pengaruh laba kotor, total arus kas, dan size

advertisement
PENGARUH LABA KOTOR, TOTAL ARUS KAS, DAN SIZE PERUSAHAAN
TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Petrus Dwi Edi Susilo
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of gross profit, total cash flows and firm size
on stock return of Food and Beverages company which are listed in Indonesia Stock Exchange,
either partially or together, and to identify variables that have the most impact on stock return of
Food and Beverages company which are listed in Indonesia Stock Exchange. The sample of this
research are Food and Beverages companies that listed in Indonesia Stock Exchange during the
period 2005 - 2009. Data were analyzed with multiple regression using SPSS program. The results
indicated partially during the year 2005 until 2009, that gross profit does not have a significant
impact on stock return while total cash flow has significant influence over the stock return. Firm
size has a “gray” influence to stock return. While at the same time, gross profit, total cash flows and
firm size have significant influence on the stock return. Total cash flow has a dominant influence on
stock return variables.
Key Words :
Gross Profit, Total Cash Flows, Firm Size, Stock Return, Food and Beverages
Company
PENDAHULUAN
Dalam
menanamkan
modalnya,
investor akan mempertimbangkan dengan
sebaik-baiknya ke perusahaan mana modal
akan ditanamkan. Untuk itulah para investor
memerlukan laporan keuangan perusahaan di
mana mereka menanamkan modalnya guna
melihat prospek keuntungan di masa
mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya, untuk mengetahui kondisi kerja
atau kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan tersebut. Pada umumnya tujuan
utama investor dalam menanamkan dananya
di perusahaan adalah untuk mencari
pendapatan atau tingkat kembalian investasi
(return).
Parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari investor dan
kreditor dari laporan keuangan ini adalah laba
dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua
ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut,
investor dan kreditor harus yakin bahwa
ukuran kinerja yang menjadi fokus perhatian
mereka adalah ukuran kinerja yang mampu
menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan
serta prospek pertumbuhan dimasa depan
dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain
kedua ukuran kinerja tersebut investor dan
kreditor juga perlu mempertimbangkan
karakteristik keuangan setiap perusahaan.
Karakteristik keuangan yang berbeda-beda
antar perusahaan menyebabkan relevansi
angka-angka akuntansi yang tidak sama pada
semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan
dapat digunakan untuk mewakili karakteristik
keuangan perusahaan.
Penelitian mengenai manfaat arus kas
dan hubungannnya dengan return saham
diantaranya dilakukan oleh Miller dan Rock
1
(1985) menguji reaksi pasar yang diproxy dari
return
saham
terhadap
pengumuman
komponen aliran kas. Hasilnya menunjukkan
bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap
arus kas pendanaan dan arus kas investasi
berpengaruh positif terhadap return saham.
Hasil penelitian Rayburn (1986) juga
menemukan bahwa terdapat asosiasi antara
arus kas operasi dan accrual aggregat dengan
return saham.
Di Indonesia penelitian tentang arus
kas diantaranya dilakukan oleh Baridwan
(1997), Suadi (1998), Hastuti (1998),
Kurniawan
(2000),
Triyono
(2000),
Hermawan (2002), dan Ferry (2004). Suadi
(1998) dalam penelitiannya menemukan
bahwa laporan
arus kas mempunyai
hubungan dengan jumlah pembayaran dividen
yang terjadi dalam satu tahun setelah terbitnya
laporan arus kas. Hal ini menunjukkan bahwa
laporan arus kas mempunyai kandungan
informasi dan bermanfaat bagi investor.
Triyono (2000) menguji hubungan kandungan
informasi arus kas, komponen arus kas, dan
laba akuntansi dengan harga dan return saham
memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan
komponen aliran kas (operasi, investasi, dan
pendanaan) seperti yang disyaratkan dalam
PSAK No.2 mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda
terhadap
return
saham.
Kurniawan (2000) menguji hubungan arus kas
operasi dan data akrual terhadap return saham
menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak
berhasil menunjukkan adanya hubungan
antara arus kas operasi dan komponen earning
dengan return saham.
Laporan laba rugi memuat banyak
angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan
laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba
akuntansi yang kesemuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi
manajer dalam mengelola perusahaan. Riset
akuntansi terutama yang mencari hubungan
angka laba dengan harga saham maupun
return saham selalu menggunakan angka laba
operasi atau EPS yang dihitung menggunakan
angka laba bersih dan jarang yang
menggunakan angka laba kotor.
Pada
penelitian
ini
peneliti
menggunakan angka laba kotor untuk melihat
pengaruhnya terhadap return saham dari
investasi terhadap saham perusahaan. Ini
didasarkan dari hasil penelitian Febrianto
(2005) yang membuktikan bahwa angka laba
kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik
dibandingkan kedua angka laba yang lain
yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih
operatif, dan lebih mampu memberikan
gambaran yang lebih baik tentang hubungan
antara laba dengan harga saham.
