Minggu Prapaskah I (A)

advertisement
Minggu Prapaskah I (A)
"KEBAIKAN YANG MENGGODA"
Kej 2:7-9; 3:1-7, Rom 5:12-19, Mat 4:1-11
"Jika mau sehat, minumlah ini," begitu kata seseorang yang
menawarkan 'suplemen'. Yang dimaksud dengan 'suplemen' ialah
tambahan vitamin dan zat-zat tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh.
Tetapi, istilah terpenting itu justru acap kurang diperhatikan, yakni
'tambahan'. Karena ini adalah tambahan, diandaikan bahwa kita sendiri
yang memutuskan apakah memang kita perlukan atau tidak. Berbeda dari
obat, suplemen bukanlah untuk orang yang sakit, melainkan untuk mereka
yang ingin meningkatkan daya tahan tubuhnya. Konon 'bagus' untuk
kesehatan, tetapi kalau tidak hati-hati ini justru dapat menimbulkan
penyakit. Suplemen yang bagus untuk orang yang tekanan
darahnya rendah, misalnya, belum tentu bagus untuk yang kadar gula
darahnya tinggi. Baik bagi yang satu, dapat merugikan bagi yang
lain. Kalau dibandingkan dengan kehidupan iman, gambaran itu bisa
membantu kita bersikap hati-hati. Ada banyak tawaran di dunia ini yang
dikatakan 'bagus' dan 'baik' kepada kita. Kita bisa dibuat bingung oleh
tawaran dan pemberian yang nampaknya baik, namun sebetulnya tidak
kita perlukan. Rasa tidak enak untuk menolak sebuah pemberian sering
menjadi alasan bagi kita untuk akhirnya mengiyakan dan menerimanya. Di
mana-mana godaan tidak akan kelihatan buruk. Sebaliknya, ia selalu
kelihatan baik dan menarik hati. "Jika Engkau Anak Allah..." ialah katakata kunci si pencoba atau Iblis dalam Injil Matius yang kita dengar hari
ini. Kata-kata itu ialah inti seluruh godaan yang dialami Yesus setelah
berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, yaitu apakah Ia sungguhsungguh Anak Allah. Ini menjelaskan mengapa Matius menulis tentang
godaan mengubah "batu-batu ini" (dalam bentuk jamak) menjadi roti.
Yesus diminta memberi makan semua orang di dunia, menggunakan
keallahan-Nya secara ajaib demi alasan yang sangat luhur, dan karenanya,
menggoda. Dalam godaan kedua, Iblis membawa Yesus ke bubungan Bait
Allah, lambang puncak kekuasaan religius. Godaan ini memancing Yesus
menunjukkan keallahan-Nya yang melebihi para pemimpin religius karena
Allah sendiri akan menatang-Nya. Yesus menjawab, "Jangan mencobai
Tuhan Allahmu!" Ia menegaskan bahwa Allah selalu ada di antara manusia
dan Ia tidak memerlukan pembuktian manusia untuk keberadaan-Nya.
Godaan ketiga menabrakkan keallahan Yesus dan Allah sendiri. Siapakah
Yesus itu? Iblis belum tahu bahwa segala kuasa akan diberikan kepada
Yesus ketika tergantung di kayu salib. Bukan kebetulan bahwa di salib
godaan yang sama diucapkan kembali, "Jika Engkau Anak Allah..."
Karenanya, semua godaan yang menghindarkan dari salib, sebaik apapun
kedengarannya, berasal dari Iblis. Di hadapan berbagai tawaran yang baik
di sekitar kita, selalu ada pilihan untuk menerima atau menolak. Dalam
kenyataan sehari-hari, ini makin sulit sebab kita mengira bahwa semua
yang luhur seakan-akan harus diterima dan diutamakan. Kita bisa tergoda
untuk bekerja dari pagi sampai malam dan mengabaikan keluarga sendiri.
Ada kalanya kita merasa perlu mengambil waktu istirahat dan bersenangsenang, dan kita tidak mau diganggu oleh siapapun. Kita pun mungkin
terlalu memuja seseorang hingga apapun yang diinginkannya kita
desakkan pada orang lain. Yang paling lembut ialah godaan untuk
sibuk dengan semua pekerjaan yang baik dan menghindari waktu untuk
berdoa pribadi setiap hari. Masih banyak kebaikan lain yang
menggoda. Lukisan tentang 'godaan' dalam Kitab Kejadian (Bacaan I)
sangat sesuai dengan permenungan kita. Tuhan menciptakan berbagai
pohon "yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya". Bahkan
manusia pertama pun melihat bahwa buah yang dilarang Tuhan untuk
dimakan itu "baik untuk dimakan" dan "menarik hati karena memberi
pengertian". Setiap godaan itu pada dasarnya baik dan menarik hati,
seakan-akan mendorong kita untuk memilihnya dan melakukanya kalau
itu berupa tindakan. Godaan berubah menjadi dosa ketika
kita memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Dan biasanya kita, manusia,
tidak sendirian ketika masuk dalam godaan. Kita seringkali saling
mempengaruhi dan akhirnya menyeret yang lain juga ke dalam dosa. Bagi
setiap orang Kristen, godaan yang berbahaya akan dimulai dengan katakata "Jika engkau murid Kristus..." Identitas dan komitmen kita
akan dipertanyakan, apalagi dalam hal-hal yang membingungkan. Kita
mungkin dicobai untuk menggunakan rahmat Tuhan yang kita terima
demi kepentingan sendiri (mengubah batu menjadi roti), mengandaikan
perlindungan Tuhan saat kita ceroboh dengan hidup kita dan mereka yang
percaya kepada kita (menjatuhkan diri dari atap Bait Allah), serta lebih
percaya pada kekayaan dan kuasa daripada Allah sendiri (menyembah
Iblis, memperoleh seluruh dunia). Iman seharusnya membantu kita untuk
menentukan prioritas dalam berbagai situasi. Iman ini juga menunjukkan
tawaran-tawaran dunia yang sebetulnya hanya tambahan, 'suplemen' yang
mungkin kelihatan menarik tapi harus dinilai dengan hati-hati. Karena kita
adalah murid-murid Kristus, mari kita yakini bahwa pesan-pesan Injil
Yesus Kristus sesungguhnya sudah cukup sebagai bekal agar kita tidak
jatuh ke dalam dosa. Kita selalu bisa memilih untuk menerima ataupun
menolak setiap godaan yang nampaknya baik sekalipun. Amin 
Download