dinamika nazareth musik tiup di desa surbakti kecamatan simpang

advertisement
DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI
KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
JAYANTHA SURBAKTI
NIM : 070707008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya
bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan
cara meniupnya. Instrumen musik tiup terdiri atas banyak jenis materi dasar
pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain
sebagainya. Tulisan ini bermaksud untuk meneliti salah satu jenis materi dasar
dari istrumen musik tiup tersebut yang dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah
alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya kuningan. Contohnya
antara lain : terompet, saksofon, trombone, horn dan lain lain. Brass pada awalnya
adalah instrumen yang berkembang dalam kebudayaan barat.
Di dalam kebudayaan masyarakat Karo dikenal juga istilah musik tiup,
yang pada awalnya konsep istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian
musik tiup secara umum di atas. Pada masyarakat Karo terdapat beberapa
instrument musik tiup seperti balobat, Sarune, surdam yang materi dasar
pembentuknya adalah kayu dan bambu .
Pada sekitar tahun 1965 para misionaris berkebangsaan Jerman yang
bernama Great House juga datang ke Tanah Karo dalam rangka menyebarkan
injil, seiring dengan masuknya injil tersebut para misionaris juga membawa alatalat musik brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian minggu sehingga proses
ibadah menjadi lebih hikmat dan bersuka cita. Dari hasil pengamatan penulis
perkembangan musik tiup ini sendiri sampai saat ini ada di salah satu lembaga
kerohanian di daerah Karo yaitu suatu lembaga gereja GBKP yang dimana di
dalamnya terdapat grup musik tiup yang masih tetap eksis sampai saat ini dengan
nama grup Nazareth Musik Tiup.
Gereja GBKP tersebut juga merupakan hasil dari perkembangan yang
terjadi disebabkan masuknya agama Kristen ke tanah Karo yang dibawakan oleh
misionaris berkebangsaan Belanda yang bernama Pdt.H.C.Kruyt sekitar tahun
1890, dimana pusat penginjilan pertamanya berada di Desa Buluh Awar yang
selanjutnya berpindah ke kota Kabanjahe. Dari hasil wawancara penulis dengan
bapak Pt.Iswanta Sembiring (pimpinan Nazareth Musik Tiup) dan juga istri dari
dari alm Pt.Em.Yohannes Sembiring(Pimpinan Nazareth Musik Tiup generasi
pertama) Seiring dengan menyebarkan injil ke Tanah Karo pada umumya dan di
desa Surbakti pada khususnya para misionaris tersebut membawa alat-alat musik
brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian minggu sehingga proses ibadah
menjadi lebih hikmat dan menarik.
Hasil wawancara penulis dengan kedua nara sumber diatas juga
mendapatkan informasi bahwa pada awalnya misionaris yang sekaligus menjadi
pemain musik tiup tersebut menggunakan instrumen terompet, trombone, horn,
tuba untuk mengiringi kebaktian minggu pada awalnya. Misionaris tersebut juga
mengajari masyarakat setempat untuk mengiringi kebaktian minggu di gereja
pada awalnya.
Terkhususnya di Desa Surbakti pada tahun 1967 terbentuklah sebuah grup
musik tiup yang bernama NAZARETH MUSIK. Pada perkembangan selanjutnya,
grup inilah yang menggantikan fungsi para misionaris tersebu t untuk memainkan
musik tiup dalam mengiringi kebaktian minggu. Nazaret Musik Tiup ini pun
mengalami perkembangan dalam perjalanannya. Nazareth Musik Tiup yang pada
awalnya digunakan untuk di kebaktian minggu, sudah berkembang menjadi grup
komersil yang dapat disewa untuk mengiringi acara-acara kebaktian lainnya diluar
kebaktian minggu di gereja. Dalam pengamatan penulis di lapangan sekarang ini,
Nazareth musik tiup ini sudah mengiringi upacara-upacara adat seperti upacara
kematian dan juga acara pemberkatan pernikahan khususnya dalam lembaga
gereja yaitu Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Dari hasil wawancara dengan
istri Alm Pt. Yohannes Sembiring perkembangan penggunaan Nazareth Musik
Tiup tersebut dimulai pada tahun 1975, dimana pada saat itu Nazareth Musik Tiup
mengiringi upacara perkawinan salah satu anggota atau jemaat dari lembaga
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).
Perkembangan Nazareth Musik ini juga terjadi dalam instrumentasinya
dimulai pada tahun 1979. Nazareth musik Tiup yang pada awalnya hanya terdiri
dari instrumen terompet, trombone, horn, dan tuba menjadi berkembang dengan
menambahkan beberapa alat musik seperti gitar bass, drum, dan keyboard.
Perkembangan
instrumen
tersebut
secara
otomatis
juga
mempengaruhi
perkembangan fungsi dan penggunaan musik tiup tersebut terkhususnya pada
masyarakat desa Surbakti pada awalnya Karena dari .desa tersebutlah awal cikal
bakal terbentuknya Nazareth Musik Tiup ini.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Nazareth Musik inilah yang
menyebabkan mereka tetap eksis, Nazareth Musik Tiup juga tetap memaikan
musik mereka dan sering dipanggil untuk mengisi upacara-upacara perkawinan
dan kematian, melihat hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan
menuliskan tentang Nazareth Musik Tiup dan bagaimana perkembangannya pada
masyarakat Karo pada umumnya dan terkhususnya bagi jemaat ataupun warga
dalam ruang lingkup lembaga gereja GBKP ke dalam skripsi yang berjudul:
“DINAMIKA
NAZARETH MUSIK TIUP
DI
DESA SURBAKTI
KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO.”
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya terdapat beberapa permasalahan, namun untuk menghindari
kesimpang siuran dan tumpang tindih terhadap permasalahan permasalahan yang
akan dibahas di dalam penelitian, maka penulis menentukan beberapa pokok
permasalahan, yaitu :
1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan Nazareth Musik Tiup.
2. Bagaimana dinamika penggunaan dan fungsi Nazareth Musik Tiup.
3. Bagaimana perkembangan dan perubahan instrument yang digunakan pada
Nazareth Musik Tiup.
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
perkembangan ensambel musik tiup sejak masuknya di Kebudayaan Karo melalui
perkembangan grup grup musik tiup yang ada di tanah Karo, Dan faktor faktor
yang mempengaruhi dinamika Nazareth Musik Tiup dalam masyarakat Karo.
1.3.2 Manfaat
Penulis melihat penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi penulis sendiri
dan bagi kita semua. Adapun manfaat bagi penulis adalah sebagai bentuk
pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama menjalani studi di jurusan
Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Sedangkan manfaatnya bagi kita
semua adalah sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan kita mengenai
dinamika grup musik tiup Nazareth di dalam masyarakat Karo.
Secara khusus, penelitian ini juga bermanfaat bagi para pemain musik tiup
yang tergabung dalam grup grup musik tiup dan juga pemilik atau pemimpin grup
musik tiup dimana saja berada khususnya yang berada di tanah Karo. Karena
dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang bagaimana sesungguhnya keberadaan
grup musik tiup di tanah Karo dan faktor faktor apa yang mempengaruhi
bertahannya sebuah grup musik tiup dan juga bagaimana perubahan , pergerakan
perkembangan dari musik tiup khususnya Nazareth Musik Sehingga melalui
tulisan ini mereka dapat melihat bagaimana keberadaan grup mereka didalam
masyarakat Karo.
Selain itu, secara umum penelitian juga bermanfaat sebagai bahan
dokumentasi yang menggambarkan tentang perkembangan ensambel musik tiup
di dalam masyarakat Karo dan juga dapat
menjadi dasar pertimbangan bagi
peneliti peneliti selanjutnya yang juga akan mengadakan penelitian tentang
ensambel musik tiup.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep adalah pengertian abstrak terhadap sebuah istilah. Konsep dapat
membatasi dan mengarahkan perhatian seorang penulis pada topik yang telah
ditentukan. Konsep suatu istilah dapat dikutip dari sumber sumber seperti buku,
skripsi, paper, majalah dan artikel selain itu juga dapat di kutip berdasarkan
pendapat seseorang atau berdasarkan pemahaman peneliti sendiri.
Konsep juga dapat diperoleh dari kamus yang diterjemahkan langsung dari
bahasa asing seperti bahasa Inggris. Dalam tulisan ini juga terdapat istilah istilah
yang perlu dijelaskan atau diuraikan secara jelas dan sederhana, agar tidak terjadi
kesalah pahaman dalam mengartikan kata kata yang digunakan dalam tulisan ini.
Judul skripsi ini adalah : DINAMIKA GRUP NAZARETH MUSIK TIUP DI
DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO.
Agar penulis dan pembaca memiliki pemahaman yang sama terhadap kata
kata yang terkandung di dalam judul tulisan ini, maka perlu diuraikan konsep dari
kata kata tersebut, yaitu sebagai berikut:
Dinamika adalah studi tentang gerak beserta hal hal yang menyebabkan
terjadinya gerak tersebut (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer:2002), Didalam
kamus besar bahasa indonesia 2008 juga terdapat pengertian dinamika yaitu suatu
pergerakan yang mengakibatkan suatu perubahan, jika dikaitkan ke dalam ruang
lingkup sosial maka dinamika artinya pergerakan atau perkembangan
yang
dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu yang menimbulkan suatu perubahan
bagi masyarakat itu sendiri. Dinamika yang dimaksudkan dalam penelitian saya
ini adalah bagaimana perkembangan Instrumen, penggunaan dan fungsi Nazareth
Musik Tiup pada dalam upacara kematian terkhususnya pada jemaat atau anggota
dari lembaga GBKP.
Grup atau yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Organisasi berarti
kumpulan beberapa orang yang mempunyai tugas masing masing dengan tujuan
yang sama dan disusun secara berstruktur (Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer.2002). george R.Terry, seorang ahli manajemen, mengatakan bahwa
organisasi adalah pembinaan hubungan yang didalamnya terdapat tindakan
mengusahakan hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga dapat
bekerjasama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan diri dalam
melaksanakan tugas tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu (2001;119). Dalam hal ini organisasi yang
dimaksud adalah Nazareth Musik Tiup. Penulis menyatakan Nazareth musik tiup
sebagai organisasi karena unsur unsur yang membentuk sebuah organisasi juga
terdapat dalam grup musik yaitu :
1. Manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan yang di pimpin
2. Tempat kedudukan, yang juga dimilki oleh grup musik tiup yaitu ditengah
kehidupan adat masyarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya
3. Tujuan yang ingin dicapai, yang dalam hal ini tujuan grup musik tiup
adalah bermain musik bersama untuk mencari nafkah
4. Pekerjaan yang akan dikerjakan yaitu bermain musik
5. Teknologi, dalam hal ini grup musik tiup juga menggunakan teknologi
khususnya dalam penggunaan alat musik dan soundsystem
Grup yang dimaksudkan didalam tulisan ini dikhususkan kepada grup
musik tiup Nazareth, grup musik tiup yang masih bertahan dan tetap exsis sampai
saat ini yang dipimpin oleh bapak Pt.Iswanta Sembiring. Grup musik tiup ini
telah banyak mengalami dinamika baik dari segi instrumen, penggunaan dan
fungsinya bagi sebagian kalangan masyarakat Karo pada umumnya dan anggota
atau jemaat lembaga GBKP pada khususnya yang akan dibahas lebih terperinci di
bab selanjutnya.
Musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsurnya
adalah melodi, irama, dan harmonisasi dengan unsur pendukung berupa bentuk
gagasan, sifat dan warna bunyi namun penyajian sering masih berpadu dengan
unsur unsur lain seperti: bahasa, gerak, ataupun warna (M. Soekanto:1992).
Musik tiup adalah alat musik yang sumber getar penghasil bunyinya
adalah uadara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan meniupnya.
Instrumen musik tiup terdiri dari atas banyak materi dasar pembentuknya antara
lainmateri dasar pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk,
bambu, dan lain sebagainya. Salah satu materi dasar alat musik yang dimaksud
adalah alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya tembaga atau
kuningan. Contohnya antara lain adalah : terompet, saksofon, trombone, horn dan
lain lain.
Sedikit berbeda dengan pengertian yang telah dimaksudkan diatas musik
tiup yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ensambel musik yang bukan hanya
terdiri dari alat musik tiup seperti yang telah disebutkan diatas, tetapi juga alat
musik lain seperti keyboard, gitar listrik, drum, saxophone, trombone, horn, tuba
dan lain lain. Atau bisa dikatakan musik tiup yang telah mengalami perubahan
atau dinamika baik secara intrument dan juga fungsinya Tetapi tetap saja
memakai nama musik tiup
Masyarakat Karo, berdasarkan etnosains mereka, membagi wilayah
budayanya kedalam dua kategori yaitu Karo gugung atau orang-orang Karo yang
berada di wilayah pegunungan, terutama di kawasan Kabupaten Karo, Langkat,
dan Deli Serdang, dan Karo jahe, Yaitu mereka yang berada di kawasan pesisir
terutama di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Masyarakat Karo
Gugung dianggap lebih murni menerapkan kebudayaan Karo, sedangkan
KaroJahe lebih banyak mengalami akulturasi dengan kebudayaan sekitarnya
terutama dengan etnik Melayu.
Satu hal yang paling penting dalam masyarakat Karo adalah adanya
sistem klen eksogamus, Yang mendasarkan hubungan perkawinan kepada
kelompok klen luarnya. Seperti halnya suku-suku lain, Masyarakat Karo
mempunyai
sistem
kemasyarakatan.
Pada
masyarakat
Karo
sistem
kemasyarakatan dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut
sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem merga (klan). Merga tersebut disebut
untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru. Merga atau beru ini
disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari
lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima.
Kelima merga tersebut adalah Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan
Peranginangin.
Terkait dengan penjelasan masyarakat Karo di atas, di dalam tulisan ini
masyarakat Karo yang dimaksudkan adalah sebagian besar mereka yang
beragama nasrani khususnya masyarakat di dalam ruang lingkup lembaga Gereja
Batak Karo Protestan (GBKP) karena biasanya mereka adalah konsumen dan
pengguna dari jasa Nazareth musik Tiup tersebut.
1.4.2 Teori
Koentjaraningrat (1973:10) mengatakan teori adalah alat yang terpenting
dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian
fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Teori adalah landasan dasar
keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama
dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai
pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yg
berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan
ini
Menurut Achsan Peremas (3003:17), organisasi adalah sekelompok orang
yang sepakat bekerjasama untuk tujuan bersama. Berbicara tentang organisasi
maka tidak akan lepas dengan manajemen karena manajemen akan membantu
sebuah organisasi untuk dapat mencapai tujuan mereka secara efisien dan efektif.
(Achsan Permas, 2003:19).
Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana grup musik tiup membuat
perencanaan kemudian mengaturnya dalam sebuah pengorganisasian dan
mengarahkan setiap anggota untuk mengerjakanb bagian masing masing secara
maksimal dan terkendali dengan memperhatikan situasi dan Manajemen adalah
cara memanfaatkan input untuk menghasilkan karya seni melalui suatu proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengendalian
memperhatikan situasi dan kondisi lingkungankondisi lingkungan.
dengan
Selain memiliki rencana dan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui
program program dan metode, maka termasuk didalamnya adalah tugas mencari
dan mengalikasikan sumberdaya yang dimilki organisasi dan mempunyai
pemimpin yang bertanggungjawab atas keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan ( A.M.Kadarman, 2001:2). Melalui penelitian ini akan
dilihat bagaimana peran seorang pimpinan grup musik tiup memanfaatkan aset
yang ada demi kemajuan grup dan menjalin hubungan dengan setiap anggota yang
dipimpinnya.
Penulis akan menggunakan teori Use dan Function yang dikemukakan
oleh Alan P. Merriam untuk melihat fungsi yang terkandung dari penggunaan
ensambel musik tiup oleh masyarakat Karo. Salah satu alasan ensambel musik
tiup masih digunakan sampai saat ini pasti karena ensambel musik tiup memiliki
fungsi bagi mayarakat Karo sebagai masyarakat pendukungnya.
1.5 Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk mendapatkan objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat:1997). Dalam melakukan penelitian
ini, penulis menggunakan metode peneltian deskriptif yang bersifat kualitatif yaitu
suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci dan
jelas tentang sesuatu hal yang menjadi fokus penelitian. Data diperoleh melalui
pernyataan pernyataan atau tulisan tulisan individu masyarakat yang bersangkutan
dan tingkah laku umtuk kemudian diobservasi.
Berkaitan dengan metode yang digunakan untuk memperoleh data, maka
penulis membaginya kedalam beberapa tahap yaitu :
1.5.1 Menentukan Lokasi Penelitian
Untuk kepentingan penelitian dalam pengumpulan datra dan informasi dan
juga membatasi cakupan daerah yang akan diamati, penulis memilih lokasi
penelitian di desa Surbakti, Kecamatan simpang Empat Kabupaten Karo karena
lokasi ini terdapat grup Nazareth Musik Tiup yang mengalami dinamika dan
perubahan secara instrument, pengunaan dan fungsinya berdomisili yang
didukung oleh masyarakat Karo secara umum dan jemaat atau anggota dari
lembaga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) secara Khususnya.
1.5.2 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu
mengadakan studi kepustakaan mengenai musik tiup. Penulis mencari dan
membaca literatur literatur seperti : buku, majalah, artikel dan sebagainya yang
relevan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Selain itu, penulis juga
membaca beberapa skripsi sarjana yang membahas tentang musik tiup. Walaupun
kemungkinan beberapa informasi yang diperoleh dari skripsi tersebut tidak lagi
relevan dengan keadaan sekarang ini sesuai dengan perubahan yang terjadi. Oleh
karena itu, penulis merasa penting untuk membahas tentang studi dan kritikal
kepustakaan dalam satu bab khusus yaitu pada BAB II.
1.5.3 Penelitian Lapangan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat, penulis juga
akan melakukan penelitian lapangan dan akan turun langsung ke lapangan atau
lokasi penelitian yang dimulai sejak proposal ini disahkan dan diijinkan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Tetapi untuk tujuan dari skripsi ini penulis telah
melakukan beberapa wawancara wawancara kepada beberapa informan, dosen –
dosen yang terkait dan juga beberapa alumni Etnomusikologi usu.
1.5.4 Kerja Laboratorium
Semua data dan informasi yang telah diperoleh akan diolah dalam kerja
laboratorium dengan melakukan penyaringan dan penyeleksian, pengaplikasian,
menambah data yang kurang, memodifikasi serta mengembangkannya, selain itu
proses kerja laboratorium lainya adalah menganalisis data dari analisi data inilah
maka akan didapatkan suatu kesimpulan, Kemudian di cek ulang agar tidak terjadi
kerancuan dan tumpang tindih sehingga mudah dipahami dan tercapai tujuan dari
penelitian ini dengan baik dan sesuai fakta serta berguna bagi para pembaca.
BAB II
KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI
Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi
geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah
kesenian masyarakat Karo di desa Surbakti. Pembahasan akan dilanjutkan dengan
penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan
penggunaan musik tiup dalam masyarakat Karo di desa Surbakti.
2.1 Geografis Desa Surbakti
Desa Surbakti adalah salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak ± 1 km arah barat dari
Kantor Camat Simpang Empat, dan berjarak ± 7 Km ke ibu kota kabupaten yaitu
kota Kabanjahe, dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat (Tim Penyusun
RKPDES Surbakti, 2010-2014). Desa Surbakti termasuk ke dalam wilayah
dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± 1.000 m s/d 1.300 m diatas
permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000 mm s/d 3.000 mm,
dan suhu temperaturnya adalah 16ºc s/d 27ºc.
Luas areal desa Surbakti adalah 825 Ha, dengan perincian sebagai berikut
1. Pertanian/perladangan 595 Ha
2. Perumahan/pemukiman 10 Ha
3. Sawah/perikanan 60 Ha
4. Jalan umum/jalan dusun 100 Ha
Dari data tahun 2009-2010, tercatat jumlah penduduk Desa Surbakti
sebanyak 2167 jiwa. Yang terdiri atas 1003 jiwa laki-laki dan 1164 jiwa
perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), Desa Surbakti
dihuni oleh 632 Kepala Keluarga, dimana 90% penduduk Desa Surbakti
merupakan Suku Karo dan 10% nya lagi merupakan suku- suku pendatang seperti
Jawa, Simalungun,Nias dan Toba.
2.2 Penduduk Desa Surbakti
Desa Surbakti adalah salah satu desa tua di kecamatan Simpang Empat di
Kabupaten Karo,
awal dibentuknya Desa Surbakti atau dalam
istilah Karo
disebut simanteken kuta adalah bermarga Karo-Karo yang lebih spesifikasi nya
lagi Karo-Karo surbakti. Karo-Karo surbakti yang menempati desa Surbakti ini
terbagi menjadi 4 bagian wilayah tempat mereka tinggal dalam istilah Karo
disebut kesain, yaitu
1. Kesain Surbakti Rumah Lige
2. Kesain Surbakti Rumah Suah
3. Kesain Surbakti Rumah Jahe
4. Kesain Ginting Rumah page/Suka pengulun.
2.3 Kondisi Umum Masyarakat di Desa Surbakti
Seperti pada penjelasan di atas Masyarakat di Desa Surbakti mayoritas
bersuku Karo dan yang membentuk atau simanteken kuta juga adalah suku Karo
sendiri. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, penduduk di Desa
Surbakti juga semakin bertambah dengan datangnya suku-suku lain walaupun
dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
2.3.1 Sistem kekerabatan
Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem
kekerabatan Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya
(Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini,
setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga, baik laki-laki maupun perempuan,
dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau marga dari ayahnya.
Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya adalah
anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka anakanak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat
kedudukan seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo.
Demikian jugalah masyarakat Karo di Desa Surbakti, menganut paham ini dalam
sistem kekerabatannya.
Sistem kekerabatan ini didukung dengan prinsip rakut sitelu yang terdiri
dari tiga dasar. Keterkaitan ketiga pancangan ini mengibaratkan kedudukan orang
–orang Karo di dalam kebudayaannya, yaitu: senina, anak beru dan kalimbubu.
Senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Se berarti
satu, nina berarti kata atau pendapat. Senina juga dapat diartikan sebagai orang
yang bersaudara dan memiliki marga yang sama. Anak beru berarti anak
perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo dikenal sebagai
kelompok yang mengambil istri dari keluarga(marga) tertentu. Kalimbubu adalah
kelompokpemberi dara bagi keluarga(marga)tertentu. Dalam kehidupan seharihari sering juga disebut dibata ni idah(Tuhan yang kelihatan), karena
kedudukannya sangat dihormati dalam kebudayaan masyarakat Karo.
Selain itu marga juga adalah suatu dasar penyusunan sistem kekerabatan
bagi masyarakat Karo. Apabila seseorang berkenalan dan menyebutkan marga
nya, mereka bisa langsung ertutur(tata cara seseorang berkenalan/berbicara yang
berkaitan dengan selsilah dan sistem kekerabatan)diantara mereka. Biasanya
apabila seseorang berkenalan dengan pria lain yang ternyata satu marga
dengannya, maka diantara kedua orang ini akan terjalin sebuah rasa persaudaraan
dengan sendirinya. Marga juga memiliki peranan penting dalam mengatur
hubungan kekeluargaan yang di sebabkan perkawinan dan hubungan darah (garis
keturunan). Sesuai dengan sistem kekerabatan patriliniel dan prinsip rakut sitelu,
maka orang Karo (baik pria maupun wanita) yang se-marga tidak boleh menikah
karena mereka memiliki ikatan satu marga. Karena itu seorang pria Karo
dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang se-beru dengan ibunya ataupun
wanita lain dengan beru lain yang tidak sama dengan marga-nya sendiri.
2.3.2 Adat Istiadat
Dalam kehidupan masyarakat Karo di Desa Surbakti setidaknya ada dua
upacara adat yang pasti dilaksanakan oleh sebuah keluarga yaitu, upacara adat
pernikahan dan upacara adat kematian. Secara umum orang Karo membagi
Upacara kematian ini menjadi 3 yaitu
1. Cawir metua disebut cawir metua, apabila umur anak yang meninggal sudah
lanjut (beranak-cucu, cicit, atau cacah) dan semua anak-anaknya sudah sudah
berkeluarga. Inilah kriteria untuk cawir metua. Namun ada kalanya orang yang
meninggal itu sudah berusia lanjut, tetapi masih ada anaknya
yang belum
berkeluarga, maka dalam keadaan demikian bisa dilaksanakan adat cawir metua
dengan persetujuan kalimbubu dan anak yang belum kawin tersebut.
2. Tabah-tabah galuh apabila umur yang meninggal dunia belum lanjut, tetapi
anak-anaknya sudah berkeluarga(sai utang).
3. Mate nguda apabila umur yang meninggal dunia masih mud, bisa jadi belum
kawin, atau sudah kawin dan anak-anaknya belum semua berkeluarga. Mate
nguda ini boleh jadi meninggal sebelum berkeluarga atau ketika masih anak-anak.
Disamping kedua upacara adat tersebut diatas masih ada beberapa
upacara-upacara adat lain yang juga dilakukan oleh masyarakat Karo dalam
kehidupan mereka yaitu, memasuki rumah baru, adat mereken toktok, ciken
,bulang, tudung(upacara penghormatan terhadap orang tua yang usianya sudah
lanjut usia yang dilakukan oleh sangkep ngeluhnya, adat mesur-mesuri (upacara
tujuh bulanan bagi perempuan yang sedang hamil dan mengandung anak pertama)
dan acara-acara adat lainnya.
2.3.3. Sistem Religi
Sistem religi berarti sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hal ini masyarakat desa Surbakti uumnya sudah menganut agama tertentu.
Walaupun masyarakat Karo biasa diidentikkan dengan agama Kristen akan tetapi
ternyata tidak semua masyarakat Karo di desa Surbakti menganut agama Kristen
(Protestan atau Katolik). Di antaranya ada juga yang menganut agama lain seperti
islam, Hindu dan Buddha meskipun dalam jumlah yang kecil. Selain itu ada juga
diantara masyarakat Karo di desa Surbakti ini yang tidak menganut agama
tertentu tetapi menganut aliran kepercayan (parmalim) dan aliran kepercayaan
lainnya.
2.3.4. Tingkat Pendidikan
Desa Surbakti saat ini saat ini telah terhubung baik dengan daerah lain
melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik dengan adanya
jalan aspal di desa ini. Sarana trasportasi yang paling banyak digunakan warga
masyarakat adalah bus umum dan sepeda motor, karena hampir setiap rumah
tangga sudah memiliki sepeda motor dan sebagian memiliki mobil.
Kemudahan akses untuk keluar dari desa merupakan salah satu penunjang
bagi masyarakat di desa Surbakti untuk mendapatkan sarana pendidikan yang
mereka ingingkan sesuai dengan potensi dan kemampuan secara ekonomi.
Berdasarkan pengamatan penulis tingkat pendidikan masyarakat Karo di desa
Surbakti sudah tergolong baik. Umunya mereka sudah menikmati Pendidikan
sampai tingkat menengah ke atas. Bahkan bagi masyarakat dengan tingkat
perekonomian menengah ke atas sudah menganyam pendidikan di perguruan
tinggi baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu ada juga yang
menganyam pendidikan setara diploma (diploma satu atau diploma tiga) di
berbagai bidang, seperti misalnya ekonomi atau managemen, komputer, bahasa
inggris dan lainnya. Bagi yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi biasanya akan mencari pekrjaan atau merantau ke luar kota
seperti Jakarta, Batam, Pakanbaru dan kota-kota lainnya. Jika dilihat dari jumlah
penduduknya maka dapat dituliskan sebagai berikut: tidak tamat SD 150 jiwa,
tamat SD 500 jiwa, tamat SMP 475 jiwa, Sarjana 200 jiwa (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa Surbakti)
2.3.5 Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian
Sebagai masyarakat yang hidup dan sudah menetap di sebuah desa yang
sudah memiliki akses keluar dengan beberapa kota seperti Berastagi, Kabanjahe,
Medan dan juga kota-kota besar lainnya masyarakat desa Surbakti berpeluang
untuk mengembangkan usaha di berbagai bidang baik dalam bidang perdagangan,
perndidikan, kesehatan dan terutama dalam bidang pertanian. Keadaan ini
membuat sistem mata pencarian mereka juga beragam, akan tetapi masyarakat
desa surbakti umumnya bematapencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh
keadaan alam dan lahan yang subur dan juga tersedianya lahan yang cukup untuk
bercocok tanam, baik itu tanaman muda dan juga tanaman tua. Contoh Tanaman
muda yang biasa ditanam oleh para petani di desa surbakti adalah tomat, kol,
buncis, kentang, jagung, padi dan lain sebagainya, dan untuk tanaman tuanya para
petani di desa Surbakti umumnya menanam tanaman kopi dan jeruk di ladang
mereka, dan desa surbakti terkenal dengan tanaman jeruknya yang berbuah manis
dan besar. Hasil dari tanaman muda dan tanaman tua ini biasanya dikirim ke kotakota besar seperti Batam, Bandung, Medan, Jakarta dan kota-kota lainnya.
Selebihnya ada juga yang bekerja sebagai pedagang yang berjualan di
pasar-pasar tradisional dengan berbagai dagangan untuk keperluan sehari-hari.
Ada yang berjualan kain di pusat-pusat perbelanjaan. Ada jugayang membuka
warung atau kede kelontong di rumah mereka. Disamping itu ada juga yang
berkerja sebagai karyawan di perusahaan-perusahaan swasta atau pabrik dan
sebagian kecil ada juga yang menduduki jabatan-jabatan penting di kantor-kantor
pemerintahan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Berikut adalah data mata
pencaharian masyarakat di desa Surbakti: 870 jiwa adalah petani, 55 jiwa PNS
TNI/POLRI, 125 jiwa wiraswasta(pedagang, karyawan dan lain-lain).
Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat perkonomian
masyarakat desa Surbakti masih pada tahan menengah ke bawah. Walaupun ada
juga kalangan dengan kemampuan ekonomi yang cukup tinggi belum bisa
dikatakan tingkat perekonomian di desa surbakti pada tahan menengah ke atas
karena jika dilihat dari jumlah keseluruhan kalangan dengan kemampuan ekonomi
dilihat dari data statistik maka dapat dituliskan dari 632 Kepala keluarga(KK)
sebanyak 150 KK adalah golongan kaya/sejahtera, 305 adalah golongan
menengah, dan 177 KK adalah golongan kurang mampu(Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa Surbakti 2010-2014).
2.4 Sistem Kesenian Masyarakat Desa Surbakti
Kesenian yang paling disukai oleh warga Surbakti dulunya adalah taritarian khas adat Karo seperti tari lima serangkai, dikkar(tari pencak silat Karo),
namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik keyboard
dan musik-musik modern lainnya. Kelompok- kelompok kesenian tradisional
tampak mulai hilang kegiatannya.
Dari wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring(pimpinan
Nazareth Musik Tiup) sekitar pada tahun 1965 alat-alat musik brash sudah masuk
ke desa Surbakti yang dibawa oleh misionaris berkebangsaan Jerman. awalnya
alat musik ini digunakan sebagai pengiring ibadah khususnya dalam lembaga
gereja GBKP, dan dimainkan oleh para misionaris itu sendiri, yang seiring waktu
mereka mengajari warga desa yang sekaligus adalah anggota gereja untuk
memainkan alat-alat musik brash tersebut yang terdiri dari terompet, horn, tuba,
sopran, alto. Dari sinilah awal cikal bakalnya terbentuk Nazareth Musik Tiup
yang sampai saat ini masih bertahan dan sudah mengalami dinamika baik dari segi
instumentnya dan juga fungsinya.
BAB III
DINAMIKA INSTRUMENT,PENGGUNAAN DAN FUNGSI NAZARETH
MUIK TIUP DALAM UPACARA ADAT MASYARAKAT KARO
Pada bagian ini pembahasan akan dilanjutkan dengan sejarah dan
perkembangan ensambel musik tiup di Karo. Berbicara mengenai sejarah dan
perkembangan ensambel musik tiup pasti tidak terlepas dari sejarah dan
perkembangannya di daerah asal musik tiup tersebut atau tepatnya di desa
Surbakti dan sekitarnya. Akan tetapi dalam tulisan ini penulis tidak akan
menguraikan hal ini secara terperinci. Penulis akan lebih memfokuskan
pembahasan pada sejarah dan perkembangan musik tiup di Kabupaten Karo,
penggunaan musik tiup dalam Masyarakat Karo baik itu dalam upacara kematian,
upacara perkawinan, perubahan insmentasi pada Nazareth Musik Tiup, sistem
perekrutan anggota, keberadaan Nazareth Musik Tiup, Sistem pembelajaran dan
proses latihan, keberadaan alat-alat musik atau instrument dari Nazareth Musik
Tiup saat ini dan yang terakhir bagaimana managemen pertunjukan dari Nazareth
Musik Tiup.
3.1 Sejarah Dan Perkembangan Musik Tiup Di Kabupaten Karo
Berbicara dengan sejarah dan perkembangan musik tiup di Kabupaten
Karo tidak bisa terlepas dari kaitan sejarah dan perkembangan Gereja Batak Karo
Protestan(GBKP) yang merupakan awal cikal bakal terbentuknya Nazareth Musik
Tiup yang diteliti oleh penulis.