Size perusahaan menurut hasil
penelitian Cooke (1992) [dikutip oleh Ninna
Daniati dan Suhairi (2006 )] terbukti
mempengaruhi luas pengungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Penelitian
Miswanto (1999) tentang pengaruh operating
leverage, cyclicality, dan ukuran perusahaan
terhadap risiko bisnis menemukan bahwa
operating leverage tidak berpengaruh terhadap
peningkatan risiko bisnis begitu pula dengan
pengaruh cyclicality terhadap risiko bisnis
relatif kecil sedangkan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang positif terhadap
risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini
membuktikan
bahwa
size
perusahaan
berpengaruh terhadap risiko investasi yang
berarti pula berpengaruh terhadap return
investasi.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian
terdahulu dan temuan-temuan fakta baru di
atas, tujuan penulisan ini adalah untuk melihat
pengaruh laba kotor, total arus kas (arus kas
operasi, investasi, dan pendanaan), dan size
perusahaan terhadap tingkat return saham.
Alasan pemilihan variabel laba kotor, total
arus kas, dan size perusahaan adalah melihat
bahwa parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari investor dan
kreditor dari laporan keuangan adalah laba
dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua
ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut,
investor dan kreditor yakin bahwa ukuran
kinerja yang menjadi fokus perhatian mereka
adalah ukuran kinerja yang mampu
menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan
serta prospek pertumbuhan dimasa depan
dengan lebih baik. Oleh karena itu, selain
2
kedua ukuran kinerja tersebut investor dan
kreditor juga mempertimbangkan karakteristik
keuangan setiap perusahaan. Karakteristik
keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan
menyebabkan
relevansi
angka-angka
akuntansi yang tidak sama pada semua
perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat
digunakan untuk mewakili karakteristik
keuangan perusahaan (Indriani:2005). Adapun
obyek penelitian adalah pada perusahaan food
and beverage yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2005-2009.
Pemilihan perusahaan food and beverages
didasari oleh adanya kenyataan bahwa
perusahaan makanan dan minuman (food and
beverage)
adalah
perusahaan
yang
menghasilkan
produk
yang
banyak
dikonsumsi oleh masyarakat luas setiap
harinya. Sektor makanan dan minuman akan
survive dan paling tahan terhadap krisis
dibandingkan dengan sektor lainnya, sebab
dalam kondisi krisis ataupun tidak produk
makanan dan minuman tetap dibutuhkan.
Dalam keadaan krisis konsumen akan
membatasi konsumsinya dengan memenuhi
kebutuhan dasar dan mengurangi kebutuhan
barang sekunder. Perusahaan dengan kategori
semacam ini akan terus tumbuh dan
berkembang menjadi besar dan menarik
banyak investor untuk menanamkan investasi
terhadapnya.
Adanya fenomena praktik perataan
laba (income smoothing) di perusahaanperusahaan go public seperti penelitian yang
dilakukan oleh Masodah (2007), Juniarti dan
Corolina (2005), Zulfa Irawati dan Anugerah
Maya (2007), dimana income smoothing
merupakan
upaya
manajemen
dalam
menstabilkan laba (laba bersih) [Syafri (2004)
yang dikutip Masodah] adalah merupakan
alasan dimana penulis menggunakan variabel
laba kotor bukan laba bersih. Dengan adanya
praktik tersebut, laba bersih yang tertera
dalam laporan keuangan tidak lagi merupakan
laba
bersih
yang benar-benar didapat
perusahaan melainkan sudah dimanipulasi
(earnings manipulation).
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Myer dalam bukunya Financial
Statement Analysis mengatakan bahwa
“laporan keuangan adalah dua daftar yang
disusun oleh Akuntan pada akhir periode
untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau rugi
laba”.
Laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen biasanya terdiri dari:
a) Neraca atau laporan posisi keuangan yang
menggambarkan likuiditas atau kelancaran
operasi perusahaan. Neraca menunjukkan
keadaan keuangan suatu perusahaan pada
tanggal tertentu.
b) Laporan rugi laba, yaitu laporan yang
memberikan gambaran tentang besarnya
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan serta
besarnya laba atau rugi yang diperoleh
perusahaan yang bersangkutan selama
suatu periode akuntansi.
c) Laporan perubahan modal, yaitu laporan
yang berisikan tentang perubahan
besarnya modal pada saat tertentu akibat
adanya pendapatan dan penarikan modal
untuk kepentingan pemiliknya (prive).
d) Laporan perubahan posisi keuangan,
menunjukkan arus dana dan perubahanperubahan dalam posisi keuangan dalam
tahun buku yang bersangkutan. (FASB
dalam SFAS Nomor 95 menentukkan
laporan ini diganti dengan laporan aliran
kas).
e) Laporan arus kas, yaitu laporan keuangan
yang memperlihatkan dampak-dampak
dari aktvitas operasi, pendanaan, dan
investasi perusahaan terhadap arus kas
selama periode akuntansi tertentu dalam
suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal
dan saldo akhir. Informasi tentang arus
kas yang sudah menjadi bagian yang
integral dari laporan keuangan perusahaan
publik di Indonesia sejak berlakunya
Standar Akuntansi keuangan (SAK) pada
tanggal 1 Januari 1995 berguna bagi para
pemakai laporan keuangan sebagai dasar
3
untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas
dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
mengunakan arus kas tersebut. Menurut
IAI (2002) arus kas (cash flows) adalah
arus masuk dan arus keluar atau setara
kas.
