BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen populasi satwaliar, untuk mendukung pemanenan, konservasi spesies dilindungi atau untuk mendukung biodiversitas, tidak terlepas dari manajemen habitat. Manajemen habitat, memerlukan pengetahuan mengenai kebutuhan suatu spesies. Kebutuhan spesies, dapat dinilai dengan melakukan penelitian mengenai penggunaan habitat. Hasil penelitian penggunaan habitat dapat digunakan untuk menduga bagaimana seleksi dan preferensi satwa tersebut di habitatnya (Garshelis, 2000). Seleksi sumberdaya oleh satwaliar bisa menjadi informasi penting untuk mengetahui hubungan antara alam dengan satwaliar dan cara suatu jenis satwaliar menemukan kebutuhannya untuk bertahan hidup (Manly, et al., 2002). Jenis makanan yang dikonsumsi, maupun variasi habitat yang didiami satwa tersebut merupakan hal utama dalam meneliti ekologi satwa, yaitu bagaimana satwa tersebut menggunakan lingkungannya (Johnson, 1980). Ketika menggunakan lingkungannya, satwaliar akan menyeleksi sumberdaya yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumberdaya yang memiliki kualitas tinggi akan diseleksi lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kualitas rendah. Meskipun demikian, seleksi terhadap sumberdaya tidak semata-mata berdasarkan ketersediaan atau kelimpahannya saja. Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi seleksi sumberdaya. Faktorfaktor tersebut antara lain kepadatan populasi, kompetisi dengan spesies lain, seleksi alam, komposisi kimia dan tekstur tumbuhan pakan, hereditas, predasi, ukuran patch dan jarak antar patch (Manly et al, 2002). Faktor-faktor ini bisa 1 menjadi alasan, mengapa sumberdaya tertentu diseleksi atau dihindari. Tetapi, hal ini sulit untuk diukur. Penelitian mengenai seleksi habitat oleh satwaliar secara kuantitatif, biasanya dilakukan dengan membandingkan antara habitat yang digunakan oleh satwa dengan habitat yang tersedia. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengambil kebijakan dalam menjaga kelestarian populasi satwa yang bersangkutan maupun manajemen habitat satwa tersebut. Penelitian mengenai adanya seleksi terhadap suatu sumberdaya, berdasarkan ketersediaan atau kelimpahannya, juga dapat menjadi awal bagi penelitian seleksi sumberdaya yang melibatkan faktor-faktor lainnya yang lebih mendalam. Penentuan sumberdaya yang diseleksi oleh suatu jenis satwaliar merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Jenis satwa yang akan diteliti adalah lutung jawa (Trachypithecus auratus) dengan lokasi Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Dipilihnya lutung jawa dalam penelitian ini disebabkan, satwa ini merupakan salah satu primata yang penting dalam rantai ekologi di kawasan TNGM. Lutung jawa termasuk primata dari sub famili Colobinae, yang merupakan pemakan dedaunan. Diet alami lutung jawa terdiri dari daun muda, buah dan bunga (Nijboer, 2006). Lutung jawa juga mengonsumsi biji maupun buah meskipun dengan persentase yang sedikit. Primata ini mengonsumsi sebanyak 22,4 % makanan berupa buah dan biji, serta 7,1 % berupa biji (Norconk et al., 1998). Dengan perilaku seperti ini, lutung jawa memungkinkan untuk memberikan dampak ekologi penting pada pola regenerasi hutan dan keragaman spesies pohon di habitatnya (Lambert dan Garber, 1998). 