Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0253 pp. 58- 69 12 Pages KAJIAN KINERJA GEDUNG KONSTRUKSI BAJA TERHADAP VARIASI ARAH BEBAN GEMPA MENGGUNAKAN ANALISIS PUSHOVER (Studi Komparasi Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Dengan Sistem Rangka Konsentrik) Amrizal1, Muttaqin2, T. Budi Aulia2 Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh 23111, email: [email protected] 2) Fakultas Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh 23111 1) Abstract: Judging geologically, the Indonesian archipelago is located at the confluence of two major seismic lines, which circum-Pacific earthquake belt and earthquake belt Alpide Transasiatic. Therefore, the Indonesian archipelago is located in areas that have an earthquake activity is quite high, it is important to study the planning of buildings resistant to earthquakes. This study uses a steel building bearers Special Moment Frame System ( SRPMK ) with Concentric Frame System Type D ( SRK - D ) to the direction of 0o, 35o and 65o, Research scope about earthquake loads of 0o, 35o and 65o mechanisms, performance, and actual parameters related with the effect of the earthquake plan accordingly FEMA 356 , the matters investigated by comparing the structure SRPMK with SRK - D structures of 0o, 35o and 65o against earthquake load direction. The results showed that the results of nonlinear static analysis ( pushover analysis), the level of structural ductility ductility structure SRPMK have great value when compared to the SRK - D structures for all conditions and on to the structure SRPMK with SRK - D for all conditions intermediate targets (performance point ) is calculated based on the FEMA 356 SRPMK building structures designed for all conditions still have the Life safety performance level, while the SRK - D structure of the building for all the conditions that are designed to have the performance level of Damage Control. Keywords: Pushover analysis, SRPMK, SRK-D and Earthquake Load Direction. Abstrak: Ditinjau secara geologis, kepulauan Indonesia berada pada pertemuan dua jalur gempa utama, yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transasiatic. Oleh karena itu kepulauan Indonesia berada pada daerah yang mempunyai aktifitas gempa bumi yang cukup tinggi, karenanya penting mempelajari perencanaan bangunan yang tahan terhadap gempa. Penelitian ini menggunakan gedung baja Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan Sistem Rangka Konsentrik tipe D (SRK-D) terhadap arah beban gempa 0, 35dan 65o, Penelitian terlingkup mengenai, mekanisme, kinerja, dan parameterparameter aktualnya terkait dengan adanya pengaruh gempa rencana sesuai FEMA 356, Halhal tersebut diteliti dengan membandingkan antara struktur SRPMK dengan struktur SRK-D terhadap arah beban gempa 0, 35dan 65o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisa statik nonlinier (pushover analysis), tingkat daktilitas struktur SRPMK memiliki nilai daktilitas struktur yang besar jika dibandingkan dengan struktur SRK-D untuk semua kondisi dan pada untuk struktur SRPMK dengan SRK-D untuk semua kondisi target peralihan (performance point) yang dihitung berdasarkan FEMA 356 struktur gedung SRPMK untuk semua kondisi yang didesain masih memiliki taraf kinerja Life safety , sedangkan struktur gedung SRK-D untuk semua kondisi yang didesain memiliki taraf kinerja Damage Control. Kata Kunci: Analisis pushover, SRPMK, SRK-D dan Arah Beban Gempa Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 