JUDUL : Ekologi Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Blkr.) di Danau Lubuk Siam Kabupaten Kampar, Riau Efawani, Nurdin M. Suin, Sukendi ABSTRAK Penelitian tentang aspek Ekologi dari ikan motan (T. thynnoides), telah dilakukan di Danau Lubuk Siam dengan tujuan untuk mengetahui habitat atau lingkungan hidup yang optimal bagi ikan motan (T. thynnoides) : kondisi lingkungan yang meliputi biotic dan abiotik, ketersediaan makanan di habitat alaminya, keadaan biologi ikan motan seperti: kebiasaan makan. Distribusi ikan motan tidak berpengaruh langsung terhadap ketersediaan makanan di habitat alaminya. Hal ini memberikan indikasi ikan motan (T. thynnoides) yang sesuai dengan ukuran didapat (12 – 17 cm) lebih mementingkan lingkungan hidup optimal yaitu kedalaman 3,2 m yang merupakan lubuk pada perairan Danau Lubuk Siam. Kata Kunci :Danau Lubuk Siam, Ikan Motan, Ekologi The Ecology of Motan Fish (Thynnichthys Thynnoides Blkr.) in Lubuk Siam Lake, Kampar Regency, Riau Efawani, Nurdin M. Suin, Sukendi ABSTRACK Research of Ecology aspect from motan fish (T. thynnoides), presence in Lubuk Siam Lake with the aim to know the optimal environment for habitat to motan fish (T. thynnoides) : condition of environment covering biotic and abiotic, availibility of food in natural habitat, biological situation of motan fish such as eating habits. The distribution of fish motan doesn’t effect the availibility of food in natural habitat directly. It showed that the motan fish (T. thynnoides) with the size 12 -17 cm usually live in the depness 3,2 m as the representing territorial water of Lubuk Siam Lake. Keyword : Motan Fish, Ecology, Lubuk Siam Lake PENDAHULUAN Produksi ikan yang berasal dari danau-danau yang berada di Desa Lubuk Siam semakin berkurang termasuk jenis ikan motan (Thynnichthys sp.) yang merupakan ikan yang digemari masyarakat. Berkurangnya produksi ikan dari Danau Lubuk Siam khususnya ikan motan ini disebabkan oleh ulah nelayan yang mengelola danau itu sendiri. Karena dalam usaha penangkapan yang mereka lakukan tanpa mempertimbangkan kelestarian dari ikan-ikan yang menghuni danau tersebut, yaitu menangkap semua ikan demi untuk mendapatkan hasil lebih besar. Untuk mencegah agar hal demikian tidak berlanjut terus, maka perlu usaha agar disatu pihak populasi ikan motan tetap lestari dan dilain pihak penghasilan penangkap ikan tetap terjamin. Langkah yang tepat kearah itu adalah usaha budidaya. Agar dapat melaksanakan budidaya dengan baik, maka langkah awal yang teramat penting diketahui adalah aspek ekologi ikan yang dapat dibudidayakan. Ikan Motan yang biasa mendiami danau-danau di daerah Riau biasanya terdiri dari Spesies: Thynnichthys vaillanti n. Sp. Dan Thynichthys thynnoides Blkr. (Sukendi, 1992). Atas dasar ini, penelitian tentang ekologi ikan motan (T. thynnoides) perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui beberapa aspek ekologi ikan motan (T. thynnoides) di Danau Lubuk Siam. METODA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Danau Lubuk Siam Kabupaten Kampar, Riau pada bulan September sampai Desember 2003. Stasiun pengambilan sampel ditetapkan pada 4 lokasi yaitu : stasiun I ditetapkan di daerah sekitar tempat biasa masuknya air pada waktu air Sungai Kampar naik; Stasiun II ditempatkan di daerah dekat perkampungan penduduk, stasiun III ditetapkan pada bagian danau yang membelok dan stasiun IV ditempatkan di dekat aliran keluar air danau. Pengambilan sampel ikan dilakukan satu kali seminggu yakni pada waktu siang hari sesuai dengan petunjuk Lagler (1970). Komposisi makanan alami ikan motan (T. thynnoides) diteliti dengan metode analisis lambung sampel secara stratified dan sub sampling (Effendie, 1979). Analisis lambung dilakukan pada 30 ekor ikan yang diambil dari kelompok ukuran yang bervariasi (12,0 cm – 17,0 cm) dimana jumlah ikan yang diambil mewakili seluruh populasi ikan yang tertangkap dari