PENGARUH LABA KOTOR, TOTAL ARUS KAS, DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Petrus Dwi Edi Susilo Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRACT The purpose of this research is to determine the effect of gross profit, total cash flows and firm size on stock return of Food and Beverages company which are listed in Indonesia Stock Exchange, either partially or together, and to identify variables that have the most impact on stock return of Food and Beverages company which are listed in Indonesia Stock Exchange. The sample of this research are Food and Beverages companies that listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2005 - 2009. Data were analyzed with multiple regression using SPSS program. The results indicated partially during the year 2005 until 2009, that gross profit does not have a significant impact on stock return while total cash flow has significant influence over the stock return. Firm size has a “gray” influence to stock return. While at the same time, gross profit, total cash flows and firm size have significant influence on the stock return. Total cash flow has a dominant influence on stock return variables. Key Words : Gross Profit, Total Cash Flows, Firm Size, Stock Return, Food and Beverages Company PENDAHULUAN Dalam menanamkan modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Untuk itulah para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan di mana mereka menanamkan modalnya guna melihat prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Pada umumnya tujuan utama investor dalam menanamkan dananya di perusahaan adalah untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return). Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor dari laporan keuangan ini adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Penelitian mengenai manfaat arus kas dan hubungannnya dengan return saham diantaranya dilakukan oleh Miller dan Rock 1 (1985) menguji reaksi pasar yang diproxy dari return saham terhadap pengumuman komponen aliran kas. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap arus kas pendanaan dan arus kas investasi berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian Rayburn (1986) juga menemukan bahwa terdapat asosiasi antara arus kas operasi dan accrual aggregat dengan return saham. Di Indonesia penelitian tentang arus kas diantaranya dilakukan oleh Baridwan (1997), Suadi (1998), Hastuti (1998), Kurniawan (2000), Triyono (2000), Hermawan (2002), dan Ferry (2004). Suadi (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa laporan arus kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah terbitnya laporan arus kas. Hal ini menunjukkan bahwa laporan arus kas mempunyai kandungan informasi dan bermanfaat bagi investor. Triyono (2000) menguji hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan komponen aliran kas (operasi, investasi, dan pendanaan) seperti yang disyaratkan dalam PSAK No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return saham. Kurniawan (2000) menguji hubungan arus kas operasi dan data akrual terhadap return saham menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return saham. Laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham selalu menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka laba kotor. Pada penelitian ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap return saham dari investasi terhadap saham perusahaan. Ini didasarkan dari hasil penelitian Febrianto (2005) yang membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Size perusahaan menurut hasil penelitian Cooke (1992) [dikutip oleh Ninna Daniati dan Suhairi (2006 )] terbukti mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian Miswanto (1999) tentang pengaruh operating leverage, cyclicality, dan ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis menemukan bahwa operating leverage tidak berpengaruh terhadap peningkatan risiko bisnis begitu pula dengan pengaruh cyclicality terhadap risiko bisnis relatif kecil sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula berpengaruh terhadap return investasi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan temuan-temuan fakta baru di atas, tujuan penulisan ini adalah untuk melihat pengaruh laba kotor, total arus kas (arus kas operasi, investasi, dan pendanaan), dan size perusahaan terhadap tingkat return saham. Alasan pemilihan variabel laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan adalah melihat bahwa parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor dari laporan keuangan adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain 2 kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan (Indriani:2005). Adapun obyek penelitian adalah pada perusahaan food and beverage yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005-2009. Pemilihan perusahaan food and beverages didasari oleh adanya kenyataan bahwa perusahaan makanan dan minuman (food and beverage) adalah perusahaan yang menghasilkan produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas setiap harinya. Sektor makanan dan minuman akan survive dan paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya, sebab