Terdapat dua tujuan pelaporan keuangan
menurut Statement of Financial Accounting
Concepts
(SFAC)
No.
1.
Pertama,
memberikan informasi yang bermanfaat bagi
investor, investor potensial, kreditor dan
pemakai lainnya untuk membuat keputusan
investasi, kredit, dan keputusan serupa
lainnya. Kedua, memberikan informasi
tentang prospek arus kas untuk membantu
investor dan kreditur dalam menilai prospek
arus kas bersih perusahaan (FASB [1978]).
Menurut standar akuntansi keuangan di
Indonesia (IAI [2002]) tujuan laporan
keuangan yaitu untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Laporan keuangan adalah alat utama
perusahaan untuk menyampaikan informasi
akuntansi kepada pihak luar perusahaan
(SFAC No 1 (1978)). Suatu laporan keuangan
dikatakan memiliki kandungan informasi
apabila publikasi laporan keuangan tersebut
menvebabkan reaksi pasar. Istilah reaksi pasar
ini mengacu pada perilaku investor dan pelaku
pasar lainnya untuk melakukan transaksi
membeli ataupun menjual saharn (Adjie,
2003).
Investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang (Tandelilin, 2001).
Terdapat beberapa tujuan mengapa
orang berinvestasi, secara umum terlihat dari
definisi di atas tentunya adalah untuk
memperoleh keuntungan berupa sejumlah
uang. Tetapi selain tujuan itu ada tujuan lain
dalam berinvestasi yaitu untuk mengurangi
tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi
dalam pemilikan perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindari diri dari risiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya
akibat adanya pengaruh inflasi.
Harga saham adalah nilai bukti
penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah listed di bursa efek, dimana saham
tersebut telah beredar (outstanding securities)
(Yarnes, 2003:613). Dalam melakukan
aktivitas investasi pada saham, diharapkan
akan mendapat hasil dimasa yang akan datang
yang berupa return. Return merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi surat berharga.
Dimana semakin tinggi return semakin besar
keuntungan yang diperoleh oleh investor.
Return dapat berupa return realisasi yang
sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di
masa yang akan datang. Return realisasi
(realized return) merupakan return yang telah
terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan
return
ekspektasi
(expected
return).
Pengukuran return saham diperoleh dari
perubahan harga saat awal membeli dikurangi
harga saat menjual. Return saham suatu
periode dapat dihitung menggunakan modal
Robert. A Ariel (1987) dalam Joko Sukendro
(1999: 20) dengan formula sebagai berikut :
Pt – Pt -1
Rit =
Pt –1
Keterangan :
Rit
= Return saham pada perode ke-t
Pt-1 = Harga saham pada periode
sebelum pengamatan
Pt
= Harga saham periode
pengamatan
Perhitungan
laba-rugi
adalah
perhitungan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Masyarakat bisnis dan investasi
menggunakan laporan ini untuk menentukan
probabilitas, nilai investasi, dan kelayakan
kredit. Laporan laba rugi memuat banyak
4
angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan
laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba
akuntansi yang kesemuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi
manajer dalam mengelola perusahaan.
Berdasarkan tingkatannya ada tiga jenis
laba yaitu : (Anis Cariri :130)
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih lebih dari hasil
penjualan bersih diatas harga pokok
penjualan. Laba kotor sering disebut juga
laba dari penjualan.
2. Laba operasi
Laba operasi adalah selisih lebih dari laba
kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya
operasi terdiri dari biaya penjualan dan
biaya administrasi dan umum.
3. Laba bersih setelah pajak
Laba bersih setelah pajak adalah
keseluruhan penjualan dengan biaya dan
telah dipotong atau dikurangi oleh pajak.
Dalam penyusunan laporan laba rugi,
laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua
angka laba lainnya, artinya perhitungan angka
laba kotor akan menyertakan lebih sedikit
komponen pendapatan dan biaya dibanding
angka laba lainnya. Karena semakin detail
perhitungan suatu angka laba akan semakin
banyak pilihan metode akuntansi sehingga
semakin rendah kualitas laba.