Di dalam buku ‘Sejarah GBKP Klasis Kabanjahe’ 1941 -2005 yang ditulis
oleh Dk.Em. P. Sinuraya ( 18 April 2004 :1-2)
Pada saat injil datang ke Tanah Karo (18 april 1890) Kota kabanjahe
masih terisolasi dari dunia luar, namun masyarakat kabanjahe telah
berulang kali dikunjungi oleh para misionaris NZG (netherland Zending
Genoschaap) seperti Pdt.H.C.Kryut, Pdt.J.Kwijngaarden, Pdt.M.Joustra
dan Pdt.Hendrik Guillaume. Pada tanggal 10 april 1905 Pdt. E.J.Van den
berg mulai menetap di kabanjahe. Beliau mendirikan rumah sekolah di
Kabanjahe dan di desa Bukit. Beliau memasang lonceng gereja di
rumahnya dan membunyikannya setiap hari minggu walaupun gedung
gereja belum ada. Beliau juga membangun kamar obat di lau cimba
Kabanjahe. Pada tanggal 20 September 1920 kamar obat itu berkembang
menjadi Rumah Sakit bataksche instituut di Gung Leto Kabanjahe. Beliau
juga membangun pemukiman para penderita kusta di Lau Simomo pada
tangal 25 Agustus 1906.
Setelah sarana jalan Medan-Kabanjahe dibuka tahun 1907,
perkembangan Injil dikabanjahe semakin pesat. Sekolah-sekolah dibuka
termasuk sekolah kweek school Raya, sekolah pertukangan bataksche
timmer winkel, sekolah pertanian (sayur mayur ) yang kesemuanya itu
membangun masyarakat Karo seara umum dan masyarakat kabanjahe pada
khususnya.
Sampai pada tahn 1909 di Kabanjahe dan desa-desa sekitarnya
NZG telah mendirikan delapan buah sekolah dengan murid 708 orang
yaitu di:
1. Desa Kabanjahe
2. Desa Bukit
3. Desa Dokan
4. Desa Lingga
5. Desa Cingkes
6. Desa Naman
7. Desa Berastagi
8. Desa Barusjahe
Pada kedelapan Desa tersebut telah berdiri jemaat. Jumlah anggota jemaat
keseluruhan sebanyak 101 orang. Lima tahun kemudian tepatnya pada
tahun 1914 jumlah anggota jemaat Kabanjahe dan sekitarnya bertambah
menjadi 451 orang.
Kemajuan ini disambut oleh masyarakat dengan gembira. Banyak tokohtokoh masyarakat Karo terutama para Raja-raja dan Sibayak dibabtis yang
diikuti pula oleh masyarakat ramai. Perkembangan jemaat sangat pesat
sehingga daerah pelayanan ini diberi nama ressort kabanjahe
berkedudukan di Kabanjahe terpisah dari ressort Dusun berkedudukan di
Sibolangit.
Dengan
kedatangan
Pdt.L.Bodaan,
Pdt.J.P.Talens,
Pdt.H.G.Van Eelen, Pdt.F.J.Jens dan lain-lain dibuka pula Ressort
Serdang, Ressort Sarinembah dan Ressort Barusjahe. Dengan demikian
Ressort Dusun dan Ressort Serdang ditetapkan menjadi satu Klasis yang
dinamai Klasis Karo Jahe berkedudukan di Sibolangit. Ressort Sarinembah
, Ressort Barusjahe serta Ressort Kabanjahe ditetapkan menjadi satu klasis
juga yang dinamai Klasis Karo Gugung berkedudukan di Kabanjahe.
Dengan demikian posisi Buluhawar sebagai pusat penginjilan teah
bergeser ke Kabanjahe.
Pada sekitaran tahun 1965 Para misionaris berkebangsaan Jerman datang
ke tanah Karo untuk menyebarkan injil, Kedatangan para misionaris ini
menyebabkan terjadinya kontak kebudayaan. Kontak kebudayaan ini terjadi
karena selain melaksanakan misinya para misionaris juga turut membawa dan
mengembangkan kebudayaan mereka ke tanah Karo. Salah satu hasil kebudayaan
mereka itu adalah musik tiup.
Kehadiran para misionaris di tanah Karo cukup berpengaruh tarhadap
kehidupan masyarakat Karo pada waktu itu. Sebelum kedatangan para misionaris
ini mereka tidak memiliki/menganut agama tertentu. Mereka hanya menganut
aliran kepercayaan tertentu. Kemudian setelah kedatangan para misionaris ini,
walaupun dalam jangka waktu cukup lama , mereka mulai memeluk agama
Kristen. Mereka juga melakukan ibadah-ibadah di tempat khusus yang kemudian
disebut gereja.
Dari hasil wawancara dengan istri Alm Pt.Em.Yohanes Sembiring
(pimpinan dari Nazareth Musik Tiup yang pertama) Pada tanggal 23 maret 2013
di kediaman beliau di Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang IV Kabupaten
Karo beliau mengatakan bahwa Penggunaan dari ensambel musik tiup sendiri
diawali dengan penggunaannya sebagai musik pengiring dalam ibadah yang
diadakan oleh masyarakat Karo di desa Surbakti yang sudah mulai menganut
agama Kristen dan terkhususnya yang sudah menjadi anggota jemaat GBKP yaitu
pada sekitaran tahun 1965.
Selain di desa Surbakti awal penggunaan ensambel musik tiup ini juga
terdapat pada beberapa kota dan juga desa lainnya, hal tersebut bisa dilihat dari
adanya alat yang diterima dari para misionaris jerman tersebut seperti beberapa
contoh kota dan desa berikut ini:
1.
Kabanjahe,
2.
Berastagi,
3.
Tiga nderket,
4.
dan Surbakti
keseluruhan daerah tersebut pada awalnya menggunaan ensambel musik
tiup tersebut sebagai pengiring ibadah minggu di gereja GBKP. Terkhususnya di
desa Surbakti (tempat awal terbentuknya Nazareth Musik) menerima sumbangan
ensambel musik tiup dari para misionaris jerman tersebut yang terdiri dari ;
1. Terompet,
2. Horn,
3. Tuba,
4. Sopran
5. dan Alto
yang keseluruhan instrument ini berjumlah delapan buah alat musik tiup.
dari hasil wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring (pimpinan
Nazareth Musik Tiup) pada tanggal 9 maret 2013 keseluruhan alat tersebut masih
digunakan sampai saat ini walaupun ada beberapa yang sudah rusak tetapi tetap
diperbaiki dan masih tetap dimainkan sampai saat ini. Dari beberapa group yang
ada di tanah Karo sampai saat ini Nazareth Musik Tiup merupakan salah satu grup
yang mengalami perubahan dan perkembangan secara instrument, penggunaan
dan fungsinya dan tetap eksis sampai dengan saat ini. Daerah- daerah lain yang
juga menerima alat tersebut ada yang masih menggunakannya dan ada yang tidak
memakainya lagi.
3.2 Penggunaan Musik Tiup Dalam Masyarakat Karo
Seperti yang sudah di paparkan oleh penulis pada bab sebelumnya pada
awalnya musik tiup digunakan hanya sebagai pengiring ibadah minggu di gereja.
Dan dewasa ini
penggunaan dari musik tiup tersebut telah mengalami
perkembangan, musik tiup tidak hanya dimainkan sebagai pengiring ibadah
mingguan tetapi juga sudah menjadi bagaian dari beberapa acara adat seperti
upacara kematian, upacara perkawinan dan juga acara-acara lainya yang sebagian
besar konsumennya beragama Kristen. Untuk Melihat bagaimana perkembangan
dari segi penggunaan dan fungsi dari Nazareth Musik Tiup ini maka penulis
membaginya ke dalam beberapa upacara adat seperti yang kan dipaparkan lebih
terperinci dalam kegiatan atau upacara adat seperti di bawah ini yang secara
langsung penulis terlibat dan menyaksikan secara langsung penggunaan dan
fungsi dari Nazareth Musik Tiup tersebut.
3.3.1 Penggunaan Nazareth Musik Tiup Dalam Upacara Kematian.
Tepat pada tanggal 19 maret 2013 mulai pada pukul 9.00 wib penulis
sudah berada di jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi dengan tujuan
melakukan observasi langsung dengan Nazareth Musik Tiup dalam upacara
kematian yang bernama Kontan br Karo. Dimana Nazareth Musik Tiup bertugas
sebagai pengiring dalam beberapa lagu dan juga beberapa moment yang sudah
diaturkan oleh protokol, inilah personil dari Nazareth Musik Tiup dalam upacara
ibu Kontan Br Karo. Personil dari Nazareth Musik Tiup ini terdiri dari Pt. Iswanta
Sembiring sebagai pimpinan (Alto saxophone), Julius Ginting (Horn), Pilus
ginting (Trombone), Drs. Samion pinem (Sopran saxophone), Dani Irvanta
Sembiring (keyboard), Mejontianus Surbakti(guitar bass), dan Pt. Markus
surbakti(Drum).
Dari informasi dari salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang bernama
Julius Ginting, sebelum jenazah ibu Kontan br Karo dibawa kejambur dimana
jenazahnya masih berada dirumah kediamannya, Nazareth Musik Tiup sudah
diundang untuk mengiringi beberapa lagu di dalam acara ngapuli (pemberian kata
penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan) dimana dalam acara tersebut juga
diadakan kebaktian singkat dari Lemba Gereja Batak Karo Protestan(GBKP)
karena yang meninggal tersebut merupakan anggota jemaat dari lembaga Gereja
tersebut sebelum besok paginya pada tangal 19 maret 2013 jenazah dibawa ke
jambur untuk diadati dimana penulis turut langsung menyaksikan acara adat
tersebut.
Pada tanggal 19 maret 2013 jenazah dibawa ke jambur serbaguna GBKP
jalan udara Berastagi diadakanlah proses jalannya adat, selain Nazareth Musik
Tiup ada juga pemusik tradisional Karo yaitu gendang lima sendalanan sebagai
pengiring jalannya upacara adat cawir metua tersebut. Kedua Musik pengiring inii
pun dibagi tugasnya oleh Protokol acara, tugas dari gendang lima sendalanen
sendiri adalah untuk mengiringi sangkep ngeluh seperti kalimbubu, sukut, anak
beru, runggun gereja dan juga rekan-rekan kerja dari anak yang meninggal
tersebut dalam memberikan kata-kata turut berduka cita atau turut berbela
sungkawa dari mereka, Setelah selesai maka meraka dipersilahkan untuk kembali
ke tempat duduk masing-masing dan protokol meminta Nazareth untuk
memainkan beberapa reportoar lagu, baik lagu gereja maupun lagu pop sehingga
suasana terkesan lebih hikmah. Protokol juga memberikan waktu jika ada hadirin
yang mau bernyanyi untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan dan diiringi
langsung oleh Nazareth Musik Tiup.
Pada pukul 12.40 Wib saat makan siang bersama di jambur Nazareth
Musik Tiup juga bertugas untuk memainkan beberapa lagu baik lagu gereja
maupun lagu pop untuk menghibur semua hadirin yang hadir dan sedang
menikmati makan siang mereka.