seluruh stasiun pengambilan sampel ikan. Mengamati struktur umur secara langsung (Age structure directly observed) pada bagian tubuh ikan motan yakni sisik sikloid. Kelambatan pertumbuhan dan tercatat pada bagian tubuh ikan yang terjadi setahun sekali dikenal sebagai sebagai tanda yang dipakai untuk menentukan umur dari semua ikan motan yang tertangkap dengan melihat sisiknya. Kemudian dikelompokan ikan itu berdasarkan umur, dan dari perhitungan jumlah tiap kelompok dapat disusun tabel hidupnya (Suin, 2002). Ketersediaan makanan alami diteliti dari sampel plankton dan sampel bentos yang diambil pada tiap-tiap stasiun pengamatan bersamaan dengan pengukuran parameter fisika - kimia air. penentuan jenis plankton dilakukan sampai tingkat spesies yang diidentifikasi menurut Davis (1955), Sachlan (1980), Shirota (1966) dan Hutchinson (1967). Pengambilan sampel bentos dengan eikman grap yang mempunyai luas cakupan + 380 cm2 (Holme dan McIntyre, 1984 dalam Setyobudiandi et al., 1996). Parameter kualitas air yang diukur dilapangan (in situ) meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, dan kekeruhan dengan menggunakan water Quality checker, substrat dasar, kedalaman, karbondioksida bebas, dan kesadahan. Sedangkan parameter yang dianalisis di laboratorium Ekologi Umum Faperika UNRI meliputi alkalinitas, amoniak, nitrat, dan ortofosfat HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan Abiotik Danau Lubuk Siam Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang hidup di perairan tersebut. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Danau Lubuk Siam selama penelitian tidak terjadi perubahan nilai yang mencolok pada setiap stasiun. Hasil pengukuran suhu air Danau Lubuk Siam pada empat stasiun pada kedalaman 0 m dan 1m diperoleh kisaran suhu antara 29,2 – 32,1 0C. Rata-rata kekeruhan berkisar 9,0 – 11,0 NTU. Kedalaman air danau berkisar 1,3 – 3,2 m. Substrat dasar berupa lumpur bercampur pasir. pH perairan berkisar 5,43 – 6,47. Kandungan oksigen terlarut berkisar 3,24 – 4,87 ppm. Kandungan karbondioksida bebas berkisar 8,24 – 11,99 ppm. Kadar alkalinitas berkisar 16,00 – 25,00 ppm. Kandungan ortofosfat berkisar 0,0288 – 0,1005 ppm. Kadar nitrat berkisar 0,1526 – 0,2030 ppm. Kandungan amoniak berkisar 0,0773 – 0,1058 ppm. Kandungan kesadahan berkisar 66,2150 – 75,5820 ppm. Secara umum faktor lingkungan abiotik Danau Lubuk Siam dilihat dari faktor fisika dan kimia cukup mendukung bagi kehidupan ikan motan (T. thynnoides) dan organisme pakannya. Lingkungan Biotik Danau Lubuk Siam Hasil penelitian jenis plankton yang terdapat di perairan Danau Lubuk Siam ditemukan sebanyak 43 jenis yang terdiri dari 3 kelas dari fitoplankton yaitu Cyanophyceae (4 jenis), Bacillariophyceae (15 jenis), Chlorophyceae (5 jenis) dan 5 kelas dari zooplankton yaitu Ciliata (4 jenis), Rotifera (4 jenis), Rhyzopoda (3 jenis), Crustacea (7 jenis), Sarcodina (1 jenis). Secara keseluruhan jumlah jenis dan total kepadatan plankton masingmasing stasiun tidak jauh berbeda dimana pada Stasiun I dan II masing-masing dijumpai sebanyak 22 jenis, Stasiun III sebanyak 18 jenis dan Stasiun IV sebanyak 32 jenis. Sedangkan total kepadatan plankton pada Stasiun I sebesar 19291 ind./l, Stasiun II sebesar 25463 ind./l, Stasiun III sebesar 18520 ind./l dan Stasiun IV sebesar 30864 ind./l. Total kepadatan plankton tertinggi terdapat pada Stasiun IV sebesar 30864 ind./l diikuti Stasiun II sebesar 25463 ind./l, Stasiun I sebesar 19291 ind/l dan Stasiun III sebesar 18520 ind./l. Jenis-jenis plakton didominasi oleh fitoplankton dari kelas diatom (Bacillariophyceae) yaitu 15 jenis, total kepadatan sebesar 59666 ind./l (63,38%). Jenis fitoplakton (frekuensi kehadiran 100%) yang banyak terdapat pada setiap stasiun selama penelitian adalah Tabellaria fenestrate, Synedra ulna, dan S. affinis. Sedangkan jenis zooplankton didominasi oleh kelas Crustacea yaitu 7 jenis, total