dalam kondisi krisis ataupun tidak produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Dalam keadaan krisis konsumen akan membatasi konsumsinya dengan memenuhi kebutuhan dasar dan mengurangi kebutuhan barang sekunder. Perusahaan dengan kategori semacam ini akan terus tumbuh dan berkembang menjadi besar dan menarik banyak investor untuk menanamkan investasi terhadapnya. Adanya fenomena praktik perataan laba (income smoothing) di perusahaanperusahaan go public seperti penelitian yang dilakukan oleh Masodah (2007), Juniarti dan Corolina (2005), Zulfa Irawati dan Anugerah Maya (2007), dimana income smoothing merupakan upaya manajemen dalam menstabilkan laba (laba bersih) [Syafri (2004) yang dikutip Masodah] adalah merupakan alasan dimana penulis menggunakan variabel laba kotor bukan laba bersih. Dengan adanya praktik tersebut, laba bersih yang tertera dalam laporan keuangan tidak lagi merupakan laba bersih yang benar-benar didapat perusahaan melainkan sudah dimanipulasi (earnings manipulation). TINJAUAN PUSTAKA Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa “laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau rugi laba”. Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen biasanya terdiri dari: a) Neraca atau laporan posisi keuangan yang menggambarkan likuiditas atau kelancaran operasi perusahaan. Neraca menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. b) Laporan rugi laba, yaitu laporan yang memberikan gambaran tentang besarnya pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan serta besarnya laba atau rugi yang diperoleh perusahaan yang bersangkutan selama suatu periode akuntansi. c) Laporan perubahan modal, yaitu laporan yang berisikan tentang perubahan besarnya modal pada saat tertentu akibat adanya pendapatan dan penarikan modal untuk kepentingan pemiliknya (prive). d) Laporan perubahan posisi keuangan, menunjukkan arus dana dan perubahanperubahan dalam posisi keuangan dalam tahun buku yang bersangkutan. (FASB dalam SFAS Nomor 95 menentukkan laporan ini diganti dengan laporan aliran kas). e) Laporan arus kas, yaitu laporan keuangan yang memperlihatkan dampak-dampak dari aktvitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir. Informasi tentang arus kas yang sudah menjadi bagian yang integral dari laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia sejak berlakunya Standar Akuntansi keuangan (SAK) pada tanggal 1 Januari 1995 berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar 3 untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk mengunakan arus kas tersebut. Menurut IAI (2002) arus kas (cash flows) adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas. Terdapat dua tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1. Pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, investor potensial, kreditor dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa lainnya. Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditur dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan (FASB [1978]). Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia (IAI [2002]) tujuan laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan adalah alat utama perusahaan untuk menyampaikan informasi akuntansi kepada pihak luar perusahaan (SFAC No 1 (1978)). Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan tersebut menvebabkan reaksi pasar. Istilah reaksi pasar ini mengacu pada perilaku investor dan pelaku pasar lainnya untuk melakukan transaksi membeli ataupun menjual saharn (Adjie, 2003). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001). Terdapat beberapa tujuan mengapa orang berinvestasi, secara umum terlihat dari definisi di atas tentunya adalah untuk memperoleh keuntungan berupa sejumlah uang. Tetapi selain tujuan itu ada tujuan lain dalam berinvestasi yaitu untuk mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindari diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas yang telah listed di bursa efek, dimana saham tersebut telah beredar (outstanding securities) (Yarnes, 2003:613). Dalam melakukan aktivitas investasi pada saham, diharapkan akan mendapat hasil dimasa yang akan datang yang berupa return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi surat berharga. Dimana semakin tinggi return semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh investor. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return). Pengukuran return saham diperoleh dari perubahan harga saat awal membeli dikurangi harga saat menjual. Return saham suatu periode dapat dihitung menggunakan modal Robert. A Ariel (1987) dalam Joko Sukendro (1999: 20) dengan formula sebagai berikut : Pt – Pt -1 Rit = Pt –1 Keterangan : Rit = Return saham pada perode ke-t Pt-1 = Harga saham pada periode sebelum pengamatan Pt = Harga saham periode pengamatan Perhitungan laba-rugi adalah perhitungan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Masyarakat bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan probabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Laporan laba rugi memuat banyak 4 angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Berdasarkan tingkatannya ada tiga jenis laba yaitu : (Anis Cariri :130) 1. Laba kotor Laba kotor adalah selisih lebih dari hasil penjualan bersih diatas harga pokok penjualan. Laba kotor sering disebut juga laba dari penjualan. 