Pada Pukul 16.15 wib setelah semua acara dan keseluruhan dari sangkep
ngeluh memberikan kata turut berduka cita mereka maka upacara adat cawir
metua pun berakhir . Sebelum jenazah dibawa ke kuburan acara selanjutnya
diserahkan kepada pihak lembaga gereja GBKP yang dipimpin oleh seorang
pendeta dan diadakanlah kebaktian singkat sesuai dengan liturgi penguburan yang
ada di GBKP. Disinilah Peran dari Nazareth Musik Tiup secara keseluruhan untuk
mengiringi lagu kitap ende-enden(buku lagu puji-pujian yang ada di
GBKP)dimana lagu-lagu ini diilih langsung oleh pendeta yamg memimpn
kebaktian tersebut. Setelah kebakttian peti jenazah pun ditutup dan diangkut ke
mobil jenazah untuk diantarkan ke kuburan yang letaknya sekitar 1 KM dari
jambur serbaguna GBKP jalan udara Berastagi. Saat mobil jenazah melaju
Nazareth Musik Tiup tepat berada di belakang mobil jenazah tersebut dengan
menaiki sebuah mobil pick up agar mereka tetap bisa memainkan lagu-lagu gereja
dengan leluasa sampai mereka tiba di lokasi penguburan.
Pada pukul 18.00 Wib jenazah pun dimakamkan dan diakan kebaktian
yang terakhir sekaligus acara tabur bunga yang dipimpin oleh pendeta dengan
musik pengiring Nazareth Musik Tiup tetap memaikan lagu-lagu gereja sampai
kebaktian selesai dan semua pihak keluarga dan juga kerabat-kerabat dekat
meninggalka kuburan tersebut. Dari keseluruhan lagu dan juga poto-poto
dokumentasi dari awal acara sampai akhir direkam dan difoto sendiri oleh penulis
menggunakan blackberry 9300 dan camera canon EOS 600D
Pemain Nazareth Musik Tiup ini terdari dari :
1.
Pt.Iswanta Pelawi sebagai pimpinan (saxophonne)
2.
Julius Ginting Pemain (horn)
3.
Pilus ginting pemain ( Alto)
4.
Drs.samion pinem pemain(sopran)
5.
Dani irvanta Pelawi pemain (keyboard )
6.
Mejontianus Surbakti pemain (guitar bass)
7.
Pt.Markus Surbakti pemain (drum).
Gambar 01.
Personil Nazareth Musik Tiup pada salah satu upacara kematian dii
jambur Serbaguna GBKP Berastagi pada tanggal 19 Maret 2013.
Dokumentasi Penulis
Selain sebagai pengiring dalam upacara kematian, Biasanya Nazareth
Musik Tiup ini juga berperan sebgai pengiring dalam acara ngapuli ( pemberian
kata penghiburan dari keluarga yang ditinggal ) dimana jenazah dari orang yang
meninggal masih berada dikediamannya. Dalam acara ini biasanya diadakan
kebaktian singkat yang diikuti oleh kerabat dan juga anggota
gereja yang
biasanya komposisi lagu yang dibawakan adalah lagu dari kitap ende-enden,
penambahen ende-enden dan juga kidung pujian berikut merupakan beberapa
contoh judul lagu yang biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup
1.
Ola kel lupaken aku ( kitap ende-enden no 190 )
2.
Perlawesku kempak pardis ( kitap ende-enden no 74 )
3.
Rembak ras kam Tuhan ( kitap ende-enden no 160 )
4.
Perkuah ate Simbelin ( kitap ende-enden no 212 )
5.
Ernalem gelah man Yesus ( kitap ende-enden no 202 )
6.
O Tuhanku babai min dalinku ( kitap ende-enden no 200 )
7.
Segedang gedang geluhku ( kitap ende-enden no 181 )
8.
Bas ia ngenca lit kepe ( kitap ende-enden no 165 )
9.
Ise kin ndia temanta ( kitap ende-enden no 98 )
10. Tuhan yesus Si permakan ( kitap ende-enden )
11. Perlawesku kempak pardis ( kitap ende-enden no 74 )
12. Kulebenndu Dibatangku (kitap ende-enden no 76 )
13. Di reh kenca percuban ( penambahen ende-enden no 10 )
14. Adi kuidah ampar bintang terang (penambahen ende-enden no 51 )
15. Kegluhen doni Tuhan singaturkenca (penambahen ende-enden no
68)
16. Saya mau iring Yesus ( kidung pujian )
17. Kumau Cinta Yesus ( kidung pujian)
Biasanya setelah mereka menyanyikan lagu-lagu pujian tersebut dan
selesainya ibadah singkat yang dilakukan maka pihak keluarga biasanya meminta
Nazareth Musik Tiup untuk mengiringi beberapa lagu Pop yang berjudul ‘ayah’
apabila yang meninggal tersebut adalah laki-laki. Lagu ini cukup populer
dikalangan industri musik pop yang dibawakan oleh the mercy’s dan jika yang
meninggal tersebut adalah perempuan maka pihak keluarga yang meninggal
meminta Nazareth Musik Tiup untuk membawakan lagu yang berjudul
‘mama’.lagu ini juga cukup populer dikalangan industri musik pop di tanah air
yang dibawakan oleh Eddy Silitonga.
Dari fakta lapangan yang didapat diatas maka penulis melihat beberapa
perubahan dan perkembangan fungsi dari Nazareth Musik Tiup ini sendiri. Yaitu
bagaimana mereka tidak hanya sebagai pengiring dalam kebaktian singkat yang
dilakukan tetapi selepas setelah itu juga mereka tetap melayani pihak keluarga
yang ingin bernyanyi walaupun lagu-lagu yang mereka minta untuk dibawakan
tidak hanya lagu gereja saja.
Beberapa fakta lagi yang ditemukan dilapangan oleh penulis Setelah
jenazah dibawa ke jambur untuk mengadakan proses jalannya adat, biasanya tidak
hanya
Nazareth Musik Tiup saja yang menjadi musik pengiring
jalannya
upacara adat tetapi ada juga pemusik tradisional Karo yaitu gendang
lima
sendalanen sebagai pengiring jalannya upacara adat cawir metua tersebut
walaupun untuk beberapa upacara kematian Nazareth Musik Tiup ini bertugas
sepenenuhnya sebagai pengiring jalannya acara.
Biasanya tugas dari gendang lima sendalen ini adalah untuk mengiringi
pihak sangkep ngeluh seperti kalimbubu,sukut,anak beru,runggun gereja dan juga
rekan-rekan kerja dari anak yang meninggal tersebut dalam memberikan katakata turut berduka cita dan turut berbela sungkawa. Setelah mereka selesai dalam
memberikan kata- katanya mereka dipersilahkan untuk duduk ke tempat masingmasing.
Biasanya Sekitar pada pukul 12.40 wib tiba saatnya untuk makan siang
bersama dijambur.. Pada saat acara makan siang tersebut Nazareth Musik Tiup
diminta untuk mengiringi beberapa lagu yang dimintakan oleh kerabat-kerabat
dekat dan juga rekan-rekan dari almarhum menyanyikan beberapa lagu yang
biasanya diiringi oleh Nazareth Musik Tiup seperti beberapa contoh lagu
1.
Nikita yang berjudul ‘Di Doa Ibuku Namaku Disebut,
2.
Nande
3.
Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden No 10 )
4.
Saya Mau Iring Yesus ( Kidung Pujian )
5.
Ola Kel Lupaken Aku ( Kitap Ende-enden no 190 )
Seiring dengan berjalannya waktu dan setelah semua sangkep ngeluh dari
orang yang meninggal tersebut memberikan kata turut berduka citannya maka
upacara adat cawir metua pun berakhir. Sebelum dibawa ke kuburan maka acara
pun diserah kan ke pihak gereja GBKP yang dipimpin oleh seorang pendeta, maka
diadakanlah kebaktian singkat sesuai dengan proses liturgi penguburan yang ada
di ruang lingkup GBKP. Disinilah peran dari Nazareth Musik Tiup secara
keseluruhan untuk mengiringi lagu-lagu kitap ende-enden (buku lagu puji-pujian
yang ada di GBKP) dan juga beberapa lagu rohani seperti lagu :
1.
O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no
95)
2.
Hati sebagai hamba ( Kidung Pujian )
3.
Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden no 10 )
4.
Perlawesku Kempak Pardis (Kitap Ende-enden no 74 )
Setelah kebaktian selesai, peti jenazah pun ditutup dan diangkut ke mobil
jenazah untuk diantarken ke kuburan. Saat mobil jenazah mulai melaju Nazareth
Musik Tiup tepat berada dibelakang mobil jenazah tersebut dengan menaikii
sebuah mobil pick up agar mereka tetap bisa memainkan lagu-lagu gereja dengan
leluasa, mereka tetap memainkan lagu-lagu gereja di sepanjang jalan sampai
jenazah tiba di lokasi penguburan.
Biasanya Sekitar pada pukul 18.00 wib jenazah pun dimakamkan dan
diadakan kebaktian singkat oleh pendeta sekaligus acara tabur bunga yang
dipimpin oleh pendeta dan Nazareth Musik tetap membawakan lagu-lagu gereja
seperti lagu KEE(kitap ende enden) maupun PEE(penambahen ende-enden) yang
berjudul:
1.
Enggo Me Talu Kematen, ( Kitap Ende-enden no 128 )
2.
Tetapkenlah Ukurta ( Kitap Ende-enden no 75 )
3.
O Tuhanku kam Kap Permakanku ( Penambahen Ende-enden no
95)
4.
Kam sinjayam ngeluhku
5.
Tuhan Dibata Sinemani ( Penambahen Ende-enden no 115 )
6.
dan lagu terakhir mereka ‘perkuah ate simbelin’ ( Kitap Endeenden no 212 )
Sampai kebaktian selesai dan semua pihak keluarga dan kerabat-kerabat
dekat mulai meninggalkan kuburan tersebut. Dari keseluruhan lagu dalam acara
sampai akhir upacara ini sudah direkam oleh penulis sendiri baik dalam bentuk
audio maupn vidio menggunakan blackberry 9300 dan camera Canon Eos 600D
Penulis mendapat info dari Pt.Iswanta Pelawi bahwa dalam seminggu
mereka biasanya mendapat panggilan minimal sekali dalam seminggu dan dan
maksimalnya mereka bisa bermain full dalam seminggu ( setiap hari mereka
keluar untuk melayani permintaan ).
Dari info tersebut penulis beransumsi bahwa secara pandangan masyarakat
Karo khususnya masyarakat Karo yang beragama kristen.Nazareth Musik Tiup
bisa dikatakan cukup exsis dan diminati karena setiap minggunya mereka selalu
ada panggilan untuk mengiringi acara-acara adat yang kebanyakan adalah upacara
adat kematian.
Untuk memastikan hal tersebut maka Pada tanggal 20 maret 2013 penulis
sekali turut serta dalam Nazareth Musik untuk mengadakan observasi lebih lanjut
yaitu dalam upacara kematian Pt.em.Menang tarigan, yang diadakan di jambur
desa Jandi Meriah kecamatan Tiga Nderket.