kelimpahannya sebesar 4502 ind./l (4,78%). Jenis zooplankton (frekuensi kehadiran 75%) yang banyak terdapat pada setiap stasiun selama penelitian adalah Keratella serrulata dan Brachionus angularis. Indeks keragaman (H’) plankton berkisar 3,3929 – 4,3410 dan indeks keseragaman (E) berkisar 0,7608 – 0,8682. Nilai indeks keragaman pada tiap- tiap stasiun lebih besar dari 3 dan nilai indeks keseragaman mendekati satu, dengan demikian kualitas perairan Danau Lubuk Siam cukup baik dan bebas dari pencemaran yang dapat mengganggu keseimbangan biologis organisme perairan. Makrozoobenthos yang ditemukan pada setiap stasiun selama penelitian terdiri dari 3 kelas: kelas Nematoda (2 jenis) yaitu Paragodius sp dan Gordionus sp; kelas Polychaeta (4 jenis) yaitu Trilobodrilus sp, Pisione oerstedi, Stygocapitella subterranean, dan Cossura brunnea; dan kelas Gastropoda (1 jenis) yaitu Urodasys viviparous. Jumlah jenis makrozoobentos pada Stasiun sebanyak 4 jenis, Stasiun II sebanyak 3 jenis, Stasiun III sebanyak 2 jenis dan Stasiun IV sebanyak 5 jenis. Sedangkan total kepadatan makrozoobentos pada Stasiun I sebesar 21054 ind./m2, Stasiun II sebesar 15791 ind./m2, Stasiun II sebesar 13158 ind./m2 dan Stasiun IV sebesar 28949 ind./m2. Total kepadatan makrozoobentos tertinggi terdapat pada Stasiun IV sebesar 28949 ind./m2 diikuti oleh Stasiun I sebesar 21054 ind./m2, Stasiun II sebesar 15791 ind./m2 dan Stasiun III sebesar 13158 ind. /m2. total kepadatan jenis makrozobentos tertinggi selama penelitian adalah kelas Nematoda sebesar 34211 ind./m2 (43,33%) yaitu Paragordius sp dan Gordionud sp. Frekuensi kehadiran jenis makrozoobentos yang ditemukan lebih banyak terdapat selama penelitian adalah Urodasys viviparous (75%). Indeks Keragaman (H’) Makrozoobentos berkisar 0,9184. – 2,0465 dan Indeks Keseragaman (E) berkisar 0,7462 – 0,9184. Nilai Indeks Keragaman makrozoobentos pada tiap-tiap stasiun antara 1 dan 2. Menurut Shannon dan Weaver (dalam Odum, 1971), jika nilai keragaman antara 1 dan 3 berarti sebaran individu sedang atau keragaman sedang, sedangkan nilai Indeks Keseragaman mendekati satu. Dengan demikian sebaran individu makrozoobentos sedang atau keragaman sedang dan jumlah individu setiap spesies tersebut merata berarti perairan ada dalam keadaan seimbang. Komposisi jenis makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan motan (T. thynnoides) terdiri dari Cyanophyceae (13,15%), Bacillariophyceae (69,24%), Chlorophyceae (6,80%), Rotifera (2,32%), Crustacea (0,49%) dan Sarcodina (7,99%). Frekuensi kehadiran organisme makanan alami yang tertinggi adalah Pleurosigma delicatum (96,67%) diikuti Asterionella Formosa (93,33%), Eunotia ehrenbergii (86,67%) dari kelas Bacillariophyceae (diatom) dan Oscillatoria Formosa (86,67%) dari kelas Cyanophyceae. Tingginya frekuensi kehadiran organisme makanan alami dari kelas Bacillariophyceae di dalam lambung ikan berarti ikan tersebut memakan makanan yang terbanyak terdapat pada setiap stasiun dan ikan ini tergolong pada plankton feeder. Hasil analisis Indeks Bagian Terbesar jenis makanan ikan motan (T. thynnoides) yang berfungsi sebagai makanan utama adalah dari kelas Bacillariophyceae (diatom) sebesar 73,85%, makanan kedua terbanyak Cyanophyceae sebesar 12,50%, sedangkan jenis-jenis plankton lainnya seperti Chlorophyceae sebesar 2,59%, Rotifera sebesar 0,72%, Crustacea sebesar 0,07% dan Sarcodina sebesar 0,05% sebagai makanan tambahan. Kelompok makanan yang dimakan oleh ikan motan (T. thynnoides) dapat digolongkan dalam kelompok plankton (plankton feeder) yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Jenis makanan yang dimakan lebih banyak terdiri dari fitoplankton (alga) sehingga ikan motan ini digolongkan pada herbivor. Menurut Lagler et al., (1977) dan Mudjiman (1994) ikan-ikan yang mengkonsumsi makanan lami nabati memiliki panjang saluran pencernaan yang relatif lebih panjang dari ikan-ikan yang