58 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN lateral statik pushover dengan sudut 0, 35dan Gerakan gempa untuk daerah tertentu 65o. sulit untuk ditaksir, tafsiran harus dibuat secara Cerminan perilaku gempa tersebut akan umum untuk suatu daerah atau kawasan. Faktor digunakan suatu metode analisis statik non- – faktor yang mempengaruhi kerusakan struktur linear pushover (ATC 40, 1997). Pada dasarnya bangunan. Tren perencanaan yang terkini yaitu analisis pushover ini memang cukup sederhana, perencanaan berbasis kinerja (performance yaitu suatu pola beban statik tertentu diberikan based design), memanfaatkan teknik analisis secara incremental dalam arah lateral pada non-linier berbasis komputer untuk mengetahui pusat massa tiap lantai dari suatu bangunan perilaku inelastis struktur dari berbagai macam hingga tercapai keruntuhan elemen struktur atau intensitas gerakan tanah (gempa), sehingga batasan displacement-nya terlampaui. Penelitian dapat diketahui kinerjanya pada kondisi kritis. terlingkup mengenai, mekanisme, kinerja, dan Sistem Khusus parameter-parameter aktualnya terkait dengan (SRPMK) baja merupakan salah satu sistem adanya pengaruh gempa rencana sesuai FEMA struktur penahan beban lateral yang sangat 356. Rangka Pemikul Momen sesuai digunakan di Indonesia yang merupakan daerah rawan gempa. Performa sistem ini juga KAJIAN PUSTAKA telah Portal banyak diteliti serta menghasilkan perilaku yang sangat memuaskan karena sangat Menurut SNI 03-1729-2002, portal daktail dibandingkan jenis portal kaku lainnya, merupakan bentuk yang paling umum yang seperti yang tercantum pada SNI- 1726-2010, terdiri dari balok dan kolom yang bekerja sama dimana daktilitas sistem ini merupakan salah dalam suatu kesatuan yang utuh dalam menahan satu yang tertinggi. beban yang bekerja. Struktur portal baja tahan tipe gempa terdiri dari 2 tipe, yaitu portal penahan konsentris dan eksentris. Bresing konsentris momen (moment resisting frame, MRF) dan memilki kekakuan yang lebih tinggi, batang portal berpengaku dibagi menjadi diagonal tunggal yang dibuat dari profil I berpengaku konsentrik (concentrically braced bresing – D, yang ditempatkan pada segmen frame, CBF) dan portal berpengaku eksentris daktail disisi sudut bangunan. Gempa tidak bisa (eccentrically braced frame, EBF). Rangka bresing terdiri dari portal diprediksi baik besarannya, waktunya dan juga arah getarannya. Dalam studi ini akan dipelajari respons sruktur bangunan terhadap variasi arah Peraturan Gempa RSNI-03-1726-2010 RSNI-03-1726-2010 (Standar gempa dengan pengaruh getaran acak dari Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur gempa akan Bangunan Gedung dan Non Gedung) yang didekati dengan menggunakan variasi beban merupakan hasil revisi dari SNI-03-1726-2002 59 - terhadap struktur bangunan Volume 3, No. 1, Februari 2014 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010. menggambarkan hubungan antara gaya geser Pada Peta Gempa Indonesia 2010 pembagian dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada wilayah gempa mengalami perubahan yang atap (D). Pada proses pushover, struktur signifikan jika dibandingkan dengan Peta didorong sampai mengalami leleh disatu atau Gempa Indonesia 2002 lebih lokasi di struktur tersebut. Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh dan Perencanaan Berbasis Kinerja Menurut Dewobroto (2006), konsep selanjutnya berperilaku non-linier. perencanaan berbasis kinerja (performance based design) merupakan kombinasi dari aspek tahanan dan aspek layan, sehingga bisa diketahui kemampuan suatu struktur dalam menerima beban gempa (kapasitas) dan besarnya beban gempa yang akan diterima oleh Gambar 1: Rekayasa gempa berbasis kinerja (ATC struktur tersebut (demand), maka dari itu akan 58) bisa direncanakan suatu stuktur tahan gempa Sumber : Dewobroto (2006) yang ekonomis. Sasaran kinerja terdiri dari kejadian gempa rencana yang ditentukan (earthquake Analisis Statis Non-linear Pushover Menurut Pranata (2006), analisis hazard), dan taraf kerusakan yang diizinkan pushover adalah suatu analisis statik non-linier atau level kinerja (performance level) dari dimana pengaruh gempa rencana terhadap bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. struktur bangunan gedung dianggap sebagai Mengacu beban statik pada Federal Emergency yang menangkap pada pusat Management Agency (FEMA)-273 (1997) yang masing – masing lantai. Analisis beban dorong menjadi acuan klasik bagi perencanaan berbasis dilakukan dalam dua tahap, Tahap pertama kinerja maka kategori level kinerja struktur, struktur diberi beban gravitasi (kombinasi adalah : beban mati dan beban hidup yang direduksi). - - - Segera dapat dipakai (IO = Immediate Analisis dilakukan dengan memberikan suatu Occupancy), pola beban lateral statik pada struktur, yang Keselamatan penghuni terjamin (LS = kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan Life-Safety), faktor pengali sampai satu target perpindahan Terhindar dari keruntuhan total (CP = lateral dari suatu titik acuan tercapai. Biasanya Collapse Prevention). titik tersebut adalah titik pada atap, atau lebih Analisis pushover menghasilkan kurva tepat lagi adalah pusat massa atap. pushover (Gambar 1), kurva yang Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 60 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bentang 4 meter. Tinggi lantai dasar (lantai 1) Metoda Spektrum Kapasitas Merupakan metoda utama ATC 40 (ATC adalah 4 meter, selanjutnya tinggi lantai 2 s.d. 1996), meskipun dimaksudkan untuk konstruksi 10 mempunyai tinggi yang sama (tipikal) yaitu beton 4 meter. bertulang, ternyata banyak juga diaplikasikan pada konstruksi lain. Dalam Metoda Spektrum Kapasitas proses dimulai dengan menghasilkan kurva hubungan gaya perpindahan yang memperhitungkan kondisi inelastis struktur. Proses tersebut sama dengan Metode Koefisien Perpindahan, kecuali bahwa hasilnya diplot-kan dalam format a). Gedung SRPMK ADRS b). Gedung SRK Tipe D (acceleration displacement response spectrum). Gambar 2 : Penentuan Titik Kinerja Gambar 3. Bentuk Gedung Dan Arah Beban Gempa Sumber : Dewobroto (2005) Adapun dimensi dan ukuran penampang yang Target Perpindahan Menurut Dewobroto (2005), gaya dan direncanakan: deformasi setiap komponen/elemen dihitung Kolom : Profil IWF 350. 350. 12. 19 terhadap “perpindahan tertentu” di titik kontrol Balok : Profil IWF 350.175. 11. 7 yang disebut sebagai “target perpindahan” Bresing : Profil IWF 150. 150. 10.7 dengan notasi δt dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat Mutu Bahan Material yang dipakai pada penelitian ini bangunan mengalami gempa rencana. yaitu sebagai berikut: METODE PENELITIAN a. Mutu baja (fy) : 400 MPa Kriteria Perencanaan b. Modulus elastisitas (E) : 200.000 MPa kedalam c. Modulus geser (G) : 80.000 MPa klasifikasi beraturan sesuai peraturan gempa d. Rasio Poisson (μ) : 0,3 Indonesia (SNI – 1726 – 2010), dengan jumlah e. Koefisien pemuaian (α) Model gedung termasuk : 12 x 10-6 /oC bentang arah-x dan arah-y sama yaitu 5x5 bentang, dengan panjang masing-masing Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 61 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala perpindahan : merupakan hal utama dari Tahapan-tahapan Dari Analisis Pushover 1. 