Secara konsep dan pemilihan lagu-lagu untuk dibawakan, secara pola
permainan dan juga penempatan kapan mereka untuk mengisi dan terlibat ke
dalam upacara kematian tersebut Nazareth Musik Tiup tidak banyak mengalami
perubahan bahkan nyaris sama dengan sehari sebelumnya di jambur serbaguna
jalan udara Berastagi yang penulis terlibat langsung dalam mengikuti upacara
kematian tersebut. Berikut beberapa contoh
lagu yang direkam oleh penulis
sendiri pada upacara cawir metua Pt.em Menang Tarigan
1.
Di Reh Kenca Percuban ( Penambahen Ende-enden no 10 )
2.
Saya Mau Iring Yesus ( Kidung Pujian )
3.
Siapakah Aku Ini Tuhan ( Kidung Pujian )
4.
Adi Kuidah Ampar Bintang Terang ( Penambahen Ende-enden no
51 )
Pada proses adat yang sudah diaturkan oleh protokol acara mereka hanya
membawakan beberapa lagu saja karena setelah proses acara adat cawir metua
selesai dilaksakan masih ada acara kebaktian proses penguburan yang jenazah dari
Pt.em Menang tarigan tersebut dibawa ke gereja GBKP jandi meriah. Hal ini
dilaksakan karena orang yang meninggal tersebut merupakan seorang Pertua
emeritus di dalam GBKP gelar tersebut didapat dari proses pemilihan oleh jemaat
sebagai pelayan di dalam gereja dan telah terpilih sebanyak lima kali periode,
yang satu periodenya waktunya adalah 5 tahun, jadi bisa dikaakan secara singkat
beliau telah melayani lebih dari 25 tahun di dalam lembaga GBKP. Dalam acara
kebaktian ini Nazareth Musik berperan penuh untuk mengiringi lagu-lagu gereja
yang sudah diatur oleh pendeta yang memimpin kebaktian dalam gereja tersebut
mereka membawakan beberapa lagu KEE ( Kitab Eende-Enden ) dan PEE(
Penambahen Ende-Enden ) yang berjudul
1.
Kulebenndu Dibatangku ( Kitap Ende-enden no 76 )
2.
Tetapkenlah Ukurta ( Kitap Ende-enden no 75 )
3.
Kegeluhen Doni Tuhan Singaturkenca ( Penambahen Ende-enden
no 68 )
4.
Man Bandu Raja Gereja ( Penambahen Ende-enden no 85 )
Setelah acara kebaktian selesai maka proses pemakaman pun tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya dimana Nazareth msuik tiup menghantarkan jenazah
sampai di kuburan dan sampai acara tabur bunga selesai dan pihak keluarga mulai
meninggalkan kuburan.
3.3.2 Pengunaan Nazareth Musik Tiup dalam Upacara Perkawinan
Selain digunakan dalam upacara kematian, Nazareth Musik Tiup juga
digunakan dalam upacara perkawinan atau lebih tepatnya dikatakan upacara
pemberkatan karena proses ini terjadi di gereja yang dipimpin oleh seorang
pendeta dalam ruang lingkup GBKP pada khususnya.
Secara singkat kronologis dari upacara pemberkatan ini dimulai dari rumah
pihak mempelai wanita yang sebentar lagi akan menuju ke gereja untuk upacara
pemberkatan. Mereka berjalan kaki dari rumah pihak mempelai wanita menuju
gereja yang jaraknya tidak terlalu jauh. Nazareth Musik Tiup meminpin barisan
paling depan dengan memainkan beberapa lagu rohani dan dari belakang diikuti
oleh pengantin, pihak keluarga, dan juga beberapa petugas gereja. Sesampainya di
gereja Nazareth Musik Tiup pun membawakan beberapa lagu pemberkatan yang
sudah diaturkan terlebih dahulu oleh pihak gereja dan juga pendeta
3.4 Perubahan Instrumentasi Nazaret Musik Tiup
Di dalam perjalanan aktifitas musiknya, Nazaret musik tiup telah
mengalami perkembangan dan perubahan dari segi instrumentasi.
Pada tahun 1967 : Misionaris berkebangsaan Jerman menyerahkan
beberapa alat musik Brash kepada masyarakat Desa surbakti dan beberapa desa
yang lain seperti :Kabanjahe kota, Tanjung barus dan Tiga nderket yang
berjumlah 8 buah yaitu :
1.
terompet,
2.
horn,
3.
tuba,
4.
sopran
5.
dan alto.
Dari sinilah muncul ide dari masyarakat Surbakti untuk membentuk suatu
grup yang bertujuan untuk memberikan pelayanan di Gereja maka terbentuklah
grup musik tiup Surbakti pertama yang dipimpin oleh
Pt.em.Drs.Yohannes
Sembiring.
Grup musik tiup generasi pertama memulai aktifitasnya pada tahun 1967
sampai tahun 1980. Selain melakukan pelayanan rutin setiap minggu di gereja,
grup ini juga melakukan aktifitas musiknya dalam acara pernikahan (pasu-pasu)
yang dilakukan di gereja. Generasi pertama ini berangotakan :
1.
Pt.em.Drs Yohannes Sembiring
2.
Pt.Japorman Sinaga
3.
Hesron Purba
4.
Edison Surbakti
5.
Eliakim Surbakti
6.
David Ginting
7.
Eden Ginting
8.
Bebas Sitepu
9.
Penerangen Sitepu
Pada tahun 1980 akhir, musik tiup Surbakti generasi pertama ini mulai
vakum, di karenakan oleh faktor kesibukan dari setiap anggotanya.
Pada tahun 1985, terbentuklah grup musik tiup Surbakti generasi kedua
yang di pimpin oleh bapak Iswanta Sembiring. Grup ini pun mulai aktif kembali
dalam melayani acara gereja, pernikahan dan kematian dengan alat istrument ;
terompet, horn, tuba, sopran dan alto. Seiring dengan perjalanan aktifitas
musiknya, Pt.Iswanta Sembiring merasa perlu untuk menambahkan alat musik lain
kedalam bentuk musik tiup mereka dengan menambahkan alat musik drum
dengan tujuan untuk mengatur tempo permainan musik mereka maka pada tahun
1987 grop Musik Tiup Nazareth pun membeli seperangkat alat musik drum yang
digabungkan dengan musik brash lainnya seperti terompet, horn, tuba, sopran, dan
alto sehingga bertambahlah instrument mereka yaitu
1.
Terompet
2.
Horn
3.
Tuba
4.
Sopran
5.
Alto
6.
Drum
Disini bisa kita lihat bahwa Nazareth Musik Tiup telah mengalami
perkembangan secara instrument dan mereka tetap memakai nama musik tiup
sebagai suatu grup.
Kemudian pada tahun 1995, musik tiup toba datang ke tanah Karo secara
khusus untuk mengiringi acara kematian dengan konsep musiknya berasal dari
perbaduan alat instrumentasi seperti suling toba, tagading, drum, gitar Bass, dan
semua alat musik Brush seperti terompet, horn, tuba, sopran dan alto. Grup musik
toba ini mulai sering diundang oleh masyarakat Karo untuk mengiringi acara
kematian.
Melihat dari kemajuan grup musik toba ini, maka bapak Iswanta
Sembiring terinspirasi untuk menambah alat instrumennya sehingga pada tahun
1997 dilakukan penambahan alat musik berupa gitar bass yang digunakan untuk
menggantikan fungsi tuba. Hal ini dilakukan karena memiliki body yang besar
dan sulit dibawa disaat Nazareth Musik Tiup dipanggil untuk bermain dengan
jarak yang cukup jauh sehingga format instrument dari Nazareth Musik Tiup pun
mengalami perubahan yang dapat dituliskan secara ringkas sebagai berikut
1.
Terompet
2.
Horn
3.
Tuba Digantikan Oleh Gitar bass
4.
Sopran
5.
Alto
6.
Drum
Karena permintaaan yang Semakin bertambah dan Nazareth mulai dikenal
di kalangan GBKP pada awalnya mereka pun sering diundang untuk bermain dari
desa desa yang lain dan cukup eksis sampai saat ini karena mereka selalu
mendapatkan undangan untuk bermain sampai saat ini
Pada akhir tahun 1997, grup musik ini mengadakan pergelaran musik tiup
pertama di sentrum Kabanjahe yang bertujuan untuk menggalang dana untuk
kemajuan grup musik ini, dan pada tahun ini jugalah grup ini sepakat untuk
memberi nama Nazareth Musik Tiup.
Sejak terbentuknya nama baru grup mereka dan aktifnya kegiatan mereka
maka grup musik ini mulai melakukan aktifitasnya di luar desa Surbakti untuk
memenuhi panggilan dari konsumen. Berikut merupakan daerah-daerah yang
pernah menjadi tempt pelayanan mereka
1.
Gereja Pasar 2 yang beralamatkan Jalan Jamin Ginting Padang
bulan pasar 2 Medan
2.
Gereja KM 7 yang beralamatkan Jalan Jamin Ginting Simpang Pos
Medan,
3.
Gereja pokok mangga Medan yang beralamatkan Jalan Jamin
Ginting Simpang Simalingkar Medan
Seiring dengan perkembangan musik modern dan juga bertambahnya
permintaan dari konsumen untuk pelayanan musik tiup mereka maka grup musik
ini mulai berfikir untuk menambahkan alat
musik keyboard didalam
permainannya untuk mem back up bunyi dari instrument musik tiup yang kadang
suaranya tidak keluar dengan sempurna karena dipengaruhi oleh kondisi fisik
yang kurang fit atau kelalahan dari pemain yang meniupnya yang kelelahan.
Namun keterbatasan dana menghambat keinginan grup ini sehingga grup
ini berinisiatif untuk menyewa sebuah keyboard pada tahun 1998. Dengan suatu
konsep manajemen yang bisa dikatakan bagus dimana pimpinan dari Musik Tiup
Nazareth yaitu Pt.iswanta Sembiring mengadakan iuran dari honor yang diterima
setiap anggota setelah selesai mengadakan pelayanan musik tiup mereka akhirnya
pada tahun 2000 Keinginan grup musik ini untuk menambahkan keyboard pada
permainannya tercapai pada tahun 2000 dengan membeli sendiri alat musik
keyboard KN 2000 sehingga format instrumental pun mengalami penambahan lagi
yang dapat dituliskan secara singkat seperti berikut
1.
Terompet
2.
Horn
3.
Gitar bass
4.
Sopran
5.
Alto
6.
Drum
7.
Keyboard
Grup Nazareth Musik Tiup masih aktif hingga saat ini dengan struktur
anggotanya yaitu :
Pimpinan
: Pt.Iswanta Pelawi ( memainkan saxophone)
Anggota
:
1. Pilus Ginting ( memainkan Horn )
2. Pt. Markus Surbakti ( memainkan Terompet,drum )
Pada upacara kematian Pt.Markus surbakti bertugas ganda dimana saat acara
adat dia memainkan instrument drum dan ketika jenazah akan dimakamkan dia
pun membawa terompet untuk mengiringi jenazah sampai ke makamnya.
3. Julius Ginting ( memainkan Alto )
4. Dani Irfanta Pelawi ( memainkan Keyboard )
5. Mejon Tianus Surbakti ( memainkan guitar bass )
6. Drs. Samion Pinem ( memainkan Sopran )
3.5. Sistem Perekrutan Anggota
Di dalam sebuah grup yang ingin dibentuk pasti ada cara-cara bagaimana
grup ini mendapatkan personil dan personil tersebut mau bergabung dengan grup
mereka. Sama halnya dengan Nazareth Musik Tiup. Dalam pembahasan ini
penulis juga sempat melakukan wawancara dengan bagaimana Nazareth Musik
Tiup terbentuk dan bagaimana cara Nazareth Musik Tiup mendapatkan personil.
Sistem perekrutan anggota Nazareth Musik Tiup yaitu ada beberapa yang masih
memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat, ada juga yang menawarkan
diri untuk bergabung dengan grup ini, dan ada juga yang direkrut berdasarkan
latar belakang kemampuan musikal mereka sebagai contoh pak Samion Pinem
yang memiliki latarbelakang pendidikan musik yang merupakan lulusan ISI
Yogyakarta. Dari ketiga latar belakang sistem perekrutan inilah Nazareth musik
Tiup merekrut anggota mereka
3.6 Keberadaan
Sebahagian besar personil dari Nazareth Musik Tiup bertempat tinggal di
Desa Surbakti. Di Desa inilah pertama kalinya mereka mengapresiasikan diri
hingga terbentuknya Nazareth Musik Tiup yang tepatannya berada di rumah
pimpinan dari Nazareth Musik Tiup yaitu pak Iswanta Sembiring yang sampai ini
merupakan sekertariat sekaligus menjadi tempat latihan rutin.
Gambar 3.1:
Rumah Kediaman Pak Iswanta Sembiring
Dokumentasi Penulis
Selain beraktivitas musik dalam grup Nazareth masing masing dari
personil
Nazareth Musik Tiup juga memiliki aktivitas lain
yang mayoritas
bertani sebagai pekerjaan utamanya. Artinya mereka tidak diwajibkan untuk
mengabdi di Nazareth Musik Tiup saja tetapi boleh cari rezeki di tempat lain.
Yang penting niat untuk meneruskan dan membangun Nazareth Musik Tiup harus
dihidupkan terus.
3.7 Sistem Pembelajaran dan Proses Latihan
Dalam kelompok musik Nazareth Musik Tiup ini, sebagian besar belajar
di dalam grup, sebagian besar belajar secara otodidak dan ada juga yang belajar
secara formal.
Pak Iswanta Sembiring merupakan arranger dan pimpinan
Nazareth Musik Tiup. Meskipun bertindak sebgai arranger pak Iswanta Sembiring
masih menerapkan sistem demokrasi sebab anggota sering juga dipercayakan
untuk mengarasemen musik-musik yang akan mereka bawakan.
Pak Iswanta juga menambahkan bahwa semua personil Marsada adalah
orang-orang yang memang memiliki bakat dalam membuat sebuah komposisi
musik, Dari wawancara yang pernah dilakukan , penulis menyimpulkan dengan
jelas bahwa cita rasa musik dan lagu yang dipilih sebelum dibawakan dalam
berbagai acara sudah didiskusikan dan dimusyawarahkan di antara sesama
personil Nazareth Musik Tiup. Jadi mereka percaya bahwa masalah cita rasa
estetika musikal sudah bisa diwakili oleh para personil grup musik ini.
3.8 Alat-alat Musik Nazareth Musik Tiup
Alat-alat musik dari Nazareth terdiri dari Horn, Guitar bass, Tuba,
trombone, keyboard, Drum, saxophone, saxophone sopran
Gambar 3.2:
Salah satu Personil Nazareth Musik tiup yang memaikan Horn pada salah
satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe pada tanggal 26
juli 2013.
Dokumentasi penulis
Gambar 3.3.
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Guitar
Bass pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur
Kabanjahe pada tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 3.4:
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Tuba pada
salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe pada
tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 5:
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Trombone
pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe
pada tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 6 :
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Keyboard
pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe
pada tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 7 :
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Drum pada
salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe pada
tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 8 :
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Alto
Saxophone pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur
Kabanjahe pada tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi Penulis
Gambar 9 :
Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Sopran
saxophone pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur
Kabanjahe pada tanggal 26 juli 2013.
Dokumentasi penulis
Semua alat musik ini selalu digunakan oleh Nazareth Musik tiup dalam
bermusik.
3.9 Manajemen Pertunjukan
Dari sisi manajemen, menurut Dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Bandung, Dadang Suganda, di negara-negara Barat, organisasi kesenian ditangani
secara lebih profesional dengan adanya pemisahan antara manajer yang
bertanggung jawab di bidang artistik dan di bidang nonartistik. Sedangkan di
Indonesia, pada umumnya, organisasi-organisasi kesenian khususnya organisasi
seni pertunjukan tradisional Fungsi artistik meliputi pengendalian mutu,
koordinasi, dan integrasi, serta upaya membantu artis, aktor, penari, pemusik,
serta para pendukung lainnya dalam pementasan.
Fungsi nonartistik (manajerial) meliputi upaya manajemen kebutuhan
penonton/sponsor, pengelolaan anggota organisasi, pengelolaan anggaran,
promosi, serta perencanaan pengembangan organisasi yang dipimpinnya.
Pimpinan organisasi (sutradara, koreografer, komposer, dalang) memiliki peran
ganda, yaitu fungsi artistik dan fungsi nonartistik.
Dari Kondisi manajemen yang dijelaskan di atas ada beberapa yang
diterapkan dalam Nazareth Musik Tiup yang. Untuk fungsi artistik yang
dijelaskan diatas nazareth Musik Tiup menerapkan beberapa fungsi tersebut yaitu
terlihat dengan kegiatan –kegiatan peningkatan mutu serta kualitas permainan
mereka dengan mengadakan latihan rutin dan evaluasi di akhir setiap pertunjukan
mereka serta merekrut orang-orang muda yang berbakat.
Koordinator di bidang artistik dan nonartistik dalam Nazareth musik Tiup
pada saat pertunjukan di atas panggung adalah pak Iswanta Sembiring. Beliau
tidak hanya bertugas di bidang artistik tetapi juga merangkap dalam bidang non
artistik Adapun tugas-tugas yang ditangani oleh Beliau di bidang artistik meliputi
peningkatan mutu serta kualitas permainan Nazareth musik Tiup dan tugas beliau
di dalam bidang non artistik adalah mengelola keuangan dan administrasi untuk
menunjang aktifitas Nazareth Musik Tiup dalam bermusik.
.
BAB IV
DESKRIPSI PENGGUNAAN DAN FUNGSI PENYAJIAN MUSIK TIUP
NAZARETH DALAM UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT KARO
4.1. Pengantar
Kebudayaan bersifat dinamis, sehingga perubahan merupakan hal yang
cukup wajar sesuai dengan perkembangan waktu, baik itu perubahan yang di
akibatkan pengaruh materi maupun inovasi-inovasi yang dilakukan oleh
masyarakat.
Awalnya musik brass pada masyarakat Karo dipergunakan dalam ibadahibadah minggu di gereja. Namun, pada perkembangannya penggunaan musik
brass saat ini lebih banyak kita temui pada upacara kematian, bahkan sudah sangat
jarang dimainkan untuk kegiatan-kegiatan ibadah yang lain.
Belakangan
perubahan
fungsi
dari
brash
band
yang
awal
perkembangannya dari ruang lingkup gereja menjadi salah satu bagian dari acara
adat yaitu sebagai pengiring lagu pada upacara kematian seperti contoh lagu yang
berjudul ‘ayah’(apabila yang meninggal laki-laki) dan lagu yang berjudul ‘mama’
apabila yang meninggal tersebut wanita yang kerap kali diminta dimainkan pada
upacara adat kematian
secara instrumental oleh grup musik tiup Nazareth
tersebut.
Pada bab ini akan diperlihatkan bagaimana bentuk penyajian musik itu
sendiri dalam upacara kematian.
4.2. Deskripsi penggunaan Musik Tiup Nazareth dalam upacara kematian
dalam masyarakat Karo
Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan musik tiup ini bisa kita lihat
melalui beberapa transkipsi di bawah ini yang kerap kali dibawakan pada upacara
kematian yaitu lagu yang berjudul ‘Ola kel lupakan aku’
TRANSKIPSI OLA KEL LUPAKEN AKU
Lagu ini merupakan salah satu lagu wajib yang kerap kali mereka
bawakan baik diacara ngapuli maupun diacara kematian pada masyarakat Karo
terutama yang beragama nasrani. Judul lagu Ola Kel Lupakan Aku merupakan
salah satu lagu di kitap ende-enden yang ada di lembaga GBKP. Untuk
mengetahui tema dari lagu tersebut bisa kita lihat dari lirik-liriknya seperti
ola kel lupaken aku, o yesus Tuhan, amin mbue kel dosaku masap kerina
ban Yesus,Yesus sampat aku lah bas kam saja aku pulah kep kep aku lah
Janganlah lupakan aku o yesus Tuhan, walaupun banyak dosaku hapuskan
lah semua, Yesus Yesus tolonglah aku didalam Engkau sajalah aku bebas
peganglah aku.
Dari lirik lagu diatas bisa kita simpulkan makna dari lagu terebut
merupakan ungkapan harapan dan juga penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan
dimana saat seseorang itu meninggal maka hanya Tuhan sajalah satu-satunya
harapan atas keselamatan jiwa mereka. Dari makna lirik lagu tersebutlah Nazareth
Musik Tiup kerap kali membawakan lagu ini didalam upacara kematian
Perkembangan dari fungsi musik tiup ini sendiri bisa juga dilihat dari
komposisi lagu yang mereka bawakan atau mereka iringi. Hal ini bisa dilihat dari
salah satu lagu pop yang kerap kali mereka bawakan yaitu lagu yang berjudul
‘Mama’. Lagu ini adalah lagu pop yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga, lagu ini
cukup populer di kalangan masyarakat Karo pada khususnya.
Berikut ini adalah transkipsi dari lagu mama yang dimainkan oleh
Nazareth Musik Tiup.
4.3.Fungsi Musik dalam upacara kematian Karo Yang Dibawakan Nazareth
Musik Tiup
Menurut
Allan P. Merriam (1964:219-226) fungsi musik dapat
dibagikan dalam 10 kategori yaitu
1. Fungsi Pengungkapan Emosional
2. Fungsi penghayatan Estetis
3. Fungsi Hiburan
4. Fungsi Komunikasi
5. Fungsi Perlambangan
6. Fungsi Reaksi Jasmani
7. Fungsi yang berkaitan dengan reaksi social
8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan
9. Fungsi kesinambungan budaya
10. Fungsi Pengintegrasian masyarakat
Dari beberapa lagu yang dibawakan oleh Nazareth Musik Tiup makadapat
kita lihat beberapa fungsi yang berkaitan dengan teori Allan P.merriam tersebut.
1.Fungsi pengungkapan emosional.
Fungsi pengungkapan emosinal ini bisa kita lihat pada lagu yang kerap kali
dibawakan oleh Nazareth Musik Tiup yang berjudul ‘mama’jika yang meninggal
tersebut adalah wanita yang sudah menikah dan lagu yang berjudul ‘Ayah’ jika
yang meninggal adalah pria yang sudah menikah juga.
Biasanya jika kedua lagu ini dibawakan akan menggugah perasaan sedih kepada
keluarga atau kerabat yang ditinggal.
2.Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan ini bisa dilihat pada lagu yang kerap kali juga dibawakan
oleh Nazareth Musik Tiup yang berjudul ‘Yesus Tuhanku Njaminisa’adalah salah
satu lagu di kitap ende-enden GBKP. Fungsi hiburan tersebut bisa kita lihat dari
liriknya seperti berikut
Yesus Tuhanku njaminisa, kerina dosangku tebusina ngeluh simbaru
ibrekenna meriah ukurku ngalokensa Tuhanku Yeses kam me tetap
pengendesenku rasa lalap temani aku o penampat tuhanku Yesus juru
selamat
Yesus Tuhanku yang menjamin semua dosaku telah ditebus hidup yang
baru diberikannya senang hatiku menerimanya Tuhanku yesus Engkau lah
selalu tempatku mengadu selamanya temani aku sang penolong Tuhanku
Yesus Juru selamat
Dari makna lirik lagu tersebut yang dimainkan oleh Nazareth Musik Tiup
biasanya dapat memberikan hiburan karena lirik lagu tersebut bermakna
penguatan iman dan penghiburan bahwa manusia yang sudah meninggal tersebut
sudah ditebus dosanya dan sudah tenang dengan Bapa di sorgasehingga kepada
keluarga atau kerabat dari orang yang meninggal tersebut tidak terlalu larut di
dalam kesedihan..
3.Fungsi perlambangan
Fungsi perlambangan disini dapat kita lihat pada beberapa lagu yang apabila
diambil dari kitap ende-enden atau kitap penambahan ende-enden yang
dibawakan oleh Nazareth Musik Tiup maka kita langsung dapat memastikan
bahwasanya orang yang meninggal tersebut merupakan warga GBKP.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Setelah diuraikan secara panjang lebar mengenai dinamika Musik tiup
Nazareth pada masyarakat Karo di desa Surbakti sampai saat ini maka pada bab V
ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Pada awal kedatangan Musik tiup ke tanah Karo pada umumnya dan di
desa subakti pada Khuususnya, ensambel musik tiup dikenal sebagai
musik gereja, yaitu ensambel musik yang digunakan untuk mengiringi
setiap ibadah gereja. Kemudian fungsi ensambel musik tiup ini mengalami
perkembangan sehingga di masyarakat Karo pada umumnya dan di desa
Surbakti pada khusunya menggunakannya sebagai musik pengiring di
dalam upacara adat yang diadakan dan saat ini ensambel musik tiup tidak
lagi digunakan sebagai musik pengiring ibadah gereja.
2. Ensambel musik tiup yang ada saat ini sudah sangat berbeda dari segi
instrumentasinya dengan ensambel musik tiup yang ada pada awal
kedatangannya di tanah Karo pada umunya dan di desa Surbakti pada
khususnya. Ensambel musik tiup yang ada pada saat ini sudah
digabungkan dengan alat musik lainnya seperti keyboard, gitar bass,
Drum. Selain itu ada juga alat yang musik yang tidak digunakan lagi
seperti bass tuba.
3. Terbentuknya Nazareth Musik Tiup yang bisa dikatakan bersifat komersil
disebabkan adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat di tanah Karo
pada umumnya dan desa Surbakti pada khususnya sebagai masyarakat
pendukung akan kehadiran dari Nazareth Musik Tiup ini. Tidak luput juga
peran serta dari masyarakat lembaga gereja GBKP ( Gereja Batak Karo
Protestan) yang bisa dikatakan sebagai konsumen dari Nazareth Musik
Tiup yang sangat berpengaruh bagi perkembangan dan eksistensi grup
tersebut yang merupakan awal cikal bakal lahirnya grup musik tiup yaitu
Nazareth Musik Tiup.
4. Seorang pimpinan gup memiliki peran penting di dalam grup.Di dalam hal
ini yang dimaksudkan adalah Pt.Iswanta Sembiring sebagai pimpinan dari
Nazareth Musik Tiup. Bertahannya dan berkembangnya sebuah grup
musik tiup juga dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan pimpinan grup
musik tiup tersebut. Pimpinanlah yang mengatur dan mengelola segala
sesuatu yang ada dan terjadi di dalam grup termasuk keadaaan anggota
dengan karakter, sifat dan tingkah lakunya yang berbeda satu dengan yang
lain. Untuk it diperlukan kesatuan pandangan dan kesatan hati di dalam
sebuah grup musik tiup untuk dapat bertahan dan saling mendukung antar
setiap anggota dan untuk mewujudkan hal ini pastilah pemimpin grup
yang berperan penting.
5.2 Saran
Dengan melihat semua kondisi yang terjadi seputar ensambel musik tiup
dan perkembangan dari Nazareth Musik Tiup yang ada di tahan Karo pada
ummnya dan di desa Surbakti pada khususnya ada beberapa saran yang mungkin
dapat membantu semua pihak khususnya para seniman musik tiup dan juga grup
Nazareth Musik Tiup untuk perkembangan musik tiup ini ke depan pada
masyarakat Karo.
1. Untuk Nazareth Musik tiup saat ini agar sebaiknya mempertahankan
pemakaian alat musik tiup, jangan sampai semua instrument musik tiup
digantikan dengan alat musik tiup lain seperti keyboard demi
mempertahankan keberadaan ensambel musik tiup di tanah Karo pada
umumnya dan di desa Surbakti pada khususnya.
2. Nazareth Musik Tiup sebaiknya memiliki dan menerapkan manajemen
yang
baik
yang
didalamnya
terdapat
perencanaan,
proses
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian agar tujuan bersama dapat
dicapai lebih maksimal.
3. Sebaiknya Nazareth Musik Tiup juga mengadakan latihan rutin untuk
meningkatkan kualitas permainan musik mereka. Sehingga bermain musik
bukan hanya untuk mencari uang saja tetapi juga menyuguhkan sebuah
karya seni yang apik, rapi dan menarik hingga masyarakat dapat lebih puas
menikmati hasil karya para pemain musik tiup dari Nazareth Musik Tiup
tersebut.
4. Sebagai masyarakat pendukung musik tiup, Sebaiknya kita juga
memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan dari
Nazareth
Musik Tiup tersebut dengan memberikan apresiasi bukan hanya dalam
berntuk uang atau materi tetapi lebih mengarah ke dukungan yang bersifat
positip misalnya dengan mekritisi kualitas permainan, mempomosikannya
disetiap kesempatan yang ada agar Nazareth Musik Tiup ini tetap
berkembang dan eksis dikalangan masyarakat Karo.
DAFTAR PUSTAKA
A.B. wiranata , I Gede
2002. Antropologi Budaya. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti
Aritonang, Tetty Bonawaty.
1992. Ensambel Musik Tiup Masyarakat Batak Toba di kota
Medan: Analisis Gaya dan Fungsi Sosialnya Pada
Upacara Saur Matua.Medan:Skripsi Sarjana Jurusan
Etnomusikologi USU
Damanik, Mariance.
2006. Dinamika organisasi Musik Tiup Pada Masyarakat Batak
Toba di kota Mean.Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi
USU
Hasibuan, Malayu S.P
2001. manajemen Dasar, Pengertian dan Makalah, Edisi Revisi.
Bandung: Bumi Aksara.
Helman Billy, Situmorang
1983. Ruhut-ruhut ni Adat.Medan: BPK Gunung Mulia
Ismiralda, Astri
2003 Analisis terhadap manajemen Organisasi, produksi, dan
pemasaran Sinar Budaya Group dalam konteks
Kebudayaan. Medan : Skripsi Serjana Jurusan
Etnomusikologi USU
Kertonegoro, Msc, Sentanoe
1983. Prinsip dan Teknik manajemen. Yogyakarta: PT.Wira
Muda
Koentjaraningrat.
1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : P.T
Gramedia Pustaka Utama
Koentjaraningrat.
1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Reneka Cipta
Manullang, M
1992. Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia
Marran, R. Rafael
1999. Manusia dan Kebudayaan dalam perspektif Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Merriam, Alan P.
1964 The antropology of music. Chicago : Northwestern
University press
Pardede, Patar Maradut
1995. Pengaruh musik Terhadap Kelestarian Gondang
sabangunan Dalam Pesta Adat Batak Toba di Pematang
anSiantar.Medan:Skripsi Sarjana Jurusan sendratasik IKIP
Permas, Achsan, Crysanti Hasibuan, L.H Pranoto dan Triono Saputro
2003. Manajemen Organisasi Seni pertunjukan. Jakarta: PPM
Siagian, Musa
2000. suatu Tinjauan tentang Perkembangan Ensambel Musik
Tiup pada Masyarakat Batak Toba di Kotamadya Medan.
Medan:skripsi sarjana etnomusikologi usu
Sinuraya, Dk. Em. P.
2004 Sejarah GBKP Klasis kabanjahe Kabanjahe : BP KLASIS
KABANJAHE
Situmorang, Plismen
1999. Kontinuitas, Perubahan dan Fungsi Gondang naposo
dalam Kebudayaan Etnik Batak Toba di Kota medan.
Medan :Skripsi sarjana jurusan etnomusikologi
Suharto, M.
1990. Kamu Musik Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia.
Sukarna
1992. Dasar-dasar manajemen. Bandung : Mandar Maju
Suyono, aryanto
1985 Kamus Antropologi.Jakarta: P.T raja Grafindo Persada
Tarihoran, P. Emerson
1994 Analisis Perndingan Struktur Reportoar Musik Brass Band
Gondang sabangunan dalam sipitu Gondang di Kotamadya
medan. Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi USU
Terry, George R. & Leslie W.Rue
2000 Dasar-dasar manajemen (terjemana G.A. ticoalu).Jakarta:
Bumi Aksara.
DAFTAR INFORMAN
1. Nama
: Pt. Iswanta Sembiring
Umur
: 50
Pekerjaan
: Pimpinan/Pemain musik Nazareth Musik Tiup
Alamat
: Desa Surbakti kecamatan Simpang VI Kabupaten Karo
2. Nama
: Drs. Samion Pinem
Umur
: 60 Tahun
Pekerjaan
: Pemain musik Nazareth Musik Tiup
Alamat
: Simalingkar Medan
3. Nama
: Drs. Yoe Anto Ginting
Umur
: 45
Pekerjaan
: Dosen praktek Musik Karo di Etnomusikologi USU
Alamat
: Marendal Medan
4. Nama
: Pt. Markus Surbakti
Umur
: 50
Pekerjaan
: Personil Nazareth Musik Tiup
Alamat
: Desa Ndokum Siroga Kecamataimpang IV kabupaten
Karo
5. Nama
: Muara Ginting
Umur
: 35 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Padang Bulan Medan
6. Nama
Umur
: Dhani Irvanta Sembiring
: 22 Tahun
Pekerjaan
: Personil Nazareth Musik Tiup
Alamat
: Desa Surbakti kecamatan Simpang VI Kabupaten Karo
7. Nama
: Pilus Ginting
Umur
: 40 Tahun
Pekerjaan
: Personil Nazareth Musik Tiup
Alamat
: Desa Surbakti kecamatan Simpang VI Kabupaten Karo
Download