Beberapa penelitian tentang hubungan laba
dengan return saham dapat dilihat dari hasil
penelitian dipasar modal yang telah dilakukan
sebelumnya yaitu antara lain (dikutip oleh
Budi Purwanto Jati, 1998):
1. Ball dan Brown (1968) dalam Linda dan
Syam (2005) menunjukkan adanya
hubungan positif antara laba tahunan dan
tingkat keuntungan abnormal, artinya jika
laba mengalami kenaikan maka rata-rata
tingkat keuntungan abnormal juga akan
meningkat dan peningkatan itu terjadi
sepanjang
tahun,
sebaliknya
jika
perubahan laba tersebut berupa penurunan
maka tingkat keuntungan abnormal juga
akan menurun terus sepanjang tahun.
2. Breaver (1970) dalam Linda dan Syam
(2005) menunjukkan bahwa pengumuman
laba memberikan informasi baru bagi
3.
4.
5.
6.
7.
pasar, sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan harga saham.
Brown (1970) dalam Linda dan Syam
(2005)
menunjukkan
terjadinya
peningkatan abnormal return sebesar 5%
selama 12 bulan sebelum laba diumumkan
pada perusahaan yang labanya mengalami
penurunan, abnormal returnnya selama 12
bulan sebelum laba diumumkan terus
menerus mengalami penurunan sebesar
9%.
Beaver, Charke dan Wright (1979) dalam
Linda dan Syam (2005) menunjukkan
adanya hubungan yang searah antara tanda
(sign)
dan
besarnya
(magnitude)
perubahan laba tak terduga dengan tanda
dan besarnya keuntungan abnormal dalam
periode
sebelum
laba
tahunan
diumumkan.
Strong (1993) dalam Linda dan Syam
(2005), menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara tingkat keuntungan
(return) saham dengan perubahan laba
(earning changes).
Husnan, et al (1995) dalam Linda dan
Syam (2005), menunjukkan bahwa
laporan keuangan yang menurut informasi
laba mempunyai pengaruh terhadap
kegiatan perdagangan dan variabilitas
tingkat keuntungan saham. Hal ini
tercemin pada lebih tingginya kegiatan
perdagangan dan variabilitas tingkat
keuntungan
saham
pada
periode
pengumuman
laporan
keuangan
dibandingkan dengan periode di luar
pengumuman.
Febrianto (2005) [dikutip oleh Ninna
Daniati dan Suhairi 92006)] dalam
penelitiannya yang menguji angka laba
mana antara laba kotor, laba operasi, dan
laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh
investor
dan
seberapa
signifikan
perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga
angka laba tersebut. Penelitian Febrianto
(2005) ini menyimpulkan bahwa angka
laba kotor lebih mampu memberikan
gambaran yang lebih baik tentang
hubungan laba dan harga saham yang
sangat erat pula hubungannya dengan
5
return saham.Laba kotor lebih terkendali
oleh manajemen karena rekening cost
barang terjual menentukan daya saing
produk dipasar. Manajemen pasti berusaha
untuk mengendalikan biaya tersebut pada
tingkat yang rendah agar produk bisa
dijual dengan harga yang kompetitif.
Rekening yang membentuk cost barang
terjual pun relatif bebas dari pilihan
metode akuntansi, jikapun ada itu hanya
pilihan antara FIFO dan LIFO yang
didalam penelitian dibuktikan tidak
mempengaruhi keputusan investor dan
masalah pembebanan biaya overhead
pabrik yang sebenarnya tidak terlalu
mengubah nilai akhir cost barang terjual.
Metode ABC dan Just in Time misalnya
adalah bukti bahwa manajemen berusaha
keras untuk mengendalikan cost barang
terjual.
Menurut IAI (2002) arus kas (cash flows)
adalah arus masuk dan arus keluar atau setara
kas.
Sedangkan
menurut
Alexander
Hamilton Institute (1993) mengatakan
bahwa arus kas adalah suatu proses, yaitu cara
suatu perusahaan membangkitkan dan
menggunakan dana tunainya. Klasifikasi arus
kas (Prastowo,1995:120) ada tiga yaitu :
1) Aktivitas operasi (operating activities)
Aktivitas
operasi
adalah
aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan
dan aktivitas lain yang mencakup aktivitas
produksi dan pengiriman barang atau
penyerahan jasa.
2) Aktivitas investasi (investing activities)
Aktivitas investasi mencakup aktivitas
meminjamkan uang dan mengumpulkan
piutang serta memperoleh dan menjual
investasi dan aktiva jangka panjang
produktif.
3) Aktivitas pendanaan (financing activities)
Aktivitas pendanaan berkaitan dengan
pos-pos hutang jangka panjang dan modal.