mengkonsumsi makanan hewani. Hasil analisa Indeks Pilihan jenis-jenis makanan yang dimakan ikan motan (T. thynnoides) yang memiliki nilai elektivitas positif adalah jenis Eunotia ehrenbergii (0,98), Achnanthes brevipes (0,61), Asterionella Formosa (0,49), Diatoma vulgare (0,43), Pleurosigma delicatum (0,32), Fragillaria capucina (0,14), Melosira italica (0,13), Surirella robusta (0,06) dan Nitzschia acicularis (0,03) dari kelas Bacillariophyceae; Oscillatoria Formosa (0,78) dan lyngbya contorta (0,20) dari kelas Cyanophyceae; Closterium pritchardanum (0,38) dari kelas Chlorophyceae; dan Amoeba ptoteus (0,31) dari kelas Sarcodina. Dari jenis makanan yang dimakan ikan motan memiliki nilai elektivitas positif yang paling disukai adalah Eunotia ehrenbergii (0.98) dari kelas Bacillariophyceae. Berdasarkan hasil penangkapan ikan motan (T. thynnoides) di setiap stasiun selama penelitian sebanyak 92 ekor yaitu : Stasiun I sebanyak 10 ekor, Stasiun II sebanyak 45 ekor, Stasiun III sebanyak 13 ekor dan Stasiun IV sebanyak 24 ekor. Habitat (lingkungan hidup optimal) ikan motan (T. thynnoides) di Danau Lubuk Siam adalah 1) Berdasarkan faktor abiotik yaitu ; kedalaman mencapai 3,2 m (kedalaman yang lebih dalam) merupakan lubuk tempat bersembunyi ikan motan. 2) Berdasarkan faktor biotik, dimana ketersediaan makanan di habitat alaminya tidak berpengaruh langsung terhadap distribusi ikan motan di Danau Lubuk Siam dimana kepadatan makanan yang tinggi tidak diikuti kelimpahan ikan yang tinggi. Hal ini memberi indikasi ikan motan (T. thynnoides) yang sesuai dengan ukuran didapat (12 cm – 17 cm) lebih mementingkan lingkungan hidup optimal yaitu kedalaman 3,2 m yang merupakan lubuk dibandingkan dengan ketersediaan makanan yang berlimpah (kepadatan plankton yang tinggi). KESIMPULAN Secara umum faktor lingkungan abiotik Danau Lubuk Siam dilihat dari faktor fisika dan kimia cukup mendukung bagi kehidupan ikan motan (T. thynnoides) dan organisme pakannya. Kedalaman mencapai 3,2 m (kedalaman yang paling dalam) merupakan lubuk sebagai habitat (lingkungan optimal bagi kehidupan ikan motan (T. thynnoides) di Danau Lubuk Siam. Berdasarkan faktor biotik, dimana ketersediaan makanan di habitat alaminya tidak berpengaruh langsung terhadap distribusi ikan motan di Danau Lubuk Siam dimana kepadatan makanan yang tinggi tidak diikuti kelimpahan ikan yang tinggi lebih mementingkan lingkungan hidup optimal yaitu kedalaman 3,2 m yang merupakan lubuk dibandingkan dengan ketersediaan makanan yang berlimpah (kepadatan plankton yang tinggi). DAFTAR PUSTAKA Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, New York. 562 p. Effendie, M.I.1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal. Hutchinson, G.E. 1967. A Treatise on Limnology. Volume II. Introduction to Lake Biology and Limnoplankton. John Wiley and Sons, Inc. New York. 115p. Lagler, K.F. 1970. Freshwatwater Fishery Biology. W.M.C. Brown Comp. Publ. Dubuque, Iowa. 421 pp. Mudjiman, A. 1994. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta. 103 hal. Odum, E.F. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Co, Philadelphia. 574 p. Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Diktat Mata Kuliah Planktonologi. Fakultas perikanan Universitas Riau, Pekanbaru. 92 hal. (tidak diterbitkan). Setyobudiandi, I., D.G. Bengen dan A. Damar. 1996. Keanekaragaman dan Distribusi Makrozoobentos di Perairan Teluk Cilegon. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Vol. IV (2) : 49 – 64. Shirota, A. 1966. The Plankton of South Vietnam. Overseas Technincal Cooperation Agency. Japan. 416 p. Suin, N.M. 2002. Ekologi Populasi. Penerbit Universitas Andalas, Padang. 80 hal. Sukendi. 1992. Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys vaillanti n. sp) dan (Thynnichthys Thynnoides Blkr) dari Perairan Danau Lubuk Siam, Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru. 34. hal. (tidak diterbitkan).