2. Laba operasi Laba operasi adalah selisih lebih dari laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya operasi terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum. 3. Laba bersih setelah pajak Laba bersih setelah pajak adalah keseluruhan penjualan dengan biaya dan telah dipotong atau dikurangi oleh pajak. Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibanding angka laba lainnya. Karena semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba. Beberapa penelitian tentang hubungan laba dengan return saham dapat dilihat dari hasil penelitian dipasar modal yang telah dilakukan sebelumnya yaitu antara lain (dikutip oleh Budi Purwanto Jati, 1998): 1. Ball dan Brown (1968) dalam Linda dan Syam (2005) menunjukkan adanya hubungan positif antara laba tahunan dan tingkat keuntungan abnormal, artinya jika laba mengalami kenaikan maka rata-rata tingkat keuntungan abnormal juga akan meningkat dan peningkatan itu terjadi sepanjang tahun, sebaliknya jika perubahan laba tersebut berupa penurunan maka tingkat keuntungan abnormal juga akan menurun terus sepanjang tahun. 2. Breaver (1970) dalam Linda dan Syam (2005) menunjukkan bahwa pengumuman laba memberikan informasi baru bagi 3. 4. 5. 6. 7. pasar, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan harga saham. Brown (1970) dalam Linda dan Syam (2005) menunjukkan terjadinya peningkatan abnormal return sebesar 5% selama 12 bulan sebelum laba diumumkan pada perusahaan yang labanya mengalami penurunan, abnormal returnnya selama 12 bulan sebelum laba diumumkan terus menerus mengalami penurunan sebesar 9%. Beaver, Charke dan Wright (1979) dalam Linda dan Syam (2005) menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tanda (sign) dan besarnya (magnitude) perubahan laba tak terduga dengan tanda dan besarnya keuntungan abnormal dalam periode sebelum laba tahunan diumumkan. Strong (1993) dalam Linda dan Syam (2005), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat keuntungan (return) saham dengan perubahan laba (earning changes). Husnan, et al (1995) dalam Linda dan Syam (2005), menunjukkan bahwa laporan keuangan yang menurut informasi laba mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat keuntungan saham. Hal ini tercemin pada lebih tingginya kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat keuntungan saham pada periode pengumuman laporan keuangan dibandingkan dengan periode di luar pengumuman. Febrianto (2005) [dikutip oleh Ninna Daniati dan Suhairi 92006)] dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh investor dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga angka laba tersebut. Penelitian Febrianto (2005) ini menyimpulkan bahwa angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan harga saham yang sangat erat pula hubungannya dengan 5 return saham.Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening cost barang terjual menentukan daya saing produk dipasar. Manajemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk cost barang terjual pun relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jikapun ada itu hanya pilihan antara FIFO dan LIFO yang didalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir cost barang terjual. Metode ABC dan Just in Time misalnya adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan cost barang terjual. Menurut IAI (2002) arus kas (cash flows) adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas. Sedangkan menurut Alexander Hamilton Institute (1993) mengatakan bahwa arus kas adalah suatu proses, yaitu cara suatu perusahaan membangkitkan dan menggunakan dana tunainya. Klasifikasi arus kas (Prastowo,1995:120) ada tiga yaitu : 1) Aktivitas operasi (operating activities) Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang mencakup aktivitas produksi dan pengiriman barang atau penyerahan jasa. 2) Aktivitas investasi (investing activities) Aktivitas investasi mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif. 3) Aktivitas pendanaan (financing activities) Aktivitas pendanaan berkaitan dengan pos-pos hutang jangka panjang dan modal. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang (present value) dari aliranaliran kas (cash flows) masa datang. Arus kas merupakan salah satu indikator nilai pasar perusahaan. Artinya perusahaan yang mempunyai arus kas yang tinggi berarti mempunyai nilai pasar yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi ini akan mendorong investor untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan itu. Tentu saja ini akan meningkatkan harga saham perusahaan dan pada akhirnya berimbas pada meningkatnya return perusahaan. Dari hasil penelitian Livnat dan Zarowin, yang dikutip oleh Triyono dan Jogiyanto (2000), menunjukkan bahwa unexpected cash inflow or outflow dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dalam operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Miswanto (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. SKEMA/KERANGKA BERPIKIR Lap. Keuangan Reaksi Pasar ( H-2, H-1, H, H+1, H+2) Laba Kotor Total Arus Kas Return saham Size perusahaan 6 Hipotesis 1. H0 : Laba kotor tidak berpengaruh terhadap return saham. 