Arus kas merupakan komponen di
dalam penentuan nilai perusahaan. Nilai pasar
(market value) dari perusahaan, merupakan
nilai sekarang (present value) dari aliranaliran kas (cash flows) masa datang. Arus kas
merupakan salah satu indikator nilai pasar
perusahaan. Artinya perusahaan yang
mempunyai arus kas yang tinggi berarti
mempunyai nilai pasar yang tinggi. Nilai
pasar yang tinggi ini akan mendorong investor
untuk tertarik berinvestasi pada saham
perusahaan itu. Tentu saja ini akan
meningkatkan harga saham perusahaan dan
pada akhirnya berimbas pada meningkatnya
return perusahaan. Dari hasil penelitian
Livnat dan Zarowin, yang dikutip oleh
Triyono dan Jogiyanto (2000), menunjukkan
bahwa unexpected cash inflow or outflow dari
operasi dalam periode tertentu akan
mempengaruhi
harga
saham
melalui
pengaruhnya pada arus kas, sehingga
diharapkan komponen arus kas dalam operasi
mempunyai hubungan yang signifikan dengan
harga saham.
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur
dengan menggunakan total aktiva, penjualan,
atau modal dari perusahaan tersebut. Salah
satu tolak ukur yang menunjukkan besar
kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari
perusahaan tersebut. Miswanto (1999) dalam
penelitiannya mengenai pengaruh ukuran
perusahaan pada risiko bisnis menemukan
bahwa
besar
kecilnya
perusahaan
mempengaruhi
risiko
bisnis.
Dari
penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa
perusahaan kecil memiliki risiko dan return
yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar.
SKEMA/KERANGKA BERPIKIR
Lap. Keuangan
Reaksi Pasar
( H-2, H-1, H, H+1, H+2)
Laba Kotor
Total Arus Kas
Return
saham
Size perusahaan
6
Hipotesis
1. H0 : Laba kotor tidak berpengaruh
terhadap return saham.
2. H0 : Total arus kas tidak
berpengaruh
terhadap return saham.
3. H0 : Size perusahaan tidak
berpengaruh terhadap return
saham
4. H0 : Laba kotor, total arus kas, dan
size perusahaan secara
bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap return
saham
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan food and beverages yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dimensi waktu penelitian ini
mencakup 5 tahun (2005-2009). Dalam usaha
memperoleh data yang dibutuhkan untuk
menyusun penelitian ini, penulis melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumentasi dari Bursa Efek
Indonesia, yaitu berupa data laporan keuangan
dari tahun 2005 sampai 2009 dan data tanggal
pengumuman laporan keuangan, dan arsip ini
dapat diperoleh dari Pusat Referensi Pasar
Modal (PRPM), Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun teknik sampling yang
digunakan
purposive
sampling
yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Kriteria perusahaan yang dijadikan
sampel adalah :
a. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai
emiten (perusahaan) makanan dan
minuman berdasarkan klasifikasi ICMD
sebelum 31 Desember 2005 dan tetap
terdaftar sampai tahun 2009. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data yang
berkesinambungan.
b. Perusahaan tidak delisting selama periode
2005-2009 dan tahun buku berakhir pada
tanggal 31 Desember.
c. Perusahaan yang datanya tersedia secara
lengkap atau yang telah mempublikasikan
laporan keuangannya untuk kebutuhan
analisis dan tanggal pengumuman laporan
keuangannya diketahui.
d. Saham perusahaan aktif diperdagangkan
pada periode 2005-2009.
e. Perusahaan memperoleh laba positif
berturut-berturut
selama
periode
penelitian. Perusahaan yang memenuhi
kriteria judgement sample ini ada 10
perusahaan. Dengan demikian, 10
perusahaan inilah yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini.
Terdapat dua tahapan yang ditempuh
dalam penelitian ini adalah yaitu tahap
pengambilan sampel dan tahap kedua adalah
pengujian hipotesis. Sebelum melakukan uji
hipotesis, peneliti melakukan uji korelasi yang
bertujuan untuk menguji hubungan antara
variabel dependen dengan masing-masing
variabel independen untuk mengetahui sifat
hubungan variabel dependen dan independen.
Uji
hipotesis
digunakan
untuk
mengetahui apakah angka korelasi yang
didapat benar-benar signifikan atau dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan dua
variabel. Terdapat dua uji hipotesis yang
digunakan yaitu uji t atau uji keberartian
koefisien regresi digunakan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen dan uji F digunakan untuk
mengetahui nyata tidaknya model regresi
linier antara variabel bebas dengan variabel
terikat atau dengan kata lain mengetahui
pengaruh bersama-sama variabel independen
terhadap variabel dependen.
Setelah pengujian hipotesis, langkah
terakhir adalah uji asumsi klasik yaitu
normalitas, multikolinearitas, otokorelasi, dan
heteroskesdastisitas.
Uji Normalitas untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel terikat dan
variabel
bebas
keduanya
mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal (Bhuono
Agung Nugroho, 2005). Salah satu cara dalam
7
melihat normalitas data yaitu dengan melihat
Nilai Skewness. Nilai skewness digunakan
untuk mengetahui bagaimana distribusi
normal data dalam variabel dengan menilai
kemiringan kurva. Nilai skewness yang baik
adalah mendekati 0.
