Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif

advertisement
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Radomayang
Hadija Samon
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
IPA pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Randomayang dengan Penerapan
pembelajaran tematik. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus setiap siklus terdiri
dari dua kali pertemuan setiap pertemuan terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh peningkatan
hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 5,61 % yaitu dari 68,80%
pada siklus I dan 72,66% pada siklus II. Sedangkan aktivitas siswa telah meningkat
dari siklus I ke siklus II sebesar 8,97% dan aktivitas pembelajaran guru juga
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,65 % berada pada
kategori baik. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas III SDN Randomayang.
Kata Kunci: Tematik, hasil belajar
I.
PENDAHULUAN
Hasil observasi di SDN Randomayang tersebut masih terdapat sebagian besar
siswa belum menguasai materi ajar IPA. Hal ini dapat dilihat pada setiap kali
dilakukan ulangan harian atau semester, nilai hasil belajar masih sangat rendah,
yakni hanya mendapat nilai dibawah nilai KKM yang ditetapkan setiap materi.
Besaran hasil yang perolehan belum mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 85%
Depdikns (2004). Kesulitan ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
fasilitas yang disiapkan sekolah masih sangat minim, yakni jumlah buku masih
sangat kecil; kemampuan guru masih juga sangat rendah; guru tidak berusaha untuk
mencari sumber belajar pembelajaran masih berlangsung terfokus pada guru (teacher
100
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
centre) siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya, bahkan, guru bersikap pasif
sehingga akhirnya siswa takut bertanya; guru tidak memberikan contoh kongkrit
yang jelas dari materi yang diajarkan; cara mengajar guru terlalu cepat; siswa jarang
diberi latihan di dalam kelas sesudah materi diajarkan oleh guru; kalau ada latihan
atau pekerjaan rumah pekerjaan siswa tidak dikembalikan untuk ditindaklanjuti jika
ada jawaban yang salah; guru kurang memotivasi siswa untuk belajar dan belajar lagi
dan jika ada anak yang berani bertanya atau menjawab, guru tidak memberinya
penguatan atau penghargaan.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru mengajar target tuntas
materi. Tentunya kondisi ini dianggap kurang baik dalam mendukung perkembangan
kecerdasan anak. Ditekankan oleh Pusat Kurikulum (2006) bahwa anak pada usia
tersebut masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan.
Oleh karena itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir sehingga menjadi
kesulitan bagi mereka.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, betapa pentingnya mencari
strategi alternatif yang memungkinkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap materi ajar tersebut. Salah satu strategi alternatif yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap IPA
adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik (Pusat Kurikulum,
2006). Pendekatan pembelajaran tematik memiliki keterkaitan dengan modul lain
terutama modul yang berbicara tentang pendekatan pembelajaran. Harapan guru
sebagai peneliti ini kiranya pendekatan pembelajaran tematik ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III SDN Randomayang Pasangkayu, Kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat.
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah
apakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas III SDN Randomayang Pasangkayu Kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat. Berdasarkan atas permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
tindakan ini adalah (1) memaksimalkan penguasaan konsep IPA siswa kelas III SDN
Randomayang Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat
melalui
pendekatan
101
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
pembelajaran tematik. (2) meningkat kemampuan siswa dalam memahami konsep
IPA melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan
materi
beberapa
mata
pelajaran
dalam
satu
tema/topik
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004), menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,
nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan
tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.
Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu
yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan
lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3)
efisiensi.
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana
diungkapkan Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2005), sebagai berikut 1) berpusat pada
siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif
baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih
banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal
ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang
pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan
kebiasaan
kegiatan
pembelajaran
yang
penyajiannya
berdasarkan
mata
pelajaran/bidang studi.
102
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan
pada kelas-kelas bawah atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak
usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan
di semua kelas sekolah dasar. Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa
tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi.
tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran
tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran
tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan dalam merancang pembelajaran tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi
dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema
yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester,
3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan
pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan
topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan
topik pembelajaran tematik
2. Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium
yang memadai
tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi
pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai
tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan
mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan
cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang
laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil.
Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam
proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat
pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi
103
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan
karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu
paparan/pameran karya siswa.
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau
keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat
berupa wawancara, atau dialog secara informal.