2. H0 : Total arus kas tidak berpengaruh terhadap return saham. 3. H0 : Size perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham 4. H0 : Laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap return saham METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimensi waktu penelitian ini mencakup 5 tahun (2005-2009). Dalam usaha memperoleh data yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi dari Bursa Efek Indonesia, yaitu berupa data laporan keuangan dari tahun 2005 sampai 2009 dan data tanggal pengumuman laporan keuangan, dan arsip ini dapat diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun teknik sampling yang digunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel adalah : a. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai emiten (perusahaan) makanan dan minuman berdasarkan klasifikasi ICMD sebelum 31 Desember 2005 dan tetap terdaftar sampai tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkesinambungan. b. Perusahaan tidak delisting selama periode 2005-2009 dan tahun buku berakhir pada tanggal 31 Desember. c. Perusahaan yang datanya tersedia secara lengkap atau yang telah mempublikasikan laporan keuangannya untuk kebutuhan analisis dan tanggal pengumuman laporan keuangannya diketahui. d. Saham perusahaan aktif diperdagangkan pada periode 2005-2009. e. Perusahaan memperoleh laba positif berturut-berturut selama periode penelitian. Perusahaan yang memenuhi kriteria judgement sample ini ada 10 perusahaan. Dengan demikian, 10 perusahaan inilah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Terdapat dua tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap kedua adalah pengujian hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji korelasi yang bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen untuk mengetahui sifat hubungan variabel dependen dan independen. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Terdapat dua uji hipotesis yang digunakan yaitu uji t atau uji keberartian koefisien regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen dan uji F digunakan untuk mengetahui nyata tidaknya model regresi linier antara variabel bebas dengan variabel terikat atau dengan kata lain mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Setelah pengujian hipotesis, langkah terakhir adalah uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, otokorelasi, dan heteroskesdastisitas. Uji Normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Bhuono Agung Nugroho, 2005). Salah satu cara dalam 7 melihat normalitas data yaitu dengan melihat Nilai Skewness. Nilai skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai skewness yang baik adalah mendekati 0. Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model, sehingga tidak terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain (Bhuono Agung Nugroho, 2005). Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas dan dapat juga dilihat dari R2 maupun R-Square diatas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka ditengarai model terkena multikolinearitas. Uji Otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (et-1) (Bhuono Agung Nugroho, 2005). Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah no autocorrelation. Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut (Bhuono Agung Nugroho, 2005). Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskesdastisitas jika titiktitik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Untuk menguji asumsi klasik peneliti memanfaatkan software SPSS versi 12 for Windows. Metode analisis data dalam penelitian ini digunakan model persamaan regresi linier berganda Rit = α + β1LK + β2TAK + β3SP + ei,t Dimana: Rit = Return realisasi saham i pada periode pengamatan t LK = laba kotor perusahaan TAK = total arus kas perusahaan SP = Size perusahaan ei,t = Informasi relevan lainnya pada perusahaan i pada periode t. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Statistik Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel adalah 10 perusahaan, Rata-rata (mean) hanya merupakan representative (mewakili) dari seluruh nilai-nilai variabel yang diteliti. Berdasarkan table descriptive statistic (pada lampiran) di atas dapat diketahui bahwa hasil analisa data yang diperoleh dari pengujian terhadap 50 sampel dari perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Variabel laba kotor memiliki nilai minimum sebesar 20.054539995 (Rp. 20.054.539.995) dan nilai maksimum sebesar 10121.946000000 (Rp 10.121.946.000.000). Variabel total arus kas memiliki nilai minimum sebesar 8 456.266487031 (Rp 456.266.487.031) dan nilai maksimum sebesar 9659.681838000 (Rp 9.659.681.838.000). Variabel size perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 97.814664658 (Rp 97.814.664.658) dan nilai maksimum sebesar 40382.953000000 (Rp 40.382.953.000.000). Variabel return saham memiliki nilai minimum sebesar -0,5672 dan nilai maksimum sebesar 0,8276. Rata-rata (mean) hanya merupakan representative (mewakili) dari seluruh nilainilai variable yang diteliti. Rata-rata variabel laba kotor sebesar 925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16). Hal tersebut bukan berarti setiap tahun jumlah rata-rata dari laba kotor adalah 925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16). Akan tetapi setiap tahun laba kotor dapat bervariasi. Jumlah laba kotor yang sesungguhnya mungkin lebih atau kurang dari 925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16) atau mungkin juga tepat 925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16). Begitu juga halnya dengan rata-rata variabel total arus kas adalah sebesar 373.40087897288 (Rp 373.400.878.972,88), variabel size perusahaan adalah sebesar 3389.72259746514 (Rp3.389.722.597.465,14), dan variabel return saham adalah sebesar 0.100002. Penggunaan standar deviasi untuk menilai disperse (variasi) rata-rata dari sampel. Standar deviasi variabel laba kotor Penggunaan variabel laba kotor bukan laba bersih oleh penulis juga disinyalir merupakan faktor dimana tidak signifikansinya laba kotor terhadap return saham. Dalam laba kotor para investor belum bisa melihat biayabiaya yang akan di matching kan dengan pendapatan. Flutktuatifnya laba kotor dari tahun ke tahun yang terlihat pada tabel 4.1 juga merupakan salah faktor dimana laba kotor tidak dijadikan bahan pertimbangan bagi para investor dalam mempengaruhi return saham karena para investor lebih menyukai laba yang stabil (smooth) sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan action. Hasil pengujian hipotesis yang kedua adalah menolak H0, yaitu total arus kas berpengaruh terhadap return saham. Hal ini sebesar 2190.628695037186 yang mempunyai pengertian bahwa dari 50 data laba kotor yang diteliti dapat diperoleh variasi sebesar 2190.628695037186 dari hasil rata-rata 50 data laba kotor yang sebesar 925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16). Begitu juga halnya dengan standar deviasi total arus kas yang sebesar 1583.986023756432, variabel size perusahaan yang sebesar 8867.316738821730, dan variabel return saham yang sebesar 0.2743565. Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian hipotesis yang pertama adalah menerima H0, yaitu laba kotor tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini didasarkan pada hasil uji t, yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih besar dari 0,05. Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati dan Suhairi (2006). Tidak sejalannya hasil penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati dan Suhairi (2006)disebabkan karena objek yang diteliti berbeda. Pada penelitian sebelumnya, objek yang diteliti menggunakan industri tekstil dan otomotif sedangkan penulis menggunakan objek penelitian perusahaan food and beverages yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan tekstil dan otomotif. didasarkan pada hasil uji t yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan laporan keuangan No.3 dalam Trueblood Report, yaitu disebutkan bahwa dasar kepentingan investor dan kreditor dalam laporan keuangan adalah aliran kas perusahaan tanpa menyebutkan income bersih. Artinya laporan aliran kas memiliki kandungan informasi untuk kepentingan investor dalam melakukan investasi, termasuk di dalam pasar modal Indonesia. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathul Hilal PK (2006).Tidak sejalannya hasil penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathul Hilal PK (2006) disebabkan karena objek yang diteliti berbeda. Pada penelitian 9 sebelumnya, objek yang diteliti menggunakan perusahaan manufaktur sedangkan penulis menggunakan objek penelitian perusahaan food and beverages yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan manufaktur. Hasil pengujian hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa total arus kas berpengaruh terhadap return saham juga disebabkan karena: informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para investor mengembangkan modal dan mendapatkan return untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dengan arus kas dimasa depan (future cashflow) termasuk kemungkinan pembayaran deviden di masa mendatang dan adanya beberapa manfaat dari laporan arus, seperti : memprediksi kesulitan keuangan, menilai resiko, ukuran dan waktu keputusan pinjaman, memprediksi peringkat (rating) kredit, menilai perusahaan,memberikan informasi tambahan pada pasar modal. Dengan demikian data arus kas termasuk di dalamnya terdapat total arus kas banyak digunakan oleh para investor untuk memprediksi atau memperkirakan return saham di pasar modal. Hasil pengujian hipotesis yang ketiga adalah menerima H0, yaitu size perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini didasarkan pada hasil uji t yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih besar dari 0,05. Tetapi dengan melihat nilai signifikansi t-hitung sebesar 0,052, penulis beranggapan bahwa variabel size perusahaan memiliki pengaruh yang abu-abu terhadap return saham, artinya antara memiliki pengaruh dan tidak. Hal ini disebabkan oleh asumsi dari para investor bahwa perusahaanperusahaan yang besar lebih profitable dibanding