2 Mekanisme lutung dalam memengaruhi pola regenerasi hutan dan keragaman spesies pohon di habitatnya adalah dengan berperan sebagai seed disperser (Supriatna dan Wahyono, 2000), meskipun ada kecenderungan satwa ini juga berperan sebagai seed predator (Lambert dan Garber, 1998). Primata memang terbukti dapat menurunkan produksi benih, tetapi juga dapat meningkatkan penyebaran benih dan membantu perkecambahan (Norconk et al., 1998). Selain alasan ekologis, pemilihan jenis lutung jawa dalam penelitian ini dikarenakan, satwa ini termasuk jenis primata yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/ Kpts-II/ 1999. Sementara menurut CITES, lutung jawa termasuk dalam daftar Appendix II, yang perdagangannya dibatasi. Primata ini juga digolongkan dalam status rentan (vulnerable) oleh IUCN. Kecenderungan populasi spesies ini adalah semakin berkurang karena penangkapan untuk hewan peliharaan, perburuan dan hilangnya habitat (IUCN, 2012). Pemilihan TNGM sebagai lokasi penelitian dikarenakan, kawasan ini mewakili habitat lutung jawa yang tersisa. Pulau Jawa sebagai habitat alami satwa ini (Nijboer, 2006), kini kondisinya cukup memprihatinkan akibat deforestasi hebat (Smiet, 1990). Padahal sebelumnya, kawasan ini pernah tertutup oleh hutan hujan tropis yang sangat bagus (Nijman, 2002). Akibat deforestasi ini, penutupan hutan di Pulau Jawa hanya tinggal 7,6%, yang meliputi 54% hutan pegunungan, 19% hutan perbukitan dan hanya 2% hutan dataran rendah (Smiet, 1990). Selain hilangnya habitat dan degradasi habitat lutung jawa, dipilihnya TNGM dalam penelitian ini adalah karena kawasan ini memiliki ekosistem yang 3 unik, yaitu berupa pegunungan vulkano paling aktif di Pulau Jawa (Dove, 2008). Sejarah mencatat bahwa sedikitnya telah terjadi 13 erupsi besar dengan banyak korban jiwa sejak tahun 1006. Berdasarkan hal tersebut, seleksi habitat lutung jawa di TNGM sangat penting dilakukan untuk mengetahui habitat yang dipilih satwa ini untuk bertahan dalam situasi yang sewaktu-waktu menjadi ekstrim. 1.2. Perumusan Masalah Lutung jawa merupakan salah satu primata yang memiliki peran ekologis penting di kawasan TNGM. Satwa ini merupakan pemakan daun, bunga dan buah, yang dengan sifat ini, dia bisa turut serta dalam memencarkan beraneka jenis vegetasi di TNGM (Supriatna dan Wahyono, 2000). Lutung jawa merupakan satwa yang statusnya dilindungi (Anonim, 1999). Menurut IUCN, statusnya adalah rentan (vulnerable), sedangkan menurut CITES, satwa ini dikategorikan dalam Appendix II, dimana perdagangannya dibatasi (IUCN, 2012). Lutung jawa hanya berada di tapak-tapak yang relatif kecil dan areanya terbatas, meliputi Pulau Jawa, Bali dan Lombok pada berbagai tipe hutan (Nijman, 2000). Spesies ini dapat hidup di berbagai variasi tipe hutan, seperti hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan dataran rendah dan hutan perbukitan, hutan gugur, hutan pegunungan hingga ketinggian 3000-3500 mdpl, serta di beberapa hutan tanaman (Nijman dan van Balen, 1998). Meskipun dapat beradaptasi pada banyak tipe hutan, perhatian terhadap satwa ini sangat diperlukan. Terlebih, kecenderungan ukuran populasi satwa ini adalah mengalami penurunan (IUCN, 2012). Penurunan ukuran populasi lutung jawa disebabkan oleh hilangnya habitat dan degradasi habitat untuk area pertanian 4 dan pemukiman, diburu untuk makanan dan peliharaan, serta fragmentasi habitat yang menyebabkan populasinya menjadi terisolasi. Di TNGM sendiri, lutung jawa harus beradaptasi dalam kondisi habitat yang sewaktu-waktu tidak bersahabat, yaitu bila terjadi erupsi. Karenanya, diperlukan data dan informasi mengenai karakteristik populasi, seleksi habitat di level homerange dan penggunaan microsite oleh lutung jawa di kawasan TNGM. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam menjaga kelestarian populasi dan manajemen habitat satwa yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perlu dilakukan perumusan masalah. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: faktor-faktor biotik dan abiotik apa saja yang menentukan pemilihan habitat lutung jawa di TNGM? Sedangkan permasalahan yang diturunkan dari permasalahan utama yaitu: 1. Bagaimana karakteristik habitat yang dipilih lutung jawa di level home range? 2. 