2. Pemodelan arah pembebanan gempa 0, perencanaan berbasis kinerja. Komponen 35 dan 65o. struktur Menentukan titik memonitor jika memenuhi persyaratan deformasi dan perpindahan kekuatan. Karena yang dievaluasi adalah gaya komponen yang jumlahnya relatif sangat perpindahan titik kontrol dan gaya geser banyak maka proses harus dikerjakan dasar digunakan untuk menyusun kurva oleh komputer (fasilitas pushover dan pushover. evaluasi kinerja yang terdapat secara Membuat kurva pushover dari berbagai built-in pada program ETABS, mengacu pola distribusi gaya lateral yang ekivalen pada FEMA – 356). Oleh karena itulah dengan distribusi gaya inertia, sehingga mengapa diharapkan berbasis kinerja banyak mengacu pada struktur. 3. memuaskan untuk kontrol besarnya dianggap hampir Rekaman besarnya deformasi sama yang dengan terjadi gempa pembahasan perencanaan dokumen FEMA. yang sebenarnya. Karena gempa sifatnya tidak pasti, perlu dibuat beberapa pola Hasil Desain Bangunan pembebanan lateral. 4. Berdasarkan Estimasi besarnya target perpindahan. Titik kontrol didorong sampai target tersebut, yaitu suatu perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas gempa rencana yang data perencanaan menggunakan software ETABS v.9.6.0, didapat disain yang aman dengan memverifikasi dimensi yang sudah dimasukkan. dimensi yang digunakan dan aman tersebut sama untuk gedung ( SRPMK dan SRK-D) yaitu dapat ditentukan. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Mengevaluasi level kinerja struktur dilihat pada tabel dibawah: ketika titik kontrol tepat pada target Tabel 1. Dimensi Balok, Kolom dan Bresing Rasio Tegangan Ijin Tegangan (Rasio <1 350. 350. 12. 19 395100000 135800000 0,508 Aman 350.175. 11. 7 131200000 9834896,2 0,416 Aman 150. 150. 10.7 16006583,3 56528715,8 0,706 Aman Elemen Profil IWF (mm) Ix (mm4) Kolom Balok Bresing Iy (mm4) Sesuai RSNI 1726-2010, analisis modal besarnya harus sekurang kurangnya 90%, nilai digunakan untuk melihat partisipasi massa ini didapat langsung dari ETABS v.9.6.0 ragam efektif (modal load participation) yang dengan memilih pada display table, nilai-nilai Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 62 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tersebut yaitu untuk SRPMK dan SRK-D berikut dengan 0o, 35o dan 60o dapat dilihat pada tabel Tabel 3. Modal Load Participation Dari tabel di atas diperoleh nilai modal load participation lebih dari 90%, sehingga struktur memenuhi persyaratan SNI 03-17262010. Waktu getar alami gedung Tabel 2. Periode Getar Alami Struktur Dari tabel diatas periode getar alami 60o ). Hal ini disebabkan gedung SRK – D gedung yang didapatkan dari analisis dengan memiliki kakakuan yang menggunakan software ETABS v.9.6.0 masuk dibandingkan gedung SRPMK. lebih besar ke dalam interval batas minimum dan batas maksimum yang telah ditetapkan dalam RSNI 03 - 1726 - 2010. Waktu getar alami untuk gedung yang menggunakan bresing (SRK – D arah beban gempa 0o, 35o dan 60o) lebih kecil dibandingkan gedung yang tidak menggunakan bresing (SRPMK, arah beban gempa 0o, 35o dan 63 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Daktilitas Struktur Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari pushover analysis pada gedung baja 10 lantai dengan menggunakan SRPMK dan SRK Tipe – D. Nilai simpangan saat runtuh diambil dari nilai diplacement step terakhir. Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambar 4. Perbandingan Daktilitas SRPMK vs SRK-D Dari Gambar 4. diatas, memperlihatkan Berdasarkan RSNI-03-1726-2010, bahwa daktilitas struktur pada semua arah simpangan antar lantai hanya ada kondisi beban gempa nilai daktilitas SRPMK lebih kinerja batas ultimit saja. Kinerja batas ultimit kecil dari SRK-D dikarenakan gedung SRK-D (Δa) lebih kaku pengaruh penambahan elemen simpangan bresing. maksimum struktur gedung akibat pengaruh struktur dan gedung ditentukan simpangan antar oleh tingkat gempa rencana dalam kondisi struktur gedung Kinerja Batas Ultimit (Δa) di ambang keruntuhan. Gambar 5 Drift ratio untuk gedung SRPMK dengan SRK-D Gambar 5 diatas menunjukkan, bahwa sama pula. drift ratio untuk gedung SRK-D memiliki nilai Drift hasil analisis statik beban dorong yang jauh berbeda dengan SRPMK. Hal ini belum melampaui batasan maksimum drift dapat disebabkan penggunaan bresing pada kinerja batas ultimit yaitu 0,04 dikarenakan gedung SRK-D sehingga rasio kekuatan yang gedung masih bisa menerima beban gempa dari dicapai pun tidak sama yang menimbulkan arah 0o, 35o dan 65o, drift ratio maksimum pada perilaku yang terjadi untuk tiap struktur tidak arah beban gempa 0o untuk gedung SRPMK Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 64 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sumbu x sebesar 0,011 dan untuk gedung SRK- untuk gedung SRK-D sumbu y sebesar 0,008, D sumbu x sebesar 0,021. Kemudian nilai drift sedangkan nilai drift ratio maksimum pada arah o beban gempa 65o untuk gedung SRPMK sumbu untuk gedung SRPMK sumbu x sebesar 0,034 y sebesar 0,011 untuk gedung SRK-D sumbu y untuk gedung SRK-D sumbu x sebesar 0,020, sebesar 0,007. ratio maksimum pada arah beban gempa 35 sedangkan nilai drift ratio maksimum pada arah beban gempa 65o untuk gedung SRPMK sumbu x sebesar 0,033 untuk gedung SRK-D sumbu x Kurva Kapasitas Kurva ini menunjukkan hubungan antara perpindahan yang terjadi sebesar 0,0024. Sedangkan drift ratio maksimum pada arah beban gempa 0o untuk gedung SRPMK sumbu y sebesar 0,037 dan untuk gedung SRKD sumbu y sebesar 0,007. Kemudian nilai drift ratio maksimum pada arah beban gempa 35o untuk gedung SRPMK sumbu y sebesar 0,012 dengan gaya gempa yang diterima oleh struktur mulai terjadinya leleh pertama sampai struktur tersebut runtuh. Dari keenam kurva yang ada, dapat diamati bahwa akan terjadi penurunan gaya geser dasar ketika terjadi sendi plastis pada salah satu kolom. Berikut ini hasilnya Gambar 6. Kurva Kapasitas Sumbu x 65 - kapasitas Volume 3, No. 1, Februari 2014 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambar 7. Kurva Kapasitas Sumbu y Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa bagian bresing dibandingkan gedung SRPMK. struktur gedung RSK-D memiliki kapasitas Gedung SRPMK terbesar dalam menerima beban gempa dari berdeformasi arah 0o, 35o dan 65o dibandingkan gedung terbesar dibandingkan gedung SRK-D setelah memiliki kemampuan mengalami pelelehan SRPMK, tetapi kemampuan gedung SRK-D berdeformasi setelah mengalami pelelehan pada Target Perpindahan Tabel 3. Target Displacement Tiap-tiap Arah Beban Gempa Berdasarkan target perpindahan hasil nilai terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,5034 m dan untuk Spektrum sumbu y sebesar 𝛿𝑇 = 