Uji Multikolinearitas diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam satu model, sehingga
tidak terjadinya korelasi yang sangat kuat
antara suatu variabel independen dengan
variabel independen yang lain (Bhuono
Agung
Nugroho,
2005).
Deteksi
multikolinearitas pada suatu model dapat
dilihat dari nilai Variance Inflation Factor
(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1, maka model dapat
dikatakan terbebas dari multikolinearitas dan
dapat juga dilihat dari R2 maupun R-Square
diatas 0,60 namun tidak ada variabel
independen yang berpengaruh terhadap
variabel dependen, maka ditengarai model
terkena multikolinearitas.
Uji Otokorelasi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu (et) pada periode
tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya (et-1) (Bhuono Agung Nugroho,
2005). Cara mudah mendeteksi autokorelasi
dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Untuk mempercepat proses ada tidaknya
autokorelasi dalam suatu model dapat
digunakan patokan nilai Durbin Watson
hitung mendekati angka 2. Jika nilai Durbin
Watson hitung mendekati angka 2 maka
model tersebut terbebas dari asumsi klasik
autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin
Watson terletak di daerah no autocorrelation.
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan
untuk menguji terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain atau gambaran
hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Delete Residual nilai tersebut
(Bhuono Agung Nugroho, 2005). Cara
memprediksi
ada
tidaknya
heteroskesdastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari pola gambar Scatterplot yang
menyatakan model regresi linier berganda
tidak terdapat heteroskesdastisitas jika titiktitik data menyebar di atas dan di bawah atau
di sekitar angka 0, titik-titik data tidak
mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
penyebaran titik-titik data tidak membentuk
pola bergelombang melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali, penyebaran
titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Untuk menguji asumsi klasik peneliti
memanfaatkan software SPSS versi 12 for
Windows.
Metode analisis data dalam penelitian
ini digunakan model persamaan regresi linier
berganda
Rit = α + β1LK + β2TAK + β3SP + ei,t
Dimana:
Rit = Return realisasi saham i pada periode
pengamatan t
LK = laba kotor perusahaan
TAK = total arus kas perusahaan
SP =
Size perusahaan
ei,t = Informasi relevan lainnya pada
perusahaan i pada periode t.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Statistik
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
sampel adalah 10 perusahaan, Rata-rata
(mean) hanya merupakan representative
(mewakili) dari seluruh nilai-nilai variabel
yang diteliti.
Berdasarkan table descriptive statistic (pada
lampiran) di atas dapat diketahui bahwa hasil
analisa data yang diperoleh dari pengujian
terhadap 50 sampel dari perusahaan food and
beverages di Bursa Efek Indonesia. Variabel
laba kotor memiliki nilai minimum sebesar
20.054539995 (Rp. 20.054.539.995) dan nilai
maksimum sebesar 10121.946000000
(Rp 10.121.946.000.000). Variabel total arus
kas memiliki nilai minimum sebesar 8
456.266487031 (Rp 456.266.487.031) dan
nilai maksimum sebesar 9659.681838000 (Rp
9.659.681.838.000). Variabel size perusahaan
memiliki
nilai
minimum
sebesar
97.814664658 (Rp 97.814.664.658) dan nilai
maksimum sebesar 40382.953000000 (Rp
40.382.953.000.000). Variabel return saham
memiliki nilai minimum sebesar
-0,5672
dan nilai maksimum sebesar 0,8276.
Rata-rata (mean) hanya merupakan
representative (mewakili) dari seluruh nilainilai variable yang diteliti. Rata-rata variabel
laba kotor sebesar 925.82817178116 (Rp
925.828.171.781,16). Hal tersebut bukan
berarti setiap tahun jumlah rata-rata dari laba
kotor
adalah
925.82817178116
(Rp
925.828.171.781,16). Akan tetapi setiap tahun
laba kotor dapat bervariasi. Jumlah laba kotor
yang sesungguhnya mungkin lebih atau
kurang
dari
925.82817178116
(Rp
925.828.171.781,16) atau mungkin juga tepat
925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16).
Begitu juga halnya dengan rata-rata variabel
total
arus
kas
adalah
sebesar
373.40087897288 (Rp 373.400.878.972,88),
variabel size perusahaan adalah sebesar
3389.72259746514
(Rp3.389.722.597.465,14),
dan
variabel
return saham adalah sebesar 0.100002.
Penggunaan standar deviasi untuk
menilai disperse (variasi) rata-rata dari
sampel. Standar deviasi variabel laba kotor
Penggunaan variabel laba kotor bukan
laba bersih oleh penulis juga disinyalir
merupakan faktor dimana tidak signifikansinya
laba kotor terhadap return saham. Dalam laba
kotor para investor belum bisa melihat biayabiaya yang akan di matching kan dengan
pendapatan. Flutktuatifnya laba kotor dari
tahun ke tahun yang terlihat pada tabel 4.1
juga merupakan salah faktor dimana laba kotor
tidak dijadikan bahan pertimbangan bagi para
investor dalam mempengaruhi return saham
karena para investor lebih menyukai laba yang
stabil (smooth) sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan action.