Pengalaman siswa yang dapat diterima dalam pembelajaran terpadu, guru
mengarahkan dan menggambarkan berbagai materi yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Semua pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman.
Secara garis besar IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah. Proses ilmiah merupakan bagian bidang fisika, dengan
kata lain termasuk materi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan IPA terbatas
pada produk itu belum lengkap karena baru mengajarkan salah satu komponennya
saja, sehingga dengan model pembelajaran terpadu, materi IPA dapat dikaitkan satu
dengan yang lain. Hal ini berarti pendidikan IPA dalam arti luas bertujuan
mengembangkan kepribadian siswa.
II.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas III SDN Randomayang Kabupaten
Mamuju Utara Sulawesi Barat dengan jumlah siswa 30 orang pada tahun Ajaran
2012/2013. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara
bersiklus. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti alur penelitian yang
mengacu pada modifikasi diagram oleh Kemmis dan Mc. Tanggart (Depdiknas,
2003) sebagai berikut:
104
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Keterangan
0 : Pratindakan
1 : Rencana siklus 1
2 : Pelaksanaan siklus 1
3 : Observasi siklus 1
4 : Refleksi siklus 1
5 : Rencana siklus 2
6 : Pelaksanaan siklus 2
7 : Observasi siklus 2
8 : Refleksi siklus 2
a : Siklus 1
b : Siklus 2
0
4
3
1
a
2
8
7
5
b
6
Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan persentase
tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Daya serap peserta didik secara individu : (Depdiknas, 2004)
DSS 
Skor yang diperoleh siswa
x 100%
Skor maksimal tes
dimana : DSS = Daya Serap Peserta didik
Peserta didik dikatakan tuntas individu jika daya serap peserta didik lebih dari atau
sama dengan 65%
Ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal: (Depdiknas, 2004)
TBK 
Banyaknya siswa yang tuntas
x 100%
Banyaknya siswa seluruhnya
dimana : TBK = Tuntas Belajar Klasikal
Peserta didik dikatakan tuntas klasikal jika lebih dari atau sama dengan 85% peserta
didik telah tuntas.
Daya serap klasikal : (Depdiknas, 2004)
DSK 
Jumlah Skor Yang diperoleh Siswa
Jumlah Skor Ideal Seluruhnya
dimana : DSK = Daya Serap Klasikal
105
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila daya serap peserta
didik secara individu dari hasil belajar mencapai 65 % dan ketuntasan hasil belajar
peserta didik secara klasikal mencapai 85 %.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan persentase taraf aktivitas siswa
untuk siklus I, sebesar 75,00 % atau berada dalam kategori cukup. Sedangkan hasil
observasi guru menunjukkan taraf keberhasilan dalam pengelolaan pembelajaran
menurut pengamat sebesar 75,96 % atau berada dalam kategori cukup.
Hasil evaluasi siklus I, memberikan tes formatif. Bentuk tes yang diberikan
adalah uraian dengan jumlah soal lima nomor. Hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis tes formatif siklus I
No.
Aspek Perolehan
Hasil
68,80
1.
Skor rata-rata
2.
Jumlah siswa yang tuntas
18 siswa
3.
Persentase ketuntasan klasikal
60,00%
4.
Persentase daya serap klasikal
68,80%
5
Aktivitas Siswa
75,00%
6
Aktivitas Guru
75,96%
Berdasarkan Tabel 1, hasil belajar IPAsiswa kelas III SDN Randomayang
Pasangkayu sudah menunjukkan hasil yang cukup. Hasil yang diperoleh sudah
berada di atas rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 65%. Dilihat dari
segi materi ajar, terdapat sejumlah soal yang belum dapat diselesaikan dengan baik.
Hasil analisis tes formatif siklus I dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
tuntas adalah 18 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 60,00% dan
persentase daya serap klasikal sebesar 68,80%. Hasil observasi berbagai aktivitas
siswa dan guru maka dapat dikemukakan kelebihan, kekurangan serta analisis
penyebab dari pelaksanaan tindakan pada siklus I sebagai refleksi untuk perbaikan
pada siklus berikutnya (Lihat tabel 2 dan 3)
106
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Tabel 2. Kelebihan siklus I dan analisis penyebab
No.
1.