0,6088 m ini dikarenakan Kapasitas (ATC 40) seperti terlihat dalam Tabel sumbu y lebih besar dalam menerima beban 3, pada gedung SRPMK dengan arah beban gempa perpindahan mencapai 0,7046 m dan evaluasi dengan o menggunakan didapatkan untuk sumbu x nilai 0,7046 > 𝛿𝑇 , Jadi kinerja struktur arah x dan y terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,7877 m dan untuk sumbu terpenuhi sesuai dengan target fungsi bangunan y sebesar 𝛿𝑇 = 0,9636 m ini dikarenakan sumbu sebagai gedung perkantoran. Kinerja yang y lebih besar dalam menerima beban gempa dan diperlihatkan struktur ketika memikul gempa target perpindahan kuat dengan pola beban merata tingkat kinerja mencapai 1,0749 m dan 1,0749 > 𝛿𝑇 , Jadi struktur diperoleh yaitu tingkat kinerja antara tingkat kinerja struktur arah x dan y terpenuhi Immediate Occupancy (IO) - Life Safety (LS). gempa 0 displacement dimana sesuai dengan target fungsi bangunan sebagai Pada gedung SRPMK dengan arah beban gedung perkantoran. Kinerja yang diperlihatkan gempa 35o didapatkan untuk sumbu x nilai struktur ketika memikul gempa kuat dengan terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,8871 m dan untuk sumbu pola beban merata tingkat kinerja struktur y sebesar 𝛿𝑇 = 1,0761 m ini dikarenakan sumbu diperoleh yaitu tingkat kinerja Life Safety (LS). y lebih besar dalam menerima beban gempa, Sedangkan pada gedung SRK-D dengan o arah beban gempa 0 didapatkan untuk sumbu x dimana perpindahan mencapai 1,1671 m dan 1,1671 > 𝛿𝑇 , Jadi kinerja struktur arah x dan y Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 66 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala terpenuhi sesuai dengan target fungsi bangunan dari arah beban gempa 0o dan 35o, dimana sebagai gedung perkantoran. Kinerja yang perpindahan mencapai 1,1467 m dan 1,1467 > diperlihatkan struktur ketika memikul gempa 𝛿𝑇 , Jadi kinerja struktur arah x dan y terpenuhi kuat dengan pola beban merata tingkat kinerja sesuai dengan target fungsi bangunan sebagai struktur diperoleh yaitu tingkat kinerja Life gedung perkantoran. Kinerja yang diperlihatkan Safety (LS). struktur ketika memikul gempa kuat dengan Sedangkan pada gedung SRK-D dengan o pola beban merata tingkat kinerja struktur arah beban gempa 35 didapatkan untuk sumbu diperoleh yaitu tingkat kinerja Life Safety (LS). x nilai terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,5343 m dan untuk Sedangkan pada gedung SRK-D dengan sumbu y sebesar 𝛿𝑇 = 0,6239 m ini dikarenakan arah beban gempa 65o didapatkan untuk sumbu sumbu y lebih besar dalam menerima beban x nilai terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,5273 m dan untuk gempa, target displacement arah beban gempa sumbu y sebesar 𝛿𝑇 = 0,5883 m ini dikarenakan o o 35 besar dari arah beban gempa 0 dikarenakan sumbu y lebih besar dalam menerima beban pada arah 35o membutuhkan gaya yang lebih gempa, target displacement arah beban gempa besar, dimana perpindahan mencapai 0,7532 m 65o dan 0,7532 > 𝛿𝑇 , Jadi kinerja struktur arah x dikarenakan pada arah 65o membutuhkan gaya dan y terpenuhi sesuai dengan target fungsi yang lebih kecil artinya arah beban gempa 65o bangunan sebagai gedung perkantoran. Kinerja sangat kritis, pengaruh penggunaan bresing. kecil dari arah beban gempa 35o yang diperlihatkan struktur ketika memikul Dimana perpindahan mencapai 0,6288 m gempa kuat dengan pola beban merata tingkat dan 0,6288 > 𝛿𝑇 , Jadi kinerja struktur arah x kinerja struktur diperoleh yaitu tingkat kinerja