersebut, maka pengembalian atas modal pemilik diperbesar, atau “diungkit” (leveraged). Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang): sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Robert Ang (1997) dalam Amina (2010) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Untuk mengembangkan perusahaan dalam menghadapi persaingan, maka diperlukan adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Pada prakteknya dana-dana yang dikelola perusahaan harus dikelola dengan baik, karena masing- masing sumber dana tersebut mengandung kewajiban pertanggung jawaban kepada pemilik dana. Proporsi antara modal sendiri (internal) dengan modal pinjaman (eksternal) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan terhadap para pemilik modal tersebut. II.3 Investmen Opportunity Set (IOS) Hipotesis pecking order (Myers dan Majluf 1984, dalam Nugroho 2010) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyekproyek investasinya. Apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan, bahkan untuk mengatasi masalah underinvestment. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami pertumbuhan lambat cenderung membagikan dividen lebih tinggi untuk mengatasi masalah overinvestment (Suharli, 2006). Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, manajer keuangan harus mengingat tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan tersebut. Jika dividen meningkat, makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapakan akan menjadi rendah untuk masa yang akan datang. Maka dibutuhkan kebijakan dividen optimal, yaitu kebijakan dividen yang dapat menciptakan keseimbangan antara saat ini dengan pertumbuhan pada masa mendatang yang memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham dan Houston, 2001, dalam Nugroho,2010). Myers (1977) dalam Norpratiwi (2008) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai perusahaan (present value) aktiva yang tersedia di tempat dan nilai sekarang kesempatan investasi pada masa yang akan datang. Dalam hal ini nilai perusahaan tergantung pada pilihan pembelanjaan (expenditure) perusahaan di masa yang akan datang. Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007). Menurut Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Gaver dan Gaver (1993) dalam Nugroho (2010) menyatakan bahwa karena IOS perusahaan terdiri dari proyek-proyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan, maka IOS dapat menjadi pemikiran sebagai prospek pertumbuhan bagi perusahaan. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono, 2003). Pernyataan ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) yang menyatakan kesempatan investasi tidak dapat diobservsi oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Proksi ini dapat diklasifikasi menjadi tiga tipe (Rachman, 2009 ): 1 Proksi berbasis harga. Proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan, perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibanding dengan nilai pasarnya. Oleh karena itu proksi ini sangat tergantung dengan harga saham. 2 Proksi berbasis investasi. Proksi berbasis pada investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Perusahaan dengan IOS yang tinggi juga akan mempunyai tingkat investasi yang sama tinggi, yang akan dikonversi menjadi aset yang dimiliki. 3 Proksi berbasis varian. Proksi mendasarkan kepada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan aset. Proksi yang akan digunakan dari penelitian ini adalah proksi berdasarkan investasi karena diduga paling relevan dengan kaitannya dengan hutang. II.4 Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas mutlak diperlukan oleh perusahaan apabila hendak membayar dividen (Suharli, 2006). Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam, seperti: laba bersih, laba operasi, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Profitabilitas dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar Profitability dapat diukur dengan beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait. Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang lainnya adalah return on investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang berkaitan dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya. Penelitian ini akan menggunakan proksi Return On Assets (ROA) sebagaimana dijelaskan karena (ROA) berkaitan langsung dengan profit dan investasi. II.5 Perumusan Hipotesisi dan telaah penelitian sebelumnya II.5.1 Hubungan leverage, kebijakan dividen, dan IOS. Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage dapat digunakan sebagai penaksir risiko yang ada pada suatu perusahaan, yaitu apabila Leverage semakin besar maka menunjukkan risiko investasi dalam perusahaan tersebut juga semakin besar pula (kusumawati dan Sudento, 2005). Menurut Jensen (1986) dalam Karsana (2005), leverage dapat digunakan sebagai alat untuk mendisiplinkan manajer dalam menggunakan sumber daya perusahaan. Adanya risiko atas penggunaan hutang akan memaksa manajer untuk melakukan pengurangan-pengurangan terhadap pengeluaran untuk kegiatan yang tidak perlu sehingga hal ini dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam menentukan jumlah laba bersih yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan dan menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk kas. Kebijakan dividen dapat menimbulkan perilaku pecking order, yaitu apabila internal equity yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi untuk mengatasi masalah kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan akan menggunakan sumber dana eksternal, yaitu dengan menggunakan hutang. Apabila dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham jumlahnya semakin besar, maka akan semakin mendorong perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar dengan cara berhutang. Dengan demikian, kebijakan dividen dapat berpengaruh positif terhadap leverage. Hasil penelitian terdahulu yang menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap leverage adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2003), Sunarto (2004), Zuhro (2010), Nugroho (2010), Baskin(1989) & Adedeji (1998) dan Karsana (2005). IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, di mana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Rachman, 2009). Mayers (1977) dalam Rachman (2009), menyatakan perusahaan dengan IOS yang tinggi menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih banyak ditentukan oleh intangiable asset (aktiva yang tidak berwujud) sehingga akan cenderung kesulitan untuk mendapatkan hutang dari pihak luar. Hal ini dikarenakan perusahaan kurang memiliki aset rill yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Selain itu IOS yang tinggi juga mengindikasikan risiko yang harus ditanggung oleh lender juga semakin tinggi yang mengakibatkan cost of debt menjadi lebih tinggi daripada cost of equity. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki level set kesempatan investasi yang lebih rendah akan mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak luar karena perusahaan dengan IOS rendah menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih banyak ditentukan oleh aset riilnya yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang. Hasil penelitian Subekti dan Kusuma (2002), Prijianti dan Prasetyo dalam Jati (2005), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki level IOS tinggi mempunyai kebijakan pembayaran dividen yang lebih kecil dibandingkan dengan peusahaan yang memiliki level IOS lebih rendah. Berely (1988) dalam Subekti dan Kusuma (2002), menyatakan bahwa penentuan kebijakan kebijakan pendanaan dan dividen dalam perusahaan berkaitan dengan masalah frees cash flow perusahaan, dimana perusahaan pertumbuhannya rendah akan berusaha untuk menarik dana dari pihak luar untuk mendanai investasinya dengan mengorbankan sebagian besar labanya dalam bentuk dividen maupun bunga. Oleh karena itu perusahaan akan membayar dividen yang tinggi kepada para pemegang saham untuk menarik para investor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inneke (2008) menunjukkan bahwa, set kesempatan investasi secara statistik signifikan memoderasi pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan leverage perusahaan. Maka diduga bahwa IOS dapat berfungsi sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi kuatnya pengaruh dari kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Penjelasan lain mengenai IOS dalam memoderasi pengaruh dari kebijakan dividen terhadap leverage adalah dengan semakin rendah perusahaan membagikan dividen, maka perusahaan akan dinilai memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga akan memperbesar borrowing capacity perusahaan untuk menambah pinjaman. Apabila dalam kondisi tersebut perusahaan juga memiliki level IOS yang rendah maka akan makin mendorong tingginya hutang perusahaan karena selain laba ditahan, perusahaan juga dinilai banyak memiliki aset riil sebagai jaminan yang dapat digunakan sebagai jaminan dalam memperoleh hutang. Dengan memiliki laba ditahan dan juga aset riil sebagai jaminan, maka perusahaan akan mudah memperoleh kepercayaan dari pihak lender untuk mendapatkan pinjaman. Dari uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa IOS dapat memoderasi pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage. Hal ini dikarenakan IOS dapat mempengaruhi cost of debt perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Sehingga apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi, maka tingkat hutang perusahaan akan semakin tinggi pula dan apabila dalam perusahaan tersebut juga memiliki set kesempatan investasi yang lebih rendah, maka hal ini akan semakin mendorong perusahaan untuk menarik dana perusahaan dari pihak luar. Selain untuk menyeimbangkan