Kelebihan
Analisis Penyebab
Memusatkan perhatian
Guru mengarahkan dan menjelaskan konsep
pada satu tema atau topik
materi yang akan diajarkan
Guru menyajikan informasi kepada siswa
2
Mengaitkan mata pelajaran
lain dan pengalaman
lingkungan
3
Memperhatikan penjelasan
materi pelajaran lebih
mendalam
Guru mengarahkan dan menjelaskan
konsep materi yang akan diajarkan
Guru memfokuskan materi yang sangat
penting
Tabel 3. Kekurangan siklus I, analisis penyebab, dan rekomendasi.
No.
1.
Kelemahan
Analisis Penyebab
Rekomendasi
Belum mengaitkan
Guru belum memiliki
Guru berdiskusi dengan
pembelajaran dengan
informasi tentang
siswa dengan
kehidupan sehari-hari
pengalaman siswa
pengalaman sehari-hari
Dapat mengembangkan
Siswa belum mampu
Guru memperjelas
kompetensi mata
mengembangkan tema
tentang tema mata
pelajaran dalam tema
sendiri
pelajaran
yang dialami
2.
yang sama
3
Mendapat penghargaan Guru sibuk dengan
Guru sering
dan tugas rumah
memberikan
pendalaman materi
penghargaan
4
Mengembangkan
Siswa belum paham
Menjelaskan secara
berbagai kompetensi
tentang kompetensi
rinci tentang
mata pelajaran dalam
mata pelajaran
kompetensi pelajaran
Guru menjelaskan
Siswa sebagian besar
Guru memperhatikan
materi pelajaran lebih
belum termotivasi
kerja siswa dan
tema yang sama.
5
mendalam dan berkesan
memberi motivasi
107
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
Dari hasil refleksi pada Tabel 2. dan Tabel 3. Di atas masih terdapat
kekurangan pada siklus I sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berusaha mempertahankan dan meningkatkan
kelebihan pada siklus I dan memperbaiki kekurangan yang terjadi selama tindakan
pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan persentase taraf
aktivitas siswa untuk siklus II, sebesar 81,73% atau berada dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil observasi guru menunjukkan taraf keberhasilan dalam pengelolaan
pembelajaran menurut pengamat sebesar 85,57% atau berada dalam kategori baik.
Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik pada tindakan
siklus II, adalah memberikan tes formatif. Bentuk tes yang diberikan adalah uraian
dengan jumlah soal lima nomor. (Lihat tabel 4)
Tabel 4. Hasil analisis tes formatif siklus II
No.
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor rata-rata
72,66
2.
Jumlah siswa yang tuntas
24 siswa
3.
Persentase ketuntasan klasikal
86,66%
4.
Persentase daya serap klasikal
72,66%
5.
Aktivitas Siswa
81,73%
6.
Aktivitas Guru
85,57%
Berdasarkan Tabel 4 telah menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang
diperoleh berada di atas rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85 %.
Yaitu 86,66%.
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa penerapan pembelajaran tematik
dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II yaitu sebesar 5,61 % yaitu dari 68,80% pada siklus I dan 72,66%
pada siklus II. Peningkatan ini disebabkan peningkatan aktivitas siswa. Peningkatan
berupa : (1) memusatkan perhatian pada satu tema atau topik (2) mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman lingkungan, (3) guru sering memberikan penghargaan,
108
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 4
ISSN 2354-614X
(4) guru mengarahkan dan menjelaskan konsep materi yang akan diajarkan, (5) guru
menyajikan informasi kepada siswa.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran tematik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III SDN Randomayang Pasangkayu.
Sedangkan aktivitas siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 8,97% dan
aktivitas pembelajaran guru juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar 12,65 %.
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data serta kesimpulan, maka
peneliti menyarankan:
1. Perlunya pemahaman yang lebih maksimal terhadap pembelajaran tematik
2. Pada saat penerapan pembelajaran tematik lebih menekankan pada pemberian
penyusunan tema yang lebih jelas dan terkait dengan pengalaman yang ada pada
lingkungan siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas, 2003. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Ajar Pembekalan Guru Bantu.
Jakarta.
Depdiknas, 2004. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Ajar Pembekalan Guru Bantu.
Jakarta.
Pusat Kurikulum, 2006. Bahan Belajar PLPG: Model Pembelajaran Tematik Kelas
Awal Sekolah Dasar. Palu: Panitia Sertifikasi Guru.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik.
(2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam
Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
109
Download