dan y terpenuhi sesuai dengan target fungsi antara Immediate Occupancy (IO) - Life Safety bangunan sebagai gedung perkantoran. Kinerja (LS). yang diperlihatkan struktur ketika memikul Pada gedung SRPMK dengan arah beban o gempa kuat dengan pola beban merata tingkat gempa 65 didapatkan untuk sumbu x nilai kinerja struktur diperoleh yaitu tingkat kinerja terbesar adalah 𝛿𝑇 = 0,8934 m dan untuk sumbu antara Immediate Occupancy (IO) - Life Safety y sebesar 𝛿𝑇 = 1,068 m ini dikarenakan sumbu y (LS). Berdasarkan pembahasan diatas yang lebih besar dalam menerima beban gempa, dirangkum pada tabel 4 sebagai berikut. o target displacement arah beban gempa 65 besar Tabel 4. Tingkat Kinerja Struktur SRPMK dan SRK-D Gedung SRPMK SRK-D 67 - Target Perpindahan δt (m) X Y Sumbu 0o 0,788 0,964 Arah Gempa Perpindahan > δt (m) X Y 1,0324 1,0749 o 0,887 1,076 1,0554 1,1671 65o 0,893 1,068 1,1467 1,1403 0o 35 0,5037 0,6088 0,7467 0,7046 35 o 0,5343 0,6239 0,7514 0,7532 65 o 0,5273 0,5883 0,6288 0,6318 Volume 3, No. 1, Februari 2014 Kriteria Kinerja Struktur Life Safety Immediate Occupancy - Life Safety Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Mengacu pada NEHRP & FEMA 273 pembebanan, maka untuk kategori level kinerja Life-Safety telah terjadi kerusakan komponen struktur, hal ini menandakan kekakuan struktur semakin bertambah. 2. Tingkat Daktilitas struktur SRPMK kekakuan berkurang, tetapi masih mempunyai memiliki nilai daktilitas struktur yang ambang yang cukup terhadap keruntuhan. besar jika dibandingkan dengan struktur Komponen nonstruktur masih ada tetapi tidak SRK-D untuk semua kondisi, artinya berfungsi. Dapat dipakai lagi jika sudah struktur dilakukan perbaikan. Oleh karena itu dengan dibandingkan nilai target perpindahan pada gedung SRPMK struktur pada arah y lebih daktail sumbu x dan sumbu y tingkat kinerja yang dibandingkan dengan arah x untuk semua diperoleh untuk semua kondisi yaitu Life-Safety kondisi. (LS). Sedangkan pada gedung SRK-D sumbu x 3. SRPMK dengan lebih daktail SRK-D, dan Nilai drift rasio maksimum pada arah dan sumbu y tingkat kinerja yang diperoleh beban gempa 35o pada arah beban gempa untuk semua kondisi yaitu antara Immediate 35o tersebut besarnya drift ratio untuk Occupancy (IO) - Life Safety (LS), berdasarkan gedung SRPMK dalam sumbu x sebesar tingkat kinerja antara gedung SRPMK dengan 0,00413 dan SRK-D untuk semua kondisi dapat disimpulkan dalam sumbu x sebesar 0,00255. bahwa gedung SRK-D lebih baik dari pada gedung SRPMK. 4. untuk gedung SRK-D Hasil analisa statik nonlinier (pushover analysis) untuk struktur SRPMK dengan SRK-D pada arah beban gempa 0o, 35o KESIMPULAN DAN SARAN dan 65o sampai pada target peralihan Kesimpulan (performance point) yang dihitung Dari hasil desain dan pemeriksaan kinerja berdasarkan FEMA 356 gedung SRPMK seismik terhadap struktur SRPMK dengan yang didesain masih memiliki taraf SRK-D terhadap variasi arah beban gempa kinerja Life safety untuk semua kondisi dengan level 10 tingkat dengan menggunakan arah beban gempa, sedangkan pada analisis gedung SRK-D masih pada taraf kinerja pushover, secara umum dapat disimpulkan: antara Immediate Occupancy (IO) - Life 1. Periode getar alami dari gedung SRPMK Safety (LS) untuk semua kondisi arah untuk semua kondisi lebih besar dari beban gempa, hal itu menunjukkan kedua gedung SRK-D, karena penambahan struktur tersebut masih berada diatas elemen bresing pada gedung SRK-D syarat yang telah ditetapkan yaitu Life menyebabkan lateral safety, dan sudah memenuhi syarat displacement, struktur SRK-D lebih kcil kinerja sesuai FEMA 356. Berdasarkan dari struktur SRPMK untuk semua arah tingkat kinerja tersebut antara gedung penurunan Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 68 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala SRPMK dengan SRK-D untuk semua kondisi dapat disimpulkan bahwa gedung SRK-D lebih baik dari pada gedung SRPMK. Saran Pada penelitian ini dilakukan dengan meggunakan metode analisis statik non linier (pushover). Keterbatasan dari metode analisis statik serta jumlah model yang dianalisis untuk menggeneralisir permasalahan dapat dianggap belum cukup oleh karena itu ada saran yang diajukan untuk pengembangan selanjutnya yaitu penggunaan analisa statik memberikan keterbatasan dalam desain model yang di analisis, terutama dalam hal tinggi bangunan. Untuk penyempurnaan studi selanjutnya agar dapat digunakan analisis dinamik non linier. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan menggunakan objek bangunan tinggi dengan bentuk dan karateristik yang berbeda. Seperti menggunakan objek bangunan tinggi fungsi hunian (apartemen) yang mana memiliki karateristik berbeda dibandingkan pada fungsi perkantoran yang cenderung berbentuk persegi. DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Direktorat Penyelidikan Masalah bangunan, LPMB, Bandung. Anonim, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-17292002, Bandung. AISC 341-05.(2005).Seismic Provisions for Structural Steel Buildings (An American National Standard) Vol 1, 6.1.204-212: Chicago. Anonim, 201X, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 031726-2010, Bandung. 69 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Applied Technology Council. (2010). Modeling and Acceptance Citeria for Seismic Design and Analysis of Tall Buildings. PEER Report 2010/111. Budiono. B, dan Lucky. S, 2011, Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x, Penerbit ITB, Bandung. Bertero, V. V., Bozorgnia, Y. (2004). Earthquake Engineering from Engineering Seismology to Performance-Based Engineering.page CRC press: California. Dewobroto. W, 2006, Evaluasi Kinerja Portal Baja Tahan Gempa Dengan SAP2000, www. uph.edu.wiryanto. ETABS 9.1.4, Extended Three-Dimensinal Analysis of Building System, Computers and Structures, Inc., Berkeley, Calif. Ginsar, I. M., & Lumantarna, B. Seismic Performance Evaluation of Building with Pushover Analysis. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Habibullah, A, 1998, Practical Three Dimensional Nonlinear Static Pushover Analysis, Structure Magazine, Winter. Khaloo, A. R., & Mohseni, M. M. (2008). Nonlinear Seismic Behavior of RC Frames with RC Braces. Asian Journal of Civil Engineering (Building and Housing) Vol. 9, No. 6, Pages 577-592. LRFD., 1996, Manual of Steel Construction, Load and Resistance Factor Design, AISC, Chicago. Muto. K, 1993, Analisis Gedung Tahan Gempa, Erlangga, Jakarta. Pranata, Y.A., 2006, Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa Dengan Pushover Analisys, www. uph.edu.pranata. Star Seismic Europe Ltd. (2011). Report : Design Check of BRBF System According to Eurocode 8 Use of Pushover Analysis .Star Seismic Europe. www.starseismic.eu Salmon, C.G, 1997, Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Apriani, W., 2012, Kapasitas Analisis Buckling Restrained Braces System Sebagai Retrofitting Pada Bangunan Beton Bertulang Akibat Gempa Kuat, Tesis Teknik Sipil Universitas Indonesia.