perusahaan-perusahaan yang kecil dalam bidang industri yang sama, dan tentunya hal ini juga akan berpengaruh siginifikan pada return saham perusahaan tersebut di pasar modal. Tetapi bila kita melihat dari rumusan size perusahaan dalam penulisan ini yang menggunakan total aktiva, disini terlihat bahwa total aktiva merupakan input yang digunakan untuk mengukur size perusahaan. Sedangkan untuk melihat profitable atau tidaknya suatu perusahaan dilihat dari output yang dihasilkan perusahaan tersebut. Selain hal tersebut di atas, banyaknya praktik perataan laba (income smoothing) yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar agar laba perusahaan tersebut terlihat lebih stabil juga merupakan alasan para investor melihat bahwa perusahaan yang besar belum tentu memiliki return yang besar. Hal inilah yang menjadikan size perusahaan, yang oleh penulis, memiliki pengaruh yang abu-abu terhadap return saham. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa size perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham masih abu-abu. Hasil pengujian hipotesis yang keempat adalah menolak H0, yaitu laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. Hal ini didasarkan pada hasil uji t yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi thitung lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai satu kesatuan oleh para investor dalam melakukan action. Total Arus Kas (X2) memberikan kontribusi yang paling besar terhadap return saham yang ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi standar yang paling besar yaitu 0,352. KESIMPULAN Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan: 1. Secara keseluruhan dari periode tahun 2005 sampai tahun 2009, laba kotor tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, total arus kas mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, size perusahaan mempunyai pengaruh yang abu-abu terhadap return saham. 2. Secara bersama-sama dari periode tahun 2005 sampai tahun 2009, laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai satu kesatuan oleh para investor dalam melakukan action. 10 3. Total Arus kas mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel return saham dibandingkan dengan variabel bebas lainnya yang mempengaruhi return saham. Keterbatasan Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan antara lain : 1. Emiten (perusahaan) dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages, sehingga hasil-hasilnya tidak digeneralisasi untuk seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Emiten selain emiten food and beverages tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini. 2. Periode penelitian relatif pendek yaitu hanya 5 tahun yaitu dari periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Dengan demikian, pengaruh masing-masing variabel belum dapat diketahui dalam jangka yang lebih panjang. 3. Penggunaan variabel dalam penelitian ini dibatasi pada tiga variabel saja yang mempengaruhi return saham, yaitu laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Ahmed Riahi–Belkaoui. 2000. Teori Akuntansi Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Ali, Ashig. 1994. The Incremental Information Content of Earnings, Working Capital from Operation and Cash Flows. Journal of Accounting Research. Vol 32 No 1 (Spring): 61-67. Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Bodie, Zvie dkk. 2002. Investments. International Edition. Mc Graw-Hill, Irwin.USA. Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham. Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang) : K-AKPM 21. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Pendekatan dan Tanya Jawab. Salemba Empat. Jakarta. Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 7 No 1 (Januari) : 74-93. Ferry dan Erna Eka Wati. 2004. Pengaruh Informasi Laba, Aliran Kas, dan Komponen Aliran Kas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII (Denpasar) : 1122-1133. Fisher, Donald E danRonald J. Jordan. 2000. Security Analysis and Portfolio Management. Prentice Hall of India. New Delhi. Hilal P.K., Fathul. 2009. Pengaruh Laba Akuntansi, Total Arus Kas, dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdapat Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2005–2009. 11 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Indonesia. Buku Dua. Jilid 9. Salemba Empat. Jakarta. Jogianto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi II. BPFE. Yogyakarta. Munawir, S. 2004. Analisa Keuangan. Edisi IV. Yogyakarta. Laporan Liberty. Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Andy. Yogyakarta. Laporan Keuangan Tahunan. Thesis. Universitas Indonesia. Depok. Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS : Contoh Kasus dan Pemecahannya. Andi. Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi I. BPFE. Yogyakarta Triyono dan Jogiyanto Hartono. 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi dengan Harga dan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3 No 1 (Januari) : 54-68. Rahmat Suwandha, Asep. 2006. Analisis Pengaruh Laba, Arus Kas, Size, Growth dan Leverage Terhadap Tingkat Abnormal Return Saham Syariah Disekitar Tanggal Pengumuman 12