Hasil pengujian hipotesis yang kedua
adalah menolak H0, yaitu total arus kas
berpengaruh terhadap return saham. Hal ini
sebesar 2190.628695037186 yang mempunyai
pengertian bahwa dari 50 data laba kotor yang
diteliti dapat diperoleh variasi sebesar
2190.628695037186 dari hasil rata-rata 50
data
laba
kotor
yang
sebesar
925.82817178116 (Rp 925.828.171.781,16).
Begitu juga halnya dengan standar deviasi
total
arus
kas
yang
sebesar
1583.986023756432, variabel size perusahaan
yang sebesar 8867.316738821730, dan
variabel return saham yang sebesar
0.2743565.
Pengujian Hipotesis
Hasil Pengujian hipotesis yang
pertama adalah menerima H0, yaitu laba kotor
tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal
ini didasarkan pada
hasil uji t, yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi t-hitung
lebih besar dari 0,05. Hasil Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ninna Daniati dan Suhairi (2006).
Tidak sejalannya hasil penelitian
penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ninna Daniati dan Suhairi (2006)disebabkan
karena objek yang diteliti berbeda. Pada
penelitian sebelumnya, objek yang diteliti
menggunakan industri tekstil dan otomotif
sedangkan penulis menggunakan objek
penelitian perusahaan food and beverages
yang mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan perusahaan tekstil dan otomotif.
didasarkan pada hasil uji t yang menunjukkan
bahwa nilai signifikansi t-hitung lebih kecil
dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan
tujuan laporan keuangan No.3 dalam Trueblood
Report, yaitu disebutkan bahwa dasar
kepentingan investor dan kreditor dalam laporan
keuangan adalah aliran kas perusahaan tanpa
menyebutkan income bersih. Artinya laporan
aliran kas memiliki kandungan informasi untuk
kepentingan investor dalam melakukan investasi,
termasuk di dalam pasar modal Indonesia.
Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fathul Hilal PK
(2006).Tidak sejalannya hasil penelitian
penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fathul Hilal PK (2006) disebabkan karena
objek yang diteliti berbeda. Pada penelitian
9
sebelumnya, objek yang diteliti menggunakan
perusahaan manufaktur sedangkan penulis
menggunakan objek penelitian perusahaan
food and beverages yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan manufaktur.
Hasil pengujian hipotesis kedua yang
menunjukkan
bahwa
total
arus
kas
berpengaruh terhadap return saham juga
disebabkan karena: informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para investor mengembangkan
modal dan mendapatkan return untuk menilai
dan membandingkan nilai sekarang dengan
arus kas dimasa depan (future cashflow)
termasuk kemungkinan pembayaran deviden
di masa mendatang dan adanya beberapa
manfaat dari laporan arus, seperti :
memprediksi kesulitan keuangan, menilai
resiko, ukuran dan waktu keputusan pinjaman,
memprediksi peringkat (rating) kredit, menilai
perusahaan,memberikan informasi tambahan
pada pasar modal. Dengan demikian data arus
kas termasuk di dalamnya terdapat total arus
kas banyak digunakan oleh para investor untuk
memprediksi atau memperkirakan return
saham di pasar modal.
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga
adalah menerima H0, yaitu size perusahaan
tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal
ini didasarkan pada
hasil uji t yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi t-hitung
lebih besar dari 0,05. Tetapi dengan melihat
nilai signifikansi t-hitung sebesar 0,052,
penulis beranggapan bahwa variabel size
perusahaan memiliki pengaruh yang abu-abu
terhadap return saham, artinya antara memiliki
pengaruh dan tidak. Hal ini disebabkan oleh
asumsi dari para investor bahwa perusahaanperusahaan yang besar lebih profitable
dibanding perusahaan-perusahaan yang kecil
dalam bidang
industri yang sama, dan
tentunya hal ini juga akan berpengaruh
siginifikan pada return saham perusahaan
tersebut di pasar modal. Tetapi bila kita
melihat dari rumusan size perusahaan dalam
penulisan ini yang menggunakan total aktiva,
disini terlihat bahwa total aktiva merupakan
input yang digunakan untuk mengukur size
perusahaan. Sedangkan untuk
melihat
profitable atau tidaknya suatu perusahaan
dilihat dari output yang dihasilkan perusahaan
tersebut. Selain hal tersebut di atas, banyaknya
praktik perataan laba (income smoothing) yang
dilakukan perusahaan-perusahaan besar agar
laba perusahaan tersebut terlihat lebih stabil
juga merupakan alasan para investor melihat
bahwa perusahaan yang besar belum tentu
memiliki return yang besar. Hal inilah yang
menjadikan size perusahaan, yang oleh
penulis, memiliki pengaruh yang abu-abu
terhadap return saham.