1.3. Bagaimana karakteristik habitat yang dipilih lutung jawa di level microsite? Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor biotik dan abiotik yang menentukan pemilihan habitat lutung jawa di TNGM. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui karakteristik habitat yang dipilih lutung jawa di level home range. 2. Mengetahui karakteristik habitat yang dipilih lutung jawa di level microsite. 5 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai komponen habitat (biotik dan abiotik) di TNGM yang memengaruhi kehadiran lutung jawa. 1.4.2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Memberikan data dan informasi mengenai habitat yang disukai maupun kurang disukai lutung jawa di TNGM. 2. Sebagai masukan terkait habitat improvement, misalnya berupa penanaman jenis tumbuhan pakan, pengaturan jumlah dan jarak pengunjung di habitat lutung jawa maupun penambahan luas kawasan yang diperuntukkan sebagai habitat lutung jawa untuk menjaga kelestarian satwa tersebut di TNGM. 1.5. Penelitian Lain yang Terkait Penelitian mengenai lutung jawa sudah pernah dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Nursal (2001) mengenai aktivitas harian lutung jawa di TN Gunung Gede Pangrango. Penelitian lainnya dilakukan oleh Febriyanti (2008) tentang karakteristik cover lutung jawa di TN Bromo Tengger Semeru, serta Fuadi (2008) tentang perbandingan perilaku lutung jawa di PPS Petungsewu dan SM Dataran Tinggi Hyang. Penelitian mengenai seleksi habitat lutung jawa di TNGM belum pernah dilakukan sebelumnya. Rincian penelitian lain yang terkait dengan lutung jawa maupun seleksi habitat, disajikan di Tabel 1. 6 Tabel 1. Penelitian yang terkait dengan tema penelitian. No 1 Nama dan judul penelitian Kool, K.M./ Food Selection by The Silver Leaf Monkey, Trachypithecus auratus sondaicus, in relation to plant Chemistry Tahun 1992 2 Kool, K.M./ The Diet and Feeding behavior of Silver Leaf Monkey (Trachypithecus auratus sondaicus) in Indonesia 1993 3 Nijman, V/ Geographic Distribution of Ebony Leaf Monkey Trachypithecus auratus (E. Geoffroy SaintHilaire,1812) (Mammalia: Primates: Cercopithecidae) 2000 Metode penelitian Sampel buah dan daun yang dimakan lutung, dianalisis kandungan nitrogen, acid detergent fibre (ADF), pepsin cellulace digestibility (CDIG), condensed tannin (CT), total phenolic (TP), kapasitas protein precipitation (PP) lalu dibandingkan dengan daun dan buah yang tidak dimakan Membandingkan diet dan perilaku makan kelompok lutung di hutan tanaman dan di hutan alam sekunder. Mendata penyebaran lutung jawa di Pulau Jawa, Bali dan Lombok Hasil penelitian Keterangan Kandungan kimia jenis yang dimakan/ tidak Oecologia, Volume 90, dimakan, tidak berbeda nyata. Tapi, lutung cenderung memilih daun/ buah yang rendah Number 4 serat dan mudah dicerna (rata-rata CDIG lebih tinggi dan ADF lebih rendah). Tingkat CT, TP dan PP lebih tinggi pada buah yang dimakan dibandingkan yang tidak dimakan, tapi lebih rendah pada daun yang dimakan dibanding yang tidak dimakan. Lutung cenderung memakan daun muda, bunga dan buah (jika tersedia). Makanan pokok lutung di hutan tanaman adalah daun jati yang masih muda, sedang makanan lutung di hutan alam sekunder lebih bervariasi (jenis yang sering dimakan adalah Moraceae). Lutung jawa berada di berbagai tipe hutan, termasuk hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa air tawar, hutan hujan dataran rendah, hutan perbukitan, hutan menggugurkan daun, hutan pegunungan (3000-3500 mdpl) dan di hutan tanaman (jati, rasamala, akasia) International Journal of Primatology 14: 667-700 Zoology, 69 (3) (2000) 7 No 4 5 6 7 Nama dan judul penelitian Nursal W.I./ Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus Geoffroy 1812) di Pos Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat Nijboer, Joeke/ Fibre Intake and Faeces Quality in Leaf Eating Primates. Tahun Febriyanti, N.S/ Studi Karakteristik Cover Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus Geoffroy 1812) di Blok Ireng-Ireng Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur Fuadi, D.Z./ Perbandingan Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachyphitecus auratus) di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu dan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Hyang 2008 Metode penelitian 2001 Focal animal sampling, statistika deskriptif, chisquared 2006 Mengeksplorasi fisiologi langur (fungsi penccernaan), melakukan kajian terhadap jenis bahan makanan langur di penangkaran (meneliti kandungan NDF, natural detergent fiber dan ADF, acid detergent fiber Focal animal Sampling, Analisis regresi logistik 2008 Scan sample, chi-squared Hasil penelitian Keterangan Alokasi waktu berdasarkan periode harian yaitu, pagi (06.00-10.00 WIB), siang (10.00-14.00 WIB) dan sore (14.00-18.00). aktivitas makan dan berpindah sangat menonjol di pagi dan sore hari. Aktovitas istirahat dan sosial sangat menonjol di siang hari Feses langur lebih padat dan memiliki bentuk yang lebih baik jika diberi makanan yang mengandung serat kasar dan selulosa Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Tesis, Universiteit Utrecht Pohon yang digunakan sebagai cover memiliki rata-rata ketinggian 19.16 m, diameter 53.56 cm dan luas tajuk 15.97 m². Skripsi, Fakultas Kehutanan IPB Terdapat perbedaan aktifitas di PPS Petungsewu dan SM Dataran Tinggi Hyang (dari pola makan, lamanya waktu makan dan aktivitas lainnya) Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang 8 1.6. Kerangka Pemikiran Seleksi habitat oleh lutung jawa di TNGM merupakan informasi penting untuk mengetahui hubungan antara lutung jawa dengan habitatnya dan bagaimana lutung jawa bisa menemukan kebutuhannya untuk bertahan hidup. Habitat yang dipilih satwa tersebut merupakan hal utama dalam penelitian ekologi lutung jawa. Secara sistematik, penelitian mengenai seleksi habitat oleh lutung jawa di TNGM dituangkan dalam kerangka pemikiran di Gambar 1. 9 Seleksi habitat lutung jawa Kenyataan dan fenomena: 1. Lutung jawa merupakan salah satu primata yang penting dalam proses ekologi di TNGM 2. TNGM merupakan habitat lutung jawa yang memiliki kondisi ekosistem yang unik 3. Informasi mengenai karakteristik populasi dan seleksi habitat oleh lutung jawa di TNGM sangat penting untuk manajemen populasi dan habitat satwa tersebut Aksioma: 1. Seleksi habitat bisa dicirikan dengan tingginya fitness dan kepadatan populasi. 2. Seleksi habitat disebabkan oleh preferensi habitat. 3. Preferensi habitat dapat diamati dari pola penggunaan lingkungan yang terpisah-pisah, patchy dan sumberdaya yang bervariasi Pertanyaan penelitian: Faktor-faktor biotik dan abiotik apa saja yang menentukan pemilihan habitat oleh lutung jawa di TNGM? Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor biotik dan abiotik yang menentukan pemilihan habitat oleh lutung jawa di TNGM Kebutuhan Data: Seleksi habitat level homerange: 1. Proporsi luas tipe habitat dibandingkan luas keseluruhan habitat 2. Frekuensi penggunaan habitat 3. Kepadatan lutung di tiap habitat 4. Kondisi umum habitat yang dipilih lutung jawa Seleksi habitat level microsite: 1. Komponen biotik: jumlah tumbuhan tk. pohon dan tiang, jumlah tumbuhan pakan tk. pohon dan tiang, LBDS, persentase penutupan tajuk. 2. Komponen abiotik: ketinggian tempat, kelerengan, jarak dari sungai, jarak dari gangguan. Analisis Data: Metode Neu (1974), Chi-square Regresi logistik Indeks Seleksi Habitat Model peluang pemilihan sumberdaya Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian seleksi habitat lutung jawa di TNGM. 10