kas perusahaan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan internal perusahaan, kenaikan hutang ini juga didukung oleh mudahnya perusahaan untuk mendapatkan hutang dari pihak luar yang dikarenakan perusahaan memiliki aset riil dalam jumlah besar yang dapat digunakan sebagai jaminan. IOS dalam penelitian ini diduga berfungsi sebagai variabel yang memoderasi pengaruh divident payout ratio terhadap leverage perusahaan. Bukti empiris dari penelitian Inneke (2008) menemukan bahwa makin rendah IOS perusahaan maka makin kuat pengaruh divident payout ratio terhadap tingkat leverage perusahaan. Dengan demikian perusahaan memiliki kecenderungan untuk membagikan dividen yang lebih tinggi, terjadi pada perusahaan yang memiliki level IOS yang rendah. Ha : Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Leverage dengan IOS sebagai Variabel Moderator. II.5.2 Hubungan Leverage, kebijakan dividen, dan Profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Baik perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi maupun rendah, diduga profitabilitas mampu memoderasi pengaruh antara kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Menurut Karsana (2005), apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi maka akan mendorong tingkat hutang perusahaan menjadi semakin tinggi karena perusahaan memerlukan asupan dana dari pihak luar guna menjaga agar struktur modal perusahaan tetap optimal. Profitabilitas dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dari lender. Apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi maka akan mendorong tingkat hutang perusahaan semakin tinggi pula. Apabila perusahaan juga memliki profitabilitas yang tunggi, maka hal ini akan semakin mendorong tingginya tingkat hutang perusahaan. Perusahaan akan semakin terdorong untuk memperoleh dana dari pihak luar karena selain perusahaan memerlukan asupan dana guna menjaga struktur modal perusahaan, agar tetap optimal, juga didukung oleh mudahnya perusahaan untuk memperoleh kepercayaan dari pihak luar karena perusahaan memiliki laba yang tinggi yang dapat digunakan sebagai jaminan bahwa perusahaan mampu untuk membayar pokok dan bunga hutang (Nugroho, 2007). Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa profitabilitas dapat memoderasi pengaruh antara kebijakan dividen terhadap tingkat leverage perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inneke (2008) menunjukkan bahwa, Profitabilitas secara statistik signifikan memoderasi pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan leverage perusahaan. Maka diduga bahwa Profitabilitas dapat berfungsi sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi kuatnya pengaruh dari kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Penjelasan lain mengenai bagaimana profitabilitas dapat memoderasi pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Menurut Juwanik (2007), apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah, maka akan mendorong semakin tingginya tingkat hutang perusahaan. Hal ini karena membagikan dividen dalam jumlah yang rendah, maka jumlah laba ditahan perusahaan menjadi meningkat sehingga akan memperbesar borrowing capacity perusahaan karena laba ditahan yang dimiliki dapat dipakai sebagai jaminan dalam memperoleh hutang. Profitabilitas dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Sehingga apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah, maka tingkat hutang perusahaan akan semakin meningkat dan jika perusahaan tersebut memiliki profitabilitas yang tinggi, maka akan mendorong semakin tingginya tingkat hutang perusahaan. Hal ini dikarenakan selain perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi yang dapat memperbesar borrowing capacity, perusahaan juga memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang dari pihak luar. Dengan memiliki laba ditahan dan return yang tinggi sebagai jaminan hutang, maka perusahaan akan mudah untuk membayar kewajiban-kewajibannya kepada lender. Dari uraian di atas maka diduga profitabilitas dapat memoderasi pengaruh dari kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Atau dengan kata lain diduga bahwa profitabilitas dapat berfungsi sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi kuatnya pengaruh antara kebijakan dividen terhadap Leverage perusahaan. Hb: Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Leverage dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderator. III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data kualitatif berupa laporan keuangan dan annual report yang dipublikasikan tahunan oleh Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun berturut-turut dari periode 2007-2009. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai tahun 2009, sedangkan sampel penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dengan metode ini, sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Untuk dapat menjadi sampel dalam penelitian ini, suatu perusahaan harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan yang telah go public tahun 2008 sampai tahun 2010 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap secara konsisten untuk periode 2007 sampai dengan tahun 2009 dan tidak memiliki laba negatif. 3. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data. Pernah membagi dividen tunai secara berturut-turut dalam periode pengamatan. 3.3 Operasioanalisasi Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diproksi dengan rasio pembayaran dividen atau dividen payout ratio (DPR), dividend payout ratio dedefinisikan sebagai rasio antara dividend per share (DPS) terhadap earnig per share (EPS). Divident payout ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Divident Payout Ratio = 3.3.2 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini leverage perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER) yang dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas (Ulupui, 2009). Debt to equity ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus: Debt to Equity Ratio = 3.3.3 Variabel Moderator IOS dan profitabilitas di sini merupakan variabel moderasi. Hipotesis pecking order (Myers dan Majluf 1984, dalam Nugroho 2010) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Berdasarkan hal tersebut maka Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian Suharli (2006) menyatakan IOS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen dan (Saxena 1995, dalam Nugroho 2010) menunjukkan bahwa IOS memiliki hubungan yang negatif dengan dividen. Dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio MVA/BVA. Proksi ini adalah proksi berbasis investasi. Proksi berbasis investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai set kesempatan investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva. Proksi ini berbentuk rasio yang membandingkan suatu perngukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. IOS diukur dengan menggunakan model market value of assets to book value of assets (MVA/BVA) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : MVABVA = Sedangkan profitabilitas diproksi dengan rasio return on assets (ROA) yang dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan total aset. Return On Assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus: ROA = 3.4 Alat Analisis Berdasarkan permasalahan dan hipotesis, penelitian ini diarahkan untuk melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan variabel moderator sebagai moderasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Moderated Regression Analysis (MRA), dengan persamaan sebagai berikut: DER = a + b1 DPR + b2 ROA + b3 IOS + b4 IOS*DPR+ b5 ROA*DPR + e Notasi: DER : Debt to Equity Ratio DPR : Devidend Payout Ratio ROA :Return on Assets IOS : Set kesempatan Investasi a : Konstanta b1- b5 : koefisien perubahan nilai tiap variabel independen e : error Uji signifikansi koefisien regresi dilakukan dengan melakukan uji t dengan tingkat signifikansi 00,5. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi perbandingan variabel independen, yaitu laba bersih. Statistik deskriptif dari data setelah ditransformasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DER 42 .13 8.44 DPR 42 .07 1.42 .3286 .24732 IOS 42 .33 4.65 1.7424 1.02030 ROA 42 .01 .39 .1221 .08108 Valid N (listwise) 42 1.1076 1.40003 4.2. Uji Interaksi (Moderated Regression Analysis) Uji interaksi atau sering disebut moderated regression analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Ghozali, 2006). Pada penelitian ini hipotesis 1 sampai 2 diuji dengan menggunakan uji-t (t-test). Uji-t pada dasarnya digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Berikut ini adalah hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-t. Hasil Analisis Regresi Berganda dengan uji-t Coeffi cientsa Model 1 (Const ant) DPR IOS ROA DPR.IOS DPR.ROA Unstandardized Coeffic ients B St d. Error 10.142 3.019 .033 .014 4.635 1.130 -4. 352 1.154 -2. 732 .734 10.148 3.690 St andardiz ed Coeffic ients Beta .582 3.378 -.977 -3. 205 .864 t 3.360 2.359 4.102 -3. 770 -3. 724 2.750 Sig. .002 .024 .000 .001 .001 .009 a. Dependent Variable: DER Persamaan regresi linier berganda antara DPR, ROA, IOS, DPR.IOS, DPR.ROA dengan DER dengan apliksasi moderated regression analysis (uji interaksi) adalah sebagai berikut: DER = 10,142 + 0,033DPR + 4,635IOS - 4,352ROA – 2,732DPR.IOS + 10,148DPR.ROA. Persamaan regresi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 10,142 dapat diartikan bahwa ketika nilai DPR, ROA, IOS, DPR.IOS, DPR.ROA sama dengan 0, maka nilai DER adalah sebesar 10,142. 2. Variabel DPR memiliki nilai yang positif yaitu sebesar 0,033. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa DPR berpengaruh positif terhadap leverage (DER). Hal ini menggambarkan bahwa kenaikan nilai variabel DPR sebesar 1 satuan akan menaiikan tingkat DER sebesar 0,033 dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan. 3. Variabel IOS memiliki nilai yang positif yaitu sebesar 4,635. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap leverage (DER). Hal ini menggambarkan bahwa kenaikan nilai variabel IOS sebesar 1 satuan akan menaiikan tingkat DER sebesar 4,635 dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan. 4. Variabel ROA memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu -4,352. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap DER. Hal ini menggambarkan bahwa kenaikan nilai variabel ROA sebesar 1 satuan akan menurunkan tingkat DER sebesar -4,352 dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. 5. Variabel DPR.IOS memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu -2,732. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa DPR.IOS berpengaruh negatif terhadap DER. Hal ini menggambarkan bahwa kenaikan nilai variabel DPR.IOS sebesar 1 satuan akan menurunkan tingkat DER sebesar -2,732 dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. Variabel DPR.ROA memiliki nilai yang positif yaitu sebesar 10,148. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa DPR.ROA berpengaruh positif terhadap leverage (DER). Hal ini menggambarkan bahwa kenaikan nilai variabel DPR.ROA sebesar 1 satuan akan menaikan tingkat DER sebesar 10,148 dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan. 4.3. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa IOS memoderasi DPR (DPR.IOS) dalam mempengaruhi DER. Berdasarkan tabel 4.9 diatas, nilai koefisien arah regresi pada interaksi antara IOS dengan DPR bernilai negatif dan signifikan 0,001. nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,005 (0,001<0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOS memoderasi pengaruh dari kebijakan dividen (IOS.DPR) terhadap leverage perusahaan(DER). Hipotesis Pertama (H1) diterima. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mampu memoderasi kebijakan dividen terhadapa leverage perusahaan. perusahaan dengan IOS yang rendah akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dari pihak luar karena perusahaan dengan IOS rendah menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih banyak ditentukan oleh aset riilnya (aset yang dimiliki dan memiliki wujud yang kita simpan atau miliki. Contohnya aset riil adalah rumah, tanah dan emas) yang dapat dijadikan sebagai jaminan hutang untuk memperoleh hutang. Hal ini membuktikan bahwa tingkat IOS menjelaskan variasi kebijakan leverage dalam perusahaan. makin rendah IOS perusahaan, maka makin kuat pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan akan semakin tinggi. Perusahaan mudah memperoleh kepercayaan dari pihak luar sebab memiliki laba ditahan yang cukup tinggi dan aset riil yang cukup untuk dijadikan jaminan dalam berhutang. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Kallapur dan Trombley (1999) dalam Inneke (2008), Karsana (2005), dan Inneke (2008) yang menunjukkan bahwa IOS mempengaruhi hubungan antara kebijakan dividen dengan tingkat leverage perusahaan, dimana makin rendah IOS akan makin kuat pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage. 2. Hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa ROA memoderasi DPR (DPR.ROA) dalam mempengaruhi DER. Berdasarkan tabel 4.9 diatas, nilai koefisien arah regresi pada interaksi antara IOS dengan DPR bernilai positif dan signifikan 0,009. nilai signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,005 (0,009<0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ROA memoderasi pengaruh dari kebijakan dividen (ROA.DPR) terhadap leverage perusahaan(DER). Hipotesis Kedua (H2) diterima. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa profitabilitas mampu memoderasi kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Stabilitas keuntungan adalah penting untuk mengurangi resiko apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk memotong dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keutungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin besar dividen yang dibagikan ke para investor. Apabila perusahaan membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi maka akan mendorong tingkat hutang perusahaan menjadi semakin tinggi karena perusahaan memerlukan asupan dana dari pihak luar guna menjaga agar struktur modal perusahaan tetap optimal. Profitabilitas dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Apabila perusahaan juga memliki profitabilitas yang tinggi, maka hal ini akan semakin mendorong tingginya tingkat hutang perusahaan. Perusahaan akan semakin terdorong untuk memperoleh dana dari pihak luar karena selain perusahaan memerlukan asupan dana guna menjaga struktur modal perusahaan, agar tetap optimal, juga didukung oleh mudahnya perusahaan untuk memperoleh kepercayaan dari pihak luar karena perusahaan memiliki laba yang tinggi dapat digunakan sebagai jaminan bahwa perusahaan mampu untuk membayar pokok dan bunga hutang. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Karsana (2005), dan Inneke (2008) yang menunjukkan bahwa Profitabilitas memoderasi hubungan antara kebijakan dividend an leverage. V. SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuji dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa set kesempatan investasi (IOS) dan profitabilitas memoderasi hubungan kebijakan dividen dengan leverage perusahaan. hasil penelitian membuktikan bahwa makin rendah Set Kesempatan Investasi (IOS), maka makin kuat pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage, sedangkan makin tinggi profitabilitas maka makin kuat pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage perusahaan. V.2 Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya menggunakan salah satu proksi set kesempatan investasi yang berbasis harga. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif kecil dan periode pengamatan hanya 3 tahun. Hal ini dapat melemahkan hasil penelitian. 3. Sampel hanya terdiri dari perusahaan manufaktur, dan penentuan sampel tidak dilakukan secara random sehingga dapat memperlemah generalisasi penelitian. 4. Dalam penelitian ini terdapat masalah multikolinieritas. V.3 Saran Dengan adanya keterbatasan pada penelitian ini, saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Agar peneliti selanjutnya menggunakan periode pengamatan yang lebih lama sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 2. Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan dipilih secara acak sehingga elemenelemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Penelitian berdasarkan sampel yang dipilih secara acak akan memberikan hasil yang tidak diragukan kemampuan generalisasinya. DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto, 1995. Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan. BPGM, Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Universitas Diponogoro, Semarang. Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori portofolio dan analisis investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE. Houston, dan Brigham. 1989. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1. Erlangga. Inneke, Theoral Maria. 2008. Analisis Investment Opportunity Set dan profitabilitas dalam memoderasi pengaruh antara kebijakan dividen dan aliran kas bebas dengan tingkat leverage perusahaan. Jurnal Akuntansi/tahun XII, No. 03. Juwanik. 2007. Pengaruh kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, kebijakan dividen dan risiko total terhadap kebijakan hutang perusahaan. Universitas Brawijaya, Malang. Karsana, Yusef Widya. 2005. Analisis moderasi set kesempatan investasi terhadap hubungan antara kebijakan dividen dan aliran kas bebas dengan tingkat leverage perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XI, no.2. Kusumawati, Rita dan Ade Sudento, 2005. Analisis pengaruh profitabilitas (ROE), ukuran perusahaan (size), dan leverage keuangan (solvabilitas) terhadap tingkat underpricing pada penawaran perdana (initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset dan Akuntansi Keuangan Vol. 13, no.1. Lestariningsih, Daru. 2007. Pengaruh Dividend Payout Ratio, Current Ratio, Variance of Earning Ratio (PER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Norpratiwi, Agustina. 2008. Analisis korelasi Investment Opportunity Set terhadap Return saham. STIE YKPN, Yogyakarta. Nugroho , Fajar. 2010. Analisis pengaruh Return on Equity, Insider Ownership, Investment Opportunity Set, Firm Size, Cash Flow, dan Debt Ratio terhadap divident payout ratio. Universitas Sumatera Utara, Medan. Rachman, Arief. 2009. Pengaruh investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development (NBD) terhadap profitabilitas. Universitas Sumatera Utara, Medan. Setyadharma, andryan. 2010. Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16.0. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Subekti, Imam dan Indra Wijaya Kusuma. 2002. Asosiasi antara Set Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 4. No 1. Suharli, michell. 2006. Pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat. Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Ulupui, I.G.K.A, 2009. Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham. Universitas Udayana, Bali. Utami, Sih Widi. 2007. Asosiasi antara investment opportunity set dengan kebijakan pendanaan, kebijakan dividen, dan implikasinya terhadap perubahan harga saham. Universitas Brawijaya, Malang. Zahro, Inayati. 2010. Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dan Leverage Perusahaan. Universitas Muria Kudus, Surabaya. Zodri, Destia Fauzi. 2008. Analisis hubungan Investment Opportunity Set (IOS) berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung