Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasarkan Pengembangan Pemodelan Analitik Dan Diskrit (Bagian II) : Contoh Kasus Koreksi Instrumen Dalam Penentuan Amplitudo Seismogram Digital (Hendra Gunawan) ANALISIS DATA GEOFISIKA MONITORING GUNUNGAPI BERDASARKAN PENGEMBANGAN PEMODELAN ANALITIK DAN DISKRIT (BAGIAN II) : CONTOH KASUS KOREKSI INSTRUMEN DALAM PENENTUAN AMPLITUDO SEISMOGRAM DIGITAL HENDRA GUNAWAN Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Sampai saat ini data geofisika deformasi dan seismik merupakan komponen utama dalam monitoring gunungapi. Sehubungan dengan hal tersebut maka eksploitasi pengolahan data secara lebih spesifik akan sangat berguna. Dalam seismogram digital umumnya amplitudo seismogram dinyatakan bukan dalam satuan fisis (displacement, velocity atau acceleration) akan tetapi dalam satuan digit atau „count“. Untuk keperluan analisis data lebih jauh konversi amplitudo seismogram dalam satuan fisis adalah fundamental. Karena parameterparameter yang berhubungan dengan dinamika erupsi gunungapi dinyatakan dalam besaran-besaran fisis. Oleh sebab itu pengetahuan sistem perangkat keras (hardware) suatu instrumen sangat diperlukan terutama yang berhubungan dengan konsep „Linear and Time Invariant“ (LTI). Dalam tulisan ini implementasi analisis konsep LTI akan dilakukan pada konversi amplitudo seismogram digital kedalam satuan fisis dengan yang dinyatakan dalam „poles and zeros“ maupun fungsi Transfer. Sebagai ilustrasi seismogram digital hasil survey penelitian G.Anak Krakatau tahun 2008 (Gunawan dkk., 2009) akan didemonstrasikan. Pendahuluan Pengukuran yang akurat dari pergerakan medium batuan dalam satuan fisis, yaitu dalam satuan m atau m/detik atau m/detik2, adalah penting untuk analisis geofisika lebih jauh. Dalam kaitannya dengan dinamika erupsi gunungapi hal itu berhubungan dengan besar dan arah gaya maupun stress (momen tensor) dari sumber erupsi. Dalam tulisan terdahulu oleh penulis (Gunawan, 2008) praktek analisis dilakukan dengan anggapan data sudah terkoreksi. Dalam hal analisis data rekaman propagasi gelombang elastik, sebelum melakukan analisis intepretatif, hal pertama yang penting dilakukan pada data tersebut adalah dengan melakukan koreksi instrumental. Dalam teknis pelaksanaan koreksi akan diuraikan secara singkat terlebih dahulu hubungan antara konsep LTI dengan instrumen pendeteksi gelombang gempa atau seismometer. Sistem Linear, Fungsi Respon Frekuensi, Poles dan Zeros Dalam subbab ini penulis akan menghubungkan parameter-parameter suatu intrumen sistem LTI, dengan contoh kasus seismometer, dengan variabel geofisika. Aplikasi ini dapat digunakan untuk sistem LTI dengan instrumen geofisika lainnya. Prinsip utama dalam sistem linier, misalnya ada sinyal masukan untuk instrumen x(t) dengan sinyal keluaran y(t). Bila sinyal input diperbesar (x(t) dikalikan dengan suatu konstanta) maka sinyal keluaran y(t) akan diperbesar juga oleh konstanta pengali yang sama. Misalkan sistem instrumen yang ditinjau merupakan sebuah filter lolos rendah RC (low pass filter) (Gambar 1). Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :13-16 Hal : 13 Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasarkan Pengembangan Pemodelan Analitik Dan Diskrit (Bagian II) : Contoh Kasus Koreksi Instrumen Dalam Penentuan Amplitudo Seismogram Digital (Hendra Gunawan) Gambar 1. Filter resistor-kapasitor (RC filter). Sinyal masukan x(t) dan sinyal keluaran y(t). Penurunan persamaan diferensial detil sistem filter di atas dapat dilihat di dalam bukubuku fisika dasar. Fungsi respon frekuensi didefinisikan sebagai perbandingan transformasi Fourier dari y(t) terhadap x(t) sebagai berikut (Scherbaum, 1996) : T(jω) = Y(jω) / X(jω) (1a) Atau T(jω) = 1 / (1 + jωRC) (1b) dimana T(jω) : fungsi respon frekuensi X(jω) : transformasi Fourier sinyal masukan Y(jω) : transformasi Fourier sinyal keluaran j : bilangan imajiner ω : frekuensi angular (rad/det) Poles dan Zeros dan Fungsi Transfer Seismometer L-4C Untuk seismometer dengan transduser kecepatan standar fungsi respon frekuensinya (dinyatakan dalam poles dan zeros) adalah sebagai berikut : T(jω) = (jω - 0)(jω - 0)(jω - 0) / (jω - p1)(jω - p2) (4) Mengacu pada literatur seismometer L-4C mempunyai poles dan zeros sebagai berikut : • zeroes 0.0 0.0 0.0 0.0 • poles -4.443 4.443 -4.443 -4.443 Pada gambar 2 ditunjukkan respon amplitudo dan respon fasa dari fungsi respon frekuensi seismometer L-4C berdasarkan parameterparameter di atas. Dalam bentuk persamaan polinomial persamaan 1b adalah sebagai berikut (Haskov, 2002): T(jω) = (ao + a1(jω) + a2(jω)2 + ...) / (bo + b1(jω) + b2(jω)2 + ...) (2) Untuk sistem linier filter RC maka : • ao = 1 dan a1 = 0 • bo = 1 dan b1 = RC Sedangkan dalam bentuk poles dan zeros adalah sebagai berikut (Haskov, 2002): T(jω) = c (jω - z1)(jω -z2).... / (jω - p1)(jω - p2)... Gambar 2. Fungsi respon frekuensi seismometer L-4C (algoritma mengacu pada Sokos dan Zahradnik, 2008). (3) dimana c : konstanta normalisasi z1, z2.. : zeros p1,p2...: poles Hal : 14 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :14-16 Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasarkan Pengembangan Pemodelan Analitik Dan Diskrit (Bagian II) : Contoh Kasus Koreksi Instrumen Dalam Penentuan Amplitudo Seismogram Digital (Hendra Gunawan) Persamaan (4) bila dinyatakan dalam fungsi transfer adalah sebagai berikut (Scherbaum, 1996, Lay dan Wallace, 1995): T(s) = -s2 / (s2 + 2εs + ωo2) (5) dimana : ε (faktor redaman seismometer) = h . ωo h : konstanta redaman ωo : perioda natural pegas pada seismometer Gambar 3. Plot Bode seismometer L-4C. ε = 0,28 dan ωo = 1. Tabel 1. Perbandingan parameter poles dan zeros beberapa seismometer (sumber Guralp Systems) Contoh Aplikasi Gempa Vulkanik-B G.Anak Krakatau Setelah mengetahui karakter fungsi respon frekuensi seismometer L-4C parameter lain yang harus diketahui adalah parameter yang menghubungkan seismometer dan data logger (dalam hal ini data logger tipe Datamark). Ada tiga parameter lagi yang harus dimasukan dalam fungsi respon frekuensi, yaitu : • Konstanta generator seismometer L-4C : 300V/m/s • Sensitivitas Analog to Digital Converter atau ADC Datamark : 2,4445 μV/digit • Konstanta normalisasi : 1 Dalam contoh Gempa Vulkanik Dangkal (tipe B) atau VB G. Anak Krakatau Gain dalam Datamark digunakan 20 dB (perbesaran 1 kali). Pada gambar 4 dan 5 ditunjukan rekaman Gempa VB sebelum terkoreksi intrumen (gambar 4) dan setelah terkoreksi instrumen (gambar 5). Satuan amplitudo gempa setelah terkoreksi adalah m/detik. Untuk menghitung momen seismik statik dan magnitudo Gempa VB tersebut maka terlebih dahulu rekaman terkoreksi diintegrasikan sehingga diperoleh rekaman gempa dalam satuan displacement (m). Pada gambar 6 ditunjukan displacement Gempa VB (amplitudo maksimum ~ 2.10-5 m). Gambar 4. Contoh rekaman gempa VB G. Anak Krakatau (sebelum koreksi). Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :15-16 Hal : 15 Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasarkan Pengembangan Pemodelan Analitik Dan Diskrit (Bagian II) : Contoh Kasus Koreksi Instrumen Dalam Penentuan Amplitudo Seismogram Digital (Hendra Gunawan) Kesimpulan Aplikasi konsep sistem LTI dapat digunakan untuk instrumen seismometer yang berbeda-beda. Parameter terpenting untuk melakukan koreksi instrumen seismometer adalah mengetahui parameter poles dan zeros seismometer, konstanta generator seismometer serta sensitivitas ADC dataloger. Daftar Pustaka Gambar 5. Contoh rekaman gempa VB G. Anak Krakatau (setelah koreksi). Gunawan, 2008. Studi Geofisika G. Anak Krakatau Berdasarkan Pengolahan Data Deformasi Dan Seismik, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi. Haskov, J.,2002. Instrumentation in Earthquake Seismology, Instituto Andaluz de Geofisica-University of Granada Spain, 305pp. Lay, T dan Wallace, T.C.,1995. Modern global seismology, Academic Press, 521 pp. Scherbaum, F.,1996. Modern Approach in Geophysics of Poles and Zeros, Kluwer Academic Publishers, Vol. 15, 254pp. Gambar 6. Contoh rekaman Gempa VB G. Anak Krakatau setelah diintegrasikan (satuan amplitudo dalam meter). Hal : 16 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :16-16