Dengan demikian hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa size perusahaan tidak
berpengaruh terhadap return saham masih
abu-abu.
Hasil pengujian hipotesis yang
keempat adalah menolak H0, yaitu laba kotor,
total arus kas, dan size perusahaan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini didasarkan pada hasil uji t
yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi thitung lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan
digunakan sebagai satu kesatuan oleh para
investor dalam melakukan action.
Total Arus Kas (X2) memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap return
saham yang ditunjukkan dengan nilai koefisien
regresi standar yang paling besar yaitu 0,352.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan:
1. Secara keseluruhan dari periode tahun 2005
sampai tahun 2009, laba kotor tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
return saham, total arus kas mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham,
size perusahaan mempunyai pengaruh yang
abu-abu terhadap return saham.
2. Secara bersama-sama dari periode tahun 2005
sampai tahun 2009, laba kotor, total arus kas,
dan size perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Hal ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan
digunakan sebagai satu kesatuan oleh para
investor dalam melakukan action.
10
3. Total Arus kas mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap variabel return saham
dibandingkan dengan variabel bebas lainnya
yang mempengaruhi return saham.
Keterbatasan
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
mempunyai keterbatasan-keterbatasan antara
lain :
1. Emiten (perusahaan) dalam penelitian ini
adalah perusahaan food and beverages,
sehingga
hasil-hasilnya
tidak
digeneralisasi untuk seluruh perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Emiten selain emiten food and beverages
tidak dipertimbangkan dalam penelitian
ini.
2. Periode penelitian relatif pendek yaitu
hanya 5 tahun yaitu dari periode tahun
2005 sampai dengan tahun 2009. Dengan
demikian,
pengaruh
masing-masing
variabel belum dapat diketahui dalam
jangka yang lebih panjang.
3. Penggunaan variabel dalam penelitian ini
dibatasi pada tiga variabel saja yang
mempengaruhi return saham, yaitu laba
kotor, total arus kas, dan size perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed
Riahi–Belkaoui.
2000.
Teori
Akuntansi Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
Ali,
Ashig. 1994. The Incremental
Information Content of Earnings,
Working Capital from Operation and
Cash Flows. Journal of Accounting
Research. Vol 32 No 1 (Spring): 61-67.
Baridwan,
Zaki.
2000.
Intermediate
Accounting. Edisi Ketujuh. BPFE.
Yogyakarta.
Bodie, Zvie dkk. 2002. Investments.
International Edition. Mc Graw-Hill,
Irwin.USA.
Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh
Kandungan Informasi Komponen Arus
Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan
Terhadap Expected Return Saham.
Simposium Nasional Akuntansi IX
(Padang) : K-AKPM 21.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin.
2001. Pasar Modal di Indonesia.
Pendekatan dan Tanya Jawab. Salemba
Empat. Jakarta.
Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya
Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor
Kontekstual
Terhadap
Kegunaan
Earnings dan Arus Kas Operasi dalam
Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol 7 No 1
(Januari) : 74-93.
Ferry dan Erna Eka Wati. 2004. Pengaruh
Informasi Laba, Aliran Kas, dan
Komponen Aliran Kas Terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia.
Simposium
Nasional
Akuntansi VII (Denpasar) : 1122-1133.
Fisher, Donald E danRonald J. Jordan. 2000.
Security
Analysis
and
Portfolio
Management. Prentice Hall of India.
New Delhi.
Hilal P.K., Fathul. 2009. Pengaruh Laba
Akuntansi, Total Arus Kas, dan Net
Profit Margin Terhadap Return Saham
Perusahaan Asuransi Yang Terdapat
Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Universitas
Islam
Indonesia.
Yogyakarta.
Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
2005–2009.
11
James C. Van Horne dan John M.
Wachowicz,
Jr.
Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi Indonesia.
Buku Dua. Jilid 9. Salemba Empat.
Jakarta.
Jogianto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Edisi II. BPFE. Yogyakarta.
Munawir, S. 2004. Analisa
Keuangan.
Edisi
IV.
Yogyakarta.
Laporan
Liberty.
Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu
Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Andy. Yogyakarta.
Laporan Keuangan Tahunan. Thesis.
Universitas Indonesia. Depok.
Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi
Menggunakan SPSS : Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Andi. Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi
dan Manajemen Portofolio. Edisi I.
BPFE. Yogyakarta
Triyono dan Jogiyanto Hartono. 2000.
Hubungan Kandungan Informasi Arus
Kas, Komponen Arus Kas, dan Laba
Akuntansi dengan Harga dan Return
Saham.
Jurnal
Riset
Akuntansi
Indonesia. Vol 3 No 1 (Januari) : 54-68.
Rahmat Suwandha, Asep. 2006. Analisis
Pengaruh Laba, Arus Kas, Size, Growth
dan Leverage Terhadap Tingkat
Abnormal Return Saham Syariah
Disekitar
